• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pustaka Gratis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pustaka Gratis"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN TEKNIK

PEDOMAN

NO. 015/T/BM/1999

SK No. 60/KPTS/Db/1999

PENGATURAN LALU LINTAS UNTUK KESELAMATAN

(2)

DAFTAR ISI

Halaman Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 60/KPTS/Db/1999 ii

DAFTAR ISI ……….. iii

DAFTAR ACUAN ………. iv

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang ……….. 1

1.2. Maksud dan Tujuan ……….. 1

1.3. Ruang Lingkup ……….. 1

1.4. Pengertian ……….. 2

BAB II KETENTUAN ………. 4

2.1. Pertimbangan Keselamatan ………. 4

2.2. Alat Pengaturan dan Pengaman Lalu Lintas ………. 4

2.2.1. Rambu Tidak Tetap ………. 4

2.2.2. Papan Tambahan ………. 5

2.2.3. Kerucut Lalu Lintas ……….. 5

2.2.4. Brikade ……… 5

2.2.5. Lampu Kedip/Penerang ……….. 6

2.2.6. Bendera ………. 6

2.3. Penenmpatan Rambu dan Alat Pengaman Lalu Lintas ……… 6

2.3.1. Rambu ……….. 6

2.3.2. Kerucut Lalu Lintas ………. 8

2.3.3. Brikade ……….. 10

2.3.4. Lampu Kedip dan Lampu Penerangan Sementara ……….. 10

2.3.5. Bendera ……… 10

2.4. Pengaturan Lalu Lintas Pada Lokasi Pekerjaan ……….. 11

2.4.1. Pekerjaan yang Tidak Membutuhkan Penutup Jalan ……… 11

2.4.2. Penutupan Sebahagian Lajur Jalan ………. 11

2.4.3. Penutup Lajur Jalan ……… 12

2.4.4. Pekerjaan di Tengah Jalan ……… 12

2.4.5. Pengalihan Arus Lalu Lintas ………. 13

2.4.6. Pekerjaan di Tikungan Jalan ………. 13

2.4.7. Pekerjaan di Persimpangan Jalan ……… 14

(3)

BAB III PROSEDUR ………. 15

3.1. Sistem Perambuan ……… 15

3.1.1. Pekerjaan di Pinggir Jalan ……… 15

3.1.2. Menutup Lajur ……… 15

3.1.3. Pekerjaan di Tengah Jalan ………. 16

3.1.4. Pengalihan Arus Lalu Lintas ………... 16

3.1.5. Pekerjaan di Tikungan Jalan ……….. 17

3.1.6. Pekerjaan di Persimpangan Jalan ………. 17

3.2. Prosedur Pengerjaan Perambuan ………. 17

3.2.1. Rencana Pembuatan Tata Letak Perambuan ………. 17

3.2.2. Pengoperasian Perambuan Lalu Lintas ……… 18

3.2.3. Tahapan Akhir Pekerjaan ……… 18

LAMPIRAN ……… 19

Lampiran A ……….. 20

Lampiran B ……….. 27

Lampiran C ……….. 36

(4)

DAFTAR ACUAN

1) Defartemen of The Environmental (1990); Traffic Sings Manual, Chafter 8:

Traffic Safety Measures For Road Works, Departement of The Environmental,

London

2)

HMSO (1994); Design Manual For Roads and Briges; Volume-8: Traffic Sign

and Lighting; Section-4: Traffic Management at Road Works, Part 1-3 HMSO,

London

3) Didik R, Idris M, dkk (1997); Safety Precaution During Maintenance and

Operation Institute of Road Engineering, Bandung

4) Poernomosidhi IF, Lanalyawati (1986); Konsep Pedoman Perambuan Untuk

Pekerjaan Konstruksi Jalan, Laporan Pengkajian, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Jalan, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung

5)

TRRL (1988); A Guide to Geometric Design, Overseas Road Note 6, Overseas

Unit TRRL, Crowthorne Berkshire, UK

6)

Boyce AM, Mc Donald M, Perace MJ (1988); A Rivew of Geometric Design and

Standards For Rural in Developing Countries, TRRL Crowthorne Berkshire, UK

7)

Direktorat Jendral Bina Marga (1997); Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan

Antar Kota, Direktorat Jendral Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum,

Jakarta

8)

Redaksi Sinar Grafika (1995); Undang-Undung Pengangkutan 1992; Sinar

Grafika, Jakarta

9)

Redaksi Sinar Grafika (1993); Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan 1992; Penerbit Sinar Grafika, Jakarta

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Pekerjaan pemeliharaan jalan merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi Pembina jalan dalam rangka memelihara serta meningkatkan prasarana transportasi nasional. Pekerjaan pemeliharaan jalan tersebut dalam pelaksanaannya dapat menimbulkan gangguan kepada lalu lintas angkutan dan pejalan kaki berupa kecelakaan serta kemacetan lalu lintas. Guna mencegah kedua gangguan tersebut, Pembina jalan berkewajiban untuk menjamin keselamatan untuk pengguna jalan dan pekerja serta menjamin kelancaran lalu lintas dengan cara menerapkan pengaturan lalu lintas bersifat sementara pada saat pekerjaan pemeliharaan jalan sedang dilaksanakan.

1.2.

Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Manual ini dimaksudkan sebagai pedoman teknis bagi pembina jalan dan pelaksana pekerjaan untuk pengaturan lalu lintas selama pekerjaan pemeliharaan jalan.

1.2.2. Tujuan

Tujuan pengaturan lalu lintas selama pekerjaan jalan adalah untuk menjamin keselamatan bagi pemakai jalan dan pekerja akibat lalu lintas di sekitar daerah pekerjaan pemeliharaan jalan selama pekerjaan pemeliharaan jalan dilaksanakan.

1.3. Ruang

Lingkup

Manual pengaturan lalu lintas adalah meliputi perambuan sementara (peringatan, Larangan, perintah, dan atau petunjuk) yang antara lain mencakup penggunaan jenis rambu, ukura/design, teknik penempatan, serta pembuatan tata letak perambuan. Pekerjaan pemeliharaan jalan yang dimaksudkan dalam manual ini mencakup pekerjaan pemeliharaan jalan termasuk pekerjaan jalan termasuk pekerjaan pemasangan utilitas jalan.

(6)

1) Pekerjaan pemeliharaan jalan adalah jenis pekerjaan yang berkaitan dengan segala bentuk pemeliharaan jalan dan utilitas jalan.

2) Rambu-rambu lalu lintas di jalan yang selanjutnya disebut rambu lalu lintas adalah salah satu dari prelengkapan jalan, berupa lambing, huruf, angka, kalimat dan/atau perpaduan antaranya sebagai peringatan, larangan, perintah, petunjuk bagi pemakai jalan (SK Menteri Perhubungan Tahun 1993 No. 11 Pasal 1 Ayat 1).

3) Rambu peringatan adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan peringatan bahaya atau tempata berbahaya pada jalan di depan pemakai jalan (SK Menteri Perhubungan Tahun 1993 No. 11 Pasal1 Ayat 2).

4) Rambu larangan adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pemakai jalan ( SK Menteri Perhubungan Tahun 1993 No. 11 Pasal 1 Ayat 3).

5) Rambu perintah adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh pemakai jalan ( SK Menteri Perhubungan Tahun 1993 No. 11 Pasal 1 Ayat 4).

6) Rambu petunjuk adalah rambu yang digunakan untuk menyatakan petunjuk mengenai jurusan, jalan, situasi kota, tempat, pengaturan, fasilitas, dll bagi pemakai ( SK Menteri Perhubungan Tahun 1993 No. 11 Pasal 1 Ayat 5). 7) Papan tambahan adalah papan yang dipasang di bawah daun rambu yang

memberikan penjelasan lebih lanjut dari suatu rambu ( SK Menteri Perhubungan Tahun 1993 No. 11 Pasal 1 Ayat 6).

8) Rambu sementara adalah rambu lalu lintas yang tidak di pasang secara tetap dan digunakan dalam keadaan dan kegiatan tertentu ( SK Menteri Perhubungan Tahun 1993 No. 11 Pasal 11 Ayat 1).

9) Brikade adalah alat pengaman yang berguna sebagai penutup arus-arus lalu lintas pada waktu pengerjaan jalan.

10) Kerucut lalu lintas adalah salah satu pembatas arus lalu lintas.

11) Tanda lampu lalu lintas adalah tanda yang berguna untuk memberi informasi kepada pengemudi sehingga mengerti kapan dan di mana harus menghentikan serta menjalankan kendaraannya.

12) Jalur adalah bagian pada lajur lalu lintas yang ditempuh oleh kendaraan bermotor (beroda 4 atau lebih) dalam satu jurusan.

13) Lajur adalah bagian dari jalur lalu lintas yang ditempuh oleh kendaraan bermotor (beroda 4 atau lebih) dalam satu jurusan.

14) Kecepatan rencana (VR) adalah kecepatan maksimum yang aman dan dapat

(7)

keistimewaan perencana jalan.

15) Jarak pandang henti (Jh) adalah jarak pandang ke depan untuk berhenti

dengan aman bagi pengemudi yang cukup mahir dan waspada (dalam kendaraan biasa

BAB II

KETENTUAN

2.1.

Pertimbangan Keselamat

Dalam rangka menerapkan perambuan sementara di lokasi pekerjaan jalan, maka pada prinsipnya mengacu kepada aspek keselamatan, baik untuk pengguna jalan (termasuk pejalan kaki) maupun pekerja. Pertimbangan pengaturan lalu lintas melalui penempatan perambuan berdasar pada:

1) kecepatan rencana, dan 2) kapasitas jalan.

2.2. Alat Pengatur dan Pengaman Lalu Lintas

Alat pengatur dan pengaman lalu lintas yang digunakan (Lampiran B) untuk perambuan dalam pengaturan lalu lintas pada lokasi pekerjaan jalan antara lain: 1) rambu tidak tetap,

2) papan tambahan, 3) kerucut lalu lintas, 4) brikade,

5) lampu kedip dan lampu penerangan sementara, dan 6) bendera.

2.2.1 Rambu Tidak Tetap

1) Disain Rambu

Secara garis besar disain rambu tidak tetap dapat dikelompokkan atas rambu peringatan, larangan, perintah, petunjuk dan papan tambahan. Bentuknya adalah sebagai berikut :

(1) Rambu tidak tetap berupa peringatan berbentuk empat persegi panjang, (2) Rambu tidak tetap Berupa Larangan Berbentuk Lingkaran,

(3) Rambu tidak tetap Berupa perintah berbentuk bujur sangkar (belah ketupat), (4) Rambu tidak tetap Berupa petunjuk berbentuk empat persegi pajang.

(8)

Jenis dan ukuran rambu yang digunakan dalam perambuan sementara untuk pengaturan lalu lintas pada lokasi pekerjaan antara lain ditunjukkan pada Lampiran B.1.1 s/d B.1.12.

3). Persyaratan dan Pesan Rambu (1) Persyaratan Rambu

Persyaratan rambu tidak tetap dalam penggunaannya antara lain: harus dalam kondisi baik, mudah dipindahkan, mudah diangkut, tidah mudah rusak dan berfungsi pada waktu siang dan malam hari.

(2) Pesan Rambu

Rambu-rambu yang dipasang antara lain harus menarik perhatian, mudah terlihat dan dibaca oleh pengemudi, mudah dimengerti dan efektif, pada waktu siang dan malam hari.

2.2.2. Papan Tambahan

Papan tambahan yang ditempatkan di bawah rambu memiliki bentuk empat persegi pajang seperti ditunjukkan pada Lampiran B.1.13.

2.2.3. Kerucut Lalu Lintas

Ukuran dan bentuknya disesuaikan dengan Lampiran B.1.14.

2.2.4. Brikade

Ukuran dan bentuknya disesuaikan dengan Lampiran B.1.15.

2.2.5. Lampu Kedip/Penerang

Contoh kedip dan lampu penerang bersifat sementara ditunjukkan pada Lampiran B.1.16a dan B.1.16b.

2.2.6. Bendera

Bendera digunakan untuk membantu pengaturan lalu lintas pada siang hari, yang berfungsi memberi isyarat kepada pengemudi agar berhati-hati di lokasi pekerjaan. Disain dan ukurannya ditunjukkan pada Lampiran B.1.17.

2.3. Penempatan Rambu dan Alat Pengaman Lalu Lintas

2.3.1. Rambu

1) Jarak penempatan rambu pertama ke awal taper

(9)

cukup bagi pengemudi untuk mengatur kecepatan atau menghentikan kendaraannya . Jarak minimum rambu pertama ke awal taper sebelum lokasi pekerjaan didasarkan atas jarak pandang henti minimum, di mana hal ini bergantung kepada

Tabel 1 Jarak Pandang Henti Minimum

Kecepatan Rencana (VR)

Jarak Pandang Henti Minimum (JPh)

30 km/jam 27m

40 km/jam 40m

50 km/jam 55m

60 km/jam 75m

80 km/jam 120m

100 km/jam 175m

120 km/jam 250m

2). Jarak Penempatan Rambu Kecepatan

Jarak minimum penempatan rambu kecepatan ke awal taper sebelum lokasi pekerjaan didasarkan atas jarak henti minimum yang meliputi jarak reaksi (PIEV Dintance) dan jarak pengereman (breaking distance) seperti ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jarak Henti Minimum

Kecepatan Rencana

(VR)

Jarak Pandang Henti Minimum (JP)

30 km/jam 12m

40 km/jam 23m

50 km/jam 36m

60 km/jam 53m

80 km/jam 73m

100 km/jam 96m

120 km/jam 110m

3) Urutan Penenpatan Rambu

Urutan jenis rambu dan jarak penempatan sebelum mencapai lokasi pekerjaan serta urutan jenis rambu dan jarak penempatan setelah melewati lokasi pekerjaan dapat ditunjukkan seperti pada Gambar 1 dan Tabel 3.

(10)

R5

(11)

Tabel 3 Jarak Relatif Penempatan Rambu (dalam satuan meter) Berdasarkan JH

Jarak Penempatan Rambu Berdasarkan JH dan JP pada Ruas Jalan

dengan Kecepatan Rencana (eksiting) Rambu

ke Jenis Rambu

Jarak dari

ke 30

km/jam 40 km/jam 50 km/jam 60 km/jam 80 km/jam 100 km/jam 120 km/jam R1 Rambu orang bekerja + papan tambahan

petunjuk untuk pengurangan kecepatan

AT LP 27 33 40 54 55 79 75 113 120 175 175 250 250 335/ 350

R2 Rambu batas kecepatan AT 12 23 36 53 73 96 110

R3 Rambu jalan menyempit AT 6 14 24 38 55 75 85

R4 Rambu orang bekerja AT

LP 0 6 0 14 0 24 0 38 0 55 0 75 0 85 R5 Rambu petunjuk arah (kiri/kanan) AT

LP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

R6 Rambu akhir pekerja LP 6 14 24 38 55 75 85

(12)
(13)

2.3.2. Kerucut Lalu Lintas

Kerucut lalu lintas ditempatkan sebelum lokasi pekerja dan di sepanjang pekerja dan sesudah lokasi pekerja untuk membatasi daerah kerja yang cukup aman dengan jalur lalu llintas. Penenmpatan kerucut lalu lintas ini diatur sedeemikian rupa secara berdampingan parallel dengan arus lalu lintas serta mengikuti bentuk taper sebelum dan sesudah lokasi pekerja. Jarak penempatan kerucut lalu lintas di sepanjang lokasi pekerja ditunjukkan pada Tabel 3, sedangkan penempatan kerucut lalu lintas pada taper minimum berjarak 1,2 meter.

Tabel 2 Jarak Penempatan Kerucut Lalu Lintas

Kategori Penempatan Kerucut

Skala Panjang Pekerjaan (P)

Jarak Kerucut

Pendek P ≤ 100 m 3 meter

Normal 100 m < P ≤ 500m 9 meter Panjang 500 m < P ≤ 1000m 18 meter

Panjang minimum taper (Gambar 1) sebelum lokasi pekerja © ditentukan oleh lebar pekerja (a) serta jarak antara ujung taper ke titik awal pekerjaan ini ditentukan dari jarak kendaraan berhenti didasarkan atas kecepatan rencana (Tabel 1) sehingga pajang taper tersebut dapat ditentukan menggunakan rumus phytagoras (Gambar 2).

b 0.5b a

c d

Gambar 2 Panjang Taper

Jadi panjang minimum taper sebelum lokasi pekerjaan :

c = √ ( a2 + b2 ) meter ………..(1) Catatan : a = lebar pekerja

b = minimum rambu pekerja jalan ke lokasi pekerjaan c = panjang minimum taper

(14)

menggunakan Rumus (1).

2.3.3. Brikade

Brikade ditempatkan pada awal dan ujung daerah kerja masing-masing sejauh 1 km dari lokasi pekerjaan di mana bagian muka brikade menghadap kea rah datangnya lalu lintas. Bagian muka brikade ini adalah bagian yang bergaris hitam. Pada lokasi pekerjaan dengan volume pejalan kaki yang tinggi, brikade ini harus ditempatkan di sepanjang lokasi pekerjaan guna mengamankan lokasi tersebut agar aktivitas pejalan kaki tidak terganggu.

2.3.4. Lampu Kedip dan Lampu Penerangan Sementara

Lampu kedip/lampu penerang ditempatkan berdekatan dengan lokasi pekerjaan jalan khususnya pada malam hari. Lampu tersebut harus terlihat dengan jelas, tidak terhalang dan tidak menghalangi rambu lainnya. Khusus lampu penerang harus mampu menerangi lokasi pekerjaan.

2.3.5. Bendera

Bendera sebagai salah satu alat Bantu pengaturan lalu lintas ditempatkan sebelum lokasi pekerjaan di atas daun rambu atau dipegang oleh petugas.

2.4. Pengaturan Lalu Lintas Pada Lokasi Pekerjaan

Dalam rangka upaya menjamin keselamatan pada lokasi pekerjaan jalan alat pengendali dan pengaman lalu lintas serta teknik penenmpatannya harus mempertimbangkan factor keselamatan lalu lintas termasuk pejalan kaki. Disamping itu, pengaturan lalu lintas agar lebih efektif juga harus memperhitungkan kondisi lalu lintas sehingga tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas. Oleh karena itu, perhitungan volume lalu lintas serta kapasitas jalan mutlak diperlukan.

2.4.1. Pekerjaan Yang Tidak Membutuhkan Penutupan Jalan

Pekerjaan yang tidak membutuhkan penutupan jalan antara lain pekerjaan di pinggir jalan, pekerjaan pada trotoar atau bahu jalan. Pengaturan lalu lintas pada pekerjaan seperti ini harus mempertimbangkan hal-hal antara lain sebagai berikut :

1) Keselamatan pejalan kaki, 2) Fasilitas pejalan kaki,

3) Pengalihan lajur pejalan kaki (bila diperlukan) dari trotoar/bahu jalan yang aman dari lalu lintas kendaraan dan aktifitas pekerjaan.

(15)

2.4.2. Penutupan Sebagai Lajur Jalan

Pekerjaan jalan yang harus menutupi sebagian lajur jalan (Lihat Lampiran B.2.3. dan Lampiran B.2.4.) merupakan pekerjaan yang menghabiskan sebagian badan jalan. Pengaturan lalu lintas pada lokasi pekerjaan seperti ini harus mempertimbangkan : 1) Volume lalu lintas,

2) Kapasitas jalan (lajur) yang tersisa, 3) Keselamat pejalan kaki,

4) Pengalihan lajur pejalan kaki (bila diperlukan) yang aman dari aktivitas pekerjaan perambuannya dan lalu lintas kendaraan.

Cara perambuannya diberikan pada Butir 3.1.2.

2.4.3. Penutupan Lajur Jalan

Pekerjaan yang memerlukan penutupan satu atau lebih lajur jalan secara penuh membutuhkan beberapa pertimbangan keselamatan dan kelancaran lalu lintas, anata lain :

1) Volume lalu lintas,

2) Kapasitas jalan (lajur) yang tersisa sehingga pengalihan lalu lintas ke lajur lain tidak mengakibatkan kemacetan lalu lintas,

3) Lokasi pekerjaan harus terjaga dari aktivitas lalu lintas berkecepatan tinggi.

Sistem perambuan ditunjukkan pada butir 3.1.3. dan contoh tata letaknya pada Lampiran B.2.4. dan B.2.5.

2.4.4. Pekerjaan di Tengah Jalan

Pekerjaan di tengah jalan sangat rawan dan harus benar-benar terlindungi dari aktivitas lalu lintas dan harus mendapatkan perhatian besar untuk menjamin keselamatan para pekerja jalan. Beberapa pertimbangan yang diperlukan dalam pengaturan lalu lintas pada pekerjaan di tengah jalan antara lain :

1) Volume lalu lintas,

2) Kapasitas jalan (lajur) yang tersisa sehingga pengalihan lalu lintas ke lajur lain tidak mengakibatkan kemacetan lalu lintas,

3) Lokasi pekerjaan harus terjaga dari aktivitas lalu lintas berkecepatan tinggi. Sistem pengaturan lalu lintas pada pekerjaan di tengah jalan ini diberikan pada Butir 3.4.1. dan contoh tata letak perambuannya ditunjukkan pada Lampiran B.2.6.

2.4.5. Pengalihan Arus Lalu Lintas

(16)

tambahan seperti ditunjukkan pada Lampiran B.2.7. Pengaturan lalu lintas pada lokasi pekerjaan seperti ini memerlukan pertimbangan, antara lain :

1) Volume lalu lintas,

2) Tersedianya jalur untuk mengaluhkan arus lalu liantas,

3) Kapasitas jalur untuk pengalihan lalu lintas ini minimal sama dengan kapasitas jalur yanmg ditutup, sehingga tidak terjadi kemacetan lalu lintas,

4) Untuk lajur jalan dengan pengalihan yang dubuat bersifat sementara seperti ditunjukkan pada Lampiran B.2.8. harus mampu mengalirkan lalu lintas secara normal,

5) Pengalihan arus haruslah mencukupi lebar jalan yang dapat dilewati dua kendaraan berat dua arah,

6) Lajur jalan bersifat sementara inin harus awet hingga pekerjaan jalan selesai, 7) Diperlukan beberapa pekerja untuk menjaga dan membantu pengalihan arus lalu

lintas tersebut.

Sistem perambuannya diberikan pada Butir 3.1.5.

2.4.6. Pekerjaan Pada Tikungan Jalan

Pengaturan lalu lintas pada pekerjaan di tikungan jalan seperti ditunjukkan dalam Lampiran B.2.8 pada prinsipnya memiliki pola pengaturan lalu lintas yang sama dengan ruas jalan lainnya. Pertimbangan lainnya yang perlu dimasukkan adalah : 1) Jarak pandang serta ruang bebas pandang harus tetap terpenuhi,

2) Petugas pengatur lalu lintas harus ditempatkan pada kedua ujung tikungan jalan. Sistem perambuan diberikan pada Butir B.3.1.6.

2.4.7. Pekerjaan Pada Persimpangan Jalan

Pengaturan lalu lintas pada lokasi pekerjaan di persimpangan jalan, selain pertimbangan seperti diberikan pada Butir 2.4.1. s/d 2.4.6, informasi adanya pekerjaan jalan pada persimpangan harus diberikan pada semua kaki persimpangan.

Sistem perambuan serta contoh pengaturannya ditunjukkan pada Butir 3.1.7 dan Lampiran B.2.9.

2.5. Pengaturan Pejalan Kaki

(17)

pejalan kaki diatur dengan cara berikut :

1) Brikade atau penghalang harus ditempatkan di sepanjang lokasi pekerjaan guna menutup lokasi pekerjaan tersebut.

2) Lebar lajur untuk pejalan kaki berkisar antara 1 m s/d 1,5 m.

(18)

BAB III

PROSEDUR

3.1. Sistem Perambuan 3.1.1. Pekerjaan Pinggir Jalan

Tata letak penempatan rambu seperti ditunjukkan pada Lampiran B.1.2. dan Lampiran B.2.2. merupakan salah satu contoh pengaturan lalu lintas untuk pekerjaan di pinggir jalan. Rambu harus harus ditempatkan pada awal dan ujung lokasi pekerjaan dengan urutan sebagai berikut :

1) Tempatkan rambu orang sedang bekerja sesuai dengan Tabel 2 sebelum awal lokasi pekerjaan,

2) Tempatkan rambu akhir pekerjaan sesuai dengan Tabel 2 sebelum akhir ujung lokasi pekerjaan.

3.1.2. Menutup Lajur

Tata letak penempatan rambu serta perlengkapan pengaman lainnya untuk pekerjaan jalan yang membutuhkan penutup sebagian lajur ditunjukkan seperti pada Lampiran B.2.3. dan Lampiran B.2.4.

1) Tempakan rambu orang sedang bekerja sesuai dengan Tabel 2 sebelum awal lokasi pekerjaan,

2) Tempatkan rambu kecepatan sesuai denga Tabel 2 setelah rambu pertama, 3) Tempatkan rambu jalan menyempit setelah rambu kecepatan sesuai dengan

Tabel 2,

4) Rambu orang sedang bekerja detempatkan pada awal taper,

5) Rambu panah ke kiri/kanan ditempatkan pada titik awal lokasi pekerjaan, 6) Penghalang ditempatkan pada setiap ujungawal dan akhir lokasi pekerjaan, 7) Rambu panah kekiri dan kekanan ditempatkan di dekat brikade,

8) Tempatkan kerucut lalu lintas sepanjang taper dan sepanjang lokasi pekerjaan sesuai dengan Tabel 3,

9) Rambu akhir pekerjaan ditempatkan pada ujung taper setelah lokasi pekerjaan.

3.1.3. Pekerjaan di Tengah Jalan

(19)

diberikan sebagai Berikut :

1) Tempatkan rambu orang sedang bekerja sesuai dengan Tabel 2 sebelum awal lokasi pekerjaan,

2) Tempatkan rambu kecepatan sesuai dengan Tabel 2,

3) Tempatkan rambu jalan menyempit setelah rambu kecepatan sesuai denga Tabel 3,

4) Rambu orang sedang bekerja ditempatkan pada awal taper pada tepi kiri/kanan jalan,

5) Rambu panah ke kiri/kanan ditempatkan pada titik awal lokasi pekerjaan (ditengah jalan),

6) Tempatkan brikade pada awal lokasi pekerjaan,

7) Tempatkan kerucut lalu lintas sepanjang taper dan sepanjang lokasi pekerjaan disebelah kiri/kanan lokasi pekerjaan sesuai dengan Tabel 3,

8) Rambu akhir pekerjaan ditempatkan pada ujung taper setelah lokasi pekerjaan. Pada akhir lokasi pekerjaan jalan rambu-rambu tersebut ditempatkan denga urutan yang berlawanan.

3.1.4. Pengalihan Arus

Tata letak perambuan serta alat perlengkapan pengaman lainnya dapat ditunjukkan seperti pada Lampian B.2.6. DAN Lampiran B.2.7. Urutan penempatan perambuan pada prinsipnya sama dengan Butir 3.1.2. dan 3.1.3.

3.1.5. Pekerjaan di Tikungan

Tata letak perambuan serta alat perlengkapan pengaman lainnya dapat ditunjukkan seperti pada Lampian B.2.6. DAN Lampiran B.2.7. sedangkan teknik penempatan perambuannya sesuai dengan Butir 3.1.2. dan 3.1.3.

3.1.6. Pekerjaan di Persimpangan

Informasi adanya pekerjaan jalan pada persimpangan diberikan pada setiap kaki persimpangan. Penempatan perambuannya disesuaikan dengan Butir B.3.1.2 Butir 3.1.3 dan Butir 3.1.5.

3.2. Prosedur Pengejaan Perambuan

(20)

3.2.1. Remcana Perambuan Tata Letak Perambuan

Tahapan pekerjaan yang harus dilakukan dalam perencanaan pembuatan tata letak perambuan ini adalah :

1) Perkiraan tentang skala pekerjaan : a. tentukan skala waktu pekerjaan, b. tentukan skala luas/panjang pekerjaan

2) Lakukan survai lapangan guna mengetahui kondisi lalu lintas pada lokasi pekerjaan serta hitung perbandingan volume lalu lintas dan kapasitas jalan, 3) Bila perbandingan volume dan kapasitas jalan ini tidak memenuhi kriteria, maka

waktu pelaksanaan ditetapkan pada saat kondisi lalu lintas lebih lengang (misalnya: pada waktu malam hari),

4) Mempersipkan rambu serta alat pengatur lalu lintas yang dibutuhkan,

5) Membuat rencana penempatan (tata letak) rambu serta alat pengatur lalu lintas lainnya, sesuai dengan lokasi pekerjaan dan lokasi lalu lintas yang mengacu kepada Butir 3.1 s/d 3.5,

6) Diskusikan/konfirmasikan rencana tata letak rambu dengan pihak terkait, khususnya dengan pihak Polisi Lalu Lintas setempat sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.

3.2.2. Pengoperasian Perambuan Lalu Lintas

Tahapan pekerjaan pada waktu pengoperasian pengaturan lalu lintas berdasarkan tata letak perambuan adalah :

1) Atur lalu lintas sambil mempersiapkan pemasangan sistem perambuan lalu lintas,

2) Tempatkan rambu-rambu lalu lintas serta alat pengatur lalinnya sesuai dengan gambar tata letak perambuan yang dibuat,

3) Tempatkan beberapa orang petugas tambahan guna membantu pengaturan lalu lintas, jika lalu lintas dinilai padat.

3.3.3. Tahapan Akhir Pekerjaan

Tahapan pekerjaan setelah pekerjaan pemeliharaan jalan selesai adalah :

1) Rambu-rambu serta alat pengatur lainnya segera disingkirkan/dipindahkan agar tidak menimbulkan keraguan kepada pemakai jalan,

(21)

LAMPIRAN

Lampiran A : Daftar Istilah

(22)

LAMPIRAN A

DAFTAR ISTILAH

1) Breaking Distance : Jarak Pengereman 2) Brikade : Penghalang

3) Carriageway : Jalur 4) Lane : Lajur

5) Road Maintenance : Pekerjaan Pemeliharaan Jalan 6) Stop Sight Distance : Jarak Pandang Henti

(23)

LAMPIRAN B1

JENIS RAMBU DAN PENGATUR LALU LINTAS (Bentuk, Ukuran, Warna)

NO NAMA RAMBU DISAIN UKURAN

B.1.1 Rambu Peringatan Hati-hati

Bentuk :Belah ketupat Ukuran :90 X 90 cm Warna : -

Latar belakang :Kuning Simbol : Hitam

B.1.2 Rambu Peringatan Ada Pekerjaan di Jalan

Bentuk :Belah ketupat Ukuran :90 X 90 cm Warna : -

Latar belakang :Kuning Simbol : Hitam

B.1.3 Rambu Peringatan Penyempitan Jalan

Bentuk :Belah ketupat Ukuran :90 X 90 cm Warna : -

(24)

Simbol : Hitam

B.1.4 Rambu Peringatan Lampu Lalu Lintas

Bentuk :Belah ketupat Ukuran :90 X 90 cm Warna : -

Latar belakang :Kuning Simbol : Hitam

B.1.5 Rambu Peringatan Lalu Lintas Dua Arah

Bentuk :Lingkaran Ukuran :90 X 90 cm Warna : -

Latar belakang :Kuning Simbol : Hitam

B.1.6 Rambu Larangan Berjalan Terus

(25)

Warna : -

Latar belakang :Kuning Simbol : Hitam

B.1.7 Rambu Larangan Kecepatan

Kendaraan Lebih dari 40 Km/Jam

Bentuk :Lingkaran Ukuran :90 cm Warna : -

Latar belakang :Kuning Simbol : Hitam

B.1.8 Rambu Perintah Wajib Mengikuti Arah ke Kiri dan Kanan

Bentuk :Lingkaran Ukuran :90 cm Warna : -

Latar belakang :Kuning Simbol : Hitam

B.1.9 Rambu Perintah Lajur yang Wajib Dilewati

Bentuk :Lingkaran Ukuran : Diameter 90 cm

Warna : -

Latar belakang :Kuning

STOP

(26)

Simbol : Hitam

B.1.10 Rambu Perintah Lakur yang Wajib Dilewati

Bentuk :Lingkaran Ukuran :90 cm Warna : -

Latar belakang :Kuning Simbol : Hitam

B.1.11 Rambu Perintah yang Wajib Melewati Salah Satu Lajur yang Ditunjuk

Bentuk :Lingkaran Ukuran :90 cm Warna : -

(27)

B.1.12 Rambu Petunjuk Tempat Berajalan Kaki

Bentuk :Segi Empat Ukuran : 75 x 60 cm Warna : -

(28)
(29)
(30)
(31)

LAMPIRAN B.2.3

(32)

LAMPIRAN B.2.4

(33)

LAMPIRAN B.2.5

(34)

Dan Fasilitas Pejalan Kaki Di Trotoar/Bahu Jalan

(35)
(36)

LAMPIRAN B.2.7

(37)

LAMPIRAN B.2.8

Pengaturan Lalu Lintas Pada

(38)

LAMPIRAN B.2.9

Pengaturan Lalu Lintas Pada

(39)

LAMPIRAN B.2.10

(40)
(41)

DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA

1. Lembaga Pemrakarsa

ƒ Pusat Litbang Jalan, Badan Litbang PU Departemen Pekerjaan Umu.

ƒ Direktorat Bina Teknik, Ditjen Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.

2. Tim Penyusun

No N A M A L E M B A G A

(42)

(43)
(44)

(45)
(46)
(47)

(48)
(49)
(50)
(51)

Gambar

Tabel 1 Jarak Pandang Henti Minimum
Tabel 2 Jarak Penempatan Kerucut Lalu Lintas

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka penulis akan mengkaji lebih dalam mengenai persepsi kualitas pelayanan serta karakteristik responden terutama

Joko Nurkamto, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan dorongan dan arahan kepada peneliti

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh suhu dan pH terhadap aktivitas enzim xilanase dari Trichoderma viride yang ditumbuhkan pada media tongkol

Kita bisa membawa atau mendorong orang untuk datang ke tempat dimana mereka bisa mendengarkan Kabar Baik, ke gereja misalnya.. Seharusnya memberitakan Injil merupakan kerinduan

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui bahwa blok Hutan praingkareha dan mahaniwa memiliki kemerataan jenis vegetasi yang hampir sama pada tingkat pohon dan belta..

Integrasi secara perlahan-lahan dari berbagai jenis tipe komunikasi dibuat tidak hanya mudah, tetapi dengan SYSTIMAX PDS juga dapat menghasilkan fondasi sistem untuk sistem perkabelan

Alocasia sp. atau keladi hutan merupakan salah satu jenis tumbuhan liar yang hidup di hutan. Tumbuhan ini kerap ditemukan pada daerah yang cenderung lembab atau berair,