• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Efektifitas Pemberian Informasi Dengan Ceramah Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Penanganan Penyakit Diare Kepada Ibu-Ibu Di Kabupaten Rembang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Efektifitas Pemberian Informasi Dengan Ceramah Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Penanganan Penyakit Diare Kepada Ibu-Ibu Di Kabupaten Rembang."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit diare atau sering disebut dengan gastroenteritis merupakan masalah masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas atau Balai pengobatan, diare termasuk kelompok tiga dari penyebab utamanya. Angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya (Suraatmaja, 2007).

Resiko terbesar diare ialah dehidrasi. Jika terjadi dehidrasi, seseorang akan kehilangan lima liter air setiap hari beserta elektrolit utama, yaitu natrium dan kalium yang berada di dalamnya (Wijoyo, 2013). Rehidrasi oral adalah terapi utama untuk penderita diare akut (Sisson, 2014). Oralit, zinc, danmakanan rendah seratadalahperawatan yang direkomendasikanuntukmasyarakatdiare akutdi kalangananak-anak(Applegateet al, 2013). Diare dapat berhubungan dengan keadaan lingkungan, perilaku, dan makanan (Muhziadi, 2012). Keadaan lingkungan merupakan penyebab utama adanya panyakit diare, seperti kurangnya kebersihan pada air minum, pembuangan kotoran yang tidak benar, keadaan rumah yang kurang sehat, usaha higenis dan sanitasi belum menyeluruh, banyaknya faktor penyakit, pembuangan limbah kurang baik (Suharyono, 2008). Bukan cuma keadaan lingkungan saja, masih terdapat penyebab yang lain seperti keadaan sosial ekonomi dari keluarga tersebut juga mempengaruhi timbulnya penyakit diare karena kondisi rumah yang tidak sehat serta pendidikan yang rendah (Suharyono, 2008). Selain kondisi lingkungan dan faktor sosial ekonomi, keamanan pangan merupakan penyebab diare yang perlu diperhatikan juga karena dapat menjadi ancaman bagi kesehatan anak-anak. Pendidikan keamanan makanan merupakan syarat utama untuk pengendalian dan pencegahan diare (Sheth & Dwivedi, 2006).

Pemberian informasi dimaksud untuk memperbanyak pengetahuan terhadap penyakit diare agar ibu-ibu dapat lebih bijaksana dalam pengambilan keputusan dalam penanganan penyakit diare dan dapat melakukan pencegahan

(2)

terhadap penyakit diare. Pemberian informasi tentang jenis diare, gejala diare, penyebab diare, pencegahan diare, dan penanganan diare. Pada pemberian informasi ini menggunakan dua metode yaitu metode ceramah dan leaflet. Ceramah adalah penyampaian informasi secara langsung kepada penerima informasi. Metode ini biasa digunakan untuk pemberian informasi karena murah, mudah untuk dilakukan, dapat menyajikan materi pelajaran yang luas, dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan,tapi kekurangan metode ceramah adalah hal yang dikuasai penerima materi tergantung dari hal yang dikuasai pemberi materi, kemampuan setiap orang berbeda dalam menerima materi, metode ceramah dapat membosankan bagi penerima materi, dan sulit mengetahui pemahaman penerima materi(Sanjaya, 2010).

Pemberian informasi yang kedua menggunakanleaflet yang merupakanmedia informasi pada selembar kertas yang dilipat-lipat, berisi tulisan cetak dan beberapa gambar (Suiraoka & Suppariasa, 2012). Keuntungan menggunakan leaflet adalah tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak mahal, tidak diperlukan listrik, dapat dibawa kemana-mana, mempermudah pemahaman, dan meningkatkan keinginan belajar, sedangkan kekurangannya tidak dapat menstimulir efek suara, efek gerak dan mudah terlipat (Suiraoka& Suppariasa, 2012). Dengan pemberian informasi secara ceramah dan leaflet maka dapat diketahui keefektifan dua metode tersebut. Metode ceramah lebih efektif meningkatkan pengetahuan karena dapat menggunakan seluruh indera dapat menerima langsung informasi yang diberikan secara langsung (Sumarah, 2009).Pada pemberian informasi penanganan penyakit diare menggunakan metode ceramah dan leaflet kepada ibu-ibu di Kabupaten Rembang karena untuk mengetahui kedua metode tersebut efektif atau tidak untuk peningkatan pengetahuan setelah pemberian informasi.

(3)

kesakitan atau kematian dapat berkurang. Pemberian informasi dilaksanakan di Kabupaten Rembang karena jumlah penderita diare pada tahun 2012sebesar 7960 jiwa, tetapi pada tahun 2013 penderita diare mengalami peningkatan yaitu sebesar 8330 jiwa (Dinkes, 2013). Berdasarkan data Dinkes (2013) angka kejadian diare di Kabupaten Rembang masih cukup tinggi dan perlu penanganan untuk memperkecil jumlah penderita diare. Tingginya angka diare yang terjadi di Rembang karena terdapat permasalahan dalam pengelolaan limbah cair domestik (Dinkes, 2011). Permasalahan ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat untuk memiliki jamban pribadi, banyaknya masyarakat yang masih membuang limbah cair domestik di sungai, dan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah masih rendah (Dinkes, 2011). Masyarakat memerlukan pemberian informasi kesehatan untuk menjaga lingkungan agar dapat menurunkan kejadian diare di Kabupaten Rembang.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana efektifitas pemberian informasi dengan ceramah dan leaflet terhadap pengetahuan penanganan penyakit diare kepada ibu-ibu di Kabupaten Rembang?

2. Bagaimana peningkatan pengetahuan responden setelah mendapatkan informasi dengan metode ceramah dan leafletterhadap penanganan penyakit diare kepada ibu-ibu di Kabupaten Rembang?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui efektifitas metode ceramah dan leaflet setelah pemberian informasi terhadap pengetahuan penanganan penyakit diare kepada ibu-ibu di Kabupaten Rembang.

(4)

D. Tinjauan Pustaka 1. Diare

a. Definisi Diare

Menurut Djunarko & Hendrawati (2011) diare adalah suatu kondisi terjadi peningkatan frekuensi buang air besar sampai lebih dari tiga kali sehari disertai dengan penurunan konsistensi tinja sampai ke bentuk cairan. Walaupun diare sering dianggap sebagai gangguan yang umum terjadi, tetapi diare dapat berbahaya, karena jika dibiarkan, penderita diare akan mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan (Djunarko & Hendrawati (2011).

Diare akut timbul secara mendadak dan bisa berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu yang disebabkan oleh virus, sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu (Suharyono, 2008). Diare akut disebabkan oleh infeksi virus dan kuman, atau dapat pula disebabkan dari efek samping obat atau gejala dari gangguan saluran cerna. Sedangkan diare menahun atau sering disebut dengan diare kronik disebabkan gangguan resorpsi, meningkatkan sekresi getah lambung-usus dan terjadi peningkatan motilitas usus (Tjay &Rahardja, 2002).

b. Etiologi dan Mekanisme Diare

Penyebab diare berkisar 70% sampai 90% sudah dapat diketahuidengan pasti, dimana penyebab diare ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Penyebab tidak langsung

Penyebab tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah atau mempercepat terjadinya diare seperti, keadaan gizi, hygiene dan sanitasi, sosial budaya, kepadatan penduduk, sosial ekonomi dan faktor-faktor lain. 2) Penyebab langsung

Termasuk dalam penyebab langsung antara lain infeksi bakteri virus dan parasit, malabsorbi, alergi, keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, bah dan sayur-sayuran (Suharyono, 2008).

(5)

1) Diare sekresi

a) Disebabkan oleh infeksi dari golongan bakteri seperti Shingella, Salmonella, E.coli, Golongan Vibrio, Bacillus Cereus, Clostridium, Golongan virus seperti: Protozoa, Entamoeba histolicia, Giardia lamblia, Cacing perut, Ascaris, Jamur.

b) Hiperperistaltik usus halus yang berasal dari bahan-bahan makanan, kimia misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalu asam, gangguan psikik, gangguan syaraf, hawa dingin, alergi.

2) Diare osmotik yaitu malabsorbi makanan, kekurangan kalori protein dan berat badan lahir rendah (Suharyono, 2008).

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare, yaitu: 1) Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2) Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3) Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Jika peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menyebabkan diare (Suharyono, 2008).

c. Gejala Diare

(6)

kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu, anus dan sekitarnya lecet, asupan makanan berkurang, terjadi muntah baik sebelum atau sesudah diare, hipoglikemia, dehidrasi yang ditandai dengan: berkurangnya berat badan, ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, dan selaput lender, mulut, dan bibir kering (Djunarko & Hendrawati, 2011).

d. Penyebab Diare

Penyebab diare, sebagai berikut:

1) Alergi terhadap makanan, susu, atau obat-obatan, dapat juga karena makan-makanan yang tercemar kuman, umumnya diare yang ditimbulkan bersifat akut.

2) Infeksi organisme, seperti parasit, virus, dan bakteri, diare yang ditimbulkan dapat akut maupun kronis.

3) Pertumbuhan flora normal (bakteri yang normal berada diusus) yang tidak terkendali, umumnya menyebabkan diare kronis.

4) Gangguan fungsi pencernaan dan penyerapan makanan, umumnya menyebabkan diare kronis.

5) Beberapa penyakit seperti irritable bowel syndrome, inflammatory bowel disease, AIDS (Acquired Immuno Deficiensy Syndrome), dan kanker kolon, umumnya menyebabkan diare kronis (Djunarko & Hendrawati, 2011).

e. Faktor Resiko Diare

1) Faktor gizi: Semakin buruk gizi seorang anak, ternyata semakin banyak peluang diare yang dialami.

2) Faktor makanan yang terkontaminasi pada masa sapih: diare dalam golongan berpendapatan rendah dan kurang pendidikan mulai bertambah pada saat anak untuk pertama kali mengenal makanan tambahan dan frekuensi ini akan semakin lama semakin meningkat saat anak disapih.

(7)

4) Faktor lingkungan: kurangnya penyediaan air minum yang bersih, kurangnya pembuangan kotoran yang sehat, keadaan rumah yang kurang sehat, usaha higene dan sanitasi belum menyeluruh, banyaknya faktor penyakit, pencemaran lingkungan, dan pembuangan limbah kurang baik (Suharyono, 2008).

f. Pencegahan Diare

1) Memberikan ASI (Air Susu Ibu)

Air susu ibu merupakan makanan paling baik untuk bayi karena terdiri atas komponen zat makanan tersedia dalam bentuk ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi (Wijoyo, 2013).

2) Memperbaiki makanan pemdamping ASI

Makanan pemdamping ASI dilakukan bertahap untuk membiasakan dengan makanan dewasa. Pemberian makanan pendamping dapat meningkatnya resiko diare.

3) Memberikan imunisasi campak

Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak dapat mencegah terjadinya diare.

4) Menggunakan air bersih

Kuman biasanya masuk melalui mulut, cairan dan benda tercemar, misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci.

5) Mencuci tangan

Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan atau menyuapi makanan anak, dan sebelum makan mempunyai dampak positif dalam penurunan diare.

6) Menggunakan jamban

Penggunaan jamban dampak menurunkan resiko terhadap penyakit diare. 7) Membuang tinja bayi dengan benar

(8)

g. Tatalaksana Diare

1) Mencegah terjadinya dehidrasi

Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan buatan yang dianjurkan seperti air tajin, kuah sayur, air sup.Macam cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada kebiasaan yang dilakukan dalam mengobati diare, tersedianya cairan sari makanan yang cocok, jangkauan pelayanan kesehatan, dan tersedianya oralit. Bila tidak mungkin memberikan cairan buatan yang dianjurkan, dapat diganti dengan memberikan air matang (Depkes, 2011).Jumlah oralit yang diberikan untuk diare tanpa dehidrasi dan dengan dehidrasi ringanserta jumlah oralit yang diberikan untuk penderita diare terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Jumlah oralit yang diberikan untuk penderita diare tanpa dehidrasi dan dehidrasi ringan

Umur

Jumlah oralit yang diberikan setiap

BAB

Jumlah oralit yang disediakan dirumah

Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan

< 1 tahun 50-100 mL 400 mL/hari (2 bungkus) 300 mL 1-4 tahun 100-200 mL 600-800 mL/hari (3-4

bungkus)

600 mL >5 tahun 200-300 mL 800-1000 mL/hari (4-5

bungkus)

1200 mL Dewasa 300-400 mL 1200-2800 mL/hari 2400 mL

(Wijoyo, 2013).

2) Mengobati dehidrasi saat diare

(9)
[image:9.612.150.501.110.243.2]

Tabel 2. Penilaian Derajat Dehidrasi

Penilaian A B C

Keadaan umum Mata

Air mata Mulut dan lidah Rasa haus Baik, sadar Normal Ada Basah Minum biasa Tidak haus Gelisah, rewel Cekung Tidak ada Kering Haus

Ingin banyak minum

Lesu, tidak sadar Sangat cekung Tidak ada Sangat kering Malas minum Tidak bisa minum Periksa turgor

kulit

Kembali cepat Kembali dengan lambat

Kembali dengan sangat lambat

Derajat dehidrasi

Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan Dehidrasi berat

(Depkes, 2011).

3) Pemberian makanan selama diare

Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan. Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya. Anak Usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak (Depkes, 2011). Sebaiknya pada anak-anak yang menderita diare diberikan susu dengan rendah lemak karena mengandung natrium, kalium, fosfor, dan kalsium. Natrium yang hilang bersama tinja saat diare, dapat diperoleh kembali dengan minum susu rendah lemak. Selain itu susu rendah lemak juga mengandung zat besi dan zinc yang dapat menangani kekurangan cairan karena diare (Mona et al, 2010).

4) Mengobati masalah lain

Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi. Tidak ada obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare (Depkes, 2011).

h. Pengobatan sendiri

(10)

1) Penambahan cairan yang lebih dari biasanya untuk mencegah dehidrasi, yaitu:

a) Larutan oralit dan makanan yang cair, seperti sup dan air tajin b) Pemberian dilanjutkan sampai diare berhenti (Depkes, 2011). 2) Dengan melakukan pemberian makanan pada anak:

a) Pemberian ASI (Air Susu Ibu)

b) Jika anak tidak mendapat ASI, maka diberikan susu yang biasa diberikan dan untuk anak kurang dari 6 bulan yang belum mendapatkan makanan padat, maka dapat diberikan susu

c) Untuk anak 6 bulan atau lebih dari 6 bulan yang sudah mendapatkan makanan padat, maka dapat diberikan bubur yang dicampung dengan kacang-kacangan; sereal; daging atau ikan, dapat diberikan sari buah atau pisang untuk menambah kalium.

d) Mendorong anak untuk makan sebanyak 6 kali sehari

e) Setelah diare berhenti, memberikan makanan tambahan tiap hari selama dua minggu (Depkes, 2011).

3) Membawa anak ke petugas kesehatan, jika anak mengalami ciri-ciri berikut: buang air besar lebih sering, muntah berulang-ulang, merasa haus, menderita demam, tidak makan atau minum dengan normal, dan tinja berdarah(Depkes, 2011).

i. Pengobatan disertai pola makanan

Cara pemberian makanan pada penderita diare: 1) Pada bayi yang masih mengkonsumsi ASI

Air Susu Ibu (ASI)dilanjutkan bersama oralit dengan cara bergantian. Pada bayi berumur kurang dari 4 bulan (sudah mendapatkan buah-buahan, makanan tambahan seperti bubur) dilanjutkan dengan sedikit-sedikit diberikan kembali seperti sebelum sakit diare.

2) Pada bayi yang sudah mengkonsumsi susu formula rendah laktosa atau tanpa penggunaan laktosa

(11)

lebih dari 4 bulan), makanan tambahan sementara dihentikan, dan diberikan kembali mulai hari ketiga.

3) Anak-anak berumur lebih dari 1 tahun

Anak dengan gizi buruk (berat badan kurang dari 7 kg), cara pemberian sama dengan bayi. Sedangkan anak dengan gizi baik pemberiannya sebagai berikut: a) Hari 1 : oralit ditambah bubur tanpa sayur dan ditambah pisang

b) Hari 2 : bubur dengan sayur

c) Hari 3 : makanan biasa (Suraatmaja, 2007). j. Terapi obat untuk Diare

Untuk pasien diare dapat digunakan terapi obat seperti berikut :

1) Larutan rehidrasi oral untuk mencegah dan mengatasi kehilangan cairan atau elektrolit yang berlebihan, terutama pada bayi dan lansia. Oralit, alphratrolit, aqualyte, bioralit, corsalit, cupalyte, cymatrolit, diasalt, diatrolit ,eltolit, eltolit m, hydrite, interolite, oramex, orasolit, ottolit 200, pharolit.

2) Adsorben dan pembentukan masa, terbuat dari partikel-partikel yang akan membesar sesudah menyerap cairan, sehingga membuat feses lebih padat. Namun obat ini tidak dapat diberikan lebih dua hari dan tidak dianjurkan untuk diare disertai demam. Jenisnya sebagai berikut: kaolin, attapulgit, karbo adsorben.

3) Antimotilitas untuk mengatasi diare pada orang dewasa tanpa komplikasi tetapi bukan untuk anak dibawah 12 tahun. Jenisnya yaitu: co-fenotrop, kodein fosfat, loperamid hidroklorida, morfin (BadanPOM, 2008).

k. Pemberian informasi obat

Obat yang dianjurkan untuk mengatasi diare adalah oralit untuk mencegahkekurangan cairan tubuh dan adsorben untuk membuat feses lebih padat.

1) Oralit, kegunaan oralitsebagai berikut:

a) Oralit tidak menghentikan diare, tetapi mengganti cairan tubuh yangkeluar bersama tinja.

(12)
[image:12.612.138.502.197.323.2]

Pemakaian oralit terdapat takaran untuk setiap penderita diare dengan derajat dehidrasi penderita diare. Aturan pemakaian oralit pada bayi dan balita sesuai dengan derajat dehidrasi yang dialami penderita penyakit diare dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Aturan pemakaian oralit pada bayi dan balita

Keadaan diare Umur

< 11 bulan 1-4 tahun > 5 tahun

Tidak ada dehidrasi Setiap selesai BAB diberikan oralit Terapi A: mencegah dehidrasi 100 mL (0,5 gelas) 200 mL (1 gelas) 300 mL (1,5 gelas) Dengan dehidrasi 3 jam pertama diberikan oralit

Terapi B: mengobati dehidrasi 300 mL (1,5 gelas) 600 mL (3 gelas) 1,2 L (6 gelas) 2,4 L (12 gelas) Selanjutnya setiap BAB diberikan oralit

100 mL (0,5 gelas) 200 mL (1 gelas) 300 mL (1,5 gelas) 400 mL (2 gelas) (Depkes, 2006).

Pemberikan oralit menggunakan sendok (untuk anak kurang dari 2 tahun) sedikit-sedikit terus menerus sampai habis. Bila muntah tunggu 10 menit, kemudian dapat diulangi tetes demi tetes agar anak tidak menolakpemberian oralit (Depkes, 2006). Jika tidak tersedia oralit dapat dibuat larutan sendiri dengan mencampur satu sendok teh gula dan seperempat sendok teh garam, dimasukan kedalam gelas dan ditambahkan air (±200 cc) lalu diaduk hingga melarut semua (Wijoyo, 2013).

2) Adsorben dan obat pembentuk massa

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah norit (karbo adsorben), kombinasi kaolin-pektin dan attapulgit (Depkes, 2006).

Kegunaan obat, yaitu:

a) Mengurangi frekuensi buang air besar b) Memadatkan tinja

c) Menyerap racun pada penderita diare Hal yang harus diperhatikan, yaitu: a) Obat bukan sebagai pengganti oralit b) Penderita harus minum oralit

(13)

Bentuk sediaan yang digunakan, yaitu tablet norit 250 mg dan kombinasi kaolin-pektin dan attapulgit

Aturan pakai obat, yaitu: a) Tablet norit 250 mg

Dewasa: 3-4 tablet (750 – 1000 mg), 3 kali sehari (setiap 8 jam)

b) Kombinasi kaolin-pektin dan attapulgit (setiap tablet mengandung 600 mg atapulgit)

Dewasa dan anak lebih dari 12 tahun: 1 tablet setiap habis buang air besar, maksimal 12 tablet selama 24 jam.

Anak-anak 6-12 tahun: 1 tablet setiap habis buang air besar, maksimal 6 tablet selama 24 jam (Depkes, 2006).

2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah sesuatu yang didapatkan manusia melalui media pancaindra. Dalam proses ini, indra penglihatan dan pendengaran merupakan indra yang paling dominan. Dalam mengkaji sesuatu, indra mempunyai tugas yang sangat penting. Pengetahuan dapat berpengaruh terhadap efek tindakan (Notoatmodjo, 2003). Pada penjabarannya pengetahuan diklasifikasikan menjadi beberapa hal, yakni:

a. Tahu (know)

Proses mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam hal ini juga menyangkut sebuah ingatan yang bersifat spesifik terhadap berbagai hal yang telah diketahui.

b. Memahami (comprehension)

Memahami adalah proses dalam menginterpretasikan suatu hal atau objek dengan penjelasan yang tepat dan benar.

c. Aplikasi (aplication)

(14)

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah proses menjabarkan materi kedalam suatu komponen yang masih dalam satu lingkup yang sama dan saling terkait.

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis adalah proses menempatkan atau menyusun suatu bagian komponen kedalam suatu bentuk yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasiberkaitan dengan kemampuan penilaian suatu objek berdasarkan kriterianya secara subjektif ataupun memakai kriteria yang sudah ada.

Pengukuran pengetahuandapatdilakukan dengan wawancara atau menggunakan kuesioner yang berisi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003). Kuesioner dapat diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah layak dan responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda tertentu (Notoatmodjo, 2003).

3. Pemberian Informasi

Pengetahuan komunikasi kesehatan adalah hasil komunikasi yang efektif, dapat membantu dalam meningkatkan kesadaran tentang resiko atau solusi tentang masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat, dan memberikan motivasi masyarakat dalam mengembangkan keterampilan untuk mengurangi resiko (Liliweri, 2008).

Menurut Notoatmodjo (2005) beberapa contoh metode promosi kesehatan secara massa, antara lain:

a. Ceramah umum (public speaking)

Biasanya dilakukan pada acara dan waktu tertentu untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat.

b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan.

c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lain. d. Tulisan di majalah atau koran baik dalam bentuk artikel maupun konsultasi

kesehatan.

(15)

Metode ceramah adalah penyampaian informasi secara langsung kepada penerima informasi. Metode ini biasa digunakan untuk pemberian informasi karena murah, mudah untuk dilakukan, dapat menyajikan materi pelajaran yang luas, dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan,tapi kekurangan metode ceramah adalah hal yang dikuasai penerima materi tergantung dari hal yang dikuasai pemberi materi, kemampuan setiap orang berbeda dalam menerima materi, metode ceramah dapat membosankan bagi penerima materi, dan sulit mengetahui pemahaman penerima materi (Sanjaya, 2010).

Media cetak adalah media yang mengutamakan pesan-pesan visual yang terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warnaNotoatmodjo (2005). Leaflet yang merupakanmedia cetak untuk menyampaikan informasi pada selembar kertas yang dilipat-lipat, berisi tulisan cetak dan beberapa gambar (Suiraoka & Suppariasa, 2012). Keuntungan menggunakan leaflet adalah tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak mahal, tidak diperlukan listrik, dapat dibawa kemana-mana, mempermudah pemahaman, dan meningkatkan gairah belajar, sedangkan kekurangannya tidak dapat menstimulir efek suara, efek gerak dan mudah terlipat (Suiraoka & Suppariasa, 2012).

E. Landasan Teori

(16)

Sebagaimana telah diketahui bahwa penyuluhan merupakan upaya memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan atau individu, kelompok, dan masyarakat mencangkup peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku(Notoatmodjo, 2005). Pendidikan kesehatan dengan metode ceramah adalah suatu proses belajar untuk mengembangkan pengertian yang benar dan sikap yang positif terhadap kesehatan (Hastuti & Mahaningsih, 2009). Pendidikan kesehatan juga dapat diperoleh dengan media leaflet yang pada hakikatnya membantu pendidikan yang menonjolkan visualnya (Hastuti & Mahaningsih, 2009).

F. Hipotesis

Gambar

Tabel 2. Penilaian Derajat Dehidrasi
Tabel 3. Aturan pemakaian oralit pada bayi dan balita

Referensi

Dokumen terkait

Merupakan masukan yang berguna untuk menambah wawasan pengetahuan tentang ilmu komputer yang sedang diteliti oleh penulis yaitu perbandingan kinerja cluster openMosix dengan disk

Saudara dianjurkan untuk membawa Berkas Dokumen Asli yang berkenaan dengan data isian sebagaimana yang telah saudara sampaikan pada Dokumen Penawaran Admnistrasi,

Dengan sirkuler jang sja maksudkan tadi itu akan ada gam- baran jang lebih djelas dan saja jakin akan memudahkan pula kemu- dian pekerdjaan

Pada Gambar 4.37 dapat dilihat pada hasil pengujian kuat tekan beton dengan sampel pasir Cepu tanpa cuci admixture 50% pada umur 28 hari dengan kuat tekan benda uji secara

Oleh karena itu, alasan meneliti hubungan subtitusi adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk penanda hubungan subtitusi pada wacana kolom &#34;Jati Diri&#34; Jawa Pos edisi bulan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDA AAN DIREKTORAT JENDERAL:. GURU DAN

Target atau segmen pasar yang dituju 3.4.. Trend

Oleh sebab itu, bahan organik yang akan dijadikan masukan andalan pertanian padi pada masa depan selain dapat diproduksi secara in situ , juga harus lebih berkualitas, seperti