SERANG, PROPINSI BANTEN
Oleh: RONA PUTRIA
A 14104687
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN
PEMBIBITAN (
BREEDING
) SAPI POTONG
PADA PT LEMBU JANTAN PERKASA (LJP),
SERANG, PROPINSI BANTEN
Oleh: RONA PUTRIA
A14104687
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
(Breeding) Sapi Potong Pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), Serang, Propinsi
Banten Di Bawah Bimbingan NETTI TINAPRILA
Kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan gizi masyarakat yang tidak diimbangi oleh pertumbuhan populasi sapi potong di Indonesia. Petumbuhan populasi sapi potong cenderung statis. Berdasarkan data Statistik Ditjen Peternakan, populasi sapi potong pada tahun 2005 mencapai 10,5 juta ekor. Jumlah tersebut tidak mampu untuk memenuhi permintaan konsumsi daging secara nasional. Melihat kenyataan tersebut sapi potong merupakan potensi terbesar yang prospektif dalam memasok permintaan daging di Indonesia. Permintaan yang tinggi akan sapi bibit dan sapi bakalan hingga saat ini belum dapat dipenuhi oleh usaha pembibitan sapi potong di dalam negeri. Hal ini tercermin pada impor sapi bakalan dan daging sapi beku yang cenderung makin meningkat.
Melihat kenyataan tersebut potensi untuk pengembanggan sapi potong di dalam negeri masih cukup besar untuk dikembangkan. Masalah yang dihadapi perusahaan selama ini adalah dalam pengadaan bakalan yang sangat ditentukan oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang sangat berfluktuasi. Investasi yang digunakan dalam usaha pembibitan tidaklah sedikit selain itu dibutuhkan waktu yang lama dalam mengembalikan modal karena pembibitan sapi potong menghasilkan output produksi selama satu tahun, sehingga untuk pengembangan
pembibitan selanjutnya perlu dilakukan analisis kelayakan usaha breeding sapi
potong. Analisis kelayakan usaha pengembangan pembibitan sapi potong dilakukan untuk melihat aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi dalam
usaha breeding sapi potong. Aspek-aspek yang akan dikaji dalam usaha breeding
sapi potong meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek pasar, aspek sosial dan aspek finansial.
Perhitungan aspek finansial menggunakan kriteria investasi yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha yaitu NPV, IRR,
Net B/C ratio dan Payback Period. Selain kriteria investasi, juga digunakan
analisis sensitivitas untuk mengetahui tingkat kepekaan kegiatan pembibitan sapi potong terhadap keadaan yang berubah-ubah. Dari hasil analisis aspek finansial akan diketahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh petani dan kegiatan mana yang paling menguntungkan pada kondisi sekarang, apakah kegiatan pembibitan, kegiatan penggemukkan, atau kegiatan pembibitan dan penggemukkan dilakukan secara bersamaan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan apakah dengan pengembangan skala usaha
pembibitan (breeding) sapi potong pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) akan
layak untuk dilakukan ?
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Melihat aspek teknis, aspek pasar, aspek sosial serta lingkungan, dan aspek
manejemen dalam usaha breeding PT LJP. 2) Menganalisis kelayakan usaha
Rupiah terhadap Dollar yang berfluktuatif . Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan, yaitu peternak dan calon pengusaha pembibitan sapi potong. Selain itu bagi peneliti, mahasiswa dan pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai usaha pembibitan sapi potong.
Penelitian ini dilakukan pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) yang berlokasi di Jalan Serang-Pandeglang Km 9,6 Desa Sindang Sari, Kecamatan Pabuaran, Provinsi Banten. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Lembu Jantan Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta nasional berskala besar yang bergerak di bidang pembibitan sapi potong di Provinsi Banten. Penelitian lapang serta pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei 2008 hingga Juli 2008.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di perusahaan serta wawancara dengan manajer perusahaan dan karyawan perusahaan. Selain itu digunakan juga data sekunder yang diperoleh dari catatan intern perusahaan, baik catatan produksi maupun keuangan, Badan Pusat Statistik, Dinas Peternakan dan literatur yang diperoleh dari perpustakaan LSI IPB, perpustakaan FAPERTA, perpustakaan FAPET dan internet, buku-buku dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian.
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek-aspek usaha pembibitan sapi potong yaitu meliputi analisis aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, dan aspek pasar. Analisis kelayakan finansial ini menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi yaitu,
Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net
B/C), Payback Period (PP) dan analisis sensitivitas. Data kuantitatif yang
dikumpulkan, diolah dengan menggunakan kalkulator dan komputer yaitu
Microsoft Excel dan ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan pembacaan dan diberikan penjelasan secara deskriptif.
Hasil analisis kelayakan usaha pengembangan pembibitan sapi potong dari
aspek finansial mengunakan kriteria kelayakan NPV, IRR, Net B/C, dan Payback
Period, maka diperoleh hasil ; NPV sebesar Rp 1.929.172.324, Net B/C sebesar
1,48, IRR sebesar 10,65 persen, dan Payback Period sebesar 3,56. Hasil analisis
finansial menunjukan bahwa usaha pengembangan pembibitan sapi potong layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV lebih besar dari nol, nilai IRR lebih besar dari suku bunga. Analisis sensitivitas dengan variasi penghitungan mengunakan
metode switching value dengan dua variabel parameter yaitu nilai tukar rupiah
terhadap Dollar yang berfluktuatif dan penurunan volume produksi sapi potong. Hasil analisis sensitivitas menunjukan Penurunan volume produksi sapi bunting muda dan bunting tua sebesar lima persen paling peka diantara dua variabel parameter lainnya yaitu variabel kenaikan Dollar terhadap Rupiah, variabel penurunan volume produksi anak sapi dengan berat 40-175 Kg, dan variabel penurunan produksi anak sapi dengan berat 170-250 Kg.
PADA PT LEMBU JANTAN PERKASA (LJP),
SERANG, PROPINSI BANTEN
Oleh: RONA PUTRIA
A14104687
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan Pembibitan (Breeding) Sapi Potong Pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), Serang, Propinsi Banten
Nama : Rona Putria
NRP : A14104687
Menyetujui Dosen Pembimbing
Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP. 132 133 965
Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian
Prof.. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN SKRIPSI SAYA YANG BERJUDUL
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING) SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKASA (LJP) SERANG PROPINSI BANTEN BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, September 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Talu pada tanggal 23 Januari 1983 sebagai anak dari
pasangan Bapak Nasul Osen dan Ibu Risffarmi. Penulis adalah anak ke dua dari
empat bersaudara.
Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SDN No 18 Sukamenanti
dan lulus pada tahun 1995. Pendidikan tingkat menengah pertama dilalui di
SLTPN 4 Pasaman dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan menengah umum
diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN 1 Pasaman. Pada tahun 2004 penulis
menyelesaikan pendidikannya di Program Diploma III Manajemen Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2005 penulis
melanjutkan pendidikan pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah, rahmat, dan hidayah-NYA, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis guna
memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Ekstensi
Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi yang berjudul ANALISIS KELAYAKAN USAHA
PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING) SAPI POTONG PADA PT
LEMBU JANTAN PERKASA (LJP) SERANG PROPINSI BANTEN ini
berisikan mengenai tahapan-tahapan kegiatan budidaya pembibitan sapi potong
pada PT Lembu jantan Perkasa (LJP), analisis kelayakan usaha pembibitan sapi
potong serta analisis sensitifitas.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Namun penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Bogor, September 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT segala rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan Skripsi
ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, yang sudah memberikan dukungan
moral maupun materil, dorongan semangat, binbingan, sumbangan pemikiran dan
lain-lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta atas perhatian dan kasih sayang yang tulus kepada
penulis serta dorongan moril dan materil, motifasi, dan doa selama
perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
2. Ir. Netti Tinaprila, MM sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi.
3. Dr. Ir. Heny K Daryanto selaku dosen penguji yang telah memberikan
kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
4. Tintin Sarianti Sp. Selaku penguji Komdik yang telah memberikan nasehat
dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
5. Ir. Rita Nurmalita, MS selaku dosen evaluator kolokium yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak Bambang dan Bapak Ketut sebagai manejer PT Lembu Jantan
Perkasa yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan
SERANG, PROPINSI BANTEN
Oleh: RONA PUTRIA
A 14104687
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN
PEMBIBITAN (
BREEDING
) SAPI POTONG
PADA PT LEMBU JANTAN PERKASA (LJP),
SERANG, PROPINSI BANTEN
Oleh: RONA PUTRIA
A14104687
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
(Breeding) Sapi Potong Pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), Serang, Propinsi
Banten Di Bawah Bimbingan NETTI TINAPRILA
Kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan gizi masyarakat yang tidak diimbangi oleh pertumbuhan populasi sapi potong di Indonesia. Petumbuhan populasi sapi potong cenderung statis. Berdasarkan data Statistik Ditjen Peternakan, populasi sapi potong pada tahun 2005 mencapai 10,5 juta ekor. Jumlah tersebut tidak mampu untuk memenuhi permintaan konsumsi daging secara nasional. Melihat kenyataan tersebut sapi potong merupakan potensi terbesar yang prospektif dalam memasok permintaan daging di Indonesia. Permintaan yang tinggi akan sapi bibit dan sapi bakalan hingga saat ini belum dapat dipenuhi oleh usaha pembibitan sapi potong di dalam negeri. Hal ini tercermin pada impor sapi bakalan dan daging sapi beku yang cenderung makin meningkat.
Melihat kenyataan tersebut potensi untuk pengembanggan sapi potong di dalam negeri masih cukup besar untuk dikembangkan. Masalah yang dihadapi perusahaan selama ini adalah dalam pengadaan bakalan yang sangat ditentukan oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang sangat berfluktuasi. Investasi yang digunakan dalam usaha pembibitan tidaklah sedikit selain itu dibutuhkan waktu yang lama dalam mengembalikan modal karena pembibitan sapi potong menghasilkan output produksi selama satu tahun, sehingga untuk pengembangan
pembibitan selanjutnya perlu dilakukan analisis kelayakan usaha breeding sapi
potong. Analisis kelayakan usaha pengembangan pembibitan sapi potong dilakukan untuk melihat aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi dalam
usaha breeding sapi potong. Aspek-aspek yang akan dikaji dalam usaha breeding
sapi potong meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek pasar, aspek sosial dan aspek finansial.
Perhitungan aspek finansial menggunakan kriteria investasi yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha yaitu NPV, IRR,
Net B/C ratio dan Payback Period. Selain kriteria investasi, juga digunakan
analisis sensitivitas untuk mengetahui tingkat kepekaan kegiatan pembibitan sapi potong terhadap keadaan yang berubah-ubah. Dari hasil analisis aspek finansial akan diketahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh petani dan kegiatan mana yang paling menguntungkan pada kondisi sekarang, apakah kegiatan pembibitan, kegiatan penggemukkan, atau kegiatan pembibitan dan penggemukkan dilakukan secara bersamaan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan apakah dengan pengembangan skala usaha
pembibitan (breeding) sapi potong pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) akan
layak untuk dilakukan ?
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Melihat aspek teknis, aspek pasar, aspek sosial serta lingkungan, dan aspek
manejemen dalam usaha breeding PT LJP. 2) Menganalisis kelayakan usaha
Rupiah terhadap Dollar yang berfluktuatif . Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan, yaitu peternak dan calon pengusaha pembibitan sapi potong. Selain itu bagi peneliti, mahasiswa dan pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai usaha pembibitan sapi potong.
Penelitian ini dilakukan pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) yang berlokasi di Jalan Serang-Pandeglang Km 9,6 Desa Sindang Sari, Kecamatan Pabuaran, Provinsi Banten. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Lembu Jantan Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta nasional berskala besar yang bergerak di bidang pembibitan sapi potong di Provinsi Banten. Penelitian lapang serta pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei 2008 hingga Juli 2008.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di perusahaan serta wawancara dengan manajer perusahaan dan karyawan perusahaan. Selain itu digunakan juga data sekunder yang diperoleh dari catatan intern perusahaan, baik catatan produksi maupun keuangan, Badan Pusat Statistik, Dinas Peternakan dan literatur yang diperoleh dari perpustakaan LSI IPB, perpustakaan FAPERTA, perpustakaan FAPET dan internet, buku-buku dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian.
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek-aspek usaha pembibitan sapi potong yaitu meliputi analisis aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, dan aspek pasar. Analisis kelayakan finansial ini menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi yaitu,
Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net
B/C), Payback Period (PP) dan analisis sensitivitas. Data kuantitatif yang
dikumpulkan, diolah dengan menggunakan kalkulator dan komputer yaitu
Microsoft Excel dan ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan pembacaan dan diberikan penjelasan secara deskriptif.
Hasil analisis kelayakan usaha pengembangan pembibitan sapi potong dari
aspek finansial mengunakan kriteria kelayakan NPV, IRR, Net B/C, dan Payback
Period, maka diperoleh hasil ; NPV sebesar Rp 1.929.172.324, Net B/C sebesar
1,48, IRR sebesar 10,65 persen, dan Payback Period sebesar 3,56. Hasil analisis
finansial menunjukan bahwa usaha pengembangan pembibitan sapi potong layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV lebih besar dari nol, nilai IRR lebih besar dari suku bunga. Analisis sensitivitas dengan variasi penghitungan mengunakan
metode switching value dengan dua variabel parameter yaitu nilai tukar rupiah
terhadap Dollar yang berfluktuatif dan penurunan volume produksi sapi potong. Hasil analisis sensitivitas menunjukan Penurunan volume produksi sapi bunting muda dan bunting tua sebesar lima persen paling peka diantara dua variabel parameter lainnya yaitu variabel kenaikan Dollar terhadap Rupiah, variabel penurunan volume produksi anak sapi dengan berat 40-175 Kg, dan variabel penurunan produksi anak sapi dengan berat 170-250 Kg.
PADA PT LEMBU JANTAN PERKASA (LJP),
SERANG, PROPINSI BANTEN
Oleh: RONA PUTRIA
A14104687
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan Pembibitan (Breeding) Sapi Potong Pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), Serang, Propinsi Banten
Nama : Rona Putria
NRP : A14104687
Menyetujui Dosen Pembimbing
Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP. 132 133 965
Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian
Prof.. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN SKRIPSI SAYA YANG BERJUDUL
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING) SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKASA (LJP) SERANG PROPINSI BANTEN BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, September 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Talu pada tanggal 23 Januari 1983 sebagai anak dari
pasangan Bapak Nasul Osen dan Ibu Risffarmi. Penulis adalah anak ke dua dari
empat bersaudara.
Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SDN No 18 Sukamenanti
dan lulus pada tahun 1995. Pendidikan tingkat menengah pertama dilalui di
SLTPN 4 Pasaman dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan menengah umum
diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN 1 Pasaman. Pada tahun 2004 penulis
menyelesaikan pendidikannya di Program Diploma III Manajemen Agribisnis,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2005 penulis
melanjutkan pendidikan pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah, rahmat, dan hidayah-NYA, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis guna
memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Ekstensi
Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi yang berjudul ANALISIS KELAYAKAN USAHA
PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING) SAPI POTONG PADA PT
LEMBU JANTAN PERKASA (LJP) SERANG PROPINSI BANTEN ini
berisikan mengenai tahapan-tahapan kegiatan budidaya pembibitan sapi potong
pada PT Lembu jantan Perkasa (LJP), analisis kelayakan usaha pembibitan sapi
potong serta analisis sensitifitas.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Namun penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Bogor, September 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT segala rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan Skripsi
ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, yang sudah memberikan dukungan
moral maupun materil, dorongan semangat, binbingan, sumbangan pemikiran dan
lain-lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta atas perhatian dan kasih sayang yang tulus kepada
penulis serta dorongan moril dan materil, motifasi, dan doa selama
perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
2. Ir. Netti Tinaprila, MM sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi.
3. Dr. Ir. Heny K Daryanto selaku dosen penguji yang telah memberikan
kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
4. Tintin Sarianti Sp. Selaku penguji Komdik yang telah memberikan nasehat
dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
5. Ir. Rita Nurmalita, MS selaku dosen evaluator kolokium yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak Bambang dan Bapak Ketut sebagai manejer PT Lembu Jantan
Perkasa yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan
berada dalam jalan-Nya dan dapat menyenangkan hati kedua orangtua.
8. Peni, Erika, Hafsah, Lisza, Idha, Kris, Rena, Mirna, dan Alm Emay yang
selalu menjadi sahabat sejati. You are my best friend and I hope you get
what you want, kiranya persahabatan kita tetap abadi.
9. Koko dan Agripha terimakasih atas semua masukan, saran, bantuan dan
kebaikan selama ini, segala kesulitan dalam penyusunan skripsi ini
menjadi tidak berarti. Thakns alot guys.
10. Teman-teman seperjuangan skripsi : Alm Cici, Mira, Mba Endah, Nova,
Dewi atas kebersamaan dan masukan selama penyusunan skripsi.
11. Anak-anak C10 : Dian, Kak Dina, Kak Fitrie, Kak Ida, Kak Yulia, Uwi
dan Tantri
12. Anak-anak MAB 38 : Agung, Bina, Zaenal, Deri, Faisal, Fahrul, Asti,
Unun, Yanti, Anggra, dan yang tidak disebutkan namanya.
13. Kepada seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis.
14. Rekan-rekan mahasiswa Ekstensi MAB : Fresti, Niken, Ola, Mey, Arfan,
Hendri, Northa, Ridwan, Sandy, Dian, Irma serta seluruh pihak yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.
15. And last but absolutely not least to my very best partner in crime Harmen NH. Thank you for your motivation, attention and for your everlasting
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... vii DAFTAR LAMPIRAN ...viii
I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 5 1.3. Tujuan Penelitian ... 11 1.4. Kegunaan Penelitian ... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13 2.1. Sejarah Bangsa Sapi Potong ... 13 2.2. Jenis-Jenis Sapi Potong ... 14 2.1.1. Jenis-Jenis Sapi Lokal ... 14 2.1.2. Jenis-Jenis Sapi Bukan Lokal ... 15 2.3. Pemilihan Bibit Sapi Potong ... 16 2.4. Inseminasi Buatan (IB) ... 18 2.5. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 21
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 30 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 30
3.1.1. Studi Kelayakan Proyek ... 30 3.1.2. Analisis Finansial ... 31
3.1.3. Discounted Cash Flow Method ... 32
3.1.4. Analisis Sensitivitas ... 34 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 35
IV. METODE PENELITIAN ... 41 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41 4.2. Jenis dan Sumber Data ... 41 4.3. Metode Analisis Data ... 42 4.3.1. Analisis Aspek Teknis ... 42 4.3.2. Analisis Aspek Manajemen ... 43 4.3.3. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan ... 43 4.4.4. Analisis Aspek Pasar ... 43 4.4.5. Analisis Aspek Finansial ... 44 4.4. Aspek-Aspek Kelayakan Investasi ... 44
4.4.1. Net Present Value (NPV) ... 44
4.4.2. Internal Rate Return (IRR) ... 46
4.4.3. Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) ... 46
4.4.4. Payback Period ... 48
4.5. Analisis Break Even Point (BEP) ... 48
1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 5 1.3. Tujuan Penelitian ... 11 1.4. Kegunaan Penelitian ... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13 2.1. Sejarah Bangsa Sapi Potong ... 13 2.2. Jenis-Jenis Sapi Potong ... 14
2.1.1. Jenis-Jenis Sapi Lokal ... 14 2.1.2. Jenis-Jenis Sapi Bukan Lokal ... 15 2.3. Pemilihan Bibit Sapi Potong ... 16 2.4. Inseminasi Buatan (IB) ... 18 2.5. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 21
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 30 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 30
3.1.1. Studi Kelayakan Proyek ... 30 3.1.2. Analisis Finansial ... 31
3.1.3. Discounted Cash Flow Method ... 32
3.1.4. Analisis Sensitivitas ... 34 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 35
IV. METODE PENELITIAN ... 41 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41 4.2. Jenis dan Sumber Data ... 41 4.3. Metode Analisis Data ... 42 4.3.1. Analisis Aspek Teknis ... 42 4.3.2. Analisis Aspek Manajemen... 43 4.3.3. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan ... 43 4.4.4. Analisis Aspek Pasar ... 43 4.4.5. Analisis Aspek Finansial ... 44 4.4. Aspek-Aspek Kelayakan Investasi... 44
4.4.1. Net Present Value (NPV) ... 44
4.4.2. Internal Rate Return (IRR) ... 46
4.4.3. Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) ... 46
4.4.4. Payback Period ... 48
4.5. Analisis Break Even Point (BEP) ... 48
4.6. Analisis Sensitivitas ... 49 4.7. Asumsi Dasar ... 50
V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 57 5.1. Perkembangan dan Sejarah Perusahaan ... 57 5.2. Lokasi Perusahaan ... 59 5.3. Tujuan Perusahaan ... 59 5.4. Deskripsi Kegiatan Bisnis PT Lembu Jantan Perkasa ... 60
5.4.2. Unit Usaha Fattening Sapi Potong ... 63 5.4.3. Unit Usaha Feedmil ... 64 5.4.4. Unit Usaha Pengolahan Limbah ... 65 5.4.5. Unit Usaha Penyewaan Mobil ... 66
VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK TEKNIS, MANAJEMEN, SOSIAL-LINGKUNGAN, DAN PASAR ... 67 6.1. Aspek Teknis ... 67
6.1.1. Lokasi Breeding Sapi Potong... 67
6.1.2. Bentuk Bangunan, Peralatan, dan Teknologi pada PT LJP 68
6.1.3. Deskripsi Proses Produksi Breeding Sapi Potong PT LJP.. 71
6.2. Aspek Manajerial ... 79 6.2.1. Struktur Organisasi PT LJP... 79 6.2.2. Wewenang, Tugas dan Tangungjawab pada PT LJP ... 81 6.2.3. Deskripsi Sumber Daya Manusia pada PT LJP ... 83 6.3. Aspek Pasar... 84
6.3.1. Harga Jual Breeding PT LJP ... 84
6.3.2. Pemasaran Breeding Sapi Potong ... 86
6.4. Aspek Sosial dan Lingkungan... 88
VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ... 90
7.1. Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan (Breeding) Sapi Potong
PT LJP (Skenario I) ... 91 7.1.1. Arus Manfaat (In Flow) ... 91 7.1.2. Arus Biaya (Out Flow) ... 95 7.1.2.1. Biaya Investasi ... 95 7.1.2.2. Biaya Operasional ... 97 7.1.3. Kelayakan Finansial Usaha Pembibitan Sapi Potong ... 107 7.1.3.1. Kriteria Investasi ... 107 7.1.3.2. Titik Impas (BEP) ... 109
7.2. Analisis Kelayakan Usaha Penggemukkan (Fattening) Sapi
Potong PT LJP (Skenario II) ... 110 7.2.1. Arus Manfaat (In Flow) ... 110 7.2.2. Arus Biaya (Out Flow) ... 112 7.2.2.1. Biaya Investasi ... 112 7.2.2.2. Biaya Operasional ... 114 7.2.3. Kelayakan Finansial Usaha Penggemukkan Sapi Potong... 123 7.2.2.1. Kriteria Investasi ... 123 7.2.2.2. Titik Impas (BEP) ... 124 7.3. Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan dan Penggemukkan Sapi
Potong (Skenario III) ... 125 7.3.1. Arus Manfaat (In Flow) ... 125 7.3.2. Arus Biaya (Out Flow) ... 129 7.3.2.1. Biaya Investasi ... 129 7.3.2.2. Biaya Operasional ... 131 7.3.3. Kelayakan Finansial Pembibitan dan Penggemukkan Sapi
Skenario ... 143
7.6. Analisis Sensitifitas (Switching Value) ... 144
7.6.1. Anasilis Switching Value Usaha Pembibitan Sapi Potong (Skenario I) ... 145 7.6.2. Analisis Switching Value Usaha Penggemukkan Sapi
Potong (Skenario II)... 147
7.5.3. Analisis Switching Value Usaha Pembibitan dan
Penggemukkan Sapi Potong (Skenario III)... 148
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 151 8.1. Kesimpulan ... 151 8.2. Saran ... 152
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Konsumsi Daging Nasional Tahun 2004 – 2006 ... 2
2. Populasi Peternakan di Indonesia Tahun 2001 – 2006 ... 3
3. Perkembangan Impor Sapi Tahun 2001 – 2006... 4
4. Penjualan Sapi Breeding PT. LJP Tahun 2006 – 2007 ... 9
5. Penelitian Terdahulu yang Relevan Mengenai Kelayakan Breeding
Sapi Potong ... 29
6. Kapasitas Kandang dan Jumlah Ternak pada PT LJP... 69
7. Peralatan Kandang pada PT LJP ... 70
8. Formula Konsentrat PT LJP untuk Pakan Weaner, Breeding, dan
Fattening... 79
9. Tingkat Pendidikan Staff Di PT Lembu Jantan Perkasa... 84
10. Harga Sapi Weaner PT LJP Tahun 2008 ... 85
11. Harga Sapi Bunting PT LJP Tahun 2008... 86
12. Komponen Penerimaan Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa ... 91
13. Proyeksi Populasi Stock Breeding Usaha Pembibitan Sapi Potong ... 94
14. Rincian Biaya Investasi Usaha Pembibitan Breeding Sapi Potong PT
Lembu Jantan Perkasa... 96
15. Komponen Investasi Biaya Bangunan Usaha Pembibitan PT Lembu Jantan Perkasa ... 97
16. Rincian Biaya Tetap Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa ... 98
17. Rincian Biaya Staff PT Lembu Jantan Perkasa (LJP)... 99
18. Rincian Biaya Variabel Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa ... 100
19. Rincian Biaya Pakan Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa ... 102
20. Rincian Biaya Transportasi Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa... 103
23. Jadwal Kegiatan Karyawan Kandang PT Lembu Jantan Perkasa... 106
24. Kriteria Investasi Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) ... 107
25. Nilai BEP Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa . 109
26. Rincian Penerimaan Usaha Penggemukkan Sapi Potong Lembu Jantan Perkasa ... 111
27. Rincian Biaya Investasi Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa... 113
28. Rincian Gaji Staff Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa ... 115
29. Rincian Biaya Tetap Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa ... 115
30. Rincian Biaya Pakan Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa ... 118
31. Rincian Biaya Transportasi Usaha Penggemukan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa... 120
32. Rincian Biaya Obat-Obatan Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa... 121
33. Biaya Peralatan Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT LJP ... 122
34. Kriteria Investasi Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) ... 123
35. Nilai BEP Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) ... 125
36. Proyeksi Populasi Ternak Sapi Potong Usaha Fattening Dan
Breeding PT Lembu Jantan Perkasa (Skenario III) ... 127 37. Rincian Biaya Investasi Usaha Pembibitan Dan Penggemukkan Sapi
Potong PT Lembu Jantan Perkasa... 130
38. Rincian Biaya Tetap Usaha Pembibitan Dan Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa... 132
39. Rincian Biaya Variabel Usaha Pembibitan Dan Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa... 133
40. Rincian Biaya Pakan Sapi Penggemukkan PT Lembu Jantan Perkasa. 134
42. Rincian Biaya Obat-Obatan dan Vitamin Usaha Pembibitan Dan Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa ... 137
43. Rincian Biaya Peralatan Usaha Pembibitan Dan Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa... 139
44. Kriteria Investasi Usaha Pembibitan Dan Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) ... 140
45. Nilai BEP Usaha Pembibitan Dan Pengemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa (Skenario III)... 142
46. Perbandingan Kriteria Kelayakan Finansial Usaha Sapi Potong Pada Ketiga Skenario... 144
47. Switching Value Usaha Pembibitan Sapi Potong (Skenario I)... 146 48. Switching Value Usaha Penggemukkan (Fattening) Sapi Potong
(Skenario II) ... 147
Nomor Halaman
1. Kerangka Pemikiran Operasional ... 40
2. Seleksi Bakalan dan Calon Bibit pada PT LJP ... 72
3. Tahapan Inseminasi Buatan (IB) PT LJP... 75
4. Struktur Organisasi PT LJP... 80
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Denah Lokasi PT LJP ... 158
2. Luas Lahan yang Digunakan PT LJP... 159
3. Layout Kandang PT LJP ... 160
4. Cashflow Usaha Pembibitan Sapi Potong (Skenario I) ... 161
5. Nilai Sisa Usaha Pembimbitan Sapi Potong (Skenario I) ... 161
6. Nilai Sisa Usaha Penggemukan Sapi Potong (Skenario II) ... 163
7. Cashflow Usaha Penggemukan Sapi Potong (Skenario II)... 164
8. Nilai Sisa Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong (Skenario III)... 165
9. Cashflow Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong (Skenario III)... 166
10. Rugi Laba usaha Penggemukan Sapi Potong (Skenario II) ... 168
11. Cashflow Sensitivitas Kenaikan Harga dolar Terhadap Bakalan Sebesar 10.75% ... 169
12. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Anak Sapi Sebesar 9% .. 170
13. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Bunting Sebesar 3% ... 171
14. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Anak Sapi
Breeding Sebesar 9% ... 172 15. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Bunting
Sebesar 3% ... 173
16. Cashflow dengan Kenaikan Harga Dolar Sebesar 3.50% Terhadap Harga Bakalan... 174
17. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Potong Jenis Sterr
Sebesar 3.57% ... 175
18. Cashflow Penurunan Harga Jual Sapi Bull Sebesar 3.20% ... 176
19. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Heifer Sebesar
3.60% ... 177
20. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Potong Sterr
Sebesar 3.60% ... 178
21. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Bull Sebesar
23. Cashflow Sensitivitas Kenaikan Dolar Terhadap Harga Bakalan Sebesar 10.93% ... 181
24. Cashflow SensitivitasPenurunan Harga Jual Anak Sapi Breeding
Sebesar 34.15% ... 183
25. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Bunting Sebesar 16.96% ... 184
26. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Sterr Sebesar
14.50% ... 185
27. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Bull sebesar
14.32% ... 186
28. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Bull Sebesar
14.32% ... 187
29. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Heifer Sebesar
14.58% ... 188
30. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Penjualan Anak
Sapi Breeding Sebesar 34.15% ... 189
31. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Bunting sebesar 8.31%... 190
32 Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Potong Sterr
Sebesar 14.49% ... 191
33. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Potong
BullSebesar 14.28% ... 192 34. Cashflow Sensitivitas PenurunanVolume Produksi Sapi Potong
Heifer Sebesar 14.55%... 193
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan akan produk asal hewani terus meningkat. Hal tersebut didorong oleh meningkatnya pendapatan penduduk, meningkatnya jumlah penduduk serta semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi produk pangan asal hewani. Ada korelasi positif antara peningkatan pendapatan terhadap pola konsumsi manusia. Pada tingkat pendapatan rendah manusia cenderung memenuhi kebutuhan hidupnya terhadap karbohidrat, seiring dengan terjadinya peningkatan pendapatan, manusia akan mengubah pola konsumsinya untuk memenuhi kebutuhan akan protein hewani.
Menurut Statiska Direktoral Jenderal Peternakan, konsumsi daging pada periode tahun 2004 – 2006 mengalami peningkatan, hal ini bisa dilihat pada Tabel 1. Angka konsumsi daging nasional tahun 2006 yaitu berjumlah 1.838.942 ton menempati urutan kedua setelah daging ayam yaitu konsumsi daging sapi potong dengan angka konsumsi sebesar 474.447,036 ton. Hal tersebut mencerminkan bahwa konsumsi daging sapi potong mempunyai kotribusi yang cukup besar dalam konsumsi daging nasional. Salah satu yang menyebabkan daging ayam lebih diminati oleh masyarakat umum yaitu harga daging ayam yang lebih terjangkau dibandingkan harga daging sapi, dimana harga daging sapi saat ini Rp 55.000 per Kg, serta selera masyarakat yang lebih menyukai mengkonsumsi daging ayam.
Konsumsi daging sapi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, walaupun secara keseluruhan konsumsi daging ayam lebih besar yaitu 527.776,354
yang enak, terkesan eklusif dan kaya protein menjadikan daging sapi menjadi salah satu pilihan unggulan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dan masih diminati. Adanya kasus flu burung merupakan ancaman bagi peternak ayam yang mungkin akan memberikan dampak terjadinya penurunan konsumsi daging ayam, kejadian tersebut dapat dijadikan peluang bagi sapi potong dalam memasok permintaan kebutuhan daging secara nasional.
Tabel 1. Konsumsi Daging Nasional Tahun 2004-2006 Konsumsi per Tahun (Ton) Komoditi
2004 2005 2006
Ayam 365.968,261 473.661,3 527.776,354
Sapi Potong 325.305,12 394.718,125 474.447,036
Kerbau 243.978,84 255.777,264 307.103,314
Kambing 216.870,08 296.827,936 349.398,98
Domba 112.501,354 94.732,32 110.336,52
Babi 90.814,346 63.154,88 69.879,796
Total 1.355.438 1.578.872 1.838.942
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2007
3
Tabel 2. Populasi Ternak Di Indonesia 2001 – 2006
Populasi Peternakan per Tahun (Ekor) Jenis
2003 2004 2005 2006*) Sapi potong 10.504.128 10.532.889 10.569.312 10.835.686
Sapi perah 373.753 364.062 361.351 382.313
Kerbau 2.402.993 2.403.298 2.128.491 2.201.111
Kambing 12.549.086 12.780.961 13.409.298 14.051.156
Domba 7.810.702 8.075.148 8.327.022 8.543.206
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2007 Keterangan : *) Angka Sementara
Kebutuhan daging sapi di Indonesia saat ini dipenuhi dari tiga sumber yaitu peternakan rakyat (ternak sapi lokal), industri peternakan rakyat (hasil penggemukkan sapi ekspor-impor), dan impor daging dari luar negeri. Produksi daging dalam negeri saat ini tidak mencukupi tingkat konsumsi sehingga pemerintah terus meningkatkan impor, baik daging sapi potong maupun bakalan sapi potong untuk mencukupi permintaan tersebut. Selain itu, tingkat ketergantungan atas bibit sapi potong pun masih tinggi.
Tabel 3. Perkembangan Impor Sapi Tahun 2001 – 2006 Sapi bakalan Sapi induk No Tahun
Kg US $ Kg US $ Negara asal
1 2001 39.936.781 38.985.579 1.620.726 2.009.046
Singgapura, Australia, United State
2 2002 38.391.927 34.894.335 2.272.061 3.054.295 Korea Selatan, Australia
3 2003 56.699.525 51.009.904 2.029.054 2.439.828 Australia 4 2004 73.186.000 79.370.618 1.822.096 2.382.693 Australia 5 2005 89.672.476 107.731.332 1.615.139 1.921.558 Australia 6 2006 10.151.145 87.241.388 2.172.060 2.545.113 Australia Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun, 2008
Kenyataan itulah yang mendorong Dirjen Peternakan mengeluarkan kebijakan Gaung (Tiga Ung) Lampung pada tahun 1992 dimana isinya : Sapi lokal sebagai tulang punggung, Impor sapi bakalan sebagai pendukung, dan impor daging sapi sebagai penyambung. Melalui kebijakan ini disusun perencanaan secara lebih teliti berapa besarnya pemasukan sapi bakalan dan daging impor untuk memenuhi daging sapi dalam negeri (APFINDO, 2007).
Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk mengurangi ketergantungan impor sapi potong yaitu dengan cara memperbaiki mutu genetik sapi potong dengan menghasilkan bibit ternak sapi potong yang berkualitas. Bertambah banyaknya pembibitan sapi potong maka akan sangat mungkin menambah jumlah populasi ternak yang ada di Indonesia.
5
usaha pembibitan (breeding) sapi potong layak dan menguntungkan secara ekonomis untuk dilaksanakan oleh karena itu analisis kelayakan usaha pembibitan sapi potong tersebut perlu dilakukan.
1.2. Perumusan Masalah
Indonesia pada saat ini masih mengalami kekurangan pasokan sapi potong karena pertambahan populasi sapi potong tidak seimbang dengan kebutuhan konsumsi daging nasional. Di lain pihak, kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi cenderung semakin meningkat. Jika impor daging dan sapi potong terus meningkat dikhawatirkan Indonesia menjadi negara yang sangat ketergantungan terhadap produk dari luar negeri. Kebijakan impor sapi bakalan ataupun daging terpaksa dilakukan karena tanpa impor daging atau sapi bakalan dimungkinkan terjadi pengurasan sapi lokal yang berakibat buruk bagi ketahanan pangan nasional dan peternakan sapi rakyat.
Salah satu upaya peningkatan produksi daging sapi potong dalam negeri yaitu dengan upaya perbaikan mutu genetik sapi potong melalui pengembangan sapi murni (pemurnian) melalui usaha pembibitan sapi potong. Bertambah banyaknya pembibitan sapi potong maka akan sangat mungkin menambah jumlah populasi ternak yang ada di Indonesia. Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu teknik dalam pengembangbiakkan sapi potong yang dapat memperbaiki mutu genetik ternak serta merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh dalam peningkatan populasi ternak.
peternakan rakyat dan swasta harus digalakkan. Tidak teraturnya program perkawinan, kurangnya perhatian pada pemberian metode pakan, pemotongan yang tidak sesuai aturan, dan mutasi ternak dari suatu wilayah ke wilayah lain yang tidak terkontrol merupakan beberapa penyebab rendahnya populasi sapi potong.
Pembibitan bertujuan meningkatkan mutu genetik dan nilai ekonomis sapi potong serta menghasilkan bibit sapi yang memiliki kualitas unggul. Saat ini masih sedikit yang mengusahakan pembibitan sapi potong di Indonesia. Selama ini pihak swasta lebih tertarik menanamkan modalnya pada usaha penggemukkan dari pada usaha pembibitan. Hal ini disebabkan antara lain usaha penggemukkan memiliki resiko yang lebih kecil, perputaran modal lebih cepat, dan waktu pengembalian modal (payback period) lebih singkat dibanding usaha pembibitan, dimana breeding sapi potong baru dapat dijual setelah anak sapi yang baru lahir berumur tiga bulan.
Hal ini berbeda dengan usaha penggemukkan dimana sapi potong dapat dijual setelah mengalami penggemukkan selama tiga bulan. Para investor beranggapan bahwa dalam usaha breeding dibutuhkan lahan secara ekstensif dengan modal yang besar, padahal usaha pembibitan dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan sebaik mungkin dengan sistem semi intensif serta manajemen pakan yang baik yaitu memanfaatkan hasil produk sampingan pertanian (byproduct) sebagai bahan baku pakan yang bernutrisi.
7
penguasaan lahan ini akan menghambat investor untuk menanamkan modalnya dalam usaha pembibitan sapi potong (Hadi dan Ilham, 2002).
PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) adalah salah satu perusahaan swasta nasional di Indonesia yang yang berskala usaha besar, dan bergerak di dua bidang usaha yaitu pembibitan sapi potong (breeding) dan penggemukkan (fattening) sapi secara intensif. Sejak awal tahun 1990 PT LJP bergerak di bidang penggemukan sapi potong dengan menggunakan input utama yaitu bakalan sapi potong yang diimpor dari negara Australia. Berdasarkan pengalaman perusahaan, input bakalan yang diimpor tersebut sebesar 15 persen dari seluruh populasi sapi potong yang diimpor, telah dalam keadaan bunting. Keadaan tersebut merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mulai mengembangkan usaha pembibitan (breeding). Sehingga bakalan impor yang baru datang sebelum dimasukkan ke dalam unit usaha pembibitan dan unit usaha penggemukkan terlebih dahulu dilakukan seleksi.
Sapi betina yang diimpor, setelah melalui karantina yang ketat, diseleksi untuk menentukan keadaan dan potensi reproduksinya. Seleksi dilakukan meliputi Pemeriksaan Alat Reproduksi (PAR) dan Pemeriksaan Alat Kebuntingan (PKB). Apabila berada dalam keadaan bunting atau layak untuk bereproduksi, sapi-sapi betina tersebut dimasukkan ke dalam suatu program pembudidayaan pembibitan untuk dikembangkan lebih lanjut menggunakan teknologi IB.
alat reproduksi yang bagus, sedangkan sisanya 55 persen untuk usaha penggemukkan. Penggunaan bakalan impor ini dilakukan karena tidak tersedianya jumlah sapi bakalan di dalam negeri serta bibit ternak lokal yang kurang berkualitas.
Hal utama yang melatarbelakangi PT LJP mendirikan usaha pembibitan sapi potong yaitu melihat kondisi pertumbuhan populasi sapi potong yang cenderung statis sedangkan kebutuhan akan daging sapi di dalam negeri makin meningkat setiap tahunnya, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara permintaan daging sapi dengan populasi sapi potong. Hal ini menyebabkan tingkat ketergantungan impor sapi potong semakin tinggi. Melihat kenyataan tersebut, potensi untuk pengembangan sapi potong di dalam negeri masih cukup besar, namun belum diberdayakan secara optimal.
9
Tabel 4. Penjualan Sapi Breeding PT LJP Tahun 2006-2007 Tahun Keterangan
2006 (ekor) 2007 (ekor) 1. Penjualan anak
Sale calf male 12 48
Sale calf female 1 31
Sale weaner male 392 198
Sale weaner female 76 301
Total penjualan anak 481 578
2. Penjualan bunting
Bunting muda 3- 6 bulan 1080 1432
Bunting ≥ 7 bulan 299 321
Total penjualan bunting 1379 1753
Total Penjualan 1860 2331
Sumber : Departemen Livestock PT LJP, 2008
PT LJP mulai merintis usaha pembibitan sapi potong pada bulan Oktober tahun 2005. Populasi breeding sapi potong pada awalnya berjumlah 200 ekor sapi, dengan kapasitas kandang lebih kurang 3000 ekor sapi. Melihat adanya potensi permintaan konsumen terhadap daging sapi potong yang semakin meningkat, serta adanya peningkatan penjualan sapi breeding, maka PT LJP berencana akan menambah fasilitas dan kandang yang dapat menampung 7500 ekor ternak pada tahun 2008. Jumlah sapi breeding yang ada di PT LJP saat ini yaitu untuk anak sapi 657 ekor dan jumlah sapi bunting yaitu 2287 ekor. PT LJP memiliki luas areal 159.000 m2.
pengembangan pembibitan selanjutnya oleh peternak-peternak lain perlu dilakukan analisis kelayakan usaha breeding sapi potong. Aspek-aspek yang akan dikaji dalam pengembangan usaha breeding sapi potong meliputi aspek teknis, aspek institusioanal-organisasi-manejerial, aspek pasar, aspek sosial dan aspek finansial.
Keberhasilan breeding sapi potong dipengaruhi oleh manajemen breeding
itu sendiri yaitu : 1) manajemen ternak pra-breeding, 2) kesehatan hewan, 3) pakan, 4) manajemen ternak saat IB, 5) waktu IB dan, 6) Pemeriksaan Kebuntingan (PKB). Jika ada suatu perubahan dalam dasar perhitungan biaya dan
benefit maka perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek. Perubahan-perubahan tersebut yaitu kenaikkan biaya variabel terutama harga bakalan yang akan digunakan sebagai calon bibit, karena harga bakalan sangat dipengaruhi oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang sangat berfluktuasi. Penurunan volume produksi sapi potong, dan penurunan harga output.
Jika jumlah populasi sapi yang dibudidayakan untuk pembibitan semakin besar sedangkan jumlah lahan dan fasilitas yang digunakan sama, maka keuntungan yang diperoleh akan besar dan sebaliknya, mengingat usaha breeding
11
pembibitan (breeding) sapi potong pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) akan layak untuk dilakukan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah : a. Melihat aspek teknis, aspek pasar, aspek sosial serta lingkungan, dan aspek
manejemen dalam usaha breeding PT LJP b. Menganalisis kelayakan usaha breeding PT LJP c. Menganalisis sensitivitas usaha breeding pada PT LJP
1.4. Kegunaan Penelitian
PT LJP merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak pada usaha
breeding sapi potong di Indonesia. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan dan memberikan informasi yang berguna bagi pihak yang berkepentingan untuk tertarik dalam usaha pembibitan, khususnya pemerintah agar ikut berperan serta dalam mengurangi tingkat ketergantungan impor sapi bakalan atau pun sapi potong serta meningkatkan jumlah populasi sapi potong di Indonesia sehingga kebutuhan akan daging secara nasional dapat terpenuhi. Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi perusahaan penelitian ini diharapakan sebagai masukan terhadap manajemen perusahaan untuk mengetahui kelayakan usaha breeding, serta untuk mengetahui variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi usaha
2. Bagi pemerintah diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagaimana teknik budidaya breeding pada PT LJP dan bagaimana kelayakan usaha breeding, serta sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan keputusan yang menyangkut usaha pembibitan sapi potong. Diharapkan skripsi ini dapat sebagai masukan bagi pemerintah agar ikut berperan serta mengembangkan usaha pembibitan sapi potong di Indonesia agar swasembada daging tahun 2010 dapat tercapai.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Sapi Potong
Dari sejarahnya, semua bangsa sapi yang dikenal di dunia berasal dari
Homacodontidaeyang dijumpai pada zaman Paleocene. Adapun jenis primitifnya
ditemukan pada zaman Pliocene di India, Asia. Perkembangan dari jenis-jenis
primitif itulah menghasilkan tiga kelompok nenek moyang sapi hasil
penjinakkan. Adapun sapi yang dihasilkan dari jenis primitif, diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok besar yang memiliki genetik sapi yang penting untuk
menghasilkan keturunan yang berkualitas, yaitu :
1. Bos Sondaicus, atau Bos Banteng, sampai sekarang ini masih bisa ditemui hidup liar di daerah margasatwa yang dilindungi di pulau Jawa seperti
Pangandaran dan Ujung Kulon.
2. Bos Indicus atau Sapi Zebu, sampai sekarang mengalami perkembangan di India, Asia.
3. Bos Taurus atau Sapi Eropa, sampai sekarang mengalami perkembangan di Eropa.
Tiga kelompok nenek moyang tersebut, baik secara alamiah ataupun
karena peran serta manusia mampu mengalami perkembangan hasil perkawinan
atau persilangan yang menunjukkan bangsa-bangsa sapi modern, baik tipe
2.2. Jenis-Jenis Sapi Potong
Beberapa jenis sapi potong banyak dijumpai di Indonesia, baik itu sapi
potong lokal ataupun jenis sapi potong bukan lokal yang merupakan hasil
persilangan dan cocok dibudidayakan di Indonesia. Jenis sapi tersebut menyebar
di wilayah Indonesia diantaranya sapi Bali, Onggole, Peranakan Ongole, dan sapi
Madura. Sedangkan bangsa sapi potong bukan lokal seperti sapi Limousin, sapi
Charolais, dan sapi Brahman.
2.2.1. Jenis Sapi Lokal
Jenis-jenis sapi yang sudah lama terdapat di Indonesia dan telah
berkembang secara turun temurun dikenal dengan sebutan sapi lokal. Jenis-jenis
sapi lokal tersebut tersebar di hampir semua daerah di Indonesia, tetapi ada pula
yang hanya terdapat di daerah-daerah tertentu saja. Jenis sapi tersebut antara lain :
1. Sapi Bali, merupakan keturunan dari Bos Banteng. Sapi Bali mempunyai
bentuk dan karakteristik yang sama dengan banteng dan tergolong sapi
yang cukup subur, sehingga sapi Bali sangat cocok sebagai ternak bibit
yang potensial. Sapi Bali mempunyai fertilitas 83-86 persen
(Murtidjo,1990), tipe pekerja yang baik, persentase karkas yang tinggi,
daging rendah lemak, dan daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi
2. Sapi Ongole, merupakan keturunan Bos Indicus yang masuk ke Indonesia
melalui jalur perdagangan. Sapi ini berwarna putih dan memiliki banyak
lipatan di bagian leher dan perut.
3. Sapi Peranakan Ongole, sapi ini juga dikenal sebagai sapi Sumba Ongole
15
secara grading up (keturunan hasil perkawinan yang dikawinkan kembali
dengan sapi Ongole). Sapi ini berwarna putih dan berpunuk.
4. Sapi Madura merupakan sapi lokal yang mirip sapi Bali. Perbedaan yang
signifikan antara sapi Bali dan sapi Madura terletak pada keberadaan
punuk, sapi Bali tidak berpunuk sedangkan sapi Madura berpunuk.
2.2.2. Jenis Sapi Bukan Lokal
1. Sapi Limousin, merupakan sapi potong keturunan Bos Taurus yang berhasil
dikembangkan di Prancis. Bentuk tubuhnya memanjang penuh daging dan
sangat padat, hampir mirip dengan singa. Berat badan sapi Limousin betina
bisa mencapai rata-rata 650 Kg, dan sapi jantan mencapai berat rata-rata 850
Kg. Sapi Limousin mempunyai pertambahan berat badan harian yang cukup
tinggi sehingga banyak diimpor dalam bentuk bakalan. Sapi Limousin sudah
diimpor ke Indonesia, diantaranya dipelihara di Balai Inseminasi Buatan
Lembang Jawa, Barat.
2. Sapi Charolais, merupakan sapi potong keturunan Bos Taurus dan banyak
dikembangbiakkan di Amerika. Warna tubuhnya krem muda atau
keputih-putihan. Postur tubuhnya besar dan padat, tetapi kasar dengan bobot badan
jantan dewasa dapat mencapai 1.000 Kg, sedangkan betina dewasa sekitar 750
Kg.
3. Sapi Brahman, merupakan sapi yag termasuk dalam golongan sapi Zebu.
Sapi Brahman banyak disilangkan dengan jenis sapi lainnya dan
menghasilkan Brahman Cross (peranakan Amerika Brahman) dimana jenis
yaitu 0,8 Kg – 1,2 Kg per hari. Jenis sapi Brahman umumnya diimpor dari
Australia dan Selandia Baru dalam bentuk bakalan untuk digemukkan
kembali.
2.3. Pemilihan Bibit Sapi Potong
Pembibitan sapi potong saat ini masih berbasis pada peternakan rakyat yang
berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya,
lokasi tidak terkonsentrasi dan belum menerapkan sistem dan usaha agribisnis.
Kebijakan pengembangan usaha pembibitan sapi potong diarahkan pada suatu
kawasan, baik kawasan khusus maupun terintegrasi dengan komoditi lainnya serta
terkonsentrasi di suatu wilayah untuk mempermudah pembinaan, bimbingan, dan
pengawasan dalam pengembangan usaha pembibitan sapi potong yang baik (Good
breeding). Bibit sapi potong merupakan salah satu faktor produksi yang menentukan dan mempunyai peranan penting dalam upaya mendukung
terpenuhinya kebutuhan daging, sehingga diperlukan upaya pengembangan
pembibitan sapi potong secara berkelanjutan.
Bibit ternak dari usaha peternakan sapi potong mempunyai arti penting
dalam mendukung keberhasilan usaha. Usaha pemeliharaan sapi bibit potong
bertujuan mengembangbiakkan sapi potong dan keuntungan yang diharapkan
adalah hasil keturunannya. Sedangkan pemeliharaan bakalan memelihara sapi
potong dewasa untuk selanjutnya digemukkan dan keuntungan yang diharapkan
adalah hasil penggemukkan. Bibit ternak adalah semua ternak hasil proses
penelitian dan pengkajian atau ternak yang memenuhi persyaratan tertentu untuk
17
Pembibitan adalah kegiatan budidaya untuk menghasilkan bibit ternak
untuk keperluan sendiri atau untuk diperjual-belikan. Bibit sapi potong
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Bibit dasar (elite/foundation stock), diperoleh dari proses seleksi rumpun
atau galur yang mempunyai nilai pemuliaan di atas nilai rata-rata.
b. Bibit induk (breeding stock), diperoleh dari proses pengembangan bibit
dasar.
c. Bibit sebar (commercial stock), diperoleh dari proses pengembangan bibit
induk.
Syarat yang paling penting untuk seleksi sapi potong yaitu sapi harus sehat,
usia masih muda, dan tidak memiliki sejarah terserang penyakit yang
membahayakan. Pemilihan bibit ternak sapi potong biasanya menyangkut tentang
(1) asal usul atau silsilah ternak termasuk bangsa ternak, (2) kapasitas produksi
(umur, pertambahan berat badan, produksi daging, dan lemak), (3) kapasitas
reproduksi (kesuburan ternak, jumlah anak yang lahir dan hidup normal, umur
pertama kawin, siklus birahi, lama bunting, keadaan waktu melahirkan,
kemampuan membesarkan anak dan sebagainya), dan (4) tingkat kesejahteraan
anak (Ditjen Peternakan, 2007). Bibit sapi yang digunakan pada PT LJP antara
lain jenis BrahmanCross, Limousine,Simental, dan jenis sapi lokal.
Pembibitan sapi potong dapat meningkatkan mutu genetik dan nilai
ekonomi sapi potong, menghasilkan bibit sapi yang memiliki kualitas unggul dan
memiliki sifat heriditer (sifat yang diwariskan) yang baik seperti temperamen
2.4. Inseminasi Buatan (IB)
Sapi dapat dikembangbiakkan dengan dua metode yakni : (1) metode
alamiah yaitu sapi jantan dikawinkan dengan sapi betina yang sedang birahi, dan
(2) metode inseminasi buatan (IB), metode ini lebih populer dikenal dengan istilah
kawin suntik dengan bantuan peralatan khusus dan manusia (inseminator).
Inseminasi buatan (IB) adalah pemasukan atau penyampaian semen ke dalam
saluran alat kelamin betina dengan menggunakan alat-alat bantuan manusia.
Dalam prakteknya, prosedur IB tidak hanya meliputi penyampaian semen ke
dalam saluran kelamin betina, tetapi mencangkup juga seleksi dan pemeliharaan
pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan
(pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen (Toelihere, 1979).
Pada umumnya IB di Indonesia lebih ditekankan pada pencapaian target
peningkatan populasi ternak dan memperbaiki mutu genetik. Pelaksanaan IB
harus disertai dengan evaluasi kemajuan genetik yang dicapai setelah penyebaran
gen-gen unggul (Noor, 2003). Pelaksanaan IB harus dilakukan secara selektif
dan pada saat yang tepat. Waktu IB yang paling baik adalah menjelang akhir
masa birahi. Kadang-kadang tanda-tanda awal dan akhir birahi sulit untuk
dideteksi sehingga efektifitas IB menjadi rendah. Birahi pada sapi ditandai oleh
alat kelamin luar (vagina) berwarna merah, bengkak dan keluarnya lendir jernih
serta tingkah laku sapi yang menaiki sapi lain atau diam jika dinaiki sapi lain.
Faktor kebersihan sangat diperlukan dalam melakukan IB. Penyebaran
penyakit dapat dikurangi dengan memperhatikan sumber penyebaran penyakit.
Penularan penyakit dapat terjadi antar peternakan, antar ternak, dari ternak ke
19
Pelaksanaan IB juga dapat dimanfaatkan untuk menambah populasi betina
dan menghindarkan terjadinya crossbreeding (keturunan campuran), sehingga
dapat menghasilkan ternak murni yang sejenis. Selain itu, IB dapat juga
mengurangi terjadinya bahaya pada pekerja dan dapat mencegah terjadinya
penularan penyakit antara individu sehingga dapat mengurangi atau menekan
biaya perawatan. Menurut PT LJP pelaksanaan program IB dalam breeding sapi
potong memberikan beberapa keuntungan. Keuntunggan IB yaitu :
1. Meningkatkan mutu genetik ternak secara cepat dengan penggunaan
semen pejantan unggul atau superior.
2. Meningkatkan produktivitas ternak yang bernilai ekonomis, yaitu
pertumbuhan yang cepat, persentase karkas dan kualitas pedaging yang
baik, serta fertilitas yang tinggi.
3. Fleksibel dalam program breeding, dapat mengawinkan spesifik betina
dengan breed pejantan yang diinginkan (Simental, Limousin, Brahman).
4. Meningkatkan efisiensi produksi dengan penggunaan semen
berfertilitas tinggi sehingga memperpendek calving interval, dan
mengurangi betina yang kawin berulang.
5. Mengurangi masalah dalam memperkecil resiko transmisi penyakit.
6. Efisiensi ekonomis dimana tidak ada biaya pembelian dan pemeliharaan
pejantan.
Guna mengetahui tingkat keberhasilan maupun kegagalan IB, perlu ada
suatu program pencatatan (recording). Pencatatan diperlukan untuk menentukan
sekelompok ternak betina dalam suatu peternakan atau pada sekelompok ternak
dalam suatu daerah IB.
Inseminasi buatan pada sapi potong dapat memacu peningkatan populasi.
Apabila angka kebuntingan yang tinggi dapat dicapai maka kematian dapat
ditekan dan jarak beranak optimal dapat dilaksanakan sehingga penyediaan
kelengkapan sarana dan prasarana IB harus selalu diperhatikan. Ada tiga metode
untuk menginseminasi sapi sejak dimulainya IB yaitu :
1. Metode Inseminasi dalam Vagina
Metode tersebut merupakan metode yang paling awal digunakan. Caranya
adalah dengan menumpahkan sejumlah semen di mulut serviks. Metode ini
membutuhkan semen yang matang dalam jumlah yang banyak. Keadaan
vagina yang kurang baik menyebabkan sperma tidak berumur panjang
(Barden dan Fuquay, 1997).
2. Metode Inseminasi dalam Serviks
Metode tersebut telah mengunakan spekulum steril yang dimasukan ke dalam
vagina. Metode tersebut memerlukan lampu untuk memudahkan masuknya
spekulum ke dalam serviks yang telah terbuka. Biasanya spekulum
dimasukkan 1-2 cm dalam serviks dan semen dapat ditumpahkan. Metode
inseminasi serviks lebih baik daripada metode inseminasi dalam
vagina.(Bearden dan Fuquay, 1997).
3. Metode Inseminasi Rektovaginal
Teknik inseminasi rektovaginal dilakukan dengan cara pipa inseminasi dan
gelas plastik sekali pakai atau pipet jarum diarahkan ke mulut serviks dengan
21
selanjutnya pipet dimasukkan kedalam saluran serviks, sehingga semen dapat
ditumpahkan langsung kedalam uterus dengan menekan secara perlahan spoit
atau pistol inseminasi yang dipasang pada pipet (Bearden dan Fuquay, 1997).
Diperlukan usaha yang maksimal guna mempercepat pertumbuhan
produksi peternakan. Dengan usaha yang maksimal tersebut diharapkan program
pemerintah dalam meningkatkan populasi sapi potong dapat terlaksana dengan
baik dan dapat bermanfaat bagi masyarakat.
2.5. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Bukit (2007), melakukan Analisis Kelayakan Usaha Ikan Patin (Kasus di
Kabupaten Bogor). Metode yang digunakan dalam perhitungan aspek finansial
menggunakan kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C ratio dan Payback
Period. Selain itu juga digunakan analisis sensitivitas.
Dalam penelitaan ini dilakukan tiga skenario, yaitu skenario I kegiatan
budidaya pembenihan ikan patin, skenario II kegiatan pembesaran ikan patin, dan
skenario III kegiatan pembenihan dan pembesaran ikan patin. Berdasarkan hasil
penelitian maka dapat disimpulkan bahwa skenario I lebih layak dan
menguntungkan dilaksanakan dibandingkan dengan skenario II dan III, dimana
skenario I menghasilkan NVP sebesar Rp 10.8796.492,2, net B/C ratio sebesar
1,724, IRR sebesar 22,75 persen, dan paybackperiod selama 3,91 tahun.
Variabel analisis sensitivitas yang dilakukan untuk ketiga skenario adalah
penurunan harga jual output produksi, penurunan volume output produksi, dan
kenaikan harga input dominan yaitu harga pakan ikan patin. Adapun hasil
variabel bila dibandingkan dengan skenario dua dan tiga. Hasil sensitivitas untuk
skenario I, kegiatan budidaya pembenihan ikan patin masih layak dilaksanakan
sampai penurunan harga 8,8 persen, penurunan volume produksi sampai 8,8
persen dan kenaikan harga artemia 22 persen dan cacing sutra 25,3 persen.
Penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2007), mengenai Analisis
Kelayakan Finansial Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus di
CV Cisarua Integreted Farming). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui
manajemen atau tatalaksana usaha peternakan sapi perah di CV Cisarua Integreted
Farming dan menganalisis kelayakan pengembangan usaha peternakan sapi perah
CV Integreted Farming, baik ditinjau dari segi teknis maupun finansial. Analisis
finansial menunjukkan pada saat proyek tanpa sumber pembiayaan dari bank pada
tingkat suku bunga 12 persen menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 359.203.465,91,
nilai BCR 1,32, IRR sebesar 19,04 persen dan Payback Period selama 13,89
tahun. Jika mengunakan sumber pembiayaan dari bank dengan suku bunga 16
persen, menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 196.178.751,78, dengan nilai BCR
sebesar 1,23 dan IRR sebesar 22,89 persen serta nilai Payback Period selama
19,58 tahun.
Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa perencanaan pengembangan
perusahaan tersebut layak untuk dilaksanakan tanpa pembiayaan dengan tingkat
suku bunga 12 persen maupun dengan pembiayaan menggunakan tingkat suku
bunga kredit 16 persen karena telah memenuhi kriteria kelayakan finansial.
Analisis sensitivitas pada tingkat suku bunga 12 persen tanpa pembiayaan,
jika harga pakan naik sebesar lima persen menunjukkan bahwa proyek layak
23
sebesar 1,10, nilai IRR sebesar 14,36 persen dan Payback Period selama 15,74
tahun. Hasil analisis sensitivitas dengan pembiayaan menggunakan tingkat suku
bunga 16 persen dengan peningkatan harga pakan lima persen menunjukkan
bahwa secara finansial perusahaan tidak layak untuk dikembangkan karena
dengan nilai NPV sebesar Rp –9.102.885,50 yang berarti bahwa perusahaan
mengalami kerugian, BCR sebesar 0,99, ini berarti setiap penambahan
pengeluaran sebesar Rp 1,00 maka akan menghasilkan manfaat sebesar Rp 0,99.
Tingkat IRR perusahaan mencapai 15,68 persen, yang artinya berada di bawah
dari tingkat suku bunga yang digunakan. Nilai Payback Period 22,50, ini berarti
investasi sebesar Rp 2.038.961,00 akan kembali selama 22,50 tahun.
Rofik (2005), meneliti tentang Analisis Kelayakan Finansial Usaha
Peternakan Sapi Perah Pondok Rangon Jakarta Timur. Tujuan dari penelitian
tersebut adalah untuk menganalisis karakteristik dan kelayakan usaha peternakan
sapi perah Pondok Rangon serta melakukan analisis sensitivitas usaha peternakan
sapi perah Pondok Rangon. Metode analisis yang digunakan secara kuantitatif
yang digunakan untuk mendapatkan besaran parameter kelayakan finansial dari
usaha ternak sapi perah yaitu NPV, IRR dan Net B/C. Hasil perhitungan NPV,
Net B/C, dan IRR pada tingkat suku bungga 14,85 persen pada masing-masing
kelompok di Kelurahan Pondok Rangon layak untuk dilakukan. Berdasarkan
analisis sensitivitas menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan harga pakan 30
persen pada semua kelompok masih layak dilakukan dalam mengembangkan
Ratniati (2007), meneliti tentang Analisis Sistem Pemasaran Ternak Sapi
Potong PT Great Livestock Company, Lampung Tengah. Dalam penelitian ini
berdasarkan lembaga atau individu pemasaran yang terlibat di wilayah Bandar
Lampung terdapat delapan saluran, sedangkan untuk wilayah Bogor dan DKI
Jakarta masing-masing terdapat enam dan lima saluran pemasaran. Rata-rata
farmer share dari seluruh sebaran sebesar 93,54 persen (91,47 persen sampai dengan 94,79 persen) untuk wilayah Lampung; 88,47 persen (87,88 persen
sampai dengan 89,06 persen) untuk wilayah Bogor, dan 85,78 persen (84,75 pesen
sampai dengan 86,59 persen) untuk wilayah DKI Jakarta. Hal tersebut
menunjukkan bahwa secara umum seluruh saluran di masing-masing wilayah
farmershare sudah cukup besar. Harga yang diterapkan adalah harga franco dan
loco.
Berdasarkan satuan Rp per Kg bobot hidup maka total marjin pemasaran
yang paling besar diterima oleh lembaga pemasaran di wilayah Bandar Lampung
terdapat pada saluran I. Namun berdasarkan satuan total volume penjualan maka
marjin pemasaran yang paling besar diterima PT GGLC terdapat pada saluran III.
Marjin pemasaran yang paling besar diterima lembaga pemasaran di wilayah
Bogor dan DKI Jakarta adalah pada saluran II, sedangkan berdasarkan total
volume penjualan maka saluran I memberikan yang paling besar.
Sahat (2007), meneliti tentang Analisis Permintaan Daging Sapi Segar di
Wilayah DKI Jakarta. Model yang digunakan adalah model ekonometrika dengan
variabel-varibel yang diduga dapat mempengaruhi permintaan daging sapi segar
di wilayah DKI Jakarta. Hasil analisis model dugaan menunjukkan bahwa
25
persen dan sisanya dijelaskan oleh variabel kualitatif seperti preferensi dan sel