• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelayakan usaha pengembangan pembibitan (breeding) sapi potong pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), Serang, Propinsi Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelayakan usaha pengembangan pembibitan (breeding) sapi potong pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), Serang, Propinsi Banten"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

SERANG, PROPINSI BANTEN

Oleh: RONA PUTRIA

A 14104687

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN

PEMBIBITAN (

BREEDING

) SAPI POTONG

PADA PT LEMBU JANTAN PERKASA (LJP),

SERANG, PROPINSI BANTEN

Oleh: RONA PUTRIA

A14104687

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

SARJANA PERTANIAN

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(3)

(Breeding) Sapi Potong Pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), Serang, Propinsi

Banten Di Bawah Bimbingan NETTI TINAPRILA

Kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan gizi masyarakat yang tidak diimbangi oleh pertumbuhan populasi sapi potong di Indonesia. Petumbuhan populasi sapi potong cenderung statis. Berdasarkan data Statistik Ditjen Peternakan, populasi sapi potong pada tahun 2005 mencapai 10,5 juta ekor. Jumlah tersebut tidak mampu untuk memenuhi permintaan konsumsi daging secara nasional. Melihat kenyataan tersebut sapi potong merupakan potensi terbesar yang prospektif dalam memasok permintaan daging di Indonesia. Permintaan yang tinggi akan sapi bibit dan sapi bakalan hingga saat ini belum dapat dipenuhi oleh usaha pembibitan sapi potong di dalam negeri. Hal ini tercermin pada impor sapi bakalan dan daging sapi beku yang cenderung makin meningkat.

Melihat kenyataan tersebut potensi untuk pengembanggan sapi potong di dalam negeri masih cukup besar untuk dikembangkan. Masalah yang dihadapi perusahaan selama ini adalah dalam pengadaan bakalan yang sangat ditentukan oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang sangat berfluktuasi. Investasi yang digunakan dalam usaha pembibitan tidaklah sedikit selain itu dibutuhkan waktu yang lama dalam mengembalikan modal karena pembibitan sapi potong menghasilkan output produksi selama satu tahun, sehingga untuk pengembangan

pembibitan selanjutnya perlu dilakukan analisis kelayakan usaha breeding sapi

potong. Analisis kelayakan usaha pengembangan pembibitan sapi potong dilakukan untuk melihat aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi dalam

usaha breeding sapi potong. Aspek-aspek yang akan dikaji dalam usaha breeding

sapi potong meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek pasar, aspek sosial dan aspek finansial.

Perhitungan aspek finansial menggunakan kriteria investasi yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha yaitu NPV, IRR,

Net B/C ratio dan Payback Period. Selain kriteria investasi, juga digunakan

analisis sensitivitas untuk mengetahui tingkat kepekaan kegiatan pembibitan sapi potong terhadap keadaan yang berubah-ubah. Dari hasil analisis aspek finansial akan diketahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh petani dan kegiatan mana yang paling menguntungkan pada kondisi sekarang, apakah kegiatan pembibitan, kegiatan penggemukkan, atau kegiatan pembibitan dan penggemukkan dilakukan secara bersamaan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan apakah dengan pengembangan skala usaha

pembibitan (breeding) sapi potong pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) akan

layak untuk dilakukan ?

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Melihat aspek teknis, aspek pasar, aspek sosial serta lingkungan, dan aspek

manejemen dalam usaha breeding PT LJP. 2) Menganalisis kelayakan usaha

(4)

Rupiah terhadap Dollar yang berfluktuatif . Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan, yaitu peternak dan calon pengusaha pembibitan sapi potong. Selain itu bagi peneliti, mahasiswa dan pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai usaha pembibitan sapi potong.

Penelitian ini dilakukan pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) yang berlokasi di Jalan Serang-Pandeglang Km 9,6 Desa Sindang Sari, Kecamatan Pabuaran, Provinsi Banten. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Lembu Jantan Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta nasional berskala besar yang bergerak di bidang pembibitan sapi potong di Provinsi Banten. Penelitian lapang serta pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei 2008 hingga Juli 2008.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di perusahaan serta wawancara dengan manajer perusahaan dan karyawan perusahaan. Selain itu digunakan juga data sekunder yang diperoleh dari catatan intern perusahaan, baik catatan produksi maupun keuangan, Badan Pusat Statistik, Dinas Peternakan dan literatur yang diperoleh dari perpustakaan LSI IPB, perpustakaan FAPERTA, perpustakaan FAPET dan internet, buku-buku dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian.

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek-aspek usaha pembibitan sapi potong yaitu meliputi analisis aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, dan aspek pasar. Analisis kelayakan finansial ini menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi yaitu,

Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net

B/C), Payback Period (PP) dan analisis sensitivitas. Data kuantitatif yang

dikumpulkan, diolah dengan menggunakan kalkulator dan komputer yaitu

Microsoft Excel dan ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan pembacaan dan diberikan penjelasan secara deskriptif.

Hasil analisis kelayakan usaha pengembangan pembibitan sapi potong dari

aspek finansial mengunakan kriteria kelayakan NPV, IRR, Net B/C, dan Payback

Period, maka diperoleh hasil ; NPV sebesar Rp 1.929.172.324, Net B/C sebesar

1,48, IRR sebesar 10,65 persen, dan Payback Period sebesar 3,56. Hasil analisis

finansial menunjukan bahwa usaha pengembangan pembibitan sapi potong layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV lebih besar dari nol, nilai IRR lebih besar dari suku bunga. Analisis sensitivitas dengan variasi penghitungan mengunakan

metode switching value dengan dua variabel parameter yaitu nilai tukar rupiah

terhadap Dollar yang berfluktuatif dan penurunan volume produksi sapi potong. Hasil analisis sensitivitas menunjukan Penurunan volume produksi sapi bunting muda dan bunting tua sebesar lima persen paling peka diantara dua variabel parameter lainnya yaitu variabel kenaikan Dollar terhadap Rupiah, variabel penurunan volume produksi anak sapi dengan berat 40-175 Kg, dan variabel penurunan produksi anak sapi dengan berat 170-250 Kg.

(5)

PADA PT LEMBU JANTAN PERKASA (LJP),

SERANG, PROPINSI BANTEN

Oleh: RONA PUTRIA

A14104687

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan Pembibitan (Breeding) Sapi Potong Pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), Serang, Propinsi Banten

Nama : Rona Putria

NRP : A14104687

Menyetujui Dosen Pembimbing

Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP. 132 133 965

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian

Prof.. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(7)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN SKRIPSI SAYA YANG BERJUDUL

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING) SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKASA (LJP) SERANG PROPINSI BANTEN BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU

LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2008

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Talu pada tanggal 23 Januari 1983 sebagai anak dari

pasangan Bapak Nasul Osen dan Ibu Risffarmi. Penulis adalah anak ke dua dari

empat bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SDN No 18 Sukamenanti

dan lulus pada tahun 1995. Pendidikan tingkat menengah pertama dilalui di

SLTPN 4 Pasaman dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan menengah umum

diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN 1 Pasaman. Pada tahun 2004 penulis

menyelesaikan pendidikannya di Program Diploma III Manajemen Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2005 penulis

melanjutkan pendidikan pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas

(9)

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan berkah, rahmat, dan hidayah-NYA, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis guna

memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Ekstensi

Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi yang berjudul ANALISIS KELAYAKAN USAHA

PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING) SAPI POTONG PADA PT

LEMBU JANTAN PERKASA (LJP) SERANG PROPINSI BANTEN ini

berisikan mengenai tahapan-tahapan kegiatan budidaya pembibitan sapi potong

pada PT Lembu jantan Perkasa (LJP), analisis kelayakan usaha pembibitan sapi

potong serta analisis sensitifitas.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Namun penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Bogor, September 2008

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT segala rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan Skripsi

ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, yang sudah memberikan dukungan

moral maupun materil, dorongan semangat, binbingan, sumbangan pemikiran dan

lain-lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima

kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta atas perhatian dan kasih sayang yang tulus kepada

penulis serta dorongan moril dan materil, motifasi, dan doa selama

perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

2. Ir. Netti Tinaprila, MM sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi.

3. Dr. Ir. Heny K Daryanto selaku dosen penguji yang telah memberikan

kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Tintin Sarianti Sp. Selaku penguji Komdik yang telah memberikan nasehat

dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Ir. Rita Nurmalita, MS selaku dosen evaluator kolokium yang telah

memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Bambang dan Bapak Ketut sebagai manejer PT Lembu Jantan

Perkasa yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan

(11)

SERANG, PROPINSI BANTEN

Oleh: RONA PUTRIA

A 14104687

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(12)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN

PEMBIBITAN (

BREEDING

) SAPI POTONG

PADA PT LEMBU JANTAN PERKASA (LJP),

SERANG, PROPINSI BANTEN

Oleh: RONA PUTRIA

A14104687

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

SARJANA PERTANIAN

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(13)

(Breeding) Sapi Potong Pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), Serang, Propinsi

Banten Di Bawah Bimbingan NETTI TINAPRILA

Kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan gizi masyarakat yang tidak diimbangi oleh pertumbuhan populasi sapi potong di Indonesia. Petumbuhan populasi sapi potong cenderung statis. Berdasarkan data Statistik Ditjen Peternakan, populasi sapi potong pada tahun 2005 mencapai 10,5 juta ekor. Jumlah tersebut tidak mampu untuk memenuhi permintaan konsumsi daging secara nasional. Melihat kenyataan tersebut sapi potong merupakan potensi terbesar yang prospektif dalam memasok permintaan daging di Indonesia. Permintaan yang tinggi akan sapi bibit dan sapi bakalan hingga saat ini belum dapat dipenuhi oleh usaha pembibitan sapi potong di dalam negeri. Hal ini tercermin pada impor sapi bakalan dan daging sapi beku yang cenderung makin meningkat.

Melihat kenyataan tersebut potensi untuk pengembanggan sapi potong di dalam negeri masih cukup besar untuk dikembangkan. Masalah yang dihadapi perusahaan selama ini adalah dalam pengadaan bakalan yang sangat ditentukan oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang sangat berfluktuasi. Investasi yang digunakan dalam usaha pembibitan tidaklah sedikit selain itu dibutuhkan waktu yang lama dalam mengembalikan modal karena pembibitan sapi potong menghasilkan output produksi selama satu tahun, sehingga untuk pengembangan

pembibitan selanjutnya perlu dilakukan analisis kelayakan usaha breeding sapi

potong. Analisis kelayakan usaha pengembangan pembibitan sapi potong dilakukan untuk melihat aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi dalam

usaha breeding sapi potong. Aspek-aspek yang akan dikaji dalam usaha breeding

sapi potong meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek pasar, aspek sosial dan aspek finansial.

Perhitungan aspek finansial menggunakan kriteria investasi yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha yaitu NPV, IRR,

Net B/C ratio dan Payback Period. Selain kriteria investasi, juga digunakan

analisis sensitivitas untuk mengetahui tingkat kepekaan kegiatan pembibitan sapi potong terhadap keadaan yang berubah-ubah. Dari hasil analisis aspek finansial akan diketahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh petani dan kegiatan mana yang paling menguntungkan pada kondisi sekarang, apakah kegiatan pembibitan, kegiatan penggemukkan, atau kegiatan pembibitan dan penggemukkan dilakukan secara bersamaan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan apakah dengan pengembangan skala usaha

pembibitan (breeding) sapi potong pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) akan

layak untuk dilakukan ?

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Melihat aspek teknis, aspek pasar, aspek sosial serta lingkungan, dan aspek

manejemen dalam usaha breeding PT LJP. 2) Menganalisis kelayakan usaha

(14)

Rupiah terhadap Dollar yang berfluktuatif . Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan, yaitu peternak dan calon pengusaha pembibitan sapi potong. Selain itu bagi peneliti, mahasiswa dan pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai usaha pembibitan sapi potong.

Penelitian ini dilakukan pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) yang berlokasi di Jalan Serang-Pandeglang Km 9,6 Desa Sindang Sari, Kecamatan Pabuaran, Provinsi Banten. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Lembu Jantan Perkasa merupakan salah satu perusahaan swasta nasional berskala besar yang bergerak di bidang pembibitan sapi potong di Provinsi Banten. Penelitian lapang serta pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei 2008 hingga Juli 2008.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di perusahaan serta wawancara dengan manajer perusahaan dan karyawan perusahaan. Selain itu digunakan juga data sekunder yang diperoleh dari catatan intern perusahaan, baik catatan produksi maupun keuangan, Badan Pusat Statistik, Dinas Peternakan dan literatur yang diperoleh dari perpustakaan LSI IPB, perpustakaan FAPERTA, perpustakaan FAPET dan internet, buku-buku dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian.

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek-aspek usaha pembibitan sapi potong yaitu meliputi analisis aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek sosial, dan aspek pasar. Analisis kelayakan finansial ini menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi yaitu,

Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net

B/C), Payback Period (PP) dan analisis sensitivitas. Data kuantitatif yang

dikumpulkan, diolah dengan menggunakan kalkulator dan komputer yaitu

Microsoft Excel dan ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan pembacaan dan diberikan penjelasan secara deskriptif.

Hasil analisis kelayakan usaha pengembangan pembibitan sapi potong dari

aspek finansial mengunakan kriteria kelayakan NPV, IRR, Net B/C, dan Payback

Period, maka diperoleh hasil ; NPV sebesar Rp 1.929.172.324, Net B/C sebesar

1,48, IRR sebesar 10,65 persen, dan Payback Period sebesar 3,56. Hasil analisis

finansial menunjukan bahwa usaha pengembangan pembibitan sapi potong layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV lebih besar dari nol, nilai IRR lebih besar dari suku bunga. Analisis sensitivitas dengan variasi penghitungan mengunakan

metode switching value dengan dua variabel parameter yaitu nilai tukar rupiah

terhadap Dollar yang berfluktuatif dan penurunan volume produksi sapi potong. Hasil analisis sensitivitas menunjukan Penurunan volume produksi sapi bunting muda dan bunting tua sebesar lima persen paling peka diantara dua variabel parameter lainnya yaitu variabel kenaikan Dollar terhadap Rupiah, variabel penurunan volume produksi anak sapi dengan berat 40-175 Kg, dan variabel penurunan produksi anak sapi dengan berat 170-250 Kg.

(15)

PADA PT LEMBU JANTAN PERKASA (LJP),

SERANG, PROPINSI BANTEN

Oleh: RONA PUTRIA

A14104687

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(16)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan Pembibitan (Breeding) Sapi Potong Pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP), Serang, Propinsi Banten

Nama : Rona Putria

NRP : A14104687

Menyetujui Dosen Pembimbing

Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP. 132 133 965

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian

Prof.. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

(17)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN SKRIPSI SAYA YANG BERJUDUL

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING) SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKASA (LJP) SERANG PROPINSI BANTEN BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU

LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2008

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Talu pada tanggal 23 Januari 1983 sebagai anak dari

pasangan Bapak Nasul Osen dan Ibu Risffarmi. Penulis adalah anak ke dua dari

empat bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SDN No 18 Sukamenanti

dan lulus pada tahun 1995. Pendidikan tingkat menengah pertama dilalui di

SLTPN 4 Pasaman dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan menengah umum

diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN 1 Pasaman. Pada tahun 2004 penulis

menyelesaikan pendidikannya di Program Diploma III Manajemen Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2005 penulis

melanjutkan pendidikan pada Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas

(19)

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan berkah, rahmat, dan hidayah-NYA, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis guna

memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Ekstensi

Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi yang berjudul ANALISIS KELAYAKAN USAHA

PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING) SAPI POTONG PADA PT

LEMBU JANTAN PERKASA (LJP) SERANG PROPINSI BANTEN ini

berisikan mengenai tahapan-tahapan kegiatan budidaya pembibitan sapi potong

pada PT Lembu jantan Perkasa (LJP), analisis kelayakan usaha pembibitan sapi

potong serta analisis sensitifitas.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Namun penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Bogor, September 2008

(20)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT segala rahmat dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan Skripsi

ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, yang sudah memberikan dukungan

moral maupun materil, dorongan semangat, binbingan, sumbangan pemikiran dan

lain-lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima

kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta atas perhatian dan kasih sayang yang tulus kepada

penulis serta dorongan moril dan materil, motifasi, dan doa selama

perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

2. Ir. Netti Tinaprila, MM sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi.

3. Dr. Ir. Heny K Daryanto selaku dosen penguji yang telah memberikan

kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

4. Tintin Sarianti Sp. Selaku penguji Komdik yang telah memberikan nasehat

dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Ir. Rita Nurmalita, MS selaku dosen evaluator kolokium yang telah

memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Bambang dan Bapak Ketut sebagai manejer PT Lembu Jantan

Perkasa yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan

(21)

berada dalam jalan-Nya dan dapat menyenangkan hati kedua orangtua.

8. Peni, Erika, Hafsah, Lisza, Idha, Kris, Rena, Mirna, dan Alm Emay yang

selalu menjadi sahabat sejati. You are my best friend and I hope you get

what you want, kiranya persahabatan kita tetap abadi.

9. Koko dan Agripha terimakasih atas semua masukan, saran, bantuan dan

kebaikan selama ini, segala kesulitan dalam penyusunan skripsi ini

menjadi tidak berarti. Thakns alot guys.

10. Teman-teman seperjuangan skripsi : Alm Cici, Mira, Mba Endah, Nova,

Dewi atas kebersamaan dan masukan selama penyusunan skripsi.

11. Anak-anak C10 : Dian, Kak Dina, Kak Fitrie, Kak Ida, Kak Yulia, Uwi

dan Tantri

12. Anak-anak MAB 38 : Agung, Bina, Zaenal, Deri, Faisal, Fahrul, Asti,

Unun, Yanti, Anggra, dan yang tidak disebutkan namanya.

13. Kepada seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Sarjana Ekstensi

Manajemen Agribisnis.

14. Rekan-rekan mahasiswa Ekstensi MAB : Fresti, Niken, Ola, Mey, Arfan,

Hendri, Northa, Ridwan, Sandy, Dian, Irma serta seluruh pihak yang tidak

dapat disebutkan satu per satu.

15. And last but absolutely not least to my very best partner in crime Harmen NH. Thank you for your motivation, attention and for your everlasting

(22)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... vii DAFTAR LAMPIRAN ...viii

I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 5 1.3. Tujuan Penelitian ... 11 1.4. Kegunaan Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13 2.1. Sejarah Bangsa Sapi Potong ... 13 2.2. Jenis-Jenis Sapi Potong ... 14 2.1.1. Jenis-Jenis Sapi Lokal ... 14 2.1.2. Jenis-Jenis Sapi Bukan Lokal ... 15 2.3. Pemilihan Bibit Sapi Potong ... 16 2.4. Inseminasi Buatan (IB) ... 18 2.5. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 21

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 30 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 30

3.1.1. Studi Kelayakan Proyek ... 30 3.1.2. Analisis Finansial ... 31

3.1.3. Discounted Cash Flow Method ... 32

3.1.4. Analisis Sensitivitas ... 34 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 35

IV. METODE PENELITIAN ... 41 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41 4.2. Jenis dan Sumber Data ... 41 4.3. Metode Analisis Data ... 42 4.3.1. Analisis Aspek Teknis ... 42 4.3.2. Analisis Aspek Manajemen ... 43 4.3.3. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan ... 43 4.4.4. Analisis Aspek Pasar ... 43 4.4.5. Analisis Aspek Finansial ... 44 4.4. Aspek-Aspek Kelayakan Investasi ... 44

4.4.1. Net Present Value (NPV) ... 44

4.4.2. Internal Rate Return (IRR) ... 46

4.4.3. Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) ... 46

4.4.4. Payback Period ... 48

4.5. Analisis Break Even Point (BEP) ... 48

(23)

1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 5 1.3. Tujuan Penelitian ... 11 1.4. Kegunaan Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13 2.1. Sejarah Bangsa Sapi Potong ... 13 2.2. Jenis-Jenis Sapi Potong ... 14

2.1.1. Jenis-Jenis Sapi Lokal ... 14 2.1.2. Jenis-Jenis Sapi Bukan Lokal ... 15 2.3. Pemilihan Bibit Sapi Potong ... 16 2.4. Inseminasi Buatan (IB) ... 18 2.5. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 21

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 30 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 30

3.1.1. Studi Kelayakan Proyek ... 30 3.1.2. Analisis Finansial ... 31

3.1.3. Discounted Cash Flow Method ... 32

3.1.4. Analisis Sensitivitas ... 34 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 35

IV. METODE PENELITIAN ... 41 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41 4.2. Jenis dan Sumber Data ... 41 4.3. Metode Analisis Data ... 42 4.3.1. Analisis Aspek Teknis ... 42 4.3.2. Analisis Aspek Manajemen... 43 4.3.3. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan ... 43 4.4.4. Analisis Aspek Pasar ... 43 4.4.5. Analisis Aspek Finansial ... 44 4.4. Aspek-Aspek Kelayakan Investasi... 44

4.4.1. Net Present Value (NPV) ... 44

4.4.2. Internal Rate Return (IRR) ... 46

4.4.3. Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) ... 46

4.4.4. Payback Period ... 48

4.5. Analisis Break Even Point (BEP) ... 48

4.6. Analisis Sensitivitas ... 49 4.7. Asumsi Dasar ... 50

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 57 5.1. Perkembangan dan Sejarah Perusahaan ... 57 5.2. Lokasi Perusahaan ... 59 5.3. Tujuan Perusahaan ... 59 5.4. Deskripsi Kegiatan Bisnis PT Lembu Jantan Perkasa ... 60

(24)

5.4.2. Unit Usaha Fattening Sapi Potong ... 63 5.4.3. Unit Usaha Feedmil ... 64 5.4.4. Unit Usaha Pengolahan Limbah ... 65 5.4.5. Unit Usaha Penyewaan Mobil ... 66

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK TEKNIS, MANAJEMEN, SOSIAL-LINGKUNGAN, DAN PASAR ... 67 6.1. Aspek Teknis ... 67

6.1.1. Lokasi Breeding Sapi Potong... 67

6.1.2. Bentuk Bangunan, Peralatan, dan Teknologi pada PT LJP 68

6.1.3. Deskripsi Proses Produksi Breeding Sapi Potong PT LJP.. 71

6.2. Aspek Manajerial ... 79 6.2.1. Struktur Organisasi PT LJP... 79 6.2.2. Wewenang, Tugas dan Tangungjawab pada PT LJP ... 81 6.2.3. Deskripsi Sumber Daya Manusia pada PT LJP ... 83 6.3. Aspek Pasar... 84

6.3.1. Harga Jual Breeding PT LJP ... 84

6.3.2. Pemasaran Breeding Sapi Potong ... 86

6.4. Aspek Sosial dan Lingkungan... 88

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ... 90

7.1. Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan (Breeding) Sapi Potong

PT LJP (Skenario I) ... 91 7.1.1. Arus Manfaat (In Flow) ... 91 7.1.2. Arus Biaya (Out Flow) ... 95 7.1.2.1. Biaya Investasi ... 95 7.1.2.2. Biaya Operasional ... 97 7.1.3. Kelayakan Finansial Usaha Pembibitan Sapi Potong ... 107 7.1.3.1. Kriteria Investasi ... 107 7.1.3.2. Titik Impas (BEP) ... 109

7.2. Analisis Kelayakan Usaha Penggemukkan (Fattening) Sapi

Potong PT LJP (Skenario II) ... 110 7.2.1. Arus Manfaat (In Flow) ... 110 7.2.2. Arus Biaya (Out Flow) ... 112 7.2.2.1. Biaya Investasi ... 112 7.2.2.2. Biaya Operasional ... 114 7.2.3. Kelayakan Finansial Usaha Penggemukkan Sapi Potong... 123 7.2.2.1. Kriteria Investasi ... 123 7.2.2.2. Titik Impas (BEP) ... 124 7.3. Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan dan Penggemukkan Sapi

Potong (Skenario III) ... 125 7.3.1. Arus Manfaat (In Flow) ... 125 7.3.2. Arus Biaya (Out Flow) ... 129 7.3.2.1. Biaya Investasi ... 129 7.3.2.2. Biaya Operasional ... 131 7.3.3. Kelayakan Finansial Pembibitan dan Penggemukkan Sapi

(25)

Skenario ... 143

7.6. Analisis Sensitifitas (Switching Value) ... 144

7.6.1. Anasilis Switching Value Usaha Pembibitan Sapi Potong (Skenario I) ... 145 7.6.2. Analisis Switching Value Usaha Penggemukkan Sapi

Potong (Skenario II)... 147

7.5.3. Analisis Switching Value Usaha Pembibitan dan

Penggemukkan Sapi Potong (Skenario III)... 148

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 151 8.1. Kesimpulan ... 151 8.2. Saran ... 152

(26)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Konsumsi Daging Nasional Tahun 2004 – 2006 ... 2

2. Populasi Peternakan di Indonesia Tahun 2001 – 2006 ... 3

3. Perkembangan Impor Sapi Tahun 2001 – 2006... 4

4. Penjualan Sapi Breeding PT. LJP Tahun 2006 – 2007 ... 9

5. Penelitian Terdahulu yang Relevan Mengenai Kelayakan Breeding

Sapi Potong ... 29

6. Kapasitas Kandang dan Jumlah Ternak pada PT LJP... 69

7. Peralatan Kandang pada PT LJP ... 70

8. Formula Konsentrat PT LJP untuk Pakan Weaner, Breeding, dan

Fattening... 79

9. Tingkat Pendidikan Staff Di PT Lembu Jantan Perkasa... 84

10. Harga Sapi Weaner PT LJP Tahun 2008 ... 85

11. Harga Sapi Bunting PT LJP Tahun 2008... 86

12. Komponen Penerimaan Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa ... 91

13. Proyeksi Populasi Stock Breeding Usaha Pembibitan Sapi Potong ... 94

14. Rincian Biaya Investasi Usaha Pembibitan Breeding Sapi Potong PT

Lembu Jantan Perkasa... 96

15. Komponen Investasi Biaya Bangunan Usaha Pembibitan PT Lembu Jantan Perkasa ... 97

16. Rincian Biaya Tetap Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa ... 98

17. Rincian Biaya Staff PT Lembu Jantan Perkasa (LJP)... 99

18. Rincian Biaya Variabel Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa ... 100

19. Rincian Biaya Pakan Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa ... 102

20. Rincian Biaya Transportasi Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa... 103

(27)

23. Jadwal Kegiatan Karyawan Kandang PT Lembu Jantan Perkasa... 106

24. Kriteria Investasi Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) ... 107

25. Nilai BEP Usaha Pembibitan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa . 109

26. Rincian Penerimaan Usaha Penggemukkan Sapi Potong Lembu Jantan Perkasa ... 111

27. Rincian Biaya Investasi Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa... 113

28. Rincian Gaji Staff Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa ... 115

29. Rincian Biaya Tetap Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa ... 115

30. Rincian Biaya Pakan Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa ... 118

31. Rincian Biaya Transportasi Usaha Penggemukan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa... 120

32. Rincian Biaya Obat-Obatan Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa... 121

33. Biaya Peralatan Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT LJP ... 122

34. Kriteria Investasi Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) ... 123

35. Nilai BEP Usaha Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) ... 125

36. Proyeksi Populasi Ternak Sapi Potong Usaha Fattening Dan

Breeding PT Lembu Jantan Perkasa (Skenario III) ... 127 37. Rincian Biaya Investasi Usaha Pembibitan Dan Penggemukkan Sapi

Potong PT Lembu Jantan Perkasa... 130

38. Rincian Biaya Tetap Usaha Pembibitan Dan Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa... 132

39. Rincian Biaya Variabel Usaha Pembibitan Dan Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa... 133

40. Rincian Biaya Pakan Sapi Penggemukkan PT Lembu Jantan Perkasa. 134

(28)

42. Rincian Biaya Obat-Obatan dan Vitamin Usaha Pembibitan Dan Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa ... 137

43. Rincian Biaya Peralatan Usaha Pembibitan Dan Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa... 139

44. Kriteria Investasi Usaha Pembibitan Dan Penggemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) ... 140

45. Nilai BEP Usaha Pembibitan Dan Pengemukkan Sapi Potong PT Lembu Jantan Perkasa (Skenario III)... 142

46. Perbandingan Kriteria Kelayakan Finansial Usaha Sapi Potong Pada Ketiga Skenario... 144

47. Switching Value Usaha Pembibitan Sapi Potong (Skenario I)... 146 48. Switching Value Usaha Penggemukkan (Fattening) Sapi Potong

(Skenario II) ... 147

(29)

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Operasional ... 40

2. Seleksi Bakalan dan Calon Bibit pada PT LJP ... 72

3. Tahapan Inseminasi Buatan (IB) PT LJP... 75

4. Struktur Organisasi PT LJP... 80

(30)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Denah Lokasi PT LJP ... 158

2. Luas Lahan yang Digunakan PT LJP... 159

3. Layout Kandang PT LJP ... 160

4. Cashflow Usaha Pembibitan Sapi Potong (Skenario I) ... 161

5. Nilai Sisa Usaha Pembimbitan Sapi Potong (Skenario I) ... 161

6. Nilai Sisa Usaha Penggemukan Sapi Potong (Skenario II) ... 163

7. Cashflow Usaha Penggemukan Sapi Potong (Skenario II)... 164

8. Nilai Sisa Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong (Skenario III)... 165

9. Cashflow Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi Potong (Skenario III)... 166

10. Rugi Laba usaha Penggemukan Sapi Potong (Skenario II) ... 168

11. Cashflow Sensitivitas Kenaikan Harga dolar Terhadap Bakalan Sebesar 10.75% ... 169

12. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Anak Sapi Sebesar 9% .. 170

13. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Bunting Sebesar 3% ... 171

14. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Anak Sapi

Breeding Sebesar 9% ... 172 15. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Bunting

Sebesar 3% ... 173

16. Cashflow dengan Kenaikan Harga Dolar Sebesar 3.50% Terhadap Harga Bakalan... 174

17. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Potong Jenis Sterr

Sebesar 3.57% ... 175

18. Cashflow Penurunan Harga Jual Sapi Bull Sebesar 3.20% ... 176

19. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Heifer Sebesar

3.60% ... 177

20. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Potong Sterr

Sebesar 3.60% ... 178

21. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Bull Sebesar

(31)

23. Cashflow Sensitivitas Kenaikan Dolar Terhadap Harga Bakalan Sebesar 10.93% ... 181

24. Cashflow SensitivitasPenurunan Harga Jual Anak Sapi Breeding

Sebesar 34.15% ... 183

25. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Bunting Sebesar 16.96% ... 184

26. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Sterr Sebesar

14.50% ... 185

27. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Bull sebesar

14.32% ... 186

28. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Bull Sebesar

14.32% ... 187

29. Cashflow Sensitivitas Penurunan Harga Jual Sapi Heifer Sebesar

14.58% ... 188

30. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Penjualan Anak

Sapi Breeding Sebesar 34.15% ... 189

31. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Bunting sebesar 8.31%... 190

32 Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Potong Sterr

Sebesar 14.49% ... 191

33. Cashflow Sensitivitas Penurunan Volume Produksi Sapi Potong

BullSebesar 14.28% ... 192 34. Cashflow Sensitivitas PenurunanVolume Produksi Sapi Potong

Heifer Sebesar 14.55%... 193

(32)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan akan produk asal hewani terus meningkat. Hal tersebut didorong oleh meningkatnya pendapatan penduduk, meningkatnya jumlah penduduk serta semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi produk pangan asal hewani. Ada korelasi positif antara peningkatan pendapatan terhadap pola konsumsi manusia. Pada tingkat pendapatan rendah manusia cenderung memenuhi kebutuhan hidupnya terhadap karbohidrat, seiring dengan terjadinya peningkatan pendapatan, manusia akan mengubah pola konsumsinya untuk memenuhi kebutuhan akan protein hewani.

Menurut Statiska Direktoral Jenderal Peternakan, konsumsi daging pada periode tahun 2004 – 2006 mengalami peningkatan, hal ini bisa dilihat pada Tabel 1. Angka konsumsi daging nasional tahun 2006 yaitu berjumlah 1.838.942 ton menempati urutan kedua setelah daging ayam yaitu konsumsi daging sapi potong dengan angka konsumsi sebesar 474.447,036 ton. Hal tersebut mencerminkan bahwa konsumsi daging sapi potong mempunyai kotribusi yang cukup besar dalam konsumsi daging nasional. Salah satu yang menyebabkan daging ayam lebih diminati oleh masyarakat umum yaitu harga daging ayam yang lebih terjangkau dibandingkan harga daging sapi, dimana harga daging sapi saat ini Rp 55.000 per Kg, serta selera masyarakat yang lebih menyukai mengkonsumsi daging ayam.

Konsumsi daging sapi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, walaupun secara keseluruhan konsumsi daging ayam lebih besar yaitu 527.776,354

(33)

yang enak, terkesan eklusif dan kaya protein menjadikan daging sapi menjadi salah satu pilihan unggulan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dan masih diminati. Adanya kasus flu burung merupakan ancaman bagi peternak ayam yang mungkin akan memberikan dampak terjadinya penurunan konsumsi daging ayam, kejadian tersebut dapat dijadikan peluang bagi sapi potong dalam memasok permintaan kebutuhan daging secara nasional.

Tabel 1. Konsumsi Daging Nasional Tahun 2004-2006 Konsumsi per Tahun (Ton) Komoditi

2004 2005 2006

Ayam 365.968,261 473.661,3 527.776,354

Sapi Potong 325.305,12 394.718,125 474.447,036

Kerbau 243.978,84 255.777,264 307.103,314

Kambing 216.870,08 296.827,936 349.398,98

Domba 112.501,354 94.732,32 110.336,52

Babi 90.814,346 63.154,88 69.879,796

Total 1.355.438 1.578.872 1.838.942

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2007

(34)
[image:34.612.132.509.101.230.2]

3

Tabel 2. Populasi Ternak Di Indonesia 2001 – 2006

Populasi Peternakan per Tahun (Ekor) Jenis

2003 2004 2005 2006*) Sapi potong 10.504.128 10.532.889 10.569.312 10.835.686

Sapi perah 373.753 364.062 361.351 382.313

Kerbau 2.402.993 2.403.298 2.128.491 2.201.111

Kambing 12.549.086 12.780.961 13.409.298 14.051.156

Domba 7.810.702 8.075.148 8.327.022 8.543.206

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2007 Keterangan : *) Angka Sementara

Kebutuhan daging sapi di Indonesia saat ini dipenuhi dari tiga sumber yaitu peternakan rakyat (ternak sapi lokal), industri peternakan rakyat (hasil penggemukkan sapi ekspor-impor), dan impor daging dari luar negeri. Produksi daging dalam negeri saat ini tidak mencukupi tingkat konsumsi sehingga pemerintah terus meningkatkan impor, baik daging sapi potong maupun bakalan sapi potong untuk mencukupi permintaan tersebut. Selain itu, tingkat ketergantungan atas bibit sapi potong pun masih tinggi.

(35)
[image:35.612.127.508.99.255.2]

Tabel 3. Perkembangan Impor Sapi Tahun 2001 – 2006 Sapi bakalan Sapi induk No Tahun

Kg US $ Kg US $ Negara asal

1 2001 39.936.781 38.985.579 1.620.726 2.009.046

Singgapura, Australia, United State

2 2002 38.391.927 34.894.335 2.272.061 3.054.295 Korea Selatan, Australia

3 2003 56.699.525 51.009.904 2.029.054 2.439.828 Australia 4 2004 73.186.000 79.370.618 1.822.096 2.382.693 Australia 5 2005 89.672.476 107.731.332 1.615.139 1.921.558 Australia 6 2006 10.151.145 87.241.388 2.172.060 2.545.113 Australia Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun, 2008

Kenyataan itulah yang mendorong Dirjen Peternakan mengeluarkan kebijakan Gaung (Tiga Ung) Lampung pada tahun 1992 dimana isinya : Sapi lokal sebagai tulang punggung, Impor sapi bakalan sebagai pendukung, dan impor daging sapi sebagai penyambung. Melalui kebijakan ini disusun perencanaan secara lebih teliti berapa besarnya pemasukan sapi bakalan dan daging impor untuk memenuhi daging sapi dalam negeri (APFINDO, 2007).

Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk mengurangi ketergantungan impor sapi potong yaitu dengan cara memperbaiki mutu genetik sapi potong dengan menghasilkan bibit ternak sapi potong yang berkualitas. Bertambah banyaknya pembibitan sapi potong maka akan sangat mungkin menambah jumlah populasi ternak yang ada di Indonesia.

(36)

5

usaha pembibitan (breeding) sapi potong layak dan menguntungkan secara ekonomis untuk dilaksanakan oleh karena itu analisis kelayakan usaha pembibitan sapi potong tersebut perlu dilakukan.

1.2. Perumusan Masalah

Indonesia pada saat ini masih mengalami kekurangan pasokan sapi potong karena pertambahan populasi sapi potong tidak seimbang dengan kebutuhan konsumsi daging nasional. Di lain pihak, kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi cenderung semakin meningkat. Jika impor daging dan sapi potong terus meningkat dikhawatirkan Indonesia menjadi negara yang sangat ketergantungan terhadap produk dari luar negeri. Kebijakan impor sapi bakalan ataupun daging terpaksa dilakukan karena tanpa impor daging atau sapi bakalan dimungkinkan terjadi pengurasan sapi lokal yang berakibat buruk bagi ketahanan pangan nasional dan peternakan sapi rakyat.

Salah satu upaya peningkatan produksi daging sapi potong dalam negeri yaitu dengan upaya perbaikan mutu genetik sapi potong melalui pengembangan sapi murni (pemurnian) melalui usaha pembibitan sapi potong. Bertambah banyaknya pembibitan sapi potong maka akan sangat mungkin menambah jumlah populasi ternak yang ada di Indonesia. Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu teknik dalam pengembangbiakkan sapi potong yang dapat memperbaiki mutu genetik ternak serta merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh dalam peningkatan populasi ternak.

(37)

peternakan rakyat dan swasta harus digalakkan. Tidak teraturnya program perkawinan, kurangnya perhatian pada pemberian metode pakan, pemotongan yang tidak sesuai aturan, dan mutasi ternak dari suatu wilayah ke wilayah lain yang tidak terkontrol merupakan beberapa penyebab rendahnya populasi sapi potong.

Pembibitan bertujuan meningkatkan mutu genetik dan nilai ekonomis sapi potong serta menghasilkan bibit sapi yang memiliki kualitas unggul. Saat ini masih sedikit yang mengusahakan pembibitan sapi potong di Indonesia. Selama ini pihak swasta lebih tertarik menanamkan modalnya pada usaha penggemukkan dari pada usaha pembibitan. Hal ini disebabkan antara lain usaha penggemukkan memiliki resiko yang lebih kecil, perputaran modal lebih cepat, dan waktu pengembalian modal (payback period) lebih singkat dibanding usaha pembibitan, dimana breeding sapi potong baru dapat dijual setelah anak sapi yang baru lahir berumur tiga bulan.

Hal ini berbeda dengan usaha penggemukkan dimana sapi potong dapat dijual setelah mengalami penggemukkan selama tiga bulan. Para investor beranggapan bahwa dalam usaha breeding dibutuhkan lahan secara ekstensif dengan modal yang besar, padahal usaha pembibitan dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan sebaik mungkin dengan sistem semi intensif serta manajemen pakan yang baik yaitu memanfaatkan hasil produk sampingan pertanian (byproduct) sebagai bahan baku pakan yang bernutrisi.

(38)

7

penguasaan lahan ini akan menghambat investor untuk menanamkan modalnya dalam usaha pembibitan sapi potong (Hadi dan Ilham, 2002).

PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) adalah salah satu perusahaan swasta nasional di Indonesia yang yang berskala usaha besar, dan bergerak di dua bidang usaha yaitu pembibitan sapi potong (breeding) dan penggemukkan (fattening) sapi secara intensif. Sejak awal tahun 1990 PT LJP bergerak di bidang penggemukan sapi potong dengan menggunakan input utama yaitu bakalan sapi potong yang diimpor dari negara Australia. Berdasarkan pengalaman perusahaan, input bakalan yang diimpor tersebut sebesar 15 persen dari seluruh populasi sapi potong yang diimpor, telah dalam keadaan bunting. Keadaan tersebut merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mulai mengembangkan usaha pembibitan (breeding). Sehingga bakalan impor yang baru datang sebelum dimasukkan ke dalam unit usaha pembibitan dan unit usaha penggemukkan terlebih dahulu dilakukan seleksi.

Sapi betina yang diimpor, setelah melalui karantina yang ketat, diseleksi untuk menentukan keadaan dan potensi reproduksinya. Seleksi dilakukan meliputi Pemeriksaan Alat Reproduksi (PAR) dan Pemeriksaan Alat Kebuntingan (PKB). Apabila berada dalam keadaan bunting atau layak untuk bereproduksi, sapi-sapi betina tersebut dimasukkan ke dalam suatu program pembudidayaan pembibitan untuk dikembangkan lebih lanjut menggunakan teknologi IB.

(39)

alat reproduksi yang bagus, sedangkan sisanya 55 persen untuk usaha penggemukkan. Penggunaan bakalan impor ini dilakukan karena tidak tersedianya jumlah sapi bakalan di dalam negeri serta bibit ternak lokal yang kurang berkualitas.

Hal utama yang melatarbelakangi PT LJP mendirikan usaha pembibitan sapi potong yaitu melihat kondisi pertumbuhan populasi sapi potong yang cenderung statis sedangkan kebutuhan akan daging sapi di dalam negeri makin meningkat setiap tahunnya, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara permintaan daging sapi dengan populasi sapi potong. Hal ini menyebabkan tingkat ketergantungan impor sapi potong semakin tinggi. Melihat kenyataan tersebut, potensi untuk pengembangan sapi potong di dalam negeri masih cukup besar, namun belum diberdayakan secara optimal.

(40)
[image:40.612.118.508.102.273.2]

9

Tabel 4. Penjualan Sapi Breeding PT LJP Tahun 2006-2007 Tahun Keterangan

2006 (ekor) 2007 (ekor) 1. Penjualan anak

Sale calf male 12 48

Sale calf female 1 31

Sale weaner male 392 198

Sale weaner female 76 301

Total penjualan anak 481 578

2. Penjualan bunting

Bunting muda 3- 6 bulan 1080 1432

Bunting ≥ 7 bulan 299 321

Total penjualan bunting 1379 1753

Total Penjualan 1860 2331

Sumber : Departemen Livestock PT LJP, 2008

PT LJP mulai merintis usaha pembibitan sapi potong pada bulan Oktober tahun 2005. Populasi breeding sapi potong pada awalnya berjumlah 200 ekor sapi, dengan kapasitas kandang lebih kurang 3000 ekor sapi. Melihat adanya potensi permintaan konsumen terhadap daging sapi potong yang semakin meningkat, serta adanya peningkatan penjualan sapi breeding, maka PT LJP berencana akan menambah fasilitas dan kandang yang dapat menampung 7500 ekor ternak pada tahun 2008. Jumlah sapi breeding yang ada di PT LJP saat ini yaitu untuk anak sapi 657 ekor dan jumlah sapi bunting yaitu 2287 ekor. PT LJP memiliki luas areal 159.000 m2.

(41)

pengembangan pembibitan selanjutnya oleh peternak-peternak lain perlu dilakukan analisis kelayakan usaha breeding sapi potong. Aspek-aspek yang akan dikaji dalam pengembangan usaha breeding sapi potong meliputi aspek teknis, aspek institusioanal-organisasi-manejerial, aspek pasar, aspek sosial dan aspek finansial.

Keberhasilan breeding sapi potong dipengaruhi oleh manajemen breeding

itu sendiri yaitu : 1) manajemen ternak pra-breeding, 2) kesehatan hewan, 3) pakan, 4) manajemen ternak saat IB, 5) waktu IB dan, 6) Pemeriksaan Kebuntingan (PKB). Jika ada suatu perubahan dalam dasar perhitungan biaya dan

benefit maka perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek. Perubahan-perubahan tersebut yaitu kenaikkan biaya variabel terutama harga bakalan yang akan digunakan sebagai calon bibit, karena harga bakalan sangat dipengaruhi oleh nilai tukar Rupiah terhadap Dollar yang sangat berfluktuasi. Penurunan volume produksi sapi potong, dan penurunan harga output.

Jika jumlah populasi sapi yang dibudidayakan untuk pembibitan semakin besar sedangkan jumlah lahan dan fasilitas yang digunakan sama, maka keuntungan yang diperoleh akan besar dan sebaliknya, mengingat usaha breeding

(42)

11

pembibitan (breeding) sapi potong pada PT Lembu Jantan Perkasa (LJP) akan layak untuk dilakukan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah : a. Melihat aspek teknis, aspek pasar, aspek sosial serta lingkungan, dan aspek

manejemen dalam usaha breeding PT LJP b. Menganalisis kelayakan usaha breeding PT LJP c. Menganalisis sensitivitas usaha breeding pada PT LJP

1.4. Kegunaan Penelitian

PT LJP merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak pada usaha

breeding sapi potong di Indonesia. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan dan memberikan informasi yang berguna bagi pihak yang berkepentingan untuk tertarik dalam usaha pembibitan, khususnya pemerintah agar ikut berperan serta dalam mengurangi tingkat ketergantungan impor sapi bakalan atau pun sapi potong serta meningkatkan jumlah populasi sapi potong di Indonesia sehingga kebutuhan akan daging secara nasional dapat terpenuhi. Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi perusahaan penelitian ini diharapakan sebagai masukan terhadap manajemen perusahaan untuk mengetahui kelayakan usaha breeding, serta untuk mengetahui variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi usaha

(43)

2. Bagi pemerintah diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagaimana teknik budidaya breeding pada PT LJP dan bagaimana kelayakan usaha breeding, serta sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan keputusan yang menyangkut usaha pembibitan sapi potong. Diharapkan skripsi ini dapat sebagai masukan bagi pemerintah agar ikut berperan serta mengembangkan usaha pembibitan sapi potong di Indonesia agar swasembada daging tahun 2010 dapat tercapai.

(44)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Sapi Potong

Dari sejarahnya, semua bangsa sapi yang dikenal di dunia berasal dari

Homacodontidaeyang dijumpai pada zaman Paleocene. Adapun jenis primitifnya

ditemukan pada zaman Pliocene di India, Asia. Perkembangan dari jenis-jenis

primitif itulah menghasilkan tiga kelompok nenek moyang sapi hasil

penjinakkan. Adapun sapi yang dihasilkan dari jenis primitif, diklasifikasikan

menjadi tiga kelompok besar yang memiliki genetik sapi yang penting untuk

menghasilkan keturunan yang berkualitas, yaitu :

1. Bos Sondaicus, atau Bos Banteng, sampai sekarang ini masih bisa ditemui hidup liar di daerah margasatwa yang dilindungi di pulau Jawa seperti

Pangandaran dan Ujung Kulon.

2. Bos Indicus atau Sapi Zebu, sampai sekarang mengalami perkembangan di India, Asia.

3. Bos Taurus atau Sapi Eropa, sampai sekarang mengalami perkembangan di Eropa.

Tiga kelompok nenek moyang tersebut, baik secara alamiah ataupun

karena peran serta manusia mampu mengalami perkembangan hasil perkawinan

atau persilangan yang menunjukkan bangsa-bangsa sapi modern, baik tipe

(45)

2.2. Jenis-Jenis Sapi Potong

Beberapa jenis sapi potong banyak dijumpai di Indonesia, baik itu sapi

potong lokal ataupun jenis sapi potong bukan lokal yang merupakan hasil

persilangan dan cocok dibudidayakan di Indonesia. Jenis sapi tersebut menyebar

di wilayah Indonesia diantaranya sapi Bali, Onggole, Peranakan Ongole, dan sapi

Madura. Sedangkan bangsa sapi potong bukan lokal seperti sapi Limousin, sapi

Charolais, dan sapi Brahman.

2.2.1. Jenis Sapi Lokal

Jenis-jenis sapi yang sudah lama terdapat di Indonesia dan telah

berkembang secara turun temurun dikenal dengan sebutan sapi lokal. Jenis-jenis

sapi lokal tersebut tersebar di hampir semua daerah di Indonesia, tetapi ada pula

yang hanya terdapat di daerah-daerah tertentu saja. Jenis sapi tersebut antara lain :

1. Sapi Bali, merupakan keturunan dari Bos Banteng. Sapi Bali mempunyai

bentuk dan karakteristik yang sama dengan banteng dan tergolong sapi

yang cukup subur, sehingga sapi Bali sangat cocok sebagai ternak bibit

yang potensial. Sapi Bali mempunyai fertilitas 83-86 persen

(Murtidjo,1990), tipe pekerja yang baik, persentase karkas yang tinggi,

daging rendah lemak, dan daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi

2. Sapi Ongole, merupakan keturunan Bos Indicus yang masuk ke Indonesia

melalui jalur perdagangan. Sapi ini berwarna putih dan memiliki banyak

lipatan di bagian leher dan perut.

3. Sapi Peranakan Ongole, sapi ini juga dikenal sebagai sapi Sumba Ongole

(46)

15

secara grading up (keturunan hasil perkawinan yang dikawinkan kembali

dengan sapi Ongole). Sapi ini berwarna putih dan berpunuk.

4. Sapi Madura merupakan sapi lokal yang mirip sapi Bali. Perbedaan yang

signifikan antara sapi Bali dan sapi Madura terletak pada keberadaan

punuk, sapi Bali tidak berpunuk sedangkan sapi Madura berpunuk.

2.2.2. Jenis Sapi Bukan Lokal

1. Sapi Limousin, merupakan sapi potong keturunan Bos Taurus yang berhasil

dikembangkan di Prancis. Bentuk tubuhnya memanjang penuh daging dan

sangat padat, hampir mirip dengan singa. Berat badan sapi Limousin betina

bisa mencapai rata-rata 650 Kg, dan sapi jantan mencapai berat rata-rata 850

Kg. Sapi Limousin mempunyai pertambahan berat badan harian yang cukup

tinggi sehingga banyak diimpor dalam bentuk bakalan. Sapi Limousin sudah

diimpor ke Indonesia, diantaranya dipelihara di Balai Inseminasi Buatan

Lembang Jawa, Barat.

2. Sapi Charolais, merupakan sapi potong keturunan Bos Taurus dan banyak

dikembangbiakkan di Amerika. Warna tubuhnya krem muda atau

keputih-putihan. Postur tubuhnya besar dan padat, tetapi kasar dengan bobot badan

jantan dewasa dapat mencapai 1.000 Kg, sedangkan betina dewasa sekitar 750

Kg.

3. Sapi Brahman, merupakan sapi yag termasuk dalam golongan sapi Zebu.

Sapi Brahman banyak disilangkan dengan jenis sapi lainnya dan

menghasilkan Brahman Cross (peranakan Amerika Brahman) dimana jenis

(47)

yaitu 0,8 Kg – 1,2 Kg per hari. Jenis sapi Brahman umumnya diimpor dari

Australia dan Selandia Baru dalam bentuk bakalan untuk digemukkan

kembali.

2.3. Pemilihan Bibit Sapi Potong

Pembibitan sapi potong saat ini masih berbasis pada peternakan rakyat yang

berciri skala usaha kecil, manajemen sederhana, pemanfaatan teknologi seadanya,

lokasi tidak terkonsentrasi dan belum menerapkan sistem dan usaha agribisnis.

Kebijakan pengembangan usaha pembibitan sapi potong diarahkan pada suatu

kawasan, baik kawasan khusus maupun terintegrasi dengan komoditi lainnya serta

terkonsentrasi di suatu wilayah untuk mempermudah pembinaan, bimbingan, dan

pengawasan dalam pengembangan usaha pembibitan sapi potong yang baik (Good

breeding). Bibit sapi potong merupakan salah satu faktor produksi yang menentukan dan mempunyai peranan penting dalam upaya mendukung

terpenuhinya kebutuhan daging, sehingga diperlukan upaya pengembangan

pembibitan sapi potong secara berkelanjutan.

Bibit ternak dari usaha peternakan sapi potong mempunyai arti penting

dalam mendukung keberhasilan usaha. Usaha pemeliharaan sapi bibit potong

bertujuan mengembangbiakkan sapi potong dan keuntungan yang diharapkan

adalah hasil keturunannya. Sedangkan pemeliharaan bakalan memelihara sapi

potong dewasa untuk selanjutnya digemukkan dan keuntungan yang diharapkan

adalah hasil penggemukkan. Bibit ternak adalah semua ternak hasil proses

penelitian dan pengkajian atau ternak yang memenuhi persyaratan tertentu untuk

(48)

17

Pembibitan adalah kegiatan budidaya untuk menghasilkan bibit ternak

untuk keperluan sendiri atau untuk diperjual-belikan. Bibit sapi potong

diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Bibit dasar (elite/foundation stock), diperoleh dari proses seleksi rumpun

atau galur yang mempunyai nilai pemuliaan di atas nilai rata-rata.

b. Bibit induk (breeding stock), diperoleh dari proses pengembangan bibit

dasar.

c. Bibit sebar (commercial stock), diperoleh dari proses pengembangan bibit

induk.

Syarat yang paling penting untuk seleksi sapi potong yaitu sapi harus sehat,

usia masih muda, dan tidak memiliki sejarah terserang penyakit yang

membahayakan. Pemilihan bibit ternak sapi potong biasanya menyangkut tentang

(1) asal usul atau silsilah ternak termasuk bangsa ternak, (2) kapasitas produksi

(umur, pertambahan berat badan, produksi daging, dan lemak), (3) kapasitas

reproduksi (kesuburan ternak, jumlah anak yang lahir dan hidup normal, umur

pertama kawin, siklus birahi, lama bunting, keadaan waktu melahirkan,

kemampuan membesarkan anak dan sebagainya), dan (4) tingkat kesejahteraan

anak (Ditjen Peternakan, 2007). Bibit sapi yang digunakan pada PT LJP antara

lain jenis BrahmanCross, Limousine,Simental, dan jenis sapi lokal.

Pembibitan sapi potong dapat meningkatkan mutu genetik dan nilai

ekonomi sapi potong, menghasilkan bibit sapi yang memiliki kualitas unggul dan

memiliki sifat heriditer (sifat yang diwariskan) yang baik seperti temperamen

(49)

2.4. Inseminasi Buatan (IB)

Sapi dapat dikembangbiakkan dengan dua metode yakni : (1) metode

alamiah yaitu sapi jantan dikawinkan dengan sapi betina yang sedang birahi, dan

(2) metode inseminasi buatan (IB), metode ini lebih populer dikenal dengan istilah

kawin suntik dengan bantuan peralatan khusus dan manusia (inseminator).

Inseminasi buatan (IB) adalah pemasukan atau penyampaian semen ke dalam

saluran alat kelamin betina dengan menggunakan alat-alat bantuan manusia.

Dalam prakteknya, prosedur IB tidak hanya meliputi penyampaian semen ke

dalam saluran kelamin betina, tetapi mencangkup juga seleksi dan pemeliharaan

pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan

(pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen (Toelihere, 1979).

Pada umumnya IB di Indonesia lebih ditekankan pada pencapaian target

peningkatan populasi ternak dan memperbaiki mutu genetik. Pelaksanaan IB

harus disertai dengan evaluasi kemajuan genetik yang dicapai setelah penyebaran

gen-gen unggul (Noor, 2003). Pelaksanaan IB harus dilakukan secara selektif

dan pada saat yang tepat. Waktu IB yang paling baik adalah menjelang akhir

masa birahi. Kadang-kadang tanda-tanda awal dan akhir birahi sulit untuk

dideteksi sehingga efektifitas IB menjadi rendah. Birahi pada sapi ditandai oleh

alat kelamin luar (vagina) berwarna merah, bengkak dan keluarnya lendir jernih

serta tingkah laku sapi yang menaiki sapi lain atau diam jika dinaiki sapi lain.

Faktor kebersihan sangat diperlukan dalam melakukan IB. Penyebaran

penyakit dapat dikurangi dengan memperhatikan sumber penyebaran penyakit.

Penularan penyakit dapat terjadi antar peternakan, antar ternak, dari ternak ke

(50)

19

Pelaksanaan IB juga dapat dimanfaatkan untuk menambah populasi betina

dan menghindarkan terjadinya crossbreeding (keturunan campuran), sehingga

dapat menghasilkan ternak murni yang sejenis. Selain itu, IB dapat juga

mengurangi terjadinya bahaya pada pekerja dan dapat mencegah terjadinya

penularan penyakit antara individu sehingga dapat mengurangi atau menekan

biaya perawatan. Menurut PT LJP pelaksanaan program IB dalam breeding sapi

potong memberikan beberapa keuntungan. Keuntunggan IB yaitu :

1. Meningkatkan mutu genetik ternak secara cepat dengan penggunaan

semen pejantan unggul atau superior.

2. Meningkatkan produktivitas ternak yang bernilai ekonomis, yaitu

pertumbuhan yang cepat, persentase karkas dan kualitas pedaging yang

baik, serta fertilitas yang tinggi.

3. Fleksibel dalam program breeding, dapat mengawinkan spesifik betina

dengan breed pejantan yang diinginkan (Simental, Limousin, Brahman).

4. Meningkatkan efisiensi produksi dengan penggunaan semen

berfertilitas tinggi sehingga memperpendek calving interval, dan

mengurangi betina yang kawin berulang.

5. Mengurangi masalah dalam memperkecil resiko transmisi penyakit.

6. Efisiensi ekonomis dimana tidak ada biaya pembelian dan pemeliharaan

pejantan.

Guna mengetahui tingkat keberhasilan maupun kegagalan IB, perlu ada

suatu program pencatatan (recording). Pencatatan diperlukan untuk menentukan

(51)

sekelompok ternak betina dalam suatu peternakan atau pada sekelompok ternak

dalam suatu daerah IB.

Inseminasi buatan pada sapi potong dapat memacu peningkatan populasi.

Apabila angka kebuntingan yang tinggi dapat dicapai maka kematian dapat

ditekan dan jarak beranak optimal dapat dilaksanakan sehingga penyediaan

kelengkapan sarana dan prasarana IB harus selalu diperhatikan. Ada tiga metode

untuk menginseminasi sapi sejak dimulainya IB yaitu :

1. Metode Inseminasi dalam Vagina

Metode tersebut merupakan metode yang paling awal digunakan. Caranya

adalah dengan menumpahkan sejumlah semen di mulut serviks. Metode ini

membutuhkan semen yang matang dalam jumlah yang banyak. Keadaan

vagina yang kurang baik menyebabkan sperma tidak berumur panjang

(Barden dan Fuquay, 1997).

2. Metode Inseminasi dalam Serviks

Metode tersebut telah mengunakan spekulum steril yang dimasukan ke dalam

vagina. Metode tersebut memerlukan lampu untuk memudahkan masuknya

spekulum ke dalam serviks yang telah terbuka. Biasanya spekulum

dimasukkan 1-2 cm dalam serviks dan semen dapat ditumpahkan. Metode

inseminasi serviks lebih baik daripada metode inseminasi dalam

vagina.(Bearden dan Fuquay, 1997).

3. Metode Inseminasi Rektovaginal

Teknik inseminasi rektovaginal dilakukan dengan cara pipa inseminasi dan

gelas plastik sekali pakai atau pipet jarum diarahkan ke mulut serviks dengan

(52)

21

selanjutnya pipet dimasukkan kedalam saluran serviks, sehingga semen dapat

ditumpahkan langsung kedalam uterus dengan menekan secara perlahan spoit

atau pistol inseminasi yang dipasang pada pipet (Bearden dan Fuquay, 1997).

Diperlukan usaha yang maksimal guna mempercepat pertumbuhan

produksi peternakan. Dengan usaha yang maksimal tersebut diharapkan program

pemerintah dalam meningkatkan populasi sapi potong dapat terlaksana dengan

baik dan dapat bermanfaat bagi masyarakat.

2.5. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Bukit (2007), melakukan Analisis Kelayakan Usaha Ikan Patin (Kasus di

Kabupaten Bogor). Metode yang digunakan dalam perhitungan aspek finansial

menggunakan kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C ratio dan Payback

Period. Selain itu juga digunakan analisis sensitivitas.

Dalam penelitaan ini dilakukan tiga skenario, yaitu skenario I kegiatan

budidaya pembenihan ikan patin, skenario II kegiatan pembesaran ikan patin, dan

skenario III kegiatan pembenihan dan pembesaran ikan patin. Berdasarkan hasil

penelitian maka dapat disimpulkan bahwa skenario I lebih layak dan

menguntungkan dilaksanakan dibandingkan dengan skenario II dan III, dimana

skenario I menghasilkan NVP sebesar Rp 10.8796.492,2, net B/C ratio sebesar

1,724, IRR sebesar 22,75 persen, dan paybackperiod selama 3,91 tahun.

Variabel analisis sensitivitas yang dilakukan untuk ketiga skenario adalah

penurunan harga jual output produksi, penurunan volume output produksi, dan

kenaikan harga input dominan yaitu harga pakan ikan patin. Adapun hasil

(53)

variabel bila dibandingkan dengan skenario dua dan tiga. Hasil sensitivitas untuk

skenario I, kegiatan budidaya pembenihan ikan patin masih layak dilaksanakan

sampai penurunan harga 8,8 persen, penurunan volume produksi sampai 8,8

persen dan kenaikan harga artemia 22 persen dan cacing sutra 25,3 persen.

Penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2007), mengenai Analisis

Kelayakan Finansial Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus di

CV Cisarua Integreted Farming). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui

manajemen atau tatalaksana usaha peternakan sapi perah di CV Cisarua Integreted

Farming dan menganalisis kelayakan pengembangan usaha peternakan sapi perah

CV Integreted Farming, baik ditinjau dari segi teknis maupun finansial. Analisis

finansial menunjukkan pada saat proyek tanpa sumber pembiayaan dari bank pada

tingkat suku bunga 12 persen menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 359.203.465,91,

nilai BCR 1,32, IRR sebesar 19,04 persen dan Payback Period selama 13,89

tahun. Jika mengunakan sumber pembiayaan dari bank dengan suku bunga 16

persen, menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 196.178.751,78, dengan nilai BCR

sebesar 1,23 dan IRR sebesar 22,89 persen serta nilai Payback Period selama

19,58 tahun.

Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa perencanaan pengembangan

perusahaan tersebut layak untuk dilaksanakan tanpa pembiayaan dengan tingkat

suku bunga 12 persen maupun dengan pembiayaan menggunakan tingkat suku

bunga kredit 16 persen karena telah memenuhi kriteria kelayakan finansial.

Analisis sensitivitas pada tingkat suku bunga 12 persen tanpa pembiayaan,

jika harga pakan naik sebesar lima persen menunjukkan bahwa proyek layak

(54)

23

sebesar 1,10, nilai IRR sebesar 14,36 persen dan Payback Period selama 15,74

tahun. Hasil analisis sensitivitas dengan pembiayaan menggunakan tingkat suku

bunga 16 persen dengan peningkatan harga pakan lima persen menunjukkan

bahwa secara finansial perusahaan tidak layak untuk dikembangkan karena

dengan nilai NPV sebesar Rp –9.102.885,50 yang berarti bahwa perusahaan

mengalami kerugian, BCR sebesar 0,99, ini berarti setiap penambahan

pengeluaran sebesar Rp 1,00 maka akan menghasilkan manfaat sebesar Rp 0,99.

Tingkat IRR perusahaan mencapai 15,68 persen, yang artinya berada di bawah

dari tingkat suku bunga yang digunakan. Nilai Payback Period 22,50, ini berarti

investasi sebesar Rp 2.038.961,00 akan kembali selama 22,50 tahun.

Rofik (2005), meneliti tentang Analisis Kelayakan Finansial Usaha

Peternakan Sapi Perah Pondok Rangon Jakarta Timur. Tujuan dari penelitian

tersebut adalah untuk menganalisis karakteristik dan kelayakan usaha peternakan

sapi perah Pondok Rangon serta melakukan analisis sensitivitas usaha peternakan

sapi perah Pondok Rangon. Metode analisis yang digunakan secara kuantitatif

yang digunakan untuk mendapatkan besaran parameter kelayakan finansial dari

usaha ternak sapi perah yaitu NPV, IRR dan Net B/C. Hasil perhitungan NPV,

Net B/C, dan IRR pada tingkat suku bungga 14,85 persen pada masing-masing

kelompok di Kelurahan Pondok Rangon layak untuk dilakukan. Berdasarkan

analisis sensitivitas menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan harga pakan 30

persen pada semua kelompok masih layak dilakukan dalam mengembangkan

(55)

Ratniati (2007), meneliti tentang Analisis Sistem Pemasaran Ternak Sapi

Potong PT Great Livestock Company, Lampung Tengah. Dalam penelitian ini

berdasarkan lembaga atau individu pemasaran yang terlibat di wilayah Bandar

Lampung terdapat delapan saluran, sedangkan untuk wilayah Bogor dan DKI

Jakarta masing-masing terdapat enam dan lima saluran pemasaran. Rata-rata

farmer share dari seluruh sebaran sebesar 93,54 persen (91,47 persen sampai dengan 94,79 persen) untuk wilayah Lampung; 88,47 persen (87,88 persen

sampai dengan 89,06 persen) untuk wilayah Bogor, dan 85,78 persen (84,75 pesen

sampai dengan 86,59 persen) untuk wilayah DKI Jakarta. Hal tersebut

menunjukkan bahwa secara umum seluruh saluran di masing-masing wilayah

farmershare sudah cukup besar. Harga yang diterapkan adalah harga franco dan

loco.

Berdasarkan satuan Rp per Kg bobot hidup maka total marjin pemasaran

yang paling besar diterima oleh lembaga pemasaran di wilayah Bandar Lampung

terdapat pada saluran I. Namun berdasarkan satuan total volume penjualan maka

marjin pemasaran yang paling besar diterima PT GGLC terdapat pada saluran III.

Marjin pemasaran yang paling besar diterima lembaga pemasaran di wilayah

Bogor dan DKI Jakarta adalah pada saluran II, sedangkan berdasarkan total

volume penjualan maka saluran I memberikan yang paling besar.

Sahat (2007), meneliti tentang Analisis Permintaan Daging Sapi Segar di

Wilayah DKI Jakarta. Model yang digunakan adalah model ekonometrika dengan

variabel-varibel yang diduga dapat mempengaruhi permintaan daging sapi segar

di wilayah DKI Jakarta. Hasil analisis model dugaan menunjukkan bahwa

(56)

25

persen dan sisanya dijelaskan oleh variabel kualitatif seperti preferensi dan sel

Gambar

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ...........................  57
Tabel 2.  Populasi Ternak Di Indonesia 2001 – 2006
Tabel 3.  Perkembangan Impor Sapi Tahun 2001 – 2006
Tabel 4. Penjualan Sapi Breeding PT LJP Tahun 2006-2007
+7

Referensi

Dokumen terkait

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan dan

Melihat perkembangan mengenai lembaga keuangan yang berbasis Syariah saat ini, perlu dikemukakan pandangan Zainul Arifin mantan Direktur Bank Muamalat Indonesia (1996-1999)

3. Kebutuhan Pegawai, Untuk mengetahui kebutuhan pegawai, analisis jabatan dilakukan sebagai dasar penyusunan formasi. Melalui analisis ini dapat

Pemasalahan dalam penelitian ini berhubungan dengan struktur dan nilai-nilai karakter cerita rakyat Asal Mula Nama Sumedang, Darmaraja, Dayeuh.. Luhur dan Asal Mula

Merancang sistem pengereman hidrolik yang sesuai dengan kendaraan bermotor roda tiga untuk penyandang disabilitas tidak hanya pembagian selang hidrolik ke rem cakram secara merata

Dilihat dari kebanyakan mesin injektor cleaner yang pengukuran uji volumenya masih menggunakan gelas ukur, dan untuk mempermudah operator dalam pembacaan volume

Format kelembagaan (Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap) UPTSA, difungsikan sebagai frontline dari dinas-dinas yang ada untuk menjadi satu-satunya lembaga yang berhubungan dengan

Memonitor jalannya kerja kelompok serta memberi bantuan seperlunya ( scaffolding ), 11) mengarahkan dan membimbing siswa dalam menyelesaikan beberapa soal sesuai