• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI ASMAUL HUSNA DI SMKN 2 KUALA KAPUAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING PADA MATERI ASMAUL HUSNA DI SMKN 2 KUALA KAPUAS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING

PADA MATERI ASMAUL HUSNA DI SMKN 2 KUALA KAPUAS

SRI MULIANA

Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : srimuliana90@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMKN 2 Kuala Kapuas materi asmaul husna, dengan menerapkan model pembelajaran discovery Learning. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau PTK. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMKN 2 Kuala Kapuas, dengan jumlah siswa 16 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, observasi dan dokumentasi. Instrumen penelitian menggunakan soal tes dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal tersebut ditunjukkan dari adanya peningkatan nilai ketuntasan belajar pada siklus I yakni 31,25 %, dan pada siklus II meningkat menjadi 87,5 %. Peningkatan juga terdapat pada jumlah siswa yang mencapai nilai KKM (≥75) meningkat sebanyak 14 orang dengan presentase sebesar 87,5%. Peningkatan hasil belajar mata pelajaran PAI materi asmaul husna ini dikarenakan guru menggunakan model pembelajara discovery learning yang dapat menjadikan pembelajaran menyenangkan dan menarik bagi siswa sehingga siswa menjadi aktif pada saat proses pembelajaran Kata Kunci : Meningkatkan Hasil Belajar, Discovery Learning, Asmaul Husna

.

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai bangsa dan negara akan terus menjalani sejarahnya.

Ibarat sebuah organisasi Indonesia lahir, tumbuh, berkembang dan mempertahankan kehidupannya untuk mencapai apa yang dicita-citakan diawal kelahiranya. Cita-cita luhur tersebut tercantum secara jelas dalam pembukaan UUD 1945 alinea empat, yakni melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

(2)

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sungguh sangat luhur dan humanis cita- cita luhur bangsa dan negara Indonesia tersebut. Penyebab hasil belajar siswa rendah ialah disebabkan oleh berbagai faktor yakni diantaranya yaitu kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran membuat suasana belajar menjadi monoton dan membuat siswa merasa bosan, akibatnya siswa menjadi kurang berminat terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang pada akhirnya hal ini juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dalam rangka mewujudkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang diharapkan, maka dipandang perlu menerapkan pembelajaran active learning. Pembelajaran active learning dimaksudkan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Disamping itu pembelajaran active learning juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tertuju kepada proses pembelajaran. Salah satu model yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran salah satunya ialah menggunakan model discovery Learning. Discovery learning adalah pembelajaran yang mendorong siswa untuk menyelidiki sendiri, menemukan dan membangun pengalaman dan pengetahuan masa lalu, menggunakan intuisi, imajinasi, dan kreativitas, dan mencari informasi baru untuk menemukan fakta, korelasi, dan kebenaran baru. Dengan menggunakan pembelajaran active learning model discovery learning, diharapkan dapat meningkatkan motivasi, perhatian, minat, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajarnya pun dapat meningkat. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti menganggap perlu untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul

“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Dengan Model Discovery Learning Pada Materi Asmaul Husna Di SMKN 2 Kuala Kapuas”.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 2 Kuala Kapuas yang beralamat di jalan Pemuda Km 2,5 No 115 Kuala Kapuas. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November - Desember 2022. Penelitian tindakan ini dilakukan terhadap seluruh siswa kelas X sebanyak 16 siswa pada tahun ajaran 2022/2023.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Dengan menggunakan PTK diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam menangani proses pembelajaran sehingga kualitas proses pembelajaran semakin meningkat. Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action

(3)

Research) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.

Penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian dengan beberapa siklus. Dalam hal ini yang dimaksud dengan siklus adalah suatu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula, dimana tiap-tiap siklus dalam penelitian tindakan kelas ada empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

Menurut E Mulyasa Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk penelitian refleksi diri yang melibatkan diri yang melibatkan sejumlah partisipasi (guru, peserta didik, kepala sekolah dan partisipan lain) di dalam suatu situasi sosial (pembelajaran) yang bertujuan untuk membuktikan kerasionalan dan keadilan terhadap:

a) Praktik sosial dan pembelajaran yang mereka lakukan;

b) Pemahaman mereka terhadap praktek-praktek pembelajaran; serta c) situasi dan institusi yang terlibat di dalamnya.

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Model Kemmis dan Mc Taggard yang terdiri dari empat komponen, yaitu:

perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin, hanya saja komponen acting (tindakan) dan observing (pengamatan) dijadikan satu kesatuan disatukannya dua komponen tersebut disebabkan adanya kenyataan bahwa antara penerapan acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan harus dilakukan dalam satu kesatuan waktu, ketika tindakan dilaksanakan begitu pula observasi juga harus dilaksanakan.

Berdasarkan penjelasan tahapan empat tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dimana setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan, biasanya berlangsung selama 2 siklus. Namun sebelum tahapan dalam penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu diawali oleh suatu tahapan pra penelitian yang meliputi identifikasi masalah, analisis masalah, rumusan masalah, dan rumusan hipotesis tindakan. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan berhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai. Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini Kemmis dan Mc Taggrat.

(4)

Subjek atau pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah siswa SMKN 2 Kuala Kapuas kelas X yang berjumlah 16 siswa, dan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang berperan sebagai kolaborator dan observer.

Dalam penelitian ini, peneliti dan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti berkolaborasi sebagai perancang dan pelaksana kegiatan. Peneliti dan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merencanakan kegiatan, melaksanakan tindakan, melakukan pengamatan, mengumpulkan dan menganalisis data hasil penelitian.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes (pre test dan post test) 2. Instrumen Non Tes

Dalam instrument non tes yang digunakan adalah sebagai berikut : a) Lembar Observasi

b) Pedoman wawancara c) Catatan Lapangan d) Dokumentasi

Data kuantitatif berupa nilai tes (pre test dan post test) pada setiap siklus. Data-data tersebut peneliti sajikan ke dalam bentuk table, kemudian data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif berupa nilai persentase.

Pengujian teknik analisis data untuk nilai tes menggunakan analisis deskriptif dari tiap siklus dengan menggunakan N-Gain untuk melihat selisih antara pre test dan post test pada setiap siklus. “Gain adalah selisish antara nilai post test dan pre test, gain menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajarandilakukan oleh guru”.

Setelah tindakan pada siklus I dan hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan maka akan ditindak lanjuti dengan melakukan siklus II dengan perencanaan pembelajaran sebagai berikut:

1. Perencanaan tindakan 2. Pelaksanaan tindakan 3. Observasi tindakan 4. Refleksi tindakan

Setelah penelitian tindakan kelas tersebut selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan tercapai yaitu tercapainya KKM untuk seluruh siswa, maka penelitian akan diakhiri atau dihentikan. Penelitian yang dilakukan melakukan perencanaan dan persiapan yang matang, sehingga sangat diharapkan penelitian ini tidak hanya dilakukan pada kelas yang diteliti saja. Peneliti

(5)

berharap agar pembaca dan juga guru dapat melanjutkan penelitian ini dan juga menerapkan strategi- strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa semakin aktif sehingga meningkatkan keberhasilan belajar dan tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian tindakan kelas “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X dengan Model Discovery Learning pada Materi Asmaul Husna di SMKN 2 Kuala Kapuas”. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas di SMKN 2 Kuala Kapuas pada bulan November 2022 sampai bulan Desember 2022.

Data penelitian yang diperoleh berupa pengamatan aktivitas siswa dan guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, penilaian psikomotor dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.

1. Siklus I

Adapun data hasil observasi aktivitas yang diperoleh dalam penelitian siklus I ini adalah sebagai berikut :

Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa nilai rata – rata siswa setiap individu adalah 61,3 yang berarti belum sesuai harapan karena indikator keberhasilan mencapai minimal 75.

Berdasarkan hasil tes formatif pada siklus I dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran (Discovery Learning) diperoleh nilai rata – rata siswa yaitu 65 dan ketuntasan belajar mencapai 31,25 % atau ada 5 siswa yang tuntas belajar. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus I ini secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 75 hanya sebesar 31,25 % lebih kecil dari prosentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu 80 %. Hal ini disebabkan siswa masih kurang mampu memahami dari materi yang disampaikan, dan perlu diperbaiki untuk tahap selanjutnya.

a. Refleksi

Adapun hasil diskusi yang diperoleh dari siklus I adalah sebagai berikut. Keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus I adalah : 1) Hasil pengamatan peneliti terhadap aktifitas guru, dalam kegiatan

pembelajaran telah mencapai kriteria keberhasilan 75 % berada dalam katagori baik. Ini berarti bahwa kriteria keberhasilan aktifitas guru mata pelajaran PAI dalam pembelajaran pada siklus I telah tercapai.

2) Hasil pengamatan peneliti terhadap aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran telah mencapai kreteria keberhasilan 70,8 %. Berada

(6)

dalam kategori baik. Ini berarti bahwa kreteria keberhasilan siswa dalam pembelajaran dalam siklus I telah tercapai, akan tetapi masih perlu ditingkatkan untuk mencapai kategori sangat baik.

3) Hasil pengamatan guru terhadap hasil belajar siswa yaitu aspek nilai evaluasi akhir rata-rata 61,3 dan nilai evaluasi akhir rata-rata 65 Sedangkan nilai standar kompetensi minimal mata pelajaran PAI adalah minimal dengan nilai 75. hal ini berarti siswa kurang berhasil dalam mencapai standart nilai yang telah ditetapkan.

4) Ada beberapa siswa yang masih kesulitan melakukan diskusi dan menjawab soal-soal evaluasi. Dalam diskusi masih didominasi oleh anak-anak yang memiliki kemampuan tinggi, sehingga perlu adanya bimbingan secara individu bagi semua siswa dan khususnya bagi semua siswa yang berkemampuan rendah.

5) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa untuk bekerja sama dalam kelompok

6) Dari beberapa hasil pengamatan selama kegiatan diskusi bersama menyimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan selama siklus I belum berhasil dengan baik, untuk itu perlu ditingkatkan dan diulang pada tindakan siklus II.

2. Siklus II

Setelah diadakan refleksi pada siklus I maka selanjutnya dilaksanakan tindakan siklus II. Pelaksanaan siklus II bertujuan untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi pada tindakan siklus I. Adapun secara rinci kegiatan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:

Berdasarkan hasil tes formatif pada siklus II diperoleh nilai rata – rata 78,75 dan ketuntasan belajar mencapai 87,5 % atau ada 14 siswa yang tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus II secara klasikal siswa sudah tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai > 75 sebesar 87,5 % lebih besar dari prosentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu 80 %, sehingga penelitian ini sudah tuntas pada siklus II.

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan model (Discovery Learning) pada mata pelajaran PAI kelas X di SMKN 2 Kuala Kapuas pada materi Asmaul Husna memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.

a. Refleksi

1) Hasil pengamatan peneliti terhadap aktifitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada model pembelajaran (Discovery Learning), telah mencapai kriteria keberhasilan 86,1 % berada dalam kategori sangat baik. Ini berarti bahwa kriteria keberhasilan aktifitas guru mata

(7)

pelajaran PAI dalam pembelajaran pada siklus II telah berhasil dengan baik.

2) Aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah ke model (Discovery Learning) secara lebih baik. Siswa mampu membangun kerjasama dalam kelompok untuk memahami materi yang diberikan oleh guru.

3) Hasil pengamatan peneliti terhadap aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran telah mencapai kriteria keberhasilan 95,8 %. Berada dalam katagori sangat baik. Ini berarti bahwa kriteria keberhasilan siswa dalam pembelajaran dalam siklus II telah berhasil dengan baik.

4) Hasil pengamatan guru terhadap hasil belajar siswa pada aspek nilai evaluasi akhir rata-rata 77,5 Sedangkan nilai standar kompetensi minimal mata pelajaran PAI adalah minimal 75. Hal ini berarti siswa sudah berhasil dalam mencapai standart nilai yang telah ditetapkan.

5) Pada saat pembelajaran siklus II suasana sudah banyak terjadi perubahan, karena kegiatan diskusi dalam materi Asmaul Husna pada semua siswa berpartisipasi aktif untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.

6) Dalam kegiatan presentasi hasil diskusi siswa yang tadinya masih malu-malu dan kurang aktif menjadi lebih aktif karena motivasi guru dan teman kelompoknya, sehingga mereka menjadi lebih percaya diri.

7) Pembelajaran dengan model tersebut ternyata membawa dampak positif terhadap aktifitas belajar siswa.

8) Siswa semakin akrab dan sudah berani bertanya kepada teman kelompoknya atau gurunya apabila ada hal-hal yang belum dimengerti.

9) Dari beberapa hasil pengamatan pada mata pelajaran PAI dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan selama siklus II sudah berhasil dengan baik, untuk itu tidak perlu lagi diulang pada tindakan siklus yang ke tiga.

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran PAI dengan model pembelajaran (Discovery Learning) yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan sumber belajar berupa Video dan PPT sebagai media, mendengarkan / memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

Aktivitas Guru meningkat dari skor perolehan 75 % pada siklus I, menjadi 86,1 % pada siklus II. Untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah model pembelajaran (Discovery Learning ) dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan diskusi kelompok dan menjelaskan dengan menggunakan media

(8)

video serta PPT, memberi umpan balik, evaluasi, tanya jawab dimana presentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

Dengan meningkatnya proses belajar mengajar diatas menyebabkan tingkat hasil belajar pun meningkat. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai perolehan siswa pada tes yang berupa penilaian Psikomotor dari 62,3 pada siklus I yang secara klasikal belum tuntas atau belum memenuhi nilai KKM 75, pada siklus II menjadi 77,5 yang secara klasikal kedua siklus ini sudah mengalami ketuntasan.

Dari hasil temuan penelitian diatas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap aktifitas siswa dan hasil siswa kelas X di SMKN 2 Kuala Kapuas setelah dilakukan intervensi dengan menggunakan model pembelajaran (Discovery Learning). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penerapan model pembelajaran (Discovery Learning) untuk meningkatkan hasil belajar PAI Siswa Kelas X Dengan Model Discovery Learning Pada Materi Asmaul Husna di SMKN 2 Kuala Kapuas.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan pembelajaran model discovery learning pada mata pelajaran PAI materi asmaul husna, dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMKN 2 Kuala Kapuas. Pembelajaran PAI menggunakan model model discovery learning dilakukan sebagai salah satu cara agar siswa menjadi aktif dan semangat dalam mengikuti pelajaran.

Hal tersebut ditunjukkan dari adanya peningkatan nilai ketuntasan belajar pada siklus I yakni 31,25 %, dan pada siklus II meningkat menjadi 87,5

%. Peningkatan juga terdapat pada jumlah siswa yang mencapai nilai KKM (≥75) meningkat sebanyak 14 orang dengan presentase sebesar 87,5%.

Peningkatan hasil belajar mata pelajaran PAI materi asmaul husna ini dikarenakan guru menggunakan model pembelajara discovery learning yang dapat menjadikan pembelajaran menyenangkan dan menarik bagi siswa sehingga siswa menjadi aktif pada saat proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan peneliti dalam melaksanakan pembelajaran PAI dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning pada siswa kelas X SMKN 2 Kuala Kapuas, maka peneliti menyarankan/ memberikan masukan hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk siswa, diperlukan kerjasama antar siswa dan juga guru agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

2. Untuk guru, model pembelajaran discovery learning dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran untuk kegiatan pembelajaran PAI

(9)

yang selanjutnya, sehingga siswa mampu mencapai hasil belajar/ prestasi yang lebih baik lagi.

3. Untuk sekolah, diperlukannya dukungan pada pengembangan model pembelajaran discovery learning pada proses belajar mengajar, terutama mata pelajaran PAI.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Model dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung : PT. Rafika Aditama, 2009

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan terjemahnya, Jakarta : Gema Risalah Press Bandung, 2011

Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Cet. II 2008.

--- Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineka Cipta, 2006

Hamdani. Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 2011

Hamdayana, Jumanta. Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif. Jakarta : Pustaka Pelajar, 2012.

Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta : PT Rajawali Pers, 2010

Kunandar. Penilaian Autetik : Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013, Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2013

Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013 Masitoh. Strategi Pembelajaran Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam

Departemen Agama RI.

Mulyasa, E, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Rosda, 2012, Cet.V.

Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran, Jakarta : Gaung Persada Press, 2010

Nurdin, Syafruddin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: PT.

Ciputat Press, 2005

Roestiyahn N.K, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2012 Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Quantum Teaching, 2005.

Sani, Ridwan Abdullah. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Bumi Aksara, 2014

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Teori dan Praktik Pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), Jakarta : Prenada Media Group, 2008, cet. III

Silberman, Mel. Active Learning. Bandung :Nuansa, 2012.

Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Cet. IX. 2009 Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta :

Kencana, 2013

(10)

Sutikno M. Sobri. Metode dan Model-model Pembelajaran Menjadikan Proses Pembelajaran lebih Variatif, aktif, inovatif, efektif dan menyenangkan. Lombok : Holistica, 2014.

Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), Jakarta : Sinar Grafika, Cet, II, 2009

Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Indeks, 2012, Cet. 5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menyimpulkan bahwa untuk mewujudkan konstitusi yang hidup sehingga responsif terhadap perubahan masyarakat, maka penafsiran terhadap kaidah konstitusi

If it is asso- ciated with the concept of labor contract law as the basis of the employment relationship in ac- cordance with the provisions of Article 1 point 15, the

o SBK Riset Terapan Bidang Fokus Sosial Humaniora, Seni Budaya, Pendidikan Penelitian Lapangan Luar Negeri. 1

a. Akar dikotil berbeda dengan akar monokotil dalam hal... Bagian akar yang mempunyai sifat meristematis adalah.... Jaringan berikut termasuk silinder pusat akar tumbuhan dikotil,

“Vonis” FATF kepada Indonesia itu didasarkan atas beberapa pertimbangan yaitu belum adanya peraturan perundang-undangan yang menyatakan pencucian uang sebagai tindak pidana,

Keterlibatan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan menyebabkan guru dituntut menguasai berbagai macam perkembangan

CD Interaktif ini diharapkan dapat lebih menarik perhatian anak untuk belajar dan membiasakan anak-anak untuk menggunakan komputer sebagai sarana belajar sejak

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)