• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Berbasis ICT Information an

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pembelajaran Berbasis ICT Information an"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Materi Workshop SMK PGRI 3 Blitar

“Pembelajaran Berbasis ICT

(

Information and Communication Technoligies

) di Blitar:

Menyongsong Era

Connected Living

pada 2020”

SMK PGRI 3 Blitar

April 2016

Dipresentasikan oleh:

Sumardiono

(2)

Pembelajaran Berbasis ICT (Information and Communication Technologies) di Blitar: Menyongsong Era Connected Living pada 2020

Sumardiono

diondiexis@yahoo.com

STKIP PGRI Blitar Abstrak

Sistem pembelajaran di Indonesia yang sudah berkembang dengan baik oleh praktisi pendidik dan stakeholder pendidikan menjadi tantangan tersendiri dalam mempertahankan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi dalam keterlibatannya di proses pembelajaran dan pengajaran di kelas. Artikel ini membahas tentang hasil dari analisa pendidikan di kota Blitar tentang pembelajaran berbasis ICT (Information and Communication Technologies). Berelasi dengan isu terkini Connected Living, penulis menganalisa kegunaan ICT dalam berbagai segi kehidupan yang bermanfaat untuk pendidikan masa kini dan mendatang.Pembelajaran bersistem blended learningini dapat memudahkan sistem pembelajaran di Blitar sehingga Blitar dapat berkembang menjadi pendidikan yang futuristik dan efisien. Oleh karena itu, penerapan dan promosi penggunaan ICT sebagai media penghubung dalam proses belajar dapat memperkuat kualitas belajar dalam rangka membudayakan belajar sepanjang hayat kepada siswa di sekolah.

Kata Kunci: ICT,blended learning, connected living.

Abstract

(3)

Keywords: ICT, blended learning, connected living.

Pendahuluan

Berkembangnya ilmu dan komputer memiliki banyak dampak yang dinikmati bahkan dirasakan sebagai polemik di masyarakat.Pendidikan di Indonesia yang dikeluhkan terlalu banyak perubahan dan perkembangan dengan memaksakan adaptasi pola perkembangan ilmu di negara – negara maju menjadi masalah tersendiri bagi guru dan siswa di sekolah.Program pemerintah dalam menanamkan pendidikan karakter dan mengembangkan kurikulum dengan langkah saintifik menjadi perhatian tertentu bagi guru dalam melakukan adaptasi dalam berbagai macam penerapan dan perubahan dalam sistem pendidikan di sekolah.

Lickona (1991) sebagai promotor pendidikan berkarakter menjelaskan adanya kepentingan membangun dan mempertahankan karakter baik dalam kelas sebagai apresiasi hubungan timbale balik antara guru dan siswa. Hal ini juga didukung oleh Kesuma, Triatna, dan Permana (2011) yang menjelaskan tentang perlunya mengamati permasalahan pendidikan di sekolah, yang seharusnya menjadi pemicu kelebihbaikkan di sekolah berbalik menjadi masalah yang menghambat tujuan utama menyampaikan materi pelajaran yaitu memahami materi pelajaran itu sendiri. Mereka menambahkan bahwa kesenjangan antara teori dan praktik dalam bidang pendidikan tidak menjadikan guru lebih termotivasi mempelajari hal baru tetapi lebih menjadi tekanan dan beban bagi guru.Kenyataan beban guru yang berlebih seperti mengajar, tugas tambahan, penelitian, bahkan publikasi menjadi momok bagi guru.Walaupun begitu, Raka, dkk (2011) juga memberikan bahwa arahan pentingnya tindakan yang tepat dalam mengimplementasikan ilmu baru dalam sistem pendidikan di sekolah. Pemilihan cara dan strategi implementasi yang memiliki dasar pada kebutuhan di sekolah dapat menjadi keuntungan tersendiri bagi guru dan sekolah.

(4)

paling sibuk di Blitar. Mulai kegiatan perencanaan yang harus disesuaikan dengan kurikulum, pelaksanaan pengajaran yang disarankan melibatkan kearifan local, kemajuan teknologi informasi, bahkan isu-isu terkini, evaluasi pembelajaran yang rumit, urusan kepangkatan yang sulit, tugas penelitian yang tidak ada alokasi waktunya, bahkan menulis publikasi ilmiah, dan mengembangkan karya inovatif. Guru menjadi profesi yang penuh dengan kegiatan bahkan setelah pulang jam kerja guru masih memilki tanggung jawab yang tak kunjung usai. Wiyani (2013) mendukung fakta ini dengan menyatakan bahwa peranan guru dalam pembelajaran sangat penting. Kesuksesan proses pembelajaran dalam suatu sekolah sangat dipengaruhi oleh kompetensi guru sebagai pendidik professional. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru harus menyelesaikan tugas utamnya yakni mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkam, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik di sekolah. Sagala (2012) juga menambahkan bahwa konsep pembelajaran yang baik juga harus mempertimbangkan konsep pembelajaran dan keterlibatan pengajaran tidak semata sebagai profesi tetapi sebagai proses. Dari bukti faktual dan teoritis tersebut, penulis tertarik mengidentifikasi lebih dalam tentang persepsi guru terhada pengajaran dan murid terhadap pembelajaran saat ini.

(5)

dasar penyelenggaraan pengajaran dengan teknologi pengajaran meliputi aktivitas sendiri, minat sebagai motivasi, persiapan dan suasana mental, individualisasi, dan sosialisasi.Kesiapan di sekolah dalam melaksanakan pembelajaran berbasis ICT memang perlu dipikirkan dengan matang mengingat banyak sekolah yang telah memberikan instruksi penyesuaian penggunaan media dan teknologi pendidikan namun tidak diimbangi dengan pemenuhan prinsip-prinsip tersebut.

Oleh karena itu, penulis melakukan investigasi terhadap dua pelaku pendidikan yakni guru dan siswa dalam memberikan perspektif mereka terhadap implementasi pembelajaran berbasis ICT di Blitar. Hal tersebut kemudian diformulasikan menjadi pertanyaan penelitian, ‘Bagaimana persepsi guru dan siswa terhadap penerapan pembelajaran berbasis ICT di Blitar?’.Dengan tujuan untuk mengetahui keragaman persepsi guru dan siswa dalam menanggapi penerapan pembelajaran tersebut, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak yang baik dan dapat menjadi pertimbangan banyak pihak dalam menerapkan teori dan ilmu yang disampaikan melalui kebijakan-kebijakan pemerintah.

Pembelajaran Berbasis ICT dan Blended Learning

(6)

pendanaan yang tidak lepas dari anggaran belanja di sekolah juga menjadi sorotan dan masalah tersendiri bagi semua pihak.

Seharusnya, pembelajaran berbasis ICT tidaklah menyulitkan dan menjadikan kemajuan tersebut menjadi beban bagi siapapun. Pembelajaran berbasis ICT seharusnya mempermudah siswa mengakses segala yang dibutuhkan dalam belajar, mengembangkan proses belajar di luar kelas yang berkesinambungan dan bersifat lifelong learning (belajar sepanjang hayat), memperoleh ilmu dan informasi yang bermanfaat dan terkini, dan mengembangkan potensi yang ada di sekolah baik siswa maupun guru. Prasojo dan Rianto (2011) menegaskan bahwa dengan teknik pembelajarn melibatkan ICT di kelas maupun di luar kelas dapat meningkatkan proses pembelajaran yang berkualitas. Sangra dan Sanmamed (2010) dalam penelitian mereka menemukan bahwa penggunaan ICT di sekolah dapat membantu berbagai macam komponen di sekolah mulai dari guru, siswa, bahkan staf dan tenaga kependidikan di sekolah.Penerapan penggunaan ICT haruslah cocok dan mudah diadaptasi untuk mempermudah kelangsungan penggunaan ICT di sekolah. Dari kemalasan penggunaan ICT dan pengaruh perubahan kebijakan lainnya yang berdampak pada pemberhentian penggunaan ICT di sekolah.

Berelasi dengan ICT, penggunaan ICT dalam proses belajar tidak semata digunakan dalam semua jadwal mengajar. Penggunaan ICT harus tetap diseimbangkan dengan pertemuan tradisional yang memiliki fungsi sebagai proses konfirmasi dan konsultasi yang berguna untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan pemahaman dan pencapaian siswa diketahui secara langsung. Sistem blended learning seperti ini dapat bergungsi sebagai pengontrol dalam melaksanakan pembelajaran digital dan jarak jauh.

Penerapan ICT dan Blended Learning di Blitar

(7)

hasil studi awal yang dilakukan oleh peneliti di 10 sekolah menengah dan 10 sekolah dasar menyebutkan adanya pembelajaran berbasis ICT yang telah diselenggarakan di Blitar. Penerapan ICT dan pengajaran berbasis blended learning tersebut menjadi sesuatu yang dibanggakan di kedua puluh sekolah yang dikunjungi dan menjadi program unggulan. Bagaimanapun, melihat syarat dan prinsip pelaksanaan pembelajaran berbasis ICT dan blended learning, penulis belum begitu yakin apakh yang dirasakan guru dan dipahami oleh siswa melalui system tersebut sudah tepat guna atau belum.

Penerapan yang ingin dicari gambarannya dalam studi ini adalah penerapan pembelajaran berbasis ICT yang memiliki relasi dengan isu terkini connected living di Indonesia. Oleh karena itu, melakukan investigasi pada persepsi siswa dan guru terhadap implementasi pembelajaran berbasis ICT di Blitar dalam menyongsong era connected living sangat perlu dilakukan untuk mengetahui kesiapan dan sejauh mana penerapan pembelajaran berbasis ICT di Blitar dan menyikapi perkembangan yang bisa dikembangkan di sekolah-sekolah mendatang.

Mendayagunakan ICT di Era Connected Living

Era 2020 dengan isu semua kehidupan yang terkoneksi memecahkan isu ‘linearitas’ yang dulu digaungkan banyak pihak, keragaman (variasi) dalam bidang pengetahuan mensyaratkan satu subjek harus terkoneksi dengan subjek lainnya agar bermanfaat dari hubungan tersebut. Pendidikan juga diharapkan dapat memiliki banyak koneksi seperti halnya dalam mengembangkan diri, guru dapat bekerja sama dengan ahli IT dan media, dapat mengakses jurnal dan publikasi ilmiah untuk menerbitkan hasil temuan penelitian yang guru lakukan, bekerja sama dengan forum penulis dalam menulis buku dan modul, dan sebagainya.

(8)

dikenalkan adanya connected living seperti pada pelajaran tematik dan tema – tema yang diusung dalam pelajaran yang berkaitan dengan dunia kerja. Di era Kurikulum 2013 ini, isu – isu tersebut didekatkan dengan langkah – langkah ilmiah yang menuntut pembelajaran yang benar dan mudah diterapkan bagi guru dan siswa di kelas.

Bouverot (2014) menjelaskan konsep connected living merupakan kesempatan untuk pertumbuhan lebih lanjut sangat besar, terutama ketika seseorang menganggap banyaknya 'hal' yang berpotensi dapat terhubung. Dia mencontohkan di China, ada tiga operator seluler China - China Mobile, China Telecom, dan China Unicom mengalami pertumbuhan yang luar biasa, khususnya disektor elektronik pertanian, kesehatan, otomotif, ritel, dan konsumen dan berkembang pesat kelas menengah di negara itu juga akan mendorong pasar konsumen dengan permintaan untuk rumah pintar, perangkat dapat dipakai, jasa kota pintar dan mobil terhubung. Industri, perusahaan, pendidikan, dunia kerja, dan kehidupan riil yang mensyaratkan adanya hubungan dan keterkaitan satu sama lain dalam melengkapi dan menambahkan unsure kehidupan tersebut menjadi pemicu bagi guru untuk menyiapkan siswa dapat bersaing dan berkembang di dunia kerja di era mereka kelak.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain metode mixed explanatoryyanguntuk mengumpulkan input kualitatif sebagai penjelasan dan memperluas hasil kuantitatif untuk mendapatkan wawasan yang komprehensif penelitian (Creswell et al., 2007).

(9)

Dari hasil studi percontohan terdapat sedikit perubahan dan perbaikan dalam isi kuesioner dalam studi awal sebagai hasil dari proses ini.

Data penelitian ini dikumpulkan pada akhir semester ganjil tahun akademik2015/2016 (Desember 2015). Responden sebagai sampel dipilih berdasarkan purposive sample yakni berdasarkan saran pihak sekolah yang dianggap dapat memberikan persepsi yang faktual.Untuk memperkaya dan mendukung temuan kuantitatif, wawancara terstruktur bersifat semi open-ended

digunakan dalam mengumpulkan data. Tema yang muncul selama sesi wawancara diberi kode sesuai dengan dimensi data kuantitatif dari kuesioner. Sesi wawancara selama 20 menit yangdilakukan dengan 20 relawan, yang menjadi responden kuesionerdiberikan. Dasar pemikiran untuk menggunakan sistem wawancara ini adalah untuk memahami sudut pandang responden daripada membuatgeneralisasi dalam hasil kuesioner.

Temuan Penelitian dan Diskusi Hasil Penelitian

Dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada responden dan wawancara kepada mereka dapat disajikan olahan data hasil penghitungan kuesioner dalam mencari prosentase, rerata, dan standar deviasi dari hasil kuesioner.Dalam kuesioner yang dikembangkan sebagai instumen penelitian dibagi menjadi tiga hal penting yakni konsep penerapan ICT, penerapan ICT, dan evaluasi pembelajaran berbasis ICT di Blitar.

Tabel 1. Prosentase, Rerata dan Standar Deviasi

Hasil Penghitungan Kuesioner Pengajaran Berbasis ICT di Blitar

Percentage, Mean, and Std. Deviation of the Students’ Perception on Implementation of ICT Learning in Blitar

No Items Percentage (%) Mean Std. SA A N D SD

1 Belajar sesuatu yang baru tentang ICT

dapat mempermudah proses pembelajaran 36.2 59.6 3.5 - 0.7 4.30 0.60 2 Pembelajaran berbasis ICT dapat

meningkatkan kualitas belajar baik di dalam dan di luar kelas

37.6 54.6 7.8 - - 4.29 0.60

3 Pembelajaran blended learning memiliki dampak positif bagi kesiapan siswa untuk pembelajaaran era millennium

43.3 52.5 4.3 - - 4.39 0.57

4 Pembelajaran berbasis ICT

mempersiapkan siswa untuk mampu hidup di era dimana segala hal dapat berhubungan

(10)

5 Pembelajaran berbasis ICT memerlukan dukungan infrastruktur yang memadai, sumber daya yang berkualitas, dan motivasi belajar yang tinggi.

36.2 51.1 12.8 - - 4.23 0.66

6 Penerapan pembelajaran ICT di luar kelas memerlukan kontrol, stimulus, dan respon yang baik

37.6 53.2 8.5 0.7 - 4.27 0.64

7 Penerapan pembelajaran ICT di dalam kelas seharusnya menjadi konsultasi dan konfirmasi dalam memahami dan mengembangkan materi pembelajaran.

24.1 55.3 19.9 0.7 - 4.02 0.68

8 Pembelajaran berbasis ICT memerlukan keatifan baik guru dan siswa di luar maupun di dalam kelas.

39.7 52.5 7.1 0.7 - 4.31 0.63

9 Guru menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran berbasis ICT.

31.9 55.3 12.8 - - 4.19 0.64

10 Siswa memiliki motivasi dalam mengasah

rasa ingin tahu dan aktif dalam bertanya. 32.6 60.3 7.1 - - 4.25 0.57 11 Guru melakukan evaluasi pemebelajaran

jarak jauh di dalam kelas berupa hasil pemantauan dan diskusi masalah di dalam kelas.

54.6 44.0 1.4 - - 4.53 0.52

12 Guru memberikan balikan (feedback) kepada siswa atas pertanyaan dan hasil diskusi di dalam kelas.

47.5 48.9 3.5 - - 4.43 0.56

13 Guru dan siswa melakukan refleksi atas pembelajaran dalam satu materi dan memberikan kesimpulan materi yang dipelajari.

53.9 45.4 0.7 - - 4.53 0.51

14 Guru melakukan penilaian secara kualitatif pada siswa baik dalam proses di luar kelas dan di dalam kelas.

(11)

keberlangsungan pembelajaran berbasis ICT terkait dengan perawatan, sumber daya manusia, dan pola interaksi di kelas yang yang tidak maksimal dari siswa. Siswa lebih suka menggunakan media social lain yang melenakan mereka untuk bersenang-senang dibanding memanfaatkan ICT sebagai sumber belajar bagi mereka.

Dari hasil temuan tersebut, strategi dalam menerapkan pembelajaran berbasis ICT seharusnya dimiliki oleh setiap sekolah. Sekolah seharusnya memikirkan keberlangsungan suatu program yang memiliki keuntungan untuk kemajuan ilmu pengetahuan di sekolah. Hal ini sejalan dengan hasil temuan O’Sulivan (2015) yang mengemukakan pentingnya strategi digital di lingkungan sekolah menambah manfaat dan meningkatkan kualitas proses belajar dan mengajar serta berkembangnya suatu institusi pendidikan dalam belajar, mengajar, mengevaluasi pembelajaran, kepemimpinan, penelitian, dan kebijakan berdasarkan infrastruktur ICT yang dikembangkan di sekolah.

Selain strategi digital, sekolah juga melakukan otomatisasi penerapan ICT dalam pembelajaran dan mengikis sikap dan pemanfaatan yang menyimpang dari ICT sebagai hasil yang baik untuk mendapatkan manfaat yang tidak berbatas. Seperti yang dibahas oleh Sangra dan Sanmamed (2010) juga menemukan dalam hasil penelitian mereka bahwa dengan mempertimbangkan ICT sebagai alat yang dapat berkontribusi untuk inovasi pendidikan yang berkesinambungan di pusat – pusat pendidikan seharusnya telah dikenalkan dalam perencanaan tahunan sekolah dan lebih lagi dalam silabus. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis ICT untuk menyongsong era connected living di tahun 2020 dalam menyiapkan siswa untuk mampu memberdayakan intelijensi majemuk (multiple intelligences) untuk memanfaatkan ICT dalam menghubungkan hal-hal yang penting dalam kehidupan untuk memiliki masa depan yang lebih baik.

Penutup

(12)

kesiapan siswa untuk melek teknologi dan informasi. Bagaimanapun dalam penerapan pembelajaran berbasis ICT tetap mengalami kesulitan dan hambatan seperti dalam pemeliharaan, sumber daya manusia yaitu guru yang banyak mengalami kesulitan dalam belajar software yang beragam dan berkembang setiap harinya, serta pola interaksi siswa yang terlena dengan penggunaan media sosial untuk kesenangan semata. Sedangkan dalam evaluasi, penerapan evaluasi penggunaan pembelajaran berbasis ICT sudah baik diterapkan di Blitar. Dari ulasan tersebut, penulis menyarankan beberapa kemajuan berupa ICT seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik dan strategis untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna. Guru dan siswa harus mampu bekerja sama untuk maju dan berkembang bersama dalam mengajar dan belajar dalam membudayakan lifelong learning (belajar sepanjang hayat).

Daftar Pustaka

Alwasilah, A. C. 2010. Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Bonk, C. J. & Graham, C. R. 2004. Handbook of Blended Learning: Global Perspectives, local designs. San Francisco, CA: Pfeiffer Publishing. Bouverot, A. 2014.Connected Living: How China is Set for Global M2M

Leadership. Beijing: GSMA.

Creswell, J. W. 2007. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Approaches. California: Sage Publication Inc.

Daryanto & Rahardjo, M. 2012.Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Ferdig, R. E. & Kennedy, K. 2014. Handbook of Research on K-12 On-line and Blended Learning. New Orleans: ETC Press.

Kesuma, D., Triatna, C,.& Permana, J. 2011. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Lickona, T. 1991. Educating for Character, How Ours Schools can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Munir,. 2012. Multimedia: Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung.

O’Sulivan, J. 2015. Digital Strategy for Schools 2015-2020: Enhancing Teaching, Learning, and Assessment. New York: Oidechais.

Prasojo, L. D. & Royanto. 2011. Tekonologi Informasi Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

(13)

Sagala, S. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung.

Sangra, A. & Sanmamed, M. G. 2010.The Role of Information and Communication Technologies inImproving Teaching and Learning Processes in Primary and Secondary Schools. ALT-J Research in Learning Technology, Vol. 18, No. 3, November 2010, 207–220.

Sudjana, N. & Rivai, A. 2009.Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Wagner, D. A., dkk. 2005. Monitoring and Evaluation of ICT in Education Projects. Washington: InfoDev.

Wiyani, N. A. 2013. Desain Pembelajaran Pendidikan. Yogyakarta: Ar – Ruz Media.

Pengantar

Gambar

Tabel 1. Prosentase, Rerata dan Standar Deviasi Hasil Penghitungan Kuesioner Pengajaran Berbasis ICT di Blitar

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik wisatawan domestik pengguna Low Cost Carrier pada maskapai penerbangan Lion Air secara tourist descriptor yaitu karakteristik berdasarkan gambaran dari

Dari hasil penelitian, disimpulkan besar risiko kesehatan pajanan BTX pada petugas tol belum menunjukkan adanya risiko kesehatan non karsinogenik (RQ<1) maupun risiko

Dari hasil perhitungan kurva baku pada uji Linieritas di dapatkan nilai regresi Sulfametoksazol yang mendekati 1 yaitu dengan nilai 0,9863 sedangkan untuk Trimetoprim

sampah padat. Sarana prasarana dalam pengelolaan sampah padat belum memadai dikarenakan faktor usia maupun jumlah yang tidak sebanding dengan pertumbuhan

Berdasarkan implementasi dan peng- ujian aplikasi telepon anti sadap terhadap jaringan wifi dan 3G maka dapat disimpulkan bahwa aplikasi telepon anti sadap dapat berjalan dengan

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Bharwana, et.al (2013) dan Hardianawati (2012) yang membuktikan bahwa kualitas pelayanan yang diukur melalui

3 Employee NIK dan nama karyawan Pilih Karyawan yang ingin dinaikan salary component nya 4 Back Pay Date Tanggal efektif Rapel Centang Apabila. karyawan tersebut mendapatkan rapel

Faktor ekstrak kulit buah naga super merah dan Na alginat pada sediaan losio tabir surya memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap respon SPF, viskositas,