• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Dan Perilaku Pengunjung Terhadap Konsep Ecodesign Lanskap Rekreasi Situgede

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Dan Perilaku Pengunjung Terhadap Konsep Ecodesign Lanskap Rekreasi Situgede"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI DAN PERILAKU PENGUNJUNG TERHADAP

KONSEP

ECODESIGN

LANSKAP REKREASI SITUGEDE

ANNISA HERSYAFIRA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi dan Perilaku Pengunjung Terhadap Konsep Ecodesign Lanskap Rekreasi Situgede adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

ANNISA HERSYAFIRA. Persepsi dan Perilaku Pengunjung Terhadap Konsep Ecodesign Lanskap Rekreasi Situgede. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN.

Lanskap rekreasi Situgede merupakan lanskap alami yang memiliki nilai ekologis dan nilai estetis sebagai sumber daya rekreasi dan kehidupan bagi manusia dan habitat sekitarnya. Aktivitas rekreasi yang meningkat dapat menurunkan nilai-nilai ekologis Situgede. Oleh karena itu lanskap rekreasi Situgede sebagai objek wisata alam harus menerapkan prinsip-prinsip ecodesign yang terdiri dari enam komponen yaitu tata guna lahan, air, perilaku sumber daya manusia, fisik lanskap rekreasi, teknologi, dan institusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi dan perilaku pengunjung Situgede dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan teknik Nonprobability sampling untuk pengambilan sampel. Melalui hasil analisis dengan menggunakan tabel kriteria konsep ecodesign, dapat disimpulkan bahwa lanskap rekreasi Situgede berada dalam kriteria sesuai sebagai sebuah lanskap rekreasi yang mengusung konsep ecodesign. Selain itu melalui uji Chisquare dapat diketahui juga bahwa faktor yang mempengaruhi persepsi pengunjung adalah faktor jenis kelamin dan umur. Sedangkan hasil analisis korespondensi berganda menunjukkan bahwa persepsi pengunjung terhadap konsep ecodesign tidak berhubungan dengan perilaku mereka terhadap lanskap rekreasi Situgede. Kata kunci: Lanskap rekreasi, ecodesign, persepsi, perilaku

ABSTRACT

ANNISA HERSYAFIRA. Perception and Attitude of The Visitors for Situgede Recreational Landscape Ecodesign Concept. Supervised by ANDI GUNAWAN.

Situgede recreational landscape is one of natural landscape that has ecological and aesthetic values as recreational resources and also the living source for human being and the wildlife around it. The increasing of human recreational activities can decrease the ecological values of Situgede. It is necessary for Situgede recreational landscape as a tourism object to apply ecodesign principles. This research aims to identify visitor’s perception and behaviour and the factors which affecting visitor’s perception. This research has used descriptive method and Nonprobability sampling technique for the sampling method. Through the analysis result using ecodesign criteria table, it shows that Situgede recreational landscape is suitable as a recreational landscape carrying ecodesign concept. Moreover, by using Chisquare analysis, it shows that the factors which affecting visitor’s perceptions are gender and age factor. While the result of multiple correspondence analysis shows that visitor’s perception about ecodesign was not related to their behavior toward Situgede recreational landscape.

(6)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2014 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

PERSEPSI DAN PERILAKU PENGUNJUNG TERHADAP

KONSEP

ECODESIGN

LANSKAP REKREASI SITUGEDE

ANNISA HERSYAFIRA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena berkat rahmatNya Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Persepsi dan Perilaku Pengunjung Terhadap Konsep Ecodesign Lanskap Rekreasi Situgede”. Tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan banyak pihak, karya ini tidak dapat terwujud. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan selama penulisan karya tulis ini kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Andi Gunawan M.Agr.Sc sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan dorongan, arahan dan masukan, serta nasehat kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

2. Pihak Kelurahan Situgede, Pusat Konservasi, dan Tim Pengelola Situgede yang telah memberi data terkait untuk kepentingan skripsi ini.

3. Seluruh anggota keluarga khususnya kedua orang tua atas segala doa, perhatian dan dukungan kepada Penulis.

4. Teman-teman Arsitektur Lanskap 47 dan semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan untuk peningkatan kualitas di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR iv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pikir 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Rekreasi dan Rekreasi Alam Terbuka 3

Situ sebagai Area Rekreasi 4

Ecodesign 5

Konsep Ecodesign pada Lanskap Rekreasi 5

Persepsi 9

Perilaku 10

Persepsi dan Perilaku terhadap Lingkungan 10

METODE 11

Lokasi dan Waktu 11

Alat dan Bahan 11

Batasan Penelitian 12

Metode Penelitian 12

HASIL DAN PEMBAHASAN 17

Kondisi Umum Tapak 17

Identifikasi Konsep Ecodesign Lanskap Rekreasi Situgede 19

Karakteristik Pengunjung 22

Persepsi Pengunjung Terhadap Konsep Ecodesign 23

Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Pengunjung 25

Perilaku Pengunjung Terhadap Konsep Ecodesign 27

SIMPULAN 29

DAFTAR PUSTAKA 30

LAMPIRAN 33

(12)

DAFTAR TABEL

1 Kelerengan lahan 7

2 Klasifikasi bahan bangunan ekologis (Frick dan Mulyani 2006) 9 3 Penetapan komponen ecodesign lanskap rekreasi (Pratiwi et al. 2014) 13 4 Skala estimasi penilaian kondisi eksisting tapak (Pratiwi et al. 2014) 14 5 Rentang nilai kriteria kondisi lanskap rekreasi Situgede 15 6 Metode analisis data berdasarkan tujuan penelitian 15

7 Jenis data yang dikumpulkan 16

8 Pengelola dan kepemilikan tapak 22

9 Karakteristik pengunjung di lanskap rekreasi Situgede 23 10 Persentase persepsi pengunjung terhadap setiap komponen ecodesign 24

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian 2

2 Lokasi penelitian 12

3 Peta penutupan lahan lanskap rekreasi Situgede 20

4 Ketersediaan taman rumah penduduk sekitar 20

5 Retaining wall dan jalur pejalan kaki 20

6 Plot korespondensi persepsi dan perilaku pengunjung 28

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Situ merupakan salah satu elemen lanskap alami yang tidak hanya memiliki nilai ekologis dan estetika, namun juga memiliki nilai sebagai sumber kehidupan dan sumber daya rekreasi bagi manusia. Situgede juga memberikan jasa lingkungan secara tidak langsung kepada kawasan di sekitarnya. Keberadaan waduk dan danau (situ) sangat penting dalam menciptakan keseimbangan ekologis dan tata air (Haeruman 1999). Ekosistem danau memberikan manfaat antara lain sebagai habitat tumbuhan dan satwa, pengatur fungsi hidrologi, pencegah bencana alam, menjaga sistem dan proses-proses alami, penghasil sumberdaya alam hayati, penghasil energi, sarana transportasi, rekreasi dan olahraga, lahan mata pencaharian penduduk sekitar, serta sebagai sarana penelitian dan pendidikan. Oleh karena pentingnya berbagai fungsi ini, nilai-nilai ekologis dari suatu kawasan sekitar danau termasuk Situgede perlu dipertahankan dan dilestarikan keberadaannya.

Selain berfungsi sebagai sumber kehidupan, Situgede juga berfungsi sebagai sumber daya rekreasi bagi manusia. Rekreasi merupakan salah satu bagian dari kebutuhan hidup manusia yang harus dipenuhi untuk memberikan keseimbangan, ketenangan, keserasian, dan gairah hidup. Kondisi alam yang tenang dan asri dengan pemandangan hutan yang menyegarkan menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk datang berkunjung ke Situgede, baik untuk sekedar melepas lelah maupun berkumpul dengan keluarga dan teman-teman. Seiring dengan meningkatnya aktivitas di kawasan Situgede, secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan Situgede dan dapat menjadi sebab terganggunya nilai-nilai ekologis situ tersebut.

Kondisi tersebut yang mendorong pemikiran mengenai keselarasan antara aktivitas manusia dengan lingkungan, sehingga menjadi dasar dari gerakan ekologis saat ini (Holden 2000). Gerakan ekologis di bidang desain lanskap dikenal dengan sebutan “ecodesign” atau ecological design. Istilah ecological design adalah suatu konsep desain ekologis yang dapat meminimalisasi dampak kerusakan lingkungan dan mengintegrasikannya ke dalam proses-proses kehidupan dan bersifat melindungi komponen biotik (manusia, hewan dan tumbuhan) dan abiotik (tanah, air dan udara) suatu lingkungan (Forman dan Godron 1986). Sudah sebaiknya pembangunan Situgede sebagai objek wisata alam dikembalikan pada prinsip-prinsip ecodesign. Konsep ecodesign yang diaplikasikan di lanskap rekreasi akan berkelanjutan apabila didukung oleh pengunjung yang memahami dan menjaga konsep tersebut.

(14)

2

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah mempelajari persepsi dan perilaku pengunjung terhadap konsep ecodesign pada lanskap rekreasi Situgede. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi konsep ecodesign pada lanskap rekreasi Situgede.

2. Mengidentifikasi persepsi dan perilaku pengunjung terhadap konsep ecodesign pada lanskap rekreasi Situgede.

3. Menganalisis hubungan persepsi dan perilaku pengunjung.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan bahan pertimbangan kepada pengelola Situgede dan instansi terkait dalam usaha perencanaan dan desain lanskap rekreasi berbasis ecodesign.

Kerangka Pikir

Penelitian ini didasarkan pada lanskap rekreasi di Situgede yang tidak hanya memiliki nilai ekologis dan estetika namun juga memiliki nilai sebagai sumber kehidupan dan sumber daya rekreasi bagi manusia. Seiring dengan meningkatnya aktivitas disekitar Situgede, akan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan Situgede dan dapat mengganggu nilai-nilai ekologis tersebut.

Sudah selayaknya pembangunan Situgede sebagai objek wisata mengakomodasi prinsip-prinsip ecodesign. Konsep ecodesign ini akan berjalan efektif bila didukung dengan partisipasi masyarakat sekitar yang baik, dan adanya lembaga yang mendukung (Pratiwi et al. 2014). Penelitian ini fokus pada partisipasi penduduk, dalam hal ini yang diutamakan adalah pengunjung, karena pengunjung merupakan tokoh utama dalam kegiatan berwisata. Oleh karena itu perlu diketahui persepsi dan perilaku pengunjung terhadap ecodesign dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Bagan kerangka pikir dijelaskan pada Gambar 1.

(15)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Rekreasi dan Rekreasi Alam Terbuka

Rekreasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) didefinisikan sebagai sebuah penyegaran kembali badan dan pikiran, sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan seperti hiburan dan piknik. Rekreasi adalah kegiatan yang menyenangkan yang dimaksudkan untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani manusia, kegiatan-kegiatannya dapat berupa olahraga, membaca, dan mengerjakan hobi. Eckbo (1964) mengartikan rekreasi sebagai penggunaan kreatif dari waktu luang, melepaskan diri dari tekanan/keharusan, dan kesempatan untuk tumbuh, mengembangkan kapasitas diri, melepaskan diri dari ketegangan dan keputusasaan.

Douglass (1982) mengungkapkan bahwa rekreasi alam terbuka adalah semua kegiatan rekreasi yang dilakukan tanpa dibatasi oleh suatu bangunan, atau rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan dan berorientasi pada penggunaan sumber daya alam seperti air, hujan, pemandangan alam atau kehidupan di alam bebas. Phaneuf dan Smith (2004) menyatakan bahwa untuk kenyamanan rekreasi alam memerlukan ruang (open space) dan sumber daya alam yang tidak sedikit. Beberapa macam kegiatan rekreasi alam yang paling baik dilakukan pada bentang alam (natural landscape) yang sedikit mengalami modifikasi atau yang masih asli/alami, selain itu rekreasi alam juga membutuhkan investasi (penanaman modal) yang luas.

Menurut Gold (1980) berdasarkan sifatnya, pengalaman rekreasi bisa didapatkan dari berbagai macam kegiatan terbagi kedalam empat kategori;

1. Rekreasi fisik, yaitu bentuk rekreasi dimana pengalaman rekreasi didapat dari aktifitas fisik , misalnya berolah raga dan bermain.

2. Rekreasi sosial, yaitu bentuk rekreasi didalamnya interaksi sosial sebagai pengalaman utama aktifitas.

3. Rekreasi kognitif, yaitu bentuk rekreasi berupa aktifitas budaya, pendidikan. 4. Rekreasi lingkungan, yaitu bentuk rekreasi menggunakan sumber daya alam

seperti pohon, pemandangan, sebagai fokus kegiatan.

Walsh (1986) mengklasifikasikan rekreasi alam terbuka berdasarkan perbedaan motivasi psikologi dari individu yang berpartisipasi, yaitu:

1. Rekreasi aktif yang melibatkan gerak badan yang berat dengan rangsangan psikologi yang memuncak, kegembiraan, dan manfaat (jogging, bersepeda, tenis, berenang, balap perahu).

2. Rekreasi fisik yang membutuhkan upaya fisik yang relatif rendah, dan penekanannya pada kenyamanan individu, rangsangan fisik, kegembiraan yang diharapkan lebih rendah dari rekreasi tipe lainnya (menonton pertandingan olahraga outdoor, membaca di luar ruangan, melihat pemandangan).

3. Rekreasi extractive/menggali yang melibatkan pengambilan karunia alam, kepuasan psikologi berkaitan dengan jumlah dan ukuran atau keunikan ‘piala’ yang melambangkan keterampilan individu yang berpartisipasi (memancing, berburu, mengumpulkan batuan).

(16)

4

5. Rekreasi dengan motif interaksi sosial dan belajar (mengunjungi teman/keluarga, belajar tentang alam dan sejarah, mengikuti perkuliahan, pameran).

Sedangkan komponen kepuasan pribadi dari rekreasi meliputi rangsangan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan, kesenangan akan pengalaman yang baru, tingkat kesulitan dari usaha fisik dan mental, serta adanya ancaman dari situasi yang membahayakan.

Situ sebagai Area Rekreasi

Situ/embung dapat dikategorikan sebagai salah satu jenis lahan basah (umumnya berair tawar) dengan sistem perairan yang tergenang. Situ dapat terbentuk secara buatan yaitu berasal dari dibendungnya suatu cekungan (basin) atau terbentuk secara alami karena kondisi topografi yang memungkinkan terperangkapnya sejumlah air (Majid 2008). Definisi lain dalam batasan ekologi adalah perairan tergenang yang merupakan daerah penampungan air yang terbentuk secara alamiah (natural) ataupun buatan manusia (artificial) yang merupakan sumber air baku bagi berbagai kepentingan kehidupan manusia, dimana air yang ditampung pada umunya berasal dari air hujan (run off), sungai, atau saluran pembuangan dan mata air (Natasaputra 2000).

Fungsi/manfaat situ menurut Majid (2008), yaitu: sebagai daerah resapan air tanah (recharging zone), peredam banjir, mencegah intrusi air laut, membantu memperbaiki mutu air permukaan (lewat proses kimia, fisik, dan biologis yang berlangsung di dalamnya), irigasi, rekreasi, tandon air (reservoir), mengatur iklim mikro, perikanan, mendukung keanekaragaman hayati perairan, dan sebagainya. Fungsi-fungsi spesifik danau dan lingkungannya antara lain sebagai sumber resapan air bagi kestabilan lapisan-lapisan air dibawah tanah dan air sungai, pengendali banjir secara alamiah, tempat kehidupan bagi spesies hewan dan tumbuhan, sumber kehidupan dan penghidupan bagi manusia dan hewan peliharaannya, pembentuk kondisi udara (iklim) di sekitarnya, penunjang kehidupan lingkungannya, dan sarana perhubungan air (Sudaryono 1998 dalam Amanda 2009). Sedangkan menurut Aboejoewono (1999), ditinjau dari segi ekologis maupun ekonomi danau/ situ memiliki banyak fungsi, antara lain sebagai sumber bagi kehidupan, pengatur tata air dan pemasok air tanah, pengendali banjir, pengatur iklim mikro, habitat vb berbagai jenis flora dan fauna, budidaya perikanan, serta sebagai lokasi kegiatan pariwisata dan rekreasi.

Menurut Turner (1986) hasil studi mengenai kegiatan rekreasi di ruang terbuka menunjukkan bahwa elemen air merupakan daya tarik yang paling besar bagi pengunjung. Salah satu alternatif tempat rekreasi dengan elemen air adalah danau/waduk/situ dan sekitarnya. Sementara Simonds (1983) menyatakan sebagai sebuah sumberdaya, badan air memiliki potensi penggunaan rekreasi baik di wilayah perairannya sendiri maupun sepanjang tepiannya, dan badan air memiliki nilai scenic/keindahan, dimana pemandangan dan suara air membangkitkan perasaan menyenangkan.

(17)

5 sehingga tidak cukup lagi menampung air hujan yang berakhir dengan terjadinya banjir; 3) pencemaran oleh limbah sehingga terjadi eutrofikasi yang berakibat pada pendangakalan. Permasalahan tersebut semakin diperburuk dengan semakin lemahnya pengawasan serta mudahnya pejabat menerbitkan perizinan yang menyebabkan jumlah dan luas situ semakin mengecil.

Ecodesign

Ecodesign dapat didefinisikan sebagai suatu desain yang meminimalisasi dampak kerusakan lingkungan dan mengintegrasikannya dengan proses-proses kehidupan (Thompson dan Steiner 1997). Ecodesign memungkinkan mendesain sitem artifisial menuju sistem natural dengan menggunakan prinsip ekologis dalam mendesain lingkungan terbangun (Yeang 2006). Dasar pemikiran desain adalah membentuk lingkungan yang sehat bagi penduduk. Selain itu, ecodesign diartikan sebagai adaptasi yang efektif dan proses alam yang terintegrasi. Integrasi tersebut menyatakan bahwa desain yang dibuat meninjau keragaman spesies (menjaga keragaman hayati), meminimalisasi pengurangan sumber daya, melindungi nutrient dan water cycles, perbaikan kualitas habitat, serta mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan ekosistem dan manusia. Dalam hal tersebut bisa diartikan bahwa ecodesign bersifat melindungi komponen biotik (manusia, hewan dan tumbuhan) dan abiotik (tanah, air dan udara) suatu lingkungan. Kriteria ecodesign lanskap disusun dari hierarki ecodesign lanskap dan dideskripsikan menjadi parameter yang terukur. Kriteria ecodesign lanskap terdiri atas komponen (tata guna lahan, air, fisik pemukiman, perilaku SDM, teknologi, dan institut) (Pratiwi et al. 2014). Untuk mencapai hal tersebut, ecodesign menawarkan 3 strategi : conservation, regeneration, dan environmental stewardship (pengelolaan).

Konsep Ecodesign pada Lanskap Rekreasi

Konsep desain ekologis sangat terkait dengan konteks lingkungan. Dalam perspektif yang lebih luas, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan global alami yang meliputi unsur bumi, udara, air, dan energi yang perlu dilestarikan (Priatman 2002). Kesempatan-kesempatan dari sistem yang komprehensif dan terintegrasi dari sebuah lanskap rekreasi menjawab kebutuhan dan nilai-nilai penting dari sebuah kualitas lingkungan hidup. Menurut Smith (2003) sistem perencanaan dan pengelolaan yang baik pada sebuah lanskap rekreasi akan memberi manfaat:

1. Membantu meningkatkan ligkungan yang sehat. 2. Membantu meningkatkan kualitas pembangunan.

3. Meningkatkan kesenangan dan kualitas hidup pengunjung.

4. Menyediakan berbagai macam wadah beraktivitas mulai dari aktivitas pasif hingga aktivitas aktif.

(18)

6

1. Semua orang bisa melakukan aktivitas dan menikmati fasilitas sesuai pilihannya, umur, jenis kelamin, keuangan, latar belakang budaya, atau lingkungan kehidupannya.

2. Suatu bentuk rekreasi harus dikordinasikan dengan bentuk rekreasi yang sudah ada agar tidak terjadi duplikasi.

3. Suatu bentuk rekreasi harus terintegrasi dengan pelayanan publik yang lainnya seperti kesehatan, pendidikan, dan transportasi.

4. Fasilitas diadaptasikan untuk kebutuhan mendatang.

5. Fasilitas dan program wisata harus sesuai dengan tingkat perekonomian masyarakat.

6. Masyarakat dilibatkan dalam proses perencanaan.

7. Perencanaan merupakan proses yang berkelanjutan sehingga perlu dievaluasi. 8. Mengintegrasikan antara perencanaan lokal dan regional.

9. Lahan diprioritaskan untuk pembangunan kota khususnya untuk penggunaan taman dan rekreasi.

10. Fasilitas dibangun untuk memberikan kenyamanan, keamanan, kesehatan dan kepuasan bagi pengguna, serta didesain dengan indah sesuai konsep konservasi energi.

Selanjutnya, kriteria ecodesign lanskap rekreasi disusun berdasarkan kriteria ecodesign Pratiwi et al. (2014) yang dimodifikasi berdasarkan prinsip-prinsip lanskap rekreasi di atas. Sehingga tersusun enam komponen konsep ecodesign lanskap rekreasi, yaitu: tata guna lahan, air, fisik lanskap rekreasi, perilaku Sumber Daya Manusia (SDM), teknologi, dan institusi.

Komponen Tata Guna Lahan

Tapak, sebagai lahan atau area untuk membangun ruang binaan atau rumah terkait dengan peruntukan lahan (land use), kesesuaian lahan (land suitability) dan kemampuan lahan (land capability). Hal tersebut terkait dengan peraturan pemerintah mengenai tata guna lahan dan wujud upaya desain ramah lingkungan. Peraturan tata guna lahan mengatur keharmonisan pemanfaatan lahan untuk menciptakan rasio lahan terbangun dan tidak terbangun (intensitas tutupan lahan) yang ideal.

Tanah saat ini masih merupakan landasan kita membangun yang mendukung bangunan di atasnya maupun aktifitas manusia. Jenis tanah mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, diantaranya daya resapnya terhadap air, kepekaan erosi dan daya dukung. Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur tanah terhadap kondisi drainase atau aerasi tanah, karena susunan antar agregat tanah akan menghasilkan ruang yang lebih besar ketimbang susunan antar partikel primer. Oleh karena itu tanah yang berstruktur baik akan mempunyai kondisi drainase dan aerasi yang baik pula, sehingga lebih memudahkan sistem perakaran tanaman untuk berpenetrasi dan mengabsorbsi (menyerap) hara dan air, sehingga pertumbuhan dan produksi menjadi lebih baik. Hal ini berkorelasi positif dengan tingkat kesuburan tanah yang sesuai untuk penerapan desain hijau (Hanafiah 2010).

(19)

7 lereng menurut SK Mentan No. 837/KPTS /Um/11/1980, seperti tertera pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1 Kelerengan lahan

No Kemiringan Lahan Keterangan

1. 0-8% Datar

2. 8-15% Landai

3. 15-25% Agak curam

4. 25-45% Curam

5. >45% Sangat curam

Kemiringan lahan yang melebihi 15%, terbuka terhadap iklim yang keras, bahaya gempa bumi, bahaya tanah longsor, tanah yang tidak stabil, daerah berlumpur/rawa serta berbatasan dengan jalan yang hiruk pikuk, yang diantaranya dapat di atasi dengan perlakuan khusus dan diluar itu harus dihindari. Adanya suatu pembangunan pada lahan yang miring relatif lebih sulit daripada pembangunan yang terletak pada lahan yang datar. Suatu pembangunan pada lahan dengan kemiringan lebih dari 10%, memerlukan desain bangunan yang lebih khusus dengan bentuk teras (sengkedan/bersusun) ataupun berbentuk split-level, yang berimplikasi pada bertambahnya energi dan biaya konstruksi.

Komponen Air

Butir-butir air jatuh ke bumi akan diteruskan ke lapisan yang terdalam sampai pada lapisan air bawah tanah yang akan sejajar dengan ketinggian permukaan air laut. Air diseluruh dunia menempati 97% dan sebagian adalah air laut yang menutupi 1/3 luasan permukaan bumi, dan sisanya 3% yang terdiri dari 2.96% berupa ice caps dan glacier; dan hanya 0.06 % dari seluruh air di seluruh dunia berfungsi sebagai air bersih yang berguna (Priatman 2002).

Secara umum elemen air dalam kajian ini terkait dengan sanitasi air, baik air bersih maupun air kotor. Penyediaan air bersih untuk pemukiman menjadi masalah karena sumbernya semakin terbatas. Potensi air bersih di Indonesia lain adalah air hujan terkait dengan curah hujan yang relatif tinggi. Dalam lanskap rekreasi, komponen air akan lebih dibahas mengenai banyaknya kebutuhan pengunjung dan penduduk sekitar serta kesesuainnya terhadap pelayanan dan kebutuhan air bersih.

Komponen Fisik Lanskap Rekreasi

(20)

8

konstruksi gedung dapat diantisipasi menggunakan bahan bangunan yang tahan terhadap rayap atau dilakukan pengawetan khusus. Jamur (dry rot) dapat diakibatkan oleh kesalahan konstruksi, bahan bangunan yang terkena spora jamur harus dimusnahkan. Faktor vegetasi, tanaman maupun tumbuhan disekitar bangunan yang tidak tertata dan terkelola dengan baik akan dapat membahayakan kesehatan, keamanan dan pemborosan energi (Frick dan Mulyani 2006).

Komponen Perilaku Sumber Daya Manusia (SDM)

Dalam hal ini yang dimaksud dengan perilaku SDM adalah partisipasi publik dalam mendukung ecodesign. Menurut Pratiwi et al. (2014) bobot komponen perilaku SDM besar, dikarenakan tanpa adanya partisipasi dari masyarakat, konsep desain tidak dapat diterima. Oleh karena itu, konsep desain harus berbasis pada keinginan masyarakat. Disamping itu, kebijakan akan berperan untuk mendukung, melegalisasi, serta membuat peraturan yang dapat dijadikan pedoman masyarakat.

Partisipasi akan membantu pengetahuan publik mengenai suatu konsep yag akan dikembangkan, mendekatkan masyarakat dengan komunitasnya, peningkatan rasa memiliki pada lingkungan, dan peningkatan ekonomi lokal. Partisipasi publik sebagai prioritas alternatif dapat diaplikasikan melalui keikutsertaan dalam memelihara lingkungan (Bentley 2000). Dalam hal ini diperlukan sumber daya berupa waktu, upaya dari organisasi, komunikasi, dan komitmen seluruh pihak.

Komponen Teknologi

Manusia dimanapun berada akan menghasilkan sampah atau limbah. Tapak dapat dilibatkan dalam sistem pengolahan sampah maupun limbah dengan batas toleransi tertentu. Untuk pembuangan sampah dapat diterapkan konsep reduce, reuse, recycle, antara lain: 1) Efisiensi buangan dan pemisahan sampah organik dan anorganik; 2) Sampah anorganik dapat digunakan kembali (reuse); 3) Sampah organik diolah menjadi pupuk (recycling), dan 4) Menggunakan teknologi pengolahan limbah khusus. Limbah air sabun dapat disalurkan lewat selokan terbuka, limbah air tinja dapat menggunakan teknologi septicktank vietnam (Frick dan Mulyani 2006).

(21)

9 Tabel 2 Klasifikasi bahan bangunan ekologis (Frick dan Mulyani 2006)

No Klasifikasi Bahan Secara Ekologis Contoh Bahan

1. Bahan bangunan yang dapat dibudidayakan kembali

Kayu, bambu, rotan, rumbia, serabut kelapa, ijuk, kulit kayu, kapas, kapok, wol

2. Bahan bangunan alam yang dapat digunakan kembali

Tanah, tanah liat, lempung, tras, kapur, batu kali, batu alam

3. Bahan bangunan buatan yang dapat didaur ulang

Limbah, potongan, sampah, ampas, bahan bungkusan (kaleng, botol), mobil bekas

4. Bahan bangunan yang mengalami perubahan transformasi sederhana

Batu merah, conblock, batako, genting, semen, beton tanpa tulangan

6. Bahan bangunan komposit Beton bertulang, pelat serat semen, cat kimia, perekat

Komponen Institusi

Saat ini banyak pihak mengambil perhatian khusus kepada dampak kegiatan rekreasi terhadap lingkungan sekitarnya mulai dari pemerintah, organisasi non-pemerintah, sektor pribadi, akademisi hingga publik (Holden 2000). Ketertarikan ini merefleksikan perubahan sikap atau perilaku terhadap interaksi kepada lingkungan sekitar. Oleh karena itu keterlibatan stakeholder perlu diketahui sejauh mana ikut terlibat dalam pengembangan dan pengawasannya.

Persepsi

Walgito (2004) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya. Persepsi seseorang tergantung kepada seberapa jauh kesan suatu objek membuat arti terhadap seseorang.

(22)

10

kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu pula.

Informasi yang sampai kepada seseorang menyebabkan individu yang bersangkutan membentuk persepsi, dimulai dengan pemilihan atau penyaringan informasi yang masuk tersebut untuk disusun menjadi kesatuan yang bermakna dan akhirnya terbentuk interpretasi mengenai informasi ini. Walgito (2004) menyatakan bahwa ada tiga hal yang berperan dan mempengaruhi persepsi manusia, yaitu keadaan stimulus berupa manusia yang akan dipersepsi, situasi atau keadaan sosial yang melatarbelakangi stimulus, dan keadaan orang yang mempersepsi. Oleh karena itu, persepsi merupakan respon terhadap rangsangan yang datang dari suatu objek sehingga respon ini berkaitan dengan penerimaan atau penolakan oleh individu tersebut (Hutabarat 2008).

Perilaku

Perilaku menurut Mar’at (1984) adalah kesiapan mental dan kesiapan syaraf yang diperoleh dari pengalaman serta memiliki pengaruh langsung pada tanggapan individu terhadap keadaan dimana mereka saling berhubungan. Sikap seseorang terhadap sesuatu tidak terlepas dari pengaruh luar yaitu lingkungan (Azwar 1988).

Pembentukkan perilaku dipengaruhi oleh tiga proses sosial, yaitu kesediaan, identifikasi, dan internalisasi. Kesediaan merupakan suatu respon atau penerimaan dari seseorang akibat adanya pengaruh dari orang lain dengan harapan orang tersebut akan memperoleh tanggapan positif. Proses identifikasi akan terjadi apabila seseorang meniru perilaku orang lain karena perilakunya tersebut sesuai dengan apa yang dianggapnya sebagai hubungan yang menyenangkan. Sedangkan, internalisasi terjadi apabila seseorang menerima pengaruh dan bersedia menuruti pengaruh tersebut, hal ini disebabkan sikap tersebut sesuai dengan kepercayaan yang dianutnya (Azwar 1988).

Perilaku sebagai suatu kepercayaan menurut Mar’at (1984) terdiri atas tiga komponen, yaitu komponen kognisi, komponen afektif, dan komponen konasi. Komponen kognisi (kesadaran) berhubungan dengan keyakinan, ide, dan konsep yang menggambarkan hubungan objek dengan pemikiran dan objek disekitar lainnya. Komponen afektif (perasaan) berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang sehingga komponen ini dapat memberi penilaian emosional positif atau negatif yang mengakibatkan timbulnya perasaan senang atau tidak senang. Komponen konasi merupakan kecenderungan bertingkah laku.

Persepsi dan Perilaku terhadap Lingkungan

(23)

11 perikehidupan manusia. Firth et al. (1960) dalam Lamech dan Hutomo (1995) menerangkan hal itu sebagai berikut:

1. Keadaan alam sekeliling memang nyata memberikan batas-batas yang luas bagi kemungkinan hidup manusia.

2. Tiap keadaan alam sekeliling yang mempunyai coraknya sendiri-sendiri, sedikit banyak memaksa orang yang hidup di pangkuannya untuk menuruti suatu cara hidup yang sesuai dengan keadaan.

3. Keadaan alam sekeliling bukan saja memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan, tetapi juga menyediakan bahan-bahan yang dapat memuaskan kebutuhan hidup bagi manusia.

4. Keadaan alam sekeliling juga mempengaruhi keselarasan hidup budaya manusia, seperti terlihat pada upacara-upacara yang berhubungan dengan kepercayaan.

Kesadaran serta penghayatan akan arti penting lingkungan alam sekeliling atas peri kehidupan manusia, menempatkan manusia pada posisi aktif dan berperan sebagai “a geomorphologic agent”, dalam hal ini manusia menduduki bagian dunia yang tidak pasif, tetapi sebagai faktor aktif yang dapat membuat perubahan-perubahan. Melalui bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, ia (manusia) berusaha untuk mencapai keserasian dan keselarasan hidup sesuai dengan alam lingkungan hidupnya, baik lingkungan fisik maupun non fisik.

Manusia masa kini dengan kesadaran yang tinggi akan pentingnya mempertahankan keseimbangan lingkungan hidupnya, berupaya untuk mengatur pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang terdapat pada alam sekitarnya supaya tidak menimbulkan bencana atau malapetaka. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa masyarakat kita mempersepsikan lingkungan bukan hanya sekedar sebagai objek yang harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia (human centris), melainkan ia juga harus dipelihara dan ditata demi kelestarian lingkungan itu sendiri (eco centris) (Lamech dan Hutomo 1995).

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Situgede (Gambar 2) yang terletak di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan luas lahan sebesar 10,42 Ha. Situgede memiliki potensi rekreasi dan telah menjadi salah satu objek wisata di Bogor yang banyak dikunjungi oleh penduduk. Kegiatan penelitian berlangsung selama empat bulan, yaitu dimulai dari minggu pertama bulan Maret 2014 hingga minggu keempat bulan Juni 2014.

Alat dan Bahan

(24)

12

Gambar 2 Lokasi penelitian

Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi dengan batas tapak yang telah ditentukan berdasarkan titik-titik lokasi dimana frekuensi pengunjung banyak melakukan kegiatan rekreasi, seperti: piknik, memancing, bermain bebek air, dan melihat penangkaran rusa. Penelitian ini membahas persepsi dan perilaku pengunjung domestik atau lokal terhadap konsep ecodesign yang terdapat pada lanskap rekreasi Situgede. Serta konsep ecodesign dibentuk berdasarkan kriteria konsep ecodesign menurut Pratiwi et al. (2014) yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip lanskap rekreasi menurut Smith (2003).

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui survei baik dengan pengamatan langsung pada tapak maupun wawancara melalui kuisioner. Kuisioner diisi oleh pengunjung yang berada di sekitar lanskap rekreasi Situgede. Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, dan tahap analisis data.

Tahap persiapan

Persiapan awal meliputi: penentuan lokasi penelitian, penetapan tujuan dan pembuatan usulan penelitian, permohonan izin kepada pihak Kelurahan Situgede dan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (Litbanghut), persiapan survei (penyusunan tabel kriteria ceklis, pembuatan kuisioner, dan foto citra).

1. Tahap penetapan konsep ecodesign lanskap rekreasi

(25)

13 Tabel 3 Penetapan komponen ecodesign lanskap rekreasi (Pratiwi et al. 2014)

Komponen Subkomponen dan

Parameter Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Skor

Bobot Skala Estimasi 2 1 0 (SkalaxBobot)

Taman rumah Tersedia Sebagian tersedia Tidak tersedia

Kesesuaian Lahan Rekreasi Ketinggian tempat <1000m 1000-2000m >2000m

Kemiringan lereng 0%-8% 8%-15% 15%-40%

Air

(0,296)

Pengendalian run off&drainase

Luas genangan banjir Tidak ada Ada, 5-10 ha Ada, 10 ha

Tinggi genangan

banjir Tidak ada Rata-rata 30 cm >30 cm

Lama genangan Tidak ada <2jam >2 jam

Frekuensi banjir Tidak ada <2x setahun >2x setahun

Konsumsi Air

Tingkat pelayanan air

bersih Tinggi Sedang Rendah

Kebutuhan standar air

bersih 125-150 L >150 L <125 L

Efisiensi Air Pelayanan dan

kebutuhan Efisien Surplus Defisit

Perilaku

pemeliharaan Sering Jarang Tidak pernah

Pemanfaatan

benda/ruang publik Tinggi Sedang Rendah

Lembaga pendamping Ada - Tidak ada

Persepsi

Pengalaman terhadap

lanskap Baik Sedang Kurang Sesuai

Pemahaman rekreasi

ekologis Tinggi Sedang Rendah

Kebutuhan lanskap

rekreasi eco Tinggi Sedang Rendah

Fisik Lanskap Rekreasi

(0,100)

Lokasi dan Orientasi

Lokasi rekreasi Strategis, bebas

bencana 50% terpenuhi <50% terpenuhi Keselarasan komunitas

sekitar Tinggi Sedang Rendah

(26)

14

Tabel 3 Lanjutan

Komponen Subkomponen dan

Parameter Sesuai Cukup Sesuai Kurang Sesuai Skor

Bobot Skala Estimasi 2 1 0 (SkalaxBobot)

komunal Sanitasi individual Penyediaan <50%

Komplain masyarakat Tidak 50% Ada

Sistem pengolahan

limbah khusus Ada - Tidak

Pengangkutan reguler Ada Jarang Tidak

Pembuangan selain di

tempat sampah Tidak ada - Ada

Material

Dominan soft material Lokal/asli Kombinasi Eksotik Dominan hard material Lokal/asli Kombinasi Non-lokal

Kemudahan material di recycle Mudah Sedang Sulit Sumber hard material Bio-based Land-based Petroleum-based

Institusi

(0,108)

Koordinasi Stakeholder

Keterlibatan stakeholder Seluruhnya Beberapa Tidak Pengembangan dan Evaluasi kondisi fisik lanskap Sering Jarang Tidak pernah

Total Bobot: 1,000

TOTAL SKOR:

Masing-masing komponen dideskripsikan pada tiga kondisi kesesuaian. Komponen pada kriteria ceklis dijelaskan dalam tiga kondisi, yaitu kurang sesuai, cukup sesuai, dan sesuai yang diberi skala 0-2 (Tabel 4).

Tabel 4 Skala estimasi penilaian kondisi eksisting tapak (Pratiwi et al. 2014)

Kriteria Skala Kondisi

Kurang

sesuai 0

Eksisting masih memenuhi kriteria ecodesign pada kualitas yang rendah

Cukup

sesuai 1 Eksisting memenuhi kriteria pada kualitas yang sedang Sesuai 2 Eksisting memenuhi kriteria ecodesign pada kualitas yang tinggi

(27)

15 Tabel 5 Interval nilai kriteria lanskap rekreasi Situgede (Pratiwi et al 2014)

Kriteria Interval Keterangan

Kurang

sesuai 0 – 4,034

Lanskap rekreasi Situgede memenuhi kriteria

ecodesign pada kualitas yang rendah Cukup

sesuai 4,035 – 8,069

Lanskap rekreasi Situgede memenuhi kriteria pada kualitas yang sedang

Sesuai 8,070 – 12,102 Lanskap rekreasi Situgede memenuhi kriteria

ecodesign pada kualitas yang tinggi

Tahap pengumpulan data

1. Survei lapang. Cara ini dilakukan untuk mengetahui komponen-komponen ecodesign yang diterapkan pada lanskap rekreasi Situgede. Survei lapang dilakukan pada titik-titik lokasi dimana frekuensi pengunjung banyak melakukan kegiatan rekreasi.

2. Wawancara. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi langsung mengenai Situgede terkait dengan konsep ecodesign yang telah ditetapkan. Wawancara dilakukan terhadap pihak Kelurahan Situgede, Tim Pengelola Situgede, dan pihak Pusat Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) dan pengambilan sampel dengan wawancara pengisian kuisioner kepada pengunjung. Persepsi pengunjung dinilai melalui hasil kuisioner yang dibagikan kepada pengunjung mengenai enam komponen konsep ecodesign. Hasil perhitungan skala nilai kuesioner persepsi pengunjung terhadap konsep ecodesign lanskap rekreasi Situgede diklasifikasikan menjadi lima tingkatan, yaitu sangat rendah (1), rendah (2), cukup (3), tinggi (4) dan sangat tinggi (5).

Tahap analisis data

Pada tahap ini, data yang telah didapat dari hasil pengumpulan data kemudian dianalisis baik secara kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis data disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Metode analisis data berdasarkan tujuan penelitian

No. Tujuan Penelitian Metode Analisis Sumber Data

1. Identifikasi konsep ecodesign lanskap rekreasi Situgede.

4. Analisis hubungan persepsi dan perilaku pengunjung.

(28)

16

Jenis Data yang Dikumpulkan

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapang dan hasil kuisioner. Data diperoleh dari beberapa instansi yang terkait dan dari literatur-literatur yang relevan dengan topik penelitian ini. Kebutuhan data, sumber data dan teknik pengumpulan data disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Jenis data yang dikumpulkan

No. Tujuan Penelitian Data yang Dibutuhkan Sumber Data

Teknik

(29)

17 Metode penentuan jumlah pengunjung dilakukan dengan menggunakan Rumus Slovin berdasarkan data populasi jumlah pengunjung lanskap rekreasi Situgede pada pertengahan bulan Mei dan Juni 2013, dengan asumsi data tersebut tidak jauh berbeda dengan bulan sebelumnya. Pengunjung ditentukan menggunakan rumus Slovin dimana jumlah pengunjung Situgede pada bulan April 2013 yang diperoleh dari Tim Pengelola Situgede yaitu sebanyak 400 orang pengunjung. Rumus Slovin dijabarkan sebagai berikut:

2

N = jumlah pengunjung Situgede pada pertengahan bulan Mei dan Juni 2013. n = jumlah sampel.

 = batas maksimum kesalahan yang masih diterima, dengan asumsi 10%.

2

Pengambilan galat 10% berdasarkan Siegel (1992) yang menyatakan bahwa taraf nyata yang digunakan dalam penelitian sosial adalah 5-10%. Jumlah kuisioner yang disebar sebanyak 80 lembar secara terpilih dengan kondisi yang ditetapkan berdasarkan karakteristik jenis kelamin, umur (pengelompokan umur berdasarkan Hjeltje (1958) dalam Wibowo (1987) dibedakan menjadi empat, yaitu kelompok umur remaja (13-19 tahun), kelompok umur dewasa muda (20-24 tahun), kelompok umur dewasa (25-55 tahun), dan kelompok umur tua (>55 tahun), dasar pembagian jenjang kelompok umur tersebut disesuaikan dengan umur produktif seseorang untuk menjalankan aktivitasnya), pendidikan, dan pengalaman organisasi mengenai lingkungan untuk mewakili tingkat pengetahuan pengunjung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Tapak

Aspek fisik dan biofisik

Situgede secara administratif termasuk dalam wilayah Desa Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 244 m di atas permukaan laut dan secara geografis terletak sekitar 6°33’ LS dan 106°45’ BT. Jarak Situgede dari kota Bogor ±9 km ke arah barat, yang dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor selama ±30 menit.

(30)

18

rekreasi Situgede. Situgede memiliki dua spot utama untuk melakukan aktivitas rekreasi, yaitu spot kantor Kelurahan Situgede dan spot hutan penelitian Puslithut. Bagi pengunjung yang datang untuk melakukan wisata air yaitu mengelilingi Situgede dengan menggunakan “bebek-bebekan” ataupun perahu dayung dapat memilih spot kantor Kelurahan Situgede agar lebih mudah dan cepat mengakses fasilitas tersebut. Sedangkan bagi pengunjung yang menginginkan ketenangan, keasrian dan kesejukan maka dapat memilih spot hutan penelitian Puslithut. Pada spot ini pengunjung dapat berkumpul bersama keluarga untuk makan bersama atau sekedar melepas penat karena merupakan areal berkumpul yang nyaman.

Selain itu, pada spot hutan penelitian Puslithut pengunjung dapat mengakses penangkaran rusa milik Departemen Kehutanan. Warung tenda juga tersedia pada spot tersebut, terdapat delapan buah warung tenda yang telah mendapatkan ijin pendirian dari Puslithut, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan Kota Bogor dengan nomor surat S.1774/ VIII/ P3HKA – 3/ 2007. Pembatasan jumlah warung tenda merupakan salah satu bentuk penataan dan pengelolaan terhadap estetika serta ekosistem alam dan lingkungan yang terdapat pada hutan penelitian Puslithut. Pengelolaan wisata Situgede dilakukan oleh Tim Pengelola Situgede yang diberikan wewenang secara penuh oleh pihak Kelurahan Situgede.

Penggunaan lahan pada kawasan sekitar Situgede meliputi Kebun Percobaan Dramaga, pemukiman dan pertanian penduduk pada sebelah barat tapak, stasiun klimatologi, kantor kelurahan, jalan, dan fasilitas umum. Mengenai kesesuain lahan, tapak berada pada ketinggian antara 240-250 m di atas permukaan laut, dengan bentuk wilayah datar sampai dengan agak berbukit dengan kelerengan antara 0%-15%. Bagian selatan dan barat tapak pada tepian danau didominasi oleh lahan pertanian yang datar dan landai (0%-8%), kecuali bagian selatan tapak yang berbatasan dengan pemukiman penduduk dengan kemiringan yang berombak (8%-15%).

Menurut Dinas PU Pengairan Bogor, Situgede adalah situ yang mengalami penyusutan luas, yang asalnya seluas 6,9 ha menjadi 4,95 ha, yang berarti ±40% luasnya telah terkonversi menjadi sawah dan daratan. Situgede mendapatkan air yang berasal dari mata air, saluran induk kali Sindang Barang dan suplasi dari saluran irigasi sekunder Cibenda, selain dari air rembesan yang berasal dari daerah persawahan serta air limpasan permukaan yang mengalir dari daerah sekitar perairan (pemukiman dan kebun percobaan). Sementara itu, berdasarkan data yang diperoleh dari Bappeda Kota Bogor, jenis tanah di kawasan Situgede adalah latosol coklat kemerahan dengan tekstur halus, drainase sedang, dan bentuk wilayah bergelombang. Jenis tanah seperti ini bebas dari bahaya, baik banjir, erosi maupun kekeringan.

Aspek Sosial

(31)

19 dasar (SD). Sebagian kecil saja yang telah menamatkan pendidikannya di tingkat lebih lanjut.

Pengunjung. Situgede dan kawasan sekitarnya, khususnya pada hari libur banyak dikunjungi baik oleh penduduk sekitar maupun warga kota Bogor untuk dijadikan tempat rekreasi. Kawasan tegakan hutan yang yang hijau, rindang, dan sejuk serta pemandangan Situgede yang masih terkesan alami merupakan faktor penarik utama bagi pengunjung. Namun karena kawasan ini belum dikelola dengan baik, maka pencatatan secara resmi belum ada. Estimasi pihak desa mengenai jumlah pengunjung rata-rata per bulan berkisar antara 300 hingga 400 orang.

Identifikasi Konsep Ecodesign Lanskap Rekreasi Situgede

Identifikasi konsep ecodesign yang sudah ada di lanskap rekreasi Situgede merupakan persyaratan penting dalam mengkaji lebih lanjut mengenai persepsi dan perilaku pengunjung terhadap konsep ecodesign lanskap itu sendiri. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara baik dengan pihak kelurahan, Tim Pengelola, pengunjung, diperoleh hasil identifikasi kriteria ecodesign lanskap rekreasi Situgede dengan total nilai sebesar 10,554. Hal ini menunjukkan bahwa lanskap rekreasi Situgede termasuk dalam kriteria sesuai, yaitu lanskap rekreasi Situgedememenuhi kriteria ecodesign pada kualitas yang tinggi.

Komponen konsep ecodesign yang menyumbang total nilai tertinggi pada lanskap rekreasi Situgede adalah komponen air (3,848) dan tata guna lahan (2,136) yang memenuhi nilai maksimal hampir pada setiap parameternya. Komponen air terdiri dari pengendalian run off dan drainase, konsumsi, dan efesiensi air. Keseimbangan antara konsumsi dan suplai air, kualitas air, kemampuan tapak menyerap dan mengalirkan air menjadi parameter penting komponen air. Komponen air merupakan komponen yang cukup penting, karena air merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan masyarakat (Pratiwi et al. 2014).

(32)

20

Komponen ecodesign selanjutnya adalah perilaku sumber daya manusia (1,764) yang terdiri dari kesadaran, partisipasi dan persepsi masyarakat. Partisipasi akan membantu pengetahuan publik tentang desain pembangunan, mendekatkan masyarakat dengan komunitasnya, peningkatan ekonomi lokal (Pratiwi et al. 2014). Tanpa adanya partisipasi dari masyarakat, desain yang ekologis sekalipun tidak akan terjaga kelestariannya.

Gambar 3 Peta penutupan lahan lanskap rekreasi Situgede

Gambar 4 Ketersediaan taman rumah penduduk sekitar

(33)

21 Selanjutnya komponen fisik lanskap rekreasi (1,400) mencakup lokasi dan aksesibilitas. Lokasi yang strategis dari pusat kota dan aksesibilitas yang mudah dicapai akan memudahkan pengunjung menjangkaunya dengan atau menggunakan transportasi, baik itu transportasi pribadi maupun umum. Kemudahan keterjangkauan transportasi umum akan membantu mengurangi kadar polutan akibat emisi (pelepasan) dari asap kendaraan bermotor dan suara bising dari kendaraan itu sendiri (Imansyah 2007), yang dapat mencemari udara, dan mengganggu habitat serta ketenangan di sekitar lanskap rekreasi Situgede. Lanskap rekreasi Situgede berintegrasi langsung dengan infrastruktur sekitar, diantaranya jalan raya, kantor, sekolah, sumber daya air, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan Smith (2003) yang menyatakan bahwa suatu bentuk area rekreasi harus terintegrasi dengan pelayanan publik yang lainnya seperti kesehatan, pendidikan, dan transportasi.

Beberapa komponen konsep ecodesign lainnya yang ada pada lanskap rekreasi Situgede adalah teknologi (0,902) dan institusi (0,54). Komponen teknologi mencakup sistem pengolahan limbah dan material. Penyediaan sarana sanitasi masih dilakukan secara individual pada masing-masing tempat tinggal penduduk dan kantor kelurahan, belum ada penyediaan sarana sanitasi secara komunal. Material, memiliki empat parameter yaitu dominan hard material, dominan soft material, kemudahan material di recycle, dan sumber hard material. Sedangkan untuk soft material berupa tanaman, sejak tahun 1965 hingga sekarang menurut Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam terdapat 130 jenis tumbuhan, terdiri dari 127 jenis pohon, satu jenis bambu, satu jenis rotan, dan satu jenis Palmae. Berdasarkan daerah penyebaran alaminya, jenis tumbuhan tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu jenis asing (penyebaran alaminya di luar Indonesia yang beriklim tropis dan sub-tropis) dan jenis asli (penyebaran alaminya di Indonesia bagian barat, tengah, maupun timur). Hal ini menunjukkan bahwa pada parameter dominan soft material lanskap rekreasi Situgede berada pada skala 1 (cukup sesuai) yaitu terdiri dari tanaman lokal/asli dan eksotis. Kemudian mengenai hard material atau perkerasan, pihak desa atau instansi lainnya telah membuat beberapa fasilitas pendukung kegiatan rekreasi, yaitu: jalan setapak conblock mengelilingi situ dan kawasan hutan dekat situ yang banyak dikunjungi. Untuk mempertahankan keberadaan situ, maka telah dibangun juga struktur kelengkapan suatu badan air, yaitu: saluran inlet, saluran outlet, bendungan bambu, dan retaining wall untuk mencegah erosi tanah di pinggiran situ. Dilihat dari meterial yang digunakan untuk membangun fasilitas tersebut, material yang digunakan didominasi oleh land-based yaitu material yang berbasis atau bersumber dari lahan, seperti: pasir, semen, batu-bata, tanah urug, dan lain-lain. Hal ini dapat terlihat pada sarana fasilitas penunjang Situgede yaitu membangun rumah makan dan toilet umum.

(34)

22

Tabel 8 Pengelola dan kepemilikan tapak

No Bagian Tapak Pengelola/Kepemilikan

1. Hutan Penelitian Darmaga Pusat Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser)

2. Situgede Pemerintah Provinsi Daerah Tk.I Jawa Barat melalui Desa Situgede

3. Catchment area Pengelola Sumber Daya Air

Namun meskipun pengelolaan dan pengawasan dilakukan berkolaborasi antar tiga instansi tersebut, evaluasi mengenai fisik lanskap rekreasi Situgede ini jarang dilakukan. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara secara terbuka oleh pihak kelurahan Situgede, tim pengelola, pihak Puskonser, dan penduduk sekitar bahwa pemantauan terhadap kondisi fisik Situgede kurang diperhatikan, terlihat dari kurang diperhatikannya fasilitas atau sarana penunjang rekreasi, seperti: kondisi toilet umum yang tidak terawat, beberapa jalur sirkulasi yang terputus dibeberapa sisi, hingga kurangnya tempat pembuangan sampah sehingga banyak sampah yang masih dibuang sembarangan di sekitar lanskap rekreasi Situgede.

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa lanskap rekreasi Situgede dapat dikatakan sesuai sebagai sebuah lanskap rekreasi yang menerapkan konsep ecodesign. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebuah lanskap alami berpotensi sebagai area rekreasi baik di wilayah perairannya maupun sepanjang tepiannya, tanpa perlu banyak pengubahan atau modifikasi dan tetap berorientasi pada penggunaan sumber daya alam seperti air, hujan, pemandangan alam atau kehidupan di alam bebas (Douglass 1982).

Karakteristik Pengunjung

Karakteristik umum pengunjung ditunjukkan oleh Tabel 9. Dari tabel tersebut terlihat bahwa dari 80 orang pengunjung 54% adalah laki-laki dan 46% adalah perempuan. Laki-laki umumnya lebih menyenangi rekreasi yang bersifat menantang/petualangan. Pada umumnya (60%) pengunjung berstatus pelajar dan mahasiswa.

Pengunjung lanskap rekreasi Situgede sebagian besar (77%) berusia 20-55 tahun, umumnya mereka adalah dewasa muda. Sebagian besar pengunjung berpendidikan akhir akademi/perguruan tinggi sebesar 54% dan sebagian besar pula pengunjung tidak memiliki pengalaman berorganisasi yang berhubungan dengan lingkungan (81%), hanya 19% pengunjung yang pernah memiliki pengalaman berorganisasi yang berhubungan dengan lingkungan.

(35)

23 Tabel 9 Karakteristik pengunjung di lanskap rekreasi Situgede

No Karakteristik Jumlah Persentase

(orang) (%)

1. Jenis kelamin

Laki-laki 43 53.75%

Perempuan 37 46.25%

2. Umur

13-19 tahun 16 20%

20-25 tahun 34 42.5%

26-55 tahun 28 35%

>55 tahun 2 2.5%

3. Pendidikan terakhir

SD 0 0%

SMP 6 7.5%

SMA 31 38.75%

Akademi/Perguruan Tinggi 43 53.75%

5. Pengalaman organisasi lingkungan

Pernah mengikuti 15 18.75%

Tidak pernah mengikuti 65 81.25%

6. Tujuan ke lanskap rekreasi Situgede

Rekreasi 58 68.23%

Pendidikan/penelitian 14 16.47%

Lain-lain 13 15.29%

7. Motivasi ke lanskap rekreasi Situgede

Lokasi mudah dicapai 26 28.9%

Pemandangan indah dan suasana nyaman 56 62.2%

Tidak ada biaya masuk 8 8.9%

8. Aktivitas yang dilakukan selama di Situgede

Berjalan-jalan 36 21.30%

Menikmati pemandangan 62 36.68%

Makan/minum 26 15.38%

Perlombaan/permainan 1 0.59%

Melihat-lihat rusa 7 4.14%

Memotret 22 13.01%

Lain-lain 15 8.87%

Persepsi Pengunjung Terhadap Konsep Ecodesign

(36)

24

Tabel 10 Persentase persepsi pengunjung terhadap setiap komponen ecodesign

Komponen

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

Tata guna lahan 45% 33% 15% 7% 0%

Air 3% 24% 31% 37% 5%

Fisik lanskap rekreasi 44% 35% 10% 10% 1%

Perilaku sumber daya manusia 2% 33% 49% 16% 0%

Teknologi 3% 7% 50% 39% 1%

Institusi 8% 41% 46% 5% 0%

Komponen fisik lanskap rekreasi (79%) dan tata guna lahan (78%) memiliki nilai persentase yang tergolong tinggi menurut persepsi pengunjung. Fisik lanskap rekreasi dan tata guna lahan menjadi dasar pertimbangan penting bagi pengunjung untuk memenuhi kegiatan berekreasi, karena kegiatan rekreasi alam yang paling baik dilakukan adalah pada bentang alam (natural landscape) yang sedikit mengalami modifikasi atau yang masih asli/alami (Phaneuf dan Smith 2004).

Sebagian besar pengunjung menyatakan bahwa lanskap rekreasi Situgede termasuk lokasi yang terbebas dari bencana alam dan memiliki keterkaitan terhadap infrastruktur sekitar serta merupakan lokasi yang strategis sehingga sangat mudah diakses baik dengan kendaraan pribadi, transportasi umum maupun kendaraan darurat. Persepsi pengunjung tersebut diperkuat dengan pernyataan Sobari et al. (2006) yang menyatakan bahwa jumlah kunjungan terhadap suatu lokasi rekreasi dipengaruhi oleh beragam faktor, tiga diantaranya yang sangat berpengaruh adalah kemudahan lokasi dan aksesibilitas, waktu dan biaya perjalanan.

Pada komponen tata guna lahan terdiri dari tiga pernyataan yang diajukan dalam kuisioner pengunjung, seperti kondisi Ruang Terbuka Hijau (RTH), kesesuaian lahan rekreasi, dan kealamian lanskap rekreasi. Pengunjung beranggapan bahwa RTH lanskap rekreasi Situgede sangat dominan dan masih terjaga kealamiannya, hal ini mereka rasakan melalui rasa sejuk, disertai dengan lingkungan sekitar yang masih asri dan memberikan ketenangan, serta kawasan hutan yang tidak mengalami banyak pengubahan, mereka menganggap bahwa lanskap tersebut masih terjaga kealamiannya. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa meskipun lanskap rekreasi Situgede telah mengalami perubahan fisik, namun masih mempertahankan kealamiannya. Anggapan pengunjung tersebut selaras dengan Gunn (1997) yang menyatakan bahwa pengunjung memiliki ketertarikan terhadap suatu rekreasi yang dapat memberi mereka suatu pengalaman hidup di alam bebas, ketenangan suasana sekitar, dapat melihat dan mengenal kehidupan di alam, dan dapat menikmati pemandangan yang indah dan alami.

(37)

25 bahwa tingkat pelayanan air bersih pada area Situgede tergolong tinggi. Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap air bersih yang ada di kantor kelurahan Situgede, rumah makan, dan toilet umum yang ada pada area Situgede, hasil pengamatan menunjukkan bahwa air memiliki kondisi bersih. Pada komponen air terdiri dari tiga pernyataan yang diajukan dalam kuisioner pengunjung, seperti bebas dari bahaya banjir, kebutuhan dan pelayanan air bersih. Pengunjung menganggap bahwa pelayanan air bersih belum tersedia, hal ini diduga bahwa sebenarnya pengunjung tidak mengetahui kondisi air pada lanskap rekreasi Situgede dikarenakan sebagian besar pengunjung enggan menggunakan fasilitas toilet yang ada dengan alasan kondisi fasilitas toilet yang kurang terawat. Namun disamping anggapan tersebut, keseimbangan antara konsumsi dan suplai air, kualitas air, kemampuan tapak menyerap dan mengalirkan air menjadi parameter penting komponen air. Komponen air merupakan komponen yang cukup penting, karena air merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan masyarakat (Pratiwi et al. 2014).

Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Pengunjung

Karakteristik pengunjung yang datang ke lanskap rekreasi Situgede terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pengalaman berorganisasi. Perbedaan karakteristik tersebut akan menimbulkan keinginan dan penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu objek (Ferguson 2004).

Jenis Kelamin

Hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi yang diperoleh dari uji Chi-Square, menyatakan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi terhadap konsep ecodesign. Nilai Asymp. Sig (2-sided) Pearson Chi-Square adalah 0.010 lebih kecil dari alpha (α=0,050=5%), nilai tersebut menunjukkan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan persepsi terhadap konsep ecodesign lanskap rekreasi Situgede pada taraf nyata 5%. Hal ini sesuai dengan Porteous (1977) yang menyatakan bahwa perempuan lebih peduli terhadap hal yang spesifik pada objek, simbol, atau orang yang dekat dengannya dibandingkan dengan laki-laki. Persepsi sebagai bentuk penafsiran atau penilaian seseorang terhadap suatu objek lebih dipengaruhi secara langsung oleh lingkungan sekitar (Apriyanti 2011). Dalam hal ini, perempuan memiliki apresiasi yang lebih tinggi terhadap lingkungan sehingga memiliki kecenderungan yang lebih baik dalam menilai setiap komponen konsep ecodesign.

Umur

(38)

26

suatu objek. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Azwar (1988), bahwa dari beberapa penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara umur dengan perilaku sosial. Beberapa alasan menyebutkan bahwa dengan bertambahnya umur individu akan semakin dapat memahami nilai ataupun menerima norma-norma sosial, lebih empati, dan lebih dapat memahami nilai ataupun makna dari tindakan sosial yang dilakukan. Menurut Gifford (2008) lingkungan memberikan pengalaman terhadap manusia sehingga dapat diasumsikan semakin bertambahnya umur semakin banyak pengalaman yang didapat oleh manusia tersebut. Dalam hal ini semakin bertambahnya umur seseorang semakin lebih memiliki apresiasi terhadap lingkungan sekitarnya, termasuk dalam mengapresiasikan setiap komponen ecodesign.

Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan pengunjung yang dimaksud adalah pendidikan terakhir hingga saat ini, sehingga mahasiswa dimasukkan kedalam tingkat perguruan tinggi. Hubungan antara pendidikan formal terakhir dengan persepsi yang diperoleh dari uji Chi-Square, menyatakan bahwa ada tidak ada hubungan antara pendidikan terakhir dengan persepsi terhadap konsep ecodesign. Nilai Asymp. Sig (2-sided) Pearson Chi-Square adalah 0.394 lebih besar dari alpha (α=0,050=5%), nilai tersebut menunjukkan bahwa pendidikan terakhir tidak berhubungan dengan persepsi terhadap konsep ecodesign lanskap rekreasi Situgede pada taraf nyata 5%.

Tingkat pendidikan berkaitan dengan kelas sosial sehingga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan sikap dan perilaku seseorang dalam menilai suatu objek (Porteous 1977). Tingkat pendidikan yang tinggi akan mempermudah seseorang untuk menyerap informasi serta mengaplikasikannya dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu seharusnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka kesadaran lingkungan semakin besar, karena cakrawala pengetahuannya semakin luas dan hal ini juga berlaku pada persepsi terhadap konsep ecodesign lanskap rekreasi Situgede (Murtiartini 2000). Namun di sisi lain, dukungan pengetahuan seseorang yang dapat menumbuhkan suatu sikap dan keyakinan atas sesuatu, belum menjamin bahwa seseorang akan bertindak sesuai dengan apa yang diketahui dan dipahaminya (Khomsan 2000).

Pengalaman Organisasi

Hubungan antara pengalaman organisasi dengan persepsi yang diperoleh dari uji Chi-Square, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengalaman organisasi dengan persepsi terhadap konsep ecodesign. Nilai Asymp. Sig (2-sided) Pearson Chi-Square adalah 0.196 lebih besar dari alpha (α=0,050=5%), nilai tersebut menunjukkan bahwa pengalaman organisasi mengenai lingkungan tidak berhubungan dengan persepsi terhadap konsep ecodesign lanskap rekreasi Situgede pada taraf nyata 5%.

(39)

27

Perilaku Pengunjung Terhadap Konsep Ecodesign

Perilaku pengunjung terhadap konsep ecodesign pada lanskap rekreasi Situgede disesuaikan berdasarkan kriteria ecodesign yang telah disusun sebelumnya. Perilaku yang dinilai dan dianalisis merupakan perilaku yang memiliki kedekatan secara langsung dengan kegiatan berekreasi di lanskap rekreasi Situgede.

Berdasarkan hasil kuisioner, sebagian besar pengunjung membuang sampah sembarangan yaitu disekitar tempat duduk (46%) dan dijalan (33%) apabila mereka tidak menemukan tempat sampah. Para pengunjung pun cenderung tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya, hal ini terlihat pada perilaku mereka yang mengaku akan membiarkan pengunjung lain yang mebuang sampah sembarangan meskipun mereka melihat hal tersebut (45%) dan sebanyak 33% pengunjung bersedia mengingatkan apabila mereka melihat pengunjung lain mebuang sampah sembarangan. Sebanyak 51% pengunjung mengaku tidak pernah menjaga kawasan hutan, sedangkan sisanya menjaga kawasan hutan dengan cara tidak membuat keributan atau kebisingan yang dapat mengganggu satwa, tidak melakukan tindakan vandalisme dan tidak membuang sampah sembarangan. Pengunjung menyatakan akan bersedia tidak membuang sampah dan limbah di sekitar area Situgede (60%) sebagai bentuk partisipasi mereka dalam menjaga dan memelihara konsep ecodesign pada lanskap rekreasi Situgede.

Dapat dilihat dari data tersebut bahwa perilaku pengunjung tidak sesuai dengan pernyataan mereka mengenai bentuk partisipasi yang dilakukan dalam menjaga dan memelihara konsep ecodesign pada lanskap rekreasi Situgede. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung hanya menikmati keindahan dan kenyamanan yang ada pada lanskap rekreasi Situgede tanpa adanya upaya lebih untuk menjaga dan memelihara konsep ecodesign lanskap rekreasi Situgede.

Hubungan Persepsi dan Perilaku Pengunjung

Analisis hubungan persepsi dan perilaku pengunjung dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan persepsi dapat mempengaruhi peilaku pengunjung. Dalam penelitian ini menggunakan analisis korespondensi berganda, analisis ini memiliki tiga keuntungan yaitu dapat mendefinisikan objek, mendefinisikan ukuran kesamaan, dan membangun dimensi perbandingan (Anderson et al. 2009). Melalui analisis ini berdasarkan plot korespondensi yang telah diperoleh (Gambar 6) dapat diketahui posisi pola hubungan-hubungan antara persepsi, kepedulian antar pengunjung, perilaku menjaga kawasan hutan, dan dukungan terhadap ecodesign.

Plot korespondensi pengunjung menunjukkan ada empat karakteristik data yang terbentuk dari peubah kategori persepsi, kepedulian antar pengunjung, perilaku menjaga kawasan hutan, dan dukungan terhadap ecodesign:

(40)

28

lanskap rekreasi Situgede, dan menjaga kebersihan di sekitarnya, namun tidak pernah menjaga kawasan hutan dan kurang peduli dengan pengunjung lainnya. 2. Karakteristik kedua: pengunjung yang menyatakan bahwa lanskap rekreasi Situgede cukup mengusung konsep ecodesign dan mendukung konsep ecodesign pada lanskap rekreasi Situgede, namun tidak peduli dengan pengunjung lainnya dan kebersihan lingkungan sekitarnya, serta tidak pernah menjaga kawasan hutan.

3. Karakteristik ketiga: pengunjung yang menyatakan bahwa lanskap rekreasi Situgede tidak mengusung konsep ecodesign, namun mendukung konsep ecodesign pada lanskap rekreasi Situgede, lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan sekitarnya dan pengunjung lainnya, serta menjaga kawasan hutan. 4. Karakteristik keempat: pengunjung yang menyatakan bahwa lanskap rekreasi

Situgede sangat tidak mengusung konsep ecodesign dan tidak peduli dengan pengunjung lainnya, namun mendukung konsep ecodesign pada lanskap rekreasi Situgede dan pernah menjaga kawasan hutan.

Gambar

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
Gambar 2 Lokasi penelitian
Tabel 3 Penetapan komponen ecodesign lanskap rekreasi (Pratiwi et al. 2014)
Tabel 5 Interval nilai kriteria lanskap rekreasi Situgede (Pratiwi et al 2014)
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil selanjutnya menemukan pematuhan dan pelanggaran enam maksim yaitu maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan, maksim penerimaan, maksim kerendahatian, maksim

Untuk pe- meriksaan HP dengan cara mengambil sampel organ yang terlihat terjadi ke- lainan (tidak normal) pada otak, jan- tung, paru-paru, hati, lambung, usus,

USEPA (2010) mendefinisikan green construction merupakan praktik membangun dengan menerapkan proses yang memperhatikan lingkungan dan efisiensi sumber

Dilain pihak, tingkah laku ikan pada fase arousal, searching dan finding pada jenis umpan alami dengan kondisi mata (dikondisikan normal dan dikondisikan buta) dan

Tujuan kajian ini adalah untuk mengenal pasti dan menganalisis peranan pengurus kreativiti dan inovasi dalam pendidikan matematik ke arah pembinaan budaya matematik di

Setiap kelas olahraga sekolah hendaknya mampu melaksanakan programnya masing-masing secara tersistem, sehingga kemajuan pembelajaran dan hasil pelatihan yang dilakoni oleh

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen