• Tidak ada hasil yang ditemukan

 Keterangan:

N = jumlah pengunjung Situgede pada pertengahan bulan Mei dan Juni 2013. n = jumlah sampel.

 = batas maksimum kesalahan yang masih diterima, dengan asumsi 10%.

2 %) 10 ( 400 1 400   n = 80 orang.

Pengambilan galat 10% berdasarkan Siegel (1992) yang menyatakan bahwa taraf nyata yang digunakan dalam penelitian sosial adalah 5-10%. Jumlah kuisioner yang disebar sebanyak 80 lembar secara terpilih dengan kondisi yang ditetapkan berdasarkan karakteristik jenis kelamin, umur (pengelompokan umur berdasarkan Hjeltje (1958) dalam Wibowo (1987) dibedakan menjadi empat, yaitu kelompok umur remaja (13-19 tahun), kelompok umur dewasa muda (20-24 tahun), kelompok umur dewasa (25-55 tahun), dan kelompok umur tua (>55 tahun), dasar pembagian jenjang kelompok umur tersebut disesuaikan dengan umur produktif seseorang untuk menjalankan aktivitasnya), pendidikan, dan pengalaman organisasi mengenai lingkungan untuk mewakili tingkat pengetahuan pengunjung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Tapak Aspek fisik dan biofisik

Situgede secara administratif termasuk dalam wilayah Desa Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 244 m di atas permukaan laut dan secara geografis terletak sekitar 6°33’ LS dan 106°45’ BT. Jarak Situgede dari kota Bogor ±9 km ke arah barat, yang dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor selama ±30 menit.

Lokasi penelitian meliputi Situgede dan kawasan sekitarnya dengan batas tapak yang telah ditentukan berdasarkan peta rekreasi Situgede dan sebagian ditentukan berdasarkan aktivitas rekreasi pengunjung. Luas tapak keseluruhan 10,42 ha yang meliputi daratan seluas 5,47 ha dan perairan seluas 4,95 ha dengan pemandangan hutan karet yang asri milik Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi (Puslithut), Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan Kota Bogor menambah kesejukan lanskap

18

rekreasi Situgede. Situgede memiliki dua spot utama untuk melakukan aktivitas rekreasi, yaitu spot kantor Kelurahan Situgede dan spot hutan penelitian Puslithut. Bagi pengunjung yang datang untuk melakukan wisata air yaitu mengelilingi Situgede dengan menggunakan “bebek-bebekan” ataupun perahu dayung dapat memilih spot kantor Kelurahan Situgede agar lebih mudah dan cepat mengakses fasilitas tersebut. Sedangkan bagi pengunjung yang menginginkan ketenangan, keasrian dan kesejukan maka dapat memilih spot hutan penelitian Puslithut. Pada spot ini pengunjung dapat berkumpul bersama keluarga untuk makan bersama atau sekedar melepas penat karena merupakan areal berkumpul yang nyaman.

Selain itu, pada spot hutan penelitian Puslithut pengunjung dapat mengakses penangkaran rusa milik Departemen Kehutanan. Warung tenda juga tersedia pada spot tersebut, terdapat delapan buah warung tenda yang telah mendapatkan ijin pendirian dari Puslithut, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan Kota Bogor dengan nomor surat S.1774/ VIII/ P3HKA – 3/ 2007. Pembatasan jumlah warung tenda merupakan salah satu bentuk penataan dan pengelolaan terhadap estetika serta ekosistem alam dan lingkungan yang terdapat pada hutan penelitian Puslithut. Pengelolaan wisata Situgede dilakukan oleh Tim Pengelola Situgede yang diberikan wewenang secara penuh oleh pihak Kelurahan Situgede.

Penggunaan lahan pada kawasan sekitar Situgede meliputi Kebun Percobaan Dramaga, pemukiman dan pertanian penduduk pada sebelah barat tapak, stasiun klimatologi, kantor kelurahan, jalan, dan fasilitas umum. Mengenai kesesuain lahan, tapak berada pada ketinggian antara 240-250 m di atas permukaan laut, dengan bentuk wilayah datar sampai dengan agak berbukit dengan kelerengan antara 0%-15%. Bagian selatan dan barat tapak pada tepian danau didominasi oleh lahan pertanian yang datar dan landai (0%-8%), kecuali bagian selatan tapak yang berbatasan dengan pemukiman penduduk dengan kemiringan yang berombak (8%-15%).

Menurut Dinas PU Pengairan Bogor, Situgede adalah situ yang mengalami penyusutan luas, yang asalnya seluas 6,9 ha menjadi 4,95 ha, yang berarti ±40% luasnya telah terkonversi menjadi sawah dan daratan. Situgede mendapatkan air yang berasal dari mata air, saluran induk kali Sindang Barang dan suplasi dari saluran irigasi sekunder Cibenda, selain dari air rembesan yang berasal dari daerah persawahan serta air limpasan permukaan yang mengalir dari daerah sekitar perairan (pemukiman dan kebun percobaan). Sementara itu, berdasarkan data yang diperoleh dari Bappeda Kota Bogor, jenis tanah di kawasan Situgede adalah latosol coklat kemerahan dengan tekstur halus, drainase sedang, dan bentuk wilayah bergelombang. Jenis tanah seperti ini bebas dari bahaya, baik banjir, erosi maupun kekeringan.

Aspek Sosial

Penduduk sekitar. Berdasarkan data monografi Kelurahan Situgede tahun 2013, Kelurahan Situgede memiliki jumlah penduduk sebanyak 7.941 orang dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2.228 kepala keluarga. Mata pencaharian penduduk Kelurahan Situgede sebagian besar adalah pertukangan dan petani baik sebagai petani pemilik sawah/lahan maupun petani penggarap. Angkatan kerja di kelurahan tersebut umumnya hanya berpendidikan sekolah

19 dasar (SD). Sebagian kecil saja yang telah menamatkan pendidikannya di tingkat lebih lanjut.

Pengunjung. Situgede dan kawasan sekitarnya, khususnya pada hari libur banyak dikunjungi baik oleh penduduk sekitar maupun warga kota Bogor untuk dijadikan tempat rekreasi. Kawasan tegakan hutan yang yang hijau, rindang, dan sejuk serta pemandangan Situgede yang masih terkesan alami merupakan faktor penarik utama bagi pengunjung. Namun karena kawasan ini belum dikelola dengan baik, maka pencatatan secara resmi belum ada. Estimasi pihak desa mengenai jumlah pengunjung rata-rata per bulan berkisar antara 300 hingga 400 orang.

Identifikasi Konsep Ecodesign Lanskap Rekreasi Situgede

Identifikasi konsep ecodesign yang sudah ada di lanskap rekreasi Situgede merupakan persyaratan penting dalam mengkaji lebih lanjut mengenai persepsi dan perilaku pengunjung terhadap konsep ecodesign lanskap itu sendiri. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara baik dengan pihak kelurahan, Tim Pengelola, pengunjung, diperoleh hasil identifikasi kriteria ecodesign lanskap rekreasi Situgede dengan total nilai sebesar 10,554. Hal ini menunjukkan bahwa lanskap rekreasi Situgede termasuk dalam kriteria sesuai, yaitu lanskap rekreasi Situgedememenuhi kriteria ecodesign pada kualitas yang tinggi.

Komponen konsep ecodesign yang menyumbang total nilai tertinggi pada lanskap rekreasi Situgede adalah komponen air (3,848) dan tata guna lahan (2,136) yang memenuhi nilai maksimal hampir pada setiap parameternya. Komponen air terdiri dari pengendalian run off dan drainase, konsumsi, dan efesiensi air. Keseimbangan antara konsumsi dan suplai air, kualitas air, kemampuan tapak menyerap dan mengalirkan air menjadi parameter penting komponen air. Komponen air merupakan komponen yang cukup penting, karena air merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan masyarakat (Pratiwi et al. 2014).

Pada komponen tata guna lahan, dibahas mengenai tutupan vegetasi dan kesesuaian lahan. Vegetasi, khususnya pohon, berpengaruh positif terhadap temperatur udara berdasarkan mekanisme pembayangan (canopy effect), di mana pohon menaungi area atau ruang di bawahnya dari sinar matahari langsung sehingga mengurangi derajat panas dan berpengaruh pada pendinginan udara sekitar (Kurniawaty et al. 2012). Luas RTH rekreasi sebesar 41,42%, hal ini dapat terlihat dari citra satelit lanskap Situgede yang tutupan lahannya <50% berupa hutan (Gambar 3). Untuk parameter ketersediaan taman rumah berada pada skala 2 (sesuai), hal ini menunjukkan bahwa tersedia taman rumah pada rumah penduduk sekitar lanskap rekreasi Situgede (Gambar 4). Peran tanaman yang begitu penting, hingga PERMENPU No.5/PRT/M/2008 mewajibkan menghadirkan tanaman ke dalam ruang terbuka pada rumah tinggal, disesuaikan dengan luasan lahan yang rumah yang ada. Elemen lanskap rekreasi Situgede sudah diubah namun tetap mempertahankan kealamiannya. Hal ini dapat terlihat pada modifikasi di sekitar lanskap rekreasi Situgede yang ditujukan untuk keperluan manusia, seperti: pembuatan retaining wall, pembuatan jalur pejalan kaki di pinggir situ, dan pembuatan area piknik (Gambar 5).

20

Komponen ecodesign selanjutnya adalah perilaku sumber daya manusia (1,764) yang terdiri dari kesadaran, partisipasi dan persepsi masyarakat. Partisipasi akan membantu pengetahuan publik tentang desain pembangunan, mendekatkan masyarakat dengan komunitasnya, peningkatan ekonomi lokal (Pratiwi et al. 2014). Tanpa adanya partisipasi dari masyarakat, desain yang ekologis sekalipun tidak akan terjaga kelestariannya.

Gambar 3 Peta penutupan lahan lanskap rekreasi Situgede

Gambar 4 Ketersediaan taman rumah penduduk sekitar

21 Selanjutnya komponen fisik lanskap rekreasi (1,400) mencakup lokasi dan aksesibilitas. Lokasi yang strategis dari pusat kota dan aksesibilitas yang mudah dicapai akan memudahkan pengunjung menjangkaunya dengan atau menggunakan transportasi, baik itu transportasi pribadi maupun umum. Kemudahan keterjangkauan transportasi umum akan membantu mengurangi kadar polutan akibat emisi (pelepasan) dari asap kendaraan bermotor dan suara bising dari kendaraan itu sendiri (Imansyah 2007), yang dapat mencemari udara, dan mengganggu habitat serta ketenangan di sekitar lanskap rekreasi Situgede. Lanskap rekreasi Situgede berintegrasi langsung dengan infrastruktur sekitar, diantaranya jalan raya, kantor, sekolah, sumber daya air, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan Smith (2003) yang menyatakan bahwa suatu bentuk area rekreasi harus terintegrasi dengan pelayanan publik yang lainnya seperti kesehatan, pendidikan, dan transportasi.

Beberapa komponen konsep ecodesign lainnya yang ada pada lanskap rekreasi Situgede adalah teknologi (0,902) dan institusi (0,54). Komponen teknologi mencakup sistem pengolahan limbah dan material. Penyediaan sarana sanitasi masih dilakukan secara individual pada masing-masing tempat tinggal penduduk dan kantor kelurahan, belum ada penyediaan sarana sanitasi secara komunal. Material, memiliki empat parameter yaitu dominan hard material, dominan soft material, kemudahan material di recycle, dan sumber hard material. Sedangkan untuk soft material berupa tanaman, sejak tahun 1965 hingga sekarang menurut Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam terdapat 130 jenis tumbuhan, terdiri dari 127 jenis pohon, satu jenis bambu, satu jenis rotan, dan satu jenis Palmae. Berdasarkan daerah penyebaran alaminya, jenis tumbuhan tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu jenis asing (penyebaran alaminya di luar Indonesia yang beriklim tropis dan sub-tropis) dan jenis asli (penyebaran alaminya di Indonesia bagian barat, tengah, maupun timur). Hal ini menunjukkan bahwa pada parameter dominan soft material lanskap rekreasi Situgede berada pada skala 1 (cukup sesuai) yaitu terdiri dari tanaman lokal/asli dan eksotis. Kemudian mengenai hard material atau perkerasan, pihak desa atau instansi lainnya telah membuat beberapa fasilitas pendukung kegiatan rekreasi, yaitu: jalan setapak conblock mengelilingi situ dan kawasan hutan dekat situ yang banyak dikunjungi. Untuk mempertahankan keberadaan situ, maka telah dibangun juga struktur kelengkapan suatu badan air, yaitu: saluran inlet, saluran outlet, bendungan bambu, dan retaining wall untuk mencegah erosi tanah di pinggiran situ. Dilihat dari meterial yang digunakan untuk membangun fasilitas tersebut, material yang digunakan didominasi oleh land-based yaitu material yang berbasis atau bersumber dari lahan, seperti: pasir, semen, batu-bata, tanah urug, dan lain-lain. Hal ini dapat terlihat pada sarana fasilitas penunjang Situgede yaitu membangun rumah makan dan toilet umum.

Pada komponen institusi mencakup keterkaitan dengan stakeholder dan keterlibatannya dalam pengembangan dan pengawasan lanskap rekreasi Situgede. Dari segi pengelolaan, tapak dibagi menjadi tiga bagian tapak yaitu, Hutan Penelitian Darmaga, Situgede, dan catchment area Situgede. Masing-masing bagian tapak ini dikelola oleh instansi-instansi tertentu seperti pada Tabel 8.

22

Tabel 8 Pengelola dan kepemilikan tapak

No Bagian Tapak Pengelola/Kepemilikan

1. Hutan Penelitian Darmaga Pusat Konservasi dan Rehabilitasi (Puskonser) 2. Situgede Pemerintah Provinsi Daerah Tk.I Jawa Barat

melalui Desa Situgede 3. Catchment area Pengelola Sumber Daya Air

Namun meskipun pengelolaan dan pengawasan dilakukan berkolaborasi antar tiga instansi tersebut, evaluasi mengenai fisik lanskap rekreasi Situgede ini jarang dilakukan. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara secara terbuka oleh pihak kelurahan Situgede, tim pengelola, pihak Puskonser, dan penduduk sekitar bahwa pemantauan terhadap kondisi fisik Situgede kurang diperhatikan, terlihat dari kurang diperhatikannya fasilitas atau sarana penunjang rekreasi, seperti: kondisi toilet umum yang tidak terawat, beberapa jalur sirkulasi yang terputus dibeberapa sisi, hingga kurangnya tempat pembuangan sampah sehingga banyak sampah yang masih dibuang sembarangan di sekitar lanskap rekreasi Situgede.

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa lanskap rekreasi Situgede dapat dikatakan sesuai sebagai sebuah lanskap rekreasi yang menerapkan konsep ecodesign. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebuah lanskap alami berpotensi sebagai area rekreasi baik di wilayah perairannya maupun sepanjang tepiannya, tanpa perlu banyak pengubahan atau modifikasi dan tetap berorientasi pada penggunaan sumber daya alam seperti air, hujan, pemandangan alam atau kehidupan di alam bebas (Douglass 1982).

Karakteristik Pengunjung

Karakteristik umum pengunjung ditunjukkan oleh Tabel 9. Dari tabel tersebut terlihat bahwa dari 80 orang pengunjung 54% adalah laki-laki dan 46% adalah perempuan. Laki-laki umumnya lebih menyenangi rekreasi yang bersifat menantang/petualangan. Pada umumnya (60%) pengunjung berstatus pelajar dan mahasiswa.

Pengunjung lanskap rekreasi Situgede sebagian besar (77%) berusia 20-55 tahun, umumnya mereka adalah dewasa muda. Sebagian besar pengunjung berpendidikan akhir akademi/perguruan tinggi sebesar 54% dan sebagian besar pula pengunjung tidak memiliki pengalaman berorganisasi yang berhubungan dengan lingkungan (81%), hanya 19% pengunjung yang pernah memiliki pengalaman berorganisasi yang berhubungan dengan lingkungan.

Sebagian besar pengunjung lanskap rekreasi Situgede datang bertujuan untuk berekreasi (68%), dengan alasan karena pemandangan yang indah dengan susana yang nyaman (62,2%) dan mudah dicapai (28,9%). Mereka umumnya melakukan kegiatan sekedar untuk menikmati pemandangan (36,68%) dan berjalan-jalan (21,30%).

23 Tabel 9 Karakteristik pengunjung di lanskap rekreasi Situgede

No Karakteristik Jumlah Persentase

(orang) (%) 1. Jenis kelamin Laki-laki 43 53.75% Perempuan 37 46.25% 2. Umur 13-19 tahun 16 20% 20-25 tahun 34 42.5% 26-55 tahun 28 35% >55 tahun 2 2.5% 3. Pendidikan terakhir SD 0 0% SMP 6 7.5% SMA 31 38.75% Akademi/Perguruan Tinggi 43 53.75%

5. Pengalaman organisasi lingkungan

Pernah mengikuti 15 18.75%

Tidak pernah mengikuti 65 81.25%

6. Tujuan ke lanskap rekreasi Situgede

Rekreasi 58 68.23%

Pendidikan/penelitian 14 16.47%

Lain-lain 13 15.29%

7. Motivasi ke lanskap rekreasi Situgede

Lokasi mudah dicapai 26 28.9%

Pemandangan indah dan suasana nyaman 56 62.2%

Tidak ada biaya masuk 8 8.9%

8. Aktivitas yang dilakukan selama di Situgede

Berjalan-jalan 36 21.30% Menikmati pemandangan 62 36.68% Makan/minum 26 15.38% Perlombaan/permainan 1 0.59% Melihat-lihat rusa 7 4.14% Memotret 22 13.01% Lain-lain 15 8.87%

Persepsi Pengunjung Terhadap Konsep Ecodesign

Persepsi pengunjung terhadap konsep ecodesign lanskap rekreasi Situgede terdiri dari enam variabel persepsi sesuai dengan enam kriteria konsep ecodesign lanskap rekreasi yang telah disusun sebelumnya. Persentase persepsi pengunjung terhadap masing-masing komponen ecodesign disajikan pada Tabel 10.

24

Tabel 10 Persentase persepsi pengunjung terhadap setiap komponen ecodesign

Komponen

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

5 4 3 2 1

Tata guna lahan 45% 33% 15% 7% 0%

Air 3% 24% 31% 37% 5%

Fisik lanskap rekreasi 44% 35% 10% 10% 1%

Perilaku sumber daya manusia 2% 33% 49% 16% 0%

Teknologi 3% 7% 50% 39% 1%

Institusi 8% 41% 46% 5% 0%

Komponen fisik lanskap rekreasi (79%) dan tata guna lahan (78%) memiliki nilai persentase yang tergolong tinggi menurut persepsi pengunjung. Fisik lanskap rekreasi dan tata guna lahan menjadi dasar pertimbangan penting bagi pengunjung untuk memenuhi kegiatan berekreasi, karena kegiatan rekreasi alam yang paling baik dilakukan adalah pada bentang alam (natural landscape) yang sedikit mengalami modifikasi atau yang masih asli/alami (Phaneuf dan Smith 2004).

Sebagian besar pengunjung menyatakan bahwa lanskap rekreasi Situgede termasuk lokasi yang terbebas dari bencana alam dan memiliki keterkaitan terhadap infrastruktur sekitar serta merupakan lokasi yang strategis sehingga sangat mudah diakses baik dengan kendaraan pribadi, transportasi umum maupun kendaraan darurat. Persepsi pengunjung tersebut diperkuat dengan pernyataan Sobari et al. (2006) yang menyatakan bahwa jumlah kunjungan terhadap suatu lokasi rekreasi dipengaruhi oleh beragam faktor, tiga diantaranya yang sangat berpengaruh adalah kemudahan lokasi dan aksesibilitas, waktu dan biaya perjalanan.

Pada komponen tata guna lahan terdiri dari tiga pernyataan yang diajukan dalam kuisioner pengunjung, seperti kondisi Ruang Terbuka Hijau (RTH), kesesuaian lahan rekreasi, dan kealamian lanskap rekreasi. Pengunjung beranggapan bahwa RTH lanskap rekreasi Situgede sangat dominan dan masih terjaga kealamiannya, hal ini mereka rasakan melalui rasa sejuk, disertai dengan lingkungan sekitar yang masih asri dan memberikan ketenangan, serta kawasan hutan yang tidak mengalami banyak pengubahan, mereka menganggap bahwa lanskap tersebut masih terjaga kealamiannya. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa meskipun lanskap rekreasi Situgede telah mengalami perubahan fisik, namun masih mempertahankan kealamiannya. Anggapan pengunjung tersebut selaras dengan Gunn (1997) yang menyatakan bahwa pengunjung memiliki ketertarikan terhadap suatu rekreasi yang dapat memberi mereka suatu pengalaman hidup di alam bebas, ketenangan suasana sekitar, dapat melihat dan mengenal kehidupan di alam, dan dapat menikmati pemandangan yang indah dan alami.

Komponen teknologi (50%), perilaku sumber daya manusia (49%), dan institusi (46%) memiliki nilai cukup menurut persepsi pengunjung. Kemudian dilanjutkan dengan komponen air (37%) yang memiliki nilai rendah menurut persepsi pengunjung. Berbeda halnya dengan hasil identifikasi yang menyatakan

25 bahwa tingkat pelayanan air bersih pada area Situgede tergolong tinggi. Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap air bersih yang ada di kantor kelurahan Situgede, rumah makan, dan toilet umum yang ada pada area Situgede, hasil pengamatan menunjukkan bahwa air memiliki kondisi bersih. Pada komponen air terdiri dari tiga pernyataan yang diajukan dalam kuisioner pengunjung, seperti bebas dari bahaya banjir, kebutuhan dan pelayanan air bersih. Pengunjung menganggap bahwa pelayanan air bersih belum tersedia, hal ini diduga bahwa sebenarnya pengunjung tidak mengetahui kondisi air pada lanskap rekreasi Situgede dikarenakan sebagian besar pengunjung enggan menggunakan fasilitas toilet yang ada dengan alasan kondisi fasilitas toilet yang kurang terawat. Namun disamping anggapan tersebut, keseimbangan antara konsumsi dan suplai air, kualitas air, kemampuan tapak menyerap dan mengalirkan air menjadi parameter penting komponen air. Komponen air merupakan komponen yang cukup penting, karena air merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan masyarakat (Pratiwi et al. 2014).

Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Pengunjung

Karakteristik pengunjung yang datang ke lanskap rekreasi Situgede terdiri dari umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pengalaman berorganisasi. Perbedaan karakteristik tersebut akan menimbulkan keinginan dan penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu objek (Ferguson 2004).

Jenis Kelamin

Hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi yang diperoleh dari uji Chi-Square, menyatakan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan persepsi terhadap konsep ecodesign. Nilai Asymp. Sig (2-sided) Pearson Chi-Square adalah 0.010 lebih kecil dari alpha (α=0,050=5%), nilai tersebut menunjukkan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan persepsi terhadap konsep ecodesign lanskap rekreasi Situgede pada taraf nyata 5%. Hal ini sesuai dengan Porteous (1977) yang menyatakan bahwa perempuan lebih peduli terhadap hal yang spesifik pada objek, simbol, atau orang yang dekat dengannya dibandingkan dengan laki-laki. Persepsi sebagai bentuk penafsiran atau penilaian seseorang terhadap suatu objek lebih dipengaruhi secara langsung oleh lingkungan sekitar (Apriyanti 2011). Dalam hal ini, perempuan memiliki apresiasi yang lebih tinggi terhadap lingkungan sehingga memiliki kecenderungan yang lebih baik dalam menilai setiap komponen konsep ecodesign.

Umur

Pengunjung yang datang atau berada di sekitar lanskap rekreasi Situgede berasal dari berbagai tingkat umur. Hubungan antara umur dengan persepsi yang diperoleh dari uji Chi-Square, menyatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan persepsi terhadap konsep ecodesign. Nilai Asymp. Sig (2-sided) Pearson Chi-Square adalah 0.016 lebih kecil dari alpha (α=0,050=5%), nilai tersebut menunjukkan bahwa umur berhubungan dengan persepsi terhadap konsep ecodesign lanskap rekreasi Situgede pada taraf nyata 5%. Tingkat umur berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan seseorang dalam memilih

26

suatu objek. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Azwar (1988), bahwa dari beberapa penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara umur dengan perilaku sosial. Beberapa alasan menyebutkan bahwa dengan bertambahnya umur individu akan semakin dapat memahami nilai ataupun menerima norma-norma sosial, lebih empati, dan lebih dapat memahami nilai ataupun makna dari tindakan sosial yang dilakukan. Menurut Gifford (2008) lingkungan memberikan pengalaman terhadap manusia sehingga dapat diasumsikan semakin bertambahnya umur semakin banyak pengalaman yang didapat oleh manusia tersebut. Dalam hal ini semakin bertambahnya umur seseorang semakin lebih memiliki apresiasi terhadap lingkungan sekitarnya, termasuk dalam mengapresiasikan setiap komponen ecodesign.

Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan pengunjung yang dimaksud adalah pendidikan terakhir hingga saat ini, sehingga mahasiswa dimasukkan kedalam tingkat perguruan tinggi. Hubungan antara pendidikan formal terakhir dengan persepsi yang diperoleh dari uji Chi-Square, menyatakan bahwa ada tidak ada hubungan antara pendidikan terakhir dengan persepsi terhadap konsep ecodesign. Nilai Asymp. Sig (2-sided) Pearson Chi-Square adalah 0.394 lebih besar dari alpha (α=0,050=5%), nilai tersebut menunjukkan bahwa pendidikan terakhir tidak berhubungan dengan persepsi terhadap konsep ecodesign lanskap rekreasi Situgede pada taraf nyata 5%.

Tingkat pendidikan berkaitan dengan kelas sosial sehingga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan sikap dan perilaku seseorang dalam menilai suatu objek (Porteous 1977). Tingkat pendidikan yang tinggi akan mempermudah seseorang untuk menyerap informasi serta mengaplikasikannya dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu seharusnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka kesadaran lingkungan semakin besar, karena cakrawala pengetahuannya semakin luas dan hal ini juga berlaku pada persepsi terhadap konsep ecodesign lanskap rekreasi Situgede (Murtiartini 2000). Namun di sisi lain, dukungan pengetahuan seseorang yang dapat menumbuhkan suatu sikap dan keyakinan atas sesuatu, belum menjamin bahwa seseorang akan bertindak sesuai dengan apa yang diketahui dan dipahaminya (Khomsan 2000).

Pengalaman Organisasi

Hubungan antara pengalaman organisasi dengan persepsi yang diperoleh dari uji Chi-Square, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengalaman organisasi dengan persepsi terhadap konsep ecodesign. Nilai Asymp. Sig (2-sided) Pearson Chi-Square adalah 0.196 lebih besar dari alpha (α=0,050=5%), nilai tersebut menunjukkan bahwa pengalaman organisasi mengenai lingkungan tidak berhubungan dengan persepsi terhadap konsep ecodesign lanskap rekreasi Situgede pada taraf nyata 5%.

Kompetensi-kompetensi yang didapatkan oleh seseorang dalam berorganisasi mampu meningkatkan pengetahuan dan diri seseorang (Mungkasa 2010). Hasil uji Chi-Square di atas bertentangan dengan hasil penelitian yang

Dokumen terkait