• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN WAKTU TANGKAP TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN LELE LIMBAT (

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERBEDAAN WAKTU TANGKAP TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN LELE LIMBAT ("

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN WAKTU TANGKAP TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN LELE LIMBAT (Clarias nieuhofii) PADA ALAT TANGKAP

BUBU KAWAT DI KECAMATAN TEBING TINGGI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

SKRIPSI

KRISDIANTO WIBISONO E1E017060

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERFAYA PERIKANAN FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS JAMBI 2023

(2)

PERBEDAAN WAKTU TANGKAP TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN LELE LIMBAT (Clarias nieuhofii) PADA ALAT TANGKAP

BUBU KAWAT DI KECAMATAN TEBING TINGGI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

Krisdianto Wibisono, Dibawah bimbingan : Teja Kaswari 1 dan Fauzan Ramadan 1

RINGKASAN

Bubu kawat merupakan alat tangkap yang sering digunakan masayarakat Kecamatan Tebing Tinggi. Bubu kawat yang digunakan biasanya menangkap ikan lele limbat, karena Habitat Ikan lele limbat di perairan kanal yang gelap seperti di kanal PT. Makin Group. Pengoprasian bubu kawat yang dilakukan nelayan menggunakan umpan buah kelapa sawit. Tujuan peneltian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh waktu penangkapan yang berbeda dengan alat tangkap bubu kawat terhadap hasil tangkapan lele limbat di kanal PT. Makin Group Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Penelitian ini dilakukan di perairan kanal perkebunan sawit PT. Makin Group Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada 15 Maret sampai 15 April 2022. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode experimental. Dalam penelitian ini di gunakan waktu penangkapan siang dan malam dengan tujuan agar diketahui pada waktu penangkapan mana yang lebih tepat menangkap ikan lele limbat. Bubu kawat yang di gunakan sebanyak 5 buah digunakan secara bergantian pada siang hari dan malam hari, dilakukan sebanyak 30 kali ulangan.

Jumlah total hasil tangkapan pada malam hari adalah 304 ekor ikan lele limbat (Clarias nieuhofii), sedangkan jumlah total hasil tangkapan pada waktu siang hari adalah 82 ekor ikan lele limbat (Clarias nieuhofii). Jumlah total hasil tangkapan pada malam hari lebih banyak dari pada siang hari. Selama penelitian parameter lingkungan yang di amati meliputi suhu perairan, pH, dan kedalaman.

Di dapat kan rata rata suhu selama melakukan penangkapan ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) adalah 28,30˚C, dengan kisaran 27-29˚C selama aktifitas penangkapan. Hasil uji t menunjukkan bahwa hasil tangkapan berdasarkan jumlah dan berat terdapat perbedaan nyata antara siang dan malam (P<0,05).

¹ Pembimbing Utama

² Pembimbing Pendamping

(3)

PERBEDAAN WAKTU TANGKAP TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN LELE LIMBAT (Clarias nieuhofii) PADA ALAT TANGKAP

BUBU KAWAT DI KECAMATAN TEBING TINGGI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

Oleh

KRISDIANTO WIBISONO E1E017060

Telah Diuji Dihadapan Tim Penguji

Pada Hari Selasa tanggal 3 Januari 2023 dan dinyatakan Lulus Ketua : Dr. Ir. Teja Kaswari, M.Sc

Sekretaris : Fauzan Ramadan, S.Pi., M.Si.

Anggota :1. Dr. Ir. Mairizal, M.Si.

2.Lisna, S.Pi., M.Si.

3. Ir. Indra Sulaksana, M.Si.

Menyetujui :

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Dr. Ir. Teja Kaswari, M.Sc Fauzan Ramadan, S.Pi., M.Si.

NIP. 196612151992031002 Tanggal:

NIDN. 202012041002 Tanggal:

Mengetahui :

Wakil Dekan BAKSI, Ketua Jurusan Perikanan

Dr. Ir. Syafwan, M.Sc. Dr. drh. Sri Wigati, M. Agr. Sc.

NIP. 196902071993031003 Tanggal:

NIP. 196412241989032005 Tanggal:

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Perbedaan waktu tangkap terhadap hasil tangkapan ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) pada alat tangkap bubu kawat di kecamatan tebing tinggi kabupaten tanjung jabung barat” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku.

Jambi, Januari 2023

Krisdianto Wibisono

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Krisdianto Wibisono biasa dipanggil kris lahir di Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi pada tanggal 17 September 1998, anak pertama dari dua saudara dari pasangan Bapak A.Yani dan Ibu Miskilah. Penulis menyelesaikan pendidikan TK YPMM pada tahun 2005, pendidikan sekolah dasar di SDS YPMM Tebing Tinggi pada tahun 2011, pendidikan sekolah menengah pertama di SMPS YPMM pada tahun 2014 dan pendidikan sekolah menengah atas di SMAS YPMM pada tahun 2017.

Pada tahun 2017 penulis di terima sebagai mahasiswa di perguruan tinggi program studi S1 Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Pada bulan Oktober-Desember 2020 penulis mengikuti Magang pengganti KKN di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi dengan judul “PEMIJAHAN IKAN KAPIAT (Barbonymus schwanenfeldii) di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi”. Pada bulan maret sampai april 2022 penulis melaksanakan penelitian di Kecamatan Tebing Tinggi dengan judul “Perbedaan waktu tangkap terhadap hasil tangkapan ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) pada alat tangkap bubu kawat di Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat”.

(6)

i PRAKATA

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan nikmat kesehatan serta kesempatan yang telah dianugerahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi. Skripsi yang disusun dengan judul “Perbedaan waktu tangkap terhadap hasil tangkapan ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) pada alat tangkap bubu kawat di kecamatan tebing tinggi kabupaten tanjung jabung barat”, merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Peternakan, Universitas Jambi.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini telah melibatkan beberapa pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan kontribusi dalam penelitian dan penyelesaian penulisan skripsi.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Agus Budiansyah, M.S selaku Dekan Fakultas Peternakan

Universitas Jambi.

2. Bapak Dr. Ir. Syafwan, M.Sc selaku Wakil Dekan BAKSI, Bapak Dr. Ir.

Suparjo, M.P selaku Wakil Dekan BUKP, dan Ibu Dr. Drh. Fahmida, M.P selaku Wakil Dekan BKA.

3. Ibu Dr. Drh. Sri Wigati, M. Agr. Sc. selaku Ketua Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Ibu Lisna, S.Pi., M.Si selaku Ketua Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, dan Pembimbing Magang yang telah banyak membantu.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. R.A. Muthalib, M.S. selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA).

5. Bapak Dr. Ir. Teja Kaswari, M.S. selaku Pembimbing Utama dan Bapak Fauzan Ramadan, S.Pi., M.Si sebagai pembimbing kedua yang telah sabar membimbing saya menyelesaikan skripsi.

6. Kedua orang tua saya, Bapak saya tercinta A.Yani dan Ibu Miskilah atas kasih sayang dan cinta kasih yang tiada batasnya,sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik.

7. Adik tercinta Hafidz Maulana yang telah banyak memberikan semangat dan dukungannya.

(7)

ii 8. Seluruh tim evaluator yang telah banyak memberikan masukan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Peternakan khususnya Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.

10. Seluruh pegawai dan staf/karyawan Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi khususnya Bapak Catur S.St.Pi selaku Ketua Pokja Domestik yang telah membimbing dan mendidik penulis selama magang.

11. Teman seperjuangan Madan, Nurman, Diki, Andrean, Fikri, Roberio, Juni, Ridho Pratama, Bayu, Ayu, Maysi, Ayub, Sopian yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman seperjuangan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 2017.

Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Jambi, Januari 2023

Krisdianto Wibisono

(8)

iii DAFTAR ISI

PRAKATA ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan ... 3

1.3Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Limbat (Clarias nieuhofii) .... 4

2.2Habitat ... 5

2.3Alat tangkap bubu ... 6

2.4Umpan ... 7

2.5Waktu Penangkapan ... 8

2.6Parameter Kualitas Air ... 9

2.6.1Suhu ... 9

2.6.2pH ... 10

2.6.3Kedalaman ... 10

BAB III MATERI DAN METODE ... Error! Bookmark not defined. 11 3.1Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

3.2Materi dan Peralatan Penelitian ... 11

3.3Metode Penelitian ... 11

3.4Prosedur Kerja ... 12

3.5Pengukuran Parameter Kualitas Air ... 12

3.5.1Suhu ... 13

3.5.2Derajat Keasaman (pH) ... 13

3.5.3Kedalaman ... 13

3.6Analisis Data ... 13

3.7Data yang di himpun ... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 16

4.1Kondisi Umum ... 16

4.2Jumlah dan Komposisi Hasil Tangkapan ... 17

4.3Berat Hasil Tangkapan ... 19

4.4Parameter Kualitas Air ... 20

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

5.1Kesimpulan ... 23

5.2Saran ... 23

(9)

iv DAFTAR PUSTAKA ... 24 LAMPIRAN ... 28

(10)

v DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah dan Komposisi Hasil Tangkapan Bubu Kawat ... 17 2. Komposisi Berat Hasil Tangkapan Bubu Kawat ... 19 3. Parameter Kualitas Air ... 20

(11)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Ikan Lele Limbat (Clarias Nieuhofii) ... 4

2. Bubu Kawat... 6

3. Kontruksi Bubu Kawat ... 8

4. Peta Lokasi Penelitian ... 16

5. Hasil Tangkapan Bubu Kawat ... 18

6. Berat Ikan Lele Limbat (Clarias nieuhofii) ... 20

7. Pengukuran Kualitas Air ... 21

(12)

vii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Komposisi Hasil Tangkapan Bubu Kawat ... 28

2. Uji T Jumlah Hasil Tangkapan Bubu Kawat ... 29

3. Standar Deviasi Berdasarkan Jumlah (Ekor) ... 31

4. Uji T Berat Hasil Tangkapan Bubu Kawat (Gram) ... 32

5. Standar Deviasi Berdasarkan Berat (gr) ... 34

6. Parameter Kualitas Air ... 35

7. Dokumentasi Penelitian ... 37

8. Klasifikasi Hasil Tangkapan ... 38

(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Tanjung Jabung Barat salah satu Kabupaten yang memiliki luas wilayah 9,38% dari total luas Provinsi Jambi. Letak geografis Kabupaten Tanjung Jabung Barat antara 0˚53’ – 01˚41’ Lintang Selatan dan antara 103˚23’ - 104˚21’ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah 5 009,82 Km². Kecamatan Tebing Tinggi adalah Kecamatan yang berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang memiliki luas 342,89 Km² (BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat, 2021). Potensi perikanan perairan umum adalah salah satu usaha perikanan yang ada di Kecamatan Tebing Tinggi,di ketahui pada tahun 2017 produksi perikanan di perairan umum Kecamatan Tebing Tinggi 42,4 ton (BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat, 2017).

Pada tahun 2017 alat tangkap yang digunakan di Kecamatan Tebing Tinggi 30 unit yang terdiri dari alat tangkap jaring ingsang tetap sebanyak 6 unit dan 16 unit terdiri dari alat tangkap jala dan alat tangkap bubu sebanyak 8 unit (BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat, 2017). Aktivitas penangkapan yang diakukan nelayan di Kecamatan Tebing Tinggi di kanal-kanal kecil perkebunan sawit milik PT. Makin Group yang sering di sebut PT. Makin.

Perikanan merupakan salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat di kecamatan tebing tinggi, karena kecamatan tebing tinggi memiliki cukup banyak perairan umum air tawar seperti sungai kecil dan rawa, selain itu masyarakat tebing tinggi juga banyak yang memiliki hoby memancing, itu membuktikan bahwa perairan umum di kecamatan tebing tinggi masih terjaga populasi ikannya.

Salah satu alat tangkap yang digunakan masyarakat Tebing Tinggi selain pancingan joran adalah dari jenis bubu. Teknologi penangkapan menggunakan bubu banyak dilakukan di negara-negara yang menengah maupun maju (Syuhada et al., 2020).

Masyarakat dan nelayan kecamatan tebing tinggi biasanya menangkap ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) menggunakan alat tangkap bubu kawat.

Perangkap ini terbuat dari kawat bangunan, namun oleh masyarakat dan nelayan

(14)

2 dengan kreatifnya dibuat sebagai perangkap ikan lele. Teknik pembuatannya cukup rumit. Untuk dapat membuat perangkap semacam ini butuh praktek langsung dari ahlinya.alat tangkap bubu ini biasanya dipasang di sungai sungai kecil atau rawa rawa air payau.

Umpan yang biasa digunakan nelayan di Kecamatan Tebing Tinggi adalah buah kelapa sawit (Astuti, 2019), sedangkan untuk alat tangkap yang digunakan oleh masyarakat dan nelayan Kecamatan Tebing Tinggi adalah alat tangkap pancing kayu, masih sedikit sekali yang menggunakan alat tangkap bubu untuk menangkap ikan lele limbat (Clarias nieuhofii). Dilihat dari data statistik Kecamatan Tebing Tinggi memiliki alat tangkap bubu sebanyak 8 unit saja (BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat, 2017).

Masyarakat nelayan di Tebing Tinggi melakukan penangkapan pada pagi hari hingga sore hari, namun hasil tangkapan lele limbat (Clarias nieuhofii) yang diperoleh kurang maksimal. Perlu adanya percobaan untuk mencari waktu yang tepat dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) sehingga bisa menghemat waktu kegiatan penangkapan masyarakat nelayan dan mendapatkan hasil yang maksimal.

Rosyid et al (2005), Menyatakan bahwa waktu penangkapan yang berbeda akan menghasilkan perbedaan pula pada hasil tangkapan. Menurut Taofiqurohman et al (2007), kebiasaan makan ikan berdasarkan waktu dapat dibagi menjadi dua yaitu jenis ikan yang aktif pada siang hari, yakni aktifitas makan ikan ini aktif pada siang hari sedangkan pada malam hari mereka lebih banyak beristirahat. Contohnya ikan Mas, Nila, Bawal dan Gurame. Sedangkan yang kedua yaitu jenis ikan yang aktif pada malam hari (nocturnal). Ikan yang masuk dalam jenis ini jarang mencari makan pada siang hari. Jenis ikan yang aktif pada malam hari adalah ikan Lele, Gabus dan Patin.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yaitu perbedaan waktu tangkap terhadap hasil tangkapan ikan Lele Limbat (Clarias nieuhofii) pada alat tangkap bubu kawat di Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

(15)

3 1.2 Tujuan

Untuk mengetahui hasil tangkapan ikan lele limbat terhadap waktu tangkapan yang berbeda menggunakan alat tangkap bubu kawat di kanal PT.

Makin Group Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

1.3 Manfaat

Memberikan informasi untuk nelayan, masyarakat atau instansi perikanan tangkap tentang perbedaan waktu penangkapan terhadap hasil tangkapan ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) dengan menggunakan alat tangkap bubu kawat di Kanal PT. Makin Group Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung barat, sehingga mendapatkan waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan lele limbat (Clarias nieuhofii).

(16)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Limbat (Clarias nieuhofii)

Ikan yang menjadi target penangkapan di kecamatan Tebing Tinggi adalah ikan lele lokal yaitu ikan lele limbat (Clarias nieuhofii). Klasifikasi lele limbat (Clarias nieuhofii) (Froese dan Paully, 2019):

Kingdom :Animalia Filum :Chordata Kelas :Neopterygii Subkelas :Actinopterygii Ordo :Siluriformes Family :Claridae Genus :Clarias

Species :Clarias nieuhofii

Gambar 1. Ikan Lele Limbat (Clarias Nieuhofii)

Ciri-ciri fisik ikan lele limbat, memiiki bagian badan berwarna kekuningan dan memiiki bercak kuning di tubuhnya. Bagian badan atas nya berwarna gelap kehitaman dan berwarna putih dibagian bawah kepala dan bagian perutnya. Ikan ini memiliki alat pernapasan tambahan di belakang rongga insang. Alat pernapasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler darah (Khairuman dan Amri, 2011). Ikan lele limbat memiliki organ insang tambahan yang berfungsi untuk pengambilan oksigen dari udara diluar air, oleh karena itu ikan lele limbat tahan hidup di perairan yang airnya

(17)

5 mengandung sedikit oksigen. Selain itu menurut Syuhada et al (2020), faktor suhu dan kedalaman air adalah faktor paling kuat dalam mempengaruhi ekologi ikan.

Ikan ini merupakan sejenis ikan lele yang bertubuh panjang dan umumnya kekuning-kuningan. Ikan ini menyebar luas di asia tenggara termasuk di semenanjung Malaysia, Indonesia (Jawa, Sumatera, dan Kalimantan) hingga Filipina. Penamaan jenis ikan ini dapat berbeda-beda disetiap wilayah seperti di Kabupaten Kampar Provinsi Riau disebut ikan limbek, Provinsi Jambi disebut ikan lembat (Syuhada et al., 2020). Informasi biologis ikan lele limbat penting guna untuk melestarikan ikan tersebut agar tidak teracam populasinya. banyak cara untuk melestarikan seperti: konservasi, budidaya, domestikasi, pola pertumbuhan dan hubugan panjang dan berat ikan (Syuhada et al., 2020).

2.2 Habitat

Menurut Suyanto (2007), habitat ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) terdapat di semua perairan tawar dan tidak dapat dijumpai di perairan payau maupun asin. Ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) hidup di perairan yang alirannya tidak terlalu deras atau perairan yang tenang seperti danau, waduk, rawa maupun suatu genangan kecil. Ikan lele adalah ikan yang bersifat nocturnal, artinya ia aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat gelap. Pada siang hari ikan lele lebih suka berdiam diri di dalam lubang lubang di tepi perairan yang teduh.

Ikan lele mempunyai organ insang tambahan yang memungkinkan ikan ini mengambil oksigen pernapasannya dari udara di luar air. Karena itu ikan lele tahan hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele ini relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik. Oleh karena itu ikan lele tahan hidup di comberan yang airnya kotor. Ikan lele hidup dengan baik di dataran rendah sampai daerah perbukitan yang tidak terlalu tinggi. Apabila suhu tempat hidupnya terlalu dingin, misalnya 20o C, pertumbuhannya agak lambat. Di daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 700 meter, pertumbuhan ikan lele kurang begitu baik. Lele tidak pernah ditemukan hidup di air payau atau asin (Suyanto, 2007).

(18)

6 Ikan lele dapat hidup normal di lingkungan yang memiliki kandungan oksigen terlarut 4 ppm dan air yang ideal mempunyai kadar karbondioksida kurang dari 2 ppm, namun pertumbuhan dan perkembangan ikan lele akan cepat dan sehat jika dipelihara dari sumber air yang cukup bersih, seperti sungai, mata air, saluran irigasi ataupun air sumur (Suyanto, 2007).

2.3 Alat tangkap bubu

Bubu yaitu alat penangkapan seperti perangkap, yang merupakan jebakan bagi ikan maupun hasil tangkapan lainnya. Alat tangkap bubu dikenal umum dikalangan nelayan, yang dioperasikan secara pasif. Bubu terbuat dari anyaman bambu, anyaman rotan, maupun anyaman kawat dan bahan lainnya, yang memiliki bentuk bervariasai untuk tiap daerah perikanan.

Bentuk bubu ada yang seperti jangkar, silinder, segitigamemanjang, bulat setengah lingkaran, dan lain-lain (Purwanto et al., 2013). Bagian-bagian dari bubu sendiri terdiri dari rangka, badan, pintu masuk, pintu untuk mengambil hasil tangkapan dan kantung umpan. Bubu ditujukan untuk menangkap kepiting, udang, keong, dan ikan dasar di perairan yang tidak begitu dalam.

Pada prinsipnya pengoperasian bubu kawat bersifat pasif, alat tangkap ini biasanya dioperasikan pada dasar perairan khsusnya daerah yang memiliki karang. Pengoperasian alat tangkap ini dibagi menjadi empat tahap yaitu pra setting, setting, fishing grounddan hauling (Sitinjak et al., 2019).

Gambar 2. Bubu Kawat

(19)

7 2.4 Umpan

Umpan merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang keberhasilan suatu operasi penangkapan ikan, khususnya untuk alat tangkap pasif seperti bubu dan pancing (Purwanto et al., 2013). Alat tangkap bubu biasanya menggunakan umpan alami berupa ikan, karena mudah didapat dan masih memiliki kesegaran yang baik (Pangalila dan Labaro, 2016).

Menurut Taibin (1984), faktor penentu keberhasilan proses penangkapan ikan dengan menggunakan umpan salah satunya adalah kandungan kimia yang ada di dalam umpan. Perbedaan jumlah hasil tangkapan bisa disebabkan oleh jenis umpan yang berbeda, hal tersebut disebabkan karena bau yang dikeluarkan oleh kandungan kimia dari umpan tersebut. Bau yang dikeluarkan oleh suatu umpan berdasarkan kandungan asam amino yang merupakan bagian dari rangkaian protein. bahwa bau umpan akan terdifusi oleh arus air dan akan menyebabkan area yang dipengaruhi oleh aroma umpan akan menjadi daerah aktif.

Buah sawit sering di gunakan sebagai umpan pada alat tangkap bubu oleh nelayan. Menurut Wijana et al (2005), minyak kelapa sawit seperti umumnya minyak nabati lainnya adalah merupakan senyawa yang tidak larut dalam air.

Pada serabut buah sawit (mesoskarp) mengandung kadar minyak rata-rata sebanyak 56%, inti (kernel) mengandung minyak sebesar 44%, dan tempurung (endokarp) tidak mengandung minyak (Fauzi, 2006).

Menurut Hidayatullah (2019), didalam pengoprasian alat tangkap bubu, terdapat alat bantu penangkapan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak. Alat bantu penangkapan tersebut antara lain Umpan diletakkan di dalam bubu yang akan dioperasikan. Umpan yang dibuat disesuaikan dengan jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan.

(20)

8 Gambar 3. Kontruksi Bubu Kawat

2.5 Waktu Penangkapan

Aktivitas penangkapan lele limbat bagi nelayan umumnya dilangsungkan siang hari, sore hari dan malam hari dan tidak tertutup kemungkinannya penangkapan juga dilangsungkan di pagi hari. Penangkapan di siang hari, sore hari dan malam hari menjadi umum oleh karena pagi hari nelayan memanfaatkan waktunya untuk mencari umpan.

Menurut Susanto et al (2014), hasil tangkapan bubu pada siang dan malam hari secara keseluruhan berbeda dalam jumlah dan berat. Menurut Rosyid et al (2005), waktu penangkapan yang berbeda akan menghasilkan perbedaan pula pada hasil tangkapan. Umumnya pemasangan bubu dilakukan pada sore hari dan pengangkatan dilakukan keesokan harinya. Pola ini telah menjadi pengetahuan umum bagi nelayan dan dianggap merupakan waktu yang paling ideal untuk mendapatkan hasil yang optimal (Susanto et al., 2014).

(21)

9 Menurut Fitri dan Purbayanto (2009), penggunaan umpan sebagai pikatan (attractor) dalam penangkapan pada umumnya dikaitkan dengan jenis dan lama waktu perendaman umpan, dalam penelitiannya dengan menggunakan waktu perendaman umpan selama 60 menit. Waktu perendaman umpan dilakukan agar aroma kimia yang terkandung di dalam tubuh ikan yang digunakan sebagai umpan larut dalam air sehingga dapat direspons oleh penciuman umpan terhadap ikan (Susanto et al., 2014).

Menurut Susanto et al (2014), waktu perendaman bubu yang baik adalah merendam dengan waktu minimal untuk mendapatkan hasil tangkapan yang optimal. Selain lamanya waktu perendaman, keberhasilan operasi penangkapan juga dipengaruhi oleh perbedaan waktu penangkapan yang dilakukan.

2.6 Parameter Kualitas Air

Kualitas air secara luas dapat diartikan sebagai faktor fisika, kimia dan biologi yang mempunyai manfaat dan penggunaan air bagi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan menurut Oktafiansyah (2015), Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Menurut Oktafiansyah (2015), kualitas air yang baik untuk budidaya ikan meliputi berbagai parameter yang semuanya berpengaruh pada penyelenggaraan homoetasis yang diperlukan untuk pertumbuhan dan reproduksi pada ikan. Apabila dari berbagai parameter tersebut tidak memenuhi syarat ataupun terjadi perubahan yang melebihi dari batas normal, maka dapat menyebabkan stres dan penyakit, bahkan berdampak kematian.

2.6.1 Suhu

Suhu dapat mempengaruhi aktivitas-aktivitas penting ikan seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi (Wagni, 2019). Suhu tinggi dapat mempengaruhi kandungan oksigen terlarut dan mempengaruhi selera makan ikan.

Menurut Rusmawanto et al (2013), suhu air mempunyai pengaruh besar terhadap pertukaran zat atau metabolisme mahluk hidup diperairan.

Selain berpengaruh terhadap pertukaran zat, suhu juga berpengaruh terhadap kadar oksigen yang terlarut dalam air. Semakin tinggi suhu suatu

(22)

10 perairan semakin cepat pula perairan itu mengalami kejenuhan oksigen. Suhu juga mempengaruhi nafsu makan ikan. Kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara 20o -30oC, akan tetapi suhu optimalnya adalah 27o C.

2.6.2 pH

pH merupakan suatu ukuran keasaman air yang dapat mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan di perairan (Nurudin, 2013). Nilai derajat keasaman air biasanya terbagi menjadi dua (pH > 7) bersifat basa dan (pH < 7) Bersifat asam. pH dalam badan perairan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan lele di suatu perairan. pH yang baik untuk ikan lele adalah 6,5-8 (Suyanto, 2007). Tinggi rendahnya suatu pH dalam perairan salah satunya di pengaruhi oleh jumlah kotoran dalam lingkungan perairan khususnya sisa pakan dan hasil metabolisme (Isa, 2014).

2.6.3 Kedalaman

Kedalaman adalah salah satu parameter fisika, semakin dalam suatu perairan maka intensitas cahaya yang masuk akan semakin berkurang (Gonawi, 2009). Kedalaman merupakan tempat penyebaran atau faktor fisik yang berhubungan dengan banyak air yang masuk kedalam suatu sistem perairan, semakin dalam sungai maka akan semakin banyak pula jumlah ikan yang menempati (Nurudin, 2013).

(23)

11 BAB III

MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kanal perkebunan PT. Makin Group Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat, pada tanggal 15 Maret sampai 15 April 2022

3.2 Materi dan Peralatan Penelitian

Materi yang di penelitian ini adalah ikan lele limbat (Clarias nieuhofii), umpan yang digunakan untuk alat tangkap bubu kawat ini adalah buah kelapa sawit 500 gram untuk satu kali melakukan aktivitas penangkapan. Masing masing alat tangkap bubu menggunakan 100 gram umpan buah kelapa sawit,harga buah kelapa sawit 1500/kg, Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tangkap bubu kawat, thermometer, pH meter, timbangan digital 10kg dengan akurasi 1 gram, alat tulis, ember, Kamera Redmi 5a 13 MP (handphone), Penggaris 30 cm dengan ketepatan 1 mm.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode experimental.

Menurut Sugiarto (2006), metode eksperimental adalah metode yang dapat dilakukan apabila data yang ingin diperoleh belum tersedia sehingga variabel yang akan diukur harus dibangkitkan datanya melalui percobaan, observasi terhadap data baru bisa dijalankan setelah dilakukan percobaan tersebut. kegiatan penangkapan langsung dengan nelayan setempat menggunakan alat tangkap bubu kawat. Pengoprasian alat tangkap dilakukan pada pagi hari dan malam hari.

Dalam penelitian ini di gunakan waktu penangkapan siang dan malam dengan tujuan agar diketahui pada waktu penangkapan mana yang lebih selektif menangkap ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) (Putra et al., 2015). Bubu kawat yang di gunakan sebanyak 5 buah digunakan secara bergantian pagi hari dan malam hari, dilakukan sebanyak 30 kali ulangan Tempat pemasangan bubu kawat berdasarkan kebiasaan nelayan melakukan penangkapan.

(24)

12 3.4 Prosedur Kerja

1. Persiapan

Mempersiapkan alat tangkap bubu kawat, umpan, ph meter dan termometer yang akan di gunakan untuk menangkap ikan lele limbat dan mengukur kualitas perairan, dengan mengecek kembali kondisi alat tangkap apakah ada kawat yang bolong atau tidak, jika ada segera melakukan perbaikan dulu dengan cara di jahit dengan tali terlebih dahulu. Setelah bubu dalam kondisi baik, langkah selanjutnya adalah memasang umpan berupa buah kelapa sawit yang sudah matang, buah kelapa sawit terlebih dahulu di penyetkan agar buah sawit mengeluarkan minyak pada saat di gunakan.setelah itu buah sawit di pasang ke bubu kawat.

2. Setting

Setelah sampai ke daerah penangkapan dilakukan pengukuran kualitas air yaitu suhu, ph, dan kedalaman. Proses setting dilakukan dengan mencari daerah pemasangan alat tangkap bubu kawat yang sesuai dengan kebiasaan nelayan setempat. Adapun daerah penangkapan harus aman dari penglihatan manusia dan terdapat banyak ikan.

Setelah bubu diletakan di perairan, alat tangkap bubu ditutup dengan menggunakan rumput. Untuk jarak pemasangan antar bubu adalah 10-15 meter antara bubu dan lama waktu perendaman alat tangkap bubu masing masing 11 jam. Dari jam 07.00 pagi sampai 18.00 sore lalu lanjut pemasangan malam dari jam 18.30 sore sampai jam 05.30 pagi begitu juga seterusnya.

3. Hauling

Langkah terakhir adalah proses pengangkatan bubu setelah di pasang, waktu yang di gunakan untuk pengangkatan bubu adalah 20 menit. Setelah bubu di angkat kemudian di keluarkan hasil tangkapan yang di peroleh di hitung jumlah hasil tangkapan (ekor), di timbang (kg) dan di ukur panjang (cm) ikan lele limbat (Clarias nieuhofii).

3.5 Pengukuran Parameter Kualitas Air

Pengukuran parameter kualitas air meliputi suhu, Ph dan derajat keasaman (pH) sebagai berikut:

(25)

13 3.5.1 Suhu

Tingkat suhu pada suatu perairan suatu perairan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan tingkat kualitas perairan. Menurut Ahmad Oktafiansyah (2015), peningkatan suhu dapat menyebabkan penurunan kualitas gas dalam air, seperti gas O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya. Suhu suatu perairan dapat di ukur menggunakan thermometer batang yang di celupkan kedalam perairan selama 2 menit, kemudian melakukan pembacaan nilai suhu pada saat thermometer berada di dalam air supaya nilai suhu tidak terpengaruh oleh suhu di udara (Hutagalung dan Septiapermana, 1994).

3.5.2 Derajat Keasaman (pH)

Pengukuran pH dilakukan menggunakan alat pH meter dengan cara di celupkan ujung sensor pH meter ke dalam perairan, selanjutnya tekan tombol power di alat pH meter maka di layar nya akan muncul nilai pH dari perairan tersebut (Fadly et al., 2017).

3.5.3 Kedalaman

Kedalaman suatu perairan di ukur menggunakan tongkat bersekala,tongkat ini dimasukan kedalam air tegak lurus sampai ke dasar perairan, kemudian dilihat tanda angka yang sudah di buat di tongkat menunjukan tinggi air (Hutagalung dan Septiapermana, 1994).

3.6 Analisis Data

Untuk menguji perbedaan waktu pengoperasian alat tangkap terhadap hasil tangkapan bubu kawat, maka data yang sudah ditabulasi kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis “Independent Sample T-test” yaitu pengujian menggunakan distribusi t terhadap signifikansi perbedaan nilai rata-rata tertentu dari dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Data yang dibutuhkan adalah data rasio atau interval (Budi, 2006).

(26)

14 𝑇 ℎ𝑖𝑡 = 𝑥₁ − 𝑥₂

√1 𝑛₁+ 1

𝑛₂

𝑆 =√Ʃ𝑥12−Ʃ(𝑥1)2 𝑛 𝑛 − 1 𝑆12 =𝑛 ∑ 𝑥12− (𝑥1)2

𝑛(𝑛 − 1)

𝑆22 = 𝑛 ∑ 𝑥22 − (𝑥2)2 𝑛(𝑛 − 1)

𝑆² =

√(𝑛₁ − 1)𝑠₂

₁ + (𝑛₂ − 1)𝑠

₂ 𝑛₁ + 𝑛₂ − 2

Dimana:

t = Nilai t hitung

x₁ = Jumah Rata-rata hasil tangkapan pagi hari x₂ = Jumlah Rata-rata hasil tangkapan malam hari n₁ = Jumlah sampel pagi hari

n₂ = Jumlah sampel malam hari S = Standar devisiasi

S₁² = Ruang sampel S₂² = Ruang sampel

Untuk mengetahui komposisi jenis hasil tangkapan alat tangkap bubu kawat digunakan rumus sebagai berikut :

𝐾𝐽 =𝑛𝑖

𝑁 × 100%

Dimana:

KJ = Komposisi jenis ikan (%)

ni = Jumlah individu setiap jenis ikan N = Jumlah individu seluruh jenis ikan

(27)

15 3.7 Data yang di himpun

1. Data primer

Data primer adalah data yang didapat dari hasil tangkapan bubu kawat pada pagi dan malam hari. Adapun data yang diambil yaitu hasil tangkapan alat tangkap bubu, jumlah hasil tangkapan lele limbat (ekor), berat ikan lele limbat (kg), ukuran panjang tubuh ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) (cm), Parameter lingkungan yaitu pengukuran suhu air, dan derajat keasaman (pH).

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari instansi terkait seperti kantor desa dan BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu letak geografis, jumlah produksi perikanan di periran umum, jenis-jenis alat tangkap, jumlah alat tangkap.

(28)

16 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum

Penelitian ini di laksanakan di Kanal PT. Makin group Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Lokasi penelitian ini berada di kanal-kanal perkebunan sawit yang berjarak 1km dari permukiman masyarakat Kecamatan Tebing Tinggi. Sepanjang perairan kanal ini di kelilingi oleh perkebunan sawit dengan perairan yang berwarna gelap dan berlumpur.

sesuai dengan habitat ikan lele limbat yang menyukai periran kanal yang berwarna gelap dan berlumpur. Lebar kanal PT. Makin Group ini kisaran 1-2 meter yang dengan struktur lahan tanah gambut. Perairan kanal ini Memiliki Kedalaman 50 cm-150cm.

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki beberapa Kecamatan yang terdiri dari Batang Asam, Bram Itam, Betara, Kuala Betara, Merlung, Muara Papalik, Pengabuan, Renah Mendaluh, Seberang Kota, Senyerang, Tungkal Ilir, Tungkal Ulu, dan Tebing Tinggi. Kecamatan Tebing Tinggi adalah Kecamatan

(29)

17 yang berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang memiliki luas 342,89 Km².(BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat, 2021). Kecamatan Tebing Tinggi juga memiliki beberapa desa yang terdiri dari Purwodadi, Suka Damai, Kelurahan Tebing Tinggi, Kelagian, Sungai Keruh, Dataran Kempas, Delima, Talang Makmur dan Desa Teluk Pengkah. Kecamatan Tebing Tinggi Memiliki 1 kelurahan yaitu Kelurahan Tebing Tinggi. Nama bapak Camat Tebing Tinggi adalah M. Ardiansyah, SE. Desa Teluk Pengkah ini memiliki luas 40,78 km² yang terdiri dari 5 dusun dan 27 Rt. Nama kepala desa Teluk Pengkah adalah bapak Akhmad Thamrin.

4.2 Jumlah dan Komposisi Hasil Tangkapan

Hasil penelitian terhadap jumlah hasil tangkapan ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) pada siang dan malam hari menggunakan bubu kawat di kecamatan

Tebing Tinggi kabupaten Tanjung Jabung Barat di tabel 1.

Tabel 1. Jumlah dan Komposisi Hasil Tangkapan Bubu Kawat

Hasil Tangkapan Waktu Penangkapan

Ket

Nama Lokal Nama Ilmiah

Malam hari Siang hari

Jumlah (ekor)

Komposisi (%)

Jumlah (ekor)

Komposisi (%)

Ikan Lele Limbat Clarias nieuhofii 304 99,67 82 80,40 HTU

Ikan Sepat Trichogaster trichopterus - 0 20 19,60 HTS

Ikan Bujuk Chana lucius 1 0,33 - 0 HTS

Total 305 100 102 100

Rata-rata hasil tangkapan bubu kawat per hari 10 3

Rata rata ikan lele limbat per hari 10 ± 6,32b 2 ± 1,05a

Keterangan : HTU = Hasil tangkapan utama, HTS = Hasil tangkapan sampingan (bycatch), Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).

Hasil tangkapan bubu kawat terdiri dari dua waktu penangkapan yang berbeda yaitu pada waktu siang hari dan malam hari. Jumlah total hasil tangkapan pada malam hari adalah 304 ekor ikan lele limbat (Clarias nieuhofii), sedangkan jumlah total hasil tangkapan pada waktu siang hari adalah 82 ekor ikan lele limbat (Clarias nieuhofii). Jumlah total hasil tangkapan pada malam hari lebih banyak dari pada siang hari. Total jumlah hasil tangkapan pada malam hari lebih banyak dibanding pada siang hari, hal ini disebabkan karena ikan hasil tangkapan pada

(30)

18 malam hari adalah ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) yang memang mencari makan pada malam hari (Harahap et al., 2013).

Untuk hasil tangkapan terbanyak pada malam hari berada di ulangan atau hari penangkapan yang ke 1 yaitu berjumlah 29 ekor ikan lele limbat Hasil tangkapan paling sedikit pada malam hari berada di ulangan ke 12 yaitu berjumlah 3 ekor. Pada hasil tangkapan yang terbanyak pada siang hari berada di ulangan ke 26 yaitu berjumlah 5 ekor ikan lele limbat. Sedangkan jumlah hasil tangkapan paling sedikit pada siang hari berada di ulangan 5, 9, 22, 25 yang berjumlah 1 ekor ikan lele limbat (Clarias nieuhofii).

Gambar 5. Hasil Tangkapan Bubu Kawat

Rata rata pada jumlah hasil tangkapan ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) menggunakan alat tangkap bubu kawat pada waktu penangkapan malam hari adalah 10,13, sedangkan rata rata jumlah hasil tangkapan pada siang hari adalah 2,73. Rata rata ini menunjukan hasil penangkapan pada malam hari lebih banyak dari pada siang hari. Menurut Kabalmay et al (2017), hasil tangkapan alat tangkap bubu kawat pada malam dan siang hari secara keseluruhan berbeda dalam jumlah dan berat.

Hasil uji-t menunjukan bahwa terdapat perbedaan nyata (P<0,05) pada jumlah hasil tangkapan menggunakan bubu kawat pada waktu siang dan malam.

Total hasil tangkapan pada malam hari adalah 304 ekor dengan rata rata hasil tangkapan harian 10,13 ekor. Sedangkan total hasil tangkapan menggunakan bubu

(31)

19 kawat pada siang hari adalah 82 ekor dengan rata rata hasil tangkapan harian 2,73 ekor. Ikan yang bersifat “nocturnal” (mencari makan pada malam hari) dan pada siang hari mereka bersembunyi di tempat tempat yang gelap dan terlindung di dalam lubang-lubang (Nursahira et al., 2020).

Jumlah hasil tangkapan menggunakan alat tangkap bubu kawat pada malam hari lebih banyak dari pada siang hari. Hal ini di sebabkan karena ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) lebih aktif melakukan aktifitas nya seperti mencari makan pada malam hari dan cenderung pasif pada siang hari. Hal ini di karena kan ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) termasuk kedalam jenis ikan nokturnal. Jenis ikan yang aktifitas banyak di lakukan pada malam hari seperti mencari makan adalah ikan lele, gabus dan patin (Putra et al., 2015)

4.3 Berat Hasil Tangkapan

Berat hasil tangkapan ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) menggunakan alat tangkap bubu kawat di tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Berat Hasil Tangkapan Bubu Kawat

Hasil Tangkapan Berat Hasil Tangkapan

Ket

Nama Lokal Nama Ilmiah

Malam hari Siang hari

Berat (gram) Komposisi (%)

Berat

(gram) Komposisi

(%)

Ikan Lele Limbat Clarias nieuhofii 25.848 99,27 5.390 96,00 HTU

Ikan Sepat Trichogaster trichopterus - - 230 4,0 HTS

Ikan Bujuk Chana lucius 192 0,73 - HTS

Total 26.040 100 5.620 100

Rata rata hasil tangkapan bubu kawat perhari 868 187,3

Rata rata ikan lele limbat perhari 861,6 ± 432,43b 179,67 ± 68,94a

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).

Hasil uji-t menunjukan bahwa terdapat perbedaan nyata (P<0,05) pada jumlah berat hasil tangkapan menggunakan bubu kawat pada waktu siang dan malam. Berat total hasil tangkapan menggunakan bubu kawat pada waktu malam hari lebih besar dan berat dari pada penangkapan yang dilakukan di siang hari.itu karena Ikan lele merupakan hewan nokturnal yang lebih banyak melakukan aktivitas di malam hari dan sebaliknya pada siang hari mereka beristirahat. Pada umunya jenis ikan nocturnal menyukai umpan dengan bau yang kuat, hal tersebut

(32)

20 mengindikasikan bahwa jenis ikan noctornal memiliki organ yang dominan digunakan dalam aktivitasnya adalah organ penciuman dan organ penglihatan (Nurcahyati et al., 2017).

Total berat hasil tangkapan pada malam hari adalah 25.848 gram dengan rata rata berat hasil tangkapan harian 861,6 gram. Sedangkan total berat hasil tangkapan pada siang hari adalah 5.340 gram dengan rata rata berat hasil tangkapan harian 179,67 gram. Komposisi hasil tangkapan sangat dipengaruhi oleh kebiasaan tingkah laku ikan dan cara ikan beradaptasi dengan lingkungannya. yang membedakan adalah ada ikan yang aktif mencari makan di siang hari (diurnal) dan ada yang aktif dimalam hari (nocturnal) dalam mencari makan (Bima, 2017). Perilaku ini membuat ikan lele pada waktu siang hari memilih tempat-tempat gelap dan tidak banyak bergerak. Menurut Rosyid et al (2005), waktu penangkapan yang berbeda akan menghasilkan perbedaan pula pada hasil tangkapan.

Gambar 6. Berat Ikan Lele Limbat (Clarias nieuhofii) 4.4 Parameter Kualitas Air

Parameter kualitas air yang di ukur selama penelitian meliputi suhu, pH, kedalaman perairan. kualitas air menentukan pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan secara optimal (Manullang dan Khairul 2021). pengukuran parameter kualitas air dilakukan pada saat proses penangkapan dan dapat di lihat di tabel 3.

Tabel 3. Parameter Kualitas Air

(33)

21 Parameter Lingkungan Siang hari Rata-rata Kisaran

Suhu (°C) 28,30 27-29

Ph 6,3 6-6,6

Kedalaman (cm) 49,03 40-69

Parameter Lingkungan Malam Hari Rata rata Kisaran

Suhu (˚C) 26,2 24-28,1

pH 6,2 6-6,7

Kedalaman (cm) 47,7 30-60

Selama penelitian parameter lingkungan yang di amati meliputi suhu perairan, pH, dan kedalaman. Di dapat kan rata rata suhu selama melakukan penangkapan ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) adalah 28,30˚C, dengan kisaran 27-29˚C selama aktifitas penangkapan. Untuk pH perairan yang di dapat kan rata rata 6,3 dengan kisaran 6-6,6. Nilai pH yang di peroleh sebesar 6,5 masih sesuai dengan baku mutu kualitas air, Berdasarkan penelitian Manullang dan Khairul (2021), untuk kedalaman perairan rata rata 49,03 cm dengan kisara 40-69 cm.

Gambar 7. Pengukuran Kualitas Air

Kisaran kualitas air di perairan masih tergolong aman untuk biota di perairan khususnya ikan lele limbat (Clarias nieuhofii). Ikan lele limbat dapat hidup di suhu 20˚C dengan suhu optimal 20˚C-28˚C (Warseno, 2018). Ikan lele limbat hidup dalam perairan yang tenang dan kedalaman yang cukup sekalipun kondisi airnya jelek dan keruh. Ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) dapat hidup di pH kisaran 6,5-7,2 (Warseno, 2018). Berdasarkan penelitian Manullang dan

(34)

22 Khairul (2021), pH dengan nilai 6,5 – 7,2 merupakan kondisi terbaik ikan lele limbat (Clarias nieuhofii)

(35)

23 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian yang saya lakukan ini adalah hasil tangkapan ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) menggunakan alat tangkap bubu kawat pada malam hari mendapatkan hasil yang lebih banyak di bandingkan dengan melakukan penangkapan di siang hari.

5.2 Saran

Di sarankan kepada nelayan yang ingin mendapatkan hasil tangkap yang maksimal, melakukan kegiatan penangkapan ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) menggunakan alat tangkap bubu kawat pada malam hari. Karena menurut hasil penelitian yang saya peroleh jumlah, ukuran, berat hasil tangkap pada malam hari lebih banyak dari pada siang hari. Hal ini juga berkaitan dengan kebiasaan ikan lele limbat (Clarias nieuhofii) yang lebih aktif pada malam hari (nokturnal).

Untuk peneliti selanjutnya jika ingi melakukan penelitian bisa mencari perbandingan umpan yang lebih efektif untuk menangkap ikan lele limbat (Clarias nieuhofii).

(36)

24 DAFTAR PUSTAKA

Astuti, D. 2019. Perbandingan Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Limbat (Clarias Nieuhofii) Menggunakan Alat Tangkap Bubu Di Kelurahan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Jambi. Jambi

Bima, G, 2017. Komposisi Hasil Tangkapan Pancing Ulur Siang dan Malam Hari di Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat.

Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau. Riau

Budi, T. P. 2006. SPSS 13.0 Terapan : Riset Statistik Parametrik, (Ed). Andi Offset, Yogyakarta.

Chanafi, M. K. M., Asriyanto., dan A. D. P. Fitri. 2013. Analisis Perbandingan Letak Umpan Buatan Pada Bottom Set Gill Net Terhadap Rajungan Di Perairan Jepara Jawa Tengah. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. 2(4):20–29.

Fadly, M. R. 2017. Hubungan Substrat Dasar Dengan Kelimpahan Makroozoobenthos Di Pantai Pelawan Pulau Karimun Besar Kabupaten Karimun Provinsi Kepulawan Riau. Skripsi. Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau. Riau

Fauzi, A., 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam Dan Lingkungan. Gramedia PustakaUtama, Jakarta.

Froese, R., dan D. Paully. 2019. FishBase.World Wide Electronic Publication.

www. Fish base. Org.

Gonawi, G. R. 2009. Habitat Struktur Komunitas Nekton Di Sungai Cihideung- Bogor Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat

Harahap, Y.A., B. A. Wibowo, dan H. Boesno. 2013. Analisis Perbedaan Waktu Penangkapan Ikan Alat Tangkap Branjang Terhadap Hasil Tangkapan di Perairan Rawapening, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. 2(3):172–

181.

Hidayatullah, S. 2019. Pengaruh Perbedaan Waktu Penangkapan Rajungan ( Portunus Pelagicus) Dengan Alat Tangkap Bubu Kubah Di Perairan Desa Ketapang Raya Kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur. Skripsi.

Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Universitas Rinjani. Nusa Tenggara Barat.

(37)

25 Hutagalung, H. P., D. Septiapermana, dan S. H. Riyono. (1997). Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Isa, M. 2014. Analisa Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Sp) Di Kabupaten Aceh Barat Daya. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar. Aceh.

Kabalmay, F. I., M. T. Noor, dan A. Sutoyo. 2017. Analisis Pengaruh Perbedaan Waktu Tangkap Terhadap Efektifitas Hasil Tangkapan Kepiting (Scylla sp) Menggunakan Alat Tangkap Bubu di Pantai Timur Surabaya. Jurnal Techno- Fish. 1(2):86–92.

Khairuman, H., dan K. H. Amri. 2011. Buku Pintar Budidaya Dan Bisnis 15 Ikan Konsumsi. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Manullang, H. M., dan Khairul. 2021. Karakteristik Habitat Alami Ikan Lembat ( Clarias leiacanthus ) Di Desa Bandar Tinggi Ditinjau Dari Beberapa Parameter Faktor Kimia Perairan. Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan.

12(1):17–20.

Muktiono, S. G., H. Boesono, dan A. Dian. 2013. Pengaruh Perbedaan Umpan dan Mata Pancing Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Layur (Trichiurus sp) di Palabuhan Ratu, Jawa Barat. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. 2(1):76–84.

Nurcahyati., A. D. P. Fitri, dan Sardiyatmo. 2017. Analisis Umpan dan Waktu Penangkapan Bottom Gill Net Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus Pelagicus sp.) di Perairan Bedono, Kabupaten Demak. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. 6(3):97–105.

Nursahira, 2020. Perbandingan Hasil Tangkapan Siang dan Malam Pada Alat Tangkap Trammel Net di Desa Prapat Tunggal Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. 2(2):1–12.

Nurudin, F. A. 2013. Keanekaragaman Jenis Ikan di Sungai Sekonyer Taman Nasional Tanjung Pitung Kalimantan Tengah. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang. Jawa Tengah Oktafiansyah, A. 2015. Analisa Kesesuaian Kualitas Air di Sungai Landak Untuk

Mengetahui Lokasi Yang Optimal Untuk Budidaya Perikanan. Skripsi.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak. Pontianak

Pangalila, F.P.T, dan I. L. Labaro. 2016. Perbandingan Hasil Tangkapan Rajungan Pada Alat Tangkap Bubu Kerucut Dengan Umpan Yang Berbeda. Jurnal Ilmu Perikanan dan Teknologi Perikanan Tangkap. 2(4):154–158.

(38)

26 Purwanto, A. A., A. D. P. Fitri, dan, B. A. Wibowo. 2013. Perbedaan Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Udang Galah (Makrobracrium idea) Alat Tangkap Bubu Bambu (Icir) di Perairan Rawapening. Journal of Fisheries Resource Utilization Management and Technology. 3(2):72–81.

Putra, B.B., Pramonowibowo, dan I. Setiyanto 2015. Pengaruh Perbedaan Umpan dan Waktu Penangkapan Bubu Lipat Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) di Rawa Jombor, Klaten. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. 4(1):43-51.

Rosyid, A., B. B. Jayanto, dan A. Amalidun. 2005. Pengaruh Perbedaan Waktu Penangkapan dan Jenis Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Kepiting Bakau Dengan Alat Tangkap Wadong. Proposal Penelitian. Fakultas Perikanan Tangkap, Universitas Diponegoro. Semarang

Rusmawanto, F. M. Sujadi, R. F. Ladida, N. Fikria, I. Permatasari, R. S. Aji, dan A. F. Dewi. 2013. Laporan Penelitian. Pengaruh Suhu Terhadap Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio linn). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Malang.

Sitinjak, L., dan, G. M. C. D. Harahap. 2019. Pengaruh Perbedaan Bahan Selimut Bubu dan Suhu Terhadap Hasil Tangkapan Diperairan Tapanuli Tengah.

Jurnal Penelitian Terapan Perikanan dan Kelautan. 1(1):20-28.

Susanto, A., R. Irnawati, dan D. Yuliyanti. 2014. Perbedaan Jenis Umpan dan Waktu Penangkapan Kepiting Bakau (Scylla serrata) Dengan Bubu Lipat Skala Laboratorium. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 4(4):221-228.

Suyanto, S. R. 2007. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya, Jakarta

Syuhada, Y.M., R. Hertati, dan M.N. Kholis. 2020. Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Ikan Limbat (Clarias nieuhofii) Yang Tertangkap Pada Bubu Kawat di Perairan Rawa Rimbo Ulu Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Journal Pengelolaan Sumberdaya Perairan. 4(2):90-102.

Taofiqurohman, A., I. Nurruhwati, dan Z. Hasan. 2007. Studi Kebiasaan Makanan Ikan (Food Habit) Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) di Tarogong Kabupaten Garut. Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan, Universitas Padjadjaran.

Bandung.

Wagni, G. P., S. Prayogo, dan Sumantriyadi. 2019. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus) Pada Suhu Media Pemeliharaan yang Berbeda. Jurnal ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan. 14(2):21-28.

(39)

27 Warseno, Y. 2018. Budidaya Lele Super Intensif di Lahan Sempit. Jurnal Riset

Daerah. 17(2):3064-3088.

Wasi, R. 2021. Kabupaten Tanjung Jabung Barat Dalam Angka Tanjung Jabung Barat Regency in Figures 2021. BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat/BPS- Statistics of Tanjung Jabung Barat Regency, Jambi.

Wijana, S., N. Hidayat, dan A. Hidayat. 2005. Mengolah Minyak Goreng Bekas, Trubus Agrisarana, Jakarta.

(40)

28 LAMPIRAN

Lampiran 1. Komposisi Hasil Tangkapan Bubu Kawat

Hasil Tangkapan Waktu Penangkapan

Nama Lokal Nama Ilmiah Ket

Malam hari Siang hari Jumlah

(ekor)

Komposisi (%)

Jumlah (ekor)

Komposisi (%)

Ikan Lele Limbat Clarias nieuhofii 304 99,67 82 80,40 HTU

Ikan Sepat Trichogaster trichopterus - 0 20 19,60 HTS

Ikan Gabus Chana striata 1 0,33 - 0 HTS

Total 305 100 102 100

𝐾𝐽 =𝑛𝑖

𝑁 × 100%

Malam hari:

- Ikan Lele Limbat = 304

305× 100% = 99,67%

- Ikan Gabus = 1

305× 100% = 0,33%

Siang hari :

- Ikan Lele Limbat = 82

102× 100% = 80,40 - Ikan Sepat = 20

102× 100% = 19,60

(41)

29 Lampiran 2. Uji T Jumlah Hasil Tangkapan Bubu Kawat (Ekor)

Ulangan Malam Siang X12 X22

1 29 3 841 9

2 11 2 121 4

3 20 3 400 9

4 8 2 64 4

5 20 1 400 1

6 23 2 529 4

7 5 3 25 9

8 11 4 121 16

9 7 1 49 1

10 12 3 144 9

11 16 3 256 9

12 3 4 9 16

13 4 2 16 4

14 12 3 144 9

15 7 4 49 16

16 11 4 121 16

17 16 3 256 9

18 14 3 196 9

19 8 3 64 9

20 6 2 36 4

21 5 4 25 16

22 7 1 49 1

23 4 3 16 9

24 8 2 64 4

25 8 1 64 1

26 7 5 49 25

27 6 2 36 4

28 8 4 64 16

29 4 2 16 4

30 4 3 16 9

total 304 82 4240 256

rata-rata 10,13 2,73 141,33 8,53

stdev 6,32 1,05 185,49 5,87

𝑋1= 10,13 , 𝑋2 = 2,73 n1 = 30 , n2 = 30

(db) = n1 + n2 - 2 = 58

t 0,05 (58) = 1,67155, t tab = 1,67155

(42)

30 𝑆12 =𝑛 ∑ 𝑥12− (𝑥1)2

𝑛(𝑛 − 1)

=30(4240) − (304)2 30(30 − 1)

=127.200 − 92.416 30(29)

=34.784 870

= 39,98

𝑆22 = 𝑛 ∑ 𝑥22− (𝑥2)2 𝑛(𝑛 − 1)

= 30(256) − (82)2 30(30 − 1)

= 7.680 − 6.724 30(29)

= 956 870

= 1,10

𝑆2 = (𝑛1− 1)𝑆12+ (𝑛2 − 1)𝑆22 𝑛1+ 𝑛2 − 2

𝑆2 = (30 − 1)39,98 + (30 − 1)1,10 30 + 30 − 2

𝑆2 = (29)39,98 + (29)1,10 58

𝑆2 = 1.159,42 + 31,9 58

𝑆2 = 1191,32 58 𝑆2 = 20,54 𝑆 = √20,54 𝑆 = 4,53

𝑇 ℎ𝑖𝑡 = 𝑋1− 𝑋2 𝑆√1

𝑛₁ + 1 𝑛₂

= 10,13 − 2,73 4,53√1

30 + 1 30

= 7,4 4,53√0,06

= 7,4

4,53 (0,24494897)

= 7,4 1,10

= 6,72

Jadi nilai T- hitung 6,72 > T- tabel 1,67155 sig 0,05. Hipotesis di terima sehingga terdapat perbedaan nyata jumlah hasil tangkapan antara malam hari dan siang hari

(43)

31 Lampiran 3. Standar Deviasi Berdasarkan Jumlah (Ekor)

𝑆 =√Ʃ𝑥12−Ʃ(𝑥1)2 𝑛 𝑛 − 1

=√4240 −(304)2 30 30 − 1

= √4240 −92.416 30 29

= √4240 − 3.080 29

= √1.160 29

= √40 = 6,32

6,32 adalah hasil standar deviasi pada malam hari

𝑆 = √Ʃ𝑥22−Ʃ(𝑥2)2 𝑛 𝑛 − 1

=√256 −(82)2 30 30 − 1

= √256 −6.724 30 29

= √256 − 224,13 29

= √31,87 29

= √1,09 = 1,05

1,05 adalah hasil standar deviasi pada siang hari

(44)

32 Lampiran 4. Uji T Berat Hasil Tangkapan Bubu Kawat (Gram)

Ulangan Malam Siang x1² x2²

1 1825 219 3330625 47961

2 811 148 657721 21904

3 1732 259 2999824 67081

4 748 168 559504 28224

5 1615 87 2608225 7569

6 1588 167 2521744 27889

7 623 244 388129 59536

8 831 288 690561 82944

9 629 74 395641 5476

10 795 211 632025 44521

11 1665 223 2772225 49729

12 320 202 102400 40804

13 475 148 225625 21904

14 854 133 729316 17689

15 657 256 431649 65536

16 797 247 635209 61009

17 1589 154 2524921 23716

18 938 174 879844 30276

19 687 148 471969 21904

20 632 170 399424 28900

21 643 183 413449 33489

22 691 95 477481 9025

23 483 151 233289 22801

24 589 127 346921 16129

25 612 55 374544 3025

26 673 353 452929 124609

27 699 99 488601 9801

28 723 267 522729 71289

29 468 127 219024 16129

30 456 213 207936 45369

Total 25848 5390 27693484 1106238 Rata rata 861,6 179,67 923116,1 36874,6 stdev 432,43 68,94 974523,50 27110,14

𝑋1= 861,6 , 𝑋2 = 17,967 n1 = 30 , n2 = 30

(db) = n1 + n2 - 2 = 58

t 0,05 (58) = 1,67155, t tab = 1,67155

(45)

33 𝑆12 =𝑛 ∑ 𝑥12− (𝑥1)2

𝑛(𝑛 − 1)

=30(27693484) − (25.848)2 30(30 − 1)

=830.804.520 − 668.119.104 30(29)

=162.685.416 870

= 186.994,73

𝑆22 = 𝑛 ∑ 𝑥22− (𝑥2)2 𝑛(𝑛 − 1)

= 30(1106238) − (5390)2 30(30 − 1)

= 33.187.140 − 29.052.100 30(29)

= 4.135.040 870

= 4.752,92

𝑆2 = (𝑛1− 1)𝑆12+ (𝑛2 − 1)𝑆22 𝑛1+ 𝑛2 − 2

𝑆2 = (30 − 1)186.994,73 + (30 − 1)4.752,92 30 + 30 − 2

𝑆2 = (29)186.994,73 + (29)4.752,92 58

𝑆2 = 5.422.847,17 + 137.834,68 58

𝑆2 = 5.560.682 58 𝑆2 = 95,87383

𝑆 = √95,87383 = 309,63

𝑇 ℎ𝑖𝑡 = 𝑋1− 𝑋2 𝑆√1

𝑛₁ + 1 𝑛₂

= 861,6 − 179,67 309,63√1

30 + 1 30

= 681,93 309,63√0,06

= 681,93

309,63(0,24494897)

= 681,93 79,95 = 8,53

Jadi T-hitung 8,53> T- tabel 1,67155 sig 0,05. Hipotesis di terima sehingga terdapat perbedaan nyata berat hasil tangkapan antara malam dan siang hari

(46)

34 Lampiran 5. Standar Deviasi Berdasarkan Berat (gr)

𝑆 =√Ʃ𝑥12−Ʃ(𝑥1)2 𝑛 𝑛 − 1

=√27693484 −(25848)2 30 30 − 1

= √27693484 −668119104 30 29

= √27693484 − 22.070.636,8 29

= √5.622.847,2 29

= √193.891,317 = 432,43

432,43 adalah hasil standar deviasi pada malam hari

𝑆 = √Ʃ𝑥22−Ʃ(𝑥2)2 𝑛 𝑛 − 1

=√1106238 −(5390)2 30 30 − 1

= √1106238 −29.052.100 30 30 − 1

= √1106238 − 968.403,333 29

= √137.834,667 29

= √4.753,22 = 68,94

68,94 adalah hasil standar deviasi pada siang hari

(47)

35 Lampiran 6. Parameter Kualitas Air

Parameter kualitas air siang hari

Ulangan Suhu pH Kedalaman

1 27 6,1 60

2 28,8 6,5 40

3 28,1 6,3 45

4 29 6,4 52

5 27,5 6,6 45

6 27 6,2 46

7 28 6 55

8 28,3 6,3 54

9 28,1 6,3 55

10 27,8 6,2 40

11 27,9 6,3 45

12 29 6,4 60

13 28 6,2 65

14 28,3 6 69

15 27,1 6,3 46

16 28,6 6,3 40

17 27 6,2 45

18 28,2 6,5 55

19 29,5 6,5 53

20 29 6,6 54

21 28 6,5 44

22 29 6,3 43

23 28,8 6,2 41

24 29,4 6,1 51

25 29,5 6 55

26 28 6 45

27 29 6,5 46

28 28,1 6,5 40

29 28,1 6,4 40

30 29 6,3 42

Ratarata 28,30 6,3 49,03

Kisaran 27-29 6-6,6 40-69

(48)

36 Parameter kualitas air malam hari

Ulangan Suhu pH Kedalaman

1 25 6,1 60

2 27,1 6,3 50

3 26 6,3 60

4 27 6,6 55

5 27,5 6,5 56

6 27 6,1 56

7 25 6,3 57

8 24,3 6,2 60

9 24 6,3 50

10 27,8 6,6 39

11 25,9 6,3 30

12 24,5 6,4 45

13 25 6,7 50

14 25,5 6 49

15 26,6 6 44

16 23 6,2 45

17 25 6,2 48

18 26,2 6,3 43

19 25,8 6,3 55

20 27 6 50

21 26 6 40

22 25,2 6,2 30

23 27,2 6,6 37

24 26,6 6 55

25 28 6 55

26 28 6 45

27 27 6,3 46

28 28,1 6,4 40

29 28,1 6 40

30 26 6,1 42

Ratarata 26,2 6,2 47,7

Kisaran 24-28,1 6-6,7 30-60

(49)

37 Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

Alat tangkap bubu kawat Timbangan Pengukuran kualitas air

Hasil tangkapan bubu kawat Lokasi peletakan bubu

(50)

38 Lampiran 8. Klasifikasi Hasil Tangkapan

Ikan Lele Limbat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia

Filum : Chordata Kelas : Neopterygii Ordo : Siluriformes Famili : Claridae Genus : Clarias

Spesies : Clarias nieuhofii

Ikan Sepat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia

Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Osphronemidae Genus : Trichogaster

Spesies : Trichogaster trichoterus

(51)

39 Ikan Bujuk diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Channidae Genus : Chana Spesies : Chana striata

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji Chi Squere didapatkan Chi Square hitung 8,400 &gt; Chi Square tabel 5,991 dan P value sebesar 0,015 &lt; 0,05 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak yang

Radio Suara Surabaya (SS) merupakan salah satu media massa mainstream yang lahir pada 11 Juni 1983 dan berkembang di Surabaya. SS merupakan stasiun radio yang

Terdapat nilai negatif dilihat melalui adanya penjelasan nilai-nilai dalam masyarakat yang dilanggar dan tidak dijalankan.Hal tersebut dapat terlihat dari berita yang

Kritik lain yang dialamatkan kepada Azami adalah bahwa Azami ternyata tidak masuk ke jantung perdebatan diskursif yang berkembang di Barat, sehingga gagal mererspons

Hasil uji klinis efek echinacea terhadap penurunan nyeri gigi pada anak terlihat pada tabel 2 yang menunjukkan bahwa 14 anak pada kelompok uji masih merasakan nyeri

&#34;KU, TI, KS dan SI&#34;, khusus untuk Kelas Unggulan **Matakuliah yang dicetak miring, menandakan matakuliah gabungan/lintas

Kepatuhan dalam melaksanakan SPO pemasangan infus pada anak di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II adalah tingkat konsistensi perawat tentang tata aturan kerja