• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.2"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.2 TANAMAN PADI

Tanaman padi merupakan tanaman semusim yang memiliki morfologi bentuk batang bulat dan berongga yang disebut jerami. Tanaman padi juga memiliki bentuk daun memanjang dengan ruas searah batang. Pada fase vegetatif daun tanaman padi akan membentuk rumpun dan pada fase generatif akan membentuk bunga dan malai.

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Padi

Tanaman Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman sejenis rumput-rumputan. Menurut Norsaris (2011), Klasifikasinya Sebagai Berikut :

Division :Spermatophyta Sub Division : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Glumiflorae Family : Graminae

Sub Family : Oryzadiae/Poaceae Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa L.

(2)

2.1.2 Morfologi Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

Menurut Ina (2007), morfologi tanaman padi berdasarkan organ pertumbuhannya dibagi kedalam dua kelompok yaitu :

1. Bagian Vegetatif

Bagian vegetatif tanaman padi adalah fase awal pertumbuhan tanaman yang terdiri dari akar, batang dan daun.

1) Akar

Akar pada tanaman padi (Oryza sativa L.) adalah akar serabut yang akan tumbuh pada usia 5-6 hari setelah tanam, secara teratur. Setelah berumur 15 hari setelah tanam, batang akan mulai bertunas dan akar serabut juga akan tumbuh dengan pesat. Susunan akar terletak tidak dalam, melainkan hanya sekitar 20-30 cm. karena itulah akar tanaman padi mengambil banyak zat-zat makanan dari permukaan tanah (Norsalis, 2011).

2) Batang

Batang padi terdiri dari susunan rangkaian ruas dan diantara ruas satu dengan lainnya dipisahkan oleh buku didalam batang padi memiliki rongga dan berbentuk bulat. Jika dari atas maka ruas batang tersebut akan semakin pendek. Tinggi tanaman padi biasanya 80-120 cm. Batang akan tumbuh, pada setiap buku duduk sehelai buku, didalam ketiak daun akan tumbuh kuncup.

Kuncup inilah yang akan menjadi batang. Terdapat dua batang primer dan batang tersier, dimana batang premier akan tumbuh diantara ruas-ruas dan upil daun dari setiap buku yang akan menjadi batang sekunder yang serupa dengan batang primer. Batang sekunder selanjutnya akan menghasilkan batang tersier. Peristiwa ini disebut pertunasan atau anakan (Norsalis, 2011).

(3)

3) Daun

Daun tanaman padi memiliki bentuk memanjang seperti pelapah daun yang menyelimuti batang yang terdiri dari beberapa helai (Norsalis, 2011). Ciri khas daun pada tanaman padi adalah adanya sisik dan daun telinga. Hal inilah yang membuat tanaman padi termasuk kedalam golongan jenis tanaman rumput-rumputan.

2. Bagian Generatif

Bagian generatif pada tanaman padi diawali dengan pembentukan bakal malai dan buah padi.

1) Malai

Bunga padi atau disebut juga malai padi yang keluar dari buku atas. Malai tersebut akan menghasilkan gabah, kemudian menjdi makanan pokok yang disebut beras. Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam. Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : malai pendek ukuran 20 cm, malai sedang ukuran 20-30 cm, dan malai panjang lebih dari 30 cm.

2) Buah Padi

Buah padi atau gabah adalah Ovary yang telah masak bersatu dengan lemma dan palea. Buah ini merupakan tempat penyerbukan dan pembuahan yang mempunyai bagian-bagian sebagai berikut :

a. Embrio (lembaga) yaitu calon batang dan calon daun.

b. Endosperm yaitu bagian dari buah atau biji padi yang besar.

c. Bekatul yaitu bagian buah padi yang berwarna coklat.

(4)

2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Padi (Oryza sativa L.)

Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman yang mudah tumbuh dimana-mana, tapi meskipun begitu untuk kegiatan budidaya tanaman padi tidak bisa tumbuh sembarangan. Butuh curah hujan dan temperatur atau suhu serta ketinggian tempat yang sesuai untuk budidaya tanaman padi. Curah hujan yang baik untuk budidaya tanaman padi adalah rata-rata 200 mm per bulan sedangkan pertahun sekitar 1500-2000 mm. Suhu yang baik bagi pertumbuhan tanaman padi adalah 23ºC pada ketinggian 0-1500 mdpl. Tanaman padi dapat tumbuh baik jika keadaan tanahnya memiliki ketebalan lapisan atasnya18-22 cm dengan pH nya 4-7 (Manurung dkk, 1989).

2.1.4 Tanaman Padi Varietas Inpari 32

Inpari 32 adalah varietas padi inbrida yang dikembangkan oleh para pemulia padi yang berjumlah 4 orang pemulia yang bernama, Aan A Drajat, Nafsiyah, Cucu Gunarsih, dan Trias Sitaresmi. Padi Inpari 32 sangat cocok di tanam pada sawah irigasi, varietas padi ini pertama dilepas pada tahun 2013 oleh para pemulia padi di daerah Pati. Keunggulan dari varietas padi Inpari 32 adalah hasil tonasenya yang bagus dari pada padi jenis padi bersertifikat lainnya.

Membudidayakan padi inpari 32 ini tergolong mudah dan tidak memerlukan perlakuan khusus seperti padi galur lokal. Hanya saja padi Inpari 32 ini agak rentan roboh di musim penghujan dan agak rentan terhadap Wereng Batang Coklat (WBC) biotipe 1, 2, dan 3. Cara menanam padi Inpari 32 harus mewaspadai serangan hama WBC. Dan apabila menanan padi ini pada saat musim penghujan, maka hindarilah pemupukan urea secara berlebihan. Hal ini bertujuan agar padi inpari 32 tidak mudah roboh, saat terkena angin dan hujan.

Padi jenis ini memiliki pohon yang tegak dengan jumlah anakan sekitar 20 - 25/rumpun.

Jumlah bulir padi tiap malai hanya sekitar 250 butir dengan berat per1000 adalah 27 gram. Karena jumlah yang sedikit tiap malainya namun besar ukuran diameter bulirnya, padi inpari 32 berpotensi

(5)

full dalam pengisian bulir padinya, sehingga hasil yang didapat lebih banyak ketimbang jenis padi yang berbulir lebih dari 250 permalai. Padi Inpari 32 pohonnya dan daun benderanya berbentuk tegak, dengan masa tanam genjah sekitar 120 Hari Setelah Sebar (HSS).

2.2 Gulma

Gulma merupakan tanaman yang tidak diinginkan karena sebagai pesaing bagi tanaman budidaya. Gulma menyaingi tanaman dalam hal mendapatkan sinar matahari, pengambilan unsur hara dan air dalam tanah, ruang dan CO2. Gulma memiliki beberapa jenis menurut metode bercocok tanam, pemupukan, pergiliran tanaman, cara pengendalian, kondisi iklim dan populasi jenis-jenis gulma (Jamilah, 2013).

Gulma yang tumbuh pada tanaman padi, pada umumnya adalah gulma jenis Fimbristylis miliaceae, Ludwigia hyssopifolia, Ludwigia spp, Monochoria vaginalis, Echinochloa spp, Cynodon dactylon, dan Cyperus spp (Buhaira, 2010). Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas, seperti cahaya, hara dan air. Tingkat persaingan bergantung pada curah hujan, varietas, kondisi tanah, kerapatan gulma, lamanya tanaman, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat gulma mulai bersaing. Hal ini sesuai dengan pendapat Christin (2010), yang menyatakan bahwa semakin lama gulma tumbuh bersama dengan tanaman pokok, semakin hebat persaingannya, pertumbuhan tanaman pokok semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun, hubungan antara lama keberadaan gulma dan pertumbuhan atau hasil tanaman pokok merupakan suatu korelasi negatif.

Pengelompokkan gulma berdasarkan morfologinya menurut Sembodo (2010), adalah sebagai berikut :

(6)

1. Gulma Rerumputan (Grasses)

Gulma rerumputan (grasses) termasuk dalam golongan family Gramineae/poaceae. Bentuk batang bulat dan pipih. Kebanyakan berongga serta berdaun tulang sejajar. Contohnya Panicum repens (Jajahean) (Sinuraya, 2007).

2. Gulma Teki (Sedges)

Gulma teki (sedges) termasuk dalam golongan family Cyperaceae. Dengan morfologi batang berbentuk segitiga dengan daun tersusun tiga deretan. Contohnya Scirpus juncoides (Teki babawangan) (Sinuraya, 2007).

3. Gulma Berdaun Lebar (Broad Leaves)

Gulma berdaun lebar (Broad leaves) termasuk dalam golongan family Dicotyledoneae/Pteridophyta. Morfologi gulma ini berbentuk daun lebar dengan tulang daunnya berbentuk jala. Contohnya Monocharia vaginalis (eceng leutik) dan Limnocharis flava L. (Genjer) (Sinuraya, 2007).

Pengelompokkan gulma berdasarkan siklus hidup menurut Sembodo (2010) adalah sebagai berikut:

1. Gulma semusim (annual), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam satu musim (satu tahun) mulai dari perkecambahan biji hingga menghasilkan biji lagi.

2. Gulma dua musim (biennial), yaitu gulma yang dapat hidup lebih dari satu tahun, tetapi kurang dari dua

3. Gulma tahunan (perennial), yaitu gulma yang dapat hidup lebih dari satu tahun bahkan hamper tak terbatas. Pertumbuhan gulma ini setiap tahunnya dimulai dengan perakaran yang sama.

(7)

2.3 Herbisida

Herbisida merupakan senyawa kimia jasad renik yang digunakan untuk mengendalikan gulma. Herbisida dikembangkan pertama kali pada tahun 1940-an. Penemuan herbbisida di Eropa dan Amerika membuat petani di Negara tersebut tertarik, karena hal ini bertujuan untuk meningkatkan hasil pertanian baik kuantitas maupun kualitas, serta mengurangi biaya. Menurut Soerjani.(1977), pemakaian herbisida di Indonesia sangat dipengaruhi oleh gejala kekurangan tenaga di berbagai tempat.

Dasar pengklasifikasian herbisida menurut Moenandir (1988), cukup banyak, diantaranya klasifikasi berdasarkan cara kerja, penggunaan, cara aplikasi, struktur kimia, formulasi dan selektivitas. Berdasarkan cara kerja, herbisida dibagi kedalam dua macaam yaitu herbisida kontak dan herbisida sistemik. Herbsida kontak dikenal karena efek yang langsung pada gulma tanpa ditranslokasikan ke bagian lain. Sedangkan herbisida sistemik dapat ditranslokasikan ke seluruh tubuh tumbuhan sehingga pengaruhnya luas.

Klasifikasi herbisida menurut cara penggunaannya berdasarkan tipe gulma dan waktu aplikasi, berdasarkan tipe gulma yaitu kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan gulma jenis monokotil, dikotil atau Cyperaceae. Sedangkan menurut waktu aplikasi yaitu pra kultivasi, pra tumbuh, dan pasca tumbuh. Klasifikasi berdasarkan aplikasi meliputi cara aplikasi di lapang, yaitu diaplikasikan (spray) dalam larikan, terarah, di atas tumbuhan atau pada pangkal batang (Moenandir, 1988).

Klasifikasi herbisida berdasarkan struktur kimiawi dibagi menjadi herbisida organic dan herbisida anorganik. Herbisida organik adalah herbisida yang tersusun secara organik, yang termasuk herisida organik yaitu benzoate, paraquat, diuron dan piccloram. Herbisida anorganik

(8)

adalah herbisida yang tersusun secara anorganuk seperti CuSO4, natrium arsenat dan natrium metaborat (Moenandir, 1988).

Keuntungan menggunakan herbisida menurut Tjitrosoedirdjo (1984), adalah :

1. Herbisida dapat mengendalikan gulma yang tumbuh bersama tanaman budidaya yang sulit disaingi.

2. Pemakaian herbisida dapat mengurangi kerusakan akar karena pengerjaan tanah waktu menyiangi secara mekanik.

3. Herbisida pre-emergene mampu mengendalikan gulma sejak awal.

Menurut hafiz (2013), herbisida bahan aktif triklopir mampu mengurangi gulma pada tanaman padi, dimana triklopir sangat efektif dalam mengendalikan gulma sehingga gulma pada tanaman padi bisa berkurang dan menghentikan persaingan dengan tanaman pokok. Sebagaimana diketahui bahwa triklopir merupakan bahan aktif yang umum digunakan dalam usaha pengendalian gulma karena kemampuannya yang dapat mengendalikan gulma dengan efektif.

Triklopir mengendalikan gulma dengan cara meniru hormon auksin pada tanaman, kemudian menyebabkan tanaman tersebut tidak terkendali pertumbuhannya. Triklopir memberikan sedikit dampak pada rerumputan hal ini dikarenakan pada bahan aktif triklopir lebih efektif apabila digunakan pada gulma kayu dan gulma berdaun lebar (Hafiz dkk, 2013).

2.4 Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) Pada Tanaman Padi

Sistem tanam tanpa olah tanah (TOT) merupakan teknologi alternatif terobosan terbaru.

Perbedaan antara penanaman padi TOT dengan penanaman biasa adalah pada persiapan lahan.

Dalam sistem TOT ini tidak dilakukan pengolahan atau pembajakan tanah tetapi digantikan dengan penyemprotan herbisida terhadap sisa tanaman padi (singgang) dan gulma yang tumbuh.

Tanaman padi dapat tumbuh seperti pada lahan yang diolah biasa. Hal ini disebabkan karena

(9)

singgang dan gulma yang membusuk akan melonggarkan tanah sehingga akar tanaman padi bisa tumbuh dan berkembang dengan mudah seperti biasa. Bibit tanaman padi yang dari persemaian dapat langsung ditanam pada tanah TOT yang sudah lunak karena digenangi air terlebih dahulu (Lamid, 2011).

Budidaya padi dengan sistem tanpa olah tanah (TOT) memiliki beberapa keuntungan antaralain ;

1. Kualitas pertumbuhan tanaman dan hasil panen tidak berbeda dengan penanaman biasa.

2. Menghemat biaya persiapan lahan yang juga mengurangi biaya produksi.

3. Menghemat waktu musim tanam sampai 1 bulan, artinya jumlah penanaman dalam satu tahun air ditingkatkan.

4. Mengurangi pemakaian air berlebih.

5. Memungkinkan peningkatan luas sawah garapan.

Kelemahan Sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) adalah adanya resiko berkembangnya gulma yang tinggi apabila penyiangan atau penggunaan herbisida sebelum tanam tidak sempurna. Oleh karena itu, perlu memperhatikan dengan baik mengenai cara penyiangan atau penggunaan herbisida agar dapat membunuh gulma tanpa tumbuh dan berkembang lebih banyak lagi (Lamid, 2011).

Budidaya padi akan memberikan hasil optimal bila pengelolaan sumberdaya yang ada dilakukan suatu analisis biaya agar petani dapat mengetahui usaha budidaya yang dilakukannya menguntungkan, efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu Penggunaan TOT sangat efektif dilakukan sebagai salah satu cara mengurangi dambak biaya produksi berlebih (Dharma, 2013).

(10)

Tanpa olah tanah dikenal sebagai teknologi olah tanah konservasi (conservation tillage) karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain mencegah erosi, mempertahankan keanekaragaman biologi, menekan populasi beberapa jenis gulma dan hama invertebrata, memperbaiki efisiensi penggunaan pupuk, meningkatkan intensitas penanaman dan pendapatan (Effendi dan Utomo 1993; Lamid dkk. 1996; Lamid 1998; Lamid, 2011).

Referensi

Dokumen terkait

“Amanah itu suatu tugas yang diberikan kepada kita baik itu amanah dari sang Pencipta maupun dari atasan, dimana harapannya itu kita mampu, mampu melakukan secara

keadaan OFF. Bakar kaos petromax dengan menggunakan korek api, biarkan api menyebar dan membakar seluruh permukaan kaos petromax. Pada proses pembakaran ini

MEMENUHI Seperti yang telah dijelaskan pada verifier 2.1.1.a Seluruh kayu bulat dari pemasok yang diterima oleh UD SUMBER JATI, dilengkapi dengan dokumen angkutan hasil

1. Menciutkan jumlah PGAN dan mengubah status sebagian besar PGAN tersebut menjadi Madrasah Tsanawiyah atau Aliyah Negeri.. PGA-PGA yang diselenggarakan oleh pihak

Selain berpengaruh terhadap waktu dan biaya, penggunaan metode ini akan sangat membantu juga dalam persebaran lokasi pengamatan pada saat di lapangan karena tim

Untuk visi dan misi Unpad, telah menyusun sebuah periodisasi visi, maka jika dilihat kaitannya dengan ASEAN Community terdapat pada periode ke-tiga yaitu Periode

Data berupa nilai hasil belajar siswa sebagai pelengkap peningkatan aktifitas siswa saat mengikuti pelajaran.Sumber data : Sumber data dalam penelitian ini adalah

Dari ketiga penelitian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa ketiganya membahas tentang ibadah haji, lebih khususnya tentang bagaimana keadaan seseorang yang