• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Psikologi Sastra Dan Nilai Pendidikan Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy Sutrimah S841108030

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Psikologi Sastra Dan Nilai Pendidikan Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy Sutrimah S841108030"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN

NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA

KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

TESIS

UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratanMencapaiDerajat Magister

Program StudiPendidikanBahasa Indonesia

Oleh :

Sutrimah

S841108030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN

NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA

KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

Oleh

Sutrimah

S841108030

TESIS

DisusununtukMemenuhi Salah SatuPersyaratanMencapaiDerajat Magister

Program StudiPendidikanBahasa Indonesia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul “Kajian Psikologi Sastra dan Nilai Pendidikan Novel

CintaSuci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy” ini adalah karya

penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, tidak terdapat karya ilmiah yang

pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik, serta tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang

lain, kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan

disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari

terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima

sanksi sesuai peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun

2010).

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain

harus seizin dan menyertakan pembimbing sebagai author dan PPs UNS

sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester

(enam bulan sejak pengesahan tesis) saya tidak melakukan publikasi dari

sebagian atau keseluruhan tesis ini, maka Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia

PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh

Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia PPs-UNS. Apabila saya melakukan

pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapat sanksi

akedemik yang berlaku.

Surakarta,...Januari 2013

Yang membuat pernyataan

Sutrimah

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat

dan karuniaNya, tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.Tesis ini

merupakan salah satu persyaratan untuk menempuh derajat magister pada

Program Studi S2 PendidikanBahasa Indonesia PPS UNS.

Penulisan tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai

pihak.Olehkarenaitu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih

dan memberikan apresiasi secara tulus kepada semua pihak, terutama kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M. S., DirekturProgram Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin penulisan tesis;

2. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S2

Pendidikan Bahasa Indonesia PPS UNS yang telah memberikan izin

penulisan dan memberikan kesempatan sehingga tesis ini dapat

diselesaikan dengan lancar;

3. Prof. Dr Retno Winarni, M.Pd., selaku pembimbing I, atas segala

bimbingan, arahan, dan motivasi yang telah diberikan sehingga tesis ini

dapat diselesaikan dengan baik;

4. Dr. Nugraheni Eko Wardhani, M.Hum., selaku pembimbing II, atas segala

bimbingan dan bantuannya sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan

baik dan tepatwaktu;

5. Ayahanda Syakur dan Ibunda Kanipah yang telah memberikan doa restu

(7)

commit to user

vii

6. Suamiku tercinta, Sholikin yang dengan setia, penuh kasih saying dan

kesabaran membantu setiap langkah yang ditempuh sehingga tesis ini

dapat diselesaikan dengan baik.

7. Mahasiswa Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Indonesia Angkatan

2011/2012 PPS UNS, yang telah berjuang bersama dengan tiada henti

saling memotivasi sehingga perkuliahan ini terasa sangat menyenangkan

dan dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa tesis ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran

dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi kaarya yang lebih baik.

Surakarta,...Januari 2013

(8)

commit to user

viii

ABSTRAK

Sutrimah, NIM S841108030. Kajian Psikologi Sastra dan Nilai Pendidikan Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy. TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Retno Winarni, M. Pd., II: Dr. Nugraheni Ekowardani, M. Hum. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta2012.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan dan menjelaskan penokohan novel Cinta Suci Zahrana; (2) untuk mendeskripsikan dan menjelaskan kejiwaan tokoh novel Cinta Suci Zahrana; (3) untuk mendeskripsikan dan menjelaskan konflik kejiwaan tokoh novel Cinta Suci Zahrana; (4) untuk mendeskripsikandan menjelaskan nilai pendidikan novel Cinta Suci Zahrana.

Bentuk penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan strukturalisme dan aspek psikologi watak dengan metode deskriptif kualitatif dan strategi content analysis (analisis isi). kegiatan yang dilakukan adalah membaca, mencermati, menafsirkan, dan menganalisis novel Cinta Suci Zahrana.Sumber data dalam penelitian ini adalah: (1) teks, novel Cinta Suci Zahrana; (2) catatan lapangan yang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian deskripsi dan bagaian refleksi. Bagian deskripsi merupakan usaha untuk merumuskan objek dan yang diteliti, sedangkan bagian refleksi merupakan renuangan pada saat penelaahan; (3) dan buku-buku literarur yang relevan. Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi dan metode telaah. Metode dokumentasi dilaksanakan untuk mengumpulkan, memilah, mengolah, dan menyampaikan informasi untuk dapat mengkaji data selanjutnya. Sedangkan metode analisis dokumen dilaksanakan untuk menganalisis dokumen yang berupa data-data dalam novel , dan buku-buku yang relevan dengan penelitian untuk menggali data.

Kesimpulan dalam penelitian ini, yaitu: (1) penokohan digambarkan secara jelas melalui cerita atau dialog yang dilakukan antar tokoh (2) kejiwaan tokoh yang ada dalam tokoh adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan disayangi dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri; (3) konflik yang dialami tokoh adalah konflik antara tokoh dengan batinnya; (4) novel Cinta Suci Zahrana sarat akan nilai pendidikan yang terdiri dari nilai pendidikan agama yang menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhannya, nilai moral yang mengatur baik buruknya perilaku manusia dalam hubungannya dengan sesama, nilai pendidikan sosial yang menunjukkan rasa peduli antarmanusia satu dengan yang lain; nilai estetis menunjukkan nilai-nilai yang menjadi penghargaan kaitannya dengan nilai agama, nilai soaial, dan nilai budaya, dan nilai pendidikan budaya yang menunjukkan kebiasaan dan cara pandang masyarakat.

(9)

commit to user

ix

ABSTRACT

Sutrimah, NIM S841108030. The Study of Literature Psychology and Educational Valuesin Novel Entitled Cinta Suci Zahrana Written by Habiburrahman El Shirazy. THESIS. Supervisor I: Prof. Dr. Retno Winarni, M. Pd., II: Dr. Nugraheni Eko Wardani, M. Hum. Indonesian Education Study Program, Graduate School, Sebelas Maret University of Surakarta 2012.

This study aims to (1) describe and explain the characterizations of novel Cinta Suci Zahrana, (2) to describe and explain the psychology of characters in the novel Cinta Suci Zahrana, (3) to describe and explain the psychological conflict of novel Cinta Suci Zahrana, (4) to describe and explain the educational value of novel Cinta Suci Zahrana.

The form of this research is descriptive qualitative approach of structuralism and the psychology of the character with a qualitative descriptive methods and strategies of content analysis (content analysis). Events are staged reading, observing, interpreting, and analyzing novel Cinta Suci Suci Zahrana.Sources of data in this study were: (1) text, novel Cinta Suci Zahrana, (2) field notes consisting of two parts, namely the description and this part of the reflection. Description is section to attempt to formulate a description of objects and studied, while the reflection is reflection during the analysis, (3) and relevant literary books. Data collection techniques and methods of study is documentation method. Documentation methods were implemented to collect, sort, process, and communicate information to examine the data further. While the method of document analysis was conducted to analyze the document data in the form of novels, and books that are relevant to the research to explore data.

The conclusion of this research, namely: (1) the characterizations are clearly depicted through the story or the dialogue between characters (2) in the psychological aspects of the characters are physiological needs, safety, dear and beloved needs, self-esteem needs, and self-actualization needs, (3) conflicts experienced leaders with the conflict between their inner character, (4) Cinta Suci Zahrananovel is full of educational values which consists of the value of religious education that explains the human relationship with God, moral values that govern the behavior of the good and bad in relation to fellow human beings, the social value of education show a sense of human caring with one another; aesthetic value shows the values of the award related to religious values, socialist values, and cultural values, cultural and educational values that show the habits and

outlook society.

(10)

commit to user

x

MOTTO

“Keberhasilan yang diraih pada hari ini adalah awal dari keberhasilan yang ingin

(11)

commit to user

xi

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk:

Ayahanda dan Ibundaku tercinta

(12)

commit to user

xii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL………. ii

PERSETUJUAN……….. iii

PENGESAHAN……… .. iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN HAK PUBLIKASI……… ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRA ... viii

ABSTRACT ... ix

MOTTO ... x

PERSEMBAHAN ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. RumusanMasalah ... 5

(13)

commit to user

xiii

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR ... 8

A. Kajian Teori ... 8

1. Hakikat Novel ... 8

a. Pengertian Novel ... 8

b. Struktur Novel ... 11

1. Unsur Intrinsik ... 13

a. Tema... 13

b. Tokoh dan Penokohan ... 14

c. Alur ... 18

d. Sudut Pandang... 20

e. Latar ... 21

2. Unsur Ekstrinsik ... 22

a. Latar Sosial Budaya ... 22

b. Amanat ... 23

c. Biografi Pengarang ... 25

d. Proses Kreatif Pengarang ... 25

2. Hakikat Psikologi Sastra ... 26

a. Pengertian Psikologi Sastra ... 26

b. Fokus Penelitian Psikologi Sastra ... 30

c. Tokoh Psikologi Sastra ... 31

(14)

commit to user

xiv

2. Psikologi Sastra Abraham Maslow ... 32

3. Psikologi Julia Kristeva ... 34

3. Hakikat NilaiPendidikan ... 35

a. Pengertian Nilai... 35

b. Pengertian Pendidikan... 36

c. Nilai Pendidikan dalam Novel ... 37

1. NilaiPendidikanAgama/ religi... 38

2. Nilai Pendidikan Moral ... 40

3. Nilai Pendidikan Sosial ... 41

4. Nilai Pendidikan Estetis ... 42

5. Nilai Pendidikan Budaya ... 43

6. NilaiPendidikanKarakter ... 44

B. Penelitian yang Relevan ... 45

C. Kerangka Berpikir ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 50

B. Pendekatan Penelitian ... 51

C. Data dab Sumber Data ... 52

D. Teknik Pengumpulan Data ... 52

E. Validitas data... 53

F. Teknik Analisis Data ... 53

(15)

commit to user

xv

A. Hasil Penelitian ... 57

1. Penokohan Novel Cinta Suci Zahrana... 57

2. KejiwaanTokoh Novel Cinta Suci Zahrana ... 73

3. Konflik KejiwaanTokoh Novel Cinta Suci Zahrana ... 82

4. Nilai Pendidikan Novel Cinta Suci Zahrana ... 83

B. Pembahasan ... 91

1. Penokohan Novel Cinta Suci Zahrana... 91

2. KejiwaanTokoh Novel Cinta Suci Zahrana ... 95

3. KonflikKejiwaanTokoh Novel Cinta Suci Zahrana ... 97

4. Nilai Pendidikan Novel Cinta Suci Zahrana ... 98

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN... 105

A. Simpulan... 105

1. Penokohan Novel Cinta Suci Zahrana………... 105

2. KejiwaanTokohNovel Cinta Suci Zahrana... 106

3. Konflik KejiwaanNovel Cinta Suci Zahrana... 107

4. Nilai Pendidikan Novel Cinta Suci Zahrana... 107

B. Implikasi... 109

C. Saran... 112

(16)

commit to user

xvi

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

No. Nama Halaman

1.1 Hubungan Pengarang dengan Pembaca………. 24

1.2 Hubungan Pengarang, Amanat, dan Pembaca Terkait dengan

Teks... 24 .

2.1 Kerangka Berpikir... 49

DAFTAR TABEL

No. Nama Halaman

(17)

commit to user

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan tempat pelampiasan ekspresi diri seseorang. Sastra

bersifat bebas bagi siapapun, karena tidak ada batasan dalam sastra. Siapapun

diperbolehkan ikut ambil bagian dalam sastra. Di dalam perkembangan sastra

manusialah yang sangat berperan. Manusia mempunyai tanggung jawab penuh

dan peran yang sangat penting. Tidak ada sastra yang lahir tanpa campur tangan

dari manusia. Sastra akan berkembang jika masyarakatnya mempunyai daya

kreasi. Kreasi adalah ulah cipta yang murni, menciptakan sesuatu yang belum

pernah ada, di mana pun di masa apapun, di samping kreativitas murni yang

kondisional yang masih diukur dengan tempat dan waktu. Berdasarkan kenyataan

itu, manusia berperan aktif dalam sastra yakni, sebagai pencetus ide atau gagasan.

Manusia dapat menciptakan karya sastra karena adanya kehidupan. Oleh karena

itu, antara manusia, karya sastra dan kehidupan berjalan beriringan. Ketiganya

mempunyai hubungan timbal balik yang saling berpengaruh. Dengan demikian,

terlihat jelas bahwa manusia merupakan pendukung utama dan pelaku utama yang

menentukan kehidupan sastra.

Sastra lahir disebabkan oleh dorongan dasar manusia untuk

mengungkapkan dirinya dan menaruh perhatian pada dunia realitas yang

berlangsung setiap waktu dan setiap zaman. Sastra diharapkan dapat memberikan

kepuasan bagi pembacanya, karena tujuan utama dari sebuah karya satra adalah

(18)

commit to user

Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang diterima kehadirannya

dalam kehidupan manusia sebagai salah satu realitas sosial budaya. Sebagai

realitas sosial budaya sastra merupakan gambaran atau cerminan kehidupan

manusia secara nyata. Berdasarkan hal itu, tidak mustahil ada persamaan tokoh

dan cerita dengan kehidupan nyata. Namun, dalam suatu sastra tokoh dan cerita

itu diolah dengan daya imajinasi yang tinggi dan sengaja dibuat untuk menarik

perhatian masyarakat sebagai sasaran utama karya sastra.

Prosa fiksi sebagai salah satu jenis karya satra banyak menghadirkan

cerita-cerita yang mengangkat masalah kehidupan manusia dalam interaksinya

dengan lingkungan dan sesama, interaksinya dengan dirinya sendiri, serta

interaksinya dengan Tuhan. Fiksi merupakan hasil dialog dan reaksi pengarang

terhadap lingkungan dan kehidupan. Meskipun fiksi merupakan hasil khayalan,

tidak benar jika fiksi sebagai hasil lamunan semata. Melainkan dilakukan dengan

penghayatan dan perenungan secara teratur. Perenungan yang dilakukan terhadap

kehidupan serta perenungan yang dilakukan penuh kesadaran dan tanggung

jawab.

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang termasuk dalam

prosa fiksi. Menurut Herman J. Waluyo dan Nugraheni Ekowardani (2009: 1)

prosa fiksi yaitu jenis prosa yang dihasilkan dari proses imajinasi. Imajinasi

merupakan daya khayal pengarang yang dituangkan dalam cerita. Meskipun

berasal dari proses imajinasi pengarang, prosa fiksi terutama novel juga terbentuk

melalui pengalaman pengarang yang dituangkan dalam cerita. Jadi, pada dasarnya

(19)

commit to user

pengarang berdasarkan kenyataan yang ada. Pengalaman pengarang itu kemudian

dituangkan ke dalam cerita dalam novel melalui tokoh-tokoh yang ada dalam

novel. Cerita akan muncul jika ada suatu konflik atau masalah. Masalah yang

muncul bisa berupa masalah sosial, perbedaan cara pandang, tekanan batin yang

dialami tokoh, atau masih banyak masalah yang bisa dimunculkan. Berdasarkan

hal itu, maka perlu adanya pemaparan tentang penokohan yang ada dalam novel

hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tokoh beserta karakter yang dimilikinya.

Untuk memunculkan masalah pada tokoh utama membutuhkan tokoh-tokoh lain

sehingga masalah yang muncul menjadi menarik. Cerita akan menarik jika

disajikan dengan menceritakan hidup para pelakunya secara luar biasa. Penulis

berimajinasi dengan penuh untuk menciptakan cerita dengan karakter para

tokohnya yang melekat.

Novel dibangun oleh dua unsur yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam

novel itu sendiri yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, setting, dan

sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang membangun

karya sastra dari luar novel, seperti aspek psikologi, sosiologi, dan biografi

pengarang. Dalam menganalisis sebuah novel terlebih dahulu yang harus

dianalisis adalah unsur intrinsik. Karena untuk menganalisis unsur ekstrinsik

dibutuhkan analisis unsur intrinsik. Unsur intrinsik yang menjadi tinjauan kajian

penelitian adalah penokohan dengan memanfaatkan unsur ekstrinsiknya pada

aspek psikologi. Berdasarkan hal itu, ada hubungan antara sastra dengan psikologi

(20)

commit to user

psikologis pembaca sebagai penikmat karya sastra, dan psikologis penulis ketika

melakukan proses kreatif. Oleh sebab itu, unsur intrinsik merupakan unsur yang

sangat penting dalam menentukan sebuah isi novel.

Pendekatan psikologi sastra digunakan untuk mengkaji novel Cinta Suci

Zahrana karena sebuah novel diciptakan pengarang dengan tokoh dan karakter

yang melekat. Dalam hal ini, tokoh dicipakan pengarang dengan keadaan jiwa

tertentu ketika menghadapai masalah. Selain itu, novel Cinta Suci Zahrana sarat

akan keadaan jiwa tokoh yang mengalami masalah dengan dirinya sendiri.

Pada dunia pendidikan novel juga menjadi salah satu materi yang dibahas

dalam kegiatan belajar mengajar terutama pada tingkat sekolah dasar dan sekolah

menengah. Dalam dunia pendidikan novel dibahas panjang lebar mengenai unsur

intrinsik maupun unsur ekstrinsik. Namun, yang paling penting dalam materi

novel di sekolah adalah nilai-nilai yang dapat dipetik yaitu nilai pendidikan. M.

Marshanda Soenarsyah Hady (2006: 42) pendidikan dalam arti luas bertujuan

untuk menjadikan si pendidik berkemampuan tentang ilmu, olah seni, iman taqwa

dan terwujud dengan budi pekerti yang luhur sebagai amaliyah.

Cinta Suci Zahrana adalah sebuah novel yang menceritakan seorang gadis

yang sangat ambisius untuk meraih pendidikan tinggi, gelar, serta berbagai

penghargaan dunia. Tetapi, dengan segala ambisius yang ingin dicapainya dia

justru melupakan pernikahan sampai usianya menginjak tiga puluh empat tahun

sehingga hatinya bergejolak. Cerita dalam novel Cinta Suci Zahrana sangat

(21)

commit to user

Zahrana karya Habiburrahman El-Shirazy digunakan pendekatan psikologi sastra

dengan memanfaatkan teks.

Sebagai penulis Habiburrahman El-Shirazy memasukkan nilai-nilai

pendidikan melalui tingkah laku, sikap, dan kepribadian melalui tokoh-tokoh yang

ada dalam cerita. Hal ini ditujukan agar pembaca mampu memahami nilai-nilai

yang terkandung dalam novel untuk diimplementasikan dalam kehidupan

sehari-hari.

Habiburrahman El Shirazy adalah novelis asal Semarang dengan berbagai

karya yang sudah diakui keberadaannya. Sebagai seorang novelis Habiburrahman

El Shirazy menjadi sastrawan peraih penghargaan Sastra Nusantara tingkat Asia

Tenggara. Sebagian besar novel yang ditulisnya adalah novel pembangun jiwa

seperti novel Cinta Suci Zahrana, Bumi Cinta, Cinta Suci Zahrana, Ayat-ayat

Cinta dan masih banyak novel karya-karyanya sebagai pembangun jiwa. Sebagai

sebuah novel pembangun jiwa novel Cinta Suci Zahrana mampu mendorong

penikmat novel untuk tetap bersemangat dan berusaha dalam keadaan apa pun

demi sebuah cita-cita yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang

dapat disajikan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penokohan novel Cinta Suci Zahrana karya

Habiburrahman El Shirazy?

2. Bagaimanakah kejiwaan tokoh novel Cinta Suci Zahrana karya

(22)

commit to user

3. Bagaimanakah konflik kejiwaan yang dialami tokoh novel Cinta Suci

Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy?

4. Bagaimanakah nilai pendidikan yangterkandung dalam novel Cinta

SuciZahrana Karya Habiburrahman El Shirazy?

C. Tujuan Penelitian

Dalam tujuan penelitian dibedakan adanya dua tujuan yaitu:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan

novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El-Shirazy dengan

pendekatan psikologi sastra.

2. Tujuan Khusus.

Dalam menentukan tujuan khusus harus mengacu pada rumusan masalah

yang sudah disajikan. Dengan demikian, tujuan khusus dalam menganalisis

novel Cinta Suci Zahranakarya Habiburrahman El Shirazy adalah sebagai

berikut:

a. Mendeskripsikan dan mennjelaskan penokohan novel CintaSuci

Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy.

b. Mendeskripsikan dan menjelaskan kejiwaan tokoh novel Cinta Suci

Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy.

c. Mendeskripsikan dan menjelaskan konflik kejiwaan yang dialami tokoh

novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy.

d. Mendeskripsikan dan menjelaskan nilai pendidikan dalam novel Cinta

(23)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Secara teori manfaat penelitian ini untuk melengkapi khasanah teori yang

terkait dengan pembelajaran sastra. Hasil kajian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan terhadap keilmuan dalam mengapresiasi novel dan

memberikan semangat kepada penikmat karya sastra secara mendalam.

2. Manfaat Praktis

Pertama, bagi lembaga pendidikan memiliki manfaat sebagai wadah yang

mampu menampung ekspresi siswa dan memberikan nilai-nilai yang

bersifat mendidik untuk diemplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, bagi masyarakat umum yakni sebagai bahan bacaan yang menghibur

(24)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,

DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Hakikat Novel

a. Pengertian Novel

Burhan Nurgiyantoro (1995: 8) karya sastra pada dasarnya terbagi menjadi

tiga jenis, yaitu prosa, puisi, dan drama. Karya sastra jenis prosa biasanya

diungkapkan melalui bentuk fiksi atau cerita rekaan. Herman J. Waluyo (2011: 1)

prosa fiksi yaitu jenis prosa yang dihasilkan dari proses imajinasi. Pendapat lain

mengatakan The present English (and Spanish) word derives from the Italian

novella for "new", "news", or "short story of something new", itself from the Latin

novella, a singular noun use of the neuter plural of novellus, diminutive of novus,

meaning "new" (Juan, 1824: 163). Dalam hal ini dikatakan bahwa istilah novel

berasal dari Italia yang berarti “baru”. Sedangkan menurut bahasa Latin novel

berasal dari kata novellus yang berarti “baru”. Pengertian ini dikatakan karena

sebelum adanya novel orang-orang Italia dan Latin lebih dulu mengenal istilah

roman.

Fiksi berarti “fiction” yang artinya hasil khayalan atau sesuatu yang

sebenarnya tidak ada. Meskipun prosa fiksi merupakan hasil khayalan sebenarnya

prosa fiksi adalah hasil imajinasi pengarang yang melibatkan kehidupan nyata.

(25)

commit to user

fiksi adalah hasil imajinasi pengarang dengan kreatifitas yang tinggi berdasarkan

pengalaman-pengalaman yang dialami pengarang dalam kehidupan nyata.

Berbicara karya sastra yang berbentuk novel, banyak para ahli yang

memberikan definisi tentang pengertian novel. Dalam mengulas pengertian novel,

tidak dapat dijauhkan dari pengaruh roman. Menurut Herman J. Waluyo (2011: 3)

roman adalah prosa fiksi yang melukiskan sebagian besar kisah tokoh yang

biasanya dilukiskan sampai mati. Roman sebagai bentuk cerita yang melukiskan

kehidupan dengan berbagai pengalaman penulis yang dituangkan. Karakter fiksi

yang melekat dalam roman tidak sepenuhnya benar. Hal ini disebabkan, dalam

cerita yang disajikan berkaitan dengan kenyataan hidup manusia pada umumnya.

Berkenaan dengan pengertian roman dan novel menurut Herman J. Waluyo

dan Nugraheni Ekowardani (2009: 4),

Pada angkatan 45 dan seterusnya jenis prosa fiksi yang disebut roman

lazim dinyatakan sebagai novel. Hal ini boleh jadi menjadi kesepakatan

umum, penyebutan karya sastra dengan roman dirasakan tidak sesuai

karena kepanjangan cerita yang tidak sama lagi dengan roman-roman

tahun 1920-an dan 1930-an. Namun demikian, karya-karya tahun 1930-an

masih disebut roman.

Penyebutan istilah antara roman dan novel mengalami perubahan. Oleh

karena itu, penyebutan novel untuk saat ini lebih lazim. Mengacu pada uraian

tersebut masih menurut Herman J. Waluyo dan Nugraheni Ekowardani (2009: 3),

novel adalah bentuk prosa fiksi yang paling baru dalam karya sastra Indonesia

(26)

commit to user

Aki. Di masa sekarang ini tidak akan dijumpai prosa fiksi yang berbentuk roman,

tetapi yang bisa dijumpai adalah prosa fiksi yang berbentuk novel.

Sementara itu, pengertian novel menurut Alang Khoirudin

(2007:683)novel adalah bentuk karangan yang lebih pendek dari roman dan lebih

panjang dari cerpen. Berdasarkan pengertian novel menurut Alang Khoirudin,

novel dan roman memiliki perbedaan pada bentuknya yakni, menurut panjang dan

pendeknya.Untuk itu, perlu diulas tentang pengertian cerpen.

Pengertian cerpen menurut AcepYonny (2002:26) merupakan karya sastra

yang menceritakan bagian suatu peristiwa atau kejadian sesaat yang dianggap

penting dan menarik. Sehingga dalam cerpen cerita yang disajikan tidak secara

utuh dan tidak sampai menimbulkan perubahan nasib pelakunya. Selanjutnya,

menurut Kurniawan (2002:4)novel adalah fiksi yang menceritakankejadian luar

biasa para pelakunya sehingga terjadi konflik yang menimbulkan perubahan

nasib.Novel merupakan cerita fiksi yang menceritakan watak pelakunya secara

utuh melalui kejadian luar biasa sehingga menimbulkan masalah atau konflik dan

menyebabkan terjadinya perubahan nasib dari pelakunya.Jadi, novel terdapat

konflik yang menimbulkan perubahan nasib pelakunya.

Berikutnya istilah novel juga disampaikan oleh Beach (1982: 90) yang

menyatakan bahwa:

Novel is a long work of fiction that contain more than 10000 words. It is

more complex because it has more incidents, setting, character, and may

take place in a long span of time. I may have more than one theme and

more conflicts. Novel tends to expands and it is very complex in it’s

structure. It does not finish to be read once a seat as a short story because

(27)

commit to user

Novel diartikan sebagai cerita fiksi panjang lebih dari 10.000 kata. Novel

lebih bersifat kompleks karena mempunyai banyak peristiwa, setting, karakter,

dan latar tempat yang memiliki kemungkinan diambil dalam waktu yang lama.

Penulis dalam menulis novel memiliki satu tema dengan banyak konflik.

Novel memiliki tendensi untuk memperluas diri sehingga sangat kompleks

dalam strukturnya. Novel tidak dapat diselesaikan atau di baca dalam sekali duduk

seperti halnya cerpen, karena di dalam novel memiliki perkembangan di berbagai

permasalahan dalam ceritanya.

Berdasarkan pengertian novel yang sudah ada, maka novel adalah jenis

prosa fiksi hasil imajinasi pengarang yang menceritakan kehidupan para

pelakunya secara luar biasa sehingga menimbulkan konflik dan menyebabkan

perubahan nasib para pelakunya.

b. Struktur Novel

Burhan Nurgiyantoro (1995: 23) mengemukakan bahwa:

Unsur-unsur pembangun sebuah novel yang kemudian secara bersama

membentuk sebuah totalitas itu disamping unsur formal bahasa, masih

banyak lagi macamnya. Namun, secara garis besar berbagai macam unsur

tersebut secara tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,

walau pembagian ini tidak benar-benar pilah. Pembagian unsur yang

dimaksud adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur inilah

yang sering disebut para kritikus dalam rangka mengkaji atau

membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya.

Berdasarkan pendapat Burhan Nurgiyantoro tersebut, novel dibangun oleh

(28)

unsur-commit to user

unsur yang membangun karya sastra dari dalam karya sastra itu sendiri.

Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra

dari luar.

Forster (1980: 19-136) membahas unsur-unsur novel menjadi enam, yaitu:

(1) cerita; (2) manusia; (3) plot; (4) khayalan: (5) ramalan; dan (5) irama. Tokoh

sastra yang juga membahas unsur-unsur novel adalah Marjorine Boulton (1979:

29-145) menguraikan unsur-unsur novel menjadi enam yaitu; (1) point ofview; (2)

plot; (3) character; (4) percakapan; (5) latar dan tempat kejadian; dan (6) tema

yang dominan.

Reid (1987: 54-59) menyatakan unsur-unsur dalam struktur cerita rekaan

harus menjalin satu kesatuan atau unity yang meliputi: (1) unity ofimpression; (2)

moment crisis; dan (3) symmetri of design. Dalam cerita pendek pembaca harus

memiliki impresi terkait dengan konflik yang dibangun oleh pengarang agar cerita

mencapai puncaknya. Kaitannya dengan cerita bahwa, untuk menampilkan cerita

yang menarik bagian-bagian dari cerita itu harus seimbang, tidak ada yang

ditampilkan secara menonjol, sedangkan bagian yang lain kurang dalam

penceritaan.

Steinmann dan Willen (1966: 127) menyebut unsur-unsur fundamental

fiksi sebagai berikut: (1) struktur, yang meliputi: (a) character; (b) incident; (c)

scene or episode; (d) setting; dan (e) a brief span of time. (2) style, yang terdiri

dari: (a) tone; (b) point of view; dan (c) kombinasi keduanya menghasilkan efek

(29)

commit to user

Pembahasan unsur fiksi model Martin dan Gerald hampir sama dengan

pembahasan tokoh-tokoh lain. Dua unsur penting yang ditekankan yaitu, struktur

dan style, serta masing-masing terdiri dari unsur-unsur yang lebih sempit lagi.

Berdasarkan pada pendapat tokoh-tokoh sastra diatas tentang unsur-unsur

dari struktur novel, telaah struktur novel akan dibatasi pada unsur yang berkaitan

dengan kajian novel dengan pendekatan psikologi sastra. Dalam kajian novel

dengan pendekatan psikologi sastra ditekankan pada unsur intrinsik dan unsur

ekstrinsik. Unsur-unsur intrinsik yang menjadi penekanan adalah tokoh dan

penokohan terkait dengan psikologi dari tokoh-tokoh tersebut.Sedangkan

psikologi masuk dalam ranah segi ekstrinsik novel.

1. Unsur Intrinsik

a. Tema

Tema cerita atau yang biasa juga disebut pokok cerita menurut Herman J.

Waluyo (2011: 7) adalah gagasan pokok dalam cerita fiksi. Tema cerita mungkin

dapat diketahui oleh pembaca melalui judul atau petunjuk setelah judul, namun

yang banyak adalah melalui proses pembacaan terhadap karya sastra. Dalam

menentukan tema sebuah karya sastra tidak langsung bisa ditebak tanpa proses

membaca karena dalam menentukan tema sebuah karya sastra harus sama antara

satu orang dengan orang yang lain sehingga harus memahami secara benar isi

cerita yang disajikan oleh pengarang. Sementara itu, menurut Suminto A. Sayuti

(1996: 118) berpendapat bahwa tema ialah makna cerita, gagasan sentral, atau

dasar cerita. Berdasarkan kedua pengertian tema diatas dapat disimpulkan bahwa

(30)

commit to user

keseluruhan penggambaran cerita secara umum berdasarkan cara pandang

pembaca secara sama antara satu orang dengan orang lain.

b. Penokohan

Dalam berbagai pembicaraan yang membahas karya fiksi sering istilah

tokoh dan penokohan disamakan. Sebenarnya tokoh merujuk pada orang atau

pelaku dalam cerita sedangkan penokohan merujuk pada tokoh beserta watak

dalam cerita.

Herman J. Waluyo (2011: 19-20) membagi tokoh menjadi beberapa bagian

yakni: (a) tokoh protagonis adalah tokoh yang mendukung jalannya cerita sebagai

tokoh yang mendatangkan simpati atau tokoh baik; (b) tokoh antagonis adalah

tokoh yang menentang arus cerita atau yang menimbulkan perasaan antipati pada

diri pembaca; (c) tokoh sentral adalah tokoh yang kemunculannya mendominasi

dalam cerita; dan (d) tokoh bawahan atau tokoh sampingan adalah tokoh yang

dijadikan latar belakang dalam cerita.

Hal yang hampir sama dikemukan oleh Burhan Nurgiyantoro (1995:

176-194) yang membagi tokoh menjadi beberapa bagian yakni: (a) tokoh utama adalah

tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan; (b) tokoh

protagonis adalah tokoh baik yang mendatangkan rasa suka pada diri pembaca; (c)

tokoh antagonis adalah tokoh penyebab konflik atau yang bisa disebut beroposisi

dengan tokoh protagonis; (d) tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki

satu kualitas pribadi tertentu, satu watak tertentu saja; (e) tokoh bulat adalah tokoh

yang menampilkan berbagi watak dan dan tingkah laku bermacam-macam; (f)

(31)

commit to user

berkembang sejak awal sampai akhir cerita; dan (g) tokoh berkembang adalah

tokoh yang mengalami perkembangan dan perubahan perwatakan sejalan dengan

perkembangan peristiwa dan plot yang dikisahkan.

Penokohan sebagai salah satu unsur pembangun fiksi keterjalinannya dapat

dilihat dengan unsur-unsur pembangun lainnya. Jika fiksi yang bersangkutan

merupakan sebuah karya yang berhasil, penokohan pasti berjalan secara harmonis

dan saling melengkapi dengan berbagai unsur lain (Burhan Nurgiyantoro, 1995:

172). Yang dimaksud perwatakan atau penokohan disini adalah bagaimana

pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita dan bagaimana tokoh-tokoh

tersebut. Hal ini berarti bahwa, ada dua hal penting yang terkait dengan

penokohan. Yang pertama berhubungan dengan teknik penyampaian dan yang

kedua berhubungan dengan watak atau kepribadian.

Penampilan dan penggambaran tokoh harus mendukung watak tokoh.

Apabila penggambaran tokoh dalam cerita kurang selaras dengan watak yang

dimiliki maka hal ini akan mengurangi bobot cerita. Watak tokoh juga harus

relevan dengan elemen cerita yang lain. Disamping itu, juga harus relevan dengan

cerita (Herman J. Waluyo dan Nugraheni Eko Wardani, 2009: 28). Karena pada

dasarnya tokoh dapat dikenali oleh pembaca jika penulis mampu menggambarkan

tokoh tersebut dengan baik.

Sementara itu, antar seorang tokoh dengan perwatakan yang dimillikinya

memang merupakan kejadian yang utuh. Peneyebutan nama tokoh tertentu, tak

jarang langsung mengisyaratkan kepada kita perwatakan yang dimilikinya

(32)

commit to user

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa, penokohan adalah gambaran jelas seseorang (tokoh) yang

ditampilkan pengarang dalam sebuah cerita fiksi terkait dengan watak yang

dimiliki.

Tokoh dalam karya fiksi bersifat tiga dimensi, yakni fisiologis, sosiologis,

dan psikologis (Wiyatmi, 2006: 30). Definisi fisiologis meliputi usia, jenis

kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka dan sebagainya. Dimensi sosiologis

meliputi status sosial, pekerjaan, jabatan, peranan didalam masyarakat,

pendidikan, agama, aktivitas sosial, pandangan hidup, dan sebagainnya. Dimensi

psikologis meliputi mentalis, ukuran moral, keinginan, dan perasaan pribadi, sikap

dan kelakuan, serta intelektuallitasnya. Segi psikis merupakan faktor utama dalam

menggambarkan watak tokoh. Watak ini dapat dilukiskan dengan cerita (deskripsi

dan narasi), dapat juga diperhidup dengan dialog atau tingkah laku (Herman J.

Waluyo dan Nugraheni Eko Wardani, 2008: 3).

Burhan Nurgiyantoro (1995: 194) membedakan dua teknik atau cara untuk

melukiskan sifat, sikap, watak, dan tingkah laku tokoh yaitu: (1) teknik

ekspositori (expository) dan;(2) teknik dramatik (dramatic). Teknik ekspositori

adalah pelukisan watak tokoh cerita dengan memberikan deskripsi, uraian atau

penjelasan secara langsung melalui dialog antar tokoh atau langsung menceritakan

watak yang dimiliki tokoh. Teknik dramatik pelukisan watak tokoh seperti yang

ditampilkan pada drama, dilakukan secara tidak langsung. Artinya, pengarang

tidak mendeskripsikan secara eksplisit sikap, sifat, serta tingkah laku. Hal ini

(33)

commit to user

Hal yang hampir senada disampaikan oleh Zainudddin Fananie yang

membagi cara untuk melukiskan watak tokoh menjadi dua bagian yaitu: (1)

Melalui tampilan fisik dan; (2) pengarang tidak secara langsung mendeskripsikan

karakter tokohnya. Pengarang dapat mengungkapkan melalui gambaran

fisikalnya, termasuk di dalamnya uraian mengenai ciri-ciri khusus yang dimiliki.

Dalam hal ini, pengarang biasanya menguraikan pula secara rinci perilaku, latar

belakang, keluarga, dan kehidupan tokoh pada cerita. Sementara itu, karakter

dibangun melalui kebiasaan berpikir, cara pengambilan keputusan dalam

menghadapi peristiwa kaitannya dengan masalah yang akan muncul dalam cerita,

perjalanan karir, dan hubungannya dengan tokoh-tokoh lain dalam cerita. Hal ini

semata-mata untuk menimbulkan kesan perwatakan yang dimiliki setiap tokoh

dalam cerita.

Sementara itu, hal yang lebih panjang disampaikan oleh Herman J.

Waluyo dan Nugraheni Eko Wardani (2008: 32) yang menggambarkan watak

tokoh dengan: (1) penggambaran secara langsung; (2) secara langsung dengan

diperintah; (3) melalui pernyataan oleh tokohnya sendiri; (4) melalui dramatisasi;

(5) melalui pelukisan terhadap keadaan sekitar pelaku; (6) melalui analisis psikis

pelaku; dan (7) melalui dialog-dialog pelakunya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa untuk mengenali

penokohan digunakan berbagai teknik misalnya, analitik, dramatik, atau gabungan

antara analitik dan dramatik. Selain teknik tersebut bisa juga menggunakan teknik

ekspositori dan dramatik. Sedangkan untuk menampilkan tokoh digunakan teknik

(34)

commit to user

c. Alur

Alur cerita atau juga disebut plot menurut Herman J. Waluyo (2011: 9)

adalah jalinan cerita yang disusun dalam urutan waktu yang menunjukkan

hubungan sebab dan akibat dan memiliki kemungkinan agar pembaca menebak

peristiwa yang akan datang. Sedangkan menurut Suyitno (2009: 49) alur adalah

sambung sinambungnya peristiwa berdasarkan sebab akibat.

Sementara itu, Burhan Nurgiyantoro (1995: 110) mengatakan alur

merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tidak sedikit orangyang

menganggapnya sebagai hal yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang

lain. Kejelasan alur, kejelasan antar peristiwa yang dikisahkan secara linier, akan

mempermudah pemahaman pembaca terhadap cerita yang dibacanya

Berdasarkan pengertian alur menurut Herman J. Waluyo dan Burhan

Nurgiyantoro alur adalah jalinan cerita yang disusun berdasarkan urutan waktu

berdasarkan hubungan sebab akibat dalam suatu peristiwa atau kejadian sehingga

cerita dalam sebuah karya fiksi dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.

Herrman J. Waluyo dan Nugraheni Eko Wardani (2008: 19) membagi alur

menjadi: (a) alur garis lurus atau progresif atau alur konvensional; (b) alaur

flashback atau sorot balik, atau alur regresif. Disamping kedua alur tersebut,

masih terdapat jenis alur yang ketiga yaitu; (c) alur campuran yaitu pemakaian

alur garis lurus dan flashback sekaligus dalam cerita fiksi.

Sementara itu, Burhan Nurgiyantoro (1995: 159-160) membagi alur

berdasarkan kepadatannya menjadi dua, yaitu: (a) alur padat yaitu cerita

(35)

commit to user

terjalin erat. Sehingga apabila ada salah satu cerita yang dihilangkan maka, cerita

tidak dapat dipahami hubungan sebab- akibatnya; (b) alur longgar yaitu alur yang

peristiwa demi peristiwanya berlangsung secara lambat.

d. Sudut Pandang

Menurut Kenny dalam Nugraheni Eko Wardani (2009: 43) point ofview

sebagai pandangan yang dipergunakan sebagai sarana menyajikan tokoh,

tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah fiksi

kepada pembaca.

Sementara itu, Herman J, Waluyo dan Nugraheni Eko Wardani (2008: 37)

mengatakan bahwa sudut pandang pengarang adalah teknik yang dipakai oleh

pengarang untuk berperan dalam cerita. Dalam hal ini aapakah pengarang ikut

ambil bagian , sebagai pengamat, atau sebagai orang ketiga.

Hal yang berbeda disampaikan oleh Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro

(1995: 284) yang menjelaskan bahwa sudut pandang menunjuk pengertian pada

sebuah cerita dilukiskan.

Lebih lanjut dikatakan oleh Jakob Sumardjo dan Saini K.M. (1998: 82)

bahwa sudut pandang pada dasarnya adalah visi pengarang, artinya sudut pandang

yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Ada empat macam

sudut pandang menurut Jakob Sumardjo dan Saini K.M yaitu: (a) omniscient point

of view (sudut penglihatan yang berkuasa). Disini pengarang bertindak sebagai

pencipta segalanya; (b) objective point of view. Dalam teknik ini pengarang

bekerja seperti dalam teknik omniscient, hanya pengarang sama sekali tidak

(36)

commit to user

sudut pandang orang pertama. Gaya ini bercerita dengan sudut

pandangan“Aku”.Jadi, seperti orang menceritakan pengalamannya sendiri karena

tokoh “Aku” bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri; dan (d) i” oini of

View. Peninjau dalam teknik ini pengarang memilih salah satu tokohnya untuk

bercerita.

Sedangkan Suminto A. Sayuti (1996: 40) membagi sudut pandang

menjadi empat jenis yaitu, (a) sudut pandang akuan-sertaan; (b) sudut pandang

akuan-taksertaan; (c) sudut pandang diaan-mahatahu; dan (d) sudut pandang

diaan-terbatas. Dari empat sudut pandang tersebut memiliki peran

masing-masing, namun tidak menutup kemungkinan bahwa dalam sebuah novel

pengarang menggunakan beberapa sudut pandang secara bersama-sama.

Di dalam sudut pandang akuan-sertaan, tokoh sentral cerita adalah

pengarang yang secara langsung terlibat dalam cerita. Sementara itu, dalam sudut

pandang akuann-taksertaan tokoh “Aku” biasanya hanya menjadi pembantu atau

pengantar tokoh lain yang lebih penting. Pencerita pada umumnya hanya muncul

di awal atau di akhir cerita saja (Suminto A. Sayuti, 1996: 101).

Pengarang di dalam sudut pandang diaan-mahatahu berada di luar cerita,

pengarang berperan menjadi pengamat yang mahatahu, bahkan dapat berdialog

langsung dengan pembaca. Sedangkan diaan-terbatas, pengarang menjadi orang

ketiga, yakni sebagai pencerita yang terbatas hak berceritanya. Pengarang dengan

kedudukannya sebagai orang ketiga henya menceritakan apa yang dialami oleh

(37)

commit to user

Berdasarkan pendapat diatas,sudut pandang atau pusat pengisahan adalah

tempat pencerita dalam hubungannya dengan cerita yang digunakan pengarang

untuk melihat suatu kejadian cerita secara utuh untuk memperoleh totalitas cerita.

Sudut pandang mewakili pengarang dalam menuturkan setiap kejadian yang ada

dalam cerita.

e. Latar

Latar merupakan salah satu fakta cerita yang harus diperhatikan, dianalisis,

dan dinilai (Sugihastuti dan Suharto, 2002: 54). Latar memiliki fungsi untuk

memberi konteks cerita. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sebuah cerita

terjadi dan dialami oleh tokoh di suatu tempat tertentu, pada suatu masa, dan

lingkungan masyarakat tertentu.

Sementara itu, Burhan Nurgiyantoro (1995: 216) mengatakan lataradalah

segala keterangan petunjuk, pengacuan, yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan

suasana terjadinya peristiwa dalam cerita.

Hal yang senada disampaikan oleh Panuti Sudjiman (1991: 46) latar adalah

segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya dalam

kenyataan.

Hal yang lebih rinci disampaikan oleh Herman J. Waluyo dan Nugraheni

Eko Wardani (2008: 34) yang mengatakan latar adalah tempat kejadian cerita.

Tempat kejadian cerita dapat berkaitan dengan aspek fisik, sosiologis, dan aspek

psikis.

Berdasarkan pengertian latar yang telah disampaikan maka, latar adalah

(38)

commit to user

sosiologis, dan aspek psikis. Latar tempat juga memengaruhi jalan cerita, karena

pada latar tententu akan memiliki cerita yang khas. Dan perlu diperhatikan bahwa

latar dipengaruhi oleh latar belakang sosial penulis

2. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari

luar atau bisa juga disebut sebagai faktor-faktor yang melatar belakangi

penciptaan karya sastra. Zainuddin Fannanie (2002: 77) mengatakan bahwa

unsur-unsur ektrinsik yang paling penting adalah bagaimana pengarang mampu

mengintegrasikan faktor ekstrinsik menjadi satu kesatuan cerita yang mampu

menumbuhkan konflik-konflik yang menarik dan aktual, penuh ketegangan dan

mampu memancing keinginan pembaca. Berdasarkan pendapat Zainuddin

Fannanie tersebut maka unsur ekstrinsik tidak terlepas dari faktor struktur

intrinsik karya sastra.

Unsur-unsur ekstrinsik tersebut meliputi: (1) latar sosial budaya;(2)

amanat;(3) biografi pengarang;dan (4) proses kreatif penciptaan karya sastra.

a. Latar sosial budaya

Burhan Nurgiyantoro (1995: 234) mengatakan bahwa untuk mengangkat

latar tempat tertentu ke dalam karya fiksi, pengarang perlu menguasai medan, hal

tersebut juga berlaku untuk latar sosial tepatnya sosial budaya. Berdasarkan

pendapat Burhan Nurgiyantoro tersebut, latar sosial budaya dapat diketahui jika

diketahui latar tempat dan waktu dalam suatu karya sastra. Dengan

demikian,dapat disimpulkan bahwa, latar sosial budaya yang mewakili kelompok

(39)

commit to user

keadaan sosial budaya pengarang terhadap cerita yang disampaian.Dengan

menyampaikan cerita sesuai latar belakang pengarang, maka akan terjadi

kesinambungan cerita.

b. Amanat

Panuti Sudjiman (1988: 57) mengatakan bahwa amanat adalah ajaran

moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat itu

bersifat implisit dan eksplisit. Implisit jika jalan keluar atau ajaran moral itu

disiratkan dalam tingkah laku tokoh yang menjelang akhir cerita. Sedangkan

eksplisit jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan,

saran, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya.

Hal yang hampir sama dikemukakan oleh Burhan Nurgiyantoro (1995:

336) mengemukakan bahwa dalam sebuah novel sering ditemukan adanya pesan

yang tersembunyi, namun ada juga yang disampaikan secara langsung dan

terkesan ditonjolkan pengarang. Bentuk penyampaian pesan moral yang

ditonjolkan secara langsung identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang

bersifat uraian, telling atau penjelasan expository.

Dari beberapa pengertian amanat yang disampaikan dapat ditarik

kesimpulan bahwa amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis kepada

pembaca yang bersifat mendidik, baik itu disampaikan secara langsung ataupun

secara sembunyi (jika tidak secara langsung diucapkan).

Dalam kaitannya dengan amanat pengaranglah yang sangat berperan

penting karena dalam menyampaikan amanat pengarang berusaha sekuat tenaga

(40)

commit to user

pembaca novel mampu menangkap makna tersebut, makna itu nantinya akan

dijadikan sebagai bahan acuan dalam bersikap dan bertindak dalam kehidupan.

Hubungan antara pengarang, amanat, dan pembaca nampak pada gambar berikut

ini.

[image:40.595.122.501.241.482.2]

pengarangamanat pembaca

Gambar 1.1 Hubungan Pengarang dengan Pembaca

Berdasarkan gambar tersebut maka, dalam menulis sebuah karya sastra,

pengarang menyampaikan amanat. Kemudian amanat ditafsirkan oleh pembaca.

Gambar di atas menunjukkan bahwa amanat yang ingin disampaikan pengarang

berhubungan dengan cerita sehingga terkesan tidak melibatkan tokoh cerita dan

alur penceritaannya. Akan lebih baik jika dalam menyampaikan amanat

pengarang mengikutsertakan teks cerita, sehingga terjalin hubungan yang kuat

dan padu anatara amanat dan cerita. Hubungan pengarang dalam menyampaikan

amanat kepada pembaca terkait dengan cerita adalah sebagai berikut:

pengarang amanat pembaca

menafsirkan membaca

menulis memasukkan

teks

Gambar 1.2 Hubungan Pengarang, Amanat, dan Pembaca

[image:40.595.186.461.524.652.2]
(41)

commit to user

Dalam menyampaikan amanat penulis tidak mau menganggap pembaca

bodoh, demikian pula sebaliknya, pembaca pun tidak mau dibodohi oleh

pengarang. Denganbegitu, disatu pihak pengarang berusaha “menyembunyikan”

pesan dalam teks, dalam hubungannyadengan cerita. Di pihak lain, pembaca

berusaha menemukan amanat lewat teks cerita dengan cara menafsirkan amanat.

c. Biografi Pengarang

Wellek dan Warren (1989: 82) mengatakan biografi hanya bernilai sejauh

memberi masukan tentang penciptaan karya satra tetapi biografi dapat juga

dinikmati karena mempelajari hidup pengarang yang jenius, menelusuri

perkembangan moral, mental, dan intelektualnya. Biografi dapat juga dianggap

studi yang sistematis tentang psikologi pengarang dan proses kreatif. Berpijak dari

pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat menganalisis karya

sastra menggunakan biografi pengarang sebagai salah satu sumber yang

mendukung dan sumber yang dapat dipertangung jawabkan.

d. Proses Kreatif Penciptaan Karya

Proses kreatif meliputi seluruh tahapan, tahap awal adalah dorongan

bawah sadar yang melahirkan karya sastra sampai pada saat terakhir yang

dilakukan pengarang. Bagi sejumlah pengarang, justru sebagian akhir ini

merupakan tahapan yang paling kreatif (Wellek dan Warren, 1989: 97).

Pada dasarnya apa yang disampaikan oleh Rene Wellek dan Austin

Warren adalah dalam proses kreatif penciptaan karya sastra bersifat sadar dan

(42)

commit to user

dalam reservoir (“sumur” alam bawah sadar) yang telah mengalami metamorfosis

secara tidak disadari.

2. Hakikat Psikologi Sastra

a. Pengertian Psikologi Sastra

Sastra dipandang sangat fungsional dalam membantu manusia untuk

mencari kebermaknaan hidup. Berbicara tentang makna hidup pada dasarnya

menyangkut sikap kejiwaan manusia. Jika makna hidup dapat digali dan

ditemukan dalam karya sastra, secara otomatis tersirat adanya hubungan sastra

dengan ilmu jiwa atau yang biasa disebut psikologi.

Menurut Suwardi Endraswara (2011: 97) psikologi sastra sebagai kajian

sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan, yaitu jiwa manusia

yang terpantul melalui tingkah laku aktivitas-aktivitasnya sebagai manivestasi

hidup psikis.

Bimo Walgito (1997: 9) mengatakan bahwa psikologi adalah ilmu

yangmembicarakan tentang jiwa. Ia merupakan suatu ilmu yang menyelidiki

sertamempelajari tingkah laku serta aktifitas itu sebagai manifestasi hidup

kejiwaan. Hal yang hampir sama disampaikan oleh Minderop (2011: 54) yang

mengatakan bahwa psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang diyakini yang

mencerminkan proses dan aktifitas kejiwaan.

Oleh karena itu, karya sastra dapat didekati dengan menggunakan

pendekatan psikologi. Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa antara

psikologi dan sastra memiliki hubungan yang bersifat tidak langsung yang

(43)

commit to user

pengarang mengungkapkan kejiwaan manusia melalui tokoh-tokoh berdasarkan

imajinasi.

Sementara itu, Wellek dan Warren (1989: 90) membagi psikologi menjadi

empat bidang kajian yaitu studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai

pribadi, studi proses kreatif, studi tipe dan hukum-hukum psikolgi yang

diterapkan pada karya sastra, dan mempelajari dampak sastra pada pembaca

(psikologi pembaca).

Hal yang hampir sama dengan pendapat Wellek dan Werren disampaikan

oleh Nyoman Kutha Ratna (2004: 61) mengatakan bahwa pendekatan psikologi

pada dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama. Yaitu: pengarang, karya

sastra, dan pembaca dengan mempertimbangkan bahwa pendekatan psikologi

lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra. Daiches (1956:

340-357) states that psychology research on literature is devided into three: first,

psychological literature through authorship analysis; second, psychological

literature through the figures and characteristics analysis; third, psychological

literature in term of archetypal image.Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa

penelitian psikologi sastra dibedakan menjadi tiga:pertama psikologi sastra

melalui analisis dunia kepengarangan, kedua psikologi sastra melalui analisis

tokoh-tokoh dan penokohan, ketiga psikologi sastra dalam kaitannya dengan citra

arketipe. Cara yang pertama disebut sebagai kritik ekspresif sebab melukiskan

pengarang sebagai subjek individual, khususnya antara sikap pengarang dengan

karya yang dihasilkan. Cara yang kedua disebut kritik objektif dengan

(44)

commit to user

karakterisasi. Cara yang ketiga disebut sebagai kritik arkatipe sebab analisis

dipusatkan pada eksistensi ketaksadaran kolektif.

Hilgert (1957: 56) mengatakan Psychology may be defined is the science

that studies the behavior of man and other animal yang artinya adalah psikologi

didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah lakumanusia dan hewan

lainnya. Dalam hubungannya dengan psikologi sastra ilmu psikologi mempelajari

hubungan kejiwaan tokoh-tokoh dengan sikap atau tingkah laku yang tercermin

dalam karya sastra. Keberadaan sikap dan kejiwaan pengarang dapat dideteksi

melalui karya sastranya, sedangkan sikap dan perilaku tokoh biasanya erat

kaitannya dengan kehidupan pengarang.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

psikologi sastra ialah model penelitian interdisiplin dengan menetapkan bahwa

karya sastra memiliki posisi yang dominan yang memusatkan penelitian pada

aspek kejiwaan tokoh yang terdapat dalam karya sastra, aspek kejiwaan pengarang

dan psikologi pembaca. Aspek-aspek kemanusiaan merupakan objek utama

psikologi sastra. Unsur-unsur kejiwaan tokoh fiksional dalam karya sastra

dianalisis untuk mengetahui aspek psikologis watak yang timbul dalam karya

tersebut. Aspek psikologi itulah yang nantinya akan menjadi dasar kajian novel

berlandaskan psikologi atas bantuan pemapaparan tokoh dan penokohan yang

terlibat dalam novel.

b. Fokus Penelitian Psikologi Sastra

Psikologi sastra tidak hanya terbatas pada psikologi tokoh saja tetapi

(45)

commit to user

sebagainya.Sastra merupakan sebuah dokumen, monumen, dan tanda (struktur

indah). Ketiga hal ini dalam studi psikologi sastra harus dipegang teguh agar

fokus penelitian tidak meleset. Dengan demikian, dapat dikatakan fokus penelitian

psikologi sastra adalah aspek kejiwaan. Kejiwaan itu sangat luas, namun dalam

hal ini dapat difokuskan pada satu atau lebih sisi yang dominan saja.

Metode atau langkah kerja pada pendekatan psikologi menurut Atar Semi

dalam Suwardi Endraswara (2011: 80-81). Langkah kerja yang akan menuntun

fokus penelitian psikologi sastra adalah sebagai berikut:

a. Pendekatan psikologis menekankan analisis terhadap keseluruhan karya

sastra, baik segi intrinsik maupun segi ekstrinsik. Namun, dalam hal ini

penekanan diberikan kepada unsur intrinsik yakni penokohan atau perwatakan

sebagai aspek psikologi.

b. Segi ekstrinsik yang dipentingkan untuk dibahas adalah mengenai pengarang

yang menyangkut masalah kejiwaannya, cita-cita, keinginan, falsafah hidup,

obsesi, dan lain-lain. Dalam hubungan ini diperlukan melacak riwayat hidup

pengarang dari kecil karena adanya anggapan bahwa peristiwa dan kejiwaan

pengalaman masa kecil akan memengaruhi kehidupan, tindakan, dan cara

berpikir yang bersangkutan pada masa dewasa. Dengan memahami segi

kejiwaan pengarang, akan membantu dalam memahami perilaku dan

perwatakan tokoh-tokoh cerita yang ditulisnya..

c. Di samping menganalisis penokohan dan perwatakan , dilakukan analisis yang

(46)

commit to user

d. Di dalam analisis perwatakan harus dicari nalar tentang perilaku tokoh. Apakah

perilaku tersebut dapat diterima apabila ditinjau secara psikologi. Selain itu,

juga harus dijelaskan motif dan niat yang mendukung tindakan tersebut.

e. Proses penciptaan merupakan hal lain yang mesti mendapat perhatian. Dalam

penelitian harus diketahui apa motif penciptaan. Apakah penciptaan karya

tersebut berdasarkan endapan pengalaman batin atau ada keinginan-keinginan

yang tidak terpenuhi, yang segera melepaskan kekecewaan itu dengan menulis.

f. Konflik serta kaitannya dengan perwatakan dan alur cerita, harus pula

mendapat penelitian, bahkan perlu dijelaskan perwatakan yang dihinggapi

gejala penyakit neurosis, psikosis, dan halusinasi. Dalam menganalisis konflik

harus dilihat apakah konflik itu terjadi dalam diri tokoh, atau konflik dengan

tokoh lain atau situasi yang berada di luar dirrinya.

Konflik Menurut Wellek dan Werren (1989: 289) adalah sesuatu yang

dramatik, mengacu pada pertentangan antara dua kekuatan yang seimbang dan

menyiratkan aksi-aksi balasan. Dengan demikan, konflik sebagai sesuatu yang

negatif dan tidak menyenagkan sehingga hal ini cenderung dihindari.

Koeswara (1987: 67-70) mengemukakan bahwa manusia sebagai individu

juga akan mengalami konflik yaitu:

a. Konflik intra personal yaitu konflik yang ada didalam diri individu mereka,

konflik antara kecemasan-kecemasan yang berhubungan dengan eksistensi

(47)

commit to user

b. Konflik interpersonal yaitu konflik yang terjadi pada seseorang karena

ketidakmampuan menjalin hubungan dekat dengan seseorang yang lain (lain

jenis).

c. Konflik individu versus lingkungan yaitu konflik yang terjadi antara individu

menyangkut penyesuaian dirinya terhadaplingkungan masyarakat.

d. Konflik antar suatu ide dengan ide yang lain dan konflik antar seseorang

dengan hatinya (konflik psikologi, konflik internal, atau konflik batiniah).

Peristiwa dan konflik berkaitan erat, dapat saling menyebabkan terjadinya

satu dengan yang lain, bahkan konflik pada hakekatnya merupakan peristiwa, ada

peristiwa tertentu yang menimbulkan konflik. Konflik demi konflik yang disusul

oleh peristiwa demi peristiwa akan menyebabkan konfli semakin

meningkat.Konflik yang dapat diangkat dalam suatu karya dapat berupa konflik

yang terjadi antara manusia dengan manusia, manusia dngan masyarakat, manusia

dengan alam sekitar (ketiganya dapat disebut konflik fisik, konflik eksternal atau

konflik jasmani).

c. Tokoh Psikologi Sastra

1. Psikologi Sastra Sigmund Freud

Psikologi sastra Sigmund Freud disebut juga dengan teori psikoanalisis

Teori psikologi sastra Sigmund Freud mengatakan bahwa kehidupan manusia

dikuasai oleh alam ketidaksadarannya. Penelitian psikologi sastra berawal dari

teori Sigmund Freud (1856-1939). Freud membedakan kepribadian menjadi tiga

macam, yaitu Id, Ego, dan Superego. Ketiga ranah psikologi ini menjadi dasar

(48)

commit to user

According to Sigmund Freud, psychological literature is all mental phenomena

which are covered by the unconscious nature of consciousness(1997: 18). Artinya

menurut Sigmund Freud psikologi sastra adalah semua gejala yang bersifat mental

bersifat tak sadar yang tertutup oleh alam kesadaran. Asas psikologi merupakan

alam bawah sadar, yang disadari secara samar-samar oleh individu yang

bersangkutan.Ketaksadaran justru merupakan bagian yang paling besar dan paling

aktif dalam diri setiap orang. Dalam hal ini Freud juga menghubungkan karya

sastra dengan mimpi. Sastra dan mimpi dianggap memberikankepuasan secara tak

langsung. Hal ini jelas bahwa dalam sastra semata-mata diciptakan pengarang

untuk memberi kepuasan kepada pembaca.

2. Psikologi Sastra Abraham Maslow

Berbeda dengan teori Sigmund Freud tokoh psikologi sastra berikutnya

adalah Abraham Maslow yang dikenal sebagai pelopor aliran psikologi

humanistik. Menurut Maslow manusia tergerak untuk memahami dan menerima

dirinya sebisa mungkin. Teori yang disampaikan Abrahamm Maslow dikenal

dengan Hierarchy of Needs atau hirarki kebutuhan. Teori ini dilatar belakangi

oleh kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya sehingga memberi

pengaruh atas gagasan psikologisnya. Maslow menggunakan piramida sebagai

peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan.

Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki

(49)

commit to user

tinggi(aktualisasi diri). Adapun hierarki kebutuhan tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Kebutuhan Fisiologis

Pada tingkat yang paling bawah terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologis

(kebutuhan akan udara, makanan, minuman, dan sebagainya)

b. Kebutuhan Rasa Aman

Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan,

stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan,

bebas dari rasa takut dan cemas.

c. Kebutuhan Dicintai dan Disayangi

Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan

mesra dengan orang lain. Ia ingin mencintai dan dicintai. Setiap orang ingin

setia kawan dan butuh kesetiakawanan. Jika kebutuhan ini tidak tersalurkan

maka rasa kepercayaan diri seseorang tersebut akan turun.

d. Kebutuhan Harga Diri

Dalam kehidupan bermasyarakat tidak dapat dipungkiri bahwa seseorang

ingin dihargai orang lain atau sebaliknya. Terkait dengan harga diri sangat

berhubungan erat dengan kedudukan, kekuasaan, kekayaan, dan prestasi.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan aktualisasi diri akan muncul setelah kebutuhan yang lainnya

terpenuhi.

Hal yang senada juga disampaikan oleh Krech, et al., (1974: 462):

Specifically, Maslow conceptualilizes the following five levels of needs,

(50)

commit to user

needs: 1. Psysiological needs, for example, hunger, thirst; 2. Safety needs,

for example, security, stability; 3. Belongingness and love needs, for

example, affection, identification; 4. Esteem needs, for example, prestige,

self-respect; 5. Need for self-actualization.

Hierarki teori kebutuhan bertingkat dari Maslow adalah sebagai berikut,

kebutuhan: fisiologis, contohnya, perasaan lapar dan haus; rasa aman, contoh,

keamanan dan stabilitas; kepemilikan dan cinta, contoh rasa kasih sayang dan

identifikasi; penghargaan contoh prestise dan harga diri; aktualisasi diri, contoh

pencapaian semua potensi manusia kebutuhan inheren, kapasitas dan

pengembangan potensi. Dalam hierarki ini kelima kebutuhan tersebut harus

mampu dipenuhi manusia untuk mencapai kehidupan yang diingkan. Dalam

pencapaiannya kebutuhan tersebut dipenuhi dari yang paling bawah menuju

kebutuhan yang berada pada tingkat berikutnya.

3.Psikologi Sastra Julia Kristeva

Menurut Kristeva untuk mengungkap sisi kejiwaan sastra, unsur semiotik

(simbol) dan bahasa amat penting dicermati. Kristeva memfokuskan pada aspek

semiotik dan feminisme yang harus digarap karena pada dasarnya Kristeva adalah

tokoh feminisme. Sedangkan Mitchell (1988: 425) menyatakan bahwa penelitian

sastra dapat merunut hubungan psikologis antara laki-laki dan perempuan. Unsur

feminisme akan dapat membedakan antara pengarang laki-laki dan perempuan,

dan antara pembaca laki-laki dan perempuan.

Dari deskontruksi di atas, dapat disimpulkan bahwa dasa

Gambar

Gambar 1.1 Hubungan Pengarang dengan Pembaca
Gambar 2.1 Kerangk Berpikir
Gambar 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Gambar 3.2 Teknik Analisis Datacommit to user

Referensi

Dokumen terkait

Wanita yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin DMPA adalah perempuan usia reproduksi, perempuan nulipra dan perempuan yang telah memiliki anak, perempuan

- Sifat pekerjaan apakah bersifot monoton atau tidak.. Tindakan pemimpin untuk dapat menghilangkan kekecewaan karyawan tersebut adalah dengan memperbaiki faktor – faktor

Kesimpulan dari penelitian ini adalah durasi hubungan pacaran terbukti tidak signifikan menyumbang tingkat kecemburuan pada mahasiswa USD yang berpacaran sedangkan

3. Pemeriksaan karya ilmiah yang telah terkumpul oleh panitia yang ditunjuk. Pendokumentasian hasil-hasil seminar. Pembentukan panitia penyelenggara seminar. Untuk

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motif seseorang menemui Dukun adalah untuk mencari pemecahan masalah yang sedang dihadapi dengan menggunakan bantuan spiritual dari

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Analitik dengan pendekatan cross sectional study untuk mengetahui faktor- faktor yang

Berdasarkan hasil analisis, maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan uji t hitung diketahui tidak terdapat perbedaan kinerja secara signifikan antara kedua bank syariah dan

Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh hasil uji potensi antibakteri ekstrak etanol daun jawer kotok terhadap bakteri Gram positif pada kulit wajah