commit to user
i
KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN
NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA
KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
TESIS
UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratanMencapaiDerajat Magister
Program StudiPendidikanBahasa Indonesia
Oleh :
Sutrimah
S841108030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN
NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA
KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
Oleh
Sutrimah
S841108030
TESIS
DisusununtukMemenuhi Salah SatuPersyaratanMencapaiDerajat Magister
Program StudiPendidikanBahasa Indonesia
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
v
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul “Kajian Psikologi Sastra dan Nilai Pendidikan Novel
CintaSuci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy” ini adalah karya
penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, tidak terdapat karya ilmiah yang
pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik, serta tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan
disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari
terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun
2010).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain
harus seizin dan menyertakan pembimbing sebagai author dan PPs UNS
sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester
(enam bulan sejak pengesahan tesis) saya tidak melakukan publikasi dari
sebagian atau keseluruhan tesis ini, maka Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia
PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh
Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia PPs-UNS. Apabila saya melakukan
pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapat sanksi
akedemik yang berlaku.
Surakarta,...Januari 2013
Yang membuat pernyataan
Sutrimah
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan karuniaNya, tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.Tesis ini
merupakan salah satu persyaratan untuk menempuh derajat magister pada
Program Studi S2 PendidikanBahasa Indonesia PPS UNS.
Penulisan tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai
pihak.Olehkarenaitu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih
dan memberikan apresiasi secara tulus kepada semua pihak, terutama kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M. S., DirekturProgram Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin penulisan tesis;
2. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S2
Pendidikan Bahasa Indonesia PPS UNS yang telah memberikan izin
penulisan dan memberikan kesempatan sehingga tesis ini dapat
diselesaikan dengan lancar;
3. Prof. Dr Retno Winarni, M.Pd., selaku pembimbing I, atas segala
bimbingan, arahan, dan motivasi yang telah diberikan sehingga tesis ini
dapat diselesaikan dengan baik;
4. Dr. Nugraheni Eko Wardhani, M.Hum., selaku pembimbing II, atas segala
bimbingan dan bantuannya sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan
baik dan tepatwaktu;
5. Ayahanda Syakur dan Ibunda Kanipah yang telah memberikan doa restu
commit to user
vii
6. Suamiku tercinta, Sholikin yang dengan setia, penuh kasih saying dan
kesabaran membantu setiap langkah yang ditempuh sehingga tesis ini
dapat diselesaikan dengan baik.
7. Mahasiswa Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Indonesia Angkatan
2011/2012 PPS UNS, yang telah berjuang bersama dengan tiada henti
saling memotivasi sehingga perkuliahan ini terasa sangat menyenangkan
dan dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tesis ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi kaarya yang lebih baik.
Surakarta,...Januari 2013
commit to user
viii
ABSTRAK
Sutrimah, NIM S841108030. Kajian Psikologi Sastra dan Nilai Pendidikan Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El Shirazy. TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Retno Winarni, M. Pd., II: Dr. Nugraheni Ekowardani, M. Hum. Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta2012.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan dan menjelaskan penokohan novel Cinta Suci Zahrana; (2) untuk mendeskripsikan dan menjelaskan kejiwaan tokoh novel Cinta Suci Zahrana; (3) untuk mendeskripsikan dan menjelaskan konflik kejiwaan tokoh novel Cinta Suci Zahrana; (4) untuk mendeskripsikandan menjelaskan nilai pendidikan novel Cinta Suci Zahrana.
Bentuk penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan strukturalisme dan aspek psikologi watak dengan metode deskriptif kualitatif dan strategi content analysis (analisis isi). kegiatan yang dilakukan adalah membaca, mencermati, menafsirkan, dan menganalisis novel Cinta Suci Zahrana.Sumber data dalam penelitian ini adalah: (1) teks, novel Cinta Suci Zahrana; (2) catatan lapangan yang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian deskripsi dan bagaian refleksi. Bagian deskripsi merupakan usaha untuk merumuskan objek dan yang diteliti, sedangkan bagian refleksi merupakan renuangan pada saat penelaahan; (3) dan buku-buku literarur yang relevan. Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi dan metode telaah. Metode dokumentasi dilaksanakan untuk mengumpulkan, memilah, mengolah, dan menyampaikan informasi untuk dapat mengkaji data selanjutnya. Sedangkan metode analisis dokumen dilaksanakan untuk menganalisis dokumen yang berupa data-data dalam novel , dan buku-buku yang relevan dengan penelitian untuk menggali data.
Kesimpulan dalam penelitian ini, yaitu: (1) penokohan digambarkan secara jelas melalui cerita atau dialog yang dilakukan antar tokoh (2) kejiwaan tokoh yang ada dalam tokoh adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan disayangi dan dicintai, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri; (3) konflik yang dialami tokoh adalah konflik antara tokoh dengan batinnya; (4) novel Cinta Suci Zahrana sarat akan nilai pendidikan yang terdiri dari nilai pendidikan agama yang menjelaskan hubungan manusia dengan Tuhannya, nilai moral yang mengatur baik buruknya perilaku manusia dalam hubungannya dengan sesama, nilai pendidikan sosial yang menunjukkan rasa peduli antarmanusia satu dengan yang lain; nilai estetis menunjukkan nilai-nilai yang menjadi penghargaan kaitannya dengan nilai agama, nilai soaial, dan nilai budaya, dan nilai pendidikan budaya yang menunjukkan kebiasaan dan cara pandang masyarakat.
commit to user
ix
ABSTRACT
Sutrimah, NIM S841108030. The Study of Literature Psychology and Educational Valuesin Novel Entitled Cinta Suci Zahrana Written by Habiburrahman El Shirazy. THESIS. Supervisor I: Prof. Dr. Retno Winarni, M. Pd., II: Dr. Nugraheni Eko Wardani, M. Hum. Indonesian Education Study Program, Graduate School, Sebelas Maret University of Surakarta 2012.
This study aims to (1) describe and explain the characterizations of novel Cinta Suci Zahrana, (2) to describe and explain the psychology of characters in the novel Cinta Suci Zahrana, (3) to describe and explain the psychological conflict of novel Cinta Suci Zahrana, (4) to describe and explain the educational value of novel Cinta Suci Zahrana.
The form of this research is descriptive qualitative approach of structuralism and the psychology of the character with a qualitative descriptive methods and strategies of content analysis (content analysis). Events are staged reading, observing, interpreting, and analyzing novel Cinta Suci Suci Zahrana.Sources of data in this study were: (1) text, novel Cinta Suci Zahrana, (2) field notes consisting of two parts, namely the description and this part of the reflection. Description is section to attempt to formulate a description of objects and studied, while the reflection is reflection during the analysis, (3) and relevant literary books. Data collection techniques and methods of study is documentation method. Documentation methods were implemented to collect, sort, process, and communicate information to examine the data further. While the method of document analysis was conducted to analyze the document data in the form of novels, and books that are relevant to the research to explore data.
The conclusion of this research, namely: (1) the characterizations are clearly depicted through the story or the dialogue between characters (2) in the psychological aspects of the characters are physiological needs, safety, dear and beloved needs, self-esteem needs, and self-actualization needs, (3) conflicts experienced leaders with the conflict between their inner character, (4) Cinta Suci Zahrananovel is full of educational values which consists of the value of religious education that explains the human relationship with God, moral values that govern the behavior of the good and bad in relation to fellow human beings, the social value of education show a sense of human caring with one another; aesthetic value shows the values of the award related to religious values, socialist values, and cultural values, cultural and educational values that show the habits and
outlook society.
commit to user
x
MOTTO
“Keberhasilan yang diraih pada hari ini adalah awal dari keberhasilan yang ingin
commit to user
xi
PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan untuk:
Ayahanda dan Ibundaku tercinta
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL………. ii
PERSETUJUAN……….. iii
PENGESAHAN……… .. iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN HAK PUBLIKASI……… ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRA ... viii
ABSTRACT ... ix
MOTTO ... x
PERSEMBAHAN ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LatarBelakangMasalah ... 1
B. RumusanMasalah ... 5
commit to user
xiii
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR ... 8
A. Kajian Teori ... 8
1. Hakikat Novel ... 8
a. Pengertian Novel ... 8
b. Struktur Novel ... 11
1. Unsur Intrinsik ... 13
a. Tema... 13
b. Tokoh dan Penokohan ... 14
c. Alur ... 18
d. Sudut Pandang... 20
e. Latar ... 21
2. Unsur Ekstrinsik ... 22
a. Latar Sosial Budaya ... 22
b. Amanat ... 23
c. Biografi Pengarang ... 25
d. Proses Kreatif Pengarang ... 25
2. Hakikat Psikologi Sastra ... 26
a. Pengertian Psikologi Sastra ... 26
b. Fokus Penelitian Psikologi Sastra ... 30
c. Tokoh Psikologi Sastra ... 31
commit to user
xiv
2. Psikologi Sastra Abraham Maslow ... 32
3. Psikologi Julia Kristeva ... 34
3. Hakikat NilaiPendidikan ... 35
a. Pengertian Nilai... 35
b. Pengertian Pendidikan... 36
c. Nilai Pendidikan dalam Novel ... 37
1. NilaiPendidikanAgama/ religi... 38
2. Nilai Pendidikan Moral ... 40
3. Nilai Pendidikan Sosial ... 41
4. Nilai Pendidikan Estetis ... 42
5. Nilai Pendidikan Budaya ... 43
6. NilaiPendidikanKarakter ... 44
B. Penelitian yang Relevan ... 45
C. Kerangka Berpikir ... 48
BAB III METODE PENELITIAN ... 49
A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 50
B. Pendekatan Penelitian ... 51
C. Data dab Sumber Data ... 52
D. Teknik Pengumpulan Data ... 52
E. Validitas data... 53
F. Teknik Analisis Data ... 53
commit to user
xv
A. Hasil Penelitian ... 57
1. Penokohan Novel Cinta Suci Zahrana... 57
2. KejiwaanTokoh Novel Cinta Suci Zahrana ... 73
3. Konflik KejiwaanTokoh Novel Cinta Suci Zahrana ... 82
4. Nilai Pendidikan Novel Cinta Suci Zahrana ... 83
B. Pembahasan ... 91
1. Penokohan Novel Cinta Suci Zahrana... 91
2. KejiwaanTokoh Novel Cinta Suci Zahrana ... 95
3. KonflikKejiwaanTokoh Novel Cinta Suci Zahrana ... 97
4. Nilai Pendidikan Novel Cinta Suci Zahrana ... 98
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN... 105
A. Simpulan... 105
1. Penokohan Novel Cinta Suci Zahrana………... 105
2. KejiwaanTokohNovel Cinta Suci Zahrana... 106
3. Konflik KejiwaanNovel Cinta Suci Zahrana... 107
4. Nilai Pendidikan Novel Cinta Suci Zahrana... 107
B. Implikasi... 109
C. Saran... 112
commit to user
xvi
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
No. Nama Halaman
1.1 Hubungan Pengarang dengan Pembaca………. 24
1.2 Hubungan Pengarang, Amanat, dan Pembaca Terkait dengan
Teks... 24 .
2.1 Kerangka Berpikir... 49
DAFTAR TABEL
No. Nama Halaman
commit to user
1 BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan tempat pelampiasan ekspresi diri seseorang. Sastra
bersifat bebas bagi siapapun, karena tidak ada batasan dalam sastra. Siapapun
diperbolehkan ikut ambil bagian dalam sastra. Di dalam perkembangan sastra
manusialah yang sangat berperan. Manusia mempunyai tanggung jawab penuh
dan peran yang sangat penting. Tidak ada sastra yang lahir tanpa campur tangan
dari manusia. Sastra akan berkembang jika masyarakatnya mempunyai daya
kreasi. Kreasi adalah ulah cipta yang murni, menciptakan sesuatu yang belum
pernah ada, di mana pun di masa apapun, di samping kreativitas murni yang
kondisional yang masih diukur dengan tempat dan waktu. Berdasarkan kenyataan
itu, manusia berperan aktif dalam sastra yakni, sebagai pencetus ide atau gagasan.
Manusia dapat menciptakan karya sastra karena adanya kehidupan. Oleh karena
itu, antara manusia, karya sastra dan kehidupan berjalan beriringan. Ketiganya
mempunyai hubungan timbal balik yang saling berpengaruh. Dengan demikian,
terlihat jelas bahwa manusia merupakan pendukung utama dan pelaku utama yang
menentukan kehidupan sastra.
Sastra lahir disebabkan oleh dorongan dasar manusia untuk
mengungkapkan dirinya dan menaruh perhatian pada dunia realitas yang
berlangsung setiap waktu dan setiap zaman. Sastra diharapkan dapat memberikan
kepuasan bagi pembacanya, karena tujuan utama dari sebuah karya satra adalah
commit to user
Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang diterima kehadirannya
dalam kehidupan manusia sebagai salah satu realitas sosial budaya. Sebagai
realitas sosial budaya sastra merupakan gambaran atau cerminan kehidupan
manusia secara nyata. Berdasarkan hal itu, tidak mustahil ada persamaan tokoh
dan cerita dengan kehidupan nyata. Namun, dalam suatu sastra tokoh dan cerita
itu diolah dengan daya imajinasi yang tinggi dan sengaja dibuat untuk menarik
perhatian masyarakat sebagai sasaran utama karya sastra.
Prosa fiksi sebagai salah satu jenis karya satra banyak menghadirkan
cerita-cerita yang mengangkat masalah kehidupan manusia dalam interaksinya
dengan lingkungan dan sesama, interaksinya dengan dirinya sendiri, serta
interaksinya dengan Tuhan. Fiksi merupakan hasil dialog dan reaksi pengarang
terhadap lingkungan dan kehidupan. Meskipun fiksi merupakan hasil khayalan,
tidak benar jika fiksi sebagai hasil lamunan semata. Melainkan dilakukan dengan
penghayatan dan perenungan secara teratur. Perenungan yang dilakukan terhadap
kehidupan serta perenungan yang dilakukan penuh kesadaran dan tanggung
jawab.
Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang termasuk dalam
prosa fiksi. Menurut Herman J. Waluyo dan Nugraheni Ekowardani (2009: 1)
prosa fiksi yaitu jenis prosa yang dihasilkan dari proses imajinasi. Imajinasi
merupakan daya khayal pengarang yang dituangkan dalam cerita. Meskipun
berasal dari proses imajinasi pengarang, prosa fiksi terutama novel juga terbentuk
melalui pengalaman pengarang yang dituangkan dalam cerita. Jadi, pada dasarnya
commit to user
pengarang berdasarkan kenyataan yang ada. Pengalaman pengarang itu kemudian
dituangkan ke dalam cerita dalam novel melalui tokoh-tokoh yang ada dalam
novel. Cerita akan muncul jika ada suatu konflik atau masalah. Masalah yang
muncul bisa berupa masalah sosial, perbedaan cara pandang, tekanan batin yang
dialami tokoh, atau masih banyak masalah yang bisa dimunculkan. Berdasarkan
hal itu, maka perlu adanya pemaparan tentang penokohan yang ada dalam novel
hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tokoh beserta karakter yang dimilikinya.
Untuk memunculkan masalah pada tokoh utama membutuhkan tokoh-tokoh lain
sehingga masalah yang muncul menjadi menarik. Cerita akan menarik jika
disajikan dengan menceritakan hidup para pelakunya secara luar biasa. Penulis
berimajinasi dengan penuh untuk menciptakan cerita dengan karakter para
tokohnya yang melekat.
Novel dibangun oleh dua unsur yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam
novel itu sendiri yang meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, setting, dan
sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang membangun
karya sastra dari luar novel, seperti aspek psikologi, sosiologi, dan biografi
pengarang. Dalam menganalisis sebuah novel terlebih dahulu yang harus
dianalisis adalah unsur intrinsik. Karena untuk menganalisis unsur ekstrinsik
dibutuhkan analisis unsur intrinsik. Unsur intrinsik yang menjadi tinjauan kajian
penelitian adalah penokohan dengan memanfaatkan unsur ekstrinsiknya pada
aspek psikologi. Berdasarkan hal itu, ada hubungan antara sastra dengan psikologi
commit to user
psikologis pembaca sebagai penikmat karya sastra, dan psikologis penulis ketika
melakukan proses kreatif. Oleh sebab itu, unsur intrinsik merupakan unsur yang
sangat penting dalam menentukan sebuah isi novel.
Pendekatan psikologi sastra digunakan untuk mengkaji novel Cinta Suci
Zahrana karena sebuah novel diciptakan pengarang dengan tokoh dan karakter
yang melekat. Dalam hal ini, tokoh dicipakan pengarang dengan keadaan jiwa
tertentu ketika menghadapai masalah. Selain itu, novel Cinta Suci Zahrana sarat
akan keadaan jiwa tokoh yang mengalami masalah dengan dirinya sendiri.
Pada dunia pendidikan novel juga menjadi salah satu materi yang dibahas
dalam kegiatan belajar mengajar terutama pada tingkat sekolah dasar dan sekolah
menengah. Dalam dunia pendidikan novel dibahas panjang lebar mengenai unsur
intrinsik maupun unsur ekstrinsik. Namun, yang paling penting dalam materi
novel di sekolah adalah nilai-nilai yang dapat dipetik yaitu nilai pendidikan. M.
Marshanda Soenarsyah Hady (2006: 42) pendidikan dalam arti luas bertujuan
untuk menjadikan si pendidik berkemampuan tentang ilmu, olah seni, iman taqwa
dan terwujud dengan budi pekerti yang luhur sebagai amaliyah.
Cinta Suci Zahrana adalah sebuah novel yang menceritakan seorang gadis
yang sangat ambisius untuk meraih pendidikan tinggi, gelar, serta berbagai
penghargaan dunia. Tetapi, dengan segala ambisius yang ingin dicapainya dia
justru melupakan pernikahan sampai usianya menginjak tiga puluh empat tahun
sehingga hatinya bergejolak. Cerita dalam novel Cinta Suci Zahrana sangat
commit to user
Zahrana karya Habiburrahman El-Shirazy digunakan pendekatan psikologi sastra
dengan memanfaatkan teks.
Sebagai penulis Habiburrahman El-Shirazy memasukkan nilai-nilai
pendidikan melalui tingkah laku, sikap, dan kepribadian melalui tokoh-tokoh yang
ada dalam cerita. Hal ini ditujukan agar pembaca mampu memahami nilai-nilai
yang terkandung dalam novel untuk diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Habiburrahman El Shirazy adalah novelis asal Semarang dengan berbagai
karya yang sudah diakui keberadaannya. Sebagai seorang novelis Habiburrahman
El Shirazy menjadi sastrawan peraih penghargaan Sastra Nusantara tingkat Asia
Tenggara. Sebagian besar novel yang ditulisnya adalah novel pembangun jiwa
seperti novel Cinta Suci Zahrana, Bumi Cinta, Cinta Suci Zahrana, Ayat-ayat
Cinta dan masih banyak novel karya-karyanya sebagai pembangun jiwa. Sebagai
sebuah novel pembangun jiwa novel Cinta Suci Zahrana mampu mendorong
penikmat novel untuk tetap bersemangat dan berusaha dalam keadaan apa pun
demi sebuah cita-cita yang diharapkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang
dapat disajikan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penokohan novel Cinta Suci Zahrana karya
Habiburrahman El Shirazy?
2. Bagaimanakah kejiwaan tokoh novel Cinta Suci Zahrana karya
commit to user
3. Bagaimanakah konflik kejiwaan yang dialami tokoh novel Cinta Suci
Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy?
4. Bagaimanakah nilai pendidikan yangterkandung dalam novel Cinta
SuciZahrana Karya Habiburrahman El Shirazy?
C. Tujuan Penelitian
Dalam tujuan penelitian dibedakan adanya dua tujuan yaitu:
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan
novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El-Shirazy dengan
pendekatan psikologi sastra.
2. Tujuan Khusus.
Dalam menentukan tujuan khusus harus mengacu pada rumusan masalah
yang sudah disajikan. Dengan demikian, tujuan khusus dalam menganalisis
novel Cinta Suci Zahranakarya Habiburrahman El Shirazy adalah sebagai
berikut:
a. Mendeskripsikan dan mennjelaskan penokohan novel CintaSuci
Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy.
b. Mendeskripsikan dan menjelaskan kejiwaan tokoh novel Cinta Suci
Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy.
c. Mendeskripsikan dan menjelaskan konflik kejiwaan yang dialami tokoh
novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy.
d. Mendeskripsikan dan menjelaskan nilai pendidikan dalam novel Cinta
commit to user
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teori manfaat penelitian ini untuk melengkapi khasanah teori yang
terkait dengan pembelajaran sastra. Hasil kajian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan terhadap keilmuan dalam mengapresiasi novel dan
memberikan semangat kepada penikmat karya sastra secara mendalam.
2. Manfaat Praktis
Pertama, bagi lembaga pendidikan memiliki manfaat sebagai wadah yang
mampu menampung ekspresi siswa dan memberikan nilai-nilai yang
bersifat mendidik untuk diemplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, bagi masyarakat umum yakni sebagai bahan bacaan yang menghibur
commit to user
BAB II
KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,
DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Hakikat Novel
a. Pengertian Novel
Burhan Nurgiyantoro (1995: 8) karya sastra pada dasarnya terbagi menjadi
tiga jenis, yaitu prosa, puisi, dan drama. Karya sastra jenis prosa biasanya
diungkapkan melalui bentuk fiksi atau cerita rekaan. Herman J. Waluyo (2011: 1)
prosa fiksi yaitu jenis prosa yang dihasilkan dari proses imajinasi. Pendapat lain
mengatakan The present English (and Spanish) word derives from the Italian
novella for "new", "news", or "short story of something new", itself from the Latin
novella, a singular noun use of the neuter plural of novellus, diminutive of novus,
meaning "new" (Juan, 1824: 163). Dalam hal ini dikatakan bahwa istilah novel
berasal dari Italia yang berarti “baru”. Sedangkan menurut bahasa Latin novel
berasal dari kata novellus yang berarti “baru”. Pengertian ini dikatakan karena
sebelum adanya novel orang-orang Italia dan Latin lebih dulu mengenal istilah
roman.
Fiksi berarti “fiction” yang artinya hasil khayalan atau sesuatu yang
sebenarnya tidak ada. Meskipun prosa fiksi merupakan hasil khayalan sebenarnya
prosa fiksi adalah hasil imajinasi pengarang yang melibatkan kehidupan nyata.
commit to user
fiksi adalah hasil imajinasi pengarang dengan kreatifitas yang tinggi berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang dialami pengarang dalam kehidupan nyata.
Berbicara karya sastra yang berbentuk novel, banyak para ahli yang
memberikan definisi tentang pengertian novel. Dalam mengulas pengertian novel,
tidak dapat dijauhkan dari pengaruh roman. Menurut Herman J. Waluyo (2011: 3)
roman adalah prosa fiksi yang melukiskan sebagian besar kisah tokoh yang
biasanya dilukiskan sampai mati. Roman sebagai bentuk cerita yang melukiskan
kehidupan dengan berbagai pengalaman penulis yang dituangkan. Karakter fiksi
yang melekat dalam roman tidak sepenuhnya benar. Hal ini disebabkan, dalam
cerita yang disajikan berkaitan dengan kenyataan hidup manusia pada umumnya.
Berkenaan dengan pengertian roman dan novel menurut Herman J. Waluyo
dan Nugraheni Ekowardani (2009: 4),
Pada angkatan 45 dan seterusnya jenis prosa fiksi yang disebut roman
lazim dinyatakan sebagai novel. Hal ini boleh jadi menjadi kesepakatan
umum, penyebutan karya sastra dengan roman dirasakan tidak sesuai
karena kepanjangan cerita yang tidak sama lagi dengan roman-roman
tahun 1920-an dan 1930-an. Namun demikian, karya-karya tahun 1930-an
masih disebut roman.
Penyebutan istilah antara roman dan novel mengalami perubahan. Oleh
karena itu, penyebutan novel untuk saat ini lebih lazim. Mengacu pada uraian
tersebut masih menurut Herman J. Waluyo dan Nugraheni Ekowardani (2009: 3),
novel adalah bentuk prosa fiksi yang paling baru dalam karya sastra Indonesia
commit to user
Aki. Di masa sekarang ini tidak akan dijumpai prosa fiksi yang berbentuk roman,
tetapi yang bisa dijumpai adalah prosa fiksi yang berbentuk novel.
Sementara itu, pengertian novel menurut Alang Khoirudin
(2007:683)novel adalah bentuk karangan yang lebih pendek dari roman dan lebih
panjang dari cerpen. Berdasarkan pengertian novel menurut Alang Khoirudin,
novel dan roman memiliki perbedaan pada bentuknya yakni, menurut panjang dan
pendeknya.Untuk itu, perlu diulas tentang pengertian cerpen.
Pengertian cerpen menurut AcepYonny (2002:26) merupakan karya sastra
yang menceritakan bagian suatu peristiwa atau kejadian sesaat yang dianggap
penting dan menarik. Sehingga dalam cerpen cerita yang disajikan tidak secara
utuh dan tidak sampai menimbulkan perubahan nasib pelakunya. Selanjutnya,
menurut Kurniawan (2002:4)novel adalah fiksi yang menceritakankejadian luar
biasa para pelakunya sehingga terjadi konflik yang menimbulkan perubahan
nasib.Novel merupakan cerita fiksi yang menceritakan watak pelakunya secara
utuh melalui kejadian luar biasa sehingga menimbulkan masalah atau konflik dan
menyebabkan terjadinya perubahan nasib dari pelakunya.Jadi, novel terdapat
konflik yang menimbulkan perubahan nasib pelakunya.
Berikutnya istilah novel juga disampaikan oleh Beach (1982: 90) yang
menyatakan bahwa:
Novel is a long work of fiction that contain more than 10000 words. It is
more complex because it has more incidents, setting, character, and may
take place in a long span of time. I may have more than one theme and
more conflicts. Novel tends to expands and it is very complex in it’s
structure. It does not finish to be read once a seat as a short story because
commit to user
Novel diartikan sebagai cerita fiksi panjang lebih dari 10.000 kata. Novel
lebih bersifat kompleks karena mempunyai banyak peristiwa, setting, karakter,
dan latar tempat yang memiliki kemungkinan diambil dalam waktu yang lama.
Penulis dalam menulis novel memiliki satu tema dengan banyak konflik.
Novel memiliki tendensi untuk memperluas diri sehingga sangat kompleks
dalam strukturnya. Novel tidak dapat diselesaikan atau di baca dalam sekali duduk
seperti halnya cerpen, karena di dalam novel memiliki perkembangan di berbagai
permasalahan dalam ceritanya.
Berdasarkan pengertian novel yang sudah ada, maka novel adalah jenis
prosa fiksi hasil imajinasi pengarang yang menceritakan kehidupan para
pelakunya secara luar biasa sehingga menimbulkan konflik dan menyebabkan
perubahan nasib para pelakunya.
b. Struktur Novel
Burhan Nurgiyantoro (1995: 23) mengemukakan bahwa:
Unsur-unsur pembangun sebuah novel yang kemudian secara bersama
membentuk sebuah totalitas itu disamping unsur formal bahasa, masih
banyak lagi macamnya. Namun, secara garis besar berbagai macam unsur
tersebut secara tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian,
walau pembagian ini tidak benar-benar pilah. Pembagian unsur yang
dimaksud adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur inilah
yang sering disebut para kritikus dalam rangka mengkaji atau
membicarakan novel atau karya sastra pada umumnya.
Berdasarkan pendapat Burhan Nurgiyantoro tersebut, novel dibangun oleh
unsur-commit to user
unsur yang membangun karya sastra dari dalam karya sastra itu sendiri.
Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra
dari luar.
Forster (1980: 19-136) membahas unsur-unsur novel menjadi enam, yaitu:
(1) cerita; (2) manusia; (3) plot; (4) khayalan: (5) ramalan; dan (5) irama. Tokoh
sastra yang juga membahas unsur-unsur novel adalah Marjorine Boulton (1979:
29-145) menguraikan unsur-unsur novel menjadi enam yaitu; (1) point ofview; (2)
plot; (3) character; (4) percakapan; (5) latar dan tempat kejadian; dan (6) tema
yang dominan.
Reid (1987: 54-59) menyatakan unsur-unsur dalam struktur cerita rekaan
harus menjalin satu kesatuan atau unity yang meliputi: (1) unity ofimpression; (2)
moment crisis; dan (3) symmetri of design. Dalam cerita pendek pembaca harus
memiliki impresi terkait dengan konflik yang dibangun oleh pengarang agar cerita
mencapai puncaknya. Kaitannya dengan cerita bahwa, untuk menampilkan cerita
yang menarik bagian-bagian dari cerita itu harus seimbang, tidak ada yang
ditampilkan secara menonjol, sedangkan bagian yang lain kurang dalam
penceritaan.
Steinmann dan Willen (1966: 127) menyebut unsur-unsur fundamental
fiksi sebagai berikut: (1) struktur, yang meliputi: (a) character; (b) incident; (c)
scene or episode; (d) setting; dan (e) a brief span of time. (2) style, yang terdiri
dari: (a) tone; (b) point of view; dan (c) kombinasi keduanya menghasilkan efek
commit to user
Pembahasan unsur fiksi model Martin dan Gerald hampir sama dengan
pembahasan tokoh-tokoh lain. Dua unsur penting yang ditekankan yaitu, struktur
dan style, serta masing-masing terdiri dari unsur-unsur yang lebih sempit lagi.
Berdasarkan pada pendapat tokoh-tokoh sastra diatas tentang unsur-unsur
dari struktur novel, telaah struktur novel akan dibatasi pada unsur yang berkaitan
dengan kajian novel dengan pendekatan psikologi sastra. Dalam kajian novel
dengan pendekatan psikologi sastra ditekankan pada unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur-unsur intrinsik yang menjadi penekanan adalah tokoh dan
penokohan terkait dengan psikologi dari tokoh-tokoh tersebut.Sedangkan
psikologi masuk dalam ranah segi ekstrinsik novel.
1. Unsur Intrinsik
a. Tema
Tema cerita atau yang biasa juga disebut pokok cerita menurut Herman J.
Waluyo (2011: 7) adalah gagasan pokok dalam cerita fiksi. Tema cerita mungkin
dapat diketahui oleh pembaca melalui judul atau petunjuk setelah judul, namun
yang banyak adalah melalui proses pembacaan terhadap karya sastra. Dalam
menentukan tema sebuah karya sastra tidak langsung bisa ditebak tanpa proses
membaca karena dalam menentukan tema sebuah karya sastra harus sama antara
satu orang dengan orang yang lain sehingga harus memahami secara benar isi
cerita yang disajikan oleh pengarang. Sementara itu, menurut Suminto A. Sayuti
(1996: 118) berpendapat bahwa tema ialah makna cerita, gagasan sentral, atau
dasar cerita. Berdasarkan kedua pengertian tema diatas dapat disimpulkan bahwa
commit to user
keseluruhan penggambaran cerita secara umum berdasarkan cara pandang
pembaca secara sama antara satu orang dengan orang lain.
b. Penokohan
Dalam berbagai pembicaraan yang membahas karya fiksi sering istilah
tokoh dan penokohan disamakan. Sebenarnya tokoh merujuk pada orang atau
pelaku dalam cerita sedangkan penokohan merujuk pada tokoh beserta watak
dalam cerita.
Herman J. Waluyo (2011: 19-20) membagi tokoh menjadi beberapa bagian
yakni: (a) tokoh protagonis adalah tokoh yang mendukung jalannya cerita sebagai
tokoh yang mendatangkan simpati atau tokoh baik; (b) tokoh antagonis adalah
tokoh yang menentang arus cerita atau yang menimbulkan perasaan antipati pada
diri pembaca; (c) tokoh sentral adalah tokoh yang kemunculannya mendominasi
dalam cerita; dan (d) tokoh bawahan atau tokoh sampingan adalah tokoh yang
dijadikan latar belakang dalam cerita.
Hal yang hampir sama dikemukan oleh Burhan Nurgiyantoro (1995:
176-194) yang membagi tokoh menjadi beberapa bagian yakni: (a) tokoh utama adalah
tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan; (b) tokoh
protagonis adalah tokoh baik yang mendatangkan rasa suka pada diri pembaca; (c)
tokoh antagonis adalah tokoh penyebab konflik atau yang bisa disebut beroposisi
dengan tokoh protagonis; (d) tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki
satu kualitas pribadi tertentu, satu watak tertentu saja; (e) tokoh bulat adalah tokoh
yang menampilkan berbagi watak dan dan tingkah laku bermacam-macam; (f)
commit to user
berkembang sejak awal sampai akhir cerita; dan (g) tokoh berkembang adalah
tokoh yang mengalami perkembangan dan perubahan perwatakan sejalan dengan
perkembangan peristiwa dan plot yang dikisahkan.
Penokohan sebagai salah satu unsur pembangun fiksi keterjalinannya dapat
dilihat dengan unsur-unsur pembangun lainnya. Jika fiksi yang bersangkutan
merupakan sebuah karya yang berhasil, penokohan pasti berjalan secara harmonis
dan saling melengkapi dengan berbagai unsur lain (Burhan Nurgiyantoro, 1995:
172). Yang dimaksud perwatakan atau penokohan disini adalah bagaimana
pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita dan bagaimana tokoh-tokoh
tersebut. Hal ini berarti bahwa, ada dua hal penting yang terkait dengan
penokohan. Yang pertama berhubungan dengan teknik penyampaian dan yang
kedua berhubungan dengan watak atau kepribadian.
Penampilan dan penggambaran tokoh harus mendukung watak tokoh.
Apabila penggambaran tokoh dalam cerita kurang selaras dengan watak yang
dimiliki maka hal ini akan mengurangi bobot cerita. Watak tokoh juga harus
relevan dengan elemen cerita yang lain. Disamping itu, juga harus relevan dengan
cerita (Herman J. Waluyo dan Nugraheni Eko Wardani, 2009: 28). Karena pada
dasarnya tokoh dapat dikenali oleh pembaca jika penulis mampu menggambarkan
tokoh tersebut dengan baik.
Sementara itu, antar seorang tokoh dengan perwatakan yang dimillikinya
memang merupakan kejadian yang utuh. Peneyebutan nama tokoh tertentu, tak
jarang langsung mengisyaratkan kepada kita perwatakan yang dimilikinya
commit to user
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa, penokohan adalah gambaran jelas seseorang (tokoh) yang
ditampilkan pengarang dalam sebuah cerita fiksi terkait dengan watak yang
dimiliki.
Tokoh dalam karya fiksi bersifat tiga dimensi, yakni fisiologis, sosiologis,
dan psikologis (Wiyatmi, 2006: 30). Definisi fisiologis meliputi usia, jenis
kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka dan sebagainya. Dimensi sosiologis
meliputi status sosial, pekerjaan, jabatan, peranan didalam masyarakat,
pendidikan, agama, aktivitas sosial, pandangan hidup, dan sebagainnya. Dimensi
psikologis meliputi mentalis, ukuran moral, keinginan, dan perasaan pribadi, sikap
dan kelakuan, serta intelektuallitasnya. Segi psikis merupakan faktor utama dalam
menggambarkan watak tokoh. Watak ini dapat dilukiskan dengan cerita (deskripsi
dan narasi), dapat juga diperhidup dengan dialog atau tingkah laku (Herman J.
Waluyo dan Nugraheni Eko Wardani, 2008: 3).
Burhan Nurgiyantoro (1995: 194) membedakan dua teknik atau cara untuk
melukiskan sifat, sikap, watak, dan tingkah laku tokoh yaitu: (1) teknik
ekspositori (expository) dan;(2) teknik dramatik (dramatic). Teknik ekspositori
adalah pelukisan watak tokoh cerita dengan memberikan deskripsi, uraian atau
penjelasan secara langsung melalui dialog antar tokoh atau langsung menceritakan
watak yang dimiliki tokoh. Teknik dramatik pelukisan watak tokoh seperti yang
ditampilkan pada drama, dilakukan secara tidak langsung. Artinya, pengarang
tidak mendeskripsikan secara eksplisit sikap, sifat, serta tingkah laku. Hal ini
commit to user
Hal yang hampir senada disampaikan oleh Zainudddin Fananie yang
membagi cara untuk melukiskan watak tokoh menjadi dua bagian yaitu: (1)
Melalui tampilan fisik dan; (2) pengarang tidak secara langsung mendeskripsikan
karakter tokohnya. Pengarang dapat mengungkapkan melalui gambaran
fisikalnya, termasuk di dalamnya uraian mengenai ciri-ciri khusus yang dimiliki.
Dalam hal ini, pengarang biasanya menguraikan pula secara rinci perilaku, latar
belakang, keluarga, dan kehidupan tokoh pada cerita. Sementara itu, karakter
dibangun melalui kebiasaan berpikir, cara pengambilan keputusan dalam
menghadapi peristiwa kaitannya dengan masalah yang akan muncul dalam cerita,
perjalanan karir, dan hubungannya dengan tokoh-tokoh lain dalam cerita. Hal ini
semata-mata untuk menimbulkan kesan perwatakan yang dimiliki setiap tokoh
dalam cerita.
Sementara itu, hal yang lebih panjang disampaikan oleh Herman J.
Waluyo dan Nugraheni Eko Wardani (2008: 32) yang menggambarkan watak
tokoh dengan: (1) penggambaran secara langsung; (2) secara langsung dengan
diperintah; (3) melalui pernyataan oleh tokohnya sendiri; (4) melalui dramatisasi;
(5) melalui pelukisan terhadap keadaan sekitar pelaku; (6) melalui analisis psikis
pelaku; dan (7) melalui dialog-dialog pelakunya.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa untuk mengenali
penokohan digunakan berbagai teknik misalnya, analitik, dramatik, atau gabungan
antara analitik dan dramatik. Selain teknik tersebut bisa juga menggunakan teknik
ekspositori dan dramatik. Sedangkan untuk menampilkan tokoh digunakan teknik
commit to user
c. Alur
Alur cerita atau juga disebut plot menurut Herman J. Waluyo (2011: 9)
adalah jalinan cerita yang disusun dalam urutan waktu yang menunjukkan
hubungan sebab dan akibat dan memiliki kemungkinan agar pembaca menebak
peristiwa yang akan datang. Sedangkan menurut Suyitno (2009: 49) alur adalah
sambung sinambungnya peristiwa berdasarkan sebab akibat.
Sementara itu, Burhan Nurgiyantoro (1995: 110) mengatakan alur
merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tidak sedikit orangyang
menganggapnya sebagai hal yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang
lain. Kejelasan alur, kejelasan antar peristiwa yang dikisahkan secara linier, akan
mempermudah pemahaman pembaca terhadap cerita yang dibacanya
Berdasarkan pengertian alur menurut Herman J. Waluyo dan Burhan
Nurgiyantoro alur adalah jalinan cerita yang disusun berdasarkan urutan waktu
berdasarkan hubungan sebab akibat dalam suatu peristiwa atau kejadian sehingga
cerita dalam sebuah karya fiksi dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.
Herrman J. Waluyo dan Nugraheni Eko Wardani (2008: 19) membagi alur
menjadi: (a) alur garis lurus atau progresif atau alur konvensional; (b) alaur
flashback atau sorot balik, atau alur regresif. Disamping kedua alur tersebut,
masih terdapat jenis alur yang ketiga yaitu; (c) alur campuran yaitu pemakaian
alur garis lurus dan flashback sekaligus dalam cerita fiksi.
Sementara itu, Burhan Nurgiyantoro (1995: 159-160) membagi alur
berdasarkan kepadatannya menjadi dua, yaitu: (a) alur padat yaitu cerita
commit to user
terjalin erat. Sehingga apabila ada salah satu cerita yang dihilangkan maka, cerita
tidak dapat dipahami hubungan sebab- akibatnya; (b) alur longgar yaitu alur yang
peristiwa demi peristiwanya berlangsung secara lambat.
d. Sudut Pandang
Menurut Kenny dalam Nugraheni Eko Wardani (2009: 43) point ofview
sebagai pandangan yang dipergunakan sebagai sarana menyajikan tokoh,
tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah fiksi
kepada pembaca.
Sementara itu, Herman J, Waluyo dan Nugraheni Eko Wardani (2008: 37)
mengatakan bahwa sudut pandang pengarang adalah teknik yang dipakai oleh
pengarang untuk berperan dalam cerita. Dalam hal ini aapakah pengarang ikut
ambil bagian , sebagai pengamat, atau sebagai orang ketiga.
Hal yang berbeda disampaikan oleh Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro
(1995: 284) yang menjelaskan bahwa sudut pandang menunjuk pengertian pada
sebuah cerita dilukiskan.
Lebih lanjut dikatakan oleh Jakob Sumardjo dan Saini K.M. (1998: 82)
bahwa sudut pandang pada dasarnya adalah visi pengarang, artinya sudut pandang
yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Ada empat macam
sudut pandang menurut Jakob Sumardjo dan Saini K.M yaitu: (a) omniscient point
of view (sudut penglihatan yang berkuasa). Disini pengarang bertindak sebagai
pencipta segalanya; (b) objective point of view. Dalam teknik ini pengarang
bekerja seperti dalam teknik omniscient, hanya pengarang sama sekali tidak
commit to user
sudut pandang orang pertama. Gaya ini bercerita dengan sudut
pandangan“Aku”.Jadi, seperti orang menceritakan pengalamannya sendiri karena
tokoh “Aku” bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri; dan (d) i” oini of
View. Peninjau dalam teknik ini pengarang memilih salah satu tokohnya untuk
bercerita.
Sedangkan Suminto A. Sayuti (1996: 40) membagi sudut pandang
menjadi empat jenis yaitu, (a) sudut pandang akuan-sertaan; (b) sudut pandang
akuan-taksertaan; (c) sudut pandang diaan-mahatahu; dan (d) sudut pandang
diaan-terbatas. Dari empat sudut pandang tersebut memiliki peran
masing-masing, namun tidak menutup kemungkinan bahwa dalam sebuah novel
pengarang menggunakan beberapa sudut pandang secara bersama-sama.
Di dalam sudut pandang akuan-sertaan, tokoh sentral cerita adalah
pengarang yang secara langsung terlibat dalam cerita. Sementara itu, dalam sudut
pandang akuann-taksertaan tokoh “Aku” biasanya hanya menjadi pembantu atau
pengantar tokoh lain yang lebih penting. Pencerita pada umumnya hanya muncul
di awal atau di akhir cerita saja (Suminto A. Sayuti, 1996: 101).
Pengarang di dalam sudut pandang diaan-mahatahu berada di luar cerita,
pengarang berperan menjadi pengamat yang mahatahu, bahkan dapat berdialog
langsung dengan pembaca. Sedangkan diaan-terbatas, pengarang menjadi orang
ketiga, yakni sebagai pencerita yang terbatas hak berceritanya. Pengarang dengan
kedudukannya sebagai orang ketiga henya menceritakan apa yang dialami oleh
commit to user
Berdasarkan pendapat diatas,sudut pandang atau pusat pengisahan adalah
tempat pencerita dalam hubungannya dengan cerita yang digunakan pengarang
untuk melihat suatu kejadian cerita secara utuh untuk memperoleh totalitas cerita.
Sudut pandang mewakili pengarang dalam menuturkan setiap kejadian yang ada
dalam cerita.
e. Latar
Latar merupakan salah satu fakta cerita yang harus diperhatikan, dianalisis,
dan dinilai (Sugihastuti dan Suharto, 2002: 54). Latar memiliki fungsi untuk
memberi konteks cerita. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sebuah cerita
terjadi dan dialami oleh tokoh di suatu tempat tertentu, pada suatu masa, dan
lingkungan masyarakat tertentu.
Sementara itu, Burhan Nurgiyantoro (1995: 216) mengatakan lataradalah
segala keterangan petunjuk, pengacuan, yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan
suasana terjadinya peristiwa dalam cerita.
Hal yang senada disampaikan oleh Panuti Sudjiman (1991: 46) latar adalah
segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya dalam
kenyataan.
Hal yang lebih rinci disampaikan oleh Herman J. Waluyo dan Nugraheni
Eko Wardani (2008: 34) yang mengatakan latar adalah tempat kejadian cerita.
Tempat kejadian cerita dapat berkaitan dengan aspek fisik, sosiologis, dan aspek
psikis.
Berdasarkan pengertian latar yang telah disampaikan maka, latar adalah
commit to user
sosiologis, dan aspek psikis. Latar tempat juga memengaruhi jalan cerita, karena
pada latar tententu akan memiliki cerita yang khas. Dan perlu diperhatikan bahwa
latar dipengaruhi oleh latar belakang sosial penulis
2. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari
luar atau bisa juga disebut sebagai faktor-faktor yang melatar belakangi
penciptaan karya sastra. Zainuddin Fannanie (2002: 77) mengatakan bahwa
unsur-unsur ektrinsik yang paling penting adalah bagaimana pengarang mampu
mengintegrasikan faktor ekstrinsik menjadi satu kesatuan cerita yang mampu
menumbuhkan konflik-konflik yang menarik dan aktual, penuh ketegangan dan
mampu memancing keinginan pembaca. Berdasarkan pendapat Zainuddin
Fannanie tersebut maka unsur ekstrinsik tidak terlepas dari faktor struktur
intrinsik karya sastra.
Unsur-unsur ekstrinsik tersebut meliputi: (1) latar sosial budaya;(2)
amanat;(3) biografi pengarang;dan (4) proses kreatif penciptaan karya sastra.
a. Latar sosial budaya
Burhan Nurgiyantoro (1995: 234) mengatakan bahwa untuk mengangkat
latar tempat tertentu ke dalam karya fiksi, pengarang perlu menguasai medan, hal
tersebut juga berlaku untuk latar sosial tepatnya sosial budaya. Berdasarkan
pendapat Burhan Nurgiyantoro tersebut, latar sosial budaya dapat diketahui jika
diketahui latar tempat dan waktu dalam suatu karya sastra. Dengan
demikian,dapat disimpulkan bahwa, latar sosial budaya yang mewakili kelompok
commit to user
keadaan sosial budaya pengarang terhadap cerita yang disampaian.Dengan
menyampaikan cerita sesuai latar belakang pengarang, maka akan terjadi
kesinambungan cerita.
b. Amanat
Panuti Sudjiman (1988: 57) mengatakan bahwa amanat adalah ajaran
moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat itu
bersifat implisit dan eksplisit. Implisit jika jalan keluar atau ajaran moral itu
disiratkan dalam tingkah laku tokoh yang menjelang akhir cerita. Sedangkan
eksplisit jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan,
saran, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya.
Hal yang hampir sama dikemukakan oleh Burhan Nurgiyantoro (1995:
336) mengemukakan bahwa dalam sebuah novel sering ditemukan adanya pesan
yang tersembunyi, namun ada juga yang disampaikan secara langsung dan
terkesan ditonjolkan pengarang. Bentuk penyampaian pesan moral yang
ditonjolkan secara langsung identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang
bersifat uraian, telling atau penjelasan expository.
Dari beberapa pengertian amanat yang disampaikan dapat ditarik
kesimpulan bahwa amanat adalah pesan yang ingin disampaikan penulis kepada
pembaca yang bersifat mendidik, baik itu disampaikan secara langsung ataupun
secara sembunyi (jika tidak secara langsung diucapkan).
Dalam kaitannya dengan amanat pengaranglah yang sangat berperan
penting karena dalam menyampaikan amanat pengarang berusaha sekuat tenaga
commit to user
pembaca novel mampu menangkap makna tersebut, makna itu nantinya akan
dijadikan sebagai bahan acuan dalam bersikap dan bertindak dalam kehidupan.
Hubungan antara pengarang, amanat, dan pembaca nampak pada gambar berikut
ini.
[image:40.595.122.501.241.482.2]pengarangamanat pembaca
Gambar 1.1 Hubungan Pengarang dengan Pembaca
Berdasarkan gambar tersebut maka, dalam menulis sebuah karya sastra,
pengarang menyampaikan amanat. Kemudian amanat ditafsirkan oleh pembaca.
Gambar di atas menunjukkan bahwa amanat yang ingin disampaikan pengarang
berhubungan dengan cerita sehingga terkesan tidak melibatkan tokoh cerita dan
alur penceritaannya. Akan lebih baik jika dalam menyampaikan amanat
pengarang mengikutsertakan teks cerita, sehingga terjalin hubungan yang kuat
dan padu anatara amanat dan cerita. Hubungan pengarang dalam menyampaikan
amanat kepada pembaca terkait dengan cerita adalah sebagai berikut:
pengarang amanat pembaca
menafsirkan membaca
menulis memasukkan
teks
Gambar 1.2 Hubungan Pengarang, Amanat, dan Pembaca
[image:40.595.186.461.524.652.2]commit to user
Dalam menyampaikan amanat penulis tidak mau menganggap pembaca
bodoh, demikian pula sebaliknya, pembaca pun tidak mau dibodohi oleh
pengarang. Denganbegitu, disatu pihak pengarang berusaha “menyembunyikan”
pesan dalam teks, dalam hubungannyadengan cerita. Di pihak lain, pembaca
berusaha menemukan amanat lewat teks cerita dengan cara menafsirkan amanat.
c. Biografi Pengarang
Wellek dan Warren (1989: 82) mengatakan biografi hanya bernilai sejauh
memberi masukan tentang penciptaan karya satra tetapi biografi dapat juga
dinikmati karena mempelajari hidup pengarang yang jenius, menelusuri
perkembangan moral, mental, dan intelektualnya. Biografi dapat juga dianggap
studi yang sistematis tentang psikologi pengarang dan proses kreatif. Berpijak dari
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat menganalisis karya
sastra menggunakan biografi pengarang sebagai salah satu sumber yang
mendukung dan sumber yang dapat dipertangung jawabkan.
d. Proses Kreatif Penciptaan Karya
Proses kreatif meliputi seluruh tahapan, tahap awal adalah dorongan
bawah sadar yang melahirkan karya sastra sampai pada saat terakhir yang
dilakukan pengarang. Bagi sejumlah pengarang, justru sebagian akhir ini
merupakan tahapan yang paling kreatif (Wellek dan Warren, 1989: 97).
Pada dasarnya apa yang disampaikan oleh Rene Wellek dan Austin
Warren adalah dalam proses kreatif penciptaan karya sastra bersifat sadar dan
commit to user
dalam reservoir (“sumur” alam bawah sadar) yang telah mengalami metamorfosis
secara tidak disadari.
2. Hakikat Psikologi Sastra
a. Pengertian Psikologi Sastra
Sastra dipandang sangat fungsional dalam membantu manusia untuk
mencari kebermaknaan hidup. Berbicara tentang makna hidup pada dasarnya
menyangkut sikap kejiwaan manusia. Jika makna hidup dapat digali dan
ditemukan dalam karya sastra, secara otomatis tersirat adanya hubungan sastra
dengan ilmu jiwa atau yang biasa disebut psikologi.
Menurut Suwardi Endraswara (2011: 97) psikologi sastra sebagai kajian
sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan, yaitu jiwa manusia
yang terpantul melalui tingkah laku aktivitas-aktivitasnya sebagai manivestasi
hidup psikis.
Bimo Walgito (1997: 9) mengatakan bahwa psikologi adalah ilmu
yangmembicarakan tentang jiwa. Ia merupakan suatu ilmu yang menyelidiki
sertamempelajari tingkah laku serta aktifitas itu sebagai manifestasi hidup
kejiwaan. Hal yang hampir sama disampaikan oleh Minderop (2011: 54) yang
mengatakan bahwa psikologi sastra adalah telaah karya sastra yang diyakini yang
mencerminkan proses dan aktifitas kejiwaan.
Oleh karena itu, karya sastra dapat didekati dengan menggunakan
pendekatan psikologi. Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa antara
psikologi dan sastra memiliki hubungan yang bersifat tidak langsung yang
commit to user
pengarang mengungkapkan kejiwaan manusia melalui tokoh-tokoh berdasarkan
imajinasi.
Sementara itu, Wellek dan Warren (1989: 90) membagi psikologi menjadi
empat bidang kajian yaitu studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai
pribadi, studi proses kreatif, studi tipe dan hukum-hukum psikolgi yang
diterapkan pada karya sastra, dan mempelajari dampak sastra pada pembaca
(psikologi pembaca).
Hal yang hampir sama dengan pendapat Wellek dan Werren disampaikan
oleh Nyoman Kutha Ratna (2004: 61) mengatakan bahwa pendekatan psikologi
pada dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama. Yaitu: pengarang, karya
sastra, dan pembaca dengan mempertimbangkan bahwa pendekatan psikologi
lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra. Daiches (1956:
340-357) states that psychology research on literature is devided into three: first,
psychological literature through authorship analysis; second, psychological
literature through the figures and characteristics analysis; third, psychological
literature in term of archetypal image.Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa
penelitian psikologi sastra dibedakan menjadi tiga:pertama psikologi sastra
melalui analisis dunia kepengarangan, kedua psikologi sastra melalui analisis
tokoh-tokoh dan penokohan, ketiga psikologi sastra dalam kaitannya dengan citra
arketipe. Cara yang pertama disebut sebagai kritik ekspresif sebab melukiskan
pengarang sebagai subjek individual, khususnya antara sikap pengarang dengan
karya yang dihasilkan. Cara yang kedua disebut kritik objektif dengan
commit to user
karakterisasi. Cara yang ketiga disebut sebagai kritik arkatipe sebab analisis
dipusatkan pada eksistensi ketaksadaran kolektif.
Hilgert (1957: 56) mengatakan Psychology may be defined is the science
that studies the behavior of man and other animal yang artinya adalah psikologi
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah lakumanusia dan hewan
lainnya. Dalam hubungannya dengan psikologi sastra ilmu psikologi mempelajari
hubungan kejiwaan tokoh-tokoh dengan sikap atau tingkah laku yang tercermin
dalam karya sastra. Keberadaan sikap dan kejiwaan pengarang dapat dideteksi
melalui karya sastranya, sedangkan sikap dan perilaku tokoh biasanya erat
kaitannya dengan kehidupan pengarang.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
psikologi sastra ialah model penelitian interdisiplin dengan menetapkan bahwa
karya sastra memiliki posisi yang dominan yang memusatkan penelitian pada
aspek kejiwaan tokoh yang terdapat dalam karya sastra, aspek kejiwaan pengarang
dan psikologi pembaca. Aspek-aspek kemanusiaan merupakan objek utama
psikologi sastra. Unsur-unsur kejiwaan tokoh fiksional dalam karya sastra
dianalisis untuk mengetahui aspek psikologis watak yang timbul dalam karya
tersebut. Aspek psikologi itulah yang nantinya akan menjadi dasar kajian novel
berlandaskan psikologi atas bantuan pemapaparan tokoh dan penokohan yang
terlibat dalam novel.
b. Fokus Penelitian Psikologi Sastra
Psikologi sastra tidak hanya terbatas pada psikologi tokoh saja tetapi
commit to user
sebagainya.Sastra merupakan sebuah dokumen, monumen, dan tanda (struktur
indah). Ketiga hal ini dalam studi psikologi sastra harus dipegang teguh agar
fokus penelitian tidak meleset. Dengan demikian, dapat dikatakan fokus penelitian
psikologi sastra adalah aspek kejiwaan. Kejiwaan itu sangat luas, namun dalam
hal ini dapat difokuskan pada satu atau lebih sisi yang dominan saja.
Metode atau langkah kerja pada pendekatan psikologi menurut Atar Semi
dalam Suwardi Endraswara (2011: 80-81). Langkah kerja yang akan menuntun
fokus penelitian psikologi sastra adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan psikologis menekankan analisis terhadap keseluruhan karya
sastra, baik segi intrinsik maupun segi ekstrinsik. Namun, dalam hal ini
penekanan diberikan kepada unsur intrinsik yakni penokohan atau perwatakan
sebagai aspek psikologi.
b. Segi ekstrinsik yang dipentingkan untuk dibahas adalah mengenai pengarang
yang menyangkut masalah kejiwaannya, cita-cita, keinginan, falsafah hidup,
obsesi, dan lain-lain. Dalam hubungan ini diperlukan melacak riwayat hidup
pengarang dari kecil karena adanya anggapan bahwa peristiwa dan kejiwaan
pengalaman masa kecil akan memengaruhi kehidupan, tindakan, dan cara
berpikir yang bersangkutan pada masa dewasa. Dengan memahami segi
kejiwaan pengarang, akan membantu dalam memahami perilaku dan
perwatakan tokoh-tokoh cerita yang ditulisnya..
c. Di samping menganalisis penokohan dan perwatakan , dilakukan analisis yang
commit to user
d. Di dalam analisis perwatakan harus dicari nalar tentang perilaku tokoh. Apakah
perilaku tersebut dapat diterima apabila ditinjau secara psikologi. Selain itu,
juga harus dijelaskan motif dan niat yang mendukung tindakan tersebut.
e. Proses penciptaan merupakan hal lain yang mesti mendapat perhatian. Dalam
penelitian harus diketahui apa motif penciptaan. Apakah penciptaan karya
tersebut berdasarkan endapan pengalaman batin atau ada keinginan-keinginan
yang tidak terpenuhi, yang segera melepaskan kekecewaan itu dengan menulis.
f. Konflik serta kaitannya dengan perwatakan dan alur cerita, harus pula
mendapat penelitian, bahkan perlu dijelaskan perwatakan yang dihinggapi
gejala penyakit neurosis, psikosis, dan halusinasi. Dalam menganalisis konflik
harus dilihat apakah konflik itu terjadi dalam diri tokoh, atau konflik dengan
tokoh lain atau situasi yang berada di luar dirrinya.
Konflik Menurut Wellek dan Werren (1989: 289) adalah sesuatu yang
dramatik, mengacu pada pertentangan antara dua kekuatan yang seimbang dan
menyiratkan aksi-aksi balasan. Dengan demikan, konflik sebagai sesuatu yang
negatif dan tidak menyenagkan sehingga hal ini cenderung dihindari.
Koeswara (1987: 67-70) mengemukakan bahwa manusia sebagai individu
juga akan mengalami konflik yaitu:
a. Konflik intra personal yaitu konflik yang ada didalam diri individu mereka,
konflik antara kecemasan-kecemasan yang berhubungan dengan eksistensi
commit to user
b. Konflik interpersonal yaitu konflik yang terjadi pada seseorang karena
ketidakmampuan menjalin hubungan dekat dengan seseorang yang lain (lain
jenis).
c. Konflik individu versus lingkungan yaitu konflik yang terjadi antara individu
menyangkut penyesuaian dirinya terhadaplingkungan masyarakat.
d. Konflik antar suatu ide dengan ide yang lain dan konflik antar seseorang
dengan hatinya (konflik psikologi, konflik internal, atau konflik batiniah).
Peristiwa dan konflik berkaitan erat, dapat saling menyebabkan terjadinya
satu dengan yang lain, bahkan konflik pada hakekatnya merupakan peristiwa, ada
peristiwa tertentu yang menimbulkan konflik. Konflik demi konflik yang disusul
oleh peristiwa demi peristiwa akan menyebabkan konfli semakin
meningkat.Konflik yang dapat diangkat dalam suatu karya dapat berupa konflik
yang terjadi antara manusia dengan manusia, manusia dngan masyarakat, manusia
dengan alam sekitar (ketiganya dapat disebut konflik fisik, konflik eksternal atau
konflik jasmani).
c. Tokoh Psikologi Sastra
1. Psikologi Sastra Sigmund Freud
Psikologi sastra Sigmund Freud disebut juga dengan teori psikoanalisis
Teori psikologi sastra Sigmund Freud mengatakan bahwa kehidupan manusia
dikuasai oleh alam ketidaksadarannya. Penelitian psikologi sastra berawal dari
teori Sigmund Freud (1856-1939). Freud membedakan kepribadian menjadi tiga
macam, yaitu Id, Ego, dan Superego. Ketiga ranah psikologi ini menjadi dasar
commit to user
According to Sigmund Freud, psychological literature is all mental phenomena
which are covered by the unconscious nature of consciousness(1997: 18). Artinya
menurut Sigmund Freud psikologi sastra adalah semua gejala yang bersifat mental
bersifat tak sadar yang tertutup oleh alam kesadaran. Asas psikologi merupakan
alam bawah sadar, yang disadari secara samar-samar oleh individu yang
bersangkutan.Ketaksadaran justru merupakan bagian yang paling besar dan paling
aktif dalam diri setiap orang. Dalam hal ini Freud juga menghubungkan karya
sastra dengan mimpi. Sastra dan mimpi dianggap memberikankepuasan secara tak
langsung. Hal ini jelas bahwa dalam sastra semata-mata diciptakan pengarang
untuk memberi kepuasan kepada pembaca.
2. Psikologi Sastra Abraham Maslow
Berbeda dengan teori Sigmund Freud tokoh psikologi sastra berikutnya
adalah Abraham Maslow yang dikenal sebagai pelopor aliran psikologi
humanistik. Menurut Maslow manusia tergerak untuk memahami dan menerima
dirinya sebisa mungkin. Teori yang disampaikan Abrahamm Maslow dikenal
dengan Hierarchy of Needs atau hirarki kebutuhan. Teori ini dilatar belakangi
oleh kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya sehingga memberi
pengaruh atas gagasan psikologisnya. Maslow menggunakan piramida sebagai
peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan.
Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki
commit to user
tinggi(aktualisasi diri). Adapun hierarki kebutuhan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Kebutuhan Fisiologis
Pada tingkat yang paling bawah terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologis
(kebutuhan akan udara, makanan, minuman, dan sebagainya)
b. Kebutuhan Rasa Aman
Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan,
stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan,
bebas dari rasa takut dan cemas.
c. Kebutuhan Dicintai dan Disayangi
Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan
mesra dengan orang lain. Ia ingin mencintai dan dicintai. Setiap orang ingin
setia kawan dan butuh kesetiakawanan. Jika kebutuhan ini tidak tersalurkan
maka rasa kepercayaan diri seseorang tersebut akan turun.
d. Kebutuhan Harga Diri
Dalam kehidupan bermasyarakat tidak dapat dipungkiri bahwa seseorang
ingin dihargai orang lain atau sebaliknya. Terkait dengan harga diri sangat
berhubungan erat dengan kedudukan, kekuasaan, kekayaan, dan prestasi.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan aktualisasi diri akan muncul setelah kebutuhan yang lainnya
terpenuhi.
Hal yang senada juga disampaikan oleh Krech, et al., (1974: 462):
Specifically, Maslow conceptualilizes the following five levels of needs,
commit to user
needs: 1. Psysiological needs, for example, hunger, thirst; 2. Safety needs,
for example, security, stability; 3. Belongingness and love needs, for
example, affection, identification; 4. Esteem needs, for example, prestige,
self-respect; 5. Need for self-actualization.
Hierarki teori kebutuhan bertingkat dari Maslow adalah sebagai berikut,
kebutuhan: fisiologis, contohnya, perasaan lapar dan haus; rasa aman, contoh,
keamanan dan stabilitas; kepemilikan dan cinta, contoh rasa kasih sayang dan
identifikasi; penghargaan contoh prestise dan harga diri; aktualisasi diri, contoh
pencapaian semua potensi manusia kebutuhan inheren, kapasitas dan
pengembangan potensi. Dalam hierarki ini kelima kebutuhan tersebut harus
mampu dipenuhi manusia untuk mencapai kehidupan yang diingkan. Dalam
pencapaiannya kebutuhan tersebut dipenuhi dari yang paling bawah menuju
kebutuhan yang berada pada tingkat berikutnya.
3.Psikologi Sastra Julia Kristeva
Menurut Kristeva untuk mengungkap sisi kejiwaan sastra, unsur semiotik
(simbol) dan bahasa amat penting dicermati. Kristeva memfokuskan pada aspek
semiotik dan feminisme yang harus digarap karena pada dasarnya Kristeva adalah
tokoh feminisme. Sedangkan Mitchell (1988: 425) menyatakan bahwa penelitian
sastra dapat merunut hubungan psikologis antara laki-laki dan perempuan. Unsur
feminisme akan dapat membedakan antara pengarang laki-laki dan perempuan,
dan antara pembaca laki-laki dan perempuan.
Dari deskontruksi di atas, dapat disimpulkan bahwa dasa