• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II UNSUR INTRINSIK NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. 2.1 Analisis Struktur Internal Novel Cinta Suci Zahrana karya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II UNSUR INTRINSIK NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. 2.1 Analisis Struktur Internal Novel Cinta Suci Zahrana karya"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

UNSUR INTRINSIK NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

2.1 Analisis Struktur Internal Novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy

Analisis struktur adalah jalan utama yang harus ditempuh dalam penelitian karya sastra, agar apa yang tersirat di dalam karya sastra bisa tersurat dengan nyata, karena struktur dalam karya sastra merupakan pondasi utama yang membangun bagus atau tidaknya karya sastra. Maka dari itu, analisis struktur sangat diperlukan untuk membongkar, memaparkan kesinambungan dan keterkaitan unsur karya sastra. Pradopo (1995:141) mengungkapkan bahwa tujuan analisis struktural adalah membongkar, memaparkan secermat mungkin keterkaitan dalam keterjalinan dari berbagai aspek yang secara bersama-sama hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi urusan itu dalam keseluruhan karya sastra.

Karya sastra memiliki unsur yang harus dibongkar apabila karya sastra akan dijadikan objek dalam sebuah penelitian. Analisis unsur karya sastra yang tersembunyi dan penuh teka-teki harus dipahami secara mendalam, mendetil, dan teliti. Karena di dalam karya sastra terdapat unsur makna dan keterkaitan yang harus diketahui keseluruhannya. Menurut Teeuw (1984:135), pendekatan struktural mempunyai tujuan yaitu analisis struktural untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetil, dan semendalam mungkin, keterkaitan

(2)

dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh.

Pendekatan struktural sangat penting bagi sebuah analisis karya sastra. Sebuah karya sastra dibangun oleh unsur-unsur yang membentuknya. Unsur tersebut saling mengisi dan berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan makna. Karya sastra yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah novel. Penelitian ini menggunakan teori struktural yang dibatasi pada tema, plot, penokohan, latar, dan dialog. Melalui penelitian ini dapat diketahui lebih jelas aspek intrinsik novel Cinta Suci Zahrana yang membentuk estetika cerita.

2.1.1 Tema

Menurut Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro; 2012:67) tema adalah makna yang terkandung oleh sebuah cerita. Menurut Aminuddin (dalam Siswanto, 2013:146) tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema berperanan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakannya. Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa rekaan oleh pengarangnya.

Proses memahami tema terbentuk secara perlahan. Proses pemahaman berdasarkan gagasan utama yang ingin diungkapkan dalam novel Cinta Suci Zahrana. Keseimbangan dalam berkarier dan berkehidupan sosial sebagai seorang perempuan agar tidak terlalu mementingkan karier akademis namun juga mempertimbangkan karier non-akademis seperti halnya pernikahan. Di dalam pandangan masyarakat apabila seorang perempuan terlambat untuk menikah atau

(3)

membina rumah tangga itu merupakan cela bagi seorang perempuan dalam perspektif masyarakat awam.

Tema utama tidak dapat muncul sekaligus secara sempurna, tetapi didukung oleh tema-tema tambahan yang melengkapi atau mendukung tema utama. Hal ini tampak pada kutipan berikut.

“Nalar kritisnya menguatkan dirinya, bahwa sama sekali dia tidak salah. Apa yang ia tempuh adalah sebuah kemajuan. Ia memiliki potensi besar dan ia harus mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya. Sudah tidak jamannya lagi perempuan diatur-atur oleh adat dan norma yang tidak ada patokan ilmiahnya. Ia bahkan masih harus menunda sampai meraih gelar doktornya. ...”(CSZ, hlm., 26)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana adalah perempuan yang memiliki potensi akademis yang perlu dikembangkan untuk meraih prestasi di bidang akademik. Dengan potensi yang dimiliki Zahrana ingin menunjukkan bahwa sudah saatnya perempuan tidak hanya patuh pada siapa pun dalam hal berkarier di bidang akademik. Bahkan adat istiadat dan norma masyarakat sekalipun, sudah tidak seharusnya mengekang perempuan untuk tidak berkarier di bidang akademik. Kemudian ada bantahan dalam dirinya bahwa tak seharusnya perempuan itu egois untuk meraih prestasi akademik saja, perempuan juga perlu untuk meraih prestasi peretas generasi yaitu dengan menikah. Apabila perempuan terlambat untuk menikah akan menjadi cela di kalangan masyarakat awam, sebagaimana dijelaskan dalam kutipan berikut.

“Tetapi satu sisi nuraninya menegur dirinya, bahwa ia adalah perempuan yang egois. Kenapa juga tidak segera sadar bahwa umurnya sudah melewati kepala tiga. Siapa bilang norma masyarakat tidak ada patokan ilmiahnya? Ada. Ketika masyarakat menyebut seseorang sebagai perawan tua, itu tidak semata-mata ejekan. Tetapi peringatan tanda sayang. Dunia kedokteran sudah menentukan usia produktif seorang

(4)

perempuan. Idealnya perempuan menikah sebelum usia tiga puluh tahun. ...” (CSZ, hlm., 26-27)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa perempuan tidak menikah di atas usia tiga puluh tahun, karena akan melewati masa produktif yang juga penting diperhatikan perempuan. Mengejar prestasi akademik tidak berarti harus selalu menunda untuk menikah tetapi harus berpikir agar prestasi akademik lancar dan non-akademik juga berjalan. Keseimbangan dalam berkarier dan berumah tangga itu perlu, agar tidak terlalu berambisi dalam akademis saja, tetapi berupaya pula untuk segera membina rumah tangga. Alasan ini diperkuat lagi dengan kutipan berikut.

“Nurani lebih dalam lagi berkata pada dirinya.”

“Zahrana, ayah dan ibumu saat ini tidak memerlukan lagi penghargaan-penghargaan ilmiah itu. Yang mereka perlukan darimu adalah kamu segera berumah tangga, lalu memberi mereka cucu. ...” (CSZ, hlm., 27) Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana dituntut untuk seimbang dalam prestasi akademik dan nonakademik. Maka dari itu, penulis menyimpulkan bahwa tema novel Cinta Suci Zahrana adalah keseimbangan dalam hidup berprestasi akademik dan prestasi non-akademik. Karier akademik dan rumah tangga (berkeluarga dan memiliki keturunan) kendalanya berada pada posisi untuk perempuan berpendidikan.

2.1.2 Plot/Alur

Menurut Abram (dalam Siswanto, 2013:144) plot atau alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam sebuah cerita. Sedangkan

(5)

Sudjiman (dalam Siswanto, 2013:144) mengartikan alur sebagai jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Jalinannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab akibat). Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan saksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian. Pada cerita Cinta Suci Zahrana, plot yang digunakan Habiburrahman El Shirazy adalah campuran.

Untuk memeroleh keutuhan sebuah alur cerita, Aristoteles (dalam Nurgiyantoro, 2005:142) mengemukakan bahwa alur terdiri atas tiga tahapan, yaitu: tahapan awal (beginning), tahapan tengah (middle), dan tahapan akhir (end), ketiga tahapan tersebut menunjukkan keutuhan cerita.

2.1.2.1 Tahapan Awal

Tahap awal sebuah cerita disebut sebagai tahapan perkenalan. Tahapan perkenalan pada umumnya berisi informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya (Nurgiyantoro, 2005:142). Fungsi tahap awal ialah memberikan informasi dan penjelasan yang berkaitan dengan pelataran dan penokohan.

Pada tahap awal novel Cinta Suci Zahrana menceritakan keberangkatan Zahrana ke Beijing untuk menerima penghargaan di Tsinghua University Beijing, atas prestasinya dalam menulis karya ilmiah di bidang arsitektur. Akan tetapi, keberangkatan Zahrana ke Beijing tidak mendapat apresiasi yang sempurna dari ayah dan ibunya. Kedua orang tuanya seolah-olah tidak peduli dengan prestasi Zahrana dan menyikapinya dengan biasa-biasa saja. Perhatikan kutipan berikut.

(6)

“Tetapi kenapa orang tuanya seperti tidak mengerti juga apa yang telah ia lakukan? Saat ia menerima undangan dari Beijing dan ia beritahukan kepada mereka, mereka menanggapinya biasa-biasa saja. Seperti tidak ada yang istimewa. Padahal itu adalah undangan istimewa dan luar biasa.” (CSZ, hlm., 2)

Kutipan di atas membuktikan bahwa ayah dan ibunya Zahrana bersikap acuh tak acuh terhadap Zahrana, seakan-akan tidak peduli dengan prestasi yang telah diraih Zahrana dan tidak rela melepas Zahrana untuk berangkat ke Beijing.

Kemudian awal dari kisah perjuangan Zahrana yang simpang siur dengan kedua orang tuanya yaitu perjuangan antara prestasi akademik dan nonakademik. Zahrana masih ingin melanjutkan pendidikan dan belum mau menikah, sementara ayah dan ibunya berharap Zahrana segera menikah karena Zahrana sudah bukan remaja dan cukup umur untuk menikah. Orang tuanya khawatir Zahrana digunjing sebagai perawan tua, sebagaimana dalam kutipan berikut.

“Saya katakan anak itu mementingkan dirinya sendiri, kesenangannya sendiri. Yang ia pikirkan bagaimana meraih penghargaan ini, gelar ini dan itu, ngisi seminar ini dan itu. Itu saja yang ia pikirkan. Dia tidak pernah mikir kedua orang tuanya tak lama lagi akan mati. Kami semakin tua. Dan dia masih lajang saja, tidak juga berumah tangga. Berkali-kali dilamar orang tak satupun yang ia terima. Sekarang dia sudah tua, tak ada yang datang lagi padanya. Orang-orang banyak yang sudah menggunjingnya sebagai perawan tua. ...” (CSZ, hlm., 43-44) Kutipan di atas menjelaskan bahwa orang tuanya menginginkan Zahrana segera menikah, tidak hanya mementingkan kehendaknya sendiri untuk meraih prestasi, tetapi juga segera menikah karena usianya yang sudah tua.

2.1.2.2 Tahapan Tengah

Tahap tengah cerita juga disebut sebagai tahap pertikaian. Pada tahap ini ditampilkan pertentangan atau konflik yang sudah dimunculkan pada tahap sebelumnya. Konflik menjadi semakin meningkat, dan semakin menegangkan.

(7)

Konflik yang dikisahkan dapat berupa konflik internal, konflik yang terjadi dalam diri seorang tokoh, konflik eksternal, konflik atau pertentangan yang terjadi antartokoh cerita, antar tokoh protagonis dengan tokoh antagonis, atau keduanya sekaligus. Bagian tengah cerita merupakan bagian terpanjang dan terpenting dari karya fiksi yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2005:145). Fungsi tahapan tengah ialah mengembangkan konflik yang telah diperkenalkan pada tahapan sebelumnya.

Pada tahapan tengah ini, inti cerita disajikan seperti: tokoh memainkan peran, peristiwa penting yang dikisahkan, konflik berkembang semakin meruncing, menegangkan, dan mencapai klimaks. Untuk mengidentifikasi konflik utama, peristiwa fungsional-klimaks, dan tema atau gagasan utama, pembaca memerolehnya dari kegiatan pembacaannya (Nurgiyantoro, 2005:145).

Pada tahapan tengah novel Cinta Suci Zahrana ini digambarkan tentang pertentangan Zahrana dengan kedua orang tuanya terkait dengan lamaran Pak Karman. Orang tua Zahrana berharap agar Zahrana menikah dengan Pak Karman, tetapi Zahrana tidak mau menikah dengan Pak Karman. Perhatikan kutipan berikut.

“Jadi bapak dan ibu sudah menerima lamaran itu, tanpa sepengetahuan Zahrana?” Nada kata-kata Zahrana meninggi.

Tidak Nduk. Kami tidak tahu apa-apa. Mereka mau datang masak mereka Bapak tolak. Kami hanya bilang prinsipnya tidak masalah tapi keputusan ada di tanganmu. Kami bilang begitu. Kan yang mau menjalani kamu bukan kami. Jelas Pak Munajat.

Bagus kalau begitu. Untung bapak dan ibu belum menerimanya. Maksudmu apa Nduk? Apa kau akan menolak juga lamaran kali ini? Rana tidak suka Pak sama Pak Sukarman?” (CSZ, hlm., 181-182)

(8)

Kutipan di atas merupakan gambaran sikap Zahrana yang tidak mau menikah dengan Pak Karman. Namun ayah dan ibunya berharap agar Zahrana menikah dengan Pak Karman yang telah mapan menurut orang tuanya Zahrana tetapi Zahrana tetap tidak mau menikah dengan Pak Karman. Penolakan Zahrana atas permintaan ayah dan ibunya untuk menikah dengan Pak Karman diperkuat dengan kutipan berikut.

“Pokoknya saya tidak bisa Bu. Menurutku Pak Karman masih kurang. Saya sangat tahu siapa dia, soalnya saya satu kampus dengannya. Nanti kalau ada yang cocok pasti saya menikah Bu. Saya berjanji Bu saya akan ikhtiar untuk segera menikah, tetapi dengan orang yang saya cocok.” (CSZ, hlm., 196)

Kutipan di atas adalah penegasan Zahrana kepada ibunya terhadap lamaran Pak Karman. Sementara itu, ayahnya tidak rela jika Zahrana masih keras kepala dengan kehendaknya sendiri, menunda pernikahan dan pilih-pilih pasangan. Ayahnya sangat berharap zahrana segera menikah, ayahnya kecewa dan marah, sebagaimana dalam kutipan berikut.

“Yah sak karepmu Nduk. Kau tidak nikah pun sak karepmu.” Lirih Pak Munajat. Mendengar kata-kata ayahnya itu Zahrana tahu ayahnya sangat marah. Dalam hati Zahrana ingin minta maaf pada ayahnya. ...” (CSZ, hlm., 197)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana dan kedua orang tuanya memiliki kehendak yang bersimpangan. Ayahnya ingin Zahrana segera menikah namun Zahrana masih ingin mencari yang cocok dengan pilihan dan harapannya, agar tidak menyesal di kemudian hari dan Zahrana tidak ingin menerima sembarang orang apalagi orang sembarangan.

(9)

2.1.2.3 Tahapan Akhir

Tahapan akhir sebuah cerita atau dapat juga disebut sebagai tahap peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat dari klimaks. Bentuk penyelesaian sebuah cerita dalam banyak hal ditentukan oleh hubungan antartokoh dan konflik yang dimunculkan (Nurgiyantoro, 2005:145-146). Aristoteles (dalam Nurgiyantoro, 2005:146) membedakan akhir sebuah cerita ke dalam dua kemungkinan, yaitu: kebahagiaan (happy end) dan kesedihan (sad end).

Pada tahap akhir, novel Cinta Suci Zahrana menceritakan lamaran Hasan. Hasan adalah mahasiswa yang dibimbing skripsinya oleh Zahrana ketika Zahrana menjadi dosen di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang. Hasan yang akhirnya melamar Zahrana, meskipun Zahrana pernah menjadi dosen pembimbing skripsinya. Perhatikan kutipan berikut.

“Bu Zahrana. Ini Hasan. Saya setuju dengan syarat ibu. Ibu siapkan wali dan saksinya saya akan siapkan maharnya dan penghulunya. Kami sekeluarga insya Allah bengkat sekarang, dan kami shalat isyak di masjid dekat rumah ibu.”

“Kau serius Hasan?” “Iya Bu.”

“Kau bisa mencintaiku?” “Iya Bu.”

“Kalau begitu jangan lagi kau panggil aku Ibu. Panggil aku, Dik. Dik Zahrana. Coba kau bisa enggak?” Zahrana merasa tidak perlu malu. “Saya coba Dik Zahrana, tunggu aku di masjid.” (CSZ, hlm., 269) Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana dan Hasan akan melangsungkan akad nikah di masjid dekat rumah Zahrana. Pernikahan itu merupakan peleraian dari masalah yang di hadapi Zahrana selama mencari cinta

(10)

sejatinya, pernikahan itu menjadi jalan keluar gunjingan orang yang mengatakan Zahrana sebagai perawan tua.

Pada tahap akhir novel Cinta Suci Zahrana pengarang menggambarkan secara jelas akhir cerita novel ini berakhir menyenangkan (happy ending). Perhatikan kutipan berikut.

“Malam itu Zahrana sangat bahagia. Hasan juga merasakan hal yang sama. Usai akad nikah Hasan mengajak Zahrana naik mobilnya dan menuju hotel termewah di tengah kota Semarang. Di dalam hotel, dengan penuh kekhusyukan Zahrana menunaikan ibadahnya sebagai seorang istri. ...” (CSZ, hlm., 270)

Setelah akad nikah mereka merasakan kebahagiaannya di hotel termewah di kota Semarang yang menjadi saksi atas kebahagiaan mereka dan menjadi bukti bahwa akhir dari novel Cinta Suci Zahrana adalah happy ending. Kemudian diperkuat lagi bahwa akhir dari cerita novel Cinta Suci Zahrana adalah happy ending, dibuktikan dengan kutipan berikut.

“Dua sejoli yang dipenuhi rasa bahagia dan saling mencintai itu berjalan-jalan di Tembok Raksasa sambil menghirup sejuknya musim semi. Zahrana merasakan bahwa kesabarannya selama ini benar-benar dilihat dan dibalas oleh Allah dengan sebaik-baik balasan.” (CSZ, hlm., 273-274)

Kutipan di atas membuktikan bahwa akhir dari kisah Cinta Suci Zahrana adalah happy end. Karena pada akhir cerita dikisahkan Zahrana menikah dengan Hasan alumni mahasiswa Univeritas Mangunkarsa Semarang yang skripsinya dibimbing oleh Zahrana dan setelah menikah mereka berbulan madu di hotel termewah di kota Semarang. Kemudian dilanjutkan berbulan madu di Beijing karena bersamaan dengan Zahrana yang melanjutkan kuliah S3 di Fudan University Beijing.

(11)

2.1.3 Tokoh dan penokohan

Menurut Aminuddin (dalam Siswanto, 2013:129) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita. Sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan. Tokoh dalam karya rekaan selalu mempunyai sifat, sikap, tingkah laku atau watak-watak tertentu. Pemberian watak pada tokoh suatu karya oleh sastrawan disebut perwatakan. Penokohan menurut Nurgiyantoro, (2012:166) mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Menurut Sudjiman, Sukada, dan Aminuddin (dalam Siswanto, 2013:129) ditinjau dari peranan dan keterlibatan dalam cerita, tokoh dapat dibedakan atas (a) tokoh primer (utama), (b) tokoh sekunder (bawahan), dan (c) tokoh komplementer (tambahan). Untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis penokohan dalam novel Cinta Suci Zahrana, terlebih dulu dibedakan tokoh-tokohnya berdasarkan dari segi peran atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita.

Berdasarkan pandangan di atas, dapat ditentukan tokoh utama (primer) novel Cinta Suci Zahrana, adalah Zahrana. Zahrana merupakan tokoh yang mendominasi seluruh kisah yang ada dalam novel tersebut. Tokoh tambahan yang mendukung jalannya cerita adalah Pak Munajat, Bu Nuriyah, Lina, Hasan, Nina, Rahmad, Bu Merlin, Pak Sukarman, dan Dokter Zulaikha. Berturut-turut penokohan tokoh primer (utama) dan tokoh komplementer (tambahan) novel Cinta Suci Zahrana diuraikan sebagai berikut.

(12)

2.1.3.1 Tokoh Primer (utama)

Telah disebutkan di atas tokoh utama novel Cinta Suci Zahrana adalah Dewi Zahrana. Berdasarkan peran Zahrana yang mendominasi dalam cerita dari awal hingga akhir cerita dan berdasarkan judul novelnya yang menyimpan pesan tersirat pencarian cinta suci dan cinta sejati Zahrana.

1. Zahrana

Zahrana adalah tokoh primer atau tokoh utama yang mendominasi jalannya cerita dari awal hingga akhir cerita, tokoh yang mengemban tugas penting dalam karakter cerita yang dibangun dengan karier akademis (pendidikan) dan nonakademis (perjodohan), kekuatannya dalam menjaga cinta kepada kedua orang tuanya dan perjalanan cinta suci dalam mendapatkan jodoh yang yang baik baginya dan masa depannya.

a) Tinjauan Sosiologi

Zahrana ditinjau dari segi sosiologi adalah orang yang berpendidikan tinggi, memiliki relasi yang baik dengan keluarga dan orang-orang di sekitarnya, dan tidak goyah dengan perjodohan-perjodohan yang dipilihkan orang lain untuknya, sehingga pada akhirnya Zahrana menikah dengan orang yang pas di hatinya, yaitu Hasan.

1) Pendidikan

Tinjauan sosiologi dari segi pendidikan, Zahrana adalah mahasiswi S1 Arsitektur UGM, mahasiswi S1 Teknik Sipil PTS di Jogja, mahasiswi S2 ITB, mahasiswi S3 Fudan University. Karier yang berkaitan dengan pendidikan seperti mendapat tawaran menjadi dosen UGM, dosen Fakultas Teknik Universitas

(13)

Mangunkarsa Semarang, melakukan penelitian di Hamburg University Jerman, penerima penghargaan dari Osaka Institute of Tehcnology, diundang ke Beijing, terpaksa mengundurkan diri menjadi dosen di Mangunkarsa, guru STM Al Fatah, dan menjadi konsultan perusahaan property. Perjalanan pendidikan Zahrana akan dijelaskan sebagai berikut.

a) Mahasiswi S1 Arsitektur UGM

Tinjauan sosiologi yang mengungkapkan bahwa Zahrana adalah Mahasiswi S1 adalah ketika masih SMA Zahrana pernah bertanya kepada gurunya tentang kota Paris yang begitu cantik dan indah, gurunya menjawab bahwa Paris memiliki arsitek-arsitek yang hebat, dari jawaban gurunya itu Zahrana merasa mendapat tantangan untuk menjadi seorang arsitek hingga setelah tamat SMA Zahrana meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi dan menyandang status mahasiswi di Fakultas Teknik UGM, sebagaimana dalam kutipan berikut.

“… Ia pernah bertanya kepada guru sejarahnya, kenapa kota paris bisa begitu cantik dan indah? Gurunya menjawab karena mereka punya insinyur dan arsitek-arsitek yang hebat. Maka ia menemukan tantangannya dan ia memilih meneruskan kuliahnya kuliah di Fakultas Teknik UGM, Jurusan Arsitektur. …” (CSZ, hlm., 6)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana adalah mahasiswi di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UGM. Karena mendapat tantangan dalam dirinya untuk menjadi arsitek terbaik dengan berbekal jiwa intelektualnya.

b) Mahasiswi S1 Teknik Sipil Universitas Swasta di Jogja

Zahrana menjadi mahasiswi S1 di UGM dengan prestasi yang gemilang dengan memenangkan lomba penulisan karya ilmiah tingkat mahasiswa. Hadiah

(14)

uang dari lomba tersebut, ia gunakan untuk mendaftarkan diri di Universitas swasta Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, sebagaimana dalam kutipan berikut.

“… Bahkan ketika ia sudah mendapatkan beasiswa dan mendapat hadiah dari memenangkan lomba penulisan karya ilmiah mahasiswa. Uang itu ia gunakan mendaftar di sebuah perguruan tinggi swasta. Ia masuk Fakultas Teknik juga di Universitas itu tapi jurusan Teknik Sipil. …” (CSZ, hlm., 8)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana adalah mahasiswi S1 di Perguruan Tinggi Swasta Jurusan Teknik Sipil. Hal ini ia lakukan setelah menjadi mahasiswi di UGM dan memenangkan lomba penulisan karya ilmiah tingkat mahasiswa

c) Mahasiswi S2 ITB

Tinjauan sosiologi yang mengungkapkan bahwa Zahrana Mahasiswi S2 adalah setelah diwisuda dari UGM Zahrana mengajar di Perguruan Tinggi Swasta di Semarang, sehingga Zahrana mau tidak mau harus melanjutkan S2. Pada saat kedua orang tuanya ingin Zahrana menikah, Zahrana mendapatkan beasiswa dari Dikti untuk melanjutkan S2 di ITB, Zahrana mengatakan kepada kedua orangtuanya bahwa hanya Zahrana yang tidak S2 di antara teman sesama dosen di kampusnya, akhirnya ayahnya mengizinkan Zahrana untuk kuliah S2 di Bandung, sebagaimana kutipan berikut.

“… Pada saat itu ia mendapat beasiswa dari Dikti untuk melanjutkan S2 di ITB. Ia memilih melanjutkan kuliahnya. Ia beralasan kepada ayahnya, bahwa hanya dirinya seorang yang tidak S2 di antara sesama dosen. Ayahnya langsung memahami dan mengijinkan kuliah S2 Ke Bandung. …”(CSZ, hlm., 14-15)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana adalah mahasiswi S2 di ITB dan memperdalam ilmu tekniknya.

(15)

d) Mahasiswi S3 di Fudan University

Tinjauan sosiologi yang mengungkapkan bahwa Zahrana adalah Mahasiswi S3, Setelah Zahrana menikah dengan Hasan, Zahrana berkeinginan untuk melanjutkan S3, keinginannya ia diskusikan dengan suaminya dan ia mendapatkan respons positif, kemudian Zahrana menghubungi Prof. Jiang Daohan di Fudan yang pernah menawarkan Zahrana beasiswa penuh di Fudan University, ternyata penawarannya masih berlaku selama Prof. Jiang Daohan menjadi guru besar di Fudan University, sebagaimana dalam kutipan berikut.

“Tolong kamu faxkan ke saya, nomor paspor kamu, biografi singkat kamu, dan transkip nilai akademik S1 dan S2 kamu. Saya akan langsung urus. Dan pekan depan kamu bisa urus visa ke Kedutaan China di Jakarta. Kami akan kirimkan surat keterangan kau diterima sebagai mahasiswa kami dan tiket Jakarta-Fudan.” Jelas Prof Jiang tanpa basa-basi.” (CSZ, hlm., 273)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana adalah mahasiswi S3 di Fudan Univerity dengan beasiswa penuh dari Fudan University.

e) Mendapat tawaran menjadi dosen UGM

Setelah diwisuda dari UGM Zahrana mendapat tawaran menjadi dosen UGM dan akan dikuliahkan di Delft University of Technology Belanda, tetapi ditolak oleh Zahrana karena tidak mendapatkan restu kedua orang tuanya, perhatikan kutipan berikut.

“Dua bulan setelah ia diwisuda ia mendapat panggilan dari UGM untuk ikut mengajar. Ia ditawari jadi asisten dosen. Ia langsung menghadap Dekan Fakultas Teknik. Dari Dekan ia mendapat penjelasan bahwa ia diproyeksikan untuk menjadi dosen dan akan dikirim ke Belanda untuk mengambil S2, itu jika ia bersedia. …” (CSZ, Hlm., 11)

Penolakan Zahrana atas tawaran untuk menjadi dosen di UGM yang diberikan oleh dosennya di UGM adalah karena Zahrana tidak mendapatkan restu

(16)

dari kedua orang tuanya yang sudah tua dan tidak ingin Zahrana jauh dengan mereka dan Zahrana juga ingin membahagiakan kedua orang tuanya dengan tinggal bersama kedua orang tuanya di Semarang, sebagaimana dalam kutipan berikut.

“… Dengan berat hati, ia memutuskan untuk tidak mengambil tawaran langka itu. Dekan dan para dosennya berusaha membujuknya dan memikirkan baik-baik peluang emas ini, tetapi ia lebih memilih membahagiakan kedua orang tuanya daripada asyik dengan kebahagiaannya sendiri. ...” (CSZ, hlm., 13-14)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa setelah Zahrana menyampaikan alasannya kepada dosen yang perhatian kepada Zahrana kenapa Zahrana menolak menjadi dosen di UGM, akhirnya Zahrana disarankan oleh dosennya di UGM untuk memberikan memo kepada teman dosennya itu yang bernama Bu Merlin di Universitas Mangunkarsa Semarang. Setelah melaksanakan perintah dosennya itu Zahrana diterima di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang dan Zahrana memilih menjadi dosen di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang agar bisa dekat dengan kedua orang tuanya yang berdomisili di Semarang.

f) Dosen Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang

Tinjauan sosiologi yang mengungkapkan bahwa Zahrana seorang dosen adalah setelah mendapatkan memo dari seorang dosennya di UGM yang menyarankan kepada Zahrana agar memberikan memo itu kepada Bu Merlin di Universitas Mangunkarsa Semarang, dan Zahrana diterima menjadi dosen di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang, dapat dibuktikan dari kutipan berikut.

(17)

“… Bu Merlin mengatakan bahwa Universitas Mangunkarsa terbuka untuk sarjana berprestasi seperti dirinya. Jadilah ia mengajar di perguruan tinggi swasta di kota kelahirannya. Ayah dan ibunya bahagia sekali, ia bisa merasakannya. …” (CSZ, hlm., 14)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana menjadi dosen di Universitas Mangunkarsa Semarang sebuah Perguruan Tinggi Swasta di kota kelahirannya. Sehingga Zahrana bisa dekat dan tinggal bersama kedua orang tuanya.

g) Melakukan penelitian di Hamburg University Jerman

Zahrana yang tekun dan bekerja keras untuk meraih predikat terbaik, akhirnya mendapatkan kesempatan untuk melakukan penelitian di Hamburg University, Jerman. Perhatikan kutipan berikut.

“Allah tidak pernah menyia-nyiakan usaha hamba-Nya. Dengan kerja keras siang malam, ia lulus S2 Arsitektur ITB dengan predikat terbaik. Ia bahkan sempat mendapatkan fasilitas mengadakan penelitian di Hamburg University, Jerman. ... “ (CSZ, hlm., 15-16)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana mendapatkan kesempatan untuk melakukan penelitian di Hamburg University Jerman. Karena Zahrana prestasi lulusan S2 arsitektur ITB dengan predikat terbaik.

h) Penerima penghargaan dari Osaka Institute of Tehcnology

Zahrana yang memiliki jiwa intelektual tinggi, ia menulis artikel tentang arsitektur dalam bahasa Inggris yang dikirim ke jurnal Internasional dan pertama kali ia kirim ke Osaka. Tulisannya dimuat di jurnal milik Osaka Institut of Technology yang puncaknya diundang ke Beijing untuk menerima penghargaan atas prestasinya dalam bidang arsitektur tersebut, sebagaimana dalam kutipan berikut.

“… Selama rumus dan standar ilmiahnya sama dan jelas maka ia berani beradu kualitas. Dan itu ia buktikan dengan menulis artikel tentang

(18)

arsitektur dalam bahasa Inggris yang coba ia kirim ke jurnal Internasional. Yang pertama kali ia kirim ke Osaka. Tulisannya dimuat di jurnal milik Osaka Institut of Technology. Ia dikirimi jurnal itu dua eksamplar. Kampusnya langsung geger. …” (CSZ, hlm., 16)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana adalah penerima penghargaan atas prestasinya dengan menulis artikel di bidang arsitektur dan pada puncaknya Zahrana diundang ke Beijing untuk menerima penghargaan.

i) Diundang ke Beijing

Zahrana diundang ke Beijing untuk menerima penghargaan dari Osaka Institute of Technology. Akan tetapi dijalani Rana dengan hati sedih karena kurang mendapat dukungan kedua orang tuanya. Perhatikan kutipan berikut.

“Tetapi kenapa orang tuanya seperti tidak mengerti juga apa yang telah ia lakukan? Saat ia menerima undangan dari Beijing dan ia beritahukan kepada mereka, mereka menanggapinya biasa-biasa saja. ...” (CSZ, hlm., 2)

j) Mengundurkan diri menjadi dosen di Mangunkarsa

Zahrana terpaksa mengundurkan diri sebelum dipecat Dekan secara subyektif dari FT UM Semarang. Hal ini terjadi karena ia menolak lamaran dekan FT UM tersebut. Perhatikan kutipan berikut.

“... Ia masih mencintai kampus, tetapi ia tidak punya pilihan lain. Ia berharap suatu ketika masih ada kesempatan untuk kembali mengajar di kampus itu.” (CSZ, hlm., 210)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana telah mengundurkan diri dari Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang, sebelum dikeluarkan oleh dekan FT UM Semarang dengan subyektif.

(19)

k) Guru STM Al Fatah

Setelah Zahrana berhenti menjadi dosen di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang dengan bebarapa alasan yang menyebabkan Zahrana harus meninggalkan kampus, Zahrana sempat menganggur selama beberapa waktu. Dari seorang temannya Zahrana mendapatkan informasi bahwa STM Al Fatah membutuhkan seorang guru baru yang profesional. Kemudian Zahrana mengajukan lamaran untuk menjadi guru di STM Al Fatah dan pada saat itu pula Zahrana diterima menjadi guru di STM Al Fatah, sebagaimana kutipan berikut.

“… Dari seorang teman ia mendapatkan informasi bahwa STM Al Fatah Mrangeng, Demak, sedang membutuhkan seorang guru baru yang profesional untuk mendongkrak prestasi. Pesantren Al Fatah berada di payung Yayasan Pesantren Al Fatah. Pesantren besar yang terkenal di Mranggen. Ia mengajukan lamaran dan hari itu juga ia diterima.” (CSZ, hlm., 220)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana menjadi guru di STM Al Fatah. Zahrana beralih profesi dari seorang dosen, menjadi seorang guru STM tentu gajinya lebih rendah. Sehingga pada suatu siang ayahnya bertanya, kenapa Zahrana pindah profesi dari dosen menjadi seorang guru. Zahrana menjelaskan kepada ayahnya bahwa ia mencari ketenangan dan mencari jodoh yang selama ini ia tunggu namun tidak datang juga, siapa tahu dengan mengajar di pesantren ia dipertemukan dengan jodohnya. Perhatikan kutipan berikut.

“Suatu siang ayahnya, mengapa ia meninggalan kampus dan memilih mengajar di STM Al Fatah yang gajinya jauh lebih kecil”

“Ia menjawab “Ingin mencari ketenangan dengan dekat kiai dan para santri.” Ayahnya hanya mendesah tanda tidak setuju.”

Namun ia kemudian berusaha menghibur, “Yang kedua Yah, Zahrana berharap mengajar di lingkungan pesantren jadi jalan bagi Zahrana menemukan jodoh Zahrana. Bertahun-tahun di kampus jodoh yang Zahrana harap tidak juga datang.” (CSZ, hlm., 222)

(20)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana beralih profesi dari seorang dosen menjadi seorang guru STM, dengan alasan kepada orang tuanya, siapa tahu mengajar di STM yang berada di bawah payung pesantren bisa dipertemukan dengan jodoh yang selama ini ia tunggu tetapi belum datang juga.

l) Konsultan perusahaan properti

Zahrana setelah mengundurkan diri dari Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang, menjadi guru di STM Al Fatah dan menjadi konsultan sebuah perusahaan properti sehingga ilmu S2-nya dirasa tidak hilang tanpa guna, sebagaimana dalam kutipan berikut.

“… Hari-harinya ia lalui dengan lebih tenang dan tenteram. Ilmu S2-nya ia rasa tidak benar-benar hilang tanpa guna. Sebab ia juga diterima sebagai konsultan sebuah perusahaan properti.” (CSZ, hlm., 221)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana adalah seorang konsultan perusahaan properti, sehingga setelah berhenti menjadi dosen ilmu S2-nya tidak benar-benar hilang dengan percuma.

2) Relasi Sosial

Relasi sosial Zahrana dengan orang-orang yang dekat dengannya terjalin dengan baik, walaupun relasi dengan ayah dan ibunya ada kesenggangan dikarenakan perbedaan kehendak dalam karier akademik dan non-akademik Zahrana.

a) Relasi dengan Ayah dan Ibu

Hubungan Zahrana dengan kedua orang tuanya berada dalam kesulitan dikarenakan persoalan jodoh. Orang tuanya menginginkan agar Zahrana segera

(21)

menikah bukan karier akademis yang diutamakan sehingga lupa untuk menikah. Perhatikan kutipan berikut.

“… Ibunya mengatakan, “Menikah dulu terus kuliah S2 kan tidak apa-apa tho. Itu anaknya juga mau kok ikut ke Bandung, malah dia bisa sekalian kuliah di UIN Bandung.” Ia tidak mau menikah dulu. Ia beralasan kalau menikah nanti malah tidak konsentrasi, selesainya bisa molor padahal beasiswanya cuma dua tahun. Ayah dan ibunya tidak berkata apa-apa lagi.” (CSZ, hlm., 15)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana berbeda pendapat dengan kedua orang tuanya. Ibunya meminta Zahrana menikah dulu sebelum kuliah S2 tetapi Zahrana tidak mau karena khawatir kuliah S2-nya molor atau tidak lulus tepat waktu sadangkan beasiswanya hanya dua tahun saja..

b) Relasi dalam persahabatan dengan Lina

Persahabatan Zahrana dengan Lina terjalin dengan erat walaupun setelah lulus SMA mereka berpisah jauh. tetapi mereka masih saling menyempatkan diri untuk saling mengunjungi satu sama lain, agar persahabatannya tetap terjalin dengan baik, perhatikan kutipan berikut.

“… Saat ia kuliah di UGM setiap kali pulang ke Semarang ia tidak lupa untuk menemui sahabat karibnya itu. Lina pun jika suatu ketika punya acara ke Jogja bersama teman-temannya tidak lupa untuk mampir menjenguknya di kostnya.” (CSZ, hlm., 21-22)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa persahabatan Zahrana dengan Lina tetap terjalin dengan baik walaupun mereka terpisah jarak jauh. Hubungan baik persahabatan Zahrana dengan Lina dibuktikan dengan saling mengunjungi ketika mereka ada waktu yang sempat digunakan untuk berkunjung.

(22)

c) Relasi dengan tetangga sekitar rumah Zahrana

Hubungan baik Zahrana dengan tetangganya ditunjukkan dengan berbagi sisa opor setelah acara lamaran Pak Karman selesai, sebagaimana kutipan berikut.

“Masih ada sisa opor Bu. Apa mau di bagi ke tetangga?” Lirih Zahrana sambil mengangkat mangkok besar berisi opor ayam.”

“Yah, dibagi sama Si Mar dan Bu Karsih sana.” Jawab Bu Nuriyah tanpa melihat Zahrana.” (CSZ, hlm., 198)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa pertalian dalam bertetangga Zahrana terjalin dengan baik, ketika mendapat kebahagiaan tetangganya juga bisa merasakan dan ketika memiliki makanan enak, tengganya juga dapat menikmatinya.

d) Relasi dengan sesama dosen

Relasi sosial Zahrana dengan teman sesama dosen di kampus terjalin dengan baik dapat diwakilkan dari hubungan baik Zahrana dengan Pak Didik yang meja kerjanya bersebelahan dengan Zahrana, sebagaimana dalam kutipan berikut.

“… Zahrana tergesa-gesa setelah mengucapkan salam ia ke meja kerjanya. Sebelum duduk ia sempat menyapa Pak Didik yang meja kerjanya ada di sebelahnya Pak Didik tampak sedang sibuk di depan laptopnya.” (CSZ, hlm., 118)

Hubungan baik Zahrana dengan Bu Merlin sebagai dosen dan sebagai atasan Zahrana di kampus, dapat dibuktikan dari kutipan berikut.

“Baiklah Bu. Saya mengerti. Akan saya akan pikirkan matang-matang saran Ibu. Saya sangat berterima kasih.”

“Saya harap begitu. Kalau begitu saya pamit dulu. Masih ada urusan yang harus saya kerjakan.” Kata Bu Merlin. (CSZ, hlm., 205)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa hubungan Zahrana dengan teman sesama dosen terjalin dengan baik walaupun hanya dengan saling bertegur sapa.

(23)

Hubungan Bu Merlin teman sesama dosen juga terjalin dengan baik dan pengertian.

e) Relasi dengan Mahasiswa

Hubungan baik Zahrana dengan mahasiswanya dapat diwakilkan dari hubungan baik dengan Hasan yang mempersilahkan untuk datang ke rumahnya. Setelah Zahrana mengundurkan diri dari kampus, sebagaimana dalam kutipan berikut.

“Boleh San, kalian semua ibu persilahkan dolan ke rumah ibu kapan saja.” Kata Zahrana sambil memandang wajah mahasiswanya satu per satu. ...” (CSZ, hlm., 211)

Relasi Zahrana dengan mahasiswanya terjalin dengan baik, walaupun Zahrana sudah tidak mengajar lagi di Universitas Mangunkarsa Semarang karena mengundurkan diri. Namun mahasiswanya masih ada yang sering bersilaturahmi ke rumahnya, antara lain Hasan. Hasan datang ke rumah Zahrana untuk konsultasi skripsinya dan juga meminjam buku refrensi untuk mendukung skripsinya, sebagaimana dalam kutipan berikut.

“Yang masih sering datang adalah mahasiswanya yang bernama Hasan. Hasan memang di bawah bimbingannya. Namun setelah ia keluar, tugas pembimbingannya diambil alih oleh Bu Merlin. Tetapi Bu Merlin memberi ruang kepada Hasan jika mau berkonsultasi pada Zahrana. …” (CSZ, hlm., 222)

3) Putri Tunggal

Zahrana merupakan anak tunggal dari keluarga Pak Munajat dengan Bu Nuriyah, ia merupakan tumpuan harapan untuk generasi penerus keluarganya, perhatikan kutipan berikut.

„… Kamu adalah harta kami yang paling mahal. Kami ingin kamu ada di dekat kami. Kamu anak kami satu-satunya. Kalau kamu ngajar di

(24)

Jogja, itu artinya kamu meninggalkan kami. Apa kamu tega meninggalkan ibumu yang sudah beranjak tua ini Nduk? …” (CSZ, hlm., 12)

Pernyataan bahwa Zahrana adalah putri tunggal Pak Munajat dan Bu Nuriyah, diperkuat dengan kutipan berikut ini.

“... Kamu anak mereka satu-satunya. Mereka sangat khawatir jika keturunannya terputus karena kamu terlambat menikah, atau khawatir kamu tidak mau menikah.” (CSZ, hlm., 27)

4) Perjodohan

Zahrana dijodohkan dan dilamar oleh beberapa orang yang ingin menyunting Zahrana sebagai istrinya. Kedua orang tuanya menjodohkan Zahrana dengan Siswanto yang masih ada ikatan saudara dengan keluarga Zahrana, silsilahnya bertemu di udeg-udeg siwur (kakeknya kakek). Dijodohkan dengan Andi oleh Lina sahabat baiknya, dilamar Gunawan Widiyanto kakaknya santi teman satu kost Zahrana ketika di Jogja, dilamar Pak Sukarman atasan Zahrana di kampus tempat Zahrana menjadi dosen, dilamar oleh seorang satpam Bank BUMN yang dibawakan oleh teman ayahnya, dilamar oleh seorang pemilik bengkel sepeda motor yang dikenalkan oleh Wati sahabatnya. Namun semuanya Zahrana tolak karena tidak ada yang cocok.

Kemudain Zahrana meminta tolong kepada Bu Nyai Sa‟adah istri pengasuh yayasan Al Fatah tempat Zahrana mengajarkan ilmunya setelah tidak lagi menjadi dosen di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang, dan Bu Nyai itu memilihkan calon yang bernama Rahmad, akad nikah pun akan dilasungkan tetapi pada malam sebelum akad nikah dilaksanakan Rahmad meninggal dunia. Zahrana bersabar atas takdirnya yang belum bersuami sehingga

(25)

Zahrana dilamar oleh Dokter Zulaikha atas permintaan anaknya yang bernama Hasan. Hasan adalah mantan mahasiswa yang dibimbing skripsinya ketika Zahrana menjadi dosen di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang, Zahrana akhirnya menikah dengan Hasan dan berbulan madu ke Beijing. Perjalanan cinta Zahrana dengan beberapa lelaki yang melamarnya dijelaskan secara berurutan sebagai berikut.

a) Siswanto

Zahrana dijodohkan dengan Siswanto oleh orang tuanya, tetapi Zahrana menolaknya dengan alasan masih belum punya pekerjaan,

“… sebenarnya apa yang kamu cari Nduk? Dulu Siswanto anaknya Pak Karsan kamu tolak dengan alasan belum punya kerja. …” (CSZ, hlm., 182)

b) Andi

Andi yang dijodohkan oleh Lina sahabat karib Zahrana yang juga perhatian kepada Zahrana diam-diam menyediakan calon suami untuk Zahrana tetapi Zahrana menolaknya.

“… Ia jadi ingat bagaimana Lina begitu bersemanagat hendak menikahkan dirinya dengan seseorang yang ia juga mengenalnya. Orang itu adalah Mas Andi, kakak sepupu jauh Lina yang bekerja di kantor Telkom Semarang. …” (CS, hlm., 22-23)

Penolakan Zahrana atas calon yang diajukan Lina sahabat karibnya itu karena Zahrana ingin fokus kuliah.

“Ia tersenyum pada sahabatnya itu dan mengatakan belum ingin menikah, ia ingin menyelesaikan kuliah.” (CSZ, hlm., 23)

Andi yang ditolak oleh Zahrana akhirnya menikah dengan Lina sahabatnya Zahrana yang sebenarnya masih saudara sepupu tetapi jauh.

(26)

“Tak lama setelah itu Lina mengabarkan hendak menikah. Yang ia agak kaget, Lina akan menikah dengan Mas Andi. Ia sangat bahagia mendengarnya. …” (CSZ, hlm., 23-24)

c) Gunawan Widiyanto

Dijodohkan dengan Gunawan Widiyanto yang biasa disapa Gugun, aktivis kampus yang dianggap senior, yang nyaris drop out karena skripsinya tidak selesai-selesai. Zahrana dilamar Gugun saat masih menyelesaikan pendidikan S1-nya dan sedang dalam proses menyelesaikan tugas akhir untuk syarat S1. Zahrana menolak karena ingin fokus pada kuliahnya.

“... Ia sama sekali tidak memikirkan lamaran Gugun. Sebab baginya jawabannya sudah jelas: menolak. Ia tidak mau fokusnya berubah." (CSZ, hlm., 33-34)

d) Pak Sukarman

Pak Sukarman adalah seorang duda yang sudah berumur yang baru saja menikahkan anaknya. Ia dikenal sebagai dosen yang memiliki karakter buruk yaitu sering kali menggoda mahasiswi dan menjanjikan nilai yang bagus jika mahasiswi mau mengikuti kehendaknya. Pak Sukarman melamar Zahrana melalui Bu Merlin Pembantu Dekan II.

“Saya tidak main-main. Ini serius. Pak Karman ingin menikahi kamu. Bahasa lainnya Pak Karman melamar kamu. Dia siap datang menemui kedua orang tuamu.” (CSZ, hlm., 125)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Sukarman melamar Zahrana melalui Bu Merlin. Kemudian Pak Sukarman bersama keluarganya dan juga bersama Bu Merlin datang ke rumah Zahrana untuk melamar Zahrana secara resmi. Perhatikan kutipan berikut.

“… dan maksud kedatangan kami adalah untuk menyambungkan pesaudaraan dan kekeluargaan dengan keluarga Bapak Munajat. Kami

(27)

bermaksud menyunting putri Bapak Munajat, yaitu Dewi Zahrana untuk saudara kami Bapak H. Sukarman, M. Sc. Alangkah bahagianya jika maksud dan tujuan kami dikabulkan.” (CSZ, hlm., 194)

Ketika ia datang melamar ke rumah kedua orang tuanya, Zahrana meminta waktu selama tiga hari untuk memberi jawaban atas lamaran Pak Sukarman. Ternyata Zahrana menolak mentah-mentah melalui surat yang dititipkan pada asisten Pak Sukarman di kampus.

“… To the point saja, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Bapak, saya ingin menyampaikan bahwa saya belum bisa menerima pinangan Bapak. …” (CSZ, hlm., 200)

e) Pak Didik

Pak Didik melamar Zahrana dengan mengirim email kepada Zahrana yang isinya sebuah tawaran jika berkenan yang artinya Pak Didik melamar Zahrana untuk dijadikan istri kedua. Perhtikan kutipan berikut.

“... Hari ini saya merasa hari yang tepat saya mengirim email ini untuk memberikan sebuah tawaran kepada Ibu Zahrana. Maaf terpaksa saya sampaikan lewat email, sebab jika saya sampaikan langsung secara lisan takut terjadi salah paham. … (CSZ, hlm., 224-225)

f) Satpam Bank BUMN

Seorang satpam Bank BUMN yang dibawakan oleh teman Pak Munajat ayahnya Zahrana. Zahrana menolak karena laki-laki tersebut tidak dapat membaca Al Quran sama sekali. Bagaimana bisa Zahrana menerima orang yang tidak bisa membaca Al-Quran dan betapa sulitnya mengajarinya membaca Al-Quran dari nol di usia yang tua.

“... Seorang satpam di sebuah Bank BUMN. Ia tidak lagi melihat status. Satpam atau apapun tidak jadi masalah. Ia tidak sreg karena satpam itu tidak bisa membaca Al-Quran sama sekali. …” (CSZ, hlm., 227)

(28)

g) Pemilik bengkel sepeda motor

Duda beranak tiga pemilik bengkel sepeda motor. Ia dijodohkan oleh Wati sahabatnya ketika masih SMA. Zahrana menolak karena lelaki itu adalah duda yang kawin cerai sebanyak tiga kali dalam waktu tiga tahun.

“Orang yang kedua yang maju melamarnya dibawa oleh temannya sendiri, Wati. Seorang pemilik bengkel sepeda motor. Duda beranak tiga. Status duda dengan beberapa anak juga sebenarnya tidak masalah baginya. ...” (CSZ, hlm., 228)

h) Rahmad

Dijodohkan dengan penjual kerupuk bernama Rahmad. Dijodohkan oleh Bu Nyai Sa‟adah Al Hafidhah istri K.H. Amir Shodiq Arselan, pengasuh utama pesantren Al Fatah. Perjodohan ini diterima oleh Zahrana karena Zahrana yang memintanya. Rahmad hanyalah tamatan Madrasah Aliyah dan berprofesi sebagai penjual kerupuk keliling.

“Begini, Anakku Pak Kiai punya santri yang sudah tiga tahun ini meninggalkan pesantren. Dia santri yang dulu sangat diandalkan Pak Kiai. Namanya Rahmad. Pendidikannya tidak tinggi. Ia hanya tamat Madrasah Aliyah, tidak kuliah. ...” (CSZ, hlm., 232)

Setelah Zahrana dan Rahmad bertemu dan proses pernikahan sudah disiapkan, Rahmad meninggal karena tertabrak kereta api semalam sebelum akad nikah. Kecelakaan ini berkaitan dengan ulah Pak Sukarman yang sakit hati kepada Zahrana namun Zahrana tidak menuntutnya.

i) Hasan

Cinta suci yang telah lama dicari dan dinanti oleh Zahrana, akhirnya didapatkan oleh Zahrana dari Hasan mantan mahasiswa di Fakultas Teknik Universitas Mangunkarsa Semarang yang pernah dibimbing skripsinya oleh

(29)

Zahrana. Hasan adalah putra dokter Zulaikha yang merawat dan menjadi konsultan psikis Zahrana ketika sakit dan shock karena ditinggal oleh Rahmad calon suaminya yang kecelakaan kereta api semalam sebelum akad nikah dilangsungkan. Dokter Zulaikha inilah yang melamar Zahrana atas permintaan Hasan putranya. Zahrana dan Hasan menikah beberapa jam setelah dilamar oleh dokter Zulaikha ibundanya Hasan. Sebagaimana dalam kutipan dialog antara dokter Zulaikha dengn Zahrana sebagai berikut.

“... Maaf sebelumnya, Hasan meminta kepada saya untuk melamar Bu Zahrana. Calon yang diajukan Hasan, anak saya itu Ibu.” Zahrana kaget bagai disambar halilintar.

“S…saya Bu?”

“Iya Bu. Anak saya ingin menikahi Ibu.” (CSZ, hlm., 264)

Setelah akad nikah Zahrana dan Hasan berbulan madu di Beijing bersamaan dengan kuliah S3 Zahrana. Hasan bersedia melepaskan kesempatan kuliah S2 di Malaysia yang sudah diperolehnya demi mengikuti Zahrana ke Beijing. Keduanya yakin Hasan bisa melanjutkan S2 dan S3 di Beijing. Keduanya bercita-cita pulang ke Indonesia dengan sukses dan membangun perguruan tinggi sendiri.

b) Tinjauan Psikologi

Ditinjau dari segi psikologi Zahrana adalah orang yang penyabar, tegar, ambisius, teguh pendirian, tanggungjawab, percaya diri, baik, tegas, progresif, akademisi, intelektual, cerdas, genius, agamis, berbakti kepada orang tua, rajin ibadah, suka menghormati, dan tawakkal. Karakter psikis Zahrana akan dijelaskan sebagai berikut.

(30)

1) Penyabar

Sikap Zahrana yang penyabar dapat dilihat dari sisi Zahrana yang tidak marah ketika Zahrana mendapat teror secara verbal berkali-kali karena menolak lamaran Pak Sukarman. Namun Zahrana tetap tabah menghadapinya. Teror-teror SMS yang Zahrana terima sebagaimana dalam kutipan berikut.

“… Jangan-jangan jilbabmu itu kedok untuk menutupi daging tuamu yang sudah busuk dikerubung lalat!” (CSZ, hlm., 223)

“Apa kabar perawan tua? Jika kau telah beli gaun pengantin. Sebaiknya kau kembalikan saja. Kau tak akan memakainya di hari pernikahan yang telah kau tentukan. Kau masih akan lama menyandang statusmu sebagai perawan tua. Bukankah jadi perawan tua itu indah. ....” (CSZ, hlm., 246)

Kutipan di atas adalah teror SMS yang masuk ke HP Zahrana tetapi Zahrana tidak menanggapinya dengan rasa marah, hal ini menunjukkan bahwa Zahrana adalah orang yang penyabar tidak mudah marah walaupun dihina.

2) Tegar

Zahrana adalah orang yang tegar dalam mengahadapi setiap persoalan. Setiap masalah ia hadapi dengan tegar sebagaimana ketegarannya ketika Zahrana membela mahasiswanya yang akan sidang skripsi. Perhatikan kutipan berikut.

“Ia kini tampak tegar. Tak ada lagi air mata. Mental yang ia siapkan adalah mental seorang dosen pembimbing skripsi yang siap maju sidang membela mahasiswanya mempertahankan skripsinya. Ia sangat yakin akan kekuatannya.” (CSZ, hlm., 191)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana merupakan orang yang tegar dalam menanggapi permasalahan yang dihadapinya. Sebagaimana ketegarannya dalam membela mahasiswanya yang akan sidang.

(31)

3) Teguh pendirian

Zahrana selalu berpegang teguh pada kebenaran dan mempertahankan apa yang dianggap benar, ketika ada ketidakadilan yang ia temui, Zahrana siap melawan sampai titik darah penghabisan, sebagaimana kutipan berikut.

“Tidak Bu. Jika terjadi ketidakadilan, akan saya lawan sampai titik darah penghabisan!” (CSZ, hlm., 204)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Zahrana memiliki pendirian yang kuat pantang menyerah dalam mengahadapi masalah selama ia berada dalam kebenaran.

4) Tanggungjawab

Zahrana digambarkan sebagai orang yang memiliki rasa tanggungjawab dalam mengemban amanah pada dirinya, hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut. “Ia tidak mau mempermalukan dirinya sendiri, juga martabat bangsanya. Ia harus menemukan cara. Baginya harga diri yang berkaitan dengan kehormatan ilmiah adalah segala-galanya. Zahrana berpikir keras. Akhirnya ia sampai pada satu tekad: ia akan menyampaikan pidatonya tanpa teks. Pidato yang telah ia siapkan akan ia hafal di luar kepala, persis seperti saat ia dulu lomba pidato bahasa inggris saat masih SMA.” (CSZ, hlm., 61)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana adalah orang yang memiliki rasa tanggungjawab terhadap dirinya sendiri dan juga martabat bangsanya. Zahrana berada di luar negeri untuk menerima penghargaan dari Tsinghua University dan ia akan berpidato di depan umum di tingkat internasional. Akan tetapi teks pidato yang telah ia siapkan tertinggal di Indonesia. Maka dari itu, ia menghafal teks yang tidak sempat diprint out di laptopnya. Ia hafalkan dengan tepat karena ia tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri dan juga martabat bangsanya.

(32)

5) Ambisius dalam mengukir prestasi

Zahrana selalu berupaya keras untuk mendapatkan prestasi yang gemilang untuk membahagiakan kedua orangtuanya, sebagaimana dalam kutipan berikut.

“… Ia bertanya-tanya dalam hati, bukankah ia bersusah payah dan berjuang mengukir prestasi selama ini untuk membahagiakan kedua orang tuanya? Sebagai anak semata wayang ia tidak mau dimanja-manja. …” (CSZ, hlm., 2)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana ambisius dalam meraih prestasi demi dirinya dan juga demi membahagiakan kedua orang tuanya.

6) Percaya diri

Zahrana memiliki sikap rasa percaya diri bahwa apa yang ia yakini pasti akan mudah untuk dilakukan. Hal ini ia buktikan ketika dalam situasi mendesak untuk menyampaikan pidato di depan umum. Perhatikan kutipan berikut.

“Dengan sangat mantap Zahrana melangkah ke podium. Tangan kanannya memegang piala tangan kirinya memegang podium. Zahrana tampak anggun dan berwibawa dalam balutan jilbab putih, bawahan putih dan jas berwarna merah marun. ...” (CSZ, hlm., 67)

Kutipan di atas adalah bukti bahwa Zahrana memiliki sikap percaya diri dalam dirinya sehingga pidato yang disampaikannya dalam bahasa inggris berjalan dengan lancar.

7) Baik

Zahrana adalah orang yang baik dalam menjaga persahabatan dan dalam pergaulan bersama teman-temannya, ungkapan yang mengatakan Zahrana adalah baik diungkakan dalam dialog Zahrana dengan Lina sahabat karibnya, perhatikan kutipan berikut.

(33)

“Iya insya Allah Zahranaku yang baik, nanti sore menjelang maghrib aku akan ke rumahmu sama suami. Kau jangan khawatir. Terus sukses ya, hati-hati, dan jaga kesehatan.” (CSZ, hlm., 20)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana adalah orang yang baik dalam menjalin persahatan dan dengan orang-orang di sekitarnya.

8) Tegas

Zahrana juga seseorang yang baik dan tegas sebagaimana disebutkan dalam kutipan berikut.

“Ayolah San, Bu Rana itu orangnya baik. Bu Rana memang dikenal dosen yang tegas. Bahkan ada yang menganggap dosen killer. Tetapi setegas-tegasnya Bu Rana dia tidak akan gigit Hasan. Ayolah!” (CSZ, hlm., 118)

9) Progresif

Zahrana adalah orang yang progresif, kemauannya harus tercapai, apa yang sudah ia rencanakan harus terpenuhi, sehingga ia lupa untuk berumah tangga karena ambisinya dalam meraih prestasi akademik, sebagaimana dalam kutipan berikut.

“Tetapi satu sisi nuraninya menegurnya, bahwa ia adalah perempuan yang egois. Kenapa juga tidak segera sadar bahwa umurnya sudah melewati kepala tiga. …” (CSZ, hlm., 26)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana adalah orang yang progresif dan selalu introspeksi diri untuk menjadikan dirinya semakin hari semakin menjadi lebih baik.

10) Akademisi

Zahrana adalah seorang akademisi yang selalu mencari dan mengejar prestasi. Ia suka membaca dan menulis sehingga prestasi demi prestasi bisa ia raih walaupun berumah tangga harus ia tunda. Perhatikan kutipan berikut.

(34)

“Saya tahu bahwa bagimu prestasi akademik adalah segalanya. Tidak salah perempuan seperti kita meraih pendidikan setinggi-tingginya. Tetapi kamu tidak boleh lupa prestasi lain yang sangat penting Rana.” (CSZ, hlm., 25)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana lebih mengutamakan menuntut ilmu daripada menikah, itu artinya Zahrana adalah seorang akademisi yang hampir lupa dengan prestasi nonakademis yang seharusnya ia pikirkan. Tidak hanya kedua orang tuanya yang berharap agar Zahrana segera menikah sahabatnya juga sering mengingatkan tetapi Zahrana masih ingin bergelut dengan dunia akademisnya. Perhatikan kutipan berikut.

“Jadi selain ayah dan ibunya, sebenarnya banyak dari teman-temannya yang mengingatkan untuk menikah tetapi ia entah kenapa lebih memilih berasyik masyuk dengan buku dan perpustakaan. ...” (CSZ, hlm., 25-27)

Kutipan di atas adalah bukti bahwa Zahrana seorang akademisi yang hampir lupa untuk menikah karena terlalu fokus dengan kuliah dan prestasi akademiknya. Sahabatnya yang perhatian juga mengingatkan Zahrana agar segera menikah.

11) Intelektual

Zahrana memiliki jiwa intelektual sejak dari SMP, Zahrana selalu menjadi yang terbaik di kelasnya, ia merupakan lulusan terbaik di SMP terbaik di kota Semarang, perhatikan kutipan berikut.

“Sesungguhnya ia ingin mengikuti keinginan ayah dan ibunya, tetapi entah kenapa ia yang menjadi lulusan terbaik di SMP terbaik di kota Semarang merasa lebih nyaman jika melanjutkan ke SMA terbaik di kota Semarang.” (CSZ, hlm., 4-5)

Ketika Zahrana tamat SMP kedua orang tuanya menginginkan Zahrana untuk melanjutkan ke pesantren tetapi Zahrana merasa tidak nyaman jika di

(35)

pesantren sehingga ia pun memilih sekolah di SMA terbaik di kota Semarang, Zahrana pun menjadi lulusan dengan nilai tertinggi di sekolahnya.

“Tiga tahun di SMA ia selesaikan dengan baik. Ia lulus dengan nilai ujian akhir tertinggi di sekolahnya.” (CSZ, hlm., 5)

Setelah Zahrana lulus dari SMA kedua orang tuanya juga berharap agar Zahrana kuliah di IKIP saja agar tidak jauh dari kedua orang tuanya, tetapi Zahrana merasa tidak memiliki tantangan, sehingga Zahrana memilih untuk melanjutkan ke UGM, dan Zahrana pun menjadi mahasiswi teladan tingkat nasional,

“... Yang ia pikirkan adalah belajar, belajar dan menjadi yang terbaik di kampusnya. Sampai akhirnya ia diwisuda dengan prestasi sebagai mahasiswa terbaik di angkatannya.” (CSZ, hlm., 9)

Jiwa intelektual Zahrana sudah nampak sejak ia masih SMP sehingga ia selalu menjadi yang terbaik di angkatannya.

12) Cerdas

Zahrana adalah orang yang cerdas, pekerja keras, dan berprestasi gemilang, kecerdasan Zahrana dipuji di hadapan ayahnya oleh dekannya, sebagaiman dalam kutipan berikut.

“… “Pak Munajat, sungguh Bapak sangat beruntung memiliki putri seperti Zahrana ini. Cerdas, santun, pekerja keras, dan berprestasi gemilang. Ini calon ilmuwan Indonesia yang akan mengharumkan Indonesia. Selamat ya Pak.” Pak Dekan tersenyum pada ayahnya, ibunya dan dirinya.” (CSZ, hlm., 10)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana adalah orang yang cerdas, pekerja, santun, pekerja keras, dan berprestasi gemilang. Sehingga ia mendapatkan pujian dari dekannya yang menyampaikannya kepada Pak Munajat ayah Zahrana.

(36)

13) Genius

Zahrana adalah orang yang genius bisa menyelesaikan S1 di dua jurusan yang berbeda di universitas yang berbeda, teman-temannya meremehkan kegeniusannya tetapi ia membuktikan bahwa ia bisa menyelesaikan keduanya tepat waktu. Perhatikan kutipan berikut.

“Ia masih ingat, saat ini teman-temannya yang tahu ia melakukan hal itu, kuliah di dua jurusan yang berda di universitas yang beda, ia dianggap gila. “Sepintar-pintarnya kamu, kamu tidak akan bisa menyelesaikan S1 kamu di jurusan Arsitektur dan Teknik Sipil dengan baik. Nanti kuliahmu malah kacau,” kata seorang temannya. Tetapi dengan kesungguhan dan kerja kerasnya, hal yang dianggap gila oleh temannya itu dapat ia lalui dengan baik. …” (CSZ, hlm., 9)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana adalah orang yang genius dapat menyelesaikan SI hampir secara bersamaan di Universitas yang berbeda. Hal ini karena kerja keras dan semangat keseriusan Zahrana dalam menggapai prestasi.

14) Agamis

Menjaga diri atau berhijab mengenakan jilbab adalah bukti ketaatan Zahrana terhadap agamanya. Zahrana ingin menunjukkan baktinya dengan menutup aurat dan menjalankan perintah agama dengan yang sebenarnya, karena menutup aurat merupakan perintah Tuhan kepada hamba-Nya. Zahrana ingin membuktikan ketaatannya dengan mengenakan jilbab, sebagaimana dalam kutipan berikut.

“Lina juga yang terus memintanya dengan halus ataupun terang-terangan agar ia memakai jilbab. Ia memakai jilbab setelah selesai diwisuda S1. Setelah di rumah bersama kedua orang tuanya dan ayahnya menyinggung dirinya sebaiknya menutup auratnya dengan benar. ...” (CSZ, hlm., 24)

(37)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana adalah orang yang agamis dengan mengenakan jilbab karena mengenakan jilbab merupakan kata hati yang mendapat hidayah dari Tuhan.

15) Berbakti kepada orang tua

Zahrana adalah anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya, ia ingin mengangkat martabat keluarganya dengan belajar dan kerja keras siang malam. Hal itu ia lakukan untuk meraih prestasi gemilang dalam pendidikan. Perhatikan kutipan berikut.

“… Ia belajar keras dan bekerja tiada henti siang dan malam demi mengangkat derajat kedua orang tuanya. Ia ingin menunjukkan bakti terbaik kepada mereka. Ia ingin menjadi anak yang bisa mikul duwur mendem jero.” (CSZ, hlm., 2)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana memiliki rasa bakti kepada kedua orang tuanya dan ia tidak mau dimanja-manja walaupun ia merupakan putri tunggal ayah dan ibunya.

16) Rajin ibadah

Zahrana adalah orang yang rajin ibadah kepada Allah, hal itu ia buktikan dengan shalat selalu di awal waktu dan rajin membaca Al-Quran. Perhatikan kutipan berikut.

“Selesai sahur Zahrana membaca Al-Quran sementara ibunya shalat. Begitu azan subuh berkumandang mereka berdua pergi ke masjid. Selain untuk shalat subuh berjamaah mereka juga ingin mendengarkan Kuliah Subuh yang diadakan selama Bulan Suci Ramadhan.” (CSZ, hlm., 260)

(38)

17) Suka menghormati dan dihormati

Persahabatan Zahrana dengan Lina selalu diwarnai dengan rasa saling menghormati, ketika mereka masih sekolah mereka bersaing ketat secara intelektual. Perhatikan kutipan berikut.

“Ia sangat menghormati Lina, demikian juga Lina sangat menghormati dirinya. Di kelas keduanya bersaing ketat. Selama tiga tahun dua kali Lina mengalahkan dirinya. Selebihnya ia mengalahkan Lina, termasuk nilai akhir. Ia yang terbaik di angkatannya disusul Lina.” (CSZ, hlm., 21)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana suka menghormati dan juga dihormati, selalu berdaya saing secara intelektual dengan sahabatnya yang bernama Lina sejak dari bangku sekolah.

18) Tawakkal

Zahrana memiliki kekuatan jiwa dan tidak mudah putus asa. Ketika menemui masalah berat dalam jiwanya, Zahrana menganggap itu bahwa itu adalah ujian dari Allah. Kekuatan jiwanya ia aplikasikan dalam ketaatannya kepada Allah melalui rasa tawakkal kepada Allah. Perhatikan kutipan berikut.

“Ia pasrahkan dirinya secara total kepada Allah. Dalam keheningan malam ia berdoa,

Ya Rabbi, ikhtiar sudah hamba lakukan, sekarang kepada-MU hamba kembalikan semua urusan. ...” (CSZ, hlm., 259)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Zahrana adalah orang tawakkal kepada Allah, ia pasrahkan dirinya secara total kepada Allah. Zahrana berdoa kepada Allah dalam keheningan malam dan dalam memasrahkan segala urusan.

c) Tinjauan Fisilogi

Ditinjau dari segi fisiologi Zahrana adalah orang yang cantik, berjilbab, dan berusia tiga puluh empat tahun.

(39)

1) Anggun

Tinjauan fisiologi yang mengungkapkan bahwa Zahrana adalah seorang perempuan yang berparas anggun, sebagaimana digambarkan dalam kutipan berikut.

“... Zahrana tampak anggun dan berwibawa dalam balutan jilbab putih, bawahan putih dan jas berwarna merah marun.” (CSZ, hlm., 67)

2) Berjilbab

Tinjauan fisiologi yang menggambarkan Zahrana adalah orang berjilbab, pengarang menunjukkan bahwa Zahrana mengenakan jilbab ketika akan menemui rombongan lamaran Pak Karman di rumahnya, sebagaimana kutipan berikut.

“Ia berdandan secukupnya. Ia pakai jilbab hijau muda kesayangannya. Sangat serasi dengan gamis border hijau tua bermotif bunga melati putih kecil-kecil.” (CSZ, hlm., 191)

Kutipan di atas membuktikan bahwa Zahrana adalah orang yang berjilbab dan menyenangi jilbab berwarna hijau muda.

3) Berusia 34 tahun

Tinjauan fisiologi yang menunjukkan bahwa Zahrana sudah berusia tetapi masih belum juga berkeluarga dapat dibuktikan dengan kutipan berikut.

“Umurnya sudah tidak muda lagi. Tiga puluh empat tahun. Teman-teman seusianya sudah ada yang memiliki anak dua, tiga, empat bahkan ada yang lima.” (CSZ, hlm., 187)

Kutipan di atas menunjukan bahwa Zahrana sudah sangat berusia, seharusnya sudah berkeluarga dan memiliki keturunan, sebab teman-teman seusianya sudah memiliki dua anak, tiga, empat bahkan ada yang lima. Tetapi Zahrana masih belum juga memiliki suami sedangkan usia Zahrana sudah tiga puluh empat tahun.

(40)

2) Tokoh Komplementer (tambahan)

Analisis selanjutnya adalah analisis penokohan pada tokoh tambahan. Analisis pertama dimulai dari tokoh tambahan yang mendukung jalannya cerita dan menjadi mata rantai yang membentuk kesempurnaan dalam berlangsungnya cerita terutama dalam kaitannya dengan dengan tokoh utama. Tokoh tambahan yang mendukung perannya tokoh utama dalam cerita adalah Pak Munajat, Bu Nuriyah, Pak Sukarman, Lina, Bu Merlin, Rahmad, Nina, Hasan, Dokter Zulaikha. Analisis tokoh tambahan yang dianalisis terlebih dahulu adalah Pak Munajat yakni Ayah Zahrana kemudian berturut-turut pada tokoh tambahan lainnya sebagaimana yang telah disebutkan di atas.

1. Pak Munajat

Pak Munajat adalah kepala keluarga dari keluarga kecilnya, suaminya Bu Nuriyah dan ayahnya Zahrana.

a) Tinjauan Sosiologi

Pak Munajat ditinjau dari segi sosiologi adalah ayah Zahrana, orang yang dipercaya mengurusi mushalla, agamis, rajin ibadah, pekerja kantor, dan berpendidikan rendah, penjelasannya sebagai berikut.

1) Ayah Zahrana

Pak Munajat adalah orang tua yang telah berhasil mendidik Zahrana menjadi anak yang membanggakan dan berprestasi gemilang, sebagaimana dalam kutipan berikut.

“… Pak Munajat, sungguh Bapak sangat beruntung memiliki putri seperti Zahrana ini. Cerdas, santun, pekerja keras, dan berprestasi gemilang. …” (CSZ, hlm., 10)

(41)

Kutipan di atas membuktikan bahwa Pak Munajat adalah ayahnya Zahrana yang telah berhasil mendidik Zahrana menjadi orang yang dibanggakan dan membanggakan.

2) Pengurus mushalla

Pak Munajat adalah orang yang dipercaya oleh masyarakat sekitarnya untuk menjadi pengurus mushalla dan mengurusi mushalla di dekat rumahnya. Perhatikan kutipan berikut.

“Dan satu lagi, ayahnya dipercaya untuk mengurusi mushalla di dekat situ. Ayahnya begitu cinta dengan mushalla yang tidak besar itu. …” (CSZ., hlm, 13)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Munajat adalah seorang penjaga mushalla yang dipercaya oleh masyarakat sekitarnya untuk mengurusi mushalla.

3) Agamis

Pak Munajat selalu mengerjakan shalat berjamaah di Mushalla, apabila ada orang bertamu ke rumah Pak Munajat dan suara azan berkumandang maka Pak Munajat mengajak tamunya untuk shalat berjamaah. Hal ini menunjukkan bahwa Pak Munajat adalah orang yang agamis dan taat pada perintah agamanya. Perhatikan kutipan berikut.

“… Kalau azan sudah berkumandang tak ada yang boleh menghalanginya untuk datang ke Mushalla. Sikap Pak Munajat itu sudah terkenal di daerah situ. Bahkan jika ada tamu penting ke rumahnya sekalipun, ia tetap akan pergi ke Mushalla, bahkan mengajak tamunya sekalian jika azan berkumandang.” (CSZ, hlm., 75)

(42)

4) Rajin ibadah

Sikap rajin ibadah Pak Munajat ia praktekkan dalam kehidupan sehari-harinya, mulutnya tidak pernah kering dari ucapan taubat dengan membaca istighfar, sebagaimana dalam kutipan berikut.

“Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah…” Gumam Pak Munajat bezikir.” (CSZ, hlm., 146)

Kutipan di atas adalah bukti bahwa Pak Munajat adalah orang yang rajin ibadah yang setiap gumamannya adalah bacaan istighfar. Memohon ampun kepada Allah Tuhan semesta alam.

5) Pekerja kantoran

Pak Munajat adalah seorang pekerja kantoran sebagai pesuruh di sebuah kantor kelurahan di daerah Semarang Atas, sebagaimana dalam kutipan berikut.

“Ayahnya saat itu sudah tua. Masih aktif kerja sebagai pesuruh di sebuah kantor kelurahan di Daerah Semarang atas. …” (CSZ, hlm., 6-7) Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Munajat adalah seorang pekerja kantoran yang menjadi pesuruh di kelurahan Semarang atas.

6) Berpendidikan rendah

Pak Munajat adalah seseorang yang berpendidikan rendah sehingga ia menjadi pesuruh di sebuah kantor kelurahan, hal ini tampak dari dialog Bu Nuriyah dengan Zahrana. Perhatikan kutipan berikut.

“… Khusus untuk bapakmu seolah tidak boleh ijin. Sebab hanya dia yang bisa disuruh-suruh. Hanya dia yang pendidikannya paling rendah.” (CSZ, hlm., 7)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Pak Munajat berpendidikan rendah sehingga pekerjaannya menjadi pesuruh di kelurahan.

(43)

b) Tinjauan Psikologi

Pak Munajat ditinjau dari segi psikologi adalah orang yang tegas, keras kepala, bangga kepada Zahrana, teguh pendirian, dan terobsesi pada kehendaknya sendiri, sebagaimana dalam penjelasan berikut.

1) Tegas

Pak Munajat adalah orang yang tegas dalam menentukan pilihan. Ketegasan Pak Munajat adalah ketika ingin menegur Zahrana dan meminta dukungan Bu Nuriyah istrinya agar tidak terlalu memanjakan Zahrana. Perhatikan kutipan berikut.

“Tidak. Tidak usah. Kali ini Bapak minta Ibu ikut sikap ayah. Supaya dia tahu kita tidak lagi perlu dihadiahi dengan penghargaan-penghargaan seperti itu. …” (CSZ, hlm., 85)

Kutipan di atas menunjukkan ketegasan Pak Munajat yang tidak ingin memanjakan Zahrana yang tidak juga menikah karena mengejar prestasi akademiknya. Padahal Zahrana sudah berusia tiga puluh empat tahun.

2) Keras kepala

Pak Munajat adalah laki-laki tua yang keras kepala, setiap kemauannya harus diikuti hal itu ia tampakkan kepada Bu Nuriyah istrinya ketika Pak Munajat ingin menegur Zahrana putrinya .

“Kali ini ibu harus harus mendukung Bapak sepenuhnya. Ibu jangan lemah, tidak tegaan seperti sebelum-sebelumnya. Ibu harus tegas sama Zahrana. ...” (CSZ, hlm., 84)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Pak Munajat keras kepala, kemauannya harus diikuti.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan struktur yang membangun novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy; (2) mengungkapkan aspek

Kemudian, konflik batin yang berasal dari dalam diri terhadap orang lain, diantaranya yaitu: (1) Perasaan bersalah kepada kedua orang tua; (2) Merasa sedih

Nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Cinta Suci Zahrana di antaranya adalah: a) Nilai Akidah (Iman): Di dalam novel Cinta Suci Zahrana terdapat beberapa nilai

Tujuan penelitian ini secara terinci yakni pertama untuk mendeskripsikan kejiwaan tokoh utama yaitu tokoh Zahrana, kedua penelitian ini bertujuan untuk

Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa tokoh wanita (Zahrana) mengalami konflik batin karena aspek Ego yang mempengaruhi dirinya. Zahrana terlalu menuruti Ego yang ada

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T, atas limpahan rahmat dan anugerah- Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman El

Latar tempat dapat berupa lokasi terjadinya cerita. Dalam novel“Cinta Suci Zahrana” terdapat beberapa latar tempat seperti pada bagian awal novel ini berlatar di bandara

ISSN: 2684-6780 online, ISSN: 2088-365X Print http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/BIP ABSTRAK - Penulisan yang berjudul “Citra Wanita dalam Novel Cinta Suci Zahrana karya