• Tidak ada hasil yang ditemukan

Problema dan Strategi Kebijakan Penanganan Tindak Pidana Perbankan (Studi Kasus Bank Century).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Problema dan Strategi Kebijakan Penanganan Tindak Pidana Perbankan (Studi Kasus Bank Century)."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

(B. Hukum)

Problema dan Strategi Kebijakan Penanganan Tindak Pidana Perbankan (Studi Kasus Bank

Century)

Hartiwiningsih; Handayani, I Gusti Ayu Ketut Rahmi; Budyatmojo, Winarno Fakultas Hukum UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Pasca, 2012

Penegakan hukum di bidang tindak pidana perbankan di Indonesia saat ini oleh banyak pihak dipandang belum berhasil sesuai harapan masyarakat. Sebagai contoh misalnya barbagai kasus yang terkait dengan pengawasan keuangan, rahasia bank, penanganan kredit macet dan penanganan bank baik bank sebagai pelaku kejahatan, sebagai obyek kejahatan dan bank sebagai sarana kejahatan belum dapat diselesaikan dengan maksimal. Perkembangan, jenis dan bentuk kejahatan terus mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi. Mengingat bahwa perbankan sebagai lembaga financial intermediary yang sangat rentan terhadap isu-isu negatip, maka kebijakan perbankan dalam menghimpun dana masyarakat maupun menyalurkannya untuk membiayai berbagai lini kegiatan tata kehidupan masyarakat perlu dikembangkan secara sehat harus didukung dan salah satu upaya yang harus ditempuh dengan penegakan hukum pidana. Dengan instrumen pidana ini diharapkan dapat menangkal kejahatan perbankan nasional yang bertujuan menggangu kehidupan ekonomi dan sistem ekonomi bangsa.

Banyaknya kasus tindak pidana perbankan dan tindak pidana dibidang perbankan yang terjadi di berbagai bank baik swasta maupun pemerintah seperti kasus Bank Century, semuanya itu merupakan bentuk pengggerogotan perbankan nasional, karena tidak saja melibatkan internal pejabat bank yang bersangkutan tetapi juga pihak lain. Dalam kasus Bank Century selain telah menyeret beberapa direksi, pejabat bank maupun komisaris bank tersebut keranah hukum, juga membawa permasalahan besar bagi para nasabah dari PT Antaboga Deltasekuritas yang membeli produk investasi berupa reksa dana dan diskresionary fund. Kekisruhan terjadi bersamaan dengan ditetapkannya Bank Century sebagai bank gagal yang berdampak sistemik yang selanjutnya dikelola oleh lembaga penjamin simpanan (LPS) dan Antaboga juga tidak dapat mencairkan dana para nasabah (investor) yang tercata berjumlah 1800 orang dengan jumlah keseluruhan investasi mencapai Rp 1,4 Trilyun. Oleh karena di beberapa cabang Bank Century ikut memasarkan atau bertindak sebagai sub agen produk Antaboga saat itu (per September 2008) juga termasuk pemegang saham 7,44% dari Bank Century, para investor Antaboga yang panik serta merta menuntut pencairan dana mereka kepada Bank Century. Belum lagi kasus kasus pada bank lainnya baik dalam skala kecil maupun besar seperti kasus BLBI, menurut perhitungan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dari 10 Bank Beku Operasi (BBO) 18 Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU) dan 15 Bank dalam Likuiditas (BDL) diindikasikan kerugian negara mencapai 84,8 Trilyu Rupiah.

(2)

tanggal 1 Desember 2009 telah melakukan tuganya, hasil temuannya juga sudah derahkan kepada aparat penegak hukum, tetapi temuan-temuan tersebut tidak ditindaklanjuti oleh aparat penegah hukum dan sampai saat ini kasus Bank Century berjalan ditempat.

Tujuan penelitian ini ingin mengkaji secara mendalam mengapa atau faktor-faktor apa yang mengakibatkan penanganan bailout Bank Century oleh Bank Indonesia belum dapat ditangani secara tuntas. Selain itu penelitian ini juga bertujuan mengkaji apakah kebijakan bailout kepada Bank Century oleh Bank Indonesia dapat dikriminalisasikan menjadi tindak pidana perbankan, dan merumuskan suatu model strategi kebijakan penanganan ideal yang seharusnya dilakukan untuk menangani kasus bailout Bank Century.

Target penelitian ini adalah merumuskan suatu model strategi kebijakan penanganan ideal yang seharusnya dilakukan untuk menangani kasus bailout Bank Century oleh Bank Indonesia, agar dapat dijadikan model bagi penyelesaian bailout perbankan pada umumnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kasus karena yang akan dikaji adalah kasus bailout Bank Century, undang-undang karena yang akan dikaji adalah undang-undang/peraturan, dan pedekatan yuridis sosiologis. Pada pendekatan yuridis sosiologis, hukum disini bukan dikonsepkan sebagi rules tetapi sebagai regularities yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau dalam alam pengalaman. Disini hukum adalah tingkah laku atau aksi-aksi dan interaksi manusia secara aktual dan potensial akan terpola. Karena setiap perilaku atau aksi itu merupakan suatu realita sosial yang terjadi dalam alam pengalaman indrawi dan empiris, maka setiap penelitian yang mendasarkan atau mengkonsepkan hukum sebagai tingkah laku atau perilaku dan aksi ini dapat disebut sebagai penelitian sosial (hukum), penelitian empiris atau penelitian yang non doktrinal.

Hasil penelitian menunjukan:

Pertama, Bahwa sulitnya/terhambatnya penegakan kasus Bank Century disebabkan antara lain kasus Bank Century bukan sekandal perbankan semata, namun sekandal politik, yaitu ikut campurnya lembaga politik DPR melalui hak angket yang menghasilkan rekomendasi pansus century. Dalam bingkai konstitusi penggunaan hak angket (penyelidikan) sesungguhnya menunjukan adanya persoalan yang serius pada pejabat negara yang diduga telah melakukan penyalahgunaaan kewenangan yang menimbulkan kerugian negara. Selain itu kasus ini menciptakan efek domino yang sangat luas. Kasus ini berdampak pada beberapa aspek. Salah satunya menyangkut hibungan antara Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah. Perkembangan kasus bank century yang semakin komplek berefek serius pada memudarnya kemesraan hubungan antara pemerintah dan DPR. Berbagai temuan yang muncul menegaskan adanya indikasi kuat keterlibatan beberapa pihak dilingkungan pemerintah membuat DPR memiliki persepsi yang semakin negatif terhadap kewibawaan pemerintah. Terlebih lagi pemerintah tidak menunjukan sikap pro aktif terhadap penuntasan penyelesaian kasus ini. Indikasi adanya keterlibatan pihak-pihak yang kini ada di lingkungan pemerintah semakin membuat pemerintah bersikap defensif terhadap upaya penyelesaian kasus ini. Padahal komitmen serta peran pemerintah akan sangat besar manfaatnnya dalam proses percepatan penyelsesaian masalah ini. Dengan berbagai hambatan yang dihadapi, DPR melalui kerja Pansus Hak Angket terus berupaya untuk menmbus berbagai halangan. Upaya pengusutan kasus ini secara tuntas dilakukan secara total oleh DPR, dengan memanfaatkan berbagai medium konstitusi yang dijadikan sebagai basis. DPR juga menjalin kooperasi dengan lembaga berwenang yang bisa memberikan informasi, data, serta tentang kasus tersebut. Di antaranya adalah BPK, KPK dan lembaga negara lainnya.

(3)

pemerintah yang mengeluarkan dana talangan dan DPR yang melakukan investigasi melalui hak angketnya. Disatu sisi Pemerintah berpendapat bahwa pemberian dana talangan adalah sah, dan dilakukan dalam rangka mengantispasi munculnya krisis ekonomi global. Selain itu dana yang digunakan sebagai dana talangan yang diperuntukan Bank Century adalah bukan uang negara tetapi berasal dari sumbangan bankbank yang tergabung dalam LPS/berasal dari kekayaan LPS (berasal dari premi bank peserta program penjaminan pemerintah dan belum menyentuh modal LPS). Dana ini tidak hilang namun akan kembali kepada LPS melalui divestasi. Bank Century tidak pernah menerima pemberian Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD) yang pembiayaannya berasal dari APBN. Karena dana PMS berasal dari kekayaan LPS (bukan dari APBN) maka tidak diperlukan persetujuan dari DPR sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Karena itu pemerintah mengangap dalam kasus Bank Century tidak ada kerugian negara dan tidak ada korupsi. Sebaliknya dari pihak legislatif ( DPR) melalui Pansus Bank Century, berkesimpulan separuh dana yang terdapat dalam LPS adalah dana milik pemerintah. Dengan demikian dapat disimpulkan karena ada dana milik pemerintah maka berarti ada kerugian negara dan ada korupsi.

(4)

Kesulitan lainnya Pro dan Kontra Adanya Kerugian Negara. Menurut versi Pemerintahbahwa dalam kasus Bank Century tidak ada kerugian negara. Sebab sumber pendanaan untuk Penyertaan Modal Sementara (PMS) Bank Century berasal dari kekayaan LPS (berasal dari premi bank peserta program penjaminan pemerintah dan belum menyentuh modal LPS) dengan PMS tersebut mayoritas saham Bank Cantury kini dimilki LPS. Dana ini tidak hilang namun akan kembali kepada LPS melalui Divestasi. Bank Century tidak pernah menerima pemberian fasilitas pembiayaan darurat (FPD) yang pembiyaannya berasal dari APBN. Sementara itu aparat penegak hukum, masyarakat dan DPR melihat bahwa dalam

kasus Bank Century ini telah terjadi kerugian negara, karena uang dana talangan yang diberikan kepada Bank Century adalah dana dari LPS. Dana LPS didalamnya ada sumbangan dana APBN, setengah dari jumlah dana talangan yang ada di LPS adalah dana yang berasal dari APBN. Jelas disini ada kerugian negara.

Pro kontra adanya indikasi tata kelola pemerintahan yang buruk. Kasus Bank Century terkait erat dengan apa yang disebut prinsip good corporate governance. Pengelolaan perusahaan berdasarkan prinsip tata kelola yang baik merupakan gerak menuju tercapainya sebuah sistem ekonomi yang mapan pada sebuah negara. Sebaliknya, praktek tata kelola yang buruk akan menjadi embrio negatif terhadap perekonomian sebuah negara. Dalam konteks Bank Century, maka praktek good corporate governance, seperti transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban Organ sehingga pengelola perusahaan terlaksana secara efektif. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Belum terpenuni dan tidak dipatuhi.

Kedua, Kebijakan Bailout Bank Century Dapat Dikriminalisasikan Menjadi Tindak Pidana Perbankan. Berdasarkan hasil kajian yang didasarkan data sekunder dan data primer yang diperoleh di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa kasus Bank Century dapat dikriminalisasikan kedalam tindak pidana perbankan, sebagaimana diatur dalam UU No.10 Tahun 1998 Jo. UU No.7 Tahun 1992, terdapat 13 (tiga belas) macam tindak pidana yang diatur, mulai dari pasal 46 sampai dengan Pasal 51A. Ketiga belas tindak pidana itu dapat digolongkan ke dalam empat macam:

1. Tindak pidana yang berkaitan dengan perizinan (Pasal 46)

2. Tindak pidana yang berkaitan bank (Pasal 47 ayat 1 dan ayat 2, dan pasal 47A)

3. Tindak pidana yang berkaitan dengan pengawasan dan pembinaan bank (Pasal 48 ayat 1 dan ayat 2) 4. Tindak pidana yang berkaitan dengan usaha bank (Pasal 49 ayat (1) huruf a, b dan c, ayat (2) huruf a dan b, pasal 50 dan pasal 50A.

(5)

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Pemeliharaan Saluran Irigasi Pekerjaan Pemeliharaan. Saluran Irigasi Jeto Desa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada yang menunjukkan adanya pembentukan identitas diri dilihat dari perubahan perilaku dan penampilan remaja yang mengacu pada tujuh

Setelah penelitian diketahui bahwa secara global para guru SD-SMP-SMA Kebon Dalem merasa memiliki kompetensi guru dalam kategori tinggi, yang meliputi

(5) Keterpaduan kompetensi yang terjadi lintas kelas.. Dalam mengajarkan bahan ajar dilakukan oleh guru mata pelajaran yang dominan. Misalnya bahan ajar tersebut dominan biologi

Only 44.10% and 31.50% students reported provision of academic related facilities and interactive sessions as up to mark respectively; 83% students reported that

Salah satunya penelitian terhadap situs berita radar malang yang penulis lakukan yang bertujuan untuk mengklasifikasikan jenis berita yang sesuai dengan konten berita pada

Program GERNAS ini adalah suatu terobosan yang inovatif dan berpotensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan petani kakao, khususnya petani di Kawasan Timur Indonesia..

 Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan yang cukup