BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DAMATA ARTA
NUGRAHA LAMONGAN
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
R. MAULANA NURUSHOBRY
0713010107/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
NUGRAHA LAMONGAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan Dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi
J ur usan Akuntansi
Diajukan Oleh :
R. MAULANA NURUSHOBRY
0713010107/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP EARNINGS QUALITY PADA
BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DAMATA ARTA
NUGRAHA LAMONGAN
Yang diajukan
R. Maulana Nur ushobr y 0713010107/FE/EA
Telah diper tahankan dihadapan Dan diter ima oleh Tim Penguji Sk r ipsi Pr ogr am Studi Ak untansi Fakultas Ekonomi Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur
Pada Tanggal 15 J uni 2012
Pembimbing Utama :
Dr s. Ec. Sjafi’I, MM. Ak
Tim Penguji Ketua
Dr . Gideon Setyo B. MSi Sekr etar is
Dr s. Ec. Sjafi’I, MM. Ak Anggota
Rina Moestika S, SE, MM
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga dapat terselesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam
tetap terlimpah kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Skripsi ini diajukan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
(S1) Jurusan akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur. Penelitian ini mengambil judul : “Pengar uh Rasio Camel Tehadap
Earnings Quality Pada Bank Per kr editan Rakyat (BPR) Damata Ar ta
Nugr aha Lamongan.” Dihasilkannya penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi ilmiah terhadap dunia perbankan yang ada di Kabupaten Lamongan
khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Dalam pelaksanaan penelitian ini hingga selesainya skripsi ini penulis
telah banyak mendapat bimbingan, bantuan, kesempatan serta pengorbanan
baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
dengan segala kerendahan hati dan penuh hormat menghaturkan terimakasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP. Selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Dr. Sri Trisnaningsih, Msi. Selaku Ketua Progdi Akuntansi Fakultas
masukan dan dorongan yang sangat berharga serta kesabaran dan
perhatiannya dalam penulisan penelitian ini.
5. Pihak Bank Damata Arta Nugraha yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam penulisan skripsi ini.
6. Ayah, Ibu dan Adikku yang tercinta atas segala pengorbanan dan
dukungannya yang diberikan baik do’a beserta bantuan moril dan materiil.
7. Para sahabat mahasiswa jurusan akuntansi dan fakultas ekonomi serta
universitas, dan juga bagi yang aktif di organisasi mahasiswa yang selalu
memberikan waktunya untuk berdiskusi dan memberikan semangat bagi
penulis.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
penulisan penelitian ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dibutuhkan demi kesempurnaan penelitian ini.
Surabaya, November 2011
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN x
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah………. 1
1.2.Perumusan Masalah………...……. 7
1.3.Tujuan Penelitian……… 8
1.4.Manfaat Penelitian………. 8
BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1.Hasil Penelitian Terdahulu……….. 9
2.2. Kajian Teori……….... 12
2.2.1.Bank………. 12
2.2.1.1.Bank Perkreditan Rakyat Konvensio- nal………. 12
2.2.2.Laporan Keuangan Perbankan………. 13
2.2.2.3.Tujuan Laporan Keuangan Bank………... 16
2.2.3.Earnings Quality (Kualitas Laba)……… 17
2.2.4.Analisis Rasio Keuangan Bank……… 17
2.2.5.Jenis Rasio Keuangan Bank……… 19
2.2.5.1.Rasio Likuiditas………... 19
2.2.5.2.Rasio Solvabilitas (Capital)………. 20
2.2.5.3.Rasio Rentabilitas……… 21
2.2.5.4.Rasio Resiko Bank ………22
2.2.5.5.Rasio Efisiensi Usaha……….. 23
2.2.6.Analisis Rasio CAMEL dan Pertumbuhan- Laba………. 23
2.3.Kerangka Pikir………... 26
2.4.Hipotesis………. 28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel……… 29
3.2.Tehnik Penentuan Sampel……….. 30
3.2.1.Populasi………. 30
3.2.2.Sampel………... 31
3.3.Tehnik Pengumpulan data………... 31
3.4.Tehnik Analisis dan Uji Hipotesis………. 32
3.4.1.Tehnik Analisis………. 32
3.4.1.1.Uji Asumsi Klasik……….. 32
3.4.1.2.Analisis Regresi Berganda………. 33
3.4.1.Uji Hipotesis……….. ………33
3.4.2.1.Uji F ………34
3.4.2.2.Uji t……… 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Operasional……… 37
4.1.1.Gambaran Umum Perusahaan………..… 37
4.1.2.Visi dan Misi BPR.Damata Arta Nugraha... 39
4.1.3.Lokasi Perusahaan... 39
4.2.Deskripsi Hasil Penelitian ………... 40
4.2.1.Deskripsi Mengenai Aspek Permodalan………... 40
4.2.2.Deskripsi Mengenai Aspek Kualitas Aktiva……. 41
4.2.3.Deskripsi Mengenai Aspek Manajemen………... 42
4.2.4.Deskripsi Mengenai Aspek Rentabilitas Bank (Earnings)……….. 43
4.2.5.Deskripsi Mengenai Aspek Likuiditas…………. 45
4.2.6.Deskripsi Aspek Kualitas Laba……… 46
4.3.Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian………. 47
4.4.Pembahasan………. 53
4.5.Perbedaan Peneliti dengan Penelitian Terdahulu……… 56
4.6.Keterbatasan Peneliti……….. 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan……….. 59
5.2. Saran………... 59
LAMPIRAN
Tabel 1 : Per ingkat atau Tabel Bobot Camel
Tabel 2 : Data Pendapatan BPR. Damata Ar ta Nugr aha Lamongan pada tahun 2009 – 2010
Tabel 3 : Rasio Aspek Per modalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) BPR. Damata Ar ta Nugr aha Lamongan.
Tabel 4 : Aspek Kualitas Aktiva atau Non Per for ming Loans (NPL) BPR. Damata Ar ta Nugr aha Lamongan.
Tabel 5 : Aspek Manajemen atau Retur n on Assets (ROA) BPR. Damata Ar ta Nugr aha Lamongan.
Tabel 6 : Aspek Rentabilitas Bank (Ear nings) atau Efisiensi Oper a sional (BOPO) BPR. Damata Ar ta Nugraha Lamongan.
Tabel 7 : Aspek Likuidiitas atau Loan TO Deposit Ratio (LDR). Damata Ar ta Nugr aha Lamongan.
Tabel 8 : Aspek Kualitas Laba. Damata Ar ta Nugr aha Lamongan.
Tabel 9 : Hasil Uji Nor malitas Data Nonparametric Test
Tabel 10 : Hasil pengolahan data Model Summary b Durbin-Watson
Gambar 2.1 Ker angka Pemikir an
Lampir an :
1. Rasio Aspek Permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR)
2. Kualitas Aktiva atau Non Performing Loans (NPL)
3. Aspek Manajemen atau Return on Assets (ROA)
4. Aspek Rentabilitas Bank (Earnings) atau Efisiensi Operasional (BOPO)
5. Aspek Likuidiitas atau Loan TO Deposit Ratio (LDR)
6. Aspek Kualitas Laba
7. Regression
Oleh :
R. Maulana Nur ushobr y
ABSTRAK
Krisis Ekonomi yang melanda Indonesia pada dekade akhir 1990-an. Menyebabkan selurus potensi ekonomi berada diambang kebangkrutan. Sektor riil yang juga di pengaruhi oleh sektor jasa keuangan (perbankan) terkena dampaknya terpaksa ditutup atau dibekukan. Karena tidak mampu bertahan secara operasional. Padahal perbankan pada saat itu tengah tumbuh diberbagai daerah. Lumpuhnya dunia perbankan pada saat itu dikarenakan banyaknya lembaga perbankan yang dihantam kredit macet. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai salah satu dari dua jenis bank yang ada di Indonesia seperti dimaksudkan dalam Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang keberadaannya diharapkan mampu memberikan pelayanan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah dan pengusaha kecil dipedesaan maupun diperkotaan. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini adalah megetahui dan membuktikan bahwa terdapat pengaruh rasio CAMEL terhadap
Earnings Quality pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Damata Arta Nugraha
Lamongan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan BPR. Damata Arta Nugraha dan variabel yang digunakan adalah Rasio CAMEL (CAR, NPL, ROA, BOPO, LDR) serta variabel kualitas laba yaitu pertumbuhan laba. Untuk menjawab permasalahan dan hipotesis, digunakan uji t untuk dua beda rata-rata dengan sampel berpasangan (paired
sampel t-test)
Berdasarkan hasil analisis menyebutkan bahwa Secara signifikan rasio CAMEL (CAR, ROA, BOPO, NPL, dan LDR) berpengaruh bersamaan terhadap kualitas laba BPR. Damata Arta Nugraha Lamongan. Secara parsial rasio ROA yang hanya berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba BPR. Damata Arta Nugraha. Hal ini didukung oleh kepatuhan manajemen terhadap ketentuan Batas Umum Pemberian Kredit
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Krisis Ekonomi yang melanda Indonesia pada dekade akhir 1990-an.
Menyebabkan selurus potensi ekonomi berada diambang kebangkrutan. Sektor
riil yang juga di pengaruhi oleh sektor jasa keuangan (perbankan) terkena
dampaknya terpaksa ditutup atau dibekukan. Karena tidak mampu bertahan
secara operasional. Padahal perbankan pada saat itu tengah tumbuh diberbagai
daerah. Lumpuhnya dunia perbankan pada saat itu dikarenakan banyaknya
lembaga perbankan yang dihantam kredit macet.
Dalam Seminar Restrukturisasi Perbankan di Jakarta pada tahun 1998
disimpulkan beberapa penyebab menurunnya kinerja bank, antara lain :
a. Semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan,
b. Dampak likuidasi bank-bank 1 November 1997 yang
mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan dan pemerintah, sehingga memicu penarikan dana
secara besar-besaran.
c. Semakin turunnya permodalan bank-bank
d. Banyak bank-bank tidak mampu kewajibannya karena
menurunnya nilai tukar rupiah.
e. Manajemen tidak profesional.
Secara umum kondisi perbankan nasional saat ini dalam keadaan yang baik dan
oleh Bank Indonesia (BI). Sejak tahun 2004 sampat saat ini Bank Indonesia
(BI) telah menutup 13 bank yang terdiri dari 4 Bank Umum dan 9 Bank BPR.
Perbankan dalam kehidupan masyarakat sangat erat bahkan saling
melengkapi dan menguntungkan. Bank merupakan suatu lembaga yang
berperan sebagai perantara keuangan (Financial Intermediary) antara
pihak-pihak yang memiliki dana (Surplus Unit) dengan pihak-pihak-pihak-pihak yang memerlukan
dana (Deficit Unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran
lalu lintas pembayaran (Ni Ketut, 2007:101). Bank juga berfungsi dalam
mentransmisikan kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral. Bank
mempunyai peranan penting sebagai lembaga yang dapat menciptakan uang dan
hampir seluruh proses perputaran uang dalam perekonomian terjadi melalui
perbankan (Deni Kusumawardani, 2008:113).
Bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dan
menyalurkannya kepada masyarakat diperlukan suatu kondisi perbankan yang
sehat agar mampu menyediakan produk jasa perbankan yang menarik minat
masyarakat. Dunia perbankan yang tumbuh begitu pesat dan menjamur hampir
seluruh daerah di Indonesia menyebabkan persaingan yang sangat ketat.
Kondisi perkembangan yang pesat dan persaingan yang ketat
membuat para bankir untuk bekerja keras agar bertahan dan terhindar dari
ancaman liquidasi. Istilah bank sehat dan bank yang tidak sehat semakin
populer. Berbagai kejadian yang aktual, tentang perbankan seperti merger dan
liquidasi yang dikaitkan dengan tingkat kesehatan bank. Penilaian kesehatan
suatu bank melalui penilaian kemampuan suatu bank dalam melakukan kegiatan
operasioanal perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
peraturan perbankan. Tingkat kesehatan suatu bank indentik dengan kinerja
bank. Bank Indonesia selaku Bank Sentral memiliki peranan yang penting
dalam penyehatan perbankan. Bank Indonesia juga mengatur dan mengawasi
jalannya kegiatan bank atau operasional bank. Karenanya Bank Indonesia
menetapkan suatu ketentuan yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh
lembaga perbankan, yaitu berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia nomor 30/12/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia No.
30/3/UPPB tanggal 30 April 1997 yaitu tentang Tata Cara Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Indonesia.
Penilaian dilakukan dengan cara mengkualifikasikan
komponen-komponen yaitu komponen-komponen Capital (Permodalan), Asset (Aktiva), Management
(manajemen), Earning (Rentabilitas), Liquidity (likuiditas) atau disingkat
dengan istilah CAMEL. Dalam Buklet Bank Indonesia (BI) 2010
masing-masing komponen memiliki bobot. CAMEL oleh para investor maupun nasabah
dijadikan indikator dalam menilai kinerja keuangan bank.
Tabel 1 : Per ingkat atau Tabel Bobot Camel
No. Faktor CAMEL Bobot
Bank Umum BPR
1. 2. 3. 4. 5. Permodalan
Kualitas Aktiva Produktif
Kualitas Manajemen Rentabilitas Likuiditas 25% 30% 25% 10% 10% 30% 30% 20% 10% 10%
Buklet Bank Indonesia menjelaskan penilaian tingkat kesehatan
ditetapkan dalam empat golongan predikat tingkat kesehatan bank sebagai
berikut:
a. Nilai kredit 81 sampai dengan 100 diberi predikat sehat
b. Nilai kredit 66 sampai dengan kurang dari 81 diberi predikat cukup sehat
c. Nilai kredit 51 sampai dengan kurang dari 66 diberi predikat kurang sehat
d. Nilai kredit 0 sampai dengan kurang dari 51 diberi predikat tidak sehat
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai salah satu dari dua jenis
bank yang ada di Indonesia seperti dimaksudkan dalam Undang-undang No. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang keberadaannya diharapkan mampu
memberikan pelayanan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah dan
pengusaha kecil dipedesaan maupun diperkotaan.
Pemerintah memberikan perhatian terhadap perkembangan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) seiring dengan komitmen untuk memberdayakan
usaha mikro, kecil dan menengah. Bentuk perhatian dan komitmen tersebut
ditunjukkan melalui peningkatan peran serta BPR dalam program penguatan
struktur perbankan nasional. Dalam Arsitek Perbankan Nasional (APN)
disebutkan bahwa daya saing BPR diperkuat melalui kegiatan meningkatkan
Linkage Program antara Bank Umum dengan BPR, Pemerintah mempermudah
pembukaan kantor cabang BPR dan memfasilitasi pembentukan fasilitas jasa
bersama untuk BPR (Deni Kusumawardani, 2008:114).
Adanya Bank Perkreditan Rakyat adalah untuk memenuhi kebutuhan
mudah dibandingkan dengan lembaga perbankan selain BPR. mudahnya dalam
mendirikan maupun pembukaan kantor cabang, pemerintah mengharapkan
Bank yang sehat atau kinerja baik mampu tumbuh dan berkembang dengan baik
serta mampu menjaga kualitas labanya yang prospek, sehingga mampu menjaga
kepercayaan dan kepentingan masyarakat serta mampu memberikan kontribusi
bagi perekonomian lokal dan nasional secara umum dan mampu memberikan
kontribusi aktif bagi keberhasilan pelaksanaan pembangunan khususnya dalam
bentuk penyediaan modal bagi masyarakat.
Salah satu indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan BPR dalam usahanya mencapai tujuan tersebut adalah laporan
kinerja keuangan perusahaan yang telah dicapai. Penilaian ataupun analisis
kinerja keuangan suatu BPR sangat penting bagi semua jenis usaha yang
bertujuan untuk mencapai laba. Hasil analisis laporan keuangan dapat
membantu menginterpretasikan berbagai hubungan kunci serta kecenderungan
yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan
perusahaan di masa mendatang (Luciana dan Winny, 2005).
BPR. Damata Arta Nugraha adalah salah satu badan usaha yang
bergerak dalam bidang jasa keuangan atau perbankan. Keberadaan BPR.
Damata Arta Nugraha Lamongan selain untuk mencapai keuntungan (laba)
semaksimal mungkin juga memiliki tujuan untuk melayani dan memenuhi
kebutuhan masyarakat terutama dalam jasa keuangan. Bandi (2009) Untuk
menjadi informasi yang berguna, laba haruslah berkualitas selain kemampuan
Tabel 2 : Data Pendapatan BPR. Damata Ar ta Nugraha Lamongan pada
tahun 2009 – 2010
(Dalam Rupiah)
Per iode Pendapatan Oper asional Pendapatan Non
Oper a sional
Des-09 412.375.000 5.000.000
Mar-10 0 0
Jun-10 0 0
Sep-10 285.444.000 23.831.000
Des-10 390.653.000 62.571.000
Mar-11 109.363.000 0
Jun-11 0 45.000
Sep-11 338.300.000 7.500.000
Des-11 462.916.000 8.680.000
Sumber : www.bi.go.id
Dari sumber diatas dapat dijelaskan bahwa pendapatan operasional
BPR. Damata Arta Nugraha pada Desember tahun 2009 adalah Rp
412.375.000,- sedangkan Rp 5.000.000,- diperoleh dari pendapatan non
operasional bank. Namun pada Desember tahun 2010 pendapatan operasional
menurun menjadi Rp 390.653.000,- sedangkan pendapatan non operasional
bank naik menjadi Rp 62.571.000,-. Hal ini berpengaruh terhadap kualitas laba
bank pada saat pendapatan operasional bank menurun pada tahun 2010 dan
pendapatan non operasional bank meningkat.
Pada periode Maret dan Juni tahun 2010 untuk pendapatan operasional
dan non operasional bank tidak ada (kosong). Namun pada Maret tahun 2011
pendapatan operasional bank hanya sebesar Rp 90.000,- dan pendapatan non
operasional Rp 0,- . Sedangkan bulan Juni 2011 pendapatan operasional bank
Dalam menuju lembaga perbankan yang sehat dengan kinerja yang
baik BPR. Damata Arta Nugraha Lamongan sebagai salah satu bank yang
sampai sekarang masih eksis di dunia perbankan Indonesia perlu melakukan
penyesuaian diri dan menciptakan tenaga-tenaga yang profesional dalam ketat
persaingan secara sehat serta mampu menghasilkan laba dengan kualitas yang
baik. Segala ketentuan-kententuan yang mengatur perbankan khususnya BPR
dimaksudkan untuk memberikan pedoman kepada bank dalam melaksanakan
kegiatannya berdasarkan azas-azas perbankan yang sehat, sehingga bank
mampu beroperasi lebih baik, profesional dan efisien.
Dari uraian tersebut diatas terlihat bahwa metode CAMEL
merupakan salah satu faktor untuk melihat kondisi dan tingkat kesehatan bank,
oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai analisis
tingkat kesehatan bank yang berkaitan dengan kualitas laba bank dengan
menggunakan data laporan keuangan pada BPR Damata Arta Nugraha
Lamongan. Sehingga dalam penelitian ini penulis mengambil judul
“PENGARUH RASIO CAMEL TERHADAP EARNINGS QUALITY
PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DAMATA ARTA
NUGRAHA LAMONGAN.”
1.2. Per umusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka diambil suatu
perumusan masalah untuk penelitian ini :
Apakah terdapat pengaruh rasio CAMEL terhadap tingkat kualitas laba BPR.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
kualitas laba bank pada BPR. Damata Arta Nugraha Lamongan, dengan
menggunakan metode CAMEL.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Pihak Bank
Sebagai bahan pertimbangan sekaligus evaluasi untuk menentukan
kebijakan dalam meningkatkan kinerja keuangan bank BPR. Damata Arta
Nugraha.
b. Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan mampu menambah perbendaharaan kepustkaan
serta kepentingan dunia akademik. Sehingga dapat menjadi refrensi ilmiah
bagi penelitian selanjutnya.
c. Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dan pelajaran secara langsung mengenai keadaan
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Ter dahulu
1. Rindy Nur hafita dan DR. Dhar ma Tintr i E.S, SE., Ak, MBA (2010)
Effect On The Qua lity Of Ear nings Ratio Camel (Case Study Of
Register ed Commer cal Banks In Indonesia Stock Exchange)
Permasalahan :
Bagaimana pengaruh rasio CAMEL terhadap kualitas laba industri
perbankan di Indonesia.
Hipotesis :
a. Terdapat korelasi antara rasio CAR, NPL, ROA, BOPO, dan LDR
terhadap kualitas laba Bank Umum yang terdaftar di BEI.
b. Rasio keuangan CAR, NPL, ROA, BOPO, dan LDR secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba Bank Umum yang
terdaftar di BEI.
c. Rasio keuangan CAR, NPL, ROA, BOPO, dan LDR secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba Bank Umum.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil dan dan pembahasan dalam penelitian ini, maka
a. Rasio CAMEL (CAR, ROA, BOPO, NPL dan LDR) secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba industri perbankan
di Indonesia.
b. Secara parsial hanya rasio hanya rasio ROA yang berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laba industri perbankan di Indonesia.
2. Titik Ar yati dan Shir in Balafir (2007)
Analisis Faktor Yang Mempengar uhi Tingkat Kesehatan Bank Dengan
Regr esi Logit.
Permasalahan :
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Probabilitas Tingkat
Kesehatan Bank dengan Analisis Rasio CAMEL pada periode 2005-2006.
Hipotesis :
Rasio CAR, NPL, ROA, ROE, LDR, dan NIM mempengaruhi
probabilitas tingkat kesehatan pada Bank Pemerintah, Bank Swasta dan
Bank Asing.
Kesimpulan :
Rasio NPL memiliki pengaruh yang signifikan terhadap probabilitas
sehat dan tidak sehat pada Bank Pemerintah, Bank Swasta, dan Bank Asing.
Sedangkan rasio CAR, ROA, ROE, LDR, dan NIM menunjukkan hasil yang
3. Luciana Spica Almilia, S.E., M.Si. dan Winny Her diningtyas, S.E. (2005)
Analisis Rasio CAMEL Terhadap Pr ediksi Kondisi Ber masalah Pada
Lembaga Per bankan Per iode 2000-2002
Permasalahan :
Bagaimanakah peranan rasio CAMEL dalam memprediksi kondisi
bermasalah pada lembaga perbankan perioda 2000-2002?
Hipotesis :
a. Rasio keuangan CAMEL, (CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP terhadap
Aktiva Produktif, Pemenuhan PPAP, ROA, ROE, HIM, BOPO, LDR)
memiliki perbedaan yang siginifikan antara bank-bank bermasalah dan
tidak bermasalah perioda 2000-2002.
b. Rasio Keuangan CAMEL (CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP terhadap
Aktiva Produktif, Pemenuhan PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR)
dapat digunakan untuk memprediksi kondisi bermasalah bank-bank
umum swasta nasional di Indonesia perioda 2000-2002.
Kesimpulan :
a. Dari 11 rasio keuangan CAMEL menurut Bank Indonesia sesuai dengan
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember
2001 yaitu CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP terhadap Aktiva Produktif,
Pemenuhan PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO,
b. Hasil pengujian hipotesisi II adalah Rasio keuangan CAMEL (CAR,
bermsalah bank-bank umum swasta nasional di Indonesia perioda
2000-2002.
2.2. Kajian Teor i
2.2.1 Bank
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
orang banyak (Buklet Perbankan 2010:4).
Secara umum definisi ini mencerminkan bank memiliki dua peran
utama yaitu, sebagai financial intermediate maupun institute of development.
Bahwa bank memiliki peran utama dalam penghimpunan dan penyaluran dana
kepada masyarakat yang juga menjadi sumber dana bagi bank. Namun bukan
semata-mata untuk memperoleh keuntungan tersebut melainkan bank juga
harus berperan aktif dalam pengembangan ataupun peningkatan taraf hidup
masyarakat.
2.2.1.1 Bank Per kr editan Rak yat Konvensional
Bank Konvensional adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum
Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat (Buklet Perbankan 2010:4)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan suatu jenis bank yang dapat
diharapkan dapat membantu Pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan di
kota maupun di daerah pedesaan telah ada di Indonesia sejak hampir satu abad.
(Soetanto dan Djoko, 2007:115)
Maka Bank Perkreditan Rakyat Konvesional adalah suatu jenis bank
yang menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan prinsip konvensional, yang
terdapat di pedesaan yang diharapkan dapat membantu Pemerintah dalam
pelaksaan pembangunan di Indonesia.
2.2.2. Laporan Keuangan Per bankan
Laporan Keuangan Bank merupakan suatu ikhtisar mengenai keadaan
keuangan suatu bank. Sehingga laporan keuangan bank dapat dikatakan
sebagai informasi tentang kondisi suatu bank. Laporan keuangan bank secara
umum sama dengan laporan keuangan unit usaha lainnya.
2.2.2.1. J enis Lapor an Keuangan Per bankan
Laporan Keuangan bank antara lain Laporan Neraca, Laporan Laba
Rugi, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas, serta Catatan Atas
Laporan Keuangan. (PAPI, 2005:5)
a. Laporan Neraca (Balance Sheet)
Neraca merupakan laporan yang biasanya disusun pada akhir tahun atau
pada akhir pembukuan (31 Desember). Sisi aktiva (Asset) menggambarkan
keadaan harta perusahaan. Sedangkan sisi pasiva menyajikan kewajiban
atau hutang dan modal perusahaan. Laporan Neraca sering disebut sebagai
b. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan Laba Rugi menyajikan pendapatan dan beban menurut
karakteristiknya yang dikelompokkan secara berjenjang (multiple step)
dari kegiatan utama bank dan kegiatan lainnya. Sama halnya dengan
Laporan Neraca, Laporan Laba Rugi biasanya dibuat pada akhir periode
(31 Desember).
c. Laporan Arus Kas (Cash Flow)
Laporan Arus Kas adalah laporan yang menyajikan perubahan posisi kas
dalam suatu periode akuntansi. Di dalam laporan arus kas, terdapat tiga
bagian yang menggambarkan posisi arus kas, yaitu kegiatan operasi,
aktivitas pendanaan, dan aktivitas investasi.
d. Laporan Perubahan Ekuitas (Owners Equity)
Laporan Perubahan Ekitas menyajikan informasi yang berkaitan dengan
kejadian yang menyebabkan perubahan ekuitas dalam suatu periode
tertentu. Laporan ini diawali dengan saldo ekuitas pada permulaan
periode, kemudian diikuti dengan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan
kenaikan atau penurunan ekuitas pemilik yang dilaporkan.
e. Catatan Atas Laporan Keuangan.
Catatan Atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis sesuai
dengan urutan penyajian komponen utamanya yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan. Infomasi dalam catatan atas
laporan keuangan berkaitan dengan pos-pos dalam neraca, laporan laba
rugi dan laporan arus kas yang sifatnya memberikan penjelasan, baik yang
bersifat kualitatif maupun kuantitatif, termasuk komitmen dan kontijensi
2.2.2.2. Pemakai Laporan Keuangan Bank
Laporan keuangan bank akan digunakan oleh berbagai pihak yang
berkepentingan dan terlibat dengan bank baik langsung maupun tidak
langsung yang mempunyai kepentingannya masing-masing. Sehingga
pihak-pihak tersebut sebagai pemakai laporan keuangan bank. Menurut Wahyu
(2007) pemakai laporan keuangan bank antara lain masyarakat, pemilik atau
pemegang saham, pemerintah, manajemen bank dan karyawan.
1. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat laporan keuangan bank merupakan jaminan terhadap
uang yang disimpan di bank. Dengan adanya laporan keuangan bank
pemilik dana dapat mengetahui kondisi bank yang bersangkutan, melalui
angka-angka yang tersajikan dalam laporan keuangan bank. Selain itu bagi
masyarakat secara luas laporan keuangan bank yang dipublikasikan,
bonafiditas dari bank tersebut akan diketahui sehingga dapat memudahkan
calon debitur yang akan memilih bank yang mampu dalam membiayai
proyeknya.
2. Bagi Pemilik atau Pemegang Saham
Bagi pemegang saham sebagai pemilik bank, memiliki kepentingan
terhadap laporan keuangan dalam memantau kemajuan perusahan dalam
menciptakan laba serta perkembangan usaha bank tersebut. Disamping itu
data yang tersaji pada laporan keuangan dijadikan bahan evaluasi bagi
kemampuan manajemen dalam menjalankan aktivitas atau operasional
bank, dalam mengembangkan modalnya untuk memperoleh laba yang
3. Bagi Pemerintah
Bagi pemerintah, laporan keuangan mampu menyajikan sejumlah
informasi mengenai kondisi keuangan suatu bank. Hal ini berkaitan
dengan peran pemerintah sebagai fasilitator sekaligus pengawas terhadap
bank, sekaligus sebagai bahan acuan bagi pemerintah dalam penentuan
kebijakan moneter dan pengenaan pajak. Selain pemerintah melalui Bank
Sentralnya yaitu Bank Indonesia (BI), juga wajib untuk mengawasi dan
membina secara intensif terhadap bank pemerintah maupun swasta.
Bahkan bila diperlukan Bank Sentral akan turun langsung apabila terdapat
suatu bank yang bermasalah atau tengah mengalami kesulitan yang serius.
4. Bagi Manajemen Bank
Bagi manajemen bank laporan keuangan bank menjadi bahan evaluasi
untuk menilai kinerja manajemen bank terutama terhadap target-target
yang telah ditetapkan, serta dalam pengelolaan sumber daya yang
dimilikinya.
5. Bagi Karyawan
Karyawan berhak untuk mengetahui kondisi keuangan bank, dengan
mengetahuinya maka karyawan akan merasa tenang dan merasa perlu
untuk peningkatan kesejahteraannya apabila bank memperoleh
keuntungan dan sebaliknya.
2.2.2.3. Tujuan Lapor an Keuangan Bank
Laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bertujuan untuk
perubahan posisi keuangan. Selain itu laporan keuangan BPR juga bertujuan
untuk membantu pengambilan keputusan. (PAPI BPR,2010:1)
2.2.3. Earnings Quality (Kualitas Laba)
Laba merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja
operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau
kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang tetapkan (Parawiyati,
1996)
Menurut Schroeder et al. (2001) kualitas laba adalah korelasi antara
laba akuntansi dan laba ekonomi. Sedangkan Chandarin (2003)
mendefinisikan laba akuntansi yang berkualitas adalah laba yang mempunyai
sedikit atau tidak mengandung gangguan persepsian di dalamnya dan dapat
mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Oleh karena
itu maka dilakukanlah pengukuran kualitas laba untuk menilai keadaan
perusahaan yang sebenarnya dengan menggunakan pertumbuhan laba
(Zainuddin dan Hartono, 2000)
2.2.4. Analisis Rasio Keuangan Bank
Usaha Perbankan berbeda dengan unit usaha lainnya seperti unit usaha
atau entitas manufaktur pada umumnya. Maka Bank Indonesia (BI) dan Ikatan
Akuntan Indonesua (IAI) telah mencapai kesapahaman dengan menerbitkan
panduan penyusunan laporan keuangan perbankan dan proses akuntansinya
yang lebih dikenal dengan Standar Khusus Akuntansi Perbankan Indonesia
Wahyu (2007) menjelaskan secara umum beberapa materi laporan
keuangan perbankan di Indonesia yang dijelaskan oleh SKAPI dan PAPI
antara lain:
1) Laporan keuangan bank harus disajikan dalam mata uang rupiah.
2) Kurs tengah yaitu kurs jual ditambah kurs beli Bank Indonesia
dibagi dua.
3) Bank wajib mengungkap posisi neto aktiva dan kewajiban dalam
valuta asing yang masih terbuka (posisi devisa neto) menurut jenis
mata uang.
4) Untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, laporan keuangan
bank harus disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) dan SKAPI.
5) Laporan keuangan bank terdiri dari: neraca, laporan komitmen dan
kontijensi, perhitungan laba rugi, laporan perubahan posisi
keuangan, dan catatan atas laporan keuangan.
6) Penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu
yang menyimpang SAK dan SKAPI dapat dilaksanakan jika hal
tersebut tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap
kelayakan laporan keuangan bank.
7) Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai sifat dan
perkembangan bank dari waktu ke waktu, maka laporan keuangan
8) Laporan neraca.
9) Laporan laba rugi.
10) Laporan arus kas.
11) Laporan komitmen dan kontijensi.
12) Catatan atas laporan keuangan.
13) Laporan keuangan gabungan dan konsolidasi
2.2.5. J enis Rasio Keuangan Bank
2.2.5.1. Rasio Lik uiditas
Suatu bank dapat dikatakan liquid apabila bank tersebut dapat
memenuhi semua kewajibannya, serta mampu memenuhi permintaan kredit
yang diajukan tanpa penagguhan. Wahyu (2007) menjelaskan bank dapat
dikatakan liquid apabila:
1) Memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan liquiditasnya.
2) Bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari kebutuhan
liquiditasnya, tetapi masih mampu memenuhi asset atau aktiva
lainnya (surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktu-waktu
tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.
3) Bank tersebut mampu menciptakan cash assets baru memalui
Rasio likuiditas mengukur kemampuan bank untuk memenuhi
kewajiban financial jangka pendek. Rasio yang dapat diukur dalam rasio
likuiditas antara lain: quick ratio, banking ratio/loan to deposit ratio, dan
loan to assets ratio (Johar A. & M. Syukri, 2006:141).
a. Quick Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membiayai
kembali kewajibannya kepada para nasabah yang menyimpan dananya dengan
aktiva lancar yang dimlikinya lebih liquid.
b. Banking Ratio/Loan to Deposit Ratio (LDR)
Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali
kewajiban kepada nasabah yang dananya tersimpan di bank tersebut dengan
kredit-kredit yang telah diberikan kepada poara debiturnya. Semakin tinggi
rasionya maka tingkat likuiditasnya semakin tinggi.
c. Loan to Assets Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi
permintaan para debitur dengan asset bank yang tersedia. Semakin tinggi
rasionya maka semakin rendah tingkat likuiditasnya.
2.2.5.2. Rasio Solvabilitas (Capital)
Rasio ini juga disebut sebagai rasio permodalan atau capital adequacy
ratio. Wahyu (2007) menjelaskan rasio solvabilitas digunakan untuk :
1) Mengukur kemampuan bank tersebut untuk menyerap
2) Menganalisa sumber dana yang diperlukan untuk membiayai
kegiatan usahanya sampai batas tertentu.
3) Alal pengukuran besar kecilnya kekayaan bank tersebut yang
dimiliki oleh para pemegang sahamnya.
4) Dengan modal mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang
bersangkutan untuk bekerja dengan efisiensi yang tinggi, sesuai
dengan yang dikehendaki para pemilik modal pada bank tesebut.
Rasio yang dapat diukur dalam rasio solvabilitas adalah Capital
Adequacy Ratio (CAR) (Johar A. & M. Syukri, 2006:141). CAR, merupakan
rasio untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup
kemungkinan kerugian bank dalam aktivitas perkreditan dan perdangan
surat-surat berharga.
2.2.5.3. Rasio Rentabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank
untuk memperoleh laba sehubungan dengan aktivitas yang dijalankannya,
rasio ini juga disebut dengan istilah rasio profitabilitas (Johar A. & M. Syukri,
2006:141). Rasio ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu, serta bertujuan untuk mengukur
tingkat efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya.
Rasio yang dapat diukur antara lain: gross profit margin, net profit
margin, biaya operasi/pendapatan operasi dan return on assets (Johar A. &
M. Syukri, 2006:141).
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam
menghasilakn laba dari operasi usahanya. Semakin baik kondisinya
disajikan dengan tingginya hasil rasio.
b. Net profit margin
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
menghasilakn laba bersihnya sebelum pajak (net income) berdasarkan
tinjauan dari sudut pendapatan operasinya.
c. Biaya operasional/pendapatan operasional (BOPO)
Rasio ini untuk mengukur perbandingan biaya operasi/biaya intermediasi
terhadap pendapatan operasi bank. Semakin kecil angka rasio BO/PO,
maka kondisi bank dapat dikatakan semakin baik.
d. Return On Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank didalam
memperoleh laba dan efisiensi secara keseluruhan.
2.2.5.4. Rasio Resiko Bank
Dalam bisnis perbankan terdapat pula resiko yang akan dihadapinya.
Secara kuantitatif resiko tersebut dapat diukur dengan: deposit risk ratio, dan
interest risk rate ratio (Johar A. & M. Syukri, 2006:141).
a. Deposit risk ratio
Rasio ini digunakan untuk menghitung kemungkinan pihak bank gagal
memenuhi kewajiban kepada deposan yang diukur dengan jumlah modal
yang dimiliki bank bersangkutan.
Rasio ini untuk mengukur kemungkinan tingkat bunga (interest) yang
diterima oleh bank lebih kecil dibandingkan dengan bunga yang oleh
bank.
2.2.5.5. Rasio Efisiensi Usaha
Untuk mengukur tingkat efisiensi yang telah dicapai oleh manajemen
dalam mengelola usaha perbankan. Rasio digunakan untuk mengukur sejauh
mana kinerja pihak manajemen bank apakah telah menggunakan semua factor
produksi secara efisien (Johar A. & M. Syukri, 2006:149). Secara kuantitatif
dapat diukur pula dengan rasio-rasio sebagai berikut: leverage multiplier
ratio, assets utilazation ratio, dan operating ratio.
a. Leverage multiplier ratio
Rasio ini untuk mengukur kemampuan manajemen suatu bank didalam
mengelola aktiva yang dikuasainya. Karena bank tetap harus
mengeluarkan biaya yang tetap untuk aktiva tetap tersebut.
b. Assets utilazation ratio
Rasio ini digunakan untuk menilai kemampuan manajemen suatu bank
atas pemanfaatan aktiva yang dikuasainya untuk memperoleh total
income.
c. Operating ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur rata-rata biaya operasional dan biaya
non operasional yang dikeluarkan bank untuk memperoleh pendapatan.
Untuk menilai kinerja keuangan suatu bank atau tingkat kesehatan
suatu bank maka perlu juga ditinjau dari berbagai aspek. Menurut Zainuddin
dan jogiyanto (2000) menguji kegunaan rasio keuangan dalam memprediksi
perubahan laba yang berdasarkan pada rasio CAMEL.
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang tentang perbankan,
Bank Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran No. 26/5/BPPP tanggal 29
Mei 1993 yang mengatur tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank.
Ketentuan ini merupakan penyempurnaan ketentuan yang dikeluarkan Bank
Indonesia dengan Surat Edaran No. 23/21/BPPP tanggal 28 Februari 1991.
Sesuai dengan aturan-aturan yang telah dikeluarkan oleh Bank
Indonesi (BI), maka dengan melakukan penilaian terhadap tingkat kesehatan
bank atau kinerja keuangan bank. Berdasarkan metode CAMEL selain untuk
menilai tingkat kepatuhan bank pada beberapa ketentuan khusus, juga untuk
mengetahui kualitas laba yang diperoleh dengan tingkat pertumbuhan laba.
Penilaian kinerja keuangan dengan metode CAMEL meliputi 5 aspek yaitu:
Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity.
1) Capital (aspek permodalan)
Untuk menganalisis aspek permodalan digunakan suatu indikator yaitu CAR
yang diperoleh dengan membandingkan modal sendiri dengan aktiva
terimbang menurut resiko yang dihitung dari bank tersebut.
=
Untuk mengukur aspek kualitas aktiva indikator yang digunakan adalah
rasio kualitas produktif bermasalah dengan aktiva produktif (NPL)
=
3) Management (aspek kualitas manajemen)
Kualitas manajemen secara umum dapat dilihat dari kualitas sumber daya
manusia yang bekerja di bank, mulai dari tingkat pendidikan, pengalaman
karyawannya dalam menangani kasus yang ada. Sedangkan unsur-unsur
yang digunakan dalam penilaian dalam kualitas manajemen adalah
manajemen permodalan, aktiva, rentabilitas dan likuiditasnya. (Surat Edaran
No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993)
=
4) Earning (aspek rentabilitas bank)
Indikator yang digunakan untuk aspek rentabilitas bank adalah BO/PO
untuk mengukur perbandingan biaya operasi/biaya intermediasi terhadap
pendapatan operasional bank, dan NIM yang digunakan untuk
membandingkan pendapatan bunga bersih dengan rata-rata produktif.
⁄ =
=
−
5) Liquidity (aspek likuiditas bank)
Loan to deposit (LDR) dan reserve requirement atau giro wajib minimum
bank. LDR digunakan untuk membandingkan seluruh pendapatan dengan
seluruh dana yang berhasil dihimpun ditambah dengan modal sendiri.
Sedangkan GWM merupakan perbandingan giro pada Bank Indonesia
dengan seluruh dana yang berhasil dihimpun.
= ⁄
+
=
Sedangkan untuk menganalisis tingkat kualitas laba yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu pertumbuhan laba yang dianalisis oleh (Zainudin dan
Hartono, 2000). Untuk mengetahui pertumbuhan laba yang terjadi pada bank,
rumus yang digunakan sebagai berikut:
∆ = −
Keterangan :
∆Yn = per ubah an laba tah un ke − n
Y = laba seb elu m pajak
n = tahun ke − n
= tah un sebelumnya
2.3. Ker angka Pikir
Laporan keuangan merupakan informasi yang penting bagi pengguna
atau pembaca terutama bagi nasabah dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan. Salah satu sumber informasi yang diperoleh dari laporan
CAR ( )
dilihat dari beberapa rasio yang dikenal dengan rasio CAMEL yaitu terdiri
dari CAR, NPL, ROA, BOPO dan LDR.
Sementara kinerja perbankan dapat dilihat dari berhasil tidaknya dalam
mencapai tujuan ditunjukkan dari laba yang dihasilkan. Informasi laba yang
dapat digunakan untuk mengukur kinerja. Ukuran yang digunakan untuk
menilai kinerja pebankan dengan menggunakan kualitas laba, dalam hal ini
adalah pertumbuhan laba (Zainudin dan Hartono, 2000)
Dengan kondisi CAMEL yang baik maka akan memberikan kontribusi
bagi kinerja perbankan yang dapat dilihat dari kualitas labanya (Aryati dan
Balafir, 2007). Oleh karena itu kondisi suatu bank yang diwujudkan dari rasio
CAMEL dapat memberikan kontribusi bagi kualitas laba.
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat ditunjukkan suatu
paradigma penelitian sebagai berikut :
)
Gambar 2.1 Ker angka Pemikir an
KUALITAS LABA (Y)
( ) NPL
( ) ROA
( ) BOPO
( ) LDR
2.4 Hipotesis
Permasalahan yang telah diungkapkan diatas dapat dirumuskan suatu
hipotesis yaitu, bahwa diduga terdapat pengaruh CAMEL (CAR, NPL,
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Oper asional dan Penguk uran Var iabel
Definisi operasional adalah suatu pernyataan tentang definisi dan
pengukuran variable-variabel penelitian secara operasional berdasarkan suatu
teori yang ada maupun dengan fakta empiris.
a. Variabel Independent atau variable bebas (Variabel X) terdiri dari :
1) Capital Adequancy Ratio (CAR) ( )
Capital, dengan menggunakan indikator yaitu Capital Adequancy
Ratio (CAR) yang diperoleh dengan rumus (Surat Edaran BI NO
3/30/DPNP, 2001:Lampiran 14) ::
= × 10 0%
2) Non Performing Loans (NPL) ( )
Indikator untuk menilai kualitas asset adalah dengan menggunakan
Non Performing Loans (NPL) dengan rumus (Surat Edaran BI NO
3/30/DPNP, 2001:Lampiran 14) :
= × 1 00%
3) Return on Assets (ROA) ( )
Indikator untuk menilai sejauh mana asset-aset yang dimiliki
perusahaan bisa menghasilkan laba adalah ROA dengan rumus (Surat
= × 100 %
4) Efisiensi Operasional (BOPO) ( )
Indikator yang digunakan untuk menilai aspek rantabilitas adalah
BOPO dengan rumus (Surat Edaran BI NO 3/30/DPNP,
2001:Lampiran 14) :
⁄ = × 100 %
5) Loan To Deposit Ratio (LDR) ( )
Untuk aspek liquiditas bank indikator yang digunakan adalah LDR
dengan rumus (Surat Edaran BI NO 3/30/DPNP, 2001:Lampiran 14) :
= ⁄
+ × 10 0%
b. Variabel dependent atau variable terikat (Variabel Y) adalah kualitas laba
(pertumbuhan laba). (Zainudin dan Hartono, 2000)
∆ = −
Keterangan :
∆Yn = perubahan laba tahu n ke − n
Y = laba seb elu m pajak
n = tahun ke − n
= tah un sebelumnya
3.2. Tehnik Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,2011:80)
Populasi dari penelitian ini adalah Laporan Keuangan Bank BPR
Damata Arta Nugraha, Lamongan.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. (Sugiyono, 2011:81).
Tehnik sampling yang digunakan adalah Purposive yang merupakan
sampel yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti, penetapan ini lazimnya
didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu. (Wirartha, 2005:241).
Kriteria atau pertimbangkan yang dipilih oleh peneliti adalah menyesuaikan
kondisi Bank Damata Artha Nugraha dengan instrument penelitian yang
dipakai.
Pertimbangan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Laporan Keuangan Bank BPR Damata Arta Nugraha Lamongan Tahun 2009
sampai dengan tahun 2011 per-triwulan.
3.3. Tehnik Pengumpulan data
3.3.1. J enis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh melalui divisi ataupun departemen terkait. Data tersebut terdiri
dari Laporan Keuangan Bank BPR Damata Arta Nugraha Lamongan tahun
3.3.2. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data prosedur yang digunakan adalah :
1. Kepustakaan
Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan studi
kepustakaan yang memperlajari tentang literatur-literatur dan karya ilmiah
yang ada hubungannya dengan penulisan penelitian.
2. Survey Lapangan
Survey lapangan dilakukan di kantor Bank BPR Damata Arta Nugraha
Lamongan.
3.4 Tehnik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Tehnik Analisis
3.4.1.1. Uji Asumsi Klasik
1) Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada
korelasi antara periode t dengan periode sebelumnya (t-1) dengan
menggunakan uji Durbin Watson (DW)
2) Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variable).
3) Normalitas Data
Pengujian normalitas yang digunakan pada penelitian kali ini adalah
dengan menggunakan uji parametric test dengan menggunakan uji
4) Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan veriance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain.
3.4.1.2. Analisis Regr esi Ber ganda
Analisis regresi berganda (Multivariate Regression) merupakan suatu
model dimana variabel terikat tergantung pada dua atau lebih variabel
bebas. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas/
independen terhadap variabel terikat, dengan rumus :
= + + + + + +
Dimana:
Y adalah variabel tak bebas/ terikat
X adalah variabel-variabel bebas
a adalah konstanta (intersept)
b adalah koefisien regresi/ nilai parameter
e adalah Error
3.4.2. Uji Hipotesis
Untuk pemgujian hipotesis digunakan prosedur dengan menentukan
Formulasi H dan H sebagai berikut :
: = 0 = diduga variabel CAR, NPL, ROA, BOPO, LDR secara
bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba bank
: ≠ 0 = diduga variabel CAR, NPL, ROA, BOPO, LDR secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba bank BPR.
Damata Artha Nugraha
: = 0 = diduga variabel CAR, NPL, ROA, BOPO, LDR tidak
terdapat pengaruh terhadap kualitas laba bank BPR. Damata Artha
Nugraha secara parsial.
: ≠ 0 = diduga variabel CAR, NPL, ROA, BOPO, LDR terdapat
pengaruh terhadap kualitas laba bank BPR. Damata Artha Nugraha secara
parsial.
3.4.2.1 Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikat
a. Membuat formula hipotesis
1) Ho : bi = 0 (hipotesis nihil) Yang berarti tidak ada pengaruh yang
signifikan antar variabel bebas (Xi) secara simultan, dengan variabel terikat
(Y).
2) Ho : bi ≠ 0 (hipotesis alternatif) Yang berarti ada pengaruh yang
signifikan antara variabel bebas (Xi) secara simultan, dengan variabel
terikat (Y).
b Menentukan nilai F-tabel yang menggunakan level of significant sebesar 5 %.
c. Mencari nilai F-hitung dengan rumus:
− = ⁄
Dimana :
= Koefisien determinan
n = jumlah tahun yang dianalisis
k = jumlah variabel bebas
d. Pengambilan keputusan
1) Jika P-value > α = 0.05, maka diterima dan ditolak. Hal ini berarti
variabel bebas secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan dengan variabel terikat
2) Jika P-value < α = 0.05, maka ditolak dan diterima. Hal ini berarti
variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan
dengan variabel terikat.
3.4.2.2 Uji t
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Tujuan
dari uji t adalah untuk menguji koefisien regresi secara individual.
a. Membuat formula hipotesis
1) Ho : bi = 0 (hipotesis nihil) berarti tidak ada pengaruh yang signifikan
antar variabel bebas (Xi) secara parsial, dengan variabel terikat (Y).
2) Ho : bi ≠ 0 (hipotesis alternatif) berarti ada pengaruh yang signifikan
antara variabel bebas (Xi) secara parsial, dengan variabel terikat (Y).
b. Menentukan nilai F-tabel yang menggunakan level of significant sebesar
c. Mencari nilai F-hitung dengan rumus:
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Deskripsi Operasional
4.1.1.
Gambaran Umum Perusahaan
Sejarah berdirinya BPR Damata Arta Nugraha tidak terlepas dari
IUKM (Ikatan Usahawan Keluarga Muhammadiyah) yang merupakan
perkumpulan beberapa orang pengusaha Muhammadiyah di Brondong.
Disamping mengadakan kajian islam dan pembinaan rohani, tujuan utama
perkumpulan ini adalah bekerja sama dan saling membantu dalam bidang
ekonomi, khususnya dalam penyediaan modal. Perkumpulan yang dimulai
dirintis pada 1 Desember 1987 pada awalnya beranggotakan tiga orang
pengusaha, kemudian berkembang menjadi 46 orang. Adapun mekanisme yang
diterapkan dalam perkumpulan ini adalah bahwa dari akumulasi modal yang
ditanamkan oleh masing-masing anggota setiap bulannya dibagi dan
dimanfaatkan oleh para anggota yang membutuhkan, dari dana yang dipinjam
tersebut, maka setiap anggota diharapkan untuk melunasi pada bulan
berikutnya dengan tepat waktu. Kepada setiap IUKM dianjurkan (bukan
diharuskan) untuk memberikan kelebihan dalam mengembalikan pinjaman
sesuai dengan kemampuannya, dari kelebihan-kelebihan yang diberikan oleh
para anggota yang pinjam ini, akhirnya dana tersebut semakin lama semakin
berkembang, sehingga disetiap tahunnya para anggota dapat menikmati
keuntungan dari kelebihan tersebut, jumlah yang diperoleh secara bergiliran
Setelah beberapa tahun perjalanannya, berdasarkan pengamatan
terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan di daerah brondong, maka
tidak hanya terbatas pada anggota IUKM saja, akhirnya diadakan suatu
kesepakatan diantara para anggota untuk mengubah IUKM menjadi lembaga
keuangan bank. Adapun faktor-faktor pendorong untuk mendirikan lembaga
bank ini antara lain :
a.
Adanya kondisi masyarakat brondong yang bekerja secara musiman,
bermata pencarían nelayan dan petani. Hal ini tidak lain karena kedua
mata pencaharian ini sangat tergantung pada kondisi alam atau cuaca.
b.
Adanya kebiasaan masyarakat yang pola hidup konsumtif, dimana pada
musim panen mereka tidak menyimpan uang, melainkan dibelanjakan
untuk peralatan atau perhiasan. Sebaliknya pada musim paceklik
barang-barang tersebut dijual kembali dengan harga yang sangat murah.
c.
Adanya kesempatan yang diberikan pemerintah yang tercermin dalam
kebijaksanaan deregulasi ekonomi, yakni menculnya paket oktober 1988
dimana pemerintah memberikan kesempatan untuk didirikannya bank-bank
baru.
Untuk merealisasikan kesempatan pendirian bank diatas, selanjutnya
dilakukan upaya komunikasi dengan PP Muhammadiyah di jakarta, khususnya
majelis ekonomi dengan maksud untuk mendapat petunjuk dan bantuan
pengajuan ijin pendirian BPR Damata Arta Nugraha kepada departemen
Dari usaha yang dilakukan di atas, akhirnya berdirilah BPR Damata
Arta Nugraha berdasarkan surat ijin sebagai berikut :
1.
Keputusan mentri keuangan RI, nomer S-102/MK.13/1990 perihal :
persetujuan prinsip Bank Perkreditan Rakyat Damata Arta Nugraha,
tertanggal 30 januari 1991.
2.
Keputusan Menteri Kehakiman RI, nomer 02-3844.HT.01.1990 tentang :
Memberikan persetujuan atas akta pendirian Perseroan Terbatas : PT.
Bank Perkreditan Rakyat DamataArta Nugraha, tertanggal 30 januari
1991.
3.
Keputusan Mentri Keuangan RI, nomer : Kep.030/KM.13/1991, tentang
pemberian ijin usaha PT. BPR Damata Arta Nugraha tertanggal 30 Januari.
4.1.2.
Visi dan Misi BPR.Damata Arta Nugraha
Visi
Menjadi Bank yang Sehat dan Berkembang.
Misi
Berpartisipasi aktif dalam program Pemerintah mempercepat proses
kemandirian dan kemampuan ekonomi masyarakat pedesaan.
4.1.3.
Lokasi Per usahaan
Lokasi BPR Damata Arta Nugraha berlokasi di lamongan, tepatnya di
4.2. Deskr ipsi Hasil Penelitian
4.2.1.
Deskr ipsi Mengenai Aspek Permodalan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada laporan keuangan
BPR Damata Arta Nugraha untuk mengetahui aspek permodalan dengan
menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah sebagai berikut :
Tabel 3 : Rasio Aspek Per modalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR)
BPR. Damata Arta Nugraha Lamongan.
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Periode
MODAL INTI
ATMR
CAR
Des-09
864,667,000
1,623,700,000
0.53
Mar-10
10,000,000
11,460,000
0.87
Jun-10
10,000,000
11,400,000
0.88
Sep-10
629,558,000
921,053,000
0.68
Des-10
957,155,000
1,429,437,000
0.66
Mar-11
1,009,737,000
1,434,610,000
0.70
Jun-11
10,000,000
11,773,000
0.84
Sep-11
1,037,608,000
1,569,284,000
0.66
Des-11
1,053,702,000
1,674,804,000
0.65
Sumber : Lampir an 1
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa aspek permodalan pada
BPR. Damata Arta Nugraha Lamongan. Sesuai dengan Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 banyak mengalami
perubahan. Hal ini ditunjukan dari hasil penghitungan pada periode Juni 2010
memiliki nilai CAR yang tinggi yaitu 0.88. Sedangkan pada periode Desember
2009 sebaliknya hanya memiliki nilai CAR 0.53.
Hasil perhitungan pada aspek permodalan ini untuk mengetahui
seberapa besar tingkat ketergantungan bank terhadap modal. Semakin tinggi
ketergantungan terhadap modal sangatlah tinggi. Sedangkan bila nilai CAR
yang rendah menunjukkan pada ketergantungan bank terhadap modal rendah.
4.2.2.
Deskr ipsi Mengenai Aspek Kualitas Aktiva
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada laporan keuangan
BPR Damata Arta Nugraha pada aspek kualitas aktiva maka dapat diperoleh
data sebagai berikut :
Tabel 4 : Aspek Kualitas Aktiva atau Non Per for ming Loans (NPL) BPR.
Damata Arta Nugraha Lamongan.
Non Performing Loans (NPL)
Periode
APB
AP
NPL
Des-09
-86,919
1,789,829
-0.048
Mar-10
0
0
0
Jun-10
0
0
0
Sep-10
166,696
1,624,142
0.103
Des-10
21,952
1,701,708
0.013
Mar-11
122,000
2,584,763
0.047
Jun-11
0
0
0
Sep-11
97,554
1,947,186
0.050
Des-11
105,284
2,398,271
0.044
Sumber: Lampir an 1
Berdasarkan tabel diatas maka data yang menunjukkan aspek kualitas
aktiva pada BPR. Damata Arta Nugraha dengan perhitungan aktiva produktif
bermasalah dibandingkan dengan aktiva produktif bank. Perhitungan ini
mengacu pada Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14
Desember 2001. Nilai NPL tertinggi terdapat pada periode September 2010
dengan nilai September 2010 dan terendah terjadi pada periode Desember 2009
Hasil perhitungan ini menunjukkan aspek kualitas aktiva dari BPR.
Damata Arta Nugraha. Pada perhitungan aspek kualitas aktiva ini memang
terjadi beberapa perubahan. Semakin tinggi nilai NPL-nya maka dapat
disimpulkan bahwa aktiva produktif bermasalah BPR. Damata Arta Nugraha
sangatlah tinggi. Sebaliknya bila nilai NLP-nya rendah maka aktiva produktif
BPR. Damata Arta Nugraha tinggi atau BPR. Damata Arta Nugraha pada
periode tersebut tidak memiliki aktiva produktif yang bermasalah.
Pada periode Maret 2010, Juni 2010, dan Juni 2011. Tidak ada nilai
NLP-nya dikarenakan pada periode tersebut, pada BPR. Damata Arta Nugraha
tidak terjadi aktivitas yang berkaitan dengan aspek kualitas aktiva.
4.2.3.
Deskr ipsi Mengenai Aspek Manajemen
Penelitian yang dilakukan pada laporan keuangan BPR. Damata Arta
Nugraha mengenai aspek manajemen. Data tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 5 : Aspek Manajemen atau Retur n On Assets (ROA) BPR. Damata
Arta Nugraha Lamongan.
Return on Assets (ROA)
Periode
Laba Sebelum
Pajak
Total Aset
ROA
Des-09
-86,919
1,823,274
-0.04
Mar-10
0
11,460
0
Jun-10
0
11,400
0
Sep-10
-280,593
1,439,427
-0.19
Des-10
88,108
2,078,835
0.04
Mar-11
18,951
2,264,889
0.07
Jun-11
236
11,775
0.02
Sep-11
82,705
2,216,527
0.21
Des-11
119,986
2,588,783
0.04
Data tersebut merupakan hasil penelitian untuk menilai aspek
manajemen dengan menggunakan Return on Assets (ROA) berdasarkan Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, adalah
salah satu aspek dalam menilai kualitas manajemen dalam mengelola asset
bank. Selama beberapa periode ROA mengalami beberapa perubahan. Hal
tersebut terlihat pada periode September 2011 yang memiliki nilai ROA
tertinggi dibandingkan dengan periode lainnya dengan nilai 0.21. Sedangkan
nilai terendah terdapat pada periode September 2010 nilainya yaitu -0.04.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka nilai ROA tertinggi
menunjukkan assets yang dimiliki oleh BPR. Damata Arta Nugraha sangatlah
tinggi. Hal ini dikarenakan asset yang dimiliki oleh Bank Damata Arta
Nugraha berasal dari aktivitas operasional bank. Sedangkan pada periode yang
menunjukkan nilai ROA yang rendah menunjukkan bahwa bank tidak memiliki
laba sebelum pajak yang cukup untuk mengembangkan asset bank agar
menjadi asset yang produktif. Sedangkan pada periode Maret 2010 dan Juni
2010 tidak ada laba sebelum pajak yang dimiliki oleh bank, artinya pada
periode tersebut bank tidak memiliki pemasukan.
4.2.4.
Deskr ipsi Mengenai Aspek Rentabilitas Bank (Ear nings)
Berdasarkan hasil penelitian pada laporan keuangan BPR. Damata Arta
Nugraha Lamongan, didapat data mengenai aspek rentabilitas bank dengan
menggunakan perhitungan efisiensi operasional (BOPO). Data yang diperoleh
Tabel 6 : Aspek Rentabilitas Bank (Earnings) atau Efisiensi Operasional
(BOPO) BPR. Damata Arta Nugraha Lamongan.
Efisiensi Operasional (BOPO)
Per iode Beban Opr asional Pendapatan Opr asional BOPO
Des-09 500,989 412,375 1.21
Mar-10 0 0 0
Jun-10 0 0 0
Sep-10 588,003 285,444 2.06
Des-10 363,301 390,653 0.93
Mar-11 88,582 109,363 0.81
Jun-11 0 0 0
Sep-11 253,165 338,300 0.75
Des-11 340,930 462,916 0.74
Sumber : Lampiran 1
Tabel diatas menunjukkan data aspek rentabilitas bank (earnings)
dengan menggunakan perhitungan efisiensi operasional (BOPO) mengacu pada
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001.
Berdasarkan tabel perhitungan tersebut pada aspek rentabilitas bank banyak
mengalami perubahan, seperti halnya pada periode Desember 2011 memiliki
BOPO terendah yaitu 0.74, sedangkan pada periode September 2010
BOPO-nya sebesar 2.06 yang merupakan nilai tertinggi.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa BOPO dengan nilai
tertinggi memiliki beban operasional tertinggi. Hal ini dikarenakan aktivitas
operasional perbankan BPR. Damata Arta Nugraha sangatlah tinggi.
Sedangkan pada BOPO dengan nilai terendah menunjukkan pendapatan
operasional bank lebih tinggi dibandingkan dengan beban operasional bank.
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas operasional bank mulai meningkat
4.2.5.
Deskr ipsi Mengenai Aspek Likuiditas
Penelitian pada laporan keuangan BPR. Damata Arta Nugraha pada
tabel dibawah ini adalah untuk mendapatkan data mengenai aspek likuiditas
dengan menggunakan perhitungan loan to deposit ratio (LDR). Data tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 7 : Aspek Likuidiitas atau Loan TO Deposit Ratio (LDR). Damata
Arta Nugraha Lamongan.
Loan To Deposit Ratio (LDR)
Periode
Kredit
Seluruh Dana yang
Dihimpun+Modal
LDR
Des-09
1,400,974
1,995,412
0.72
Mar-10
0
11,460
0
Jun-10
0
11,460
0
Sep-10
1,156,274
1,795,390
0.64