SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Peminatan/Konsentrasi Hubungan Internasional
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
Rizky Pradipta Sauwir NPM. 0944010007
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
PEMINATAN/KONSENTRASI HUBUNGAN INTERNASIONAL SURABAYA
Adalah kalimat yang selalu mengawali pagi ku
“menjadi orang yang baik”
Adalah kalimat yang selalu mengawali mimpi ku
hIPM
Program Studi
.
TahunAkademikSaya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama Rizky Pradipta Sauwir 0944010007
Hubungan Interrnasional 2013/2014
Menyatakan batrwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi saya yang bedudul :
..Etr'EKTIF'ITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAI\I PEMERINTAII
ST]RABAYA MELAKSANAKAI\T KER.IASAMA SISTER CITY DENGAI\I
BUSANb OO7-2012) Dr BrDAr\rc PENDTDIKATP
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagrat maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Surabaya, 30 September 20T3 Yang menyatakan
Materai
GtllIIsAl{AI(41[
I(ER.TASAMA
STSTERCrry
DENGAlI
BUSAn
?OAT-2OLa|
DI
BIDAilG
PENDIDIKAN
;
B*serun {}teh
:RIZKY
PRADIPTA
SAUWIB
ilPU
:
O944O10OO7Tet*h
dieetujri
u*trit< mer*gift*ti
Uji**
Sftripsi
ffienyettijui,
Pembimbing
Utama,r----a-L - . Irrtrrrg$EaRua
L
D
NPT. 370{1950A421
DI
BIDAilG
PENDIDIKATT**su=un
Oteh
:RIZKY
PBADIPTA
SAUWIR
.
NPI$
;
0944010007Telah dipertahankan dihadapan dan diterima
oleh
rim
penguji Skripsi Programstudi
llmu
Komunikasi peminatan/Konsentrasi Hubungantefieraa**omat
ffida
Falqu*tas ttmu sae*at dan ttmtipaiitik
Universitas Pembangunan Nasional ',Veteran,, Jawa TimurPada tanggal 30 September 2013
Pernbimbing Utama Tim Penguii :
1, Ketua
Menge,tahui
D
E,:K_A'',N.a
/a I ._:
NPT. 37006940035{
Disusun Oleh:
RIZKY PRADIPTA SAUWIR NPM. 0944010007
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing
Dr. JOJOK D, S.Sos, MSi NPT. 370119500421
Mengetahui D E K A N
Disusun Oleh :
RIZKY PRADIPTA SAUWIR NPM. 0944010007
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Peminatan/Konsentrasi Hubungan Internasional
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Tmur
Pada tanggal 30 September 2013
Pembimbing Tim Penguji :
1. Ketua
Dr. JOJOK D, S.Sos, M.Si Dr. JOJOK D, S.Sos, M.Si
NPT. 370119500421 NPT. 370119500421
2. Sekretaris
JUWITO S.SOS, M.Si. NPT. 367049500361
3. Anggota
DRS. SAIFUDDIN ZUHRI M.Si NPT. 370069400351
Mengetahui, D E K A N
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkah dan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektifitas
Implementasi Kebijakan Pemerintah Surabaya Melaksanakan Kerjasama Sister
City dengan Busan (2007-2012) di Bidang Pendidikan”.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat
kekurangan-kekurangan. Selesainya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya
arahan dan bimbingan dari dosen pembimbing pendamping Megahnanda A.K, S.IP,
M.IP dan dosen pembimbing utama Dr. Jojok D. S.SOS, M.Si yang dengan segala
perhatian dan kesabarannya rela meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini juga nasihat serta doanya. Terima kasih yang tak terhingga
penulis sampaikan.
Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan banyak terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, diantaranya yang terhormat :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
2. Dra. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Juwito, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Dr. Saifuddin Zuhri, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas
Jawa Timur.
6. Dosen-dosen Program Studi Hubungan Internasional Bu Sarah, Pak Tom, Bu Indi, Pak
Aswin, Pak Radit, Bu Tina, Bu Reza dan dosen-dosen HI lainnya, terima kasih atas
segala ilmu yang diberikan selama perkuliahan dukungan serta doanya. Tanpa kalian
Saya bukan apa-apa.
7. Ayah Tjong Wahid Sauwir dan ibunda Yayuk Sugiarti tercinta yang selalu mendoakan
dengan kasih saying yang tiada batasnya, perhatian, dukungan dan selalu memberikan
dorongan moriil dan materiil. Terima kasih untuk selalu mengingatkan menjadi yang
terbaik untuk keluarga dan masa depan.
8. Kakak-kakak, terutama kakak tertua Bagus Dewantoro Sauwir atas segala dukungan
mental dan semangatnya dalam membantu Saya selama proses dan masa-masa sulit yang
sedang Saya hadapi ketika menyelesaikan penulisan skripsi ini. Kakak kedua Ayu Gita
Puspita Sauwir yang selalu menjadi inspirasi Saya dan kakak ketiga laki-laki Bayu
Wicaksono Sauwir yang selalu bersabar dan menjaga Saya selama duduk dibangku
kuliah ini. Terima kasih juga untuk adik yang selalu menjadi motivasi Saya untuk selalu
berusaha menjadi yang terbaik dan terbaik agar kelak dapat membimbing dan
menjaganya. Juga kepada kakak ipar pertama Nimas Ayu Apriliani yang selalu bersedia
menjadi teman sekaligus kakak perempuan kedua untuk mendengarkan semua celotehan
Saya.
9. Tidak lupa sahabat-sahabat terbaik yang selalu memberi semangat dan dukungan
skripsi ini, juga kepada mereka yang pernah menjadi teman bahkan saudara bagi Saya
yang dengan tidak sengaja telah menjadi motivasi kepada Saya untuk terus semangat
demi masa depan diantaranya Lulu, Kyda, Maetu, Nopi, dan Gkozt, terima kasih.
10. Terakhir, terima kasih banyak untuk yang terkasih Muhammad Rizki Febrian, yang
memberikan banyak sekali pembelajaran, pengalaman, pengetahuan yang diberikan,
membimbing dan mendampingi Saya, yang selalu menjadi akhir dari semua tujuan Saya,
Amin.
Tanpa dukungan dan semangat dari yang telah disebutkan di atas Saya bukan
apa-apa dalam penulisan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak. Segala saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi kebaikan skripsi ini.
Surabaya, 30 September 2013
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI.. i
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii
KATA PENGANTAR ... . iii
DAFTAR ISI ... . vi
DAFTAR BAGAN ... . viii
DAFTARTABEL ………. ix
DAFTAR LAMPIRAN ... . x
ABSTRAK ………... xi
BAB I PENDAHULUAN... . 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... . 1
1.2 Rumusan Masalah ... . 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.5 Kerangka Pemikiran ... 8
1.5.1 Peringkat Analisis ... 8
1.5.2 Landasan Teoritik ... . 10
1.5.2.1 Konsep Desentralisasi.... ... . 10
1.5.2.2 Teori Kerjasama Antar Daerah Antar Negara (Konsep Sister City) ... . 11
1.5 Argumentasi ... ... . 14
1.6.1.2 Memorandum Of Understanding (MOU) ... .. 16
1.6.1.3 Desentralisasi dan Otonomi Daerah ... .. 18
1.6.1.4 Kerjasama Pendidikan ... .. 19
1.6.2 Tipe Penelitian ... 20
1.6.3 Jangkauan Penelitian ... 20
1.6.4 Teknik Pengumpulan Data ... 21
1.6.5 Teknik Analisis Data ... 22
1.6.6 Sistematika Penulisan ... 23
BAB II GAMBARAN UMUM KAJIAN PENELITIAN ……….. 25
2.1 Desentralisasi Sister City Surabaya-Busan……….. 27
2.2 Memorandum Of Understanding Surabaya-Busan……….. 29
2.3 Rincian Isi Perjanjian MOU Surabaya-Busan………. 32
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ……… 37
3.1 Data Hasil Kerjasama Sister City Surabaya-Busan di Bidang Pendidikan Tahun 2010-2012……….. 37
3.2 Analisis Data……….... 40
BAB IV KESIMPULANDAN SARAN………... 48
4.1 Kesimpulan………... 48
4.2 Saran………... 52
Lampiran 1 Tabel Isi MOU
Lampiran 2 Hasil Wawancara Dengan Staf Bagian Kerjasama Sister City
Surabaya-Busan di Sekretariat Jenderal Pemerintah Kota Surabaya
Lampiran 3 Kerangka Acuan Kerja Seleksi Delegasi Pendidikan Ke Luar Negeri
Lampiran 4 Laporan Perjalanan Dinas Delegasi Pendidikan Kota Surabaya
Nama : Rizky Pradipta Sauwir
NPM : 0944010007
Program Studi : Hubungan Internasional
Judul :
“EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH SURABAYA MELAKSANAKAN KERJASAMA SISTER CITY SURABAYA
DENGAN BUSAN (2007-2012) DI BIDANG PENDIDIKAN”
Otonomi daerah dan desentralisasi adalah pemberian sebagian kewenangan dan
kekuasaan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengelola
daerahnya masing-masing. Ini membuka kesempatan suatu Negara tersebut untuk
melakukan kerjasama dalam rangka pengembangan kota. Maka kota Surabaya
(Indonesia) dan kota Busan (Korea Selatan) memutuskan untuk melaksanakan
kerjasama sister city berdasarkan kesepakatan Memorandum of Understanding
(MOU). Selama proses pelaksanaan kerjasama sister city Surabaya – Busan
dibutuhkan beberapa instrumen pendukung demi tercapainya tujuan yang tercantum
didalam MOU. Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian Kualitatif yang
dijabarkan melalui tipe penelitian deskriptif terkait efektifitas hasil pencapaian
kebijakan pemerintah Surabaya dalam melaksanakan kerjasama sister city dengan
Busan di pendidikan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Ide awal sister city dilontarkan pertama kali pada tahun 1956 oleh Dwight
David Eisenhower, Presiden Amerika Serikat ke 34. Awal mulanya penerapan konsep
ini adalah sebagai sarana diplomasi politik negara di tingkat regional dan internasional
bagi terciptanya saling kesepahaman dan persahabatan antar kota, antar negara dan
antar benua bagi terwujudnya perdamaian antar kawasan, dan sebagai pilar
terwujudnya perdamaian dunia. Pengimplementasiannya dapat menjadi pendorong
bagi rakyat untuk dapat saling menjalin persahabatan dan kerjasama yang konstruktif,
baik antar elemen masyarakat, antar kota, antar pemerintahan daerah dan pusat
maupun antar negara di seluruh dunia.1 Wilbur Zelinsky adalah seorang ahli geografi
budaya Amerika yang mempelajari pesatnya perkembangan "fenomena sister city" , ia
mencatat bahwa "kota kembar" pertama kali ditemukan sebagai sebuah fenomena
yang teroganisanisir di Eropa Barat setelah Perang Dunia II yang menyebar ke
Amerika Serikat dan negara maju lainnya yang sebagian besar adalah
negara-negara dunia ketiga di tahun 1980.2 Sister city dalam prakteknya ditahun-tahun awal
adalah alat yang berguna untuk membawa warga Eropa ke dalam pemahaman lebih
dekat satu sama lain untuk mendorong proyek-proyek lintas perbatasan yang saling
1 Perdana, Yosanta Putri. 2008. Faktor-faktor Penghambat Efektivitas Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota
Surabaya Melaksanakan Kerjasama Sister City dengan Seattle (1992-2007) diakses melalui Airlangga University Library pada 20 Juni 2010
2
Wilbur Zelinsky, “The Twinning of the World: Sister Cities in Geographic and Historic Perspective,” Annals of
menguntungkan. Seperti pada tahun 1959, Coventry-Inggris Raya bekerjasama dengan
Dresden-Jerman sebagai tindakan perdamaian dan rekonsiliasi, karena kedua kota
telah dibom selama perang.3
Terdapat beberapa faktor yang memotivasi sebuah kota untuk mencari mitra
kerjasama luar negeri menurut Clarke dan penelitian menunjukkan bahwa kerjasama
sister city terjadi antara pemukiman dengan hubungan sejarah yang ingin
dipertahankan atau dengan keprihatinan kontemporer bersama, masalah budaya, atau
ideologi ekonomi.4 Tidak berbeda jauh dengan Zelinsky, yang dalam bukunya
mengatakan bahwa pilihan negara dan masyarakat tertentu dalam program sister city
bukanlah proses acak, melainkan berdasarkan sejarah kota, keprihatinan bersama,
nama tempat yang mirip atau identik, semua memainkan peran yang berarti.5 Seperti
yang terjadi pada kota Surabaya (Indonesia) dan kota Busan (Korea Selatan) dalam
memutuskan untuk melaksanakan kerjasama sister city. Kerjasama tersebut
dilaksanakan berdasarkan beberapa alasan yang kuat.
O’toole mengidentifikasikan 3 langkah dalam pembangunan daerah yang
memotivasi pemerintah daerah untuk melakukan kerjasama Sister City diantaranya
tindakan asosiatif, resiprokatif dan pendekatan komersial.6 Menurut O”toole tindakan
asosiatif ini mengarah kepada ketergabungan dengan persahabatan internasional,
pertukaran budaya, dan adanya kesadaran akan komunitas internasional. Sedangkan
3
The Council of European Municipalities and Regions, Twinning for Tomorrow’s World: A Practical Handbook
(Brussels: The Council of European Municipalities and Regions, 2007), h. 2 -5, dalam ibid.
4
Clarke, “Globalising care? Town twinning in Britain since 1945,” 115-116, dalam ibid.
5
Zelinsky, “The Twinning of the World: Sister Cities in Geographic and Historic Perspective,” h.1, dalam ibid.
6
O’Toole, K., ‘Kokusaika and Internationalisation: Australian and JapaneseSister CityType Relationships’, 2001,
dikutip oleh Brian Cross, h.108 dalam Jurnal Septa Novasari Ginting. Ekonomi Politik Kerjasama Sister City Kabupaten Karo (Indonesia) Dan Kota Zundert (Belanda) Tahun 2007-2012. Dalam [online]
resiprokatif mengacu kepada tindakan daerah untuk meningkatkan pertukaran sistem
edukasi. Sehingga ketika proses asosiatif dan reprokatif ini berjalan dengan baik maka
peluang untuk tujuan ekonomi akan lebih besar terbuka untuk daerah yang melakukan
kerjasama.7 Sejarawan Joseph G. Hummel dalam artikelnya tahun 1970, “The Sister
City and Citizen Diplomacy,” mencatat bahwa keefektifan sister city afiliasi
tergantung pada ketelitian dalam menganalisa profil budaya, kondisi geografis dan
perdagangannya serta karakteristik sosial kota yang memiliki kesamaan sehingga
menemukan kota yang cocok dan komunitas yang saling tertarik sehingga kemitraan
ini akan terus berlangsung.8
Sister City sering juga disebut Twining City atau dalam bahasa Indonesia kota
kembar, adalah kerjasama antar kota bersifat luas, yang disepakati secara resmi dan
bersifat jangka panjang.9 Di Indonesia istilah ini digunakan oleh Kementerian Dalam
Negeri dan Kementerian Luar Negeri, dengan keluarnya Surat Edaran Menteri Dalam
Negeri No. 193/1652/PUOD tanggal 26 April 1993 perihal Tata Cara Pembentukan
Hubungan Kerjasama Antar Kota (Sister City) dan Antar Provinsi (Sister Province)
dalam dan luar negeri.10
Kerjasama sister city antara kota Surabaya dengan kota Busan dilaksanakan
berdasarkan Memorandum of Understanding (MOU) yang telah ditandatangani pada
7 Ibid. 8
Hummel, “The Sister City and Citizen Diplomacy,” h.25-26, dalam Asuka Ogawa “Sister City AsPreservation
Strategy” tahun 2012.
9
Council of European Municipalities and Regions. 2007. Twinning For Tomorrow’s World: Practical Handbook.
Paris, CCRE & Brussels, CEMR dalam dan luar negeri dalam Andi Oetomo "Pengelolaan Perkotaan Lewat Skema Sister City" dalam [online] bulletin.penataanruang.net/upload/data.../edisi3i.pdf di akses pada tanggal 8 July 2013.
10 Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 193/1652/PUOD tanggal 26 April 1993 perihal Tata Cara Pembentukan
tanggal 10 Nopember 1994 (di Surabaya) dan tanggal 20 November 2004 (di Busan).
Bagi Pemerintah Kota Surabaya, jalinan kerjasama dengan kota-kota lain di dalam
negeri maupun di luar negeri dimaksudkan antara lain untuk : 1. Menghadapi
globalisasi dan pasar bebas, 2. Membantu dalam usaha pembangunan dan
pengembangan daerah, 3. Mendapatkan kesempatan untuk mempromosikan daerah
dalam dunia internasional.11
Kerjasama sister city mulai dilaksanakan 5 tahun setelah penandatangan MOU
pada tahun 1994 antara Walikota Surabaya (waktu itu) H.Sunarto Sumoprawiro
dengan walikota Busan di Korea Selatan. Namun pelaksanaan kerjasamanya aktif
pada tahun 2006. Bidang kerjasama yang disepakati diantaranya Pengembangan
Pelabuhan; Perdagangan dan Pengembangan Ekonomi; Pendidikan, Kebudayaan,
Pemuda dan Olahraga; Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Kota; Transportasi dan
Pariwisata; Peningkatan Sumber Daya.12 Akan tetapi dari beberapa bidang tersebut
hanya bidang pendidikan yang paling menonjol dan aktif dalam pelaksanaannya,
terhitung sejak tahun 2007 hingga tahun 2012..
Kerjasama sister city ini dilaksanakan Surabaya dan Busan karena memiliki
sebuah alasan yang kuat yakni memiliki banyak kesamaan. Diantaranya kesamaan
kedudukan dan status kesamaan administrasi, yakni sebagai kota terbesar kedua di
Negara-nya dan sama-sama dipimpin oleh walikota sehingga dalam kedudukannya
11
Situs Resmi Pemerintah Kota Surabaya “Sister City”dalam online http://www.surabaya.go.id/sistercity/ di akses pada tanggal 13 April 2013.
tidak ada yang lebih tinggi ataupun sebaliknya.13 Kesamaan karakteristik, menambah
peluang keberhasilan kerjasama sister city antara Surabaya dengan Busan. Kedua kota
ini sama-sama merupakan kota pelabuhan, kota metropolitan, kota budaya, kota
industri dan perdagangan serta kota yang memiliki pariwisata yang menawan.
Karakteristik kota yang sama inilah menjadikan Surabaya dan Busan lebih nyaman
dengan adanya kesamaan-kesamaan tersebut hingga mendorong pada hubungan
kerjasama yang lebih kondusif.14Adanya kondisi saling melengkapi diantara Surabaya
dengan Busan menjadikan setiap hal yang mereka jalani dapat berjalan dengan baik
karena kedua kota ini bisa saling mengisi di tengah kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Saling melengkapi dalam ekonomi dan perdagangan, mengadakan kunjungan
pejabat, pertukaran pelajar, membangun taman persahabatan, investasi dan saling
membantu untuk meningkatkan hubungan kedua kota beda Negara tersebut lebih
harmonis dalam melakukan kerjasama antar kota atau sister city.15 Dengan beberapa
kesamaan yang ditemukan antara kota Surabaya dengan kota Busan, membuka
peluang untuk saling bertukar informasi dan teknologi untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia kota masing-masing dengan saling melengkapi melalui
pertukaran pelajar dan tim pengajar.
13
Situs Resmi Pemerintah Kota Surabaya “Sister City”. Op. cit.
14 Ibid. 15
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan data dan pengamatan penulis tersebut muncul pertanyaan
bagaimana efektifitas implementasi kebijakan pemerintah kota Surabaya
melaksanakan kerjasama sister city dengan Busan (2007-2012) dalam bidang
pendidikan? Indikator penulis dalam membuktikan keefektifan tersebut adalah
berdasarkan pencapaian tujuan pelaksanaan sister city Surabaya-Busan melalui
implementasi kebijakan pemerintah kota Surabaya.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis memilih judul “Efektifitas Implementasi Kebijakan
Pemerintah Kota Surabaya Melaksanakan Kerjsama Sister City dengan Busan
(2007-2012) di bidang Pendidikan” adalah agar dapat menyajikan data akurat
sehingga dapat memberi manfaat dan mampu menyelesaikan masalah. Diantaranya :
1) Diharapkan dapat mendukung bukti empiris yang berguna terhadap
pengembangan teori, khususnya dalam teori Kerjasama Antar Daerah Antar
Negara.
2) Untuk mengetahui efektifitas pencapaian apakah yang telah didapat dari tujuan
dilaksanakannya kerjasama dua kota yang berbeda Negara ini berdasarkan
implementasi kebijakan pemerintah kota Surabaya selama kurun waktu tahun
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi pemegang
kepentingan di tingkat daerah atau kota terkait implementasi kebijakan pemerintah
kota Surabaya dalam pelaksanaan kerjasama sister city Surabaya-Busan di ranah
hubungan internasional. Dengan penemuan informasi dan data yang ditemukan
penulis di lapangan, melalui penelitian ini dapat disumbangkan suatu penemuan baru
tentang pengukuran efektifitas sebuah kebijakan pemerintah kota Surabaya
melaksanakan kerjasama sister city Surabaya-Busan di bidang pendidikan dalam
kesepakatan MOU.
Juga diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peningkatan
kerjasama Sister City Kota Surabaya dan Kota Busan terutama dalam bidang
Pendidikan sebagai suatu Kebijakan Pemerintah Kota Surabaya dalam memajukan
pembangunan kota Surabaya melalui penambahan wawasan dikalangan pelajar dan
peningkatan mutu kualitas tim pendidik.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengembangan ilmu dan
kajian bagi seluruh pihak terkait pelaksanaan kerjasama sister city Surabaya-Busan
melalui desentralisasi dan teori kerjasama antar daerah antar negara. Diharapkan pula
penelitian ini bisa menjadi landasan penelitian lain terkait implementasi kebijakan
pemerintah kota Surabaya melaksanakan kerjasama sister city dengan daerah atau kota
1.5 Kerangka Pemikiran
1.5.1 Peringkat Analisis / Level of Analysis
Konsep peringkat analisis (level of analysis) sebagai salah satu konsep dasar
sudah lama dikenal dalam disiplin ilmu Hubungan Internasional. Perdebatan mengenai
peringkat analisis ini bermula di tahun 1960-an dan 1970-an,16dan diawali oleh David
J. Singer ketika tahun 1961 mengeluarkan karya klasiknya “The Level of Analysis
Problem in International Relatios”.17 Menurut David J. Singer level analisis
merupakan sebuah fokus yang diambil dari dalam kasus dan permasalahan besar yang
ada. Yakni penyortiran fenomena yang ada kedalam analisis pembahasan yang
spesifik dalam penelitian ilmiah. Tujuannya adalah untuk membangun sebuah analisis
yang sistemik.18
“He may, for example, choose between the flowers or the garden, the rocks or the quarry, the trees or the forest, the houses or the neighborhood, the cars or the traffic jam, the delinquents or the gang, the legislators or the legislative, and so on.' Whether he selects the micro or macro-level of analysis is ostensibly a mere matter of methodological or conceptual convenience.”19
Hasil dari pemilihan ini yang kemudian menjadi fokus penelitian dan level
analisis dari penelitian akan dapat ditentukan oleh penulis, penentuan level analisis
akan mempermudah penulis dalam memetakan penggunaan perspektif dan teori umum
yang besar dalam Hubungan Internasional. Level analisis merupakan hal yang penting
16 Michael P. Sullivan. Power in Contemporary International Politics. COLUMBIA: University of South Carolina.
1990. hal.7
17
David J. Singer. “The Level of Analysis Problem in International Relations” dalamWorld Politics. Vol.14.No. 1,
1961, hal. 77-92.
18 Ibid. 19
dalam penelitian ilmiah sosial karena dengan memfokuskan analisis terhadap
tingkatan tertentu penulis akan semakin mudah dalam menjelaskan permasalahan dan
menyusun penelitian dengan lebih mendetail dengan prediksi penelitian yang lebih
reliable dan dapat dipercaya.20
Singer membagi konsep menjadi dua bagian diantaranya sistem internasional
dan sistem sub-nasional.21 Dalam penelitian ini penulis memilih tingkat level analisis
sub-nasional menurut David J. Singer yang dalam analisis politik luar negeri ini
terdapat asumsi bahwa untuk mencapai tujuan dalam interaksi hubungan internasional
maka diperlukan atribut nasional berupa sikap negara dalam membuat keputusan.22
Sikap negara dalam membuat keputusan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
sikap pemerintah daerah dalam memutuskan melaksanakan kerjasama sister city
dengan Busan. Mengapa pemerintah daerah, karena dalam penelitian ini pemerintah
daerah diberikan kewenangan dan tanggung jawab sepenuhnya oleh pemerintah pusat
dalam menangani segala urusan dan pengembangan kota Surabaya melalui
desentralisasi. Sama dengan penerapan system desentralisasi di kota Surabaya, kota
Busan juga mengalami hal yang sama sehingga level analisis yang tepat untuk
digunakan adalah level analisis sub-nasional. Melalui sistem desentralisasi pemerintah
daerah dalam hal ini diwakili oleh walikota masing-masing kota membuat keputusan
20
David J. Singer. “The Level of Analysis Problem in International Relations” dalamWorld Politics. Vol.14.No.
1, 1961, hal. 77-92 dalam Kinanti, Fellin. 2013. Metode Analisis Hubungan Internasional-Level Analisis dalam [online]
http://fellinkinanti-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-70904-Metode%20Analisis%20Hubungan%20Internasional-Level%20Analisis.html di akses pada tanggal 4 Oktober 2013.
21
David J. Singer. “The Level of Analysis Problem in International Relations” dalamWorld Politics. Vol.14.No.
1, 1961, hal. 77-92.
untuk melaksanakan kerjasama sister city dan membuat kesepakatan berdasarkan
kesepakatan MOU.
1.5.2 Landasan Teoritik
1.5.2.1 Konsep Desentralisasi
Secara umum definisi dan ruang lingkup desentralisasi menurut pendapat
Rondinelli dan Bank Dunia adalah transfer kewenangan dan tanggung jawab
fungsi-fungsi pemerintahan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, lembaga
semi-pemerintah, maupun kepada swasta.23 Sebagai pembanding, baik juga mengacu
pendapat Turner dan Hulme yang berpendapat bahwa desentralisasi di dalam sebuah
negara mencakup pelimpahan kewenangan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan
kepada masyarakat, dari pejabat atau lembaga pemerintahan di tingkat pusat kepada
pejabat atau lembaga pemerintahan yang lebih dekat kepada masyarakat yang harus
dilayani.24
Sama yang terjadi pada pemerintahan daerah kota Surabaya dan pemerintahan
daerah kota Busan. Kedua pemerintahan daerah kota tersebut telah mendapat
pelimpahan kewenangan penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat oleh
23 The World Bank, Independent Evaluation Group. Decentralization in Client Countries
–An Evaluation of World Bank Support, 1999-2007, 2008. Rondinelli, Dennis, 1999,“What is Decentralization?”, in World Bank,
Decentralization Briefing Notes, WBI Working Papers.
24
Turner, Mark and David Hulme, 1997, Governance, Administration and Development: Making the State Work, London: Macmillan Press Ltd dalam Oswar Mungkasa. “Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia : Konsep, Pencapaian dan Agenda Ke Depan” dalam [online]
pemerintah pusat.25 Pada era reformasi dikeluarkan Undang-Undang mengenai
desentralisasi dan otonomi daerah, yakni Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan yang kemudian direvisi masing-masing menjadi
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004. Terdapat
3 (tiga) tujuan desentralisasi , yaitu (i) tujuan politik, untuk menciptakan suprastruktur
dan infrastruktur politik yang demokratik berbasis pada kedaulatan rakyat.
Diwujudkan dalam bentuk pemilihan kepala daerah, dan legislatif secara langsung
oleh rakyat; (ii) tujuan administrasi, agar pemerintahan daerah yang dipimpin oleh
kepala daerah dan bermitra dengan DPRD dapat menjalankan fungsinya untuk
memaksimalkan nilai 4E yakni efektifitas, efisiensi, equity (kesetaraan), dan ekonomi;
(iii) tujuan sosial ekonomi, mewujudkan pendayagunaan modal sosial, modal
intelektual dan modal finansial masyarakat agar tercipta kesejahteraan masyarakat
secara luas.26
1.5.2.2 Teori Kerjasama Antar Daerah Antar Negara
Kesempatan pengembangan pembangunan kota Surabaya dengan menjalin
kerjasama dengan kota di negara lain menjadi luas, terlebih dengan yang memiliki
unsur kesamaan. Seperti halnya menjalin kerjasama dalam sister city dengan kota
Busan. Kerjasama antar daerah antar negara adalah suatu kerangka hubungan
25
Oswar Mungkasa “Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia:Konsep, Pencapaian dan AgendaKedepan”
dalam online
http://www.academia.edu/2759012/Desentralisasi_dan_Otonomi_Daerah_di_Indonesia_Konsep_Pencapaian_da n_Agenda_Kedepan di akses pada tanggal 21 Mei 2013
26
kerja yang dilakukan oleh dua daerah atau lebih dari negara yang berbeda, dalam
posisi yang setingkat dan seimbang untuk mencapai tujuan bersama yaitu
meningkatkan kesejahteraan rakyat.27 Sedangkan Patterson mendefinisikan kerjasama
antar daerah antar negara (intergovernmental cooperation) sebagai ”an arrangement
two or more goverments for accomplishing common goals, providing a service or
solving a mutual problem” menurut definisi tersebut kerjasama antar daerah antar
negara juga dapat diartikan sebagai sebuah kesepakatan antar dua atau lebih
pemerintah daerah dari negara yang berbeda dalam rangka merealisasikan tujuan
bersama, menyediakan layanan atau menyelesaikan persoalan yang sama.28 Terdapat
dua motivasi utama kerjasama antar daerah ini menjadi penting untuk dilakukan. Yang
pertama adalah untuk menghindari terjadinya eksternalitas, yakni kemungkinan
terjadinya pekembangan pesat suatu kota yang pada akhirnya berdampak negatif pada
kota lain. Yang kedua adalah, disadarkan pada kesadaran akan kekurangan sumber
daya alam maupun sumber daya manusia sehingga menjalin kerjasama antar daerah
akan membawa keuntungan jika saling memanfaatkan dan mengembangkan potensi
secara bersama sehingga dapat saling menutupi kekurangan kota masing-masing. Ini
yang terjadi pada kota Surabaya dan Busan dimana dalam bidang pendidikan yang
27 Pamudji, 1985, Kerjasama Antar Daerah Dalam Rangka Pembinaan Wilayah Suatu Tinjauan dari Segi
Administrasi Negara, PT. Bina Aksara, Jakarta dalam Tesis Wahyudi. Kajian Kerjasama Daerah Dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng dalam [online]
eprints.undip.ac.id/23708/1/WAHYUDI.pdfdi akses pada tanggal 21 Mei 2013.
28 Patterson, D.A. 2008. Intergovernmental Cooperation. Albany, NY: New York State Department of State
kedua kota ini saling bertukar untuk saling mengembangkan potensi yang ada pada
kota masing-masing.29
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan konsep desentralisasi yang
memberikan peluang dan kesempatan kepada pemerintah daerah/kota untuk
melakukan dan melaksanakan pengembangan pembangunan kota dengan melakukan
kerjasama antar daerah antar negara dengan berdasarkan pada teori kerjasama antar
daerah antar negara. Kemudian muncul sebagai konsep sister city antar Surabaya dan
Busan yang bertujuan untuk saling melengkapi kekurangan dan mengembangkan
potensi yang ada khususnya dalam bidang pendidikan dalam suatu kesepakatan yang
disebut Memorandum of Understanding dan ditandatangani oleh walikota Surabaya
dan Busan.
MOU
1.1 Bagan Kerangka Pemikiran
29 Ibid.
Konsep Desentralisasi
Teori Kerjasama Antar
Daerah Antar Negara Konsep Sister City
Surabaya
1.6 Argumentasi
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif berupa analisis metode kualitatif.
Meskipun analisisnya kualitatif tidak menutup kemungkinan penelitian ini menolak
angka.30 Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya yang berjudul “Metode
Penelitian Kombinasi”, penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif (yang merupakan paparan dari data angka dan
statistik).31 Maka itu penulis menggunakan argumentasi karena mencoba menemukan
jawaban dari rumusan masalah berdasarkan pengumpulan data dan bukan mencari
suatu hubungan antar variabel melalui hipotesis.
Salah satu pencapaian yang didapat dari hasil kerjasama sister city kota
Surabaya dan Busan dalam bidang pendidikan adalah aktif melaksanakan program
pertukaran siswa dan guru. Setiap tahun, beberapa siswa dan guru pendamping dari
kota Surabaya melakukan program pertukaran siswa dan guru ke kota Busan. Hasil
yang dicapai dalam program tersebut adalah peningkatan kualitas siswa dan guru
tentang proses pembelajaran di Korea, penambahan wawasan tentang pendidikan
beserta fasilitas-fasilitas yang dimilikinya dan budaya di Korea.
30
Prof. Dr. Sugiyono. “Memahami Penelitian Kualitatif”, hal.3
31
1.7 Metodologi Penelitian
1.7.1 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
Definisi Konseptual adalah pernyataan yang mengartikan atau memberi makna
suatu konsep atau istilah tertentu. Definisi konseptual merupakan penggambaran
secara umum dan menyeluruh yang menyiratkan maksud dari konsep atau istilah
tersebut, bersifat konstitutif (merupakan definisi yang disepakati oleh banyak pihak
dan telah dibakukan di kamus bahasa), formal dan mempunyai pengertian yang
abstrak.32
Definisi operasional adalah serangkaian langkah-langkah prosedural dan
sistematis yang menggambarkan kegiatan guna mendapatkan eksistensi empiris dari
konsep.33
1.7.1.1 Sister City
Definisi Konseptual sister city atau kota kembar adalah konsep penggandengan
dua kota yang berbeda lokasi dan administrasi politik dengan tujuan menjalin
hubungan budaya dan kontrak sosial antar penduduk. Kota kembar umumnya
memiliki persamaan keadaan demografi dan masalah-masalah yang dihadapi. Konsep
kota kembar bisa diumpamakan sebagai sahabat pena antara dua kota. Perlu dipahami
bahwa kerjasama tersebut adalah kerjasama antar kota sehingga segala sesuatu yang
32
Mahfudanshori. “Pengertian Konsep Dan Variabel” dalam [online] www.scribd.com/doc/10712476/BAB-2-Konsep-Dan-Variabel diakses pada tanggal 10 Juni 2013.
33
dapat dilakukan merujuk pada hak dan kewenangan setingkat kota.34Dengan demikian
perlu adanya kejelasan apa yang harus dilakukan kedua belah pihak ketika nantinya
muncul kendala atau permasalahan yang harus diselesaikan di luar kewenangan kedua
belah pihak/kota tersebut.
Secara operasional sister city adalah kerjasama antar daerah antar negara yang
disepakati oleh kota Surabaya (Indonesia) dan kota Busan (Korea Selatan)
berdasarkan sebuah kesepakatan yakni MOU dengan alasan memiliki beberapa
kesamaan dan kebutuhan yang dapat saling melengkapi dalam bidang pendidikan.
1.7.1.2 Memorandum Of Understanding (MOU)
Dalam perjanjian internasional terdapat banyak sekali istilah yang digunakan,
akan tetapi penulis lebih mengkhususkan pada istilah Memorandum Saling Pengertian
atau Memorandum of Understanding (MOU). MOU adalah sebuah perjanjian yang
berisi pernyataan persetujuan tidak langsung atas perjanjian lainnya atau pengikatan
kontrak yang sah atas suatu materi yang bersifat informal atau persyaratan yang
longgar, kecuali pernyataan tersebut disertai atau merupakan hasil persetujuan atau
kesepakatan pemikiran dari para pihak yang dikehendaki oleh keduanya untuk
mengikat.35 MOU merupakan salah satu model dokumen yang memiliki sifat
khas/typical, terdapat pada praktek negara khususnya negara-negara common law
34 Sister Cities International. 2004. What are Sister Cities?. Washington DC dalam Andi Oetomo "Pengelolaan
Perkotaan Lewat Skema Sister City" dalam [online] bulletin.penataanruang.net/upload/data.../edisi3i.pdf di akses pada tanggal 8 July 2013.
35 Dr. Shalahuddin Amer, Muqoddimah Ii Dirosat al Qonun al Dauli, Dae Al Nadha, Cairo, hal.181 dalam
system seperti Inggris, Amerika. Malaysia, India, dan Australia yang berpandangan
bahwa MOU adalah tidak mengikat secara hukum/non-legally binding dan perlu
dibedakan dengan traktat/treaties.36 Para ahli berpendapat bahwa istilah MOU
digunakan dengan alasan politis yaitu ingin sedapat mungkin menghindari penggunaan
persetujuan/agreement yang dinilai lebih formal dan mengikat. Persetujuan/agreement
adalah perjanjian yang bersifat teknis dan administratif. Sifat agreement mempunyai
kedudukan yang lebih rendah dari traktat atau konvensi, sehingga bisa diratifikasi.
Adanya pengertian MOU yang non-legally binding dalam praktek beberapa negara
akan menimbulkan suatu situasi bahwa satu pihak menilai dokumen tersebut sebagai
perjanjian internasional yang mengikat namun pihak yang lain menganggap dokumen
itu hanya memuat komitmen politik dan moral lebih mengarah kepada
perikatan/arrangement. Perikatan/arrengement adalah suatu perjanjian yang mengatur
pelaksanaan teknik operasional suatu perjanjian induk. Dapat disimpulkan bahwa
arrangement adalah instrumen turunan dari Memorandum Of Understanding/MOU
dan MOU adalah instrumen turunan dari agreement.37
Secara operasional Memorandum of Understanding ialah kesepakatan atas
perjanjian antara kedua pihak kota beda negara yakni kota Surabaya dan kota Busan
yang disepakati berdasarkan keinginan tercapainya tujuan kedua pihak yang saling
menguntungkan.
36 Ibid.
37 Agusman, Damos Dumoli. Apa Perjanjian Internasional itu? Beberapa Perkembangan Teori dan Praktek di
Indonesia Tentang Hukum Perjanjian Internasional (dalam “Refleksi Dinamika Hukum” (2008) dalam rangka
1.7.1.3 Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Secara konseptual pandangan Litvack & Seddon yang mengemukakan
bahwa desentralisasi adalah “transfer of authority and responsibility for public
function from central to sub-ordinate or quasi-independent government organization
or the private sector“. Definisi desentralisasi dari Litvack dan Seddon, dipahami
dalam konteks hubungan pemerintah yang mewakili negara dengan entitas lainnya
meliputi organisasi pemerintah sub-nasional, organisasi pemerintah yang semi-bebas
serta sektor swasta.38
Secara operasional desentralisasi adalah pelimpahan kewenangan oleh
pemerintah pusat dalam penelitian ini adalah pemerintah Indonesia (DPRD) dan
pemerintah Korea Selatan kepada pemerintah daerah dalam penelitian ini pemerintah
kota Surabaya dan pemerintah kota Busan untuk melaksanakan kerjasama sister city.
Secara konseptual otonomi daerah adalah proses pelimpahan wewenang dan
kekuasaan : perencanaan, pengambilan keputusan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah (organisasi-organisasi pelaksana daerah, unit-unit pelaksana
daerah) kepada organisasi semi-otonom dan semi otonom (parastatal) atau kepada
organisasi non-pemerintah.39
38Jennie Litvack, Junaidi Achmad, and Richard Bird, Rethinking Decentralization in Developing Countries, The
World Bank Washington D.C, USA,1999. hal 2 dalam Makalah Sadu Wasistiono. Menuju Desentralisasi Berkeseimbangan.
39 Cheema, G.S and Rondinelli. G.A (editors) : Decentralization and Development : Policy Implementation in
Secara operasional otonomi daerah adalah proses pelimpahan kewenangan dan
kekuasaan yang diberikan pemerintah pusat dalam penelitian ini adalah pemerintah
Indonesia (DPRD) dan pemerintah Korea Selatan kepada pemerintah daerah dalam
penelitian ini pemerintah kota Surabaya dan pemerintah kota Busan dalam mengurusi
kewajiban dalam melayani masyarakat dan mengembangkan teritorital
kewenangannya secara baik dan bermanfaat bagi negara dan masyarakat khususnya
kerjasama sister city.
1.7.1.4 Kerjasama Pendidikan
Secara konseptual kerjasama pendidikan merupakan kerangka hubungan kerja
yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih, dalam posisi yang setingkat dan
seimbang untuk mencapai tujuan bersama yaitu meningkatkan kesejahteraan
rakyat40dalam proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan,
proses, cara, perbuatan mendidik.41
Secara operasional kerjasama pendidikan adalah suatu pelaksanaan saling
melengkapi yang dilakukan oleh dua pihak yakni kota Surabaya dan kota Busan
berdasarkan kesepakatan yang dibuat bersama untuk mencapai suatu tujuan dalam
40 Pamudji, 1985, Kerjasama Antar Daerah Dalam Rangka Pembinaan Wilayah Suatu Tinjauan dari Segi
Administrasi Negara, PT. Bina Aksara, Jakarta dalam Tesis Wahyudi. Kajian Kerjasama Daerah Dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng dalam [online]
eprints.undip.ac.id/23708/1/WAHYUDI.pdf di akses pada tanggal 21 Mei 2013.
38 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
bidang pendidikan yang meliputi pertukaran pelajar tingkat Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan
Tinggi (Universitas), serta pertukaran tim pengajar, guru dan dosen.
1.7.2 Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian deskriptif yang
menurut Mas’oed adalah upaya untuk menjawab pertanyaan “apa” dan “bagaimana”.
Sedangkan tipe penelitian eksplanasi berusaha untuk menjawab pertanyaan
“mengapa”.42 Sementara tipe penilitian prediktif adalah untuk menjawab pertanyaan
“apa yang terjadi”.43 Berdasarkan pandangan Mas’oed, tipe penelitian ini adalah
deskriptif, karena menjawab pertanyaan “bagaimana”. Dalam penelitian deskriptif ini
penulis mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan
pengujian hipotesa.44
1.7.3 Jangkauan Penelitian
Penelitian ini dimulai sejak lima tahun setelah penandatanganan MOU pada
tanggal 10 November tahun 1994 oleh walikota Surabaya dan walikota Busan yang
berarti dimulai sejak tahun 2006. Akan tetapi karena yang menjadi fokus penulis
adalah bidang pendidikan maka kurun waktu yang terhitung adalah sejak tahun 2007
42
Mohtar Mas’oed. Ilmu Hubungan Internasional. “Disiplin dan Metodologi.hal.262.
43Ibid. 44
hingga tahun 2012. Karena pelaksanaan kerjasama sister city Surabaya-Busan mulai
aktif dilaksanakan pada tahun 2007. Penulis memilih memfokuskan penelitian di
bidang pendidikan karena bidang tersebut lebih menonjol dalam pelaksanaannya dan
rutin dilaksanakan setiap tahun.
1.7.4 Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh penulis adalah data primer dan data sekunder. Data primer
yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau suatu organisasi langsung
melalui obyeknya,45 tekniknya dilakukan melalui cara wawancara atau pengamatan.
Dan yang diperoleh peneliti adalah melalui cara wawancara dengan Ibu Rismasari
selaku Staf Bagian Kerjasama Sister City Surabaya-Busan untuk mendapatkan
informasi mengenai sejauh mana kerjasama sister city Surabaya-Busan. Kemudian
data yang diperoleh akan diolah dan dianalisa. Data sekunder adalah data yang
diperoleh melalui sumber yang relevan dengan topik yang akan diteliti. Pengertian lain
bahwa data sekunder merupakan data primer yang diperoleh oleh pihak lain atau data
primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pengumpul data primer
atau oleh pihak lain yang pada umunmya disajikan dalam bentuk tabel-tabel atau
diagram-diagram. Data sekunder biasanya digunakan oleh peneliti untuk memberikan
gambaran tambahan, gambaran pelengkap ataupun untuk diproses lebih lanjut46teknik
45
J. Supranto, hal 120, 1997 dalam pdf Bab III Metodologi Penelitian oleh B Ardimas - 2007 dalam [online] eprints.undip.ac.id/34667/6/1734_CHAPTER_III.pdf di akses pada tanggal 28 Juni 2013
46 Sugiarto, et.al., 2001 dalam pdf Kajian Kerjasama Daerah Dalam Pengelolaan Dan Pengembangan Kawasan
yang digunakan untuk memperoleh data-data dalam penelitian ini adalah
melalui penelitian kepustakaan (library research), yang berupa buku-buku, jurnal
ilmiah, dan juga dokumentasi berdasarkan dokumen resmi yang diperoleh langsung
dari Pemkot Surabaya.
1.7.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
kualitatif. Karena permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang tidak
terungkap melalui data statistik, sehingga membutuhkan pendekatan melalui teknik
pengumpulan data primer melalui wawancara, dan teknik pengumpulan data sekunder
berupa kepustakaan dan dari dokumen –dokumen resmi. Dalam penelitian ini penulis
menghubungkan serangkaian data primer dan data sekunder yang telah diolah dan
dianalisa untuk mencari pemahaman dan kebenaran berdasarkan rumusan masalah
yakni pencapaian apa yang telah didapat dari kebijakan pemerintah melaksanakan
kerjasama sister city Surabaya-Busan berdasarkan MOU selama kurun waktu tahun
2007 – 2012. Menurut Miles dan Huberman, analisis data kualitatif meliputi tiga
tahap, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.47
1.6.6 Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bab pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah atau
topik yang akan dibahas, tujuan penelitian, kerangka pemikiran yang didalamnya
terkait dengan peringkat analisis dan landasan teoritik, serta dilengkapi juga dengan
hipotesa dan metodologi penelitian.
Bab II : Kerjasama sister city kota Surabaya – Busan dalam bidang pendidikan
sesuai MOU dalam kurun waktu 2007–2012.
Dalam bab ini, akan dijelaskan singkat secara umum latar belakang atau alasan
kota Surabaya dan Busan melakukan kerjasama sister city. Kemudian akan dibahas
bidang-bidang kerjasama yang disetujui kedua pihak didalam MOU beserta rincian
pasal-pasal yang terdapat dalam kesepakatan MOU.
Bab III : Efektifitas Pelaksanaan Kerjasama sister city dengan Kebijakan
Pemerintah Kota Surabaya dalam Bidang Pendidikan
Bab ini akan membahas hasil yang diperoleh dari kebijakan pemerintah kota
Surabaya dalam melaksanakan kerjasama sister city dengan Busan di bidang
pendidikan, dalam kurun waktu tahun 2007 hingga tahun 2012 yang berdasarkan
kesepakatan dalam MOU. Data ini diperoleh berdasarkan data sekunder berupa
Bab IV : Kesimpulan dan Saran
Bab ini akan menjelaskan kesimpulan dari keseluruhan penelitian dan
termasuk analisa yang didapat dari Bab III. Bab ini akan lebih menjelaskan secara inti
25
Pendidikan Sesuai MOU dalam Kurun Waktu 2007-2012
Sister city memiliki sejarah yang cukup panjang, berkembang atas dasar ide
dari Presiden Eisenhower pada tahun 1960-an yang terjadi pada saat itu di Amerika
Serikat, program tersebut memacu daerah-daerah di AS untuk melakukan kerjasama.
Ide tersebut bertujuan untuk meningkatkan diplomasi antara masyarakat atau people
to people diplomacy. Ini mengakibatkan terbukanya pintu bagi masyarakat
internasional secara lebar untuk menjalin hubungan dengan masyarakat suatu daerah
dalam sebuah Negara.48 Berubahnya sistem sentralisasi pemerintahan di Indonesia
menuju desentralisasi membuka peluang baru bagi pemerintahan daerah untuk ikut
serta melaksanakan pembangunan di negara ini. Kebutuhan investasi, pertukaran
informasi dan komunikasi, ilmu pengetahuan, teknologi, pengelolahan sumber daya
alam, peningkatan perekonomian, peningkatan kesejahteraan sosial, serta pemecahan
masalah-masalah perkotaan lainnya dilihat sebagai alasan pemerintah daerah untuk
melakukan langkah-langkah kerjasama dan menjalin hubungan dengan negara-negara
didunia.49Sister city mengalami perkembangan pesat di dunia hingga abad ke-21, pada
48 Perdana, Yosanta Putri. 2008. Faktor-faktor Penghambat Efektivitas Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota
Surabaya Melaksanakan Kerjasama Sister City dengan Seattle (1992-2007) diakses melalui Airlangga University Library pada 20 Juni 2010.
49 Stiglitz Joseph, 2003, Globalisasi dan Kegagalan Lembaga-Lembaga Keuangan Internasional, PT Ina
umumnya dilatarbelakangi kesamaan karakteristik dan potensi kota/daerah.50 Potensi
yang telah dikembangkan oleh kota yang lebih maju akan ditransfer ke kota yang
masih berpotensi berkembang dalam bidang yang sama. Salah satu syarat untuk
menjalin relasi kemitraan adalah memiliki hubungan diplomasi yang baik antar kedua
negara sebagai fasilitator kerjasama sister city.51
Kesamaan karakteristik yang dimiliki kota Surabaya dan Busan terutama
dalam bidang pendidikan ini yang mendukung alasan pelaksanaan kerjasama sister
city kedua kota beda negara ini. Di kota Surabaya sarana dan prasarana pendidikan
meliputi tingkat pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Hampir di semua
bidang ilmu pengetahuan dengan tingkat stratum dari akademi dan politeknik, dari S1,
S2 hingga S3, dapat ditemukan di lembaga pendidikan di Surabaya. Pengembangan
sebagai kota pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kualitas SDM yang ada.52
Sama dengan tingkat pendidikan di Busan, terlihat dari pengiriman delegasi
pendidikan yang berasal dari pelajar tingkat sekolah menengah negeri dengan tujuan
kunjungannya juga sekolah menengah negeri di Busan.53
Berdasarkan kesamaan sistem pendidikan tersebut, Surabaya dan Busan pun
akhirnya melaksnakan kerjasama sister city yakni untuk sama-sama saling
mengembangkan potensi dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia terutama
melalui peningkatan kualitas pelajar, guru dan tim pengajar.
50 Septa Novasari Ginting. Ekonomi Politik Kerjasama Sister City Kabupaten Karo (Indonesia) Dan Kota Zundert
(Belanda) Tahun 2007-2012. Dalam [online]
repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/2817/1/jurnal%20oke.pdf diakses pada tanggal 8 July 2013.
51
Ibid.
52
Pendidikan dalam [online] http://www.surabaya.go.id/infokota/index.php?id=4 di akses pada tanggal 8 July 2013.
2.1 Desentralisasi Sister City Surabaya-Busan
Dalam pembahasan di atas telah disinggung sedikit mengenai sentralisasi
pemerintah yang saat ini telah menjadi desentralisasi. Pengertian desentralisasi
menurut Pasal 1 ayat (7) UU Nomor 32 Tahun 2004, diartikan sebagai penyerahan
wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.54
Selain itu peluang mengadakan kerjasama antar daerah dengan daerah di mancanegara
semakin besar dengan landasan hukum Undang-undang nomor 37 tahun 1999 tentang
Hubungan Luar Negeri yang menyatakan bahwa pemerintah daerah adalah salah satu
pelaku hubungan luar negeri.55 Demikian pula undang-undang nomor 24 tahun 2000
tentang Perjanjian Internasional yang mengisyaratkan bahwa pemerintah daerah bisa
melakukan kerjasama dengan pihak luar negeri.56 Ada beberapa alasan mengapa
pemerintah perlu melaksanakan desentralisasi kekuasaan kepada pemerintah daerah.
Alasan-alasan ini didasarkan pada kondisi ideal yang diinginkan, sekaligus
memberikan landasan filosofis bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai
sistem pemerintahan yang dianut Negara.
54 Yudoyono, Bambang. Desentralisasi dan pengembangan SDM aparatur pemda dan anggota DPRD. Jakarta,
Pustaka Sinar Harapan 2002 dalam [online] http://alsaindonesia.org/site/desentralisasi-dan-otonomi-daerah-dalam-negara-kesatuan-republik-indonesia/di akses pada tanggal 5 July 2013.
55 Biro Kerjasama Setda Provinsi DIY, Bunga Rampai Kerjasama Luar Negeri, Relevansi dan Keterbatasannya
(Yogyakarta: Biro Kerjasama Setda Provinsi DIY, 2006
Mengenai alasan-alasan ini Joseph Riwu Kaho menyatakan sebagai berikut:57
• Dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan, desentralisasi
dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang
pada akhirnya menimbulkan tirani. Dalam bidang politik, penyelenggaraan
desentralisasi dianggap sebagai tindakan pendemokrasian, untuk menarik untuk
ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam mempergunakan hak-hak
demokrasi.
• Dari sudut teknik organisatoris pemerintahan, alasan mengadakan pemerintahan
daerah (desentralisasi) adalah semata-mata untuk mencapai pemerintahan yang
efisien. Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus oleh pemerintah setempat,
pengurusannya diserahkan kepada daerah.
• Dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakan supaya perhatian dapat
sepenuhnya dapat ditumpukan kepada kekhususan suatu daerah, seperti geografi,
keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau latar belakang
sejarahnya.
• Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukan karena
pemerintahan daerah dapat lebih banyak dan secara langsung membantu
pembangunan tersebut.
Melalui proses ini maka desentralisasi diharapkan akan mampu meningkatkan
penegakan hukum, meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemerintah dan sekaligus
meningkatkan daya tanggap, transparansi dan akuntabilitas pemerintah daerah. Para
57 Josef Riwu Kaho, Prospek otonomi daerah di Negara Republik Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta 1991 dalam
pakar menyimpulkan bahwa melalui desentralisasi tugas-tugas pemerintahan dan
pembangunan akan dapat memperoleh manfaat diantaranya efisiensi dan efektifitas
pelaksanaan tugas pemerintahan, memungkinkan melakukan inovasi, meningkatkan
motivasi moral, komitmen dan produktivitas.58
Berdasarkan sudut kepentingan pembangunan ekonomi dari beberapa alasan
yang telah dijabarkan diatas, desentralisasi sebagai salah satu faktor munculnya ide
awal pelaksanaan sister city Surabaya-Busan ini semata-mata dikarenakan agar
pemerintah daerah dapat secara langsung mengawasi perkembangan pembangunan
daerah dalam berbagai bidang kerjasama yang disepakati.
2.2 Memorandum of Understanding/MOU Surabaya-Busan
Istilah memorandum of understanding berasal dari dua kata, yaitu
memorandum dan understanding. Secara gramatikal, memorandum of understanding
diartikan sebagai nota kesepahaman. Dalam Black’s Law Dictionary, yang dimaksud
memorandum adalah dasar untuk memulai penyusunan kontrak atau akta secara
formal pada masa datang.59 Yang dimaksud dengan understanding adalah pernyataan
persetujuan secara tidak langsung terhadap hubungannya dengan persetujuan lain, baik
secara lisan maupun tertulis.60Dari pengertian kedua kata tersebut, dapat dirumuskan
pengertian : “Memorandum of understanding adalah dasar penyusunan kontrak pada
58
Yudoyono, Bambang. Desentralisasi dan pengembangan SDM aparatur pemda dan anggota DPRD. Jakarta, Pustaka Sinar Harapan 2002 dalam [online] http://alsaindonesia.org/site/desentralisasi-dan-otonomi-daerah-dalam-negara-kesatuan-republik-indonesia/di akses pada tanggal 5 July 2013.
59 Black Henry Campbell, 2004:1005 dalam pdf Skripsi Rizky Paramitha. "Kekuatan Hukum Memorandum Of
Understanding Sebagai Suatu Akta Yang Dapat Dipertanggungjawabkan Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata." Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010. Hal.26-27.
masa datang yang didasarkan pada hasil permufakatan para pihak, baik secara tertulis
maupun lisan”.61 Munir Fuady mengartikan memorandum of understanding sebagai
suatu perjanjian pendahuluan, dalam arti nantinya akan diikuti oleh dan akan
dijabarkan dalam perjanjian lain yang mengaturnya lebih detail, karena itu dalam
memorandum of understanding hanya berisikan hal-hal yang pokok saja. Sedangkan
mengenai lain-lain aspek dari memorandum of understanding relatif sama dengan
perjanjian perjanjian lainnya.62
Adapun yang merupakan ciri-ciri dari suatu MOU adalah sebagai berikut63:
a. Isinya ringkas, bahkan sering satu halaman .
b. Berisikan hal yang pokok.
c. Hanya berisikan pendahuluan saja, yang akan diikuti oleh perjanjian lain yang
lebih rinci.
d. Mempunyai jangka waktu berlakunya, misalnya 1 bulan, 6 bulan atau setahun.
Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak ditindaklanjuti dengan
penandatanganan suatu perjanjian yang lebih rinci, maka MOU tersebut akan
batal, kecuali diperpanjang dengan para pihak.
e. Biasanya dibuat dalam bentuk di bawah tangan saja tanpa adanya materai.
f. Biasanya tidak ada kewajiban yang bersifat memaksa kepada para pihak untuk
membuat suatu perjanjian yang lebih detil setelah penandatanganan MOU.
Sama seperti MOU Surabaya-Busan yang isinya sangat ringkas dan jelas, yakni
hanya satu halaman, dengan enam pasal, tercantum enam bidang yang disepakati,
61 Salim H.S., 2007:46 dalam ibid. 62
Munir Fuady, 2002:91 dalam ibid..
63
dan lima ketentuan dari kedua pihak. MOU ini berlaku selama lima tahun dan secara
otomatis diperpanjang lima tahun selanjutnya, begitu seterusnya hingga kedua pihak
menyatakan untuk berhenti melanjutkan perjanjian tersebut.
Kedudukan MOU ada dua macam yaitu64:
a. Tidak bersifat kontrak (Gentlement Agreement)
Teori yang mendukung adalah teori Holmes dimana disebutkan bahwa sanksi
moral tidak berlaku dalam kontrak. Jadi dalam hal ini MOU yang mempunyai
sanksi moral bukanlah suatu kontrak. Dan menurut asas dalam kontrak bahwa
disebut kontrak apabila sifatnya sudah final. Jadi dalam hal ini MOU yang dalam
materinya menyebutkan mengenai perlunya perjanjian lanjutan setelah
penandatanganan MOU ini, maka MOU yang semacam ini bukanlah suatu
kontrak, karena sifatnya tidak final.
b. Bersifat sebagai kontrak (Agreement is Agreement)
Ada pihak yang berpendapat bahwa sekali suatu perjanjian dibuat, apapun
bentuknya. Lisan atau tertulis, pendek atau panjang, lengkap/ detil ataupun hanya
diatur pokok-pokoknya saja, tetap dikatakan suatu perjanjian, dan karenanya
mempunyai kekuatan hukum mengikat layaknya suatu perjanjian, sehingga
seluruh ketentuan pasal-pasal tentang hukum perjanjian telah bisa diterapkan
kepadanya. Dan menurut pendapat ini landasan yuridis yang tepat bagi
penggunaan MOU adalah terdapat dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang
artinya apapun yang dibuat sesuai kesepakatan kedua belah pihak, merupakan
hukum yang berlaku baginya sehingga mengikat kedua belah pihak tersebut.
Selain itu menurut asas kebebasan berkontrak dan asas konsensual maka hal apa
saja asalkan halal menurut hukum dan telah secara bebas disepakati maka berlaku
suatu perjanjian atau jika diterapkan secara tertulis maka hal tersebut bisa
dikatakan sebagai kontrak.65
Kerjasama sister city ini telah dimulai sejak penandatangan MOU pada tahun
1994 antara Walikota Surabaya (waktu itu) H.Sunarto Sumoprawiro dengan walikota
Busan. Mengenai kekuatan mengikat dari MOU Surabaya-Busan ini hanya merupakan
suatu ikatan moral yang tidak ada pengikatan juridis di antara para pihak, sehingga
tidak ada kewajiban yang bersifat memaksa kepada para pihak, akan tetapi para pihak
dapat menindaklanjuti atau melaksanakan MOU dalam bentuk kontrak agar
mempunyai kekuatan hukum mengikat.66
2.3 Rincian Isi Perjanjian MOU Surabaya-Busan
Berikut ini adalah rincian terkait isi perjanjian MOU Surabaya-Busan
berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ibu Rahmasari (Staf Bagian Kerjasama
Sister City Surabaya-Busan di Pemerintah Kota Surabaya) namun penulis juga
melampirkan Tabel Isi MOU dalam lampiran 1.
Pasal yang pertama tertulis mengenai bidang-bidang yang disepakati. terdapat
6 bidang yang dikerjasamakan diantaranya (1). Pengembangan Pelabuhan, Busan
sebagai kota terbesar kedua di Korea Selatan merupakan kota dengan pelabuhan
65 Munir Fuady I,Op.Cit., hal. 8
66 Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding (MOU), Salim H.S.,SH.,MS dalam
terbesar yang terletak di semenanjung Korea Selatan, karena letaknya yang dekat
dengan lautan Pasifik secara historis Busan memiliki peran penting sebagai pintu
masuk budaya dan perdagangan dari luar negeri. Sejak dibuka sebagai pelabuhan pada
tahun 1876, Busan berkembang menjadi kota perdagangan, pusat industri perkapalan,
dan merupakan kota wisata yang menjadi pintu gerbang untuk memasuki Korea
Selatan.67 Inilah yang patut dicontoh dan dipelajari oleh Surabaya sebagai kota
terbesar kedua di Indonesia dengan pelabuhan yang besar dan juga strategi serta
sebagai kota wisata, dalam rangka mengelola pelabuhan Tanjung Perak dengan baik
sehingga dapat meningkatkan arus masuknya budaya, wisatawan dan perdagangan
luar negeri ke Indonesia. Saat ini kerjasama di bidang pelabuhan kedua pemerintah
kota adalah sedang memfasilitasi pembentukan kerjasama sister port antar pelabuhan
kedua kota (Busan Port dengan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.);68
(2). Perdagangan dan Pengembangan Ekonomi, sejak kerjasama sister city kedua kota
ini terjalin peningkatan neraca perdagangan kedua kota selalu mengalami peningkatan
dari tahun-tahun, pada tahun 2005-2007, eksport ke Surabaya ke Korea mengalami
peningkatan rata-rata sebesar 75%; (3). Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olah
Raga, bidang pendidikan adalah yang menonjol dari kerjasama sister city kedua kota
ini dengan saling bertukar informasi teknologi dan pengetahuan antar tim pengajar dan
pelajar, di bidang kebudayaan pemuda dan olahraga kedua kota ini saling
memperkenalkan budaya masing-masing kota seperti cross culuture dan global
67
Sister City dalam [online] http://www.surabaya.go.id/sistercity/ di akses pada tanggal 25 August 2013.
68
gathering;69 (4). Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Kota, pada bidang ini kedua kota
ini saling bertukar ide tentang menangani dan memelihara lingkungan dengan
kepadatan penduduk yang sangat tinggi, terlebih mengingat kedua kota ini sama-sama
kota terbesar kedua di negaranya masing-masing, serta mengendalikan laju
pertumbuhan bangunan perumahan dan gedung perkantoran di dalam kota; (5).
Transportasi dan Pariwisata, Surabaya yang tidak memiliki potensi alam untuk wisata
lebih unggul dengan diferensisasi dalam memberikan kenyamanan, rasa aman dan
kebersihan yang dimiliki kota tersebut untuk menarik wisatan domestik maupun asing,
dan oleh Busan keunggulan tersebut mulai diterapkan begitu pula oleh Surabaya yang
rencananya akan mengembangkan satu-satu potensi wisata alam pantai Kenjeran
menjadi ”Kenjeran Park”;70 (6). Peningkatan Sumber Daya, dengan cara melakukan
pertukaran delegasi untuk meningkatkan SDM di masing-masing kota dalam
mengelola SDA yang dimiliki.
Dalam pasal kedua tertulis bahwa mengadakan pengaturan-pengaturan sesuai
dengan bidang kerjasama yang disepakati. Pengaturan-pengaturan yang dimaksudkan
adalah pengaturan yang dibuat dan disepakati bersama untuk menertibkan pelaksana
dalam pelaksanaan kegiatan kerjasama sesuai dengan kebutuhan dan bidang kerjasama
yang dilaksanakan. Pengaturan-pengaturan tersebut telah diadakan dan dilaksanakan
dibeberapa bidang seperti bidang pendidikan dan kebudayaan.71
69
Ibid.
70 Walikota : Keunggulan Pariwisata Surabaya Karena Diferensiasinya. Dalam [online]
http://id.berita.yahoo.com/wali-kota-keunggulan-pariwisata-surabaya-karena-diferensiasinya-172222615--finance.html di akses pada tanggal 25 August 2013
71 Hasil wawancara dengan Ibu Rismasari selaku Staf Bagian Kerjasama Sister City Surabaya-Busan, tanggal 19
Di pasal ketiga tertulis bahwa pembentukan kelompok kerja yang akan
mengusulkan kegiatan jangka pendek dan menengah. Yang dimaksudkan adalah
kedua kelompok kerja akan bertemu setiap tahun. Jika pertemuan tidak dapat
dilaksanakan maka dokumen-dokumen akan dipertukarkan sebagai pengganti
pertemuan tersebut. Kelompok kerja yang dimaksudkan adalah tim yang dibentuk
untuk mewakili kota masing-masing yang bertukar informasi dan berkoordinasi dalam
pelaksanaan program kerjasama, dan dilaksanakan setiap tahun.72
Untuk mencegah terjadinya miss understanding dalam pasal keempat tertulis
bahwa perbedaan-perbedaan yang timbul dalam penafsiran atau pelaksanaan MOU
akan diselesaikan dengan cara persahabatan. Yang dimaksud adalah perbedaan
pendapat atau pernyataan dalam penafsiran selama pelaksanaan kerjasama, namun
hingga saat ini belum pernah terjadi atau timbul perbedaan tersebut dari
masing-masing pihak.73
Pasal kelima tertulis bahwa MOU dapat diubah sesuai dengan persetujuan para
pihak dan dilakukan tertulis. Sesuai dengan cirri-ciri MOU bahwa kesepakatan dan isi
MOU dapat diubah oleh masing-masing pihak melalui kesepakatan bersama, akan
tetapi hingga saat ini MOU Surabaya-Busan