• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Penelitian mengenai “Efektifitas Implementasi Kebijakan Pemerintah kota Surabaya Melaksanakan Kerjasama Sister City dengan Busan (2010-2012) di bidang Pendidikan” dibahas berdasarkan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengembangkan konsep dan menghimpun fakta untuk menemukan jawaban dari rumusan masalah. Implementasi kebijakan pemerintah kota Surabaya melaksanakan kerjasama sister city dengan Busan di bidang pendidikan yang dibahas adalah dalam kurun waktu tahun 2007 ketika pelaksanaan kerjasama di bidang pendidikan mulai dilaksakan hingga tahun 2012. Dominannya kerjasama sister city Surabaya-Busan di bidang pendidikan ini dikarenakan adanya kesamaan karakteristik di bidang pendidikan yang sama-sama memiliki tingkat pendidikan yang sama dan juga pelaksanaan kerjasama di bidang pendidikan aktif dan terlihat mencolok.

Penulis menggunakan kerangka berpikir melalui munculnya desentralisasi yang oleh Rondinelli dan Bank Dunia adalah sebagai pemberian kewenangan dan tanggung jawab fungsi-fungsi pemerintahan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, lembaga semi-pemerintah, maupun kepada swasta98 yang dalam penelitian ini pemberian kewenangan dan tanggung jawab oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah atau kota Surabaya dalam memutuskan melaksanakan kerjasama sister city

98 The World Bank, Independent Evaluation Group. Decentralization in Client CountriesAn Evaluation of World Bank Support, 1999-2007, 2008. Rondinelli, Dennis, 1999,“WhatisDecentralization?”, in World Bank,

dengan Busan.yang kemudian didukung dengan teori kerjasama antar daerah antar Negara. Berdasarkan data temuan, penulis menyimpulkan bahwa kemunculan ide mengenai sister city yang dilontarkan pertama kali pada tahun 1956 oleh Dwight David Eisenhower, Presiden Amerika Serikat ke 3499 yang pada awalnya bertujuan untuk meningkatkan diplomasi di kalangan masyarakat, kemudian menjadi perhatian banyak Negara. Terlihat dari banyaknya kota dari Negara bagian di AS yang menerapkan kerjasama sister city. Sister city atau dalam bahasa Indonesia kota kembar mengandung pengertian kerjasama yang dilakukan oleh dua kota beda Negara berdasarkan kesamaan karakterisik yang dimiliki masing-masing kota.

Pelaksanaan kerjasama sister city Surabaya-Busan ini dapat terlaksana karena terdorong oleh dua motivasi yang menurut Patterson membuat kerjasama antar daerah tersebut menjadi sangat penting untuk dilakukan, yang pertama adalah untuk menghindari terjadinya eksternalitas atau kemungkinan terjadinya perkembangan pesat suatu kota yang akan berdampak pada kota lain,100seperti di kota Surabaya yang sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, dengan perkembangaannya yang terbilang laju pesat, juga sebagai kota dengan pelabuhan terbesar kedua di Indonesia yang berarti memiliki tingkat perdagangan yang padat, juga sebagai kota pariwisata serta kota dengan padat penduduk. Yang kedua adalah kesadaran akan kekurangan sumber daya alam maupun sumber daya manusia sehingga menjalin kerjasama antar daerah

99

Perdana, Yosanta Putri. 2008. Faktor-faktor Penghambat Efektivitas Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Surabaya Melaksanakan Kerjasama Sister City dengan Seattle (1992-2007) diakses melalui Airlangga University Library pada 20 Juni 2010.

100 Patterson, D.A. 2008. Intergovernmental Cooperation. Albany, NY: New York State Department of State

Division of Local Government Services. Warsono, H. 2009. Regionalisasi dan Manajemen Kerjasama Antar Daerah (Studi Kasus Dinamika Kerjasama Antar Daerah yang Berdekatan di Jawa Tengah). Ringkasan Disertasi, UGM.

akan membawa keuntungan jika saling memanfaatkan dan mengembangkan potensi secara bersama sehingga dapat saling menutupi kekurangan kota masing-masing.101

Peranan pemerintah daerah dalam membuat kebijakan dan keputusan untuk melaksanakan kerjasama sister city dengan Busan sangat penting sebagai level analisis sub-nasional yang menurut David J. Singer adalah untuk mencapai tujuan dalam interaksi hubungan internasional maka diperlukan atribut nasional berupa sikap negara dalam membuat keputusan102 dibuktikan dengan sikap pemerintah daerah dalam memutuskan melaksanakan kerjasama sister city dan memilih berkerjasama dengan Busan. kemudian untuk menyempurnakan kerjasama tersebut kedua pemerintah daerah kota Surabaya dan Busan membuat kesepakatan yang dibuat dalam MOU.

MOU adalah kesepakatan yang dibuat oleh dua pihak disini adalah pemerintah kota Surabaya yang diwakili oleh Walikota dan pemerintah daerah Busan yang juga diwakili oleh Walikota, isinya ringkas dan berisikan hal yang pokok. Ditandatangani pada tahun 1994 dan berlaku setelah lima tahun penandatanganan, terdapat enam pasal dan enam bidang kerjasama yang oleh kedua kota Surabaya dan Busan harus ditaati dan dilaksanakan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan yang berazas pada persamaan dan saling menguntungkan. Enam bidang itu diantaranya103 (1). Pengembangan Pelabuhan; (2). Perdagangan dan Pengembangan Ekonomi; (3). Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga; (4). Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Kota; (5). Transportasi dan Pariwisata; (6). Peningkatan Sumber Daya. Namun hanya bidang pendidikan yang paling rutin dilaksanakan. Sehingga hasil dari kerjasama sister city

101 Ibid.

102 David J. Singer. “The Level of Analysis Problem in International Relations” dalamWorld Politics. Vol.14.No. 1, 1961, hal. 77-92.

103 Data Hasil Kerjasama Sister City Surabaya-Busan. Sekretariat Jenderal Pusat Kerjasama Luar Negeri Pemerintah Kota Surabaya

Surabaya-busan yang benar-benar terealisasikan adalah di bidang pendidikan. Kekuatan mengikat MOU Surabaya-Busan ini hanya merupakan suatu ikatan moral yang tidak ada pengikatan juridis di antara para pihak,104sehingga tidak ada kewajiban yang bersifat memaksa kepada para pihak, akan tetapi para pihak dapat menindaklanjuti atau melaksanakan MOU dalam bentuk kontrak agar mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Melalui data hasil wawancara,105 penulis menemukan fenomena terkait hasil pelaksanaan kerjasama sister city Surabaya-Busan di bidang pendidikan selama tahun 2010 hingga 2012 bahwa kerjasama tersebut telah mencapai tujuan dari kesepakatan kedua pemerintah daerah tersebut karena telah terjadi pertukaran informasi dan wawasan diantara kedua kota tersebut dan telah terjalinnya persahabatan antara kedua kota dengan hubungan kerjasama yang harmonis dibuktikan dengan hubungan persahabatan yang harmonis antara kedua walikota dari Surabaya dan Busan, dan adanya perencanaan penambahan jumlah delegasi pendidikan yang dikirimkan tiap tahunnya oleh pemerintah daerah kota Surabaya. Seperti yang telah dijelaskan singkat pada argumentasi sementara penulis bahwa kerjasama di bidang pendidikan aktif melaksanakan pertukaran delegasi pendidikan untuk meningkatkan kualitas siswa dan guru, dan program kerjasama lain di bidang pendidikan adalah program pelatihan bagi guru-guru di Kota Surabaya untuk mempelajari IT di Kota Busan.106 Keharmonisan

104Munir Fuady, I. hal.8 dalam pdf Skripsi Rizky Paramitha. "Kekuatan Hukum Memorandum Of Understanding Sebagai Suatu Akta Yang Dapat Dipertanggungjawabkan Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata." Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010. Hal.26-27.

105Hasil wawancara dengan Ibu Rismasari selaku staf selaku Staf Bagian Kerjasama Sister City Surabaya-Busan, tanggal 19 Juli 2013 di Sekretariat Jenderal Pusat Kerjasama Luar Negeri Pemerintah Kota Surabaya.

106Redaksi Surabaya Kita. “Walikota Lepas Tujuh Pelajar Ke Busan”.surabayakita.com. Sabtu 16 Juli 2011. Dalam [online] http://www.surabayakita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2853:walikota-lepas- tujuh-pelajar-ke-busan&catid=58:pendidikan&Itemid=48 di akses pada tanggal 16 September 2013.

persahabatan yang terjalin oleh pemerintah kota Surabaya dan Busan dalam hal ini oleh walikota kedua kota yakni walikota Surabaya Bu Rismaharini dengan walikota Busan Hur Nam Sik terlihat sangat bersahabat dalam setiap kunjungan delegasi Busan di Surabaya begitupula sebaliknya dalam kunjungan delegasi Surabaya di Busan. Seperti yang terjadi pada Seperti yang terjadi pada pada kunjungan delegasi Busan di Surabaya pada awal tahun 2013 yang berjumlah 14 orang, termasuk beberapa pejabat di antaranya Wakil Ketua DPRD Busan Lee Hae Dong dan Wakil Wali Kota untuk Urusan Luar Negeri Kim Youn Kwon disambut hangat oleh Bu Risma, dan dalam setiap kunjungan masing-masing kota saling menampilkan tarian untuk memeriahkan suasana, dari Surabaya mengajak delegasi Busan untuk menari poco-poco sebaliknya pihak delegasi Busan membalas dengan tarian Gangnam Style yang saat ini sedang popular.107 Begitulah keramahtamahan dan kehangatan persahabatan kedua kota sehingga tidak terlihat lagi jarak perbedaan budaya dan bahasa, sehingga lebih leluasa dalam membahas rencana-rencana kerjasama di bidang pendidikan kedepannya.

Dokumen terkait