• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN ANAK USIA DINI DALAM PEMBENTUKAN MORAL (Studi Kasus Komunikasi Efektif Guru dengan Murid PAUD Melati Trisula Sidoarjo dalam Pembentukan Moral Anak).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN ANAK USIA DINI DALAM PEMBENTUKAN MORAL (Studi Kasus Komunikasi Efektif Guru dengan Murid PAUD Melati Trisula Sidoarjo dalam Pembentukan Moral Anak)."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

RR TYASTARI DIAHAYU GIRINDRA 0943010143

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Disusun Oleh:

RR TYASTARI DIAHAYU GIRINDRA 0943010143

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, Pembimbing Utama

Dra. Sumardjijati, M.si NIP. 1 9620323 199309 2 00 1

Mengetahui, DEKAN

(3)

Disusun Oleh :

RR TYASTARI DIAHAYU GIRINDRA NPM : 0943010143

Telah diper tahankan di hadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogr am Studi I lmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur Pada Tanggal 27 September 2013

Menyetujui,

PEMBIMBING

Dra. Sumardjijati, Msi NIP. 196220323 199309 2001

TIM PENGUJ I 1. Ketua

Dra. Sumardjijati, Msi NIP. 196220323 199309 2001

2. Sekertaris

Dra. Herlina Suksmawati, M.Si NIP. 19641225 199309 2001 3. Anggota

Dr a. Dyva Clar etta M.Si NPT. 3 6601 94 00251

Mengetahui, DEKAN

(4)

limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, sehingga Skripsi yang berjudul “KOMUNIKASI EFEKTIF GURU DENGAN MURID PAUD MELATI TRISULA SIDOARJ O DALAM PEMBENTUKAN MORAL ANAK” dapat penulis susun dan selesai sebagai wujud pertanggung jawaban atas tugas akhir.

Dalam proses penyelesaian Skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:

1. Rasulullah Muhammad SAW untuk inspirasi serta tuntunan yang senantiasa

mengilhami penulis dalam rangka “perjuangan” memaknai hidup.

2. Dra. Ec. Hj. Suparawati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

3. Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

4. Dra. Sumardjijati, M.si sebagai dosen pembimbing saya. Terima kasih atas segala arahan, kritikan, nasehat-nasehat dan kesabaran yang telah diberikan kepada saya selama proses bimbingan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP hingga UPN “Veteran” Jatim.

(5)

forever, group hugs!

9. The Koprals dan teman-teman seperjuangan terima kasih atas kisah dan kebersamaannya selama ini.

10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan atau keterbatasan halaman ini, untuk segala bentuk bantuan yang diberikan. Penulis ucapkan terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN...…………... ii

LEMBAR PENGESAHAN……… iii

KATA PENGANTAR……….………..……. iv

DAFTAR ISI………... vi

ABSTRAKSI... ix

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Rumusan Masalah...……….….. 5

1.3 Tujuan Penelitian...………... 5

1.4 Manfaat Penelitian...……….. 5

BAB II KAJ IAN PUSTAKA.………. 7

2.1 Landasan Teori..………... 7

2.1.1 Komunikasi Interpersonal...………. 7

2.1.2 Komunikasi Pendidikan...………... 12

2.1.3 Teori Analisis Transaksional..………...………….... 14

2.1.4 Model Komunikasi...………... 16

(7)

2.1.7 Anak Usia Dini... 22

2.1.8 Pendidikan Anak Usia Dini... 24

2.1.9 Teori Perkembangan Moral... 26

2.2 Kerangka Berpikir....…..……… 30

BAB III METODE PENELITIAN...……… 32

3.1 Jenis Penelitian...……….. 32

3.2 Definisi Konseptual... 33

3.2.1 Komunikasi Efektif...……….. 33

3.2.2 Definisi Guru...……….. 34

3.2.3 Anak Usia Dini...……….. 34

3.1.4 Definisi Moral...……….... 35

3.3 Lokasi Penelitian...………... 35

3.4 Informan dan Sistem Penarikan Informan... 36

3.5 Metode Pengumpulan Data... 36

3.6 Metode Analisis Data... 37

BAB IV PENYAJ IAN DAN ANALISIS DATA... 38

(8)

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Sidoarjo... 38

4.1.2 Gambaran Umum PAUD Melati Trisula... 39

4.2 Penyajian Data... 41

4.2.1 Identitas Informan... 42

4.2.2 Hasil Wawancara... 45

4.2.3 Hasil Observasi... 61

4.3 Analisis Data... 63

4.3.1 Komunikasi Efektif... 63

4.3.2 Perkembangan Moral... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 68

5.1 Kesimpulan... 68

5.2 Saran... 69

DAFTAR PUSTAKA... 71

(9)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengethui bagaimana komunikasi efektif dapat terbangun antara guru dan murid PAUD Melati Trisula Sidoarjo dalam menanamkan moral pada anak. Anak usia dini sedang berada pada usia keemasan mereka yang hanya terjadi satu kali seumur hidup, hal tersebut harus dimanfaatkan dengan baik. Berkomunikasi dengan anak-anak diperlukan cara khusus untuk meminimalisir kendala yang ada.

Ada 5 hukum untuk menciptakan komunikasi yaitu; rasa menghargai, empati, audible, clarity dan humble. Gabungan dari kelima hukum tersebut akan menghasilkan komunikasi yang efektif. Komunikasi dikatakan efektif apabila komunikator dapat menyampaikan pesan yang kemudian diterima oleh komunikan dan dimengerti untuk ditindaklanjuti dari isi pesan yang diterima tersebut.

Obyek penelitian ini adalah murid PAUD Melati Trisula Sidoarjo pada golongan usia 3-4 tahun, pada usia tersebut anak dikatakan mampu berkomunikasi dan belajar tentang moral untuk diterapkan dalam keseharian mereka.

Pada kenyataannya empati memiliki peran yang lebih besar daripada hukum yang lain dalam menciptakan komunikasi yang efektif, tanpa empati hukum komunikasi yang lain tidak dapat berperan dalam penerapannya.

Kata kunci : Komunikasi Efektif, Pembentukan Moral, Anak Usia Dini, PAUD.

ABSTRACT

RR TYASTARI DIAHAYU GIRINDRA. 0943010143. KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN ANAK USIA DINI DALAM PEMBENTUKAN MORAL (Studi Kasus Komunikasi Efektif Guru dengan Murid PAUD Melati Trisula Sidoarjo dalam Pembentukan Moral Anak)

The purpose of this research was to examine the efectivity of communication between teacher and their student in pre-school age in PAUD Melati Trisula Sidoarjo. It was about the maximilities of golden age that happen once in a life. The communication talked about building morality in a good way. There were many difficulty to reach that goal in reality, and it was the way we found that way out. The step of make a good communication on it.

(10)

The object of this study was children in age 3-4 years old. They were in a perfect time to communicate with people and learn about morality.

In fact emphaty had bigger part than others to make an efective communication, without that law another law could not be applicated in any condition.

(11)

1.1 Latar Belakang Masalah

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata commus yang berarti “sama”, communico, communication atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). (Mulyana, 2002:41) Komunikasi adalah suatu yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak pertama manusia itu dilahirkan sudah melakukan kegiatan komunikasi dan sampai kapanpun manusia akan tetap melakukan kegiatan komunikasi. Hubungan antara manusia akan tercipta melalui komunikasi, baik komunikasi secara verbal maupun nonverbal (symbol, gambar atau media komunikasi lainnya).

Komunikasi interpersonal atau biasa disebut komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjalin atau berlangsung antara dua orang atau sekelompok kecil orang. Dengan pengertian lain, komunikasi antarpribadi yaitu proses pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh seseorang dengan efek dan umpan balik yang langsung. Pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan komunikan yang dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat serta perilaku manusia. ( Liliweri, 1997 : 12&123 )

(12)

adalah murid yang tergolong sebagai anak berusia dini. Komunikasi tersebut penting karena anak berusia dini adalah anak dalam masa emasnya. Sehingga stimulus yang diberikan pada anak usia 0 sampai 5 tahun tersebut maksimal diserap oleh otak anak.

Dalam lima tahun pertama yang disebut dengan The Golden Years, seorang anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk berkembang. Pada usia ini, 90% dari fisik otak anak sudah terbentuk. Di masa-masa inilah anak seyogianya mulai diarahkan. Saat keemasan ini tidak akan terjadi dua kali. (Hasan 2010 : 29) Guru memiliki tantangan yang beragam saat menghadapi muridnya di usia emas tersebut, anak cenderung tidak mudah untuk diajak berkomunikasi. Mereka masih sulit untuk fokus, sehingga perlu strategi khusus untuk dapat berkomunikasi dengan mereka, untuk dapat menyampaikan pesan dan diterima dengan baik.

Satu dari enam fondasi mendidik anak menurut Maimunah Hasan (2010) dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini yang perlu diperhatikan adalah segi moral. Sekolah adalah salah satu tempat anak bisa mendapatkan pendidikan tersebut.

(13)

tersebut menunjukkan bahwa menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai moral pada peserta didik menjadi salah satu tujuan pendidikan nasional, moral menjadi aspek penting dalam pendidikan.

Berbagai kenyataan yang ada menunjukkan bahwa aspek moral anak masih memprihatinkan. Kasus pelanggaran moral bahkan terjadi dari tingkat sekolah dasar. Seorang anak Sekolah Dasar Negeri 27 Pemecutan Denpasar pada tahun 2005 terlibat perkelahian hingga menewaskan temannya, hal ini menyebabkan anak tersebut dijatuhi hukuman 10 tahun penjara (http://www.ypha.or.id). Bulan Januari tahun 2007 di Kediri, seorang siswa kelas VI SD menjadi tersangka tunggal kasus pembunuhan murid Taman Kanak-kanak dan menyebabkannya masuk Lapas Kediri (http://www.antara.com). Dan yang terakhir adalah kasus anak 8 tahun yang tega membunuh anak 6 tahun gara-gara hutang senilai seribu rupiah pada bulan April tahun 2013 (http://m.detik.com)

(14)

Locke (dalam Deighton, 1967:489) menyatakan anak-anak harus diajarkan untuk patuh terhadap moral sejak usia dini.

Komunikasi yang efektif adalah satu hal penting yang mempengaruhi baik tidaknya proses serta hasil dari pembentukan moral dan kepribadian anak. (Hasan 2010 : 35). Komunikasi yang efektif antara guru dan murid di sekolah adalah ketika guru dapat menyampaikan pesan kepada muridnya dan murid dapat menerima pesan tersebut sehingga tujuan yang diinginkan guru tercapai. Contohya bila di dalam kelas guru memberi pesan kepada muridnya untuk mewarnai gambar dan pesan tersebut dapat diterima murid kemudian mereka melakukan kegiatan mewarnai gambar. Dalam keadaan tersebut telah terjadi komunikasi yang efektif, yaitu pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik kemudian tercapailah tujuan yang diinginkan komunikator dari komunikasi tersebut.

(15)

satu petak sehingga segala kegiatan dilakukan dalam satu ruangan mulai dari makan, menonton televisi, dan tidur. Dari data pra-penelitian yang diberikan oleh Kepala Sekolah PAUD Melati Trisula Sidoarjo, 80% dari jumlah murid memiliki perkembangan moral yang baik. Hal tersebut ditandai dengan berubahnya moral anak setelah bersekolah di PAUD Melati Trisula Sidoarjo kearah yang lebih baik. Selain itu dalam upaya pembentukan moral anak PAUD Melati Trisula Sidoarjo juga bekerja sama dengan pihak perpustakaan daerah untuk kunjungan rutin dan kegiatan mendongeng di sana yang disesuaikan dengan kebutuhan moral anak pada saat itu.

Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik meneliti bagaimana komunikasi efektif guru dengan anak berusia dini dalam pembentukan moral anak. Khususnya di PAUD Melati Trisula Sidoarjo.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

“ Bagaimanakah Komunikasi Efektif Guru dengan Anak Berusia Dini dalam Pembentukan Moral Anak di PAUD Melati Trisula Sidoarjo? “

1.3 Tujuan Penelitian

(16)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Dapat digunakan untuk menambah referensi terkait komunikasi efektif, komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi. b. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan mampu memberi

kontribusi berkaitan dengan komunikasi interpersonal bagi masyarakat umum dan khususnya bagi guru PAUD dalam membentuk moral anak didiknya.

2. Secara Praktis

a. Memberikan gambaran bagi para pembaca, khususnya masyarakat mengenai komunikasi efektif yang terjadi antara guru PAUD dengan anak didiknya dalam membentuk moral anak.

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pada guru maupun orang tua tentang bagaimana menciptakan komunikasi efektif dengan anak berusia dini dalam pembentukan moralnya.

(17)

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Komunikasi Interper sonal

Komunikasi interpersonal atau biasa disebut komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjalin atau berlangsung antara dua orang atau sekelompok kecil orang. Dengan pengertian lain, komunikasi antarpribadi yaitu proses pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh seseorang dengan efek dan umpan balik yang langsung. Pada hakikatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dengan komunikan yang dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat serta perilaku manusia. ( Liliweri, 1997 : 12&123 ) Komunikasi guru dengan muridnya di kelas termasuk komunikasi antarpribadi. Guru sebagai komunikator dan muridnya menjadi komunikan. Guru memiliki pesan dengan tujuan tertentu yang disampaikan pada muridnya dengan umpan balik langsung.

(18)

Komunikasi interpersonal sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena penggunaan lima alat indera dapat mempertinggi daya penerimaan pesan yang akan disampaikan. Komunikasi antarpribadi berperan penting dalam kehidupan manusia.

Dalam komunikasi interpersonal arus komunikasi yang terjadi adalah sirkuler atau berputar, artinya setiap individu mempunyai kesempatan untuk menjadi komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi. Sehingga baik komunikator ataupun komunikan dapat memaksimalkan tersampaikannya pesan dalam komunikasi tersebut.

Menurut De Vito (2007 : 10), untuk dapat mengetahui komponen-komponen yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengirim – Penerima

Komunikasi antarpribadi paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang terlibat dalam komunikasi antarpribadi memfokuskan dan mengirimkan pesan juga menerima dan memahami pesan.

2. Encoding – Decoding

Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan-pesan yang

akan disampaikan dikode atau diformulasikan terlebih dahulu dengan menggunakan kata-kata symbol dan sebagainya

(19)

3. Pesan

Dalam komunikasi antarpribadi, pesan-pesan bisa berbentuk verbal (kata-kata) atau nonverbal (gerak tubuh, simbol) atau gabungan antara berntuk verbal dan nonverbal.

4. Saluran

Saluran di sini berfungsi sebagai media yang menghubungkan atara pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi personal yang bersifat langsung maupun kelompok lebih persuasif dibandingkan dengan saluran media massa.

Hal ini disebabkan karena pertama, penyampaian pesan melalui saluran komunikasi personal dapat dilakukan secara langsung kepada khalayak yang dituju, bersifat pribadi dan manusiawi. Kedua, penampaian melalui komunikasi personal dapat dilakukan secara rinci dan lebih fleksibel dengan kondisi nyata khalayak. Ketiga, keterlibatan khalayak dalam komunikasi cukup tinggi. Keempat, pihak komunikator atau sumber langsung dapat mengetahui reaksi, umpan balik dan tanggapan dari pihak khalayak atas isi pesan yang disampaikannya. Kelima, pihak komunikator atau sumber dapat dengan segera memberikan penjelasan apabila terdapat kesalahpahaman atau kesalahan persepsi dari pihak khalayak atas pesan yang disampaikannya.

5. Gangguan atau Noise

(20)

a. Gangguan Fisik

Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan mengganggu transmisi fisik pesan, seperti kegaduhan, interupsi, jarak dan sebagainya. b. Gangguan Psikologis

Gangguan ini timbul karena adanya perbedaan gagasan dan penilaian subyektif diantara orang yang terlibat dalam komunikasi seperti emosi, perbedaan nilai-nilai, sikap dan sebagainya.

c. Gangguan Semantik

Gangguan ini terjadi karena kata-kata atau simbol yang digunakan dalam komunikasi sering kali memilliki arti ganda sehingga menyebabkan penerima gagal dalam menagkap maksud dari pesan yang disampaikan.

6. Umpan Balik

Umpan balik memainkan pernanan yang sangat penting dalam proses komunikasi antarpribadi, karena pengirim dan penerima secara terus menerus bergantian memberi umpan balik dalam berbagai cara, baik secara verbal maupun nonverbal. Umpan balik bersifat positif apabila dirasa saling menguntungkan. Bersifat negatif apabila merugikan.

7. Konteks

(21)

a. Dimensi Fisik, mencakup tempat dimana komunikasi berlangsung, misalkan komunikasi antara guru dengan murid di dalam kelas, hal tersebut berperan sebagai dimensi fisik.

b. Dimensi Sosial Psikologi, mencakup hubungan yang memperhatikan masalah status, peranan yang dimainkan, norma-norma kelompok masyarakat, keakraban, formalitas dan sebagainya.

8. Bidang Pengalaman (Field of Experience)

Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi antarpribadi. Komunikasi akan terjadi apabila para pelaku terlibat dalam komunikasi dengan bidang pengalaman yang sama.

9. Efek

Hasil yang ditimbulkan dari pesan yang disampaikan. Misalkan guru mengirim pesan kepada muridnya untuk mengerjakan tugas, efek dari komunikasi tersebut adalah murid memahami pesan dan mengerjakan tugas atau sebaliknya.

(22)

terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar.

2.1.2 Komunikasi Pendidikan

Dunia pendidikan sangat membutuhkan sebuah pemahaman yang sistematis tentang pemanfaatan komunikasi dalam implementasi belajar dan mengajar. Tanpa komunikasi yang baik maka pendidikan akan kehilangan cara dalam membangun kualitas yang diharapkan dari hasil belajar yang dilakukan. Hampir 80 persen kegiatan guru di kelas adalah kegiatan komunikasi, baik verbal maupun non verbal.

Komunikasi pendidikan memberi kontribusi sangat penting dalam pemahaman dan praktik interaksi serta tindakan dari seluruh individu yang terlibat dalam kegiatan pendidikan. Makna komunikasi pendidikan secara sederhana adalah komunikasi yang terjalin dalam suasana pendidikan. Komunikasi tidak lagi bebas tetapi dikendalikan dan dikondisikan untuk tujuan-tujuan pendidikan. (Mulyana 2000:54)

Berikut ini adalah fungsi komunikasi pendidikan sebagaimana menurut Efendi:

1. Fungsi Informatif

(23)

apa yang ingin disampaikan oleh guru kepada muridnya dapat diberikan dalam bentuk lisan maupun tulisan.

2. Fungsi Edukatif

Berfungsi mendidik masyarakat, mendidik setiap orang dalam menuju pencapaian kedewasaan bermandiri. Seseorang bisa banyak tahu karena banyak mendengar, membaca dan banyak berkomunikasi.

3. Fungsi Persuasif

Maksudnya adalah bahwa komunikasi sanggup membujuk orang untuk berperilaku sesuai dengan kehendak yang diinginkan oleh komunikator. Membangkitkan kesadaran dari bimbingan yang diberikan agar terjadi perubahan sikap dengan kerelaan hati karena memahami, bukan karena terpaksa.

4. Fungsi Rekreatif

Dapat menghibur pada saat tertentu, misalnya melalui dongeng yang disampaikan guru kepada muridnya.

(24)

Unsur yang lain adalah tujuan dari komunikasi tersebut, apakah yang ingin dicapai dengan adanya komunikasi antara pendidik dan peserta didik tersebut. Kemudian adalah cara yang digunakan dalam membimbing, dalam hal ini adalah alat dan metode yang digunakan dalam pembelajaran. Unsur yang terakhir adalah tempat kegiatan tersebut berlangsung, atau bisa disebut lingkungan pendidikan.

2.1.3 Teori Analisis Transaksional

Teori komunikasi interpersonal salah satunya adalah teori analisis transaksional, dalam teori ini suatu komunikasi dipandang sebagai sebuah sistem. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Teori ini dikemukakan oleh Eric Berne dalam bukunya Games People Play.

Kata transaksi megacu pada pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi interopersonal juga dikenal adanya transaksi yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik pesan verbal atau nonverbal. Teori ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi tentang pihak-pihak yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan. (Berne, 2004)

Dalam diri setiap manusia memiliki tiga status ego yang mengacu pada sikap orangtua (P. Exteropsychic); sikap orang dewasa (A. Neopsychic) dan ego anak (C. Aeropsychic) ketiganya dimiliki setiap orang baik dewasa, anak-anak, maupun orangtua.

(25)

1. Melihat tingkah laku nonverbal maupun verbal yang digunakannya. Selain itu juga melalui verbal yaitu pilihan kata yang digunakan karena seringkali tingkah laku adalah gabungan dari keduanya.

2. Mengamati bagaimana sikap seseorang ketiga bergaul dengan orang lain. Jika seseorang bersikap sangat menggurui, maka seseorang itu dikuasai oleh ego orangtua dan apabila seseorang itu sering merajuk maka seseorang itu dikuasai ego anak. Namun apabila seseorang suka bertanya dan mencari fakta-fakta atau latar belakang suatu kejadian maka irang tersebut dikuasai olah sikap dewasa.

3. Mengingat kembali keadaan seseorang tersebut sewaktu masih kecil kemudan dibandingkan dengan yang saat ini. Cara berbicara, gerak gerik nonverbal.

4. Mengecek perasaan diri sendiri. Perasaan seseorang muncul pada konteks, tempat tertentu yang sangat mempengaruhi apakah lebih banyak sikap dewasa, orangtua atau anak-anak yang mempengaruhi seseorang.

(26)

Berikut ini adalah posisi dasar seseorang jika berkomunikasi antarpribadi secara efektif dengan orang lain menurut Berne. Ada empat posisi, yaitu :

1. Saya OK, kamu OK (I’m OK, you’re OK)

2. Saya OK, kamu tidak OK (I’m OK, you’re not OK) 3. Saya tidak OK, kamu OK (I’m not OK, you’re OK)

4. Saya tidak OK, kamu tidak OK (I’m not OK, you’re not OK)

2.1.4 Model Komunikasi

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan dua orang atau lebih dengan interaksi tatap muka ataupun bermedia dan biasanya feedback bersifat langsung dan efeknya cepat diketahui. Berikut ini adalah model Tubbs yang menggambarkan komunikasi dua orang (diadik).

(27)

komunikator. Kedua orang tersebut mengirim dan menerima pesan sepanjang waktu. ( dalam Mulyana, 2003:57)

2.1.5 Komunikasi Efektif

Komunikasi interpersonal dapat dikatakan efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana maksud pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan sukarela oleh penerima pesan, dapat meningkatkan kualitas hubungan antatrpribadi, dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, dalam buku Komunikasi Antarpersonal 2011).

Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi interpersonal dkatakan efektif apabila memenuhi tiga persyaratan utama yaitu: (1) pengertian yang ama terhadap makna pesan; (2) ditindaklanjuti dengan perbuatan suka rela, (3) meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi.

Menuurut (Prijosaksono, 2002) dalam bukunya Make Your Self a Leader, ada lima hukum komunikasi yang efektif, berikut penjelasannya :

1. Respect (sikap menghargai)

(28)

2. Empati

Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi orang lain. Prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Empati juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perspektif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap positif.

3. Audible

Makna dari audible adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Hukum ini mengacu pada kemampuan dalam menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu yang akan membantu pesan tersampaikan dan diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan yang disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.

4. Clarity

(29)

5. Humble

Hukum kelima dalam membangun komunikasi efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain yaitu didasari oleh sikap rendah hati.

Komunikasi efektif menurut Mc Crosky, Larson dan Knapp dapat dicapai dengan mengusahakan accuracy yang paling tinggi derajatnya dalam setiap situasi.

Untuk kesamaan dan ketidaksamaan dalam derajat pasangan komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi, Everett M.Rogers mengetengahkan istilah homophily dan heterophily yang dapat memperjelas hubungan komunikator dan komunikan dalam komunikasi antarpribadi.

Homophily adalah sebuah istilah yang menggambarkan derajat pasangan

perseorangan yang berinteraksi yang memiliki kesamaan dalam sifatnya, seperti kepercayaan, nilai, pendidikan, status sosial, dan sebagainya.

Heterophily sebagai kebalikan dari homophily, didefinisikan sebagai

derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi yang berada dalam sifat-sifat tertentu.

(30)

Homophily dan komunikasi efektif saling menguatkan satu sama lain. Lebih sering berkomunikasi, lebih besar kemungkinan untuk menjadi homophily. Lebih bersifat homophily, lebih besar kemungkinan untuk berkomunikasi efektif. (Effendy, 2003:61)

2.1.6 Gur u

Definisi guru dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005, guru adalah pendidik profesional dengan tugas uama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. (pasal 1 ayat 1).

Tugas guru menurut Daoed Yoesoef (dalam Hasan 2010) ada tiga, yaitu tugas profesional, tugas manusiawi dan tugas kemasyarakatan. Tugas profesional seorang guru adalah meneruskan ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.

Tugas manusiawi adalah tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama manusaia kelak dengan sebaik-baiknya. Sedangkan tugas kemasyarakatan adalah konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik turut mengemban apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara melalui UUD 1945 dan GBHN. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja, tetapi guru juga harus mampu menjadi motivator dan dinamisator pembanguanan dimana tempat ia tinggal.

(31)

1. Peran guru sebagai pendidik, merupakan peran yang berkaitan dengan tugas memberi bantuan dan dorongan, pengawasan dan pembinaan serta tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar menjadi patuh terhadap aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.

2. Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru dapat menjadi contoh. Oleh karena itu tingkah laku pendidik harus sesuai dengan apa yang diajarkannya kepada anak didik.

3. Peran guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah. Misalkan hasil belajar yang berupa tingkah laku dan spiritual anak.

4. Peran guru sebagai pelajar. Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan supaya dapat mengikuti perkembangan jaman yang ada.

5. Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan mengembangkan kemampuannya.

(32)

7. Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai adminitrator bidang pendidikan dan pengajaran. Seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebgainya.

2.1.7 Anak Usia Dini

Pengertian tentang anak selalu dikaitkan dengan batas usia yang di dalamnya masih mengandung rentang usia yang dibedakan kedalam beberapa tahapan sesuai dengan tahapan perkembangannya. (Hurlock, 1980) membaginya dalam tiga tahap perkembangan, yaitu : masa bayi masa awal kanak-kanak dan masa akhir kanak-kanak.

Masa awal kanak-kanak memiliki rentang usia antara 2 sampai dengan 6 tahun. Pada masa bayi, orang tua pada umumnya menitikberatkan pada masalah perawatan fisik bayi, maka masa kanak-kanak seringkali masalah perilaku anak yang dihadapi orang tua.

Anak usia dini adalah anak berumur antara 0 sampai dengan 5 tahun, usia tersebut merupakan usia perkembangan otak yang maksimal, saat-saat emas yang sangat menentukan masa depan mereka. (Ambron, 1981 : 45). Dalam lima tahun pertama yang disebut dengan The Golden Years, seorang anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk berkembang. Pada usia ini, 90% dari fisik otak anak sudah terbentuk. Di masa-masa inilah anak seyogianya mulai diarahkan. Saat keemasan ini tidak akan terjadi dua kali. (Hasan 2010 : 29)

(33)

1. Tahap percaya dan curiga (usia anak sejak lahir sampai 1 tahun). Pada tahap ini yang dipelajari oleh anak adalah bahwa mereka dapat mempercayai lingkungannya. Timbulnya percaya pada anak dibantu adanya pengalaman yang terus-menerus dan berkesinambungan yang memberikan rasa percaya pada anak. Pemenuhan kebutuhan dasar, kasih sayang orangtua bahwa lingkungannya dapat dipercaya atau diandalkan. Sebaliknya apabila pengasuhan yang diberikan tidak memenuhi kebutuhan dasar dan tanpa kasih sayang yang cukup maka anak akan cemas dan mencurigai lingkungannya.

2. Tahap yang kedua adalah mandiri dan ragu-ragu (usia anak 2-3 tahun) dalam tahap ini anak mendapat kesempatan untuk melakukan apa yang diinginkan sesuai dengan caranya sendiri sehingga anak bisa mendapatkan manfaat dari apa yang dilakukannya tentu saja dengan pengawasan dan bimbingan dari orangtua atau guru. Tetapi apabila orangtua atau guru terlalu melarang dan tidak sabar dalam membimbing anak melakukan kegiatan mereka sendiri, maka akan timbul sikap ragu-ragu pada anak tersebut. Orangtua atau guru harus menghindari sikap membuat malu pada anak apabila yang mereka lakukan tidak sesuai dengan yang seharusnya.

(34)

berbagai kegiatan, anak yang perkembangannya baik dengan rasa percayanya akan mulai timbul keinginan dan inisiatifnya. Apabila diberi kebebasan untuk menjelajahi dunia mereka kemudian menghadapi masalah, mereka bisa mengatasinya. Tapi apabila yang terjadi sebaliknya maka yang akan timbul adalah rasa bersalah pada anak.

Berikut ini adalah permasalahan tingkah laku pada anak menurut Hallahan dan Kauffman (F.J Monks dkk, 2006) bahwa anak mempunyai masalah tingkah laku atau permasalahan emosional yang menonjol. Anak dalam golongan ini mempunyai beberapa ciri menonjol seperti berkelahi, mencuri, mengganggu anak lain, membolos, tidak dapat berkonsentrasi, hiperaktif, menarik diri dari pergaulan dan kecemasan.

2.1.8 Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

(35)

pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal dan informal.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan mendasar yang arahnya sebagai berikut :

1. Pertumbuhan dan perkembangan fisik, dalam hal ini adalah koordinasi motorik anak.

2. Kecerdasan, terdiri dari daya pikir, daya cipta kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual.

3. Sosioemosional, meliputi sikap, moral dan agama.

Berikut ini adalah pembahasan mengenai metode atau teknik pendidikan PAUD menurut Ilham Permadi (2010) dalam bukunya yang berjudul Pendidikan PAUD. Metode yang pertama adalah metode bermain. Bermain merupakan bagian dari masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak. Bermain adalah kegiatan yang memberikan kepuasan bagi diri sendiri dan dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri lebih ditekankan pada caranya dan hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut. Bermain merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan yang dilakukan dalam konteks non serius.

(36)

1. Bermain membantu pertumbuhan anak.

2. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela. 3. Bermain memberi kebebasan anak untuk bertindak.

4. Bermain memberikan dunia khayal yang dapat dikuasai. 5. Bermain memiliki unsur berpetualang di dalamnya. 6. Bermain meletakkan dasar pengembangan bahasa.

7. Bermain memiliki pengaruh yang unik dalam pembentukan hubungan antar pribadi.

8. Bermain memberi kesempatan untuk menguasai diri secara fisik. 9. Bermain memperluas minat dan pemusatan perhatian.

10. Bermain merupakan cara anak untuk memahami sesuatu.

11. Bermain merupakan cara anak untuk memahami peran orang dewasa. 12. Bermain merupakan cara dinamis untuk belajar.

13. Bermain menjernihkan pertimbangan anak akan sesuatu. 14. Bermain dapat distruktur secara akademis.

15. Bermain merupakan kekuatan hidup.

16. Bermain merupakan sesuatu yang esensial bagi kelestarian hidup manusia.

(37)

1. Penanaman nilai-nilai budaya. 2. Penanaman nilai-nilai sosial. 3. Penanaman nilai-nilai agama.

4. Penanaman tentang etos kerja dan etos waktu.

5. Membantu mengembangkan fantasi dan imajinasi anak. 6. Membantu mengembangkan dimensi kognitif anak. 7. Membantu mengembangkan dimensi bahasa anak.

Berikutnya adalah metode proyek sederhana, yang dimaksud adalah melatih anak untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 anak. Setiap kelompok diberi proyek kecil yang hasilnya menjadi karya dari kelompok tersebut. Metode ini melatih anak bekerja sama dan mengembangkan kemampuan sosial mereka.

Kerja kelompok besar adalah metode yang selanjutnya. Metode ini merupakan lanjutan dari metode sebelumnya, perbedaannya terletak pada jumlah anak dalam satu kelompok. Jika anak dirasa sudah mampu bekerja sama dengan anggota lain dalam kelompok kecil maka perlahan kemampuan tersebut dikembangkan dalam metode kerja kelompok besar ini.

(38)

Metode tanya jawab. Metode ini memiliki makna penting yang memberikan pembelajaran bagi anak memahami sesuatu dan mengungkapkannya melalui jawaban. Metode ini melatih kemampuan anak dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Pola pikir anak juga menjadi berkembang melalui rangsangan pertanyaan yang diberikan kepadanya.

Metode demontrasi. Dalam metode ini anak diajarkan untuk dapat memahami proses terjadinya sesuatu atau hal lain melalui pemaparan dan peragaan langsung dari guru. Diharapkan anak-anak dapat mengerti langkah-langkah pelaksanaan suatu kegiatan dan dapat mempraktekan sendiri kegiatan tersebut sebagai hasil dari belajar.

Metode yang terakhir adalah circle time. Metode ini dilakukan dengan anak-anak duduk melingkar dan guru berada di tengah lingkaran tersebut. Kegiatan yang dilakukan bisa berbagai macam, seperti bernyanyi, mendongeng ataupun mengaji. Metode ini dimaksudkan agar anak fokus pada hal apapun yang sedang disampaikan oleh guru di hadapan mereka.

2.1.9 Teori Per kembangan Moral

Menurut Kohlberg perkembangan moral terjadi dalam tiga tahap yaitu tingkat moralitas prakonvensional, tingkat moralitas konvensional dan tingkat moralitas pasca konvensional. (Hurlock, 1998 :79)

(39)

untuk memperoleh penghargaan. Pada stadium pertama yaitu moralitas heteronom, penalaran moral terkait dengan hukuman. Anak berpikir bahwa mereka harus patuh karena takut hukuman. Stadium kedua adalah individualisme, tujuan instrumental, dan pertukaran. Pada tahap ini penalaran individu adalah memikirkan kepentingan diri sendiri adalah hal yang benar dan hal ini berlaku juga untuk orang lain. Karena itu menurut anak hal yang benar adalah sesuatu yang melibatkan pertukaran yang setara.

Tahap kedua yaitu tingkat moralitas konvensional, anak menyesuaikan dengan peraturan untuk mendapat persetujuan orang lain dan untuk mempertahankan hubungan mereka. Dalam tahap ini anak yakin bahwa kelompok sosial menerima peraturan yang sesuai bagi seluruh anggota kelompok, mereka harus berbuat sesuai dengan peraturan tersebut agar terhindar dari kecaman dan ketidaksetujuan sosial. Stadium ketiga di tahap ini adalah ekspektasi interpersonal mutual, hubungan dengan orang lain, dan konformitas interpersonal. Pada tahap ini anak menghargai kepercayaan, perhatian dan kesetiaan dengan orang lain sebagai dasar penilaian moral. Stadium keempat adalah moralitas sistem sosial. Penilaian moral didasari oleh pemahaman tentang keteraturan di masyarakat, hukum, keadilan dan kewajiban. Pemikiran bahwa aturan yang ada harus dijaga.

(40)

luas dari hukum. Dan pada stadium keenam individu mengembangkan standar moral berdasarkan kepuasan diri.

Mengacu pada teori perkembangan moral milik Lawrence Kohlberg, anak-anak pada masa kanak-kanak awal. Penalaran kognitif anak ada pada tahap pra-operasional. Perkembangan moralnya juga masih sangat terbatas. Berdasarkan teori tersebut penalaran moral pada tingkat ini mendasarkan pada objek diluar individu sebagai ukuran benar atau salah. Anak pada masa ini ada pada stadium orientasi patuh dan takut hukuman. Tingkah laku benar maka tidak mendapat hukuman dan tingkah laku salah mendapat hukuman. Seseorang harus patuh pada otoritas karena otoritas tersebut berkuasa. (Monks dkk, 2001 dalam Soetjiningsih 2012)

2.2 Kerangka Ber fikir

Berdasarkan kajian pustaka tersebut maka dapat disajikan alur kerangka berpikir penelitian sebagai berikut :

Untuk dapat membentuk moral yang baik pada anak, diperlukan komunikasi yang efektif antara guru dan murid. Dari data pra-penelitian diperoleh, 80% siswa dari

GURU M URID

PERKEM BANGAN M ORAL

(41)
(42)

3.1 J enis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif penelitiannya fokus pada kedalaman penelitian dan hasil penelitan tidak dapat digeneralisasikan. Tipe penelitian deskriptif bertujuan membuat gambaran atau deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Peneliti sudah memiliki konsep dan kerangka konseptual (landasan teori), peneliti melakukan operasionalisasi konsep yang akan menghasilkan variabel beserta indikatornya. (Rachmat, 2006:69)

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yang tidak menggunakan statistik atau angka-angka tertentu. Hasil dari penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan (membuat kesimpulan yang bersifat umum) atau bersifat universal, jadi hanya berlaku pada situasi dan keadaan yang sesuai dengan situasi dan keadaan dimana penelitian serupa dilakukan. (Kountur, 2003:29)

(43)

mendengarkan secara cermat sampai pada sekecil-kecilnya sekalipun dengan wawancara mendalam. (Bondan dalam Moeleong, 2002:117)

3.2 Definisi Konseptual 3.2.1 Komunikasi Efektif

Komunikasi interpersonal dapat dikatakan efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan sukarela oleh penerima pesan. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa komunikasi interpersonal dikatakan efektif apabila memenuhi tiga persyaratan utama, yaitu:

1. Pengertian yang sama terhadap makna pesan.

Salah satu indikator komunikasi efektif adalah apabila makna pesan yang dikirim oleh komunikator sama dengan makna pesan yang diterima oleh komunikan. Sehingga tidak terjadi mis komunikasi diantara keduanya. 2. Melaksanakan pesan secara sukarela.

Indikator berikutnya adalah komunikan menindaklanjuti pesan tersebut dengan perbuatan dan dilakukan secara sukarela, tidak karena terpaksa. Komunikasi interpersonal yang efektif mampu mempengaruhi emosi pihak-pihak yang terlibat komunikasi kedalam suasana nyaman, harmonis dan bukan suasana tertekan.

(44)

3. Meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi.

Efektivitas dalam komunikasi interpersonal akan mendorong terjadinya hubungan yang positif terhadap pihak-pihak yang berkomunikasi tersebut. Hal itu disebabkan pihak-pihak yang berkomunikasi merasakan memperoleh manfaat dari komunikasi tersebut dan merasa perlu untuk menjaga dan memelihara hubungan antarpribadi mereka.

3.2.2 Gur u

Definisi guru dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005, guru adalah pendidik profesional dengan tugas uama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. (pasal 1 ayat 1)

Sebagai fungsinya guru adalah pengganti orangtua di sekolah yang berkewajiban mendidik dan mengajar siswa-siswinya agar menjadi pribadi yang lebih baik.

3.2.3 Anak Usia Dini

(45)

usia tersebut materi pengajaran dan pendidikan yang diberikan adalah seputar moral.

3.2.4 Moral

Moral adalah perbuatan baik yang mensejahterakan kehidupan manusia maksudnya adalah perbuatan yang manfaatnya tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain dan bahkan perbuatan tersebut dapat meningkatkan kualitas hubungan seseorang dengan orang lain. Dalam hal ini moral yang dimaksud adalah moral yang sifatnya masih sangat mendasar dan sesuai untuk diterapkan di kehidupan anak usia dini, bagaimana seorang anak tau penggunaan tangan kanan untuk memberi dan menerima sesuatu, penggunaan kata tolong, maaf dan terima kasih dalam kehidupan sehari hari, jujur dalam berkata dan bertindak serta kesadaran akan pentingnya berpakaian dan rasa malu jika tidak memakainya dengan benar, juga pentingnya menjaga kebersihan. Semua hal tersebut yang akan melekat dan diterapkan sepanjang usia seseorang.

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di PAUD Melati Trisula Sidoarjo, yang beralamat di Jalan Yos Soedarso 63, Sidoarjo. Alasan peneliti memilih PAUD Melati Trisula Sidoarjo, karena sekolah tersebut memiliki kegiatan yang nyata terkait pendidikan moral. PAUD Melati Trisula Sidoarjo bekerja sama dengan perpustaan daerah untuk memaksimalkan perkembangan moral siswa-siswinya.

(46)

3.4 Infor man dan Teknik Penarikan Infor man

Informan pertama dalam penelitian ini adalah Ibu Sari Nurgayatri selaku Kepala Sekolah PAUD Melati Trisula Sidoarjo. Dari informan pertama ini peneliti bisa mendapatkan informasi seputar sistem dan materi pengajaran tentang moral yang diterapkan di sekolah tersebut.

Informan kedua dan ketiga adalah guru yang bersangkutan yaitu pengajar dan muridnya di kelas dalam golongan usia 3-4 tahun di PAUD Melati Trisula Sidoarjo, sebagai pelaku yang menerapkan materi moral dan berkomunikasi langsung dengan murid.

Informan keempat dan kelima adalah murid golongan usia 3-4 di PAUD Melati Trisula Sidoarjo untuk kroscek apakah anak mampu memahami pesan yang disampaikan dan menerapkan moral yang baik di keseharian mereka.

Informan keenam dan ketujuh adalah ibu kandung dari kedua murid PAUD Melati Trisula Sidoarjo yang telah diwawancarai, sebagai kroscek apakah anak benar mengalami perkembangan moral melalui perilaku mereka ketika di rumah.

3.5 Metode Pengumpulan Data

(47)

berstruktur menurut Mulyana (2002:183) relvan dengan teori yang menggunakan teori interaksi simbolik (penelitian kualitatif), karena hal itu memungkinkan pihak yang diwawancarai untuk mendefnisikan diri diri dan lingkungannya atau menggunakan istilah-istilahnya sendiri berdasarkan kultur dan tradisi yang mereka anut. Sebagian besar wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan tape recorder atas iseizin informan. Cara ini digunakan untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam mengutip setiap pernyataan yang disampaikan informan.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini didukung juga dengan teknik observasi, yaitu melakukan pengamatan dengan menggunakan penglihatan yang tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan. (Soehartono, 2004:69)

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis deskriptif. Iqbal Hasan (2001:7) menjelaskan bahwa metode analisis ini adalah bagian dari cara pengumpulan data, dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Analisis deskriptif hanya berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data atau keadaan. Analisa deskriptif berfungsi menerangkan keadaan, gejala, atau persoalan. Untuk penarikan kesimpulan hanya ditujukan pada data yang ada.

(48)

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

(49)

4.1 Gambaran Obyek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Sidoar jo

Kabupaten Sidoarjo merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur Indonesia, Ibukotanya adalah Sidoarjo. Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik di utara, Selat Madura di timur, Kabupaten Pasuruan di selatan serta Kabupaten Mojokerto di barat. Sidoarjo dikenal sebagai penyangga utama kota Surabaya dan termasuk kawasan gerbang Kertosusila. Luasnya 591,59 kilometer persegi.

Bandara internasional Juanda dan terminal bus Purabaya yang dianggap milik Surabaya berada di wilayah kabupaten ini. Terminal Purabaya merupakan gerbang utama Surabaya dari arah selatan dan salah satu terminal bus terbesar di Asia Tenggara. Kereta komuter Surabaya Sidoarjo Porong menghubungkan kawasan Sidoarjo dengan Surabaya. Industri dan jasa merupakan sektor perekonomian utama Sidoarjo. Selat Madura di timur merupakan daerah penghasil perikanan diantaranya ikan, udang dan kepiting. Sidoarjo juga terkenal dengan sebutan Kota Petis.

(50)

Daerah ini memiliki objek wisata yang menarik, diantaranya adalah pantai Kepetingan, Pucukan dan Gesik Cemandi. (www.jatimprof.go.id)

4.1.2 Gambaran Umum PAUD Melati Trisula

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu kebutuhan yang mendasar di segala kalangan masyarakat. Karakter seseorang dibentuk dari usia sedini mungkin, hal tersebut membutuhkan perhatian dan penanganan khusus. Paud Melati Trisula Sidoarjo berdiri pada 10 Januari 2008, banyaknya potensi calon anak didik yang berada di sekitar PAUD Melati Trisula Sidoarjo khususnya keluarga dari golongan ekonomi menengah ke bawah merupakan dasar pemikiran pendirian PAUD Melati Trisula Sidoarjo sebagai wujud nyata kepedulian terhadap pendidikan anak-anak dari golongan yang tidak mampu.

(51)

Tujuan dari pendirian PAUD Melati Trisula adalah:

a. Mengasuh anak usia dini, memberikan lingkungan yang layak bagi perkembangan jiwa anak.

b. Membantu peserta didik dalam pengembangan sisi kecerdasan, kematangan emosi, moral dan spiritual anak sejak dini.

Hasil belajar yang diharapkan:

a. Peserta didik memiliki dasar-dasar pengetahuan, sikap, keterampilan dalam menghadapi tugas yang diberikan untuk dapat melanjutkan jenjang pendidikan yang selanjutnya.

b. Peserta didik dapat belajar bersosialisasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya dan berkepribadian yang baik.

Sistem pengajaran dalam kegiatan belajar adalah dengan menerapkan sistem bermain dan belajar pada umumnya dengan banyak memberikan contoh nyata dan pendekatan secara personal dengan anak dan orang tua melalui buku penghubung. Sehingga apa yang diajarkan di sekolah dapat diketahui dan dilanjutkan oleh orang tua di rumah masing-masing.

(52)

Golongan kedua adalah usia tiga sampai empat tahun. Di golongan ini anak mulai diajarkan untuk berbagi dengan teman, cara berpakaian, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, berinteraksi dengan sekitar, menggunakan kata tolong, terima kasih dan maaf dan lain sebagainya seputar sikap, ucapan dan kebiasaan. Di golongan ini dongeng mulai diperkenalkan untuk menyampaikan pesan moral dari suatu cerita.

Golongan ketiga adalah golongan usia lima tahun. Di golongan ini anak mulai diajarkan membaca, berhitung, untuk persiapan menuju jenjang pendidikan yang selanjutnya namun tetap tidak meninggalkan penanaman moral anak sesuai dengan yang mereka butuhkan seperti apa yang diajarkan di golongan kedua.

4.2 Penyajian Data

Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti melibatkan lima informan untuk memperoleh data yang dibutuhkan melalui wawancara dan observasi di lapangan. Kelima informan tersebut adalah kepala sekolah, guru kelas dari golongan usia 3-4 tahun dan anak didik dari golongan usia tersebut. Berikut adalah data penelitian yang terkumpul:

4.2.1 Identitas Infor man Infor man 1

(53)

Informan 1 merupakan salah satu narasumber yang sesuai dengan target yang telah ditentukan peneliti. Ibu Sari memiliki latar belakang pendidikan psikologi dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Dalam kesehariannya, Ibu dua anak ini juga aktif berkegiatan organisasi PERWARI yaitu Persatuan Wanita Republik Indonesia. Ibu Sari menunjukkan kepedulian sosialnya dengan mendirikan PAUD Melati Trisula Sidoarjo.

Dalam perannya di sekolah, Ibu Sari tidak hanya sebagai kepala sekolah tetapi juga berinteraksi langsung dengan anak-anak dari tiap kelas, sesekali juga bermain dengan anak-anak di waktu istirahat. Pembawaan Ibu Sari yang riang dan ramah disukai oleh anak-anak di PAUD Melati Trisula Sidoarjo. Tak jarang mereka berebut peluk saat sedang bermain bersama.

Infor man 2

(54)

Infor man 3

Informan ketiga adalah Ibu Siti Maisaroh berusia 32 tahun dan beralamat di Pondok Buana Kavling 11 Sidoarjo selaku guru PAUD Melati Trisula Sidoarjo golongan usia 3-4 tahun. Ibu Siti memiliki 5 anak dan kesemuanya anak beliau didik sendiri untuk menjadi penghafal Al-Qur’an. Salah satu anak dari Ibu Siti yang berusia 3 tahun bersekolah di PAUD Melati Trisula Sidoarjo, suami dari Ibu Siti bekerja sebagai sopir angkutan umum. Kepedulian dan kecintaan terhadap anak-anak, juga kemampuan dalam mendidik anaknya tersebut yang menjadi bekal beliau menjadi guru sukarelawan di sekolah. Informan 3 merupakan salah satu narasumber yang sesuai dengan target yang telah dientukan peneliti yang dalam hal ini berperan sebagai pihak yang berhadapan langsung dengan anak berusia dini dalam menanamkan moral pada murid PAUD Melati Trisula Sidoarjo.

Infor man 4

(55)

Dalam kesehariannya di sekolah, Nauval anak yang mau menang sendiri dan sering mengamuk. Nauval akan terus menangis dan tidak mau melakukan apapun jika keinginannya tidak dipenuhi. Jika semakin diperhatikan, ia akan semakin keras menangis, ibu guru di sekolah biasanya memberi Nauval waktu untuk menangis selama 20 detik, selama menangis Nauval diberi pengertian bahwa tidak boleh menangis lebih dari waktu yang sudah ditentukan. Ibu guru menghitung setiap detik yang berlalu tepat di samping Nauval berdiri, di hitungan ke dua puluh tangisnya berhenti.

Infor man 5

Informan 5 adalah Hulalah Lutfiah berusia 4 tahun, selaku murid PAUD Melati Trisula Sidoarjo golongan usia 3-4 tahun sebagai pihak yang berkomunikasi dengan guru dalam proses penanaman moral anak. Hula anak terakhir dari tiga bersaudara. Bertempat tinggal di rumah kontrakan yang beralamat di jalan Yos Soedarso 69 Sidoarjo. Hulalah anak terakhir dari tiga bersaudara. Dalam kesehariannya Hulalah adalah anak yang aktif dan mudah beradaptasi dengan sekitarnya.

Infor man 6

(56)

untuk berkumpul dengan keluarga hanya di malam hari. Selebihnya Nauval diasuh oleh ayahnya. Nauval adalah anak tunggal dari Ibu Istiani

Infor man 7

Informan 7 adalah Ibu Nur Jannah Ibu dari Hulalah. Ibu Nur Jannah berusia 35 tahun dan dalam kesehariannya Ibu 3 anak ini adalah berdagang pakaian. Hulalah adalah anak ketiga dari Ibu Nur Jannah dan Bapak Amin.

4.2.2 Hasil Wawancara Infor man 1

Dari informan 1 data yang diperoleh mengenai acuan pengajaran tentang moral dan cara berkomunikasi dengan anak berusia dini secara teoritis serta hasil yang ingin dicapai dari pembelajaran tersebut.

Ditanya mengenai pembelajaran moral, Ibu Sari menjelaskan:

“Belajar moral itu bisa dari segala materi yang diajarkan, mbak... tinggal kita

mau fokus dari sudut pandang mana melalui materi itu. Dan yang paling penting

adalah contoh nyata dari perilaku sehari-hari, misalkan kita menanamkan dan

membiasakan tidak duduk di meja, tidak membuang sampah sembarangan, cara

berpakaian yang benar, cara menggosok gigi dan yang lain-lain.”

(Interview: 1 Agustus 2013 pukul 11:00 WIB)

(57)

“Ya misale sekarang ini loh mbak, kan tema belajar anak kali ini adalah hewan

ya dari hewan itu selain penjelasan umum seputar nama-nama hewan dan

makanannya apa, bagaimana bentuk dan apa warnanya, pelajaran moral yang

bisa diberikan dari tema tersebut adalah bagaimana memperlakukan hewan itu.

Misalnya kita kasih tau kalau kita tidak boleh melempari kucing dengan batu

karena dilempari batu itu sakit. Ya semacam itu lah mbak, moral yang sederhana

bisa diangkat dari materi apa saja.”

(Interview: 1 Agustus 2013 pukul 11:00 WIB)

Dikatakan sebelumnya bahwa contoh nyata yang diberikan sangat penting untuk membentuk moral. Seperti apa yang disebutkan di pernyataan sebelumnya, moral yang dimaksud adalah moral yang sederhana seperti membiasakan untuk tidak duduk di meja, tidak membuang sampah sembarangan, cara berpakaian yang benar dan lain-lain; menyampaikan hal-hal tersebut pada anak agar dapat diterima dilakukan dengan cara tertentu. Berikut adalah penjelasannya:

“Caranya sih beda-beda ya mbak, tergantung karakter anaknya. Ada yang bisa

Cuma dikasih tau kalo meja itu tempat untuk makan, untuk naruh buku bukan

buat duduk dan bisa langsung manut. Ada yang harus pake digandeng turun dari

meja dan didudukin di kursinya. Tapi pada dasarnya semua harus diberi

penjelasan lebih dulu, kenapa anak harus begini dan tidak boleh begitu. Juga

mesti sabar bolak-balik ngasih tau. Dan contoh sikap yang benar harus selalu

diberikan.”

(Interview: 1 Agustus 2013 pukul 11:00 WIB)

(58)

“...anak-anak itu diajari kalo mau pergi harus pakai baju yang bener, kalo ndak

ya malu. Diberi pengertian begitu, mbak. Nanti prakteknya ya belajar

mengancingkan kancing baju, dan pake alas kaki kalo pergi ga nyeker. Gosok

gigi juga dikasih tau pentingnya selain biar kalo ngomong sama orang lain ga

bau mulutnya juga biar ga pada bolong giginya. Prakteknya ya kita kasih permen

dulu makan sama-sama terus anak-anak tinggal praktek sikat gigi bersama di

sekolah pada bawa sikat sendiri dari rumah.”

(Interview: 1 Agustus 2013 pukul 11:00 WIB)

Menyampaikan sesuatu pada anak tidak bisa dilakukan dengan begitu saja. Komunikator harus dapat memahami kondisi dan kesiapan dari anak tersebut kemudian cara penyampaian pesan disesuaikan dengan kondisi yang ada pada saat itu.

“Kalau belajar dibuat sambil main saja dan dengan bahasa mereka supaya lebih

mudah diterima, mendongeng termasuk cara yang disarankan untuk menanamkan

sesuatu pada anak. Tapi ya dibuat menarik misalkan dengan menambahkan

gambar atau boneka pada saat mendongeng itu. Juga pemberian hadiah-hadiah

kayak permen atau susu kotak, saat anak mampu menjawab pertanyaan seputar

pesan yang disampaikan itu sangat membantu anak menjadi fokus saat

komunikasi sedang berlangsung.”

(Interview: 1 Agustus 2013 pukul 11:00 WIB)

Ditanya bagaimana hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang diterapkan selepas dari PAUD Melati Trisula Sidoarjo, berikut adalah jawaban dari Ibu Sari:

“Berharapnya anak-anak bisa menjadi pribadi yang tau sopan santun mbak, bisa

(59)

menempatkan diri dengan lingkungan sekitar dan menjadi tau mana yang baik

dan mana yang tidak baik.”

(Interview: 1 Agustus 2013 pukul 11:00 WIB)

Dalam prakteknya, menerapkan sesuatu pada anak harus dengan memberikan penjelasan pula mengenai mengapa hal tersebut diterapkan. Anak juga berhak mengetahui apa yang mereka pelajari dengan pemahaman mereka. Berikut adalah penjelasan dari Ibu Sari seputar makna teknik pendidikan PAUD terkait pembentukan moral anak:

“Teknik atau metode pendidikan PAUD itu ada banyak, tapi dalam penerapannya

harus disesuaikan dengan kebutuhan anak dan keadaan di sekolah juga, apakah

teknik tersebut bisa atau tidak diterapkan dalam suatu waktu. Teknik yang

digunakan dalam pembentukan moral di sekolah antara lain adalah metode

bermain, metode bercerita dan juga circle time.”

Teknik pendidikan PAUD yang diterapkan di PAUD Melati Trisula Sidoarjo ada 3 yaitu metode bermain, bercerita dan circle time. Berikut penjelasannya:

“...alasannya adalah, metode bermain itu metode yang menyenangkan. Karena

anak-anak bisa belajar dengan tanpa mereka sadari bahwa mereka sedang

belajar. Posisikan kita ini sebagai teman, dan bermain bersama. Tapi kita

sisipkan juga alasan-alasan pembelajaran pada mereka. Misalkan kita

mengajarkan untuk cuci tangan sebelum makan, itu kita bilang pada mereka ‘cuci

dulu tangannya kan tadi kotor, nanti kalo ga cuci tangan kotorannya masuk perut

kamu jadi sakit’, begitu mbak..”

“Kalo dari metode bercerita sudah jelas ya mbak, anak-anak itu bisa ditembus

(60)

pesan moral yang mereka butuhkan, kemudian kita jelaskan melalui kisah yang

dipaparkan itu.”

“Circle time itu sangat efektif untuk membuat anak jadi fokus pada pesan apapun

yang sedang disampaikan guru. Ruang gerak dan fokus anak dipersempit

sehingga anak tidak punya pilihan lain selain fokus pada proses pembelajaran

yang sedang berlangsung tersebut.”

(Interview: Sabtu 28 September 2013, pukul 10:00 WIB)

Infor man 2

Setiap tempat memiliki aturannya masing-masing, begitu juga dengan aturan setiap kelas. Di PAUD Melati Trisula Sidoarjo yang pembagian kelasnya berdasarkan golongan usia juga memiliki aturan yang berbeda setiap kelasnya disesuaikan dengan golongan usia. Untuk anak berusia 3-4 tahun aturan yang diterapkan adalah berbaris dan berjabat tangan dengan guru sebelum memasuki kelas, tidak berbicara kotor dan selalu menggunakan kata maaf, tolong dan terima kasih dalam berkegiatan, dan juga aturan bahwa anak wajib membawa bekal makanan setiap hari untuk dimakan bersama di jam istirahat sekolah. Selain itu masih ada aturan yang lain, yaitu:

“...anak tidak boleh ditemani orangtuanya di kelas, berbaris dan salim sama

guru, tidak boleh berkata kasar, tidak boleh duduk di meja dan tidak boleh

berebut mainan dengan teman.”

(Interview: 2 Agustus 2013 pukul 11:30 WIB)

(61)

“Kalo baris sebelum masuk kelas kan biar anake itu tertib, salim sama guru biar

ngerti kalo sama orang yang lebih tua harus menghormati. Terus anak-anak ini

karena kumpulnya sama orang macem-macem yo ngerti misuh mbak, makanya

harus diajari kalo ngomong yang baik-baik aja. Dibiasakan pake kata tolong kalo

minta tolong apa, maaf kalo salah dan terima kasih kalo dikasih sesuatu. Nah

kalo makan bersama itu supaya mandiri, dan tau cara makan yang bener itu

gimana. Mulai dari cuci tangan, berdoa, makan pake tangan kanan, terus buang

sampah makanan di tempat sampah.”

(Interview: 2 Agustus 2013 pukul 11:30 WIB)

Dalam menyampaikan suatu pesan pada anak diperlukan cara-cara tertentu agar pesan tersebut dapat diterima anak dengan maksimal. Aturan yang ada di dalam kelas baik aturan tertulis ataupun tidak tertulis termasuk suatu pesan yang harus disampaikan pada anak agar dapat dipatuhi dan dilaksanakan. berikut ini adalah jawaban dari Ibu Nur tentang bagaimana cara menyampaikan aturan tersebut pada murid-muridnya di kelas:

“Caranya setiap hari diingatkan saja mbak, bolak balik dikasih tau anak-anak

harus ngapain aja sesuai dengan aturan yang ada itu. Tiap pagi kita suruh baris

dan salim guru. Terus misal ada anak tali sepatunya lepas terus narik baju

gurune minta dibenakno, ya kita bilang aja ‘hayoo bilang tolong dulu..’ kalo

anake udah bilang tolong, baru dibantu.”

(Interview: 2 Agustus 2013 pukul 11:30 WIB)

(62)

memberi variasi, seperti dengan memberi hadiah atau hukuman pada anak. Dalam suatu waktu anak dibiarkan untuk tidak diingatkan secara verbal tentang aturan yang ada, dan jika anak dapat tetap melakukan apa yang seharusnya dilakukan dengan baik, anak tersebut diberi hadiah. Namun jika anak tidak menaati aturan, anak tersebut diberi hukuman.

Hal lain yang dilakukan adalah dengan menyisipkan pesan-pesan tersebut di dalam materi pembelajaran. Bisa melalui dongeng atau film yang disiapkan untuk ditonton anak-anak sehingga anak dapat bertahan dalam kebiasaan baiknya dalam keseharian.

“Anak anak itu suka diceritain mbak, jadi selain nuturi memberi contoh dengan

tindakan nyata gurunya suka ndongeng, nanti setelahnya santai-santai kita tanya

seputar cerita tadi mana yang sekiranya patut dicontoh dan tidak. Jadi

peraturannya nggak selalu disampaikan sebagai aturan, kita juga ngasih susu

kotak atau permen kalo anak-anak pinter. Wah jadi pada manut loh.”

(Interview: 2 Agustus 2013 pukul 11:30 WIB)

Pada usia dini pemahaman dan kepatuhan anak hanya sampai pada taraf meniru apa yang mereka lihat dan dengarkan kemudian apa yang mereka terapkan adalah apa yang mereka ketahui benar melalui hadiah yang diberikan dan salah melalui hukuman yang mereka terima. Hal tersebut dibenarkan oleh Ibu Nur;

“Anak-anak gampang niru, apalagi untuk hal jelek. Tapi hal baik juga bisa ditiru

kalau kita terus ngasih contoh yang baik memberi pengertian hal yang nggak baik

jangan dilakukan. Ya pakek sistem hadiah sama hukuman tadi.”

(63)

Media yang digunakan dalam penyampaian pesan juga memberi pengaruh pada penerimaan pesan, pemilihan media harus disesuaikan dengan audience yang dituju. Film merupakan salah satu yang bisa dijadikan media penyampaian pesan untuk anak berusia dini, berikut adalah pernyataan dari Ibu Nur tentang kegiatan menonton film yang dilakukan oleh anak golongan usia 3-4 tahun:

“Sebulan sekali kami biasanya mengajak anak-anak ke perpustakaan daerah

mbak, di sana kita nonton film anak-anak yang mendidik dan ada pesan

moralnya. Anak-anak suka sekali dan dapat memahami film yang ditonton.”

(Interview: 2 Agustus 2013 pukul 11:30 WIB)

Suatu kegiatan tidak pernah terlepas dari kendala tertentu, seperti halnya dalam proses komunikasi. Dalam proses tersebut pasti ada gangguan tertentu yang dihadapi. Faktor apa saja yang menjadi gangguan berkomunikasi dengan anak berusia dini di sekolah, berikut pernyataan dari Ibu Nur;

“Biasanya yang jadi hambatan berkomunikasi itu moodnya anak-anak mbak, kalo

dari pagi dateng udah mbesengut wah seharian nggak mau ngerjain tugas dan

nggak mau dikasih tau apa-apa.”

(Interview: 2 Agustus 2013 pukul 11:30 WIB)

(64)

orangtua murid agar melanjutkan upaya penyampaian materi tertentu pada anak di rumah melalui buku penghubung;

“Jangan dipaksa dulu, ga bakal masuk mbak kalo dikasih tau pas moodnya jelek.

Jadi harus dibikin seneng dulu sambil main baru disampaikan lagi atau nanti

guru yang memberi catatan untuk orangtua murid melalui buku penghubung biar

bisa dilanjutkan pembelajaran di rumah yang berkesinambungan.”

(Interview: 2 Agustus 2013 pukul 11:30 WIB)

Infor man 3

Setiap kelas di PAUD Melati Trisula memiliki 2 guru pengajar. Dalam menjalankan tugasnya antara guru tersebut harus saling menunjang program dan aturan yang lain. Sehingga anak tidak menjadi bingung dalam menjalani kegiatan di sekolah karena memang kedua guru mereka hadir dalam satu kesatuan. Penjelasan dari informan sebelumnya mengenai aturan yang berlaku serta maksud dan tujuannya tidak dibahas lagi di sini, data berikut adalah data mengenai materi pengajaran di kelas beserta pesan moralnya dan juga cara penyampaian pesan serta mengatasi kendala yang ada selama berkomunikasi dengan anak di sekolah.

(65)

berinteraksi dengan hewan, penjelasan bahwa hewan jangan disakiti seperti dipukul, diinjak atau dilempari batu. Anak diajarkan untuk bisa menyanyangi hewan sebagai makhluk hidup. Berikut yang dikatakan Ibu Siti mengenai materi pembelajaran tentang hewan;

“Waktu itu pernah mbak pas materi hewan anak-anak sampe dibawain anak

kucing untuk dirawat di sekolah selama beberapa hari. Lucu kok mbak pada bisa

sayang sama hewan akhirnya, ya awalnya ada aja yang nakalan nyiram air

kucinge, tapi terus dikasih penjelasan kalo hewan juga makhluk hidup eh

alhamdulillah jadi sayang.”

(Interview: 2 Agustus 2013 pukul 11:55 WIB)

(66)

Anak-anak adalah individu yang jujur, apa yang dikerjakan adalah apa yang memang mereka mau kerjakan tanpa rekayasa apapun. Sehingga jika anak mengerjakan tugas atau melakukan sesuatu yang diperintahkan guru, hal tersebut dilakukan karena anak tersebut memahami pesan yang disampaikan pada mereka.

“Pokok kalo anak-anak nggarap tugas yang dikasih gurunya itu ya

komunikasinya berhasil berarti, mbak. Anake ngerti apa yang dimau gurunya.”

(Interview: 2 Agustus 2013 pukul 11:55 WIB)

Kendala dalam berkomunikasi dengan anak yang sering dihadapi adalah anak yang kurang fokus saat diajak bicara, berikut pernyataan dari Ibu Siti;

“Anak-anak harus dikasih tau bolak balik mbak, suka lupa dan kadang nggak

fokus diajak ngomong.”

<

Referensi

Dokumen terkait

(multikultural) sehingga dapat diasumsikan bahwa keberagaman suku tersebut akan memengaruhi penggunaan bahasa, yaitu BI dan BBT. Sebagai contoh, leksikon flora ‘pinus’ tidak

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memisahkan nikel dalam bentuk ion dari mineral nikel berkadar rendah (nikel oksida) dengan menggunakan proses bioleaching

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa kurang memahami konsep terhadap materi yang dipelajarinya, maka diperlukan suatu proses pembelajaran yang

Dari hasil wawancara yang dijawab oleh narasumber 5, saya bisa menyimpulkan  bahwa guru yang sudah tersertifikasi wajib menjalankan tugasnya sebagai guru yang profesional dan

literatur-literatur, kitab-kitab dan Undang-Undang yang berkaitan dan relevan dengan objek kajian. Adapun p enelitian ini bersifat penelitian hukum yuridis

Atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis diberikan nikmat sehat dan sempat dalam rangka menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir Teknologi Hasil Pertanian ya ng

Pelaksanaan Praktik Pengalaman lapangan di SMK Dr.Tjipto Semarang dapat memberikan manfaat yang sangat berarti kepada mahasiswa praktikan agar memiliki kompetensi

Distribusi panas berupa perubahan temperatur tiap waktu dan dan nilai deformasi yang terbentuk pada pipa digunakan untuk validasi hasil analisa thermal dan