• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Analisis Kualitas Produk Yang Dipertimbangkan Konsumen dalam Membeli Sabun Cuci Merk Rinso dan Soklin” (Studi Kasus pada Ibu Rumah Tangga di Medokan Asri 1 – Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“Analisis Kualitas Produk Yang Dipertimbangkan Konsumen dalam Membeli Sabun Cuci Merk Rinso dan Soklin” (Studi Kasus pada Ibu Rumah Tangga di Medokan Asri 1 – Surabaya)."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

MERK RINSO DAN SOKLIN

( Studi Kasus pada Ibu Rumah Tangga di Medokan Asri 1 - Surabaya).

PROPOSAL

Oleh :

ELIF RAHMAWATI 0742010077

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITASPEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

(2)

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Berkat dan rahmat-Nya kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul Analisis Kualitas Produk

yang dipertimbangkan Konsumen dalam Membeli Sabun Cuci Merk Rinso dan Soklin ( Studi Kasus pada Ibu Rumah Tangga di Medokan Asri 1 - Surabaya).

Penulisan laporan ini disusun untuk memenuhi syarat wajib penulisan skripsi dan

tugas akhir program S1 Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Nurhadi, Drs, M.Si selaku

dosen pembimbing utama, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk

dan pengarahan serta dorongan sejak awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak sehingga

dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Hj. Suparwati, Dra, M.Si, sebagai dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Sadjudi, Drs, SE, M.Si,(Alm) sebagai ketua Progdi Ilmu Administrasi

Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Nurhadi, Drs, M.Si, sebagai sekertaris Progdi Ilmu Administrasi Bisnis

(3)

satu persatu.

5. Kedua Orang Tua dan semua keluarga yang telah memberikan bantuan dan

dukungan baik materil maupun spiritual.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga

terjadi kesempurnaan dalam penulisan laporan skripsi ini.

Surabaya, Juni 2011

(4)

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penellitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1 Landasan Teori ... 7

2.1.1 Pemasaran ... 7

2.1.1.1 Pengertian Pemasaran ... 7

2.1.1.2 Manajemen Pemasaran ... 8

2.1.1.3 Konsep Pemasaran ... 9

2.1.1.4 Strategi Pemasaran.. ... 11

(5)

2.1.2.2 Klasifikasi Produk ... 16

2.1.2.3 Pengembangan Produk ... 19

2.1.2.4 Tujuan diadakannya Pengembangan Produk ... 20

2.1.2.5 Atribut Produk ... 20

2.1.2.6 Kualitas Produk ... 23

2.1.3 Perilaku Konsumen ... 26

2.1.4 Keputusan Pembelian... 46

2.1.4.1 Tahapan-tahapan dalam proses pengambilan keputusan 52 2.1.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Keputusan Pembelian 54 2.1.4.3 Pengertian Fisik ... 54

2.1.5 Pengambilan Keputusan ... 56

2.1.5.1 Tahap-tahap keputusan membeli ... 58

2.2 Kerangka Berpikir ... 59

2.3 Hipotesis ... 61

BAB III Metode Penelitian ... 62

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 62

3.1.1 Definisi operasional ... 62

3.1.2 pengukuran Variabel ... 63

3.2 Populasi, dan teknik penarikan sampel ... 64

3.2.1 Populasi ... 64

3.2.2 Sampel dan Teknik Penariakan sampel ... 64

(6)

3.3.3 pengumpulan data ... 66

3.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 66

3.4.1 Uji Validitas ... 66

3.4.2 Uji Reliabilitas ... 67

3.5 Teknik Analisis Data ... 68

3.5.1 Analisis Diskriminan ... 68

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 70

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Dan Penyajian Data ... 70

4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 70

4.1.2 Penyajian Data ... 72

4.1.2.1 Deskripsi Responden Penelitian ... 72

4.1.2.2 Deskripsi Variabel ... 73

4.2 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 74

4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 74

4.2.1.1 Uji Validitas ... 74

4.2.1.2 Uji Reliabilitas ... 75

4.2.2 Analisis Diskriminan ... 76

4.2.2.1 Group Statistik ... 76

4.2.2.2 Variabel Pembeda diantara dua Kelompok ... 77

4.2.2.3 Pengujian Homogenitas Kelompok Data ... 79

4.2.2.4 Canonical Corelation ... 80

(7)

4.2 Pembahasan ... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87

5.1 Kesimpulan ... 87

5.2 Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA

(8)

Halaman

Tabel 1 Usia Responden ... 71

Tabel 2 Pendapatan Responden ... 72

Tabel 3 Pekerjaan Responden... 72

Tabel 4 Hasil Jawaban Responden terhadap Variabel Penelitian ... 73

Tabel 5 Hasil Uji Validitas ... 74

Tabel 6 Hasil Uji Reliabilitas ... 75

Tabel 7 Group Statistics ... 76

Tabel 8 Test of Equality of Group Means ... 77

Tabel 9 Box’s Test of Equality Covariance Matrices... 79

Tabel 10 Eigenvalues ... 80

Tabel 11 Wilk’s Lamda ... 81

Tabel 12 Structure Matrix... 82

Tabel 13 Canonical Discriminant Function Coefficient ... 83

(9)

Halaman

Gambar 2.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen ... 28

Gambar 2.2 Hirarki Kebutuhan menurut Maslow ... 42

(10)

Lampiran 1 Deskripsi data Responden ... 88

Lampiran 2 Distribusi Frekuensi Variabel ... 89

Lampiran 3 Uji Validitas... 91

Lampiran 4 Uji Reliabilitas ... 92

Lampiran 5 Analisis Diskriminan ... 93

(11)

(Studi Kasus pada Ibu Rumah Tangga di Medokan Asri 1 – Surabaya).

Oleh : Elif Rahmawati

0742010077

Abstraksi

Pertumbuhan sabun deterjen yang semakin meningkat dan banyaknya pilihan merk dengan kegunaan dan kelebihan masing-masing menjadi persaingan antar produsen semakin ketat. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) ingin mengetahui perbedaan diantara konsumen yang membeli sabun cuci merk Rinso dan Soklin berdasarkan kualitas produk yang dipertimbangkan. 2) ingin mengetahui kualitas produk yang memberikan kontribusi perbedaan terbesar diantara konsumen yang membeli sabun cuci merk Rinso dan Soklin.

Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu Rumah Tangga di Medokan Asri 1. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling

yaitu teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Sedangkan pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah 97 responden. Analisis yang digunakan adalah analisis diskriminan (untuk variabel pembeda).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ke-enam variabel bebas dalam penelitian yang digunakan sebagai prediktor untuk membedakan antara kelompok pengguna deterjen Rinso dan So Klin, hanya terdapat tiga variabel bebas yang secara signifikan dapat digunakan untuk membedakan kedua kelompok diatas, yaitu variabel performance (sig.= 0,015); reliability (sig.= 0,004); dan variabel

aesthetic (sig.= 0,008).

Keyword : Performance, Features, Reliability, Conformance, Esthetics, Fit and

(12)

1.1 Latar Belakang

Adanya kemajuan teknologi menyebabkan semakin banyak produk

yang dihasilkan dan ditawarkan di pasar, yang merupakan salah satu hal

yang perlu dipertimbangkan untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan

keinginan konsumen. Keanekaragaman produk akan memberikan

kesempatan yang lebih luas kepada konsumen untuk memilih dan membeli

produk dengan berbagai macam keunggulan dan keistimewaan

masing-masing.

Semakin banyaknya perusahaan yang masuk dalam industri

sejenis, maka semakin banyak produk serupa yang ditawarakan pada pasar

konsumen sehingga akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan.

Agar tetap bertahan maka perusahaan harus mengatasi permasalahan

tersebut. Akibatnya segala bentuk penyampaian pesan-pesan produk,

terutama melalui iklan semakin gencar untuk menarik perhatian konsumen

agar berminat terhadap produk yang ditawarkan.

Produsen sebagai penghasil dari suatu produk harus

memperhatikan tentang pentingnya kualitas dari suatu produk yang

dihasilkannya. Karena dengan kualitas yang baik dari suatu produk maka

dapat menarik konsumen untuk membeli dan menggunakannya secara

terus menerus. Kualitas suatu produk baik barang maupun jasa perlu

(13)

faktor-faktor tersebut dapat diterima oleh konsumen apabila memenuhi keinginan

dan kebutuhan konsumen.

Salah satu produk yang mengalami perkembangan dan persaingan

antar produk sejenis yaitu sabun deterjen. Sabun deterjen belakangan ini

mengalami tingkat perkembangan yang sangat pesat, hal ini ditandai

dengan banyaknya bermunculan produk-produk baru sehingga akan

memperebutkan pasar. Menghadapi pertumbuhan sabun deterjen yang

semakin meningkat dan banyaknya pilihan merk dengan kegunaan dan

kelebihan masing-masing menjadi persaingan antar produsen semakin

ketat.

Sementara itu untuk lebih melekatkan ciri pada produk yang dibuat

oleh produsen, maka setiap produsen mencatumkan kualitas produknya

yang dapat membedakan dengan produk satu dengan lainnya dalam hal

segi kualitas produk yaitu mengenai daya guna produk tersebut.

Keutamaan produk sabun deterjen sebagai alat pembersih dan pewangi

pakaian harus menimbulkan suatu kepercayaan akan produk, daya tahan

produk, nilai produk dan hasil kelayakan produk, di mana konsumen

menginginkan faktor kualitas produk yang dihasilkan baik yaitu sesuai

dengan yang diinginkan oleh konsumennya.

Dengan mengetahui keinginan atas produk yang ditawarkan maka

produsen dapat meningkatkan kemampuan kualitas produknya agar

konsumen tertarik untuk mencoba dan menggunakan produk tersebut

karena sabun deterjenberfungsi dasar sebagai alat pembersih pakaian serta

(14)

deterjen harus senantiasa teliti dalam mengidentifikasi keinginan dan

kebutuhan konsumen. Dalam hal ini produsen sabun deterjen harus

mampu memahami perilaku konsumen di dalam menggunakan sabun

deterjen. Dengan menyadari arti pentingnya perilaku konsumen dimana

pertimbangan konsumen merupakan faktor yang tepat untuk mengetahui

sejauh mana konsumen memahami suatu produk sehingga mereka

berkeinginan untuk membeli dan menggunakan produk tersebut.

Agar produk dapat diterima oleh konsumen maka pihak perusahaan

harus memiliki siklus kehidupan dari produk tersebut dan memiliki

berbagai jenis-jenis produk yang berbeda dan memiliki ciri tertentu yang

tidak dimiliki oleh pesaing. Dimana konsep produk dapat memberikan

pandangan kepada konsumen terhadap produk yang dibutuhkan dan

diinginkan. Produk yang mampu memberikan arti akan mampu untuk

menarik konsumen dan kemudian membuat konsumen tersebut terdorong

untuk membeli dan menggunakan.

Dari latar belakang tersebut diatas penulis ingin mengetahui mutu

atau kualitas produk sabun cuci merk Rinso dan merk Soklin yang beredar

di pasaran, karena mutu atau kualitas produk menunjukkan kemampuan

sebuah produk untuk menjalankan fungsinya sesuai dengan manfaat dari

produk tersebut, ciri produk merupakan sarana kompetitif untuk

membedakan produk perusahaan dengan yang lain.

Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah rumah tangga

khususnya ibu rumah tangga yang menggunakan sabun cuci di Medokan

(15)

adalah ibu rumah tangga dan ingin mengetahui sejauh mana pertimbangan

ibu rumah tangga dalam menggunakan dan memilih sabun cuci.

Sedangkan memilih daerah Medokan Asri 1 - Surabaya karena setelah

peneliti melakukan survei di beberapa toko dan supermarket yang berada

di sekitar lingkungan, peneliti mendapatkan hasil bahwa ibu rumah tangga

di daerah tersebut lebih banyak menggunakan sabun cuci merk Rinso dan

merk Soklin.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti

tentang : Analisis Kualitas Produk yang dipertimbangkan Konsumen

dalam membeli Sabun Cuci merk Rinso dan merk Soklin ( Studi

Kasus Pada Ibu Rumah Tangga di Medokan Asri 1-Surabaya).

1.2 Perumusan Masalah

1. Berdasarkan kualitas produk yang dipertimbangkan, apakah ada

perbedaan di antara konsumen yang membeli sabun cuci merk Rinso

dan merk Soklin ?

2. Diantara kualitas produk yang dipertimbangkan, manakah yang

memberi kontribusi perbedaan terbesar di antara konsumen yang

membeli sabun cuci merk Rinso dan merk Soklin ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan

(16)

1. Ingin mengetahui dan menganalisis perbedaan diantara konsumen yang

membeli sabun cuci merk Rinso dan merk Soklin berdasarkan kualitas

produk yang dipertimbangkan.

2. Ingin mengetahui dan menganalisis kualitas produk yang memberikan

kontribusi perbedaan terbesar diantara konsumen yang membeli sabun

cuci merk Rinso dan merk Soklin.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagi Perusahaan

a. Memberikan masukan pada perusahaan sebagai bahan

pertimbangan dalam mengambil keputusan.

b. Memberikan saran pada perusahaan untuk mengeluarkan

produk-produk baru yang lebih inovatif dan kreatif.

c. Menentukan kebijakan sehubungan dengan permasalahan yang

dihadapi.

2. Bagi Penulis

Bermanfaat bagi penulis sebagai penerapan pengetahuan dari teori

yang diterima dengan praktek di lapang serta menambah ilmu

pengetahuan.

3. Bagi Universitas

Sebagai bahan masukan pada Universitas Pembangunan Nasional

(17)

Politik Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis dan untuk peneliti selanjutnya

(18)

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pemasaran

2.1.1.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran tidak hanya mencakup kegiatan pertukaran (jual-beli)

barang atau jasa yang terjadi dalam pasar tetapi juga membahas semua

sistematika yang menyangkut gerak dinamis dalam dunia usaha. Dimana

untuk tujuan jangka pendeknya perusahaan dapat menghasilkan produk

untuk memberikan kepuasan pada konsumen dan untuk tujuan jangka

panjangnya perusahaan mendapatkan keuntungan yang diharapkan guna

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu setiap

perusahaan harus melakukan salah satu fungsi pokok kegiatan yaitu

pemasaran.

Adapun definisi pemasaran menurut para ahli sebagai berikut :

a. Kotler (2002:9) mengartikan :

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya

individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan

produk yang bernilai dengan pihak lain.

b. Rangkuti (2004:48) mengartikan :

Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh

(19)

pengaruh dari berbagai faktor tersebut adalah masing-masing individu

maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan

menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki

nilai komoditas.

Dari definisi diatas dapat dijelaskan bahwa pemasaran sebagai suatu

sistem dari kegiatan-kegiatan bisnis yang saling berhubungan,

ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan

dan mendistribusikan barang dan jasa kepada kelompok pembeli.

Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi dalam suatu lingkungan yang

dibatasi oleh sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri,

peraturan-peraturan, maupun konsekuensi sosial dari perusahaan. Pada umumnya

dalam pemasaran perusahaan berusaha menghasilkan laba dari

penjualan barang dan jasa yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan

pembeli.

2.1.1.2 Manajemen Pemasaran

Definisi manajemen pemasaran menurut Kotler (2002:9) adalah

proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi,

serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran

yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi.

Menurut swastha (2003:7) manajemen pemasaran adalah penganalisaan,

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program-program yang

ditujukan untuk mengadakan pertukaran dengan pasar yang dituju dengan

maksud untuk mencapai tujuan organisasi dalam memenuhi kebutuhan dan

(20)

dan distribusi yang efektif untuk memberitahu, mendorong serta melayani

pasar.

Sedangkan menurut Radiosunu manajemen pemasarn adalah

penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan

program-program yang bertujuan menimbulkan pertukaran dengan pasar yang

dijadikan sasaran dengan maksud untuk mencapai objektif organisasi

pemasaran.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah

proses yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian pada suatu pertukaran produk yang menghasilkan kepuasan

bagi individu serta tercapainya tujuan organisasi.

2.1.1.3 Konsep Pemasaran

Definisi konsep pemasaran menurut Kotler (2002:22) adalah kunci

untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada para

pesaing dan memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan

memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran.

Sedangkan menurut Swastha (2003:7) konsep pemasaran adalah sebuah

falsafah bisnis yang bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan

dan kebutuhan pembeli atau konsumen. Seluruh kegiatan dalam

perusahaan yang menganut konsep pemasaran harus diarahkan untuk

memenuhi tujuan tersebut.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep pemasaran berorientasi pada

(21)

terpadu guna terciptanya kepuasan konsumen sebagai kunci tercapainya

tujuan organisasi.

Menurut Swastha (2003:8) penggunaan konsep pemasaran perusahaan

dapat menunjang berhasilnya bisnis yang dilakukan.

Ada tiga faktor penting yang dipakai sebagai dasar konsep pemasaran,

yaitu :

1. Orientasi konsumen atau pembeli atau pasar

Perusahaan yang mempraktekkan orientasi konsumen harus :

a. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan

dipenuhi.

b. Menentukan kelompok pembeliyang akan dijadikan sasaran

penjualan.

c. Menentukan produk dan program pemasarannya.

d. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai,

menafsirkan keinginan, sikap dan tingkah laku.

e. Menentukan dan melaksanakan strategi apa yang paling baik,

apabila menitik beratkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah

atau model yang menarik

2. Volume penjualan yang menguntungkan

Volume penjualan yang menguntungkan merupakan tujuan dari konsep

pemasaran, artinya laba itu dapat diperoleh melalui pemuasan

konsumen. Salah satu tujuan dari semua perusahaan pada umumnya

adalah mengoptimalkan laba. Dengan laba ini, perusahaan dapat

(22)

besar, dapat memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada

konsumen. Serta dapat memperkuat kondisi perekonomian secara

keseluruhan. Laba itu sendiri merupakan pencerminan dari

usaha-usaha perusaha-usahaan yang berhasil memberikan kepuasan kepada

konsumen. Untuk memberikan kepuasan tersebut, perusahaan dapat

menyediakan atau menjual barang atau jasa yang paling baik dengan

harga yang layak.

3. Koordinasi dan integrasi dalam perusahaan

Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran dalam

perusahaan perlu dilakukan untuk memberikan kepuasan konsumen.

Sehingga setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan turut

berkecimpung dalam suatu usaha yang terkoordinir untuk memberikan

kepuasan konsumen sehingga tujuan perusahaan dapat direalisir.

2.1.1.4 Strategi Pemasaran

Pemilihan strategi yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan

usaha pemasaran suatu produk atau jasa terutama dalam iklim usaha yang

sangat ketat saat ini. Menurut Tull dan kahle (Tjiptono,2002:6) strategi

pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai

tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang

berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran

yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.

Strategi pemasaran adalah perumusan yang dipandang dari segi

(23)

produk, harga, komunikasi, distribusi dan pelayanan yang akan

memberikan nilai lebih.

Dari beberapa difinisi diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran

merupakan alat atau perumusan yang akan direncanakan dalam

memberikan arah tujuan perusahaan melalui bauran pemasaran yaitu

produk, harga, komunikasi (promosi), distribusi dan pelayanan yang saling

berkaitan untuk melayani pasr sasarannya.

Terdapat 4 (empat) tipe dasar dari strategi pemasaran, yaitu :

a. Merancang primary demand ( permintaan terhadap bentuk kelas atau

kelas produk ).

b. Merancang primary demand dengan meningkatkan derajat pembelian,

misalnya dengan menawarkan manfaat-manfaat baru, menghasilkan

produk-produk pelengkap dan lain-lain.

c. Merancang selective demand ( permintaan terhadap merk produk

penjualan tertentu ) dengan mempertahankan langganan yang sudah

ada, misalnya dengan cara selalu memberikan kepuasan kepada

langganan atau pelanggan.

d. Merancang Sumber daya dengan menarik pelanggan baru, yang dapat

dilakukan dengan cara :

1) Bersaing secara langsung atau frontal (head to head positioning).

2) Meluncurkan produk yang berbeda dengan pesaing (differentiation

(24)

2.1.1.5 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Perusahaan dalam menjalankan usahanya akan selalu

menggunakan strategi marketing mix sebagai perantara dalam memuaskan

kebutuhan dan keinginan konsumen.dalam melakukan kegiatan pemasaran

khususnya dalam menentukan bentuk suatuperangkat sarana yang pokok

dalam sistem pemasaran.

Konsep marketing mix merupakan alat yang dikembangkan dengan

baik yang dipakai sebagai struktur oleh para pemasar. Konsep ini terdiri

dari berbagai macam unsur program pemasaran yang perlu

dipertimbangkan agar berhasil dilaksanakan strategi dan positioning

pemasaran dalam pasar-pasar perubahan tersebut.

Untuk mengetahui lebih lanjut konsep dasar marketing mix dan

unsur-unsur terkait di dalamnya dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Produk (Product)

Merupakan kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh seseorang

atau lembaga untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar.

Keberadaan produk dapat dikatakan sebagai titik sentral dari kegiatan

marketing, karena semua kegiatan dari unsur-unsur marketing mix

lainnya berawal dan berpatokan pada produk yang dihasilkan.

Pengenalan secara mendalam terhadap keberadaan suatu produk yang

dihasilkan dapat dilihat dalam bauran produk (product mix) yang

unsur-unsurnya terdiri dari keanekaragaman atau macam-macam

produk, kualitas, desain, ciri-ciri atau bentuk produk,merk dagang,

(25)

Oleh karena itu, produk dalam arti menyeluruh harus memperhatikan

dan mempertimbangkan keselarasan unsur-unsur dari bauran produk

tersebut agar apa yang diterima oleh konsumen sudah merupakan

keseluruhan dari usaha untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan

harapan konsumen.

2. Harga (Price)

Merupakan sejumlah uang yang dibayarkan konsumen untuk

mendapatkan suatu produk guna memenuhi kebutuhan dan keinginan

yang belum terpuaskan. Di dalam menentukan kebijakan harga dari

suatu produk yang dihasilkan tentunya perlu memperhatikan dan

mempertimbangkan secara seksama unsur-unsur yang berkaitan

dengan bauran harga (price mix) yang terdiri dari daftar harga, rabat,

potongan tunai, jangka pembayaran dan syarat kredit. Penetapan

unsur-unsur dalam bauran harga dari suatu produk yang dihasilkan

merupakan salah satu usaha dari produsen untuk menarik para

konsumen agar mau membeli secara kontinue. Di samping unsur-unsur

bauran harga diatas, maka di dalam penetapan harga, perusahaan juga

harus memperhatikan nilaidan manfaat dari produk yang dihasilkan

guna memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

3. Tempat (Place)

Menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh produsen untuk

menjadikan suatu produk yang dihasilkan dapat diperoleh dan tersedia

bagi konsumen pada waktu dan tempat yang tepat dimanapun

(26)

distribusi, produsen hendaknya memperhatikan unsur-unsur yang

terkait dalam bauran distribusi (distribution mix) yang terdiri dai

sistem saluran, daya jangkau, lokasi, persediaan dan transportasi.

Dengan demikian, produsen hendaknya memperhatikan unsur-unsur

yant terkait dalam bauran distribusi (distribution mix) yang terdiri dari

sistem saluran, daya jangkau, lokasi, persediaan dan transportasi.

Dengan demikian, produsen harus mampu memilih, menetapkan dan

mengatur secara tepat guna sistem saluran distribusi yang digunakan.

Disamping itu secara berkala dan berkelanjutan, perusahaan perlu

melakukan pengawasan untuk mencegah kelebihan tingkat persediaan,

penyimpangan produk pada setiap tingkat saluran serta mengatur

kegiatan pengangkutan produk secara efisien dan efektif guna

menciptakan kegiatan distribusi yang menguntungkan.

4. Promosi (Promotion)

Merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan dengan

tujuan utama untuk menginformasikan, membujuk,mempengaruhi dan

mengingatkan konsumen agar membeli produk yang dihasilkan.

Dari keempat variable marketing mix tersebut maka perusahaan

perlu menentukan pasar, agar mampu menjual produk kepada

konsumen yang membutuhkan, sehingga perusahaan harus

mengidentifikasi perilaku konsumennya dan menganalisa serta

menentukan polanya agar perusahaan dapat menyusun strategi bauran

(27)

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa marketing

mix merupakan alat-alat pemasaran suatu perusahaan untuk mencapai

tujuan yang terdiri dari empat variable antara lain produk, harga,

distribusi dan promosi.

2.1.2 Produk

2.1.2.1 Pengertian Produk

Menurut swastha dan Irawan (2002:94) produk adalah suatu sifat

komplek baik dapat diraba maupun tidak termasuk bungkus, warna, harga,

prestise perusahaan dan pengecer yang diterima oleh pembeli untuk

memuaskan keinginan atau kebutuhan.

Sedangkan menurut Kotler (Angipora, 2002:151) produk adalah segala

sesuatuyang dapat ditawarkan kedalam pasar untuk mendapatkan

perhatian, dibeli, dimiliki, dipergunakan atau dikonsumsi sehingga dapat

memuaskan keinginan atau kebutuhan, yang meliputi benda fisik, jasa

orang, tempat, organisasi dan gagasan.

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan produk adalah suatu proses produksi yang berupa barang atau jasa

yang dapat ditawarkan kepada pasar.

2.1.2.2 klasifikasi produk

Produk adalah segala sesuatu yang diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan manusia ataupun organisasi. Produk di golongkan ke dalam dua

golongan yaitu :

(28)

2. Produk yang tidak berwujud, disebut dengan jasa

Menurut Angipora (2002:157) produk yang dihasilkan perusahaan

dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu sebagai berikut :

A. Berdasarkan daya tahan produk

1. Barang tidak tahan lama (non durable goods)

Adalah barang berwujud yang secara normal biasanya dikonsumsi

dalam satu atau beberapa kali penggunaan.

Misal : sabun, garam, minuman, makanan ringan dan lain-lain.

2. Barang tahan lama (durable goods)

Adalah barang berwujud yang biasaya secara normal dapat

bertahan lama sehingga dapat digunakan dalam banyak pemakaian.

Misal : lemari es, pakaian, televisi, komputer, dan peralatan

lainnya.

3. Jasa (services)

Adalah suatu aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan

untuk dijual. Jasa merupakan benda tidak berwujud, tidak dapat

dipisahkan dan mudah habis.

Misal : salon kecantikan, lembaga pendidikan, kantor konsultan,

rumah sakit, dan lain-lain.

B. Berdasarkan tujuan pemakaian

1. Barang konsumsi (consumer goods)

Adalah barang-barang yang dibeli untuk dikonsumsi oleh

pembelinya adalah konsumen akhir atau barang yang dibeli oleh

(29)

pembelian barang jenis ini lebih banyak unsur rasionalnya. Barang

konsumsi dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :

a. Barang kebutuhan pokok (convinience goods)

Adalah barang-barang yang biasanya sering dibeli konsumen

dengan harga yang relatif murah dan hanya menggunakan

sedikit upaya untuk mendapatkannya, sehingga konsumen tidak

perlu bersusah payah dalam berbelanja guna mendapatkan

barang tersebut.

Misal : minuman ringan, permen, gula, dan lain-lain.

b. Barang pelengkap (shopping goods)

Adalah barang-barang dalam proses pemilihan dan pembelian

terlebih dahulu selalu dibanding-bandingkan oleh konsumen di

antara berbagai alternatif barang yang tersedia.

Misal : perabot rumah tangga, bahan tekstil, barang elektronik,

dan lain-lain.

c. Barang mewah (speciality goods)

Adalah barang-barang yang memiliki karakteristik tertentu atau

identifikasi merk yang unik dimana sekelompok konsumen

bersedia untuk melakukan usaha khusus untuk membelinya.

Misal : mobil Rolls Royce, barang antik, peralatan stereo yang

mahal, dan lain-lain.

2. Barang industri (industrial goods)

Adalah barang-barang yang dibeli untuk diproses produksi lebih

(30)

biasanya adalah para produsen atau lembaga-lembaga lain. Barang

industri dibedakan menjadi beberapa jenis menurut metode atau

cara bagaimana produk tersebut memasuki proses produksi yaitu :

a. Bahan baku suku cadang (material and parts)

Adalah barang-barang yang secara seluruhnya atau sepenuhnya

masuk ke dalam produk jadi.

b. Barang modal (capital items)

Adalah barang-barang tahan lama yang memberikan

kemudahan dalam mengembangkan dan atau pengolahan

produk akhir.

c. Perlengkapan dan jasa bisnis (supplies and services)

Adalah barang dan jasa yang tidak tahan lama yang membantu

pengembangan dan atau pengelolaan produk akhir.

2.1.2.3Pengembangan Produk

Pengembangan produk adalah seperangkat atribut berwujud

maupun tidak berwujud, termasuk di dalamnya masalah harga, nama baik

perusahaan, nama baik toko yang menjual (pengecer) dan pelayanan

pabrik serta pelayanan pengecer yang diterima oleh pembeli guna

memuaskan keinginannya. Jadi produk itu bukan hanya berbentuk sesuatu

yang berwujud akan tetapi juga sesuatu yang tidak berwujud, semua

diperuntukkan bagi pemuasan kebutuhan dan keinginan dari konsumen.

Konsumen tidak hanya membeli produk sekedar memuaskan kebutuhan

akan tetapi juga bertujuan secara hati-hati kebijakan dan pengembangan

(31)

2.1.2.4Tujuan diadakannya pengembangan Produk

Menurut Alma (2000:101) tujuan diadakan pengembangan produk

adalah sebagai berikut :

1. Untuk memenuhi keinginan konsumen yang belum puas.

2. Untuk menambah omset penjualan.

3. Untuk memenangkan persaingan.

4. Untuk mendaya gunakan sumber-sumber produksi.

5. Untuk meningkatkan keuntungan dengan pemakaian bahan yang sama.

6. Untuk mendayagunakan sisa-sisa bahan.

7. Untuk mencegah kebosanan konsumen.

8. Untuk menambah jenis-jenis produk atau keragaman produk.

2.1.2.5Atribut Produk

Kotler dan Armstrong (2004:347) menyatakan bahwa atribut produk

adalah pengembangan suatu produk atau jasa melibatkan penentuan

manfaat yang akan diberikan.

Pengertian atribut produk menurut Fandy Tjiptono (2001:103) adalah

“unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan

dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan”. Atribut produk meliputi

merek, kemasan, jaminan (garansi), pelayanan, dan sebagainya.

Menurut Kotler (2004:329) “Atribut produk adalah karakteristik yang

melengkapi fungsi dasar produk”.

Teguh Budiarto (1993:68), “Atribut-atribut produk adalah sesuatu yang

melengkapi manfaat utama produk sehingga mampu lebih memuaskan

(32)

(packaging), label, garansi atau jaminan (warranty) dan produk tambahan

(service). Atribut dapat dipandang secara obyektif (fisik produk) maupun

secara subyektif (pandangan konsumen).

Bilson Simamora (2001:167) mendefinisikan bahwa “Atribut produk

adalah segala sesuatu yang melekat pada produk dan menjadi bagian dari

produk itu sendiri”.

Unsur – Unsur Atribut Produk :

1. Kualitas Produk

Kotler dan Armstrong (2004:347) menyatakan bahwa “Kualitas produk

adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsi-fungsinya”.

Bila suatu produk telah dapat menjalankan fungsi-fungsi-nya dapat

dikatakan sebagai produk yang memiliki kualitas yang baik.

Menurut Kotler (2004:330), kebanyakan produk disediakan pada satu

diantara empat tingkatan kualitas, yaitu : kualitas rendah, kualitas

rata-rata sedang, kualitas baik dan kualitas sangat baik. Beberapa dari atribut

diatas dapat diukur secara objektif. Namun demikian dari sudut

pemasaran kualitas harus diukur dari sisi persepsi pembeli tentang

kualitas produk tersebut.

Stanton (1991:285-286) menyatakan bahwa perhatian pada kualitas

produk makin meningkat karena keluhan konsumen selama beberapa

tahun belakangan ini. Hal ini terjadi karena keluhan konsumen makin

lama makin terpusat pada kualitas yang buruk dari produk, baik

(33)

Kotler dan Armstrong (2004:347) menyatakan bahwa “Kualitas adalah

salah satu alat utama untuk positioning menetapkan posisi bagi

pemasar”.

2. Fitur Produk

Kotler dan Armstrong (2004:348) sebuah produk dapat ditawarkan

dengan beraneka macam fitur. Perusahaan dapat menciptakan model

dengan tingkat yang lebih tinggi dengan menambah beberapa fitur.

Fitur adalah alat bersaing untuk membedakan produk perusahaan dari

produk pesaing.

Menurut Cravens (1998:14) fitur juga dapat digunakan sebagai sarana

untuk membedakan suatu merek dari pesaingnya.

3. Desain Produk

Menurut Kotler dan Armstrong (2004:348) cara lain untuk menambah

nilai konsumen adalah melalui desain atau rancangan produk yang

berbeda dari yang lain.

(taufan darussalam : 2007) Desain merupakan rancangan bentuk dari

suatu produk yang dilakukan atas dasar pandangan bahwa “bentuk

ditentukan oleh fungsi” dimana desain mempunyai kontribusi terhadap

manfaat dan sekaligus menjadi daya tarik produk karena selalu

mempertimbangkan faktor-faktor estetika, ergonomis, bahan dan

lain-lain. Desain atau rancangan yang baik dapat menarik perhatian,

meningkatkan kinerja produk, mengurangi biaya produk dan memberi

(34)

Kotler (2004:332) berpendapat bahwa “Desain merupakan totalitas

keistimewaan yang mempengaruhi penampilan dan fungsi suatu produk

dari segi kebutuhan konsumen”.

Menurut Stanton (1991:285), “Desain merupakan salah satu aspek

pembentukan citra produk. Sebuah desain yang unik, lain dari yang

lain, bisa merupakan satu-satunya ciri pembeda produk”.

Menurut Stanton (1991:285), desain produk yang baik dapat

meningkatkan pemasaran produk dalam berbagai hal diantaranya:

1. Dapat mempermudah operasi pemasaran

2. Meningkatkan nilai kualitas dan keawetan produk

3. Menambah daya tahan produk

2.1.2.6Kualitas Produk

Menurut Umar (2003:37) kebijakan produk mengenai perihal

kualitas produk. Kualitas produk merupakan kemampuan yang bisa dinilai

dari suatu merk dalam menjalankan fungsinya dengan berbagai manfaat

dan keunggulan suatu produk. Maka kualitas merupakan suatu pengertian

gabungan dari daya tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan,

pemeliharaan dan perbaikan serta segala faktor lainnya. Faktor kualitas

produk dibagi 2 yaitu :

1. Produk berupa barang.

Untuk menentukan kualitas barang atau produk ditentukan melalui 8

(35)

a. Performance, hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu

barang dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan

dalam membeli barang tersebut.

b. Features, yaitu aspek performansi yang berguna untuk menambah

fungsi dasar, berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan

pengembangannya.

c. Reliability, hal yang berkaitan dengan probabilitas atau

kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap

kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi

tertentu pula.

d. Conformance, hal yang berkaitan dengan tingkat kesesuaian

terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan

keinginan pelanggan. Konfirmasi merefleksikan derajat ketetapan

antara karakteristik desain produk dengan karakteristik kualitas

standar yang telah ditetapkan.

e. Durability, yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa daya tahan

atau masa pakai barang.

f. Serviceability, yaitu karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan,

kompetensi, kemudahan dan akurasi dalam memberikan layanan

untuk perbaikan barang.

g. Aesthentics, merupakan karakteristik yang bersifat subjektif

mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan pertimbangan

(36)

h. Fit and Finish, sifat subjektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan

mengenai keberadaan produk tersebut sebagai produk yang

berkualitas.

2. Produk berupa jasa atau service.

Lima faktor dalam menentukan kualitas jasa, yaitu :

a. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang

sesuai dengan janji yang ditawarkan.

b. Responsiveness, yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam

membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan

tanggap, yang meliputi : kesigapan karyawan dalam melayani

pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi dan

penanganan keluhan pelanggan pasien.

c. Assurance, meliputi kemampuan karyawan atas : pengetahuan

terhadap produk secara tepat, kualitas keramahan, perhatian dan

kesopanan dalam memberi informasi, kemampuan dalam

memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang

ditawarkan dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan

pelanggan terhadap perusahaan.

d. Emphaty, yaitu perhatian secara individual yang diberikan

perusahaan kepada pelanggan, seperti kemudahan untuk

menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk

berkomunikasi dengan pelanggan dan usaha perusahaan untuk

(37)

e. Tangibles, meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan

ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan,

kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan

komunikasi dan penampilan karyawan.

2.1.3 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen menyangkut masalah keputusan yang diambil

seseorang dalam persaingannya dan penentuan untuk mendapatkan dan

mempergunakan barang dan jasa.

Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari.

Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen

secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli

konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak

mereka membeli, serta mengapa mereka membeli. Pemasar dapat

mempelajari apa yang dibeli konsumen untuk mencari jawaban atas

pertanyaan mengenai apa yang mereka beli, dimana dan berapa banyak,

tetapi mempelajari mengenai alasan tingkah laku konsumen bukan hal

yang mudah, jawabannya seringkali tersembunyi jauh dalam benak

konsumen.

Pengertian perilaku konsumen seperti diungkapkan oleh Mowen,

(2002) yaitu studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses

pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan,

barang, jasa, pengalaman serta ide-ide”. Selanjutnya Swastha dan

(38)

dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara

langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang

dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada

persiapan dan menentukan kegiatan-kegiatan tertentu.

Dari pengertian di atas maka pengertian prilakun konsumen dapat

disimpulkan yaitu perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan dan

hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen perorangan, kelompok

maupun organisasi untuk menilai, memperoleh dan menggunakan

barang-barang serta jasa melalui proses pertukaran atau pembelian yang diawali

dengan proses pengambilan keputusan yang menentukan

tindakan-tindakan tersebut.

Dalam memahami perilaku konsumen perlu dipahami siapa

konsumen, sebab dalam suatu lingkungan yang berbeda akan memiliki

penelitian, kebutuhan, pendapat, sikap dan selera yang berbeda. Selain

proses terjadinya keputusan pembelian, wacana lain tentang faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen adalah penting bagi

pemasar.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen adalah

faktor situasional, psikologis, marketing mix, dan sosial budaya. Faktor

situasional meliputi lingkungan sosial, lingkungan fisik, dampak

sementara, dan keadaan sebelumnya. Faktor psikologis meliputi motivasi,

persepsi pembelajaran, sikap dan psikologiapik. Faktor marketing mix

(39)

dan budaya meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas, sosial dan

budaya.

Menurut Berkowitz, (2000) Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor situasional, psikologis,

marketing mix, dan sosial budaya. Faktor situasional meliputi lingkungan

sosial, lingkungan fisik, dampak sementara, dan keadaan sebelumnya.

Faktor psikologis meliputi motivasi, persepsi pembelajaran, sikap dan

psikologiapik. Faktor marketing mix meliputi produk, harga, promosi, dan

distribusi. Sedangkan faktor sosial dan budaya meliputi kelompok

referensi, keluarga, kelas, sosial dan budaya.

Menurut Kotler, (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumen adalah kebudayaan, faktor sosial, pribadi, psikologis. Sebagian

faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan oleh pemasar tetapi sebenarnya

harus diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh faktor-faktor

perilaku konsumen tersebut mempengaruhi pembelian konsumen”

Budaya Sosial

Gambar 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen

(40)

Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Faktor kebudayaan

Menurut Kotler, (2001) kebudayaan merupakan penentu keinginan

dan perilaku yang paling mendasar untuk mendapatkan nilai, persepsi,

preferensi dan perilaku dari lembaga-lembaga penting lainnya.

Faktor kebudayaan memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada

tingkah laku konsumen. Pemasar harus mengetahui peran yang dimainkan

oleh:

a. Budaya. Budaya adalah kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan

dan tingkah laku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari

keluarga dan lembaga penting lainnya.

b. Sub budaya. Sub budaya adalah sekelompok orang dengan sistem nilai

terpisah berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang umum

c. Kelas sosial. Kelas sosial adalah divisi masyarakat yang relatif

permanen dan teratur dengan para anggotanya menganut nilai-nilai,

minat dan tingkah laku yang serupa.

Selanjutnya Sumarwan (2004), mengemukakan pendapatnya

mengenai budaya, menurutnya definisi budaya adalah segala nilai,

pemikiran, simbol yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan dan

kebiasaan seseorang dan masyarakat. Budaya bukan hanya yang bersifat

abstrak, seperti nilai, pemikiran dan kepercayaan, budaya bisa berbentuk

objek material. Rumah, kendaraan, peralatan elektronik, pakaian, adalah

contoh-contoh produk yang bisa dianggap sebagai budaya suatu

(41)

bahasa adalah beberapa contoh lain dari budaya suatu masyarakat. Objek

material dari budaya disebut artifak budaya (cultural artifacts) atau

manifestasi material dari sebuah budaya. Budaya akan memberikan

petunjuk kepada seseorang tentang perilaku yang bisa diterima oleh suatu

masyarakat, dan budaya juga memberikan rasa memiliki identitas bagi

seseorang dalam suatu masyarakat.

Dengan pemahaman terhadap kebudayaan memungkinkan

pemasar menginterpretasikan reaksi konsumen ke dalam strategi

pemasaran. Konsumen secara biologis mungkin serupa, tetapi

pandangan-pandangannya terhadap dunia, nilai-nilai yang mereka anut, bagaimana

mereka bertindak adalah berbeda sesuai dengan latar belakang budayanya.

Sumarwan, (2004) menjelaskan bahwa dalam suatu budaya terdapat

unsur-unsur budaya. Unsur-unsur-unsur budaya yang dimaksudkan adalah :

a. Nilai (Value). Nilai adalah kepercayaan atau segala sesuatu yang

dianggap penting oleh seseorang atau suatu masyarakat. Nilai bisa

berarti sebuah kepercayaan tentang suatu hal, namun nilai bukan hanya

kepercayaan. Nilai biasanya jumlahnya relatif lebih sedikit. Nilai

mengarahkan seseorang untuk berprilaku yang sesuai dengan

budayanya. Nilai biasanya berlangsung lama dan sulit berubah. Nilai

tidak terkait dengan suatu objek atau situasi. Nilai diterima oleh

anggota masyarakat. Nilai akan mempengaruhi sikap seseorang, yang

kemudian sikap akan mempengaruhi prilaku seseorang.

b. Norma (Norms). Hampir semua masyarakat memiliki norma. Norma

(42)

prilaku yang diterima dan yang tidak diterima. Norma adalah aturan

masyarakat tentang sikap baik dan buruk, tindakan yang boleh dan tidak

boleh. Norma terbagi ke dalam dua macam. Pertama adalah norma

(enacted norms) yang disepakati berdasarkan aturan pemerintah dan

ketatanegaraan, biasanya berbentuk peraturan, undang-undang. Norma

ini harus dipatuhi oleh masyarakat, dan dalam banyak hal jika norma

tersebut dilangar, akan dikenakan sanksi. Norma kedua disebut cresive

norm, yaitu norma yang ada dalam budaya dan bisa dipahami dan

dihayati jika orang tersebut berinteraksi dengan orang-orang dari

budaya yang sama. Ada tiga jenis cresive norm, yaitu sebagai berikut :

1). Kebiasaan. Kebiasaan adalah berbagai bentuk perilaku dan

tindakan yang diterima secara budaya. Kebiasaan tersebut

diturunkan dari generasi ke generasi secara turun menurun.

Kebiasaan juga menyangkut berbagai jenis perayaan yang terus

menerus dilakukan secara rutin.

2). Larangan. Larangan adalah bentuk kebiasan yang mengandung

aspek moral, biasanya berbentuk tindakan yang tidak boleh

dilakukan oleh seseorang dalam suatu masyarakat. Pelanggaran

terhadap larangan tersebut akan mengakibatkan sangsi sosial.

Larangan yang berlaku di masyarakat Indonesia bisa bersumber

dari budaya atau dari nilai-nilai agama.

3). Konvensi. Konvensi menggambarkan norma dalam kehidupan

sehari-hari. Konvensi menggambarkan anjuran atau kebiasaan

(43)

berkaitan dengan perilaku konsumen yaitu perilaku rutin yang

dilakukan oleh konsumen.

c. Mitos. Mitos adalah unsur penting budaya lainnya. Mitos

menggambarkan sebuah cerita atau kepercayaan yang mengandung

nilai dan idealisme bagi suatu masyarakat. Mitos seringkali sulit

dibuktikan kebenarannya.

d. Simbol. Simbol adalah segala sesuatu (benda, nama, warna, konsep)

yang memiliki arti penting lainnya (makna budaya yang diinginkan).

2. Faktor sosial

Sumarwan (2004), mendefinisikan kelas sosial adalah bentuk lain dari

pengelompokan masyarakat ke dalam kelas atau kelompok berbeda.

Menurut Kotler, (2001) kelas sosial merupakan Pembagian masyarakat

yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan

yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan perilaku yang serupa.

Kelas sosial ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan,

tetapi diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan,

kekayaan dan variabel lain. Dalam beberapa sistem sosial, anggota dari

kelas yang berbeda memelihara peran tertentu dan tidak dapat

mengubah posisi sosial mereka.

Menurut Kotler, (2001) Tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh

faktor-faktor sosial, yaitu:

a. Kelompok. Kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi

untuk mencapai sasaran individu atau bersama. Beberapa merupakan

(44)

informal-seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan sekerja. Beberapa

merupakan kelompok sekunder, yang mempunyai interaksi lebih

formal dan kurang reguler. Ini mencakup organisasi seperti

kelompok keagamaan, asosiasi profesional dan serikat pekerja.

b. Keluarga. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang

paling penting dalam masyarakat dan telah diteliti secara mendalam,

pemasar tertarik dalam peran dan pengaruh suami, istri dan

anak-anak pada pembelian berbagai produk dan jasa.

c. Peran dan status. Peran terdiri dari aktivitas yang diharapkan

dilakukan seseorang menurut orang-orang yang ada disekitarnya.

Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan

yang diberikan oleh masyarakat. Orang seringkali memilih produk

yang menunjukkan statusnya dalam masyarakat.

Menurut Mangkunegara, (2000) dalam hubungan dengan perilaku

konsumen faktor sosial ini dapat dikarakteristikan antara lain:

a. Kelas sosial golongan atas memiliki kecenderungan membeli

barang-barang yang mahal, membeli pada toko yang berkualitas dan

lengkap (toko serba ada, supermarket), konservatif dalam

konsumsinya, barang-barang yang dibeli cenderung untuk dapat

menjadi warisan bagi keluarga.

b. Kelas sosial golongan menengah cenderung membeli barang untuk

menepatkan kekayaan, membeli barang dengan jumlah yang banyak

dan kualitasnya cukup memadai. Mereka berkeinginan membeli

(45)

c. Kelas sosial golongan rendah cenderung membeli barang dengan

mementingkan kuantitas daripada kualitasnya. Pada umumnya

mereka membeli barang untuk kebutuhan sehari-hari, memanfaatkan

penjualan barang-barang yang diobral atau penjualan dengan harga

promosi.

Sumarwan, (2004) mengemukakan pendapat yang menyebutkan bahwa

ada sembilan variabel yang menentukan status atau kelas sosial

seseorang, kesembilan variable tersebut digolongkan ke dalam tiga

kategori, yaitu sebagai berikut :

a. Variabel Ekonomi

1). Status pekerjaan. Status pekerjaan akan menentukan kelas sosial

seseorang. Status sosial seseorang akan ditentukan oleh keluarga

tempat ia tinggal. Pekerjaan yang dilakukan orang tua, baik ayah

atau ibu akan menentukan kelas sosial. Di daerah pedesaan

penghargaan terhadap guru masih sangat tinggi, maka status

pekerjaan sebagai guru dianggap sebagai kelas sosial yang sangat

baik atau kelas atas.

2). Pendapatan. Pendapatan akan menentukan daya beli seseorang, yang

selanjutnya akan mempengaruhi pola konsumsinya. Beberapa profesi

seperti pengusaha besar, para eksekutif perusahaan, dokter,

pengacara, dan akuntan akan memiliki pendapatan yang jauh lebih

tinggi dari profesi lainnya. Semakin tinggi pendapatan seseorang

(46)

3). Harta benda. Pendapatan yang tinggi biasanya diikuti oleh pemilikan

harta benda yang banyak.

b. Variable Interaksi

1). Prestis Individu. Kelas sosial akan ditentukan oleh penghargaan yang

diberikan orang lain kepada seseorang. Seseorang dikatakan

memiliki prestis pribadi jika ia dihormati oleh orang lain dan

orang-orang sekelilingnya. Seseorang-orang pada kelas sosial tertentu akan lebih

senang untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan seseorang pada

kelas sosial yang sama. Mereka akan merasa nyaman bergaul dengan

orang pada kelas sosial yang sama.

2). Asosiasi. Kelas sosial seseorang dapat diketahui dengan cara

mengidentifikasi dengan siapa ia berkomunikasi dan bergaul dalam

kehidupan sehari-hari. Inilah yang disebut sebagai variabel asosiasi.

3). Sosialisasi. Sosialisasi adalah sebuah proses yaitu seseorang belajar

berbagai keterampilan, membentuk sikap dan kebiasaan dalam

menjalani kehidupan masyarakat. Bagaimana seseorang melakukan

sosialisasi akan menentukan kelas sosial seseorang.

c. Variable Politik

1). Kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk

mempengaruhi orang lain dan memimpin orang lain. Orang-orang

yang terpilih sebagai pemimpin atau ketua partai politik yang besar

adalah orang-orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi

dan memimpin orang lain. Mereka termasuk ke dalam kelas sosial

(47)

2). Kesadaran kelas..Kesadaran kelas adalah kesadaran seseorang

terhadap kelas sosial tempat ia berada bahwa mereka berada dalam

suatu kelompok yang berbeda dengan yang lain, dan memiliki minat

politik dan ideologi yang sama. Orang dengan orientasi politik dan

sosial yang sama akan cenderung berkumpul dan berkelompok

bersama.

3). Mobilitas. Konsep lain untuk memahami kelas sosial adalah

mobilitas. Mobilitas adalah perubahan seseorang dari satu kelas ke

kelas sosial yang lain. Seseorang mungkin berubah dari kelas sosial

bawah ke kelas sosial menengah atau atas. Konsumen yang berubah

status sosial harus mempelajari bagaimana melakukan pola konsumsi

yang baru.

3. Faktor pribadi

Menurut Kotler, (2001) “Faktor pribadi didefinisikan sebagai

karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang

menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap

lingkungan”. Sumarwan, (2004) mendefinisikan kepribadian yaitu

kepribadian berkaitan dengan adanya perbedaan karakteristik yang paling

dalam pada diri (inner psychological characteristics) manusia, perbedaan

karakteristik tersebut menggambarkan ciri unik dari masing-masing

individu. Perbedaan karakteristik akan mempengaruhi respons individu

terhadap lingkungannya (stimulus) secara konsisten. Perbedaan

(48)

dengan karakteristik yang sama cenderung akan bereaksi yang relatif sama

terhadap situasi lingkungan yang sama.

Lebih lanjut Kotler, (2001) mengatakan bahwa keputusan membeli juga

dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu:

a. Umur dan tahap daur hidup. Orang mengubah barang dan jasa yang

mereka beli selama masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian,

perabot dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur. Membeli

juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang

mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Pemasar

seringkali menentukan sasaran pasar dalam bentuk tahap daur hidup

dan mengembangkan produk yang sesuai serta rencana pemasaran

untuk setiap tahap.

Menurut Sumarwan, (2004) memahami usia konsumen adalah

penting, karena konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi

produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan usia juga akan mengakibatkan

perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Dari sisi pemasaran,

semua penduduk berapapun usianya adalah konsumen. Namun,

pemasar perlu mengetahui dengan pasti apakah usia dijadikan dasar

untuk segmentasi pasar produknya. Jika ya, maka pemasar perlu

mengetahui pasar potensial dari produk yang dipasarkannya. Artinya ia

perlu mengetahui komposisi dan distribusi usia penduduk dari suatu

wilayah atau daerah yang dijadikan target pasarnya.

b. Pekerjaan. Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang

(49)

mempunyai minat di atas rata-rata akan produk dan jasa mereka.

Sebuah perusahaan bahkan dapat melakukan spesialisasi dalam

memasarkan produk menurut kelompok pekerjaan tertentu.

Menurut Sumarwan, (2004) pendidikan dan pekerjaan adalah dua

karakteristik konsumen yang saling berhubungan. Beberapa profesi

seperti dokter, pengacara, akuntan, peneliti memerlukan syarat

pendidikan formal agar bisa bekerja sebagai profesi tersebut. Dan

selanjutnya, profesi dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi

pendapatan yang diterimanya. Pendapatan dan pendidikan tersebut

kemudian akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi

seseorang. Tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi

nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang bahkan

persepsinya terhadap suatu masalah. Konsumen yang memiliki

pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi,

pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk

maupun merek. Pendidikan yang berbeda akan menyebabkan selera

konsumen juga berbeda. Dari sisi pemasaran, semua konsumen dengan

tingkat pendidikan yang berbeda adalah konsumen potensial bagi semua

produk dan jasa. Pemasar harus memahami kebutuhan konsumen

dengan tingkat pendidikan yang berbeda, dan produk apa yang bisa

memenuhi kebutuhan tersebut. Selanjutnya, pemasar menentukan target

konsumen yang akan dilayaninya.

c. Situasi ekonomi. Situasi ekonomi sekarang akan mempengaruhi pilihan

(50)

kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat minat.

Bila indikator ekonomi menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil

langkah-langkah untuk merancang ulang, memposisikan kembali dan

mengubah harga produknya.

d. Gaya hidup. Pola kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam

aktivitas (pekerjaan, hobi, berbelanja, olahraga, kegiatan sosial), minat

(makanan, mode, keluarga, rekreasi) dan opini yang lebih dari sekedar

kelas sosial dan kepribadian seseorang, gaya hidup menampilkan pola

bereaksi dan berinteraksi seseorang secara keseluruhan di dunia.

e. Kepribadian dan Konsep Diri. Kepribadian setiap orang jelas

mempengaruhi tingkah laku membelinya. Kepribadian mengacu pada

karakteristik psikologi unik yang menyebabkan respons yang relatif

konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan dirinya sendiri.

Kepribadian biasanya diuraikan dalam arti sifat-sifat seperti rasa

percaya diri, dominasi, kemudahan bergaul, otonomi, mempertahankan

diri, kemampuan menyesuaikan diri, dan keagresifan. Kepribadian

dapat bermanfaat untuk menganalisis tingkah laku konsumen untuk

pemilihan produk atau merek tertentu.

Selanjutnya Sumarwan, (2004) berpendapat bahwa karakteristik

dari kepribadian seperti dikemukakan di bawah ini:

a. Kepribadian Menggambarkan Perbedaan Individu. Kepribadian

menunjukkan karakteristik yang terdalam pada diri manusia merupakan

gabungan dari banyak faktor yang unik, karena itu tidak ada dua

(51)

kesamaan dalam satu karakteristik, tetapi pada karakteristik lainnya

mungkin berbeda. Kepribadian yang berbeda bisa diamati dengan

perilakunya yang berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.

Karena itu sifat manusia bisa dianggap sebagai suatu kepribadian jika

sifat tersebut telah menyebabkan ia berperilaku yang berbeda dengan

perilaku orang lain. Jika perilaku seseorang telah bisa menggambarkan

perbedaan dengan orang lain, maka ia telah memiliki kepribadian yang

berbeda dengan orang tersebut.

b. Kepribadian. Menunjukkan Konsistensi dan Berlangsung Lama.

Karakteristik individu telah terbentuk sejak masa kecil, dan telah

mempengaruhi perilaku individu tersebut secara konsisten dalam waktu

yang relatif lama. Kepribadian cenderung bersifat permanen dan sulit

berubah. Suatu sifat manusia disebut sebagai suatu kepribadian jika

sifat tersebut telah menyebabkan perilaku orang tersebut konsisten

sepanjang waktu. Sifat penyabar telah menjadi kepribadiannya karena

perilakunya selalu konsisten menunjukkan bahwa ia adalah penyabar.

Karena itu pemasar tidak bisa mengubah kepribadian konsumen agar

sesuai dengan produk yang mereka hasilkan. Namun, pemasar dapat

mengidentifikasi karakteristik apa pada diri konsumen yang

mempengaruhinnya dalam membeli suatu produk. Pemasar dapat

membuat komunikasi pemasaran yang menyentuh karakteristik

konsumen yang menjadi target pasar mereka. Kepribadian bersifat

konsisten, namun pola konsumsinya mungkin beragam. Hal ini

(52)

juga faktor lain seperti sikap, motivasi, sosial budaya, lingkungan, dan

daya beli konsumen. Intinya, kepribadian adalah salah satu dari banyak

faktor yang mempengaruhi pola konsumsi seseorang.

c. Kepribadian Dapat Berubah. Kepribadian bersifat permanen dan

konsisten, namun bukan berarti bisa berubah. Situasi bisa menyebabkan

seseorang mengubah kepribadiannya.

4. Faktor psikologis

Menurut Kotler, (2001) faktor psikologis sebagai bagian dari pengaruh

lingkungan tempat tinggal dan hidup pada waktu sekarang tanpa

mengabaikan pengaruh dimasa lampau atau antisipasinya pada waktu yang

akan datang”

Pilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut disampaikan oleh

Kotler, (2001) dipengaruhi oleh faktor psikologi yang meliputi :

a. Motivasi. Kebutuhan yang cukup untuk mengarahkan seseorang

mencari cara untuk memuaskan kebutuhan. Dalam urutan

kepentingan, jenjang kebutuhannya adalah kebutuhan fisiologis,

kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan

kebutuhan pengaktualisasian diri. Mula-mula seseorang mencoba

untuk memuaskan kebutuhan yang paling penting. Kalau sudah

terpuaskan, kebutuhan itu tidak lagi menjadi motivator dan kemudian

orang tersebut akan mencoba memuaskan kebutuhan paling penting

(53)

Kebutuhan

Gambar 2.2 Hirarki Kebutuhan Menurut Maslow, Kotler (2001)

1). Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs). Kebutuhan fisiologis

adalah kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan tubuh manusia untuk

mempertahankan hidup. Kebutuhan tersebut meliputi makanan, air,

udara, rumah, pakaian, dan seks. Seorang ekonom yang bernama

Enggel membuat suatu teori yang terkenal dengan teori Enggel, yang

menyatakan bahwa semakin sejahtera seseorang maka semakin kecil

persentase pendapatannya untuk membeli makanan

2). Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs). Kebutuhan rasa aman adalah

kebutuhan tingkat kedua setelah kebutuhan dasar. Ini merupakan

kebutuhan perlindungan bagi fisik manusia. Manusia membutuhkan

perlindungan dari gangguan kriminalitas, sehingga ia bisa hidup

dengan aman dan nyaman ketika berada di rumah maupun ketika

(54)

rasa aman secara psikis, karena konsumen tidak merasa was-was dan

khawatir serta terancam jiwanya di mana saja ia berada.

3). Kebutuhan Sosial (Sosial Needs Atau Belonginess Needs). Setelah

kebutuhan dasar dan rasa aman terpenuhi, manusia membutuhkan rasa

cinta dari orang lain, rasa memiliki dan dimiliki, serta diterima oleh

orang-orang sekelilingnya. Inilah kebutuhan tingkat ketiga dari

Maslow, yaitu kebutuhan sosial. Kebutuhan tersebut berdasarkan

kepada perlunya manusia berhubungan satu dengan yang lainnya.

4). Kebutuhan Ego (Egoistic or Esteem Needs). Kebutuhan ego atau esteem

adalah kebutuhan tingkat keempat, yaitu kebutuhan untuk berprestasi

sehingga mencapai derajat yang lebih tinggi dari yang lainnya. Manusia

tidak hanya puas dengan telah terpenuhinya kebutuhan dasar, rasa

aman, dan sosial. Manusia memiliki ego yang kuat untuk bisa mencapai

prestasi kerja dan karier yang lebih baik untuk dirinya maupun lebih

baik dari orang lain. Manusia berusaha mencapai prestis, reputasi, dan

status yang lebih baik. Bahkan seorang individu ingin dikenali sebagai

orang yang berprestasi maupun sukses.

5). Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need for Self-Actualization). Derajat

tertinggi atau kelima dari kebutuhan yaitu keinginan dari seorang

individu untuk menjadikan dirinya sebagai orang yang terbaik sesuai

dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Seorang individu

perlu mengekspresikan dirinya dalam suatu aktivitas untuk

membuktikan dirinya bahwa ia mampu melakukan hal tersebut.

(55)

untuk mengetahui, memahami dan membentuk suatu sistem nilai,

sehingga ia bisa mempengaruhi orang lain. Kebutuhan aktualisasi diri

adalah keinginan untuk bisa menyampaikan ide, gagasan dan sistem

nilai yang diyakininya kepada orang lain.

b. Persepsi. Menurut Kotler, (2001) “Persepsi adalah proses yang dilalui

orang dalam memilih, mengorganisasikan dan mengintepretasikan

informasi guna membentuk gambaran yang berarti mengenai dunia”.

Orang dapat membentuk persepsi berbeda dari rangsangan yang

sama karena 3 macam proses penerimaan indera menurut Kotler, (2001)

yaitu:

1). Perhatian selektif. Kecenderungan bagi manusia untuk menyaring

sebagian besar informasi yang mereka hadapi, berarti bahwa pemasar

harus bekerja cukup keras untuk menarik perhatian konsumen.

2). Distorsi selektif. Menguraikan kecenderungan orang untuk

meng-intepretasikan informasi dengan cara yang akan mendukung apa yang

telah mereka yakini.

3). Ingatan selektif. Orang cenderung lupa akan sebagian besar hal yang

mereka pelajari. Mereka cenderung akan mempertahankan atau

mengingat informasi yang mendukung sikap dan keyakinan mereka,

karena adanya ingatan selektif.

c. Pengetahuan. Pembelajaran menggambarkan perubahan dalam tingkah

laku individual yang muncul dari pengalaman. Pentingnya praktik dari

teori pengetahuan bagi pemasar adalah mereka dapat membentuk

(56)

dorongan yang kuat, menggunakan petunjuk yang membangkitkan

motivasi, dan memberikan peranan positif.

Kotler (2000), menyatakan pembelajaran menggambarkan

perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari

pengalaman. Ahli teori pembelajaran mengatakan bahwa kebanyakan

tingkah laku manusia dipelajari. Pembelajaran berlangsung melalui

saling pengaruh dorongan, rangsangan, petunjuk respon dan

pembenaran.

d. Keyakinan dan sikap. Melalui tindakan dan pembelajaran, orang

mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya ini, pada waktunya

mempengaruhi tingkah laku membeli. Keyakinan adalah pemikiran

deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Keyakinan

didasarkan pada pengetahuan yang sebenarnya, pendapat atau

kepercayaan dan mungkin menaikkan emosi atau mungkin tidak.

Pemasaran tertarik pada keyakinan bahwa orang yang merumuskan

mengenai produk dan jasa spesifik, karena keyakinan ini menyusun

citra produk dan merek yang mempengaruhi tingkah laku membeli yang

mempengaruhi tingkah laku membeli. Bila ada sebagian keyakinan

yang salah dan menghalangi pembelian, pemasar pasti ingin

meluncurkan usaha untuk mengoreksinya.

Sikap menguraikan evaluasi, perasaan dan kecenderungan dari

seseorang terhadap suatu obyek atau ide yang relatif konsisten. Sikap

(57)

menyukai atau tidak menyukai sesuatu mengenai mendekati atau

menjauhinya.

Menurut Kotler, (2000) “Keyakinan adalah pemikiran deskriptif

yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu. Keyakinan ini mungkin

didasarkan pada pengetahuan sebenarnya, pendapat atau kepercayaan

dan mungkin menaikkan emosi dan mungkin tidak”.

2.1.3 Keputusan Pembelian

Sumarwan (2004), mendefinisikan keputusan sebagai pengambilan

tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang

hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternatif.

Pemasar perlu mengetahui siapa yang terlibat dalam keputusan

membeli dan peran apa yang dimainkan oleh setiap orang untuk banyak

produk, cukup mudah untuk mengenali siapa yang mengambil keputusan.

Menurut Enggel dkk, (1994) beberapa peran dalam keputusan membeli:

a. Pemrakarsa: orang yang pertama menyarankan atau mencetuskan

gagasan membeli produk atau jasa tertentu.

b. Pemberi pengaruh: orang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi

keputusan membeli.

c. Pengambil keputusan: orang yang akhirnya membuat keputusan

membeli atau sebagian dari itu, apakah akan membeli, apa yang dibeli,

bagaimana membelinya atau di mana membeli.

Gambar

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ........................................................................
Gambar 2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen
Gambar 2.2 Hirarki Kebutuhan Menurut Maslow, Kotler (2001)
Gambar 2.1 Model lima tahap proses membeli
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2014) melaporkan bahwa bakteri endofit yang diisolasi dari tanaman kacang tanah mampu menghambat pertumbuhan Sclerotium sp., mampu meningkatkan tinggi, jumlah daun,

Orang tersebut telah berada (tinggal) di tempat tersebut dalam waktu yang lama, yaitu lebih dari 30 tahun sehingga konsentrasi Timbal telah tera- kumulasi di

Sarana prasarana kurang media pembelajaran (media bimbingan seperti LCD dan akses internet yang masih terbatas), Pada bagian IT kurang perangkat komputer buat

Dengan pemodelan Unified Modelling Language dan bahasa pemrograman php serta database mysql, dan social media content marketing (SMCM) merupakan pendekatan penelitian untuk

(1) Setiap Badan Usaha atau perorangan yang akan menyelenggarakan kegiatan usaha hotel, Penginapan atau Wisma, dan Pondok Wisata, wajib memiliki izin dari Bupati, dengan

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode Course Review Horay (CRH) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 4 Cakranegara

Dari hasil analisis juga diperoleh nilai odss ratio sebesar 4,767 yang artinya responden yang tidak melakukan manajemen stres mempunyai resiko 5 kali lebih tinggi untuk