• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FISIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FISIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM

MENYELESAIKAN MASALAH FISIKA MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN

CREATIVE

PROBLEM SOLVING

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

S U D I R A N

NIM: 8106176024

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM

MENYELESAIKAN MASALAH FISIKA MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN

CREATIVE

PROBLEM SOLVING

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

S U D I R A N

NIM: 8106176024

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Sudiran. Peningkatan Berpikir Kritis Siswa Dalam Penyelesaikan Masalah Fisika Melalui Model Pembelajaran Creative Problem Solving. Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed. 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah Fisika melalui model pembelajaran Creative Problem Solving. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu berjumlah 38 orang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Objek penelitiannya adalah proses pembelajaran dengan menerapakan model pembelajaran

Creative Problem Solving. Metode penelitian yang diterapkan adalah penelitian tindakan kelas melalui dua siklus pembelajaran, setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, mengobservasi dan refleksi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving ada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu. Penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu dalam proses pembelajara Fisika. Tingkatan soal berpikir kritis yang dapat diselesaikan pada siklus pertama mencakup ranah C2 (memahami) menurut Anderson, dapat diselesaikan oleh 31 siswa (81,58%), ranah C3 (mengaplikasikan) dapat diselesaikan oleh 15 siswa (39,47%) dan ranah C4 (menganalisis) dapat diselesaikan oleh 11 siswa (28,95%). Pada siklus kedua tingkat soal berpikir kritis yang dapat diselesaikan mencakup ranah C2 (memahami) menurut Anderson, dapat diselesaikan oleh 36 siswa (94,74%), ranah C3 (mengaplikasikan) dapat diselesaikan oleh 30 siswa (78,95%) dan ranah C4 (menganalisis) dapat diselesaikan oleh 23 siswa (60,53%). Dengan meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa, maka penguasaan konsep Fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu juga mengalami peningkatan. Peningkatan penguasaan konsep Fisika tersebut dilihat dari meningkatkannya jumlah siswa yang tuntas dari 14 siswa (36,84%) pada siklus pertama menjadi 31 siswa (81,58%) pada siklus kedua dengan rata-rata hasil belajar 74,24. N-gain pada siklus pertama sebesar 0,29 termasuk dalam kategori kurang danN-gain pada siklus kedua sebesar 0,40 termasuk dalam kategori sedang.

(7)

ABSTRACT

Sudiran. Improved Critical Thinking Students In Problem Solving Physics Through Creative Problem Solving Model of Learning. Unimed Physics Education Study Program. 2012.

The objective in this research to improving critical thinking skill of students in solving physics problems through learning models Creative Problem Solving. The subjects were eighth grade students of SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu numbered 38 people consisted of 20 boys and 18 girls. Object of research is a process of learning by applying Creative Problem Solving model of learning. The research method was applied action research through two learning cycles, each cycle consisting of the stages of planning, implementation, observation and reflection. The results of the data analysis shows that through the application of Creative Problem Solving model of learning there is an increased ability to think critically eighth grade students of SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu. Application of Creative Problem Solving model of learning can improve students' critical thinking skills class VIII in the process pembelajara Physics. Levels of critical thinking questions that can be completed in the first cycle includes C2 domains (understood) by Anderson, to be completed by 31 students (81.58%), C3 domains (applying) can be completed by 15 students (39.47%) and C4 domains (analyze) can be completed by 11 students (28.95%). In the second cycle level critical thinking questions that can be addressed include C2 domains (understood) by Anderson, to be completed by 36 students (94.74%), C3 domains (applying) can be completed by 30 students (78.95%) and C4 domains (analyze) can be completed by 23 students (60.53%). With increasing students' critical thinking skills, the mastery of physics concepts eighth grade students of SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu also increased. Increased mastery of physics concepts is seen from increase the number of students who pass out of 14 students (36.84%) in the first cycle to 31 students (81.58%) in the second cycle with an average of 74.24 learning outcomes. N-gain in the first cycle of 0.29 is included in the category of less and N-gain in the second cycle of 0.40 is included in the category.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat

dan Karunia-Nya, akhirnya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis yang berjudul:

”Peningkatan Berpikir Kritis Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Fisika Melalui Model

PembelajaranCreative Problem Solving”.

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Magister Pendidikan Fisika pada Program Pascasarjana Unviersitas Negeri Medan

(UNIMED). Tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,

untuk itu Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan tersebut baik

secara langsung maupun tidak langsung, baik moril maupun materil.

Dalam kesempatan ini, Penulis secara khusus menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M sebagai Pembimbing I dan Bapak Dr. Ridwan

Abdullah Sani, M.Si sebagai Pembimbing II yang telah membimbing dan

mengarahkan Penulis, sampai pada penyelesaian penyusunan Tesis ini.

2. Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D., Bapak Dr. Nurdin Bukit, M.Si., dan Bapak

Dr. Kms. Amin Fauzi, M.Pd sebagai Nara Sumber dan Penguji yang banyak

memberikan masukan dan arahan dalam penyempurnaan Tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

dan Bapak Dr. Nurdin Bukit, M.Si., Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika atas

(9)

4. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan informasi

ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu selama Penulis mengikuti perkuliahan.

5. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika kelas B yang telah

memberikan support kepada Penulis.

6. Istri tercinta (Siti Mour Harahap, S.Pd) dan Anak-anak tersayang (Muhammad

Alawy, Muhammad Syauqy, Mutiara Jannah dan Muhammad Ridho Fahlawy) yang

telah memberikan dukungan serta keikhlasannya kepada Penulis, untuk terus belajar

dan menuntut ilmu.

Akhirnya ucapan terima kasih ini disampaikan kepada semua pihak yang tidak

dapat Penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dalam penyelesaikan

studi di Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Semua kebaikan Pembimbing, Nara Sumber, Ketua dan Sekretaris Prodi Pendidikan Fisika

dan rekan-rekan mahasiswa, Penulis serahkan kepada Allah SWT, mudah-mudah diberi

imbalan yang terbaik. Semoga Tesis ini dapat memberi manfaat kepada dunia pendidikan,

khusus pada Penulis, sebagai sumbangsih secara teori kepada dunia pendidikan

(umumnya) dan dalam kegiatan pembelajaran Fisika (khususnya).

Medan, Desember 2012

Penulis,

S U D I R A N NIM. 8106176024

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 6

1.3 Batasan Masalah... 7

1.4 Rumusan Masalah... 8

1.5 Tujuan Penelitian... 8

1.6 Manfaat Penelitian... 9

1.7 Definisi Operasional Variabel... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN... 11

2.1 Kajian Pustaka... 11

2.1.1 Berpikir Kritis... 11

2.1.2 Kreativitas... 17

2.1.3 Pengertian Berpikir Kreatif... 31

(11)

2.1.5 Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Fisika... 56

2.1.6 Pemahaman Konsep Fisika... 57

2.1.7 Silabus IPA-Fisika SMP/MTs Kelas VIII Semeseter Ganjil... 61

2.2 Penelitian yang Relevan... 73

2.3 Kerangka Berpikir... 74

2.4 Hipotesis Tindakan... 77

BAB III METODE PENELITIAN... 78

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian... 78

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 79

3.3 Subjek dan Objek Penelitian... 80

3.4 Metode Penelitian... 80

3.5 Perosedur Penelitian... 81

3.6 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data... 90

3.7 Validasi Data... 92

3.8 Instrumen Penelitian... 92

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 98

4.1 Hasil Penelitian………. 98

4.1.1 Deskripsi Awal………... 98

4.1.2 Data Siklus Pertama………... 99

4.1.3 Data Siklus Kedua……….. 105

4.2 Hasil Penelitian………. 111

4.2.1 Peningkatan Berpikir Kritis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving……… 111

4.2.2 Peningkatan Aktivitas Relajar Siswa Melalui Penerapan Model

(12)

Pembelajaran Creative Problem Solving………... 117

4.2.3 Peningkatan Respon Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving... 118

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……… 121

5.1. Simpulan……… 121

5.2. Saran……….. 123

DAFTAR PUSTAKA……… 124

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1 Model Pengembangan Kreativitas 30

Tabel 2.2 Creative Problem Solving Stages (v3.0) 44

Tabel 2.3 CPS Components and Stages (v4.0) 45

Tabel 2.4 Tahapan CPS Menurut Beberapa Ahli 50

Tabel 4.1 Distribusi Aktivitas Kelompok Siswa Dalam Proses 101

Pembelajaran Siklus I

Tabel 4.2 Data Respon Siswa Tentang Pelaksanaan Pembelajaran 104

Siklus I

Tabel 4.3 Distribusi Aktivitas Kelompok Dalam Proses 107

Pembelajaran Siklus II

Tabel 4.4 Data Respon Siswa Tentang Pelaksanaan Pembelajaran 110

Siklus II

Tabel 4.5 Jumlah Siswa Yang Mampu Berpikir Kritis Dalam 112

Menyelesaikan Masalah Fisika Sesuai Mencakup Ranah

C2 , C3 dan C4

Tabel 4.6 Aktivitas Pembelajaran Guru di Kelas Setiap Pertemuan 116

Pada Siklus I dan Siklus II

Tabel 4.7 Data Respon Siswa Tentang Pelaksanaan Pembelajaran 118

Siklus I dan II

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Proses Berpikir Kreatif 40

Gambar 2.2 Gambar Tahapan CPS Menurut Osborn dan Parnes 44

Gambar 2.3 Problem Solving Preference 51

Gambar 3.1 Bagan Siklus Pembelajaran 81

Gambar 3.2 Cuplikan Penyelesaian Soal Fisika No. 1 94

Gambar 3.3 Cuplikan Penyelesaian Soal Fisika No. 2 95

Gambar 3.4 Cuplikan Penyelesaian Soal Fisika No. 3 95

Gambar 3.5 Cuplikan Penyelesaian Soal Fisika No. 4 96

Gambar 3.6 Cuplikan Penyelesaian Soal Fisika No. 5 97

Gambar 4.1 Aktivitas Kelompok Belajar Siswa Siklus I 102

Gambar 4.2 Aktivitas Kelompok Belajar Siswa Siklus II 108

Gambar 4.3 Jumlah Siswa Yang Menyelesaikan Soal Berpikir Kritis 112

Gambar 4.4 Aktivitas Pembelajaran Guru di Kelas Setiap Pertemuan 117

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan guru selama ini, khususnya

pada pelajaran Fisika di SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu, belum

memaksimal pengintegrasian sikap ilmiah kedalam proses pembelajaran. Ini salah

satu penyebab peserta didik belum memberdayakan kemampuan berpikir kritis dan

kreatifnya. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan guru beberapa tahun

terakhir terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas pada SMP Negeri 3

Satu Atap Pangkalan Susu menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran di sekolah

masih belum dapat meningkatkan kemampuan berpikir kiritis siswa. Khususnya

kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah Fisika dan masalah

kehidupan sehari-hari yang dihadapinya.

Pada dasarnya, jika guru melaksanakan proses belajar mengajar dengan

menerapkan model pembelajaran yang berfokus pada aktivitas dan kreativitas siswa,

maka siswa akan menjadi kritis dalam menerima informasi. Sebagaimana hasil dari

beberapa penelitian menjelaskan bahwa model pembelajaran creative problem

solving (CPS) membangkitkan kemampuan berpikir secara kritis dan kreatif sehingga

dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, kemudian dapat digunakan secara

efisien untuk meningkatkan pendidikan guru dan siswa harus menerima pengenalan

yang secara menyeluruh untuk pemecahan masalah secara kreatif (Myrmel, 2003;

Muneyoshi, 2004; Lanoven, dkk., 2004; Williams & Williams, 1997).

(16)

2

Guru belum memaksimalkan penggunaan potensi berpikir kritis peserta

didik dalam menyelesaikan soal-soal Fisika, baik soal yang berkaitan dengan

kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor. Jika merujuk pada beberapa hasil

penelitian yang menjelaskan bahwa model pembelajaran creative problem solving

merupakan framework yang sangat baik untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kreatif (Maraviglia & Kvashny, 2006; Isaksen & Treffinger, 2004).

Akan tetapi yang terjadi dalam pendidikan kita adalah ada guru yang ketika

masuk kelas untuk mengajar hanya mengemukakan pendapat-pendapatnya di depan

peserta didik. Kemudian peserta didik hanya duduk dan mendengarkan apa yang

dikatakan oleh guru, sehingga mereka tidak terbiasa mengemukakan pendapatnya di

depan kelas. Padahal sebenarnya mereka membutuhkan alat bantu untuk menjadi

pribadi yang kritis. Proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru belum

memaksimalkan penerapan model-model pembelajaran sesuai dengan teori yang ada.

Kegiatan pembelajaran terkesan hanya menyelesaikan kewajiban mengajar yang

pada akhirnya penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang ingin dicapai

tidak terealisasi, sehingga siswa tidak memahami konsep Fisika yang diajarkan.

Salah satu alat bantu yang tersedia dalam pembelajaran yaitu menerapkan metode

atau model pembelajaran. Metode atau model pembelajaran ini nantinya dapat

menunjang perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa. Salah satu dari sekian

banyak metode atau model pembelajaran yang tepat untuk dilakukan adalah model

pembelajarancreative problem solving.

Model pembelajaran CPS sudah dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 3

(17)

3

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan pada siklus terakhir menunjukkan

bahwa masih ada kendala dalam pelaksanaan model CPS ini, terutama pada tahap

menemukan gagasan (idea finding) dan menemukan jawaban (solution finding).

Kedua tahapan ini dilaksanakan dalam diskusi kelompok, dimana setiap anggota

kelompok masih saling mengharapkan hasil kerja dari anggota kelompok yang

memeiliki kemampuan kognitif lebih baik.

Selain hal ini, masih banyak lagi masalah yang ditemui sehubungan dengan

dukungan terhadap terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Diantaranya banyak peristiwa di lingkungan masyarakat yang menggambarkan

pembelajaran kurang melibatkan siswa. Contoh nyata dalam kehidupan mereka

adalah ketika peserta didik dihadapkan pada suatu permasalahan kurangnya biaya

untuk melanjutkan sekolah. Pada umumnya mereka cenderung lebih memilih untuk

berhenti sekolah dengan alasan ingin membantu orang tua mereka bekerja atau

mencari nafkah. Jika peserta didik tersebut kreatif, tentu akan mencari solusi dari

masalah bagaimana supaya dia tetap dapat membantu orang tua tanpa harus berhenti

sekolah. Jika siswa belajar secara kreatif, mereka akan dapat menciptakan

kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak

diramalkan sebelumnya. Ini juga akan mengatasi masalah tentang bertambahnya

pengangguran terdidik. Hal ini memberi anggapan bahwa pengangguran terdidik

merupakan akibat dari cara guru yang tidak melatih kreativitas peserta didik saat

berada di bangku sekolah. Mind set yang sudah terbentuk pada benak siswa adalah

(18)

4

datang menghampiri. Tentu hal ini tidak menutup kemungkinan sebagai salah satu

sebab terus bertambahnya jumlah pengangguran terdidik.

Kasus lain yang dapat dijadikan contoh adalah ketika siswa dihadapkan

pada permasalahan perbedaan pendapat. Jalan keluar yang diambil sebagian besar

siswa adalah tawuran. Kebanyakan mereka menganggap bahwa dengan

menunjukkan siapa yang kuat maka dia akan berkuasa. Siswa yang kreatif dalam

memecahkan masalah akan mencari jalan keluar dari masalah tersebut tanpa harus

ada perkelahian. Ironisnya lagi, orang dewasa juga lebih suka berkelahi daripada

bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah.

Peristiwa lain yang terjadi di hadapan kita adalah kesiapan peserta didik

dalam menghadapi Ujian Nasional. Mereka terlihat santai seperti tidak ada masalah.

Ternyata mereka sudah mengetahui akan adanya pemberian kunci jawaban dari

pihak sekolah sehingga mereka hanya menunggu informasi jawaban dari tim yang

telah dibentuk oleh sekolah. Keadaan ini membuat peserta didik menjadi tidak

memaksimalkan kemampuan otaknya untuk berpikir kritis dan kreatif. Pada akhirnya

pendidikan kita akan menghasilkan sarjana-sarjana yang siap menunggu, baik

menunggu informasi maupun menunggu pekerjaan yang datang.

Beberapa contoh dan peristiwa di atas, menggambarkan kemungkinan hal

tersebut disebabkan oleh guru kurang menerapkan pembelajaran yang dapat

membawa peserta didik untuk menggunakan kemampuan berpikir kritis dan

kreatifnya. Tesis ini akan mendeskripsikan penerapan model pembelajaran yang

mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa, yaitu model

(19)

5

Ada beberapa asalan yang mendasari pemilihan dan penerapan model

pembelajaran ini, yaitu:

1) Model pembelajaran CPS termasuk kedalam model dengan pendekatan

konstruktivistik, dimana yang menjadi pusat pembelajaran adalah siswa

(student centered) sehingga model ini dianggap mampu mengaktifkan siswa.

Sebagaimana yang diketahui bahwa belajar aktif merupakan hal yang sangat

dibutuhkan oleh siswa untuk mendapatkan hasil yang maksimum dalam

pembelajaran. Pada saat peserta didik pasif atau hanya menunggu dan

menerima informasi ilmu yang diberikan oleh guru, maka ada kecenderungan

mereka untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan.

2) Model pembelajaran CPS dapat digunakan untuk peserta didik yang

kemampuan intelektualnya berbeda-beda, sehingga tidak perlu memisahkan

antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas (memiliki kemampuan

intelektual menengah ke bawah) sehingga mereka tidak ada yang merasa

dikucilkan atau diasingkan.

3) Model pembelajaran CPS tidak hanya terbatas pada tingkat pengenalan,

pemahaman dan penerapan sebuah informasi, melainkan juga melatih siswa

untuk dapat menganalisis suatu masalah dan memecahkannya. Masalah yang

dihadapi bisa berupa persoalan penguasaan konsep Fisika maupun masalah

dalam kehidupan sehari-hari.

4) Model pembelajaran CPS mudah dipahami dan diterapkan dalam tiap jenjang

(20)

6

Dari beberapa alasan yang dikemukakan di atas, jika diterapkan model

pembelajaran CPS diharapkan tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan

kompetensi dasarnya melalui peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

Berpikir kritis yang dimaksud adalah suatu proses penggunaan kemampuan berpikir

secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat, mengevaluasi serta

mengambil keputusan tentang apa yang diyakini atau dilakukannya. Salah satu cara

yang dapat mendorong siswa berpikir kritis adalah dengan menghadapkan mereka

pada topik-topik yang kontroversional. Selain itu, debat juga dapat memotivasi siswa

untuk meneliti sebuah topik secara mendalam dan menguji masalah-masalah yang

dimunculkan, sehingga para siswa bebas mengeksplorasi perspektif-perspektif yang

beragam. Dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi kognitif

yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi

kesalahan.

Masalah kreatif pada dasarnya merupakan kemampuan seseorang untuk

menemukan inovasi baru dari yang belum ada menjadi ada serta kemampuan

menghasilkan suatu hasil karya baru dan bermanfaat. Komponen utama dalam

kreativitas adalah novelty (sesuatu yang baru). Kreativitas tidak hanya dilihat dalam

bentuk produk, namun dapat berupa proses. Jika berkaitan dengan produk, maka

kreativitas haruslah menghasilkan manfaat, sedangkan yang berkaitan berupa proses

dapat dilihat melalui penggunaannya sebagai alat untuk memecahkan masalah.

1.2 Identifikasi Masalah

(21)

7

1. Guru belum memaksimalkan penggunaan potensi berpikir kritis peserta didik

dalam menyelesaikan soal-soal Fisika, baik soal yang berkaitan dengan

kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor. Indikasinya adalah siswa

jarang diminta untuk menjelaskan kembali jawaban yang telah diberikannya,

sehingga mereka hanya menunggu hasil yang disampaikan guru tanpa harus

tahu kenapa jawaban tersebut benar, salah atau kurang sempurna.

2. Media pembelajaran yang diperlukan tidak ada, seperti alat-alat praktikum,

sehingga guru dan peserta didik diminta harus kreatif membuat alat-alat peraga

yang sederhana atau membuat model alat peraga. Melalui kreativitas yang

tinggi ini menuntut aktivitas belajar yang lebih baik pula. Jadi, kreativitas guru

dan peserta didik sangat dibutuhkan untuk terlaksananya proses pembelajaran

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

3. Guru tidak pernah meminta respon siswa tentang peroses pembelajaran yang

dilaksanakan. Ini sangat penting untuk dapat memperbaiki kegiatan belajar

mengajar supaya siswa lebih aktif, kreatif dan senang.

1.3 Batasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan masalah yang akan diatasi, maka dibuat

batasan-batasan masalahnya. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada:

1. Memaksimalkan penggunaan potensi berpikir kritis peserta didik dalam

menyelesaikan soal-soal Fisika, baik soal yang berkaitan dengan kemampuan

kognitif, afektif maupun psikomotor. Melalui kegiatan pembelajaran dengan

memaksimalkan kemampuan berpikir kritis ini, pemahaman konsep Fisika

(22)

8

2. Meningkatkan aktivitas dan kreativitas dalam proses pembelajaran melalui

pembuatan alat-alat peraga yang sederhana atau membuat model alat peraga.

Jadi, kreativitas guru dan peserta didik sangat dibutuhkan untuk terlaksananya

proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

3. Guru harus meminta tanggapan atau respon siswa tentang peroses pembelajaran

yang dilaksanakan. Hal ini penting sebagai refleksi awal untuk perbaikan

kegiatan belajar mengajar supaya siswa lebih aktif, kreatif dan senang.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka

rumusan masalah dalam penelitian adalah:

1. Apakah ada peningkatan berpikir kritis siswa kelas VIII melalui penerapan

model pembelajaran creative problem solving di SMP Negeri 3 Satu Atap

Pangkalan Susu?

2. Apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VIII melalui penerapan

model pembelajaran creative problem solving di SMP Negeri 3 Satu Atap

Pangkalan Susu?

3. Apakah ada peningkatan respon siswa kelas VIII terhadap penerapan model

pembelajaran creative problem solving di SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan

Susu?

1.5 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini

(23)

9

1) Mengetahui apakah ada peningkatan berpikir kritis siswa kelas VIII melalui

penerapan model pembelajaran creative problem solving di SMP Negeri 3 Satu

Atap Pangkalan Susu.

2) Mengetahui apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VIII melalui

penerapan model pembelajaran creative problem solvingdi SMP Negeri 3 Satu

Atap Pangkalan Susu.

3) Mengetahui apakah ada peningkatan respon siswa kelas VIII terhadap

penerapan model pembelajaran creative problem solving di SMP Negeri 3 Satu

Atap Pangkalan Susu.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah:

1) Bagi Peserta Didik: Peserta didik dapat lebih kritis dalam menyelesaikan

masalah-masalah Fisika khususnya maupun masalah-masalah yang dihadapi

dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.

2) Bagi Guru: Model pembelajaran creative problem solving dapat menjadi salah

satu model yang digunakan guru dalam kegiatan belajar-mengajar. Guru yang

banyak menguasi metode maupun model-model pembelajaran termasuk guru

yang dapat membangun kreativitas mengajarnya. Memotivasi pendidik untuk

menerapkan model-model pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga

peserta didik menjadi bersemangat dan tidak cepat jenuh dalam mengikuti

proses pembelajaran.

3) Bagi Sekolah: Menambah khazanah metode atau model pembelajaran inovatif

(24)

10

1.7 Definisi Operasional Variabel

Meningkatkan berasal dari kata tingkat yang berarti lapis dari sesuatu yang bersusun.

Meningkatkan adalah usaha menaikkan (derajat, taraf, dan sebagainya),

mempertinggi, memperhebat (produksi), mengangkat diri, memegahkan

diri. Maksud peningkatan dalam penelitian ini adalah usaha memperbaiki

berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah Fisika melalui

model pembelajarancreative problem solving.

Berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis ide ke arah yang lebih spesifik,

membedakan secara tajam, mengidentifikasi pusat isu dan asumsi dalam

argumen, mengenali hubungan penting, membuat kesimpulan yang benar

dari data, mengevaluasi bukti, mengkaji dan mengembangkannya ke arah

yang lebih sempurna.

Creative Problem Solving adalah a framework which can be used by individuals or

groups to formulate problems, opportunities, or challenges; generate and

analyze many varied, and novel options; and plan for effective

implementation of new solutions or courses of action.

SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu, merupakan SMP Negeri 3 yang dibangun

(25)

121

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan:

1. Penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan

Susu dalam proses pembelajara Fisika. Tingkatan soal berpikir kritis yang

dapat diselesaikan pada siklus pertama mencakup ranah C2 (memahami)

menurut Anderson, dapat diselesaikan oleh 31 siswa (81,58%), ranah C3

(mengaplikasikan) dapat diselesaikan oleh 15 siswa (39,47%) dan ranah C4

(menganalisis) dapat diselesaikan oleh 11 siswa (28,95%). Pada siklus kedua

tingkat soal berpikir kritis yang dapat diselesaikan mencakup ranah C2

(memahami) menurut Anderson, dapat diselesaikan oleh 36 siswa (94,74%),

ranah C3 (mengaplikasikan) dapat diselesaikan oleh 30 siswa (78,95%) dan

ranah C4 (menganalisis) dapat diselesaikan oleh 23 siswa (60,53%). Dengan

meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa, maka penguasaan konsep

Fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu juga

mengalami peningkatan. Peningkatan penguasaan konsep Fisika tersebut dilihat

dari meningkatkannya jumlah siswa yang tuntas dari 14 siswa (36,84%) pada

siklus pertama menjadi 31 siswa (81,58%) pada siklus kedua dengan rata-rata

hasil belajar 74,24. N-gain pada siklus pertama sebesar 0,29 termasuk dalam

(26)

122

kategori kurang dan N-gain pada siklus kedua sebesar 0,40 termasuk dalam

kategori sedang.

2. Melalui penerapan model pembelajaran Creative Probel Solving terjadi

peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap

Pangkalan Susu dalam proses pembelajaran Fisika. Aktivitas kelompok belajar

siswa dalam proses pembelajaran Siklus I diketahui bahwa aktivitas belajar

siswa pada kelompok I (56,00); II (62,00); III (56,67); IV (58,67); VI (61,33)

dan VII (58,67) termasuk dalam katergori cukup, sedangkan untuk kelompok V

(67,33) termasuk dalam kategori tinggi. Aktivitas kelompok siswa dalam

proses pembelajaran Siklus II diketahui: aktivitas belajar siswa pada kelompok

I (70,67); II (74,00); III (74,67); IV (73,33); VI (76,00) dan VII (75,33)

termasuk dalam katergori tinggi, sedangkan untuk kelompok V (86,67)

termasuk dalam kategori sangat tinggi. Berdasarkan data aktivitas kelompok

belajar siswa yang diperoleh melalui lembar observasi sistematis bahwa

aktivitas belajar siswa pada siklus I termasuk dalam kategori cukup dan pada

siklus II meningkat menjadi kategori tinggi. Ini berarti selama proses

pembelajaran pada umumnya siswa sudah melaksanakan aktivitas sesuai

dengan aspek yang terdapat pada lembar observasi aktivitas siswa.

3. Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa ada peningkatan respon siswa

kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu melalui penerapan model

pembelajaran Creative Problem Solving dalam propses pembelajaran Fisika.

Data pengamatan respon siswa tentang pelaksanaan pembelajaran dengan

(27)

123

pemahaman konsep Fisika berbeda dari yang nilainya di atas kriteria ketuntasan

minimal, siswa yang memperoleh nilai pemahaman konsep Fisika berkisar nilai

kriteria ketuntasan minimal, tetapi tergolong tuntas, dan siswa yang

memperoleh nilai kurang dari nilai kriteria ketuntasan minimal.

5.2 Saran-Saran

Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini disarankan supaya para

peneliti selanjutnya:

1. Supaya mempelajari hasil penelitian yang menerapkan model CPS untuk

mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam penerapkan model

pembelajaran CPS ini, khususnya sebagai upaya meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa. Dengan meningkatnya kemampuan berpikir kritis ini akan

memberikan kontribusi terhadap penguasaan konsep Fisika.

2. Menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memacu aktivitas belajar siswa,

baik secara mandiri maupun kelompok, sehingga aktivitas belajar siswa

mengalami peningkatan selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Mengupayakan membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik perhatian

siswa, sehingga siswa senang dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan

(28)

124

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S., & Abbas, M. 2006. The effect of inquiry-based computer simulation with cooperative learning on scientific thinking and conceptual understanding. Malaysian On Line journal of Instructional Technology. 3(2). 1-16.

Alexander, K. L. 2007. Effects Instruction in Creative Problem Solving on Cognition, Creativity, and Satisfaction among Ninth Grade Students in an Introduction to World Agricultural Science and Technology Course. Disertasi in Faculty of Texas Tech University. [Online]. Tersedia: http://repository.tamu.edu//handle/1969.1/5881 diakses 25-2-2012.

Allain, R. 2001. Investigasi the Relationship Between Student Difficulties with the Concept of Electric Potential and the Concept of Rate Change. Dissertation Submitted to the Graduate Faculty of North Carolina State University, 163 halaman. tersedia: http//:www.ncsu.edu/PER., diakses 25-2-2012.

Alwasilah, A.C. 2002. Critical Thinking Crucial to Global Success. Jakarta: Harian Umum The Jakarta Post.

Arend, B. 2009. Encouraging Critical Thinking in Online Threaded Discussions.The Journal of Educators Online, Volume 6, Number 1, January 2009, p. 1-23. Ayan, J.E. 2002.Bengkel Kreativitas. Bandung: Kaifa.

Baker, M. & Rudd, R. 2001. Relationships between Critical and Creative Thinking.

Journal of Southern Agricultural Education Research. Volume 51, Number 1, p. 173-188.

Depdiknas. 2003.Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.

Depdiknas. 2007. Naskah Akademik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Puskur Balitbang.

Dwijananti, P. & Yulianti, D. 2010. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Melalui Pembelajaran Problem Based Instruction Pada Mata Kuliah Fisika Lingkungan. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6, p. 108-114.

Filsaime, D.K. 2008.Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Preatasi Pustaka.

Gardner, H. 1999. The Dicipline Mind: What all Students Should Understand. New York: Simon & Schuster Inc.

Halpern, D.F. 2002. Thought and knowledge. 4th edn. Mahwah. NJ: Lawrence Erlbaum.

Heinich, R., Molenda, M., Russell, J.D., & Smaldino, S.E. 2002.Instructional Media and Technology for Learning, 7thEdition.New Jersey: Prentice Hall, Inc. Isaksen, S.G. & Treffinger, D.J. 2004. Celebrating 50 Years of Reflective Practice:

Versions of Creative Problem Solving. Journal Of Creative Behavior, Quarter 2004.

(29)

125

Lambertus. 2009. Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Matematika di SD. Forum Kependidikan. Volume: 28, Nomor: 2, hal. 136-142.

Lavonen, J., Autio, O., and Meisalo, V. 2004. Creative and Collaborative Problem Solving in Technology Education: A Case Study in Primary School Teacher Education.The Journal of Technology Studies, Vol. 75, 107-115.

Longworth, N. 1999. Making Lifelong Learning Work: Learning Cities For a Learning Century. London: Kogan Page Imited.

Maraviglia, F., and Kvashny, A. 2006. Managing Virtual Change: A Guide to Creative Problem-Solving in Design Professions. (Published in 2006 by Author House Publishing).

Marzano, R.J, dan Kendall, J.S. 2007. Designing and Assesing Educational Objectives. UK: Sage Company, Corwin press.

Mayer, R.E. 1999a. Research-based principles for the design of instructional messages: the case of multimedia explanations.Document Design,1, 7–20. Mayer, R.E. 1999b. Multimedia aids to problem solving transfer. International

Journal of Educational Research,31, 611–623.

Munandar, U.S.C. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak berbakat. Jakarta: Rineka Cipta dan Pusat Perbukuan DEPDIKNAS.

Muneyoshi, H. 2004. Identifying How School Teachers Use Creative Problem Solving. New York: Thesis, International Center for Studies in Creativity, Buffalo State College. p. 74.

Myrmel, M.K. 2003. Effects Of Using Creative Problem Solving In Eighth Grade Technology Education Class At Hopkins North Junior High School. A Research Paper, The Graduate School, University of Wisconsin–Stout, August 2003. tersedia di http://www2.uwstout.edu/content/lib/thesis/2003/ 2003myrmelm.pdf. diakses 25-2-2012.

Nur, M. 2008. Pembelajaran Creative Problem Solving dengan Metode Proyek Kerja Siswa Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa. AGSAINS Indonesia, Jurnalnya Guru IPA Nusantara. Volume: 01/Oktober 2008. p. 55-64. Perkins, D. N., & Unger, C. 1999. Teaching and learning for understanding. Dalam

Reigeluth, C. M. (Ed.): Instructioal-design theories and models: A new paradigm of instruction theory, Volume II. New Jersey: Lawrence Erlboum Associates, Publisher.

Peterson, C.M. 2006. Creative Problem Solving Styles And Learning Strategies of Managements Students: Implication for Teaching, Learning, and Work. Desertation. Oklahoma State University. [Online]. Diakses 14 Maret 2012. Rachmawati, Y., dan Kurniati, E. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada

Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana.

Sani, R.A. dan Sudiran. 2012. Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Citapustaka Media Perintis.

(30)

126

Steinbach, R. 2002.Successful lifelong learning. Alih bahasa: Kumala Insiwi Suryo. Jakarta: PPM.

Supriadi, D. 2001. Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta.

Treffinger, D.J., Isaksen, S.G., and Dorval, K.B. 2003. Creative Problem Solving (CPS Version 6.1TM) A Contemporary Framework for Managing Change. Waco, Texas: Prufrock Press.

Walker, G. 2005. Critical Thinking in Asynchronous Discussions. Tersedia di: http://home.hawaii.rr.com/gregaloha/ diakses 25-2-2012

Wenning, C. J., & Wenning, R. E. 2006. A generic model for inquiry-oriented lab in postsecondary introductory physics. Journal of Physics Teacher Education Online. 3(3). 24-33. Available at: http://www.phy.ilstu. edu/jpteo

Williams, A., dan Williams, J. 1997. Problem based learning: An appropriate methodology for technology education. Research in Science & Technological Education, 15(1), 91–103.

Yulaelawaty, E. 2002. Karakteristik pembelajaran MIPA berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah. Disajikan pada seminar pembelajaran MIPA di FPMIPA IKIP Negeri Singaraja.

Zhaoyao, M. 2002. Physics education for the 21stcentury: avoiding a crisis. Physics

Referensi

Dokumen terkait

Sindrome yang khas berupa gejala polimorfik yaitu gejala yang beraneka ragam dan berubah cepat seperti waham, halusinasi, gejala emosi yang bervariasi dan berubah-ubah dari hari

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya

Adapun metode pengujian Internal Combustion Engine yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara mengamati kerja yang dihasilkan oleh Internal Combustion

Inilah kisah seorang raja muda Manggarai yang bemama Lenganjan. Pada jaman dahulu di Manggarai ada tiga kerajaan yaitu kerajaan Todo, kerajaan Cibal dan kerajaan

Sistem organ adalah gabungan dari organ-organ yang bekerja sama untuk membentuk suatu sistem

Sistem neural network dapat mengenali pola distribusi medan magnet untuk semua layer pengamatan walaupun dengan nilai performansi yang semakin rendah jika layer

Pembuatan Website Club Motor Protrex Cinere Club (PCC) Dengan Menggunakan Dreamweaver MX merupakan sebuah website multimedia yang berisi mengenai berbagai macam informasi tentang

Setelah dari kolam pendingin limbah akan mengalir ke kolam pengasaman yang lebih berfungsi sebagai proses pra kondisi bagi limbah sebelum masuk ke kolam anaerobic.. Pada