PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM
MENYELESAIKAN MASALAH FISIKA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN
CREATIVE
PROBLEM SOLVING
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
S U D I R A N
NIM: 8106176024
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PENINGKATAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM
MENYELESAIKAN MASALAH FISIKA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN
CREATIVE
PROBLEM SOLVING
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
S U D I R A N
NIM: 8106176024
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Sudiran. Peningkatan Berpikir Kritis Siswa Dalam Penyelesaikan Masalah Fisika Melalui Model Pembelajaran Creative Problem Solving. Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed. 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah Fisika melalui model pembelajaran Creative Problem Solving. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu berjumlah 38 orang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Objek penelitiannya adalah proses pembelajaran dengan menerapakan model pembelajaran
Creative Problem Solving. Metode penelitian yang diterapkan adalah penelitian tindakan kelas melalui dua siklus pembelajaran, setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, mengobservasi dan refleksi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving ada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu. Penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu dalam proses pembelajara Fisika. Tingkatan soal berpikir kritis yang dapat diselesaikan pada siklus pertama mencakup ranah C2 (memahami) menurut Anderson, dapat diselesaikan oleh 31 siswa (81,58%), ranah C3 (mengaplikasikan) dapat diselesaikan oleh 15 siswa (39,47%) dan ranah C4 (menganalisis) dapat diselesaikan oleh 11 siswa (28,95%). Pada siklus kedua tingkat soal berpikir kritis yang dapat diselesaikan mencakup ranah C2 (memahami) menurut Anderson, dapat diselesaikan oleh 36 siswa (94,74%), ranah C3 (mengaplikasikan) dapat diselesaikan oleh 30 siswa (78,95%) dan ranah C4 (menganalisis) dapat diselesaikan oleh 23 siswa (60,53%). Dengan meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa, maka penguasaan konsep Fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu juga mengalami peningkatan. Peningkatan penguasaan konsep Fisika tersebut dilihat dari meningkatkannya jumlah siswa yang tuntas dari 14 siswa (36,84%) pada siklus pertama menjadi 31 siswa (81,58%) pada siklus kedua dengan rata-rata hasil belajar 74,24. N-gain pada siklus pertama sebesar 0,29 termasuk dalam kategori kurang danN-gain pada siklus kedua sebesar 0,40 termasuk dalam kategori sedang.
ABSTRACT
Sudiran. Improved Critical Thinking Students In Problem Solving Physics Through Creative Problem Solving Model of Learning. Unimed Physics Education Study Program. 2012.
The objective in this research to improving critical thinking skill of students in solving physics problems through learning models Creative Problem Solving. The subjects were eighth grade students of SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu numbered 38 people consisted of 20 boys and 18 girls. Object of research is a process of learning by applying Creative Problem Solving model of learning. The research method was applied action research through two learning cycles, each cycle consisting of the stages of planning, implementation, observation and reflection. The results of the data analysis shows that through the application of Creative Problem Solving model of learning there is an increased ability to think critically eighth grade students of SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu. Application of Creative Problem Solving model of learning can improve students' critical thinking skills class VIII in the process pembelajara Physics. Levels of critical thinking questions that can be completed in the first cycle includes C2 domains (understood) by Anderson, to be completed by 31 students (81.58%), C3 domains (applying) can be completed by 15 students (39.47%) and C4 domains (analyze) can be completed by 11 students (28.95%). In the second cycle level critical thinking questions that can be addressed include C2 domains (understood) by Anderson, to be completed by 36 students (94.74%), C3 domains (applying) can be completed by 30 students (78.95%) and C4 domains (analyze) can be completed by 23 students (60.53%). With increasing students' critical thinking skills, the mastery of physics concepts eighth grade students of SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu also increased. Increased mastery of physics concepts is seen from increase the number of students who pass out of 14 students (36.84%) in the first cycle to 31 students (81.58%) in the second cycle with an average of 74.24 learning outcomes. N-gain in the first cycle of 0.29 is included in the category of less and N-gain in the second cycle of 0.40 is included in the category.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat
dan Karunia-Nya, akhirnya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis yang berjudul:
”Peningkatan Berpikir Kritis Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Fisika Melalui Model
PembelajaranCreative Problem Solving”.
Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar
Magister Pendidikan Fisika pada Program Pascasarjana Unviersitas Negeri Medan
(UNIMED). Tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan tersebut baik
secara langsung maupun tidak langsung, baik moril maupun materil.
Dalam kesempatan ini, Penulis secara khusus menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M sebagai Pembimbing I dan Bapak Dr. Ridwan
Abdullah Sani, M.Si sebagai Pembimbing II yang telah membimbing dan
mengarahkan Penulis, sampai pada penyelesaian penyusunan Tesis ini.
2. Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D., Bapak Dr. Nurdin Bukit, M.Si., dan Bapak
Dr. Kms. Amin Fauzi, M.Pd sebagai Nara Sumber dan Penguji yang banyak
memberikan masukan dan arahan dalam penyempurnaan Tesis ini.
3. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
dan Bapak Dr. Nurdin Bukit, M.Si., Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika atas
4. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan informasi
ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu selama Penulis mengikuti perkuliahan.
5. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika kelas B yang telah
memberikan support kepada Penulis.
6. Istri tercinta (Siti Mour Harahap, S.Pd) dan Anak-anak tersayang (Muhammad
Alawy, Muhammad Syauqy, Mutiara Jannah dan Muhammad Ridho Fahlawy) yang
telah memberikan dukungan serta keikhlasannya kepada Penulis, untuk terus belajar
dan menuntut ilmu.
Akhirnya ucapan terima kasih ini disampaikan kepada semua pihak yang tidak
dapat Penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dalam penyelesaikan
studi di Program Studi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Semua kebaikan Pembimbing, Nara Sumber, Ketua dan Sekretaris Prodi Pendidikan Fisika
dan rekan-rekan mahasiswa, Penulis serahkan kepada Allah SWT, mudah-mudah diberi
imbalan yang terbaik. Semoga Tesis ini dapat memberi manfaat kepada dunia pendidikan,
khusus pada Penulis, sebagai sumbangsih secara teori kepada dunia pendidikan
(umumnya) dan dalam kegiatan pembelajaran Fisika (khususnya).
Medan, Desember 2012
Penulis,
S U D I R A N NIM. 8106176024
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Identifikasi Masalah... 6
1.3 Batasan Masalah... 7
1.4 Rumusan Masalah... 8
1.5 Tujuan Penelitian... 8
1.6 Manfaat Penelitian... 9
1.7 Definisi Operasional Variabel... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN... 11
2.1 Kajian Pustaka... 11
2.1.1 Berpikir Kritis... 11
2.1.2 Kreativitas... 17
2.1.3 Pengertian Berpikir Kreatif... 31
2.1.5 Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Fisika... 56
2.1.6 Pemahaman Konsep Fisika... 57
2.1.7 Silabus IPA-Fisika SMP/MTs Kelas VIII Semeseter Ganjil... 61
2.2 Penelitian yang Relevan... 73
2.3 Kerangka Berpikir... 74
2.4 Hipotesis Tindakan... 77
BAB III METODE PENELITIAN... 78
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian... 78
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 79
3.3 Subjek dan Objek Penelitian... 80
3.4 Metode Penelitian... 80
3.5 Perosedur Penelitian... 81
3.6 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data... 90
3.7 Validasi Data... 92
3.8 Instrumen Penelitian... 92
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 98
4.1 Hasil Penelitian………. 98
4.1.1 Deskripsi Awal………... 98
4.1.2 Data Siklus Pertama………... 99
4.1.3 Data Siklus Kedua……….. 105
4.2 Hasil Penelitian………. 111
4.2.1 Peningkatan Berpikir Kritis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving……… 111
4.2.2 Peningkatan Aktivitas Relajar Siswa Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Creative Problem Solving………... 117
4.2.3 Peningkatan Respon Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving... 118
BAB V SIMPULAN DAN SARAN……… 121
5.1. Simpulan……… 121
5.2. Saran……….. 123
DAFTAR PUSTAKA……… 124
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 2.1 Model Pengembangan Kreativitas 30
Tabel 2.2 Creative Problem Solving Stages (v3.0) 44
Tabel 2.3 CPS Components and Stages (v4.0) 45
Tabel 2.4 Tahapan CPS Menurut Beberapa Ahli 50
Tabel 4.1 Distribusi Aktivitas Kelompok Siswa Dalam Proses 101
Pembelajaran Siklus I
Tabel 4.2 Data Respon Siswa Tentang Pelaksanaan Pembelajaran 104
Siklus I
Tabel 4.3 Distribusi Aktivitas Kelompok Dalam Proses 107
Pembelajaran Siklus II
Tabel 4.4 Data Respon Siswa Tentang Pelaksanaan Pembelajaran 110
Siklus II
Tabel 4.5 Jumlah Siswa Yang Mampu Berpikir Kritis Dalam 112
Menyelesaikan Masalah Fisika Sesuai Mencakup Ranah
C2 , C3 dan C4
Tabel 4.6 Aktivitas Pembelajaran Guru di Kelas Setiap Pertemuan 116
Pada Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.7 Data Respon Siswa Tentang Pelaksanaan Pembelajaran 118
Siklus I dan II
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Proses Berpikir Kreatif 40
Gambar 2.2 Gambar Tahapan CPS Menurut Osborn dan Parnes 44
Gambar 2.3 Problem Solving Preference 51
Gambar 3.1 Bagan Siklus Pembelajaran 81
Gambar 3.2 Cuplikan Penyelesaian Soal Fisika No. 1 94
Gambar 3.3 Cuplikan Penyelesaian Soal Fisika No. 2 95
Gambar 3.4 Cuplikan Penyelesaian Soal Fisika No. 3 95
Gambar 3.5 Cuplikan Penyelesaian Soal Fisika No. 4 96
Gambar 3.6 Cuplikan Penyelesaian Soal Fisika No. 5 97
Gambar 4.1 Aktivitas Kelompok Belajar Siswa Siklus I 102
Gambar 4.2 Aktivitas Kelompok Belajar Siswa Siklus II 108
Gambar 4.3 Jumlah Siswa Yang Menyelesaikan Soal Berpikir Kritis 112
Gambar 4.4 Aktivitas Pembelajaran Guru di Kelas Setiap Pertemuan 117
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan guru selama ini, khususnya
pada pelajaran Fisika di SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu, belum
memaksimal pengintegrasian sikap ilmiah kedalam proses pembelajaran. Ini salah
satu penyebab peserta didik belum memberdayakan kemampuan berpikir kritis dan
kreatifnya. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan guru beberapa tahun
terakhir terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas pada SMP Negeri 3
Satu Atap Pangkalan Susu menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran di sekolah
masih belum dapat meningkatkan kemampuan berpikir kiritis siswa. Khususnya
kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah Fisika dan masalah
kehidupan sehari-hari yang dihadapinya.
Pada dasarnya, jika guru melaksanakan proses belajar mengajar dengan
menerapkan model pembelajaran yang berfokus pada aktivitas dan kreativitas siswa,
maka siswa akan menjadi kritis dalam menerima informasi. Sebagaimana hasil dari
beberapa penelitian menjelaskan bahwa model pembelajaran creative problem
solving (CPS) membangkitkan kemampuan berpikir secara kritis dan kreatif sehingga
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, kemudian dapat digunakan secara
efisien untuk meningkatkan pendidikan guru dan siswa harus menerima pengenalan
yang secara menyeluruh untuk pemecahan masalah secara kreatif (Myrmel, 2003;
Muneyoshi, 2004; Lanoven, dkk., 2004; Williams & Williams, 1997).
2
Guru belum memaksimalkan penggunaan potensi berpikir kritis peserta
didik dalam menyelesaikan soal-soal Fisika, baik soal yang berkaitan dengan
kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor. Jika merujuk pada beberapa hasil
penelitian yang menjelaskan bahwa model pembelajaran creative problem solving
merupakan framework yang sangat baik untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif (Maraviglia & Kvashny, 2006; Isaksen & Treffinger, 2004).
Akan tetapi yang terjadi dalam pendidikan kita adalah ada guru yang ketika
masuk kelas untuk mengajar hanya mengemukakan pendapat-pendapatnya di depan
peserta didik. Kemudian peserta didik hanya duduk dan mendengarkan apa yang
dikatakan oleh guru, sehingga mereka tidak terbiasa mengemukakan pendapatnya di
depan kelas. Padahal sebenarnya mereka membutuhkan alat bantu untuk menjadi
pribadi yang kritis. Proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru belum
memaksimalkan penerapan model-model pembelajaran sesuai dengan teori yang ada.
Kegiatan pembelajaran terkesan hanya menyelesaikan kewajiban mengajar yang
pada akhirnya penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang ingin dicapai
tidak terealisasi, sehingga siswa tidak memahami konsep Fisika yang diajarkan.
Salah satu alat bantu yang tersedia dalam pembelajaran yaitu menerapkan metode
atau model pembelajaran. Metode atau model pembelajaran ini nantinya dapat
menunjang perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa. Salah satu dari sekian
banyak metode atau model pembelajaran yang tepat untuk dilakukan adalah model
pembelajarancreative problem solving.
Model pembelajaran CPS sudah dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 3
3
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan pada siklus terakhir menunjukkan
bahwa masih ada kendala dalam pelaksanaan model CPS ini, terutama pada tahap
menemukan gagasan (idea finding) dan menemukan jawaban (solution finding).
Kedua tahapan ini dilaksanakan dalam diskusi kelompok, dimana setiap anggota
kelompok masih saling mengharapkan hasil kerja dari anggota kelompok yang
memeiliki kemampuan kognitif lebih baik.
Selain hal ini, masih banyak lagi masalah yang ditemui sehubungan dengan
dukungan terhadap terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Diantaranya banyak peristiwa di lingkungan masyarakat yang menggambarkan
pembelajaran kurang melibatkan siswa. Contoh nyata dalam kehidupan mereka
adalah ketika peserta didik dihadapkan pada suatu permasalahan kurangnya biaya
untuk melanjutkan sekolah. Pada umumnya mereka cenderung lebih memilih untuk
berhenti sekolah dengan alasan ingin membantu orang tua mereka bekerja atau
mencari nafkah. Jika peserta didik tersebut kreatif, tentu akan mencari solusi dari
masalah bagaimana supaya dia tetap dapat membantu orang tua tanpa harus berhenti
sekolah. Jika siswa belajar secara kreatif, mereka akan dapat menciptakan
kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak
diramalkan sebelumnya. Ini juga akan mengatasi masalah tentang bertambahnya
pengangguran terdidik. Hal ini memberi anggapan bahwa pengangguran terdidik
merupakan akibat dari cara guru yang tidak melatih kreativitas peserta didik saat
berada di bangku sekolah. Mind set yang sudah terbentuk pada benak siswa adalah
4
datang menghampiri. Tentu hal ini tidak menutup kemungkinan sebagai salah satu
sebab terus bertambahnya jumlah pengangguran terdidik.
Kasus lain yang dapat dijadikan contoh adalah ketika siswa dihadapkan
pada permasalahan perbedaan pendapat. Jalan keluar yang diambil sebagian besar
siswa adalah tawuran. Kebanyakan mereka menganggap bahwa dengan
menunjukkan siapa yang kuat maka dia akan berkuasa. Siswa yang kreatif dalam
memecahkan masalah akan mencari jalan keluar dari masalah tersebut tanpa harus
ada perkelahian. Ironisnya lagi, orang dewasa juga lebih suka berkelahi daripada
bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah.
Peristiwa lain yang terjadi di hadapan kita adalah kesiapan peserta didik
dalam menghadapi Ujian Nasional. Mereka terlihat santai seperti tidak ada masalah.
Ternyata mereka sudah mengetahui akan adanya pemberian kunci jawaban dari
pihak sekolah sehingga mereka hanya menunggu informasi jawaban dari tim yang
telah dibentuk oleh sekolah. Keadaan ini membuat peserta didik menjadi tidak
memaksimalkan kemampuan otaknya untuk berpikir kritis dan kreatif. Pada akhirnya
pendidikan kita akan menghasilkan sarjana-sarjana yang siap menunggu, baik
menunggu informasi maupun menunggu pekerjaan yang datang.
Beberapa contoh dan peristiwa di atas, menggambarkan kemungkinan hal
tersebut disebabkan oleh guru kurang menerapkan pembelajaran yang dapat
membawa peserta didik untuk menggunakan kemampuan berpikir kritis dan
kreatifnya. Tesis ini akan mendeskripsikan penerapan model pembelajaran yang
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa, yaitu model
5
Ada beberapa asalan yang mendasari pemilihan dan penerapan model
pembelajaran ini, yaitu:
1) Model pembelajaran CPS termasuk kedalam model dengan pendekatan
konstruktivistik, dimana yang menjadi pusat pembelajaran adalah siswa
(student centered) sehingga model ini dianggap mampu mengaktifkan siswa.
Sebagaimana yang diketahui bahwa belajar aktif merupakan hal yang sangat
dibutuhkan oleh siswa untuk mendapatkan hasil yang maksimum dalam
pembelajaran. Pada saat peserta didik pasif atau hanya menunggu dan
menerima informasi ilmu yang diberikan oleh guru, maka ada kecenderungan
mereka untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan.
2) Model pembelajaran CPS dapat digunakan untuk peserta didik yang
kemampuan intelektualnya berbeda-beda, sehingga tidak perlu memisahkan
antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas (memiliki kemampuan
intelektual menengah ke bawah) sehingga mereka tidak ada yang merasa
dikucilkan atau diasingkan.
3) Model pembelajaran CPS tidak hanya terbatas pada tingkat pengenalan,
pemahaman dan penerapan sebuah informasi, melainkan juga melatih siswa
untuk dapat menganalisis suatu masalah dan memecahkannya. Masalah yang
dihadapi bisa berupa persoalan penguasaan konsep Fisika maupun masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
4) Model pembelajaran CPS mudah dipahami dan diterapkan dalam tiap jenjang
6
Dari beberapa alasan yang dikemukakan di atas, jika diterapkan model
pembelajaran CPS diharapkan tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan
kompetensi dasarnya melalui peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Berpikir kritis yang dimaksud adalah suatu proses penggunaan kemampuan berpikir
secara efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat, mengevaluasi serta
mengambil keputusan tentang apa yang diyakini atau dilakukannya. Salah satu cara
yang dapat mendorong siswa berpikir kritis adalah dengan menghadapkan mereka
pada topik-topik yang kontroversional. Selain itu, debat juga dapat memotivasi siswa
untuk meneliti sebuah topik secara mendalam dan menguji masalah-masalah yang
dimunculkan, sehingga para siswa bebas mengeksplorasi perspektif-perspektif yang
beragam. Dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi kognitif
yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi
kesalahan.
Masalah kreatif pada dasarnya merupakan kemampuan seseorang untuk
menemukan inovasi baru dari yang belum ada menjadi ada serta kemampuan
menghasilkan suatu hasil karya baru dan bermanfaat. Komponen utama dalam
kreativitas adalah novelty (sesuatu yang baru). Kreativitas tidak hanya dilihat dalam
bentuk produk, namun dapat berupa proses. Jika berkaitan dengan produk, maka
kreativitas haruslah menghasilkan manfaat, sedangkan yang berkaitan berupa proses
dapat dilihat melalui penggunaannya sebagai alat untuk memecahkan masalah.
1.2 Identifikasi Masalah
7
1. Guru belum memaksimalkan penggunaan potensi berpikir kritis peserta didik
dalam menyelesaikan soal-soal Fisika, baik soal yang berkaitan dengan
kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotor. Indikasinya adalah siswa
jarang diminta untuk menjelaskan kembali jawaban yang telah diberikannya,
sehingga mereka hanya menunggu hasil yang disampaikan guru tanpa harus
tahu kenapa jawaban tersebut benar, salah atau kurang sempurna.
2. Media pembelajaran yang diperlukan tidak ada, seperti alat-alat praktikum,
sehingga guru dan peserta didik diminta harus kreatif membuat alat-alat peraga
yang sederhana atau membuat model alat peraga. Melalui kreativitas yang
tinggi ini menuntut aktivitas belajar yang lebih baik pula. Jadi, kreativitas guru
dan peserta didik sangat dibutuhkan untuk terlaksananya proses pembelajaran
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
3. Guru tidak pernah meminta respon siswa tentang peroses pembelajaran yang
dilaksanakan. Ini sangat penting untuk dapat memperbaiki kegiatan belajar
mengajar supaya siswa lebih aktif, kreatif dan senang.
1.3 Batasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan masalah yang akan diatasi, maka dibuat
batasan-batasan masalahnya. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada:
1. Memaksimalkan penggunaan potensi berpikir kritis peserta didik dalam
menyelesaikan soal-soal Fisika, baik soal yang berkaitan dengan kemampuan
kognitif, afektif maupun psikomotor. Melalui kegiatan pembelajaran dengan
memaksimalkan kemampuan berpikir kritis ini, pemahaman konsep Fisika
8
2. Meningkatkan aktivitas dan kreativitas dalam proses pembelajaran melalui
pembuatan alat-alat peraga yang sederhana atau membuat model alat peraga.
Jadi, kreativitas guru dan peserta didik sangat dibutuhkan untuk terlaksananya
proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
3. Guru harus meminta tanggapan atau respon siswa tentang peroses pembelajaran
yang dilaksanakan. Hal ini penting sebagai refleksi awal untuk perbaikan
kegiatan belajar mengajar supaya siswa lebih aktif, kreatif dan senang.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka
rumusan masalah dalam penelitian adalah:
1. Apakah ada peningkatan berpikir kritis siswa kelas VIII melalui penerapan
model pembelajaran creative problem solving di SMP Negeri 3 Satu Atap
Pangkalan Susu?
2. Apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VIII melalui penerapan
model pembelajaran creative problem solving di SMP Negeri 3 Satu Atap
Pangkalan Susu?
3. Apakah ada peningkatan respon siswa kelas VIII terhadap penerapan model
pembelajaran creative problem solving di SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan
Susu?
1.5 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini
9
1) Mengetahui apakah ada peningkatan berpikir kritis siswa kelas VIII melalui
penerapan model pembelajaran creative problem solving di SMP Negeri 3 Satu
Atap Pangkalan Susu.
2) Mengetahui apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VIII melalui
penerapan model pembelajaran creative problem solvingdi SMP Negeri 3 Satu
Atap Pangkalan Susu.
3) Mengetahui apakah ada peningkatan respon siswa kelas VIII terhadap
penerapan model pembelajaran creative problem solving di SMP Negeri 3 Satu
Atap Pangkalan Susu.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah:
1) Bagi Peserta Didik: Peserta didik dapat lebih kritis dalam menyelesaikan
masalah-masalah Fisika khususnya maupun masalah-masalah yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
2) Bagi Guru: Model pembelajaran creative problem solving dapat menjadi salah
satu model yang digunakan guru dalam kegiatan belajar-mengajar. Guru yang
banyak menguasi metode maupun model-model pembelajaran termasuk guru
yang dapat membangun kreativitas mengajarnya. Memotivasi pendidik untuk
menerapkan model-model pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga
peserta didik menjadi bersemangat dan tidak cepat jenuh dalam mengikuti
proses pembelajaran.
3) Bagi Sekolah: Menambah khazanah metode atau model pembelajaran inovatif
10
1.7 Definisi Operasional Variabel
Meningkatkan berasal dari kata tingkat yang berarti lapis dari sesuatu yang bersusun.
Meningkatkan adalah usaha menaikkan (derajat, taraf, dan sebagainya),
mempertinggi, memperhebat (produksi), mengangkat diri, memegahkan
diri. Maksud peningkatan dalam penelitian ini adalah usaha memperbaiki
berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah Fisika melalui
model pembelajarancreative problem solving.
Berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis ide ke arah yang lebih spesifik,
membedakan secara tajam, mengidentifikasi pusat isu dan asumsi dalam
argumen, mengenali hubungan penting, membuat kesimpulan yang benar
dari data, mengevaluasi bukti, mengkaji dan mengembangkannya ke arah
yang lebih sempurna.
Creative Problem Solving adalah a framework which can be used by individuals or
groups to formulate problems, opportunities, or challenges; generate and
analyze many varied, and novel options; and plan for effective
implementation of new solutions or courses of action.
SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu, merupakan SMP Negeri 3 yang dibangun
121
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan:
1. Penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan
Susu dalam proses pembelajara Fisika. Tingkatan soal berpikir kritis yang
dapat diselesaikan pada siklus pertama mencakup ranah C2 (memahami)
menurut Anderson, dapat diselesaikan oleh 31 siswa (81,58%), ranah C3
(mengaplikasikan) dapat diselesaikan oleh 15 siswa (39,47%) dan ranah C4
(menganalisis) dapat diselesaikan oleh 11 siswa (28,95%). Pada siklus kedua
tingkat soal berpikir kritis yang dapat diselesaikan mencakup ranah C2
(memahami) menurut Anderson, dapat diselesaikan oleh 36 siswa (94,74%),
ranah C3 (mengaplikasikan) dapat diselesaikan oleh 30 siswa (78,95%) dan
ranah C4 (menganalisis) dapat diselesaikan oleh 23 siswa (60,53%). Dengan
meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa, maka penguasaan konsep
Fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu juga
mengalami peningkatan. Peningkatan penguasaan konsep Fisika tersebut dilihat
dari meningkatkannya jumlah siswa yang tuntas dari 14 siswa (36,84%) pada
siklus pertama menjadi 31 siswa (81,58%) pada siklus kedua dengan rata-rata
hasil belajar 74,24. N-gain pada siklus pertama sebesar 0,29 termasuk dalam
122
kategori kurang dan N-gain pada siklus kedua sebesar 0,40 termasuk dalam
kategori sedang.
2. Melalui penerapan model pembelajaran Creative Probel Solving terjadi
peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap
Pangkalan Susu dalam proses pembelajaran Fisika. Aktivitas kelompok belajar
siswa dalam proses pembelajaran Siklus I diketahui bahwa aktivitas belajar
siswa pada kelompok I (56,00); II (62,00); III (56,67); IV (58,67); VI (61,33)
dan VII (58,67) termasuk dalam katergori cukup, sedangkan untuk kelompok V
(67,33) termasuk dalam kategori tinggi. Aktivitas kelompok siswa dalam
proses pembelajaran Siklus II diketahui: aktivitas belajar siswa pada kelompok
I (70,67); II (74,00); III (74,67); IV (73,33); VI (76,00) dan VII (75,33)
termasuk dalam katergori tinggi, sedangkan untuk kelompok V (86,67)
termasuk dalam kategori sangat tinggi. Berdasarkan data aktivitas kelompok
belajar siswa yang diperoleh melalui lembar observasi sistematis bahwa
aktivitas belajar siswa pada siklus I termasuk dalam kategori cukup dan pada
siklus II meningkat menjadi kategori tinggi. Ini berarti selama proses
pembelajaran pada umumnya siswa sudah melaksanakan aktivitas sesuai
dengan aspek yang terdapat pada lembar observasi aktivitas siswa.
3. Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa ada peningkatan respon siswa
kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu melalui penerapan model
pembelajaran Creative Problem Solving dalam propses pembelajaran Fisika.
Data pengamatan respon siswa tentang pelaksanaan pembelajaran dengan
123
pemahaman konsep Fisika berbeda dari yang nilainya di atas kriteria ketuntasan
minimal, siswa yang memperoleh nilai pemahaman konsep Fisika berkisar nilai
kriteria ketuntasan minimal, tetapi tergolong tuntas, dan siswa yang
memperoleh nilai kurang dari nilai kriteria ketuntasan minimal.
5.2 Saran-Saran
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini disarankan supaya para
peneliti selanjutnya:
1. Supaya mempelajari hasil penelitian yang menerapkan model CPS untuk
mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam penerapkan model
pembelajaran CPS ini, khususnya sebagai upaya meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Dengan meningkatnya kemampuan berpikir kritis ini akan
memberikan kontribusi terhadap penguasaan konsep Fisika.
2. Menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memacu aktivitas belajar siswa,
baik secara mandiri maupun kelompok, sehingga aktivitas belajar siswa
mengalami peningkatan selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Mengupayakan membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik perhatian
siswa, sehingga siswa senang dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan
124
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S., & Abbas, M. 2006. The effect of inquiry-based computer simulation with cooperative learning on scientific thinking and conceptual understanding. Malaysian On Line journal of Instructional Technology. 3(2). 1-16.
Alexander, K. L. 2007. Effects Instruction in Creative Problem Solving on Cognition, Creativity, and Satisfaction among Ninth Grade Students in an Introduction to World Agricultural Science and Technology Course. Disertasi in Faculty of Texas Tech University. [Online]. Tersedia: http://repository.tamu.edu//handle/1969.1/5881 diakses 25-2-2012.
Allain, R. 2001. Investigasi the Relationship Between Student Difficulties with the Concept of Electric Potential and the Concept of Rate Change. Dissertation Submitted to the Graduate Faculty of North Carolina State University, 163 halaman. tersedia: http//:www.ncsu.edu/PER., diakses 25-2-2012.
Alwasilah, A.C. 2002. Critical Thinking Crucial to Global Success. Jakarta: Harian Umum The Jakarta Post.
Arend, B. 2009. Encouraging Critical Thinking in Online Threaded Discussions.The Journal of Educators Online, Volume 6, Number 1, January 2009, p. 1-23. Ayan, J.E. 2002.Bengkel Kreativitas. Bandung: Kaifa.
Baker, M. & Rudd, R. 2001. Relationships between Critical and Creative Thinking.
Journal of Southern Agricultural Education Research. Volume 51, Number 1, p. 173-188.
Depdiknas. 2003.Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.
Depdiknas. 2007. Naskah Akademik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Puskur Balitbang.
Dwijananti, P. & Yulianti, D. 2010. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Melalui Pembelajaran Problem Based Instruction Pada Mata Kuliah Fisika Lingkungan. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6, p. 108-114.
Filsaime, D.K. 2008.Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Preatasi Pustaka.
Gardner, H. 1999. The Dicipline Mind: What all Students Should Understand. New York: Simon & Schuster Inc.
Halpern, D.F. 2002. Thought and knowledge. 4th edn. Mahwah. NJ: Lawrence Erlbaum.
Heinich, R., Molenda, M., Russell, J.D., & Smaldino, S.E. 2002.Instructional Media and Technology for Learning, 7thEdition.New Jersey: Prentice Hall, Inc. Isaksen, S.G. & Treffinger, D.J. 2004. Celebrating 50 Years of Reflective Practice:
Versions of Creative Problem Solving. Journal Of Creative Behavior, Quarter 2004.
125
Lambertus. 2009. Pentingnya Melatih Keterampilan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Matematika di SD. Forum Kependidikan. Volume: 28, Nomor: 2, hal. 136-142.
Lavonen, J., Autio, O., and Meisalo, V. 2004. Creative and Collaborative Problem Solving in Technology Education: A Case Study in Primary School Teacher Education.The Journal of Technology Studies, Vol. 75, 107-115.
Longworth, N. 1999. Making Lifelong Learning Work: Learning Cities For a Learning Century. London: Kogan Page Imited.
Maraviglia, F., and Kvashny, A. 2006. Managing Virtual Change: A Guide to Creative Problem-Solving in Design Professions. (Published in 2006 by Author House Publishing).
Marzano, R.J, dan Kendall, J.S. 2007. Designing and Assesing Educational Objectives. UK: Sage Company, Corwin press.
Mayer, R.E. 1999a. Research-based principles for the design of instructional messages: the case of multimedia explanations.Document Design,1, 7–20. Mayer, R.E. 1999b. Multimedia aids to problem solving transfer. International
Journal of Educational Research,31, 611–623.
Munandar, U.S.C. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak berbakat. Jakarta: Rineka Cipta dan Pusat Perbukuan DEPDIKNAS.
Muneyoshi, H. 2004. Identifying How School Teachers Use Creative Problem Solving. New York: Thesis, International Center for Studies in Creativity, Buffalo State College. p. 74.
Myrmel, M.K. 2003. Effects Of Using Creative Problem Solving In Eighth Grade Technology Education Class At Hopkins North Junior High School. A Research Paper, The Graduate School, University of Wisconsin–Stout, August 2003. tersedia di http://www2.uwstout.edu/content/lib/thesis/2003/ 2003myrmelm.pdf. diakses 25-2-2012.
Nur, M. 2008. Pembelajaran Creative Problem Solving dengan Metode Proyek Kerja Siswa Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa. AGSAINS Indonesia, Jurnalnya Guru IPA Nusantara. Volume: 01/Oktober 2008. p. 55-64. Perkins, D. N., & Unger, C. 1999. Teaching and learning for understanding. Dalam
Reigeluth, C. M. (Ed.): Instructioal-design theories and models: A new paradigm of instruction theory, Volume II. New Jersey: Lawrence Erlboum Associates, Publisher.
Peterson, C.M. 2006. Creative Problem Solving Styles And Learning Strategies of Managements Students: Implication for Teaching, Learning, and Work. Desertation. Oklahoma State University. [Online]. Diakses 14 Maret 2012. Rachmawati, Y., dan Kurniati, E. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada
Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana.
Sani, R.A. dan Sudiran. 2012. Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
126
Steinbach, R. 2002.Successful lifelong learning. Alih bahasa: Kumala Insiwi Suryo. Jakarta: PPM.
Supriadi, D. 2001. Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfabeta.
Treffinger, D.J., Isaksen, S.G., and Dorval, K.B. 2003. Creative Problem Solving (CPS Version 6.1TM) A Contemporary Framework for Managing Change. Waco, Texas: Prufrock Press.
Walker, G. 2005. Critical Thinking in Asynchronous Discussions. Tersedia di: http://home.hawaii.rr.com/gregaloha/ diakses 25-2-2012
Wenning, C. J., & Wenning, R. E. 2006. A generic model for inquiry-oriented lab in postsecondary introductory physics. Journal of Physics Teacher Education Online. 3(3). 24-33. Available at: http://www.phy.ilstu. edu/jpteo
Williams, A., dan Williams, J. 1997. Problem based learning: An appropriate methodology for technology education. Research in Science & Technological Education, 15(1), 91–103.
Yulaelawaty, E. 2002. Karakteristik pembelajaran MIPA berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah. Disajikan pada seminar pembelajaran MIPA di FPMIPA IKIP Negeri Singaraja.
Zhaoyao, M. 2002. Physics education for the 21stcentury: avoiding a crisis. Physics