iv
ABSTRAK
Banyaknya kecelakaan yang terjadi pada kereta api sebagai moda transportasi masal, menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Selain begitu besarnya kerugian materil, banyaknya korban luka ringan, luka berat bahkan korban meninggal dunia membuat masinis dan asisten masinis kerap kali selalu menjadi pihak yang pertama kali dipersalahkan. Bahkan terkadang masinis menjadi satu – satunya pihak yang dipersalahkan dan dikenai pidana pasal 206 UU 23/2007 tentang Perkeretaapian dan Pasal 359, 360, dan 361 KUHP atas kecelakaan tersebut. Padahal kecelakaan yang terjadi pada kereta api bukan hanya disebabkan oleh faktor kesalahan masinis semata, adanya faktor lain seperti faktor sarana dan prasarana, faktor alam dan eksternal yang ikut mempengaruhi suatu kecelakaan kereta api, walaupun faktor manusia dianggap sebagai faktor yang paling dominan. Permsalahan yang timbul kemudian adalah bahwa walaupun masinis selalu dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab, dalam penyelenggaraan perkeretaapian tidak dilakukan oleh hanya satu orang seperti kendaraan pada umumnya. Dalam penyelenggaraan perkeretaapian melibatkan system juga beberapa pihak sebagai pengatur perjalanan kereta api yang memiliki tanggung jawab dalam penyelenggaraan perkereta apian.
Unsur terpenting dari pertanggungjawaban pidana adalah adanya kesalahan. Seorang masinis yang tidak melakukan tugasnya dengan baik sehingga menyebabkan kecelakaan kereta api harus terpenuhi unsur-unsur pertanggungjawaban pidana agar dapat dipidana.
Studi kasus ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan mengkaji data sekunder yang berkaitan dengan penerapan unsur kesalahan pada pertanggung jawaban pidana masinis.