SKRIPSI
PENERAPAN TAX PLANNING TERHADAP PPH SEBAGAI UPAYA EFISIENSI PEMBAYARAN PAJAK PADA PT PERKEBUNAN
SUMATERA UTARA
OLEH :
PARULIAN SILAEN
070503063
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : “Penerapan Tax
Planning Terhadap PPh Sebagai Upaya Efisiensi Pembayaran Pajak Pada PT
Perkebunan Sumatera Utara” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang
dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain
dalam konteks penulisan skripsi Program Reguler S1 Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang
diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang
ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Juli 2011
Yang Membuat Pernyataan
Parulian Silaen
KATA PENGANTAR
Pujian syukur yang begitu dalam penulis panjatkan kepada Yesus Kristus,
yang sudah menyertai penulis dalam mengerjakan penulisan skripsi ini. Sekalipun
banyak tantangan yang harus penulis hadapi tetapi penulis tetap merasakan
penyertaan Tuhan hingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Adapun skripsi ini berjudul berjudul “ Penerapan Tax Planning Terhadap PPh
Sebagai Upaya Efisiensi Pembayaran Pajak Pada PT Perkebunan Sumatera
Utara”, dan disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjan
Ekonomi Departemen Akuntansi Univeritas Sumatera Utara. Penulis meyakini
bahwa penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya atas bantuan, bimbingan, dukungan, baik secara materi maupun
moral, secara khusus kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program studi S1
Akuntansi dan Bapak Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku sekretaris
Ketua Program studi S1 Akuntansi.
3. Bapak Drs. Arifin Hamzah, MM, Ak. Selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu u ntuk membimbing, dari awal hingga skripsi
4. Bapak Drs. M. Utama Nasution, MM, Ak. Selaku dosen Pembanding/
penguji I dan Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak. selaku dosen
Pembanding/ penguji II yang telah banyak membantu penulis melalui
saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Pimpinan PT Perkebunan Sumatera Utara serta jajarannya yang
telah membantu penulis dalam memperoleh data-data yang diperlukan
dalam penulisan skripsi ini.
6. Kedua orang tua penulis, ayahanda E.Silaen dan ibunda H.Limbong
serta keluarga Bapauda T. Silaen, S.Sos dan Inanguda M.Marpaung
yang sudah memberikan cinta kasih yang tak terhitung hingga penulis
bisa menyelesaikan pendidikan serta dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan yang
disebabkan keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun sehingga skripsi ini
dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir
kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Juli 2011
Penulis,
Parulian Silaen
ABSTRAK
Sebagai perusahaan yang berorientasi laba maka manajemen akan berupaya untuk mendapatkan laba yang optimal dengan cara meminimalkan biaya-biaya yang ada, dan sebalikya sebagai subjek pajak perusahaan harus memenuhi berbagai kewajiban, salah satunya adalah membayar beban pajak. Oleh karena itu sangat krusial bagi perusahaan untuk melakukan manajemen pajak sebagai upaya efisiensi pembayaran pajak.melalui penerapan tax planning.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tax planning terhadap PPh untuk mengefisiensikan pembayaran pajak pada PT. Perkebunan Sumatera Utara berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan tahun 2008
Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan tax planning berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan tahun 2008 dapat meminimalkan pembayaran pajak pada PT Perkebunan Sumatera Utara. Oleh karena itu sangat penting bagi perusahaan untuk mencari celah penghematan pajak dengan memanfaatkan peraturan yang ada.
ABSTRACT
As a profit oriented company, management will endeavor to obtain the optimal profit, by minimizing the costs of existing, otherwise as a tax payer , corporate must implement the various obligations, one of them is pay income tax. Therefore, it is very crucial for companies to manage their tax payment as an effort tax efficiency by application of tax planning.
This research aims to know find applying of tax planning of income tax to make efficient of tax payment in PT. Perkebunan Sumatera Utara based tax policy in 2008
The research type is descriptive research. The collection data by observation and documentation. The results showed that the implementation of tax planning based on tax policy in 2008 can minimize tax payments in PT Perkebunan Sumatera Utara. Therefore, it is very important for companies to look loopheles for tax efficient by utilizing the existing regulations.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Batasan Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 7
1. Pengaruh Pajak Terhadap Kegiatan Perusahaan... ... 7
2. Pengertian Tax planning ... 7
4. Langkah-langkah Tax Planning dengan tax avoidance... 10
5. Tujuan Penerapan Tax planning Pada Perusahaan ... 11
6. Strategi Perpajakan ... 13
7. Penerapan Tax planning ... 15
a. Memperbesar Biaya Penyusutan ... 16
b. Pemberian Tunjangan Tidak Dalam Bentuk Natura ... 18
c. Melakukan Perjanjian Leasing Untuk Pendanaan Aktiva Tetap . 21 d. Memaksimalkan Biaya-Biaya Fiskal ... 23
8. Ketentuan Umum Pajak Penghasilan ... 24
a. Objek Pajak Penghasilan ... 24
b. Penghasilan Bukan Objek Pajak ... 25
c. Biaya Fiskal Yang Boleh Dikurangkan ... 26
d. Biaya Fiskal Yang Tidak Boleh Dikurangkan ... 26
B. Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 27
C. Keraangka Konseptual ... 29
BAB III METODE PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
B. Jenis Penelitian ... 31
C. Jenis dan Sumber Data ... 31
D.Teknik Pengumpulan Data ... 32
F. Jadwal Penelitian ... 33
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Data Peneltitan ... 34
1. Gambaran Umum PT Perkebunan Sumatera Utara ... 34
a. Sejarah Singkat Perusahaaan ... 34
b. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Perusahaan ... 35
2. Kebijakan Perpajakan Perusahaan ... 39
3. Penerapan Tax planning Perusahaan ... 42
B. Analisis Hasil Penelitian ... 45
1. Análisis Kebijakan dan Penerapan Tax planning Perusahaan ... 45
2. Análisis Pengaruh Penerapan Tax planning Penghasilan terhadap Penghematan Pajak ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Imbalan kepada Pegawai ... 19
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tarif Penyusutan Harta Berwujud ... 17
Tabel 2.2 Besar Biaya Penyusutan dan Present Value-nya dengan Discount Factor 20% ... 17
Tabel 2.3 Besarnya Penghematan Pajak antara Metode Garis Lurus dengan Saldo Menurun ... 18
Tabel 2.4 Pemberian tunjangan tidak dalam bentuk natura ... 20
Tabel 2.5 Perbandingan antara Membeli langsung Aktiva dengan Leasing ... 22
Tabel 2.6 Biaya Pendidikan Karyawan ... 23
Tabel 2.7 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 27
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 33
Tabel 4.1 Laporan Laba Rugi PT Perkebunan Sumatera Utara ... 43
Tabel 4.2 Perbandingan Metode Penyusutan Tahun 2009 ... 46
Tabel 4.3 Besarnya Penyusutan dan PV dengan df 14 %Atas Mesin dan Peralatan Tahun 2009 ... 48
Tabel 4.4 PPh Terhutang atas Biaya Penyusutan ... 48
Saldo Menurun Atas Mesin Dan Peralatan Tahun 2009 ... 48
Tabel 4. 6 Tunjangan Karyawan Bentuk Natura Diganti Uang ... 50
Tabel 4.7 Perbandingan Pendanaan Secara Leasing Dengan Beli Secara
Tunai ... 52
Tabel 4.8 Biaya Pendidikan Karyawan ... 55
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran I Skedul Pembayaran Lease Fee & Nilai Tunainya ( bagian I )
Lampiran ii Skedul Pembayaran Lease fee & Nilai Tunainya( bagian II )
Lampiran iii Penyusutan Mesin yang Dibeli dengan Finance Lease dengan
Discount rate 2 ( bagian I )
Lampiran iv Penyusutan Mesin yang Dibeli dengan Finance Lease dengan
Discount rate 20 % ( bagian II )
Lampiran v Biaya Penyusutan dan Nilai Tunainya ( bagian I )
Lampiran vi Biaya Penyusutan Dan Nilai Tunainya ( bagian II )
Lampiran vii Struktur Organisasi PT Perkebunan Sumatera Utara
Lampiran viii Struktur Organisasi Bagian Keuangan PT Perkebunan
ABSTRAK
Sebagai perusahaan yang berorientasi laba maka manajemen akan berupaya untuk mendapatkan laba yang optimal dengan cara meminimalkan biaya-biaya yang ada, dan sebalikya sebagai subjek pajak perusahaan harus memenuhi berbagai kewajiban, salah satunya adalah membayar beban pajak. Oleh karena itu sangat krusial bagi perusahaan untuk melakukan manajemen pajak sebagai upaya efisiensi pembayaran pajak.melalui penerapan tax planning.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tax planning terhadap PPh untuk mengefisiensikan pembayaran pajak pada PT. Perkebunan Sumatera Utara berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan tahun 2008
Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan tax planning berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan tahun 2008 dapat meminimalkan pembayaran pajak pada PT Perkebunan Sumatera Utara. Oleh karena itu sangat penting bagi perusahaan untuk mencari celah penghematan pajak dengan memanfaatkan peraturan yang ada.
ABSTRACT
As a profit oriented company, management will endeavor to obtain the optimal profit, by minimizing the costs of existing, otherwise as a tax payer , corporate must implement the various obligations, one of them is pay income tax. Therefore, it is very crucial for companies to manage their tax payment as an effort tax efficiency by application of tax planning.
This research aims to know find applying of tax planning of income tax to make efficient of tax payment in PT. Perkebunan Sumatera Utara based tax policy in 2008
The research type is descriptive research. The collection data by observation and documentation. The results showed that the implementation of tax planning based on tax policy in 2008 can minimize tax payments in PT Perkebunan Sumatera Utara. Therefore, it is very important for companies to look loopheles for tax efficient by utilizing the existing regulations.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi yang sedang terjadi saat ini selalu diwarnai dengan
persaingan antar perusahaan di seluruh belahan dunia tak terkecuali Indonesia
sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki potensi pasar yang cukup
strategis. Berbagai upaya dilakukan oleh manajemen untuk boleh memenangkan
persaingan yang cukup ketat antar perusahaan, meliputi pemanfaatan
perkembangan teknologi informasi serta pemanfaatan peluang terbukanya
perekonomian suatu negara.
Hal penting lainnya yang harus dilakukan perusahaan adalah melakukan
efisiensi di berbagai bidang, salah satunya dibidang perpajakan. Sangat rasional
bagi manajemen untuk mengelola kewajiban perpajakan sebaik mungkin sehingga
pemborosan sumber daya dalam bentuk sanksi perpajakan dapat dihindarkan.
Sebagai perusahaan yang berorientasi laba maka manajemen akan berusaha untuk
mendapatkan laba yang optimal dengan cara meminimalkan biaya-biaya yang ada.
Dilain pihak sebagai subjek pajak perusahaan harus memenuhi berbagai
kewajiban, salah satunya adalah membayar beban pajak.
Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor
privat (perusahaan) ke sektor publik. Pemindahan sumber daya tersebut secara
otomatis akan mempengaruhi daya beli (purchasing power) atau kemampuan
adalah beban (expense) perusahaan yang dapat menurunkan laba, meningkatkan
kerugian serta akan mempengaruhi cash outflow. Kondisi tersebut secara langsung
akan menurunkan daya saing perusahaan. Oleh karena itu sangat krusial bagi
perusahaan untuk melakukan manajemen pajak sebagai upaya efisiensi
pembayaran pajak. Penerapan manajemen pajak yang dapat diterapkan oleh
perusahaan adalah tax planning (perencanaan pajak). Secara umum tax planning
merujuk kepada proses merekayasa usaha dan transaksi Wajib pajak supaya utang
pajak berada dalam jumlah yang minimal pada periode berjalan dan periode
mendatang. (strategi most effective taxminimization). Pelakan tax planning yang
baik adalah dengan memanfaatkan loopholes (celah-celah) peraturan perpajakan.
Perkembangan peraturan perpajakan Indonesia senantiasa dinamis dan
cepat mengalami perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan iklim usaha dan
kondisi perekonomian. Pemerintah baru-baru ini mengeluarkan Undang-Undan
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang
merupakan perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983.
Perubahan ini dilaksanakan dalam upaya mengamankan penerimaan negara yang
semakin meningkat, mewujudkan sistem perpajakan yang netral, sederhana, stabil,
lebih memberikan keadilan, dan lebih dapat menciptakan kepastian hukum serta
transparansi. Undang-undang Perpajakan tahun 2008 tersebut menerapkan sistem
self assessment sebagai sistem pemungutan pajak dimana setiap Wajib Pajak
diwajibkan mendaftar, menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah
pajak yang terhutang. Dengan sistem self assessment Wajib Pajak dituntut untuk
Pengetahuan tersebut dapat menjadi peluang baik bagi manajemen untuk
memenuhi kewajiban perpajakannya sehemat mungkin.
Penerapan tax planning dalam suatu perusahaaan dapat dilakukan dengan
mencari peluang penghindaran pajak yang tercantum dalam UU Republik
Indonesia Nomor 36 tahun 2008 dengan cara memaksimalkan penghasilan yang
bukan merupakan objek pajak penghasilan, meningkatkan biaya-biaya yang
merupakan deductible expense, seperti pemberian tunajangan dalam bentuk uang,
pemaksimalan biaya fiscal seperti biaya pendidikan karyawan dan lain sebagainya
yang pada akhirnya menghasilkan PPh terutang dalam jumlah yang lebih kecil.
Penelitian yang dilakukan oleh Alvide (2007) pada PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) Medan dengan objek penerapan perencanaan pajak
meliputi pemaksimalan biaya fiskal, melaksanakan program manfaat karyawan,
pemberian tunjangan tidak dalam bentuk natura, dan optimalisasi kredit pajak
telah menunjukkan adanya efisiensi pembayaran pajak sebesar Rp
121,294,438,617.00 Akan tetapi masih ada peluang yang bisa dilakukan yaitu
pemberian tunjangan penghasilan kepada karyawan yang tidak dimasukkan ke
dalam daftar gaji karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh Eva (2008) pada PT
Barata UUM Medan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah berupaya
menerapkan tax planning untuk meminimalkan beban pajak sehingga menghemat
pajak sebesar Rp 796,599,207.80. Tetapi masih dimungkinkan penerapan tax
planning yang belum efektif seperti penerapan metode penyusutan, tidak adanya
pemberian tunjangan pajak penghasilan kepada karyawan. Penelitian yang
menunjukkan bahwa Penerapan tax planning bertujuan untuk mengelola
kewajiban perpajakan secara lengkap,benar, & tepat waktu. objek penerapan tax
planning meliputi pembentukan satu kesatuan usaha, maksimalisasi biaya fiskal,
pemberian tunjangan tidak dalam bentuk natura, pemberian tunjangan pajak,
perjanjian sewaguna usaha untuk pendanaan aktiva tetap (Finance Lease) telah
menunjukkan adanya efisiensi pembayaran pajak sebesar Rp 1,415,700,474.40
PT Perkebunan Sumatera Utara sebelumnya berbentuk Perusahaan
Daerah Perkebunan dengan kegiatan utama perusahaan yaitu usaha perkebunan
kelapa sawit, karet, serta pengolahan tandan buah segar. Sebagai perusahaan yang
belum lama berbadan hukum PT, maka perusahaan ini perlu melakukan
pembenahan di berbagai lini, salah satunya adalah bagian perpajakan.
Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan, penulis menemukan bahwa PT
Perkebunan Sumatera Utara telah menerapkan tax planning terhadap PPh sebagai
upaya efisiensi pembayaran pajak meliputi menggunakan metode saldo menurun
untuk memperbesar biaya penyusutan serta memberikan tunjangan tidak dalam
bentuk natura . Akan tetapi masih ada celah yang belum dimanfaatkan PT
Perkebunan Sumatera Utara berkenaan dengan tax planning, yaitu tidak adanya
pemaksimalan biaya fiskal seperti pemberian biaya pendidikan karyawan serta
tidak menggunakan leasing utuk pendanaan aktiva tetapnya, sebaliknya dalam
pengadaan aktiva tetap senantiasa malakukan pembelian secara tunai.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul : “Penerapan tax planning Terhadap PPh Sebagai Upaya
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan skripsi yang telah diuraikan
sebelumnya, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Penerapan tax planning apa saja yang digunakan PT Perkebunan Sumatera
Utara terhadap PPh sebagai upaya efisiensi pembayaran pajak?
2. Berapa besar pengaruh penerapan tax planning terhadap PPh sebagai upaya
efisiensi pembayaran pajak pada PT. Perkebunan Sumatera Utara?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penerapan tax planning yang digunakan PT. Perkebunan
Sumatera Utara terhadap PPh sebagai upaya efisiensi pembayaran pajak.
2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh tax planning terhadap PPh
sebagai upaya efisiensi pembayaran pada PT. Perkebunan Sumatera Utara.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penerapan
tax planning pada perusahaan.
2. Bagi perusahaan, memberikan masukan mengenai tax planning yang baik
3. Bagi civitas akademik, dapat menjadi bahan referensi untuk melanjutkan
penelitian mengenai perencanaan pajak
E. Batasan Penelitian
Adapun batasan yang ditetapkan oleh penulis dalam penelitian ini sebagai
upaya untuk pembahasan yang lebih spesifik meliputi :
1. Membahas tax planning yang berkaitan dengan: pemilihan metode
penyusutan yang dapat memperbesar beban penyusutan, pemberian
tunjangan tidak dalam bentuk natura, melakukan perjanjian leasing untuk
pendanaan aktiva tetap, dan maksimalisasi biaya fiskal.
2. Menggunakan laporan keuangan PT Perkebunan Sumatera Utara tahun
2009. Adapun Undang-Undang Perpajakan yang digunakan adalah UU
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengaruh Pajak Terhadap Kegiatan Perusahaan
Bagi perusahaan, pajak yang dikenakan terhadap penghasilan yang
diterima atau diperoleh dapat dianggap sebagai biaya (cost) atau beban (expense),
dalam menjalankan usaha atau melakukan kegiatan maupun distribusi laba kepada
pemerintah. Asumsi pajak sebagai biaya akan mempengaruhi laba (profit margin),
sedangkan asumsi pajak sebagai distribusi laba akan mempengaruhi tingkat
pengembalian atas investasi ( rate of returnon investment). Secara ekonomis pajak
merupakan unsur pengurang laba yang tersedia untuk dibagi atau diinvestasikan
kembali oleh perusahaan. Dalam praktik bisnis, umumnya perusahaan
mengidentikkan pembayaran pajak sebagai beban sehingga akan berusaha untuk
meminimalkan beban tersebut guna mengoptimalkan laba setelah pajak Dalam
rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing maka manajer wajib menekan biaya
seoptimal mungkin. Demikian pula halnya dengan kewajiban membayar pajak,
karena biaya pajak akan menurunkan laba setelah pajak ( after taxprofit),
menurunkan tingkat pengembalian ( rate of return ), dan menurunkan arus kas (
cash flows) sehingga daya saing menjadi turun. (Suandy: 2006)
2. Pengertian Tax planning
Tax planning merupakan langkah awal manajemen pajak. Pada tahapan ini
dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat
penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan
kewajiban pajak
Menurut Zain (2007) pengertian tax planning adalah :
Tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekananya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefisienkan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak (taxavoidance) dan bukan penyelundupan pajak (taxevasion) yang merupakan tindak pidana fiscal yang tidak akan ditoleransi. Tax planning merupakan perbuatan legal yang masih dalam ruang lingkup perpajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajkaan.
Menurut Pardiat (2009) tax planning adalah usaha memperkecil
pembayaran pajak atau menunda pembayaran pajak ke tahun tahun berikutnya
tanpa melanggar ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulakan bahwa tax planning
adalah upaya Wajib Pajak untuk meminimalkan pajak yang terutang melalui
skema yang memang telah jelas diatur dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan dan sifatnya tidak menimbulkan dispute antara Wajib Pajak dan
otoritas pajak.
3. Motivasi Dilakukannya Tax planning
Motifasi yang mendasari dilakukannya suatu perencanaan pajak umumnya
bersumber dari tiga unsur perpajakan, yaitu :
Kebijakan perpajakan (tax policy) merupakan alternatif dari berbagai
sasaran yang hendak dituju dalam sistem perpajakan. Dari berbagai aspek
kebijakan pajak terdapat faktor-faktor yang mendorong dilakukannya suatu
perencanaan pajak, meliputi: jenis pajak yang akan dipungut, subjek pajak, objek
pajak, tarif pajak, prosedur pembayaran pajak.
b. Undang-undang perpajakan (tax law)
Pada dasarnya tidak ada undang-undang yang mengatur setiap permasalahan secara sempurna. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya selalu diikuti oleh ketentuan-ketentuan lain ( Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, dan Keputusan Dirjen Pajak). Tidak jarang ketentuan pelaksanaan tersebut bertentangan dengan undang-undang itu sendiri karena disesuaikan dengan kepentingan pembuat kebijakan dalam mencapai tujuan lain yang ingin dicapainya. Akibatnya terbuka celah (
loopholes) bagi Wajib Pajak untuk menganalisis kesempatan tersebut
dengan cermat untuk perencanaan pajak yang baik. ( Suandy, 2006)
Pada dasarnya peraturan perpajakan memuat loopholes, baik yang
dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja oleh pemerintah. Tindakan
sengaja yang dilakukan pemerintah dilaksanakan untuk melakukan fungsi
regulerend. Misalnya, untuk mendorong perusahaan reksadana dibuatkan
ketentuan Pasal 4 ayat (3) huruf k, yang mengatur bunga obligasi yang diterima
oleh perusahaan reksadana selama 5 tahun pertama bukan objek pajak. Sedangkan
loopholes karena ketidaksenganjaan pemerintah, disebabkan karena kondisi bisnis
yang berubah cepat, serta adanya interpretasi ganda dalam suatu peraturan
perpajakan. Misalnya, ketentuan tentang transfer pricing ke luar negeri yang tidak
Oleh karena itu tax planning harus dilakukan dengan menggunakan
metode penghindaran pajak (tax avoidance), yaitu usaha meminimalkan beban
pajak dengan menggunakan loopholes (celah-celah)
c. Administrasi Perpajakan (tax administration)
Indonesia merupakan negara dengan wilayah dan jumlah penduduk yang banyak. Sebagai negara berkembang, Indonesia masih mengalami kesulitan dalam melaksanakan administrasi perpajakan secara memadai. Hal ini mendorong perusahaan untuk melaksanakan perencanaan pajak dengan baik agar terhindar dari sanksi administrasi maupun pidana karena adanya perbedaan penafsiran antara fiskus dengan Wajib Pajak akibat luasnya peraturan perpajakan yang berlaku dan sistem informasi yang masih belum efektif. (Suandy, 2006)
Secara umum motivasi dilakukannya perencanaan pajak adalah untuk
memaksimalkan laba setelah pajak karena pajak ikut mempengaruhi pengambilan
keputusan atas suatu tindakan dalam operasi perusahaan untuk melakukan
investasi melalui analisis yang cermat dan pemanfaatan peluang atau kesempatan
yang ada dalam ketentuan peraturan yang sengaja dibuat oleh pemerintah untuk
memberikan perlakuan yang berbeda atas objek yang secara ekonomi hakikatnya
sama dengan memanfaatkan perbedaan tarif pajak( taxrates), perbedaan perlakuan
atas objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak ( taxbase), dan loopholes,
shelters, dan havens (Suandy, 2006)
4. Langkah-langkah Tax planning dengan Tax Avoidance
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam
melaksanakan perencanaan pajak dengan tax avoidance meliputi :
b. Melakukan analisis data (fakta) perusahaan
Langkah menganalisis data perusahaan meliputi analisis prediksi
income serta mendefinisikan income perusahaan.
c. Mendesain model penghindaran pajak yang mungkin diterapkan
d. Penerapan model tersebut
e. Melakukan evaluasi tax planning
f. Memperbaiki kesalahan
g. Meng-update Tax planning dengan tax avoidance
Elemen kunci penghindaran pajak, meliputi :
a. Eliminasi beban pajak pada item tertentu
b. Pengalihan beban pajak ke entitas lain
c. Pengalihan beban pajak ke periode lain ( mendatang)
5. Tujuan Penerapan Tax planning Pada Perusahaan
Tujuan penerapan tax planning pada perusahan adalah untuk mencapai
sasaran perusahaan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan, dengan cara
menggunakan tax planning secara lengkap, benar dan tepat waktu yang sesuai
dengan UU Perpajakan sehingga tidak terkena saksi administratif( denda, bunga,
efektivitas pemanfaatan sumber daya, guna meningkatkan kinerja perusahaan
dalam memperoleh laba optimal
Apabila penerapan tax planning pada perusahaan dilakukan secara baik dan
benar, hal tersebut akan memberikan manfaat bagi perusahaan yang diantaranya,
adalah:
1. Penghematan kas keluar, pajak dianggap sebagai unsur biaya yang dpat
diminimalisasi dala proses operasional perusahaan
2. Mengatur aliran kas, dengan perencanaan pajak yang dikelola secara
hemat, perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat,
mengestimasi kebutuhan kas untuk membayar pajak dan menentukan
waktu pembayarannya, sehingga tidak terlalu awal atau terlambat yang
mengakibatkan denda atau sanksi
Horngren (1997) mengatakan bahwa:
Pajak mpendapatan merupakan pengeluaran kas tunai. Pajak pendapatan dapat mempengaruhi jumlah dan/waktu (timing I) arus kas. Peran dasar mereka dalam penganggaran modal tidak berbeda dengan peran pembayaran kas lain. Tetapi pajak cenderung mempersempit perbedaan kas diantara proyek-proyek. Penghematan kas dalam operai akan menyebabkan kenaikan dalam pendapatan yang terkena pajak dan dengan demikian juga menyebabkan pengecilan pengeluaran pajak.
Tax planning merupakan suatu kegiatan perencanaan laba perusahaan
dengan cara memanfaatkan celah-celah perpajakan. Setelah pihak perpajakan
melakukan koreksi fiskal untuk menentukan pajak terutang perusahaan yang
pajak yang akan dibayar semakin kecil pada periode berikutnya. Untuk itu
perusahaan harus menyediakan arus kas keluar untuk membayar angsuran pajak
tersebut agar tidak terkena sanksi pajak akibat keterlambatan pembayaran pajak.
Perusahaan dapat merancang pajak penghasilan untuk periode berikutnya
dengan cara memecah biaya tetap dan biaya variabel. Kemudian perusahaan
melakukan pengeluaran dalam bentuk biaya variabel yang bertujuan untuk
meningkatkan kinerja perusahan sehingga jumlah pajak yang akan dibayar
semakin kecil sehingga dapat meminimalisasi arus kas keluar yang harus
disediakan untuk pembayaran angsuran pajak tersebut. Dengan kata lain
perusahaan akan mendapat pajak lebih bayar untuk periode pajak berikutnya
karena jumlah angsuran pajak akan semakin kecil.
6. Strategi Perpajakan
Dalam menerapankan kebijakan perencanaan pajak, strategi yang dapat
ditempuh oleh pihak pembayar pajak diantaranya adalah :
a. Tax saving
Tax saving adalah manipulasi penghasilan secara legal yang masih sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan untuk memperkecil
jumlah pajak terutang (Barr NA, 1997). Tax saving merupakan upaya untuk
menghemat pengeluaran pajak melalui pengaturan suatu peristiwa untuk
meminimumkan pajak sesuai dengan ketentuan perpajakan
Tax avoidance adalah suatu skema transaksi yang ditujukan untuk
meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan
(loophole) ketentuan perpajakan suatu negara. Tax avoidance merupakan
upaya untuk menghindari pengenaan pajak dengan cara yang masih sesuai
dengan hukum dan peraturan yang berlaku
c. Penundaan pembayaran pajak
Penundaan pembayaran pajak dilakukan dengan menerapkan manajemen
waktu bagi pemenuhan berbagai hak dan kewajiban perpajakan
d. Optimalisasi kredit pajak,
Optimalisasi kredit pajak tidak bisa disepelekan karena kredit pajak adalah
salah satu harapan bagi pembayar pajak, yang bisa membantu kondisi
cash-flow nya di saat-saat penting.
e. Upaya menghindari pemeriksaan pajak atau memperkecil resiko pemeriksaan
pajak. Pemeriksaaan pajak adalah sebuah event sekalipun belum tentu rutin
yang dianggap berisiko yang seringkali tidak bisa diantisipasi dengan baik,
atau diduga efeknya
Menurut Zain (2007) tindakan yang harus diambil dalam rangka
perencanaan pajak tersebut berupa tindakan penstrukturan meliputi:
a. Menetapkan sasaran atau tujuan manajemen pajak, meliputi :
2) Mematuhi segala ketentuan administrative, sehingga terhindar dari pengenaan sanksi-sanksi, baik sanksi administrative maupun sanksi pidana, seperti bunga, kenaikan, denda, dan hukuman kurungan, atau penjara
3) Melaksanakan secara efektif segala ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang terkait dengan pelaksanaan pemasaran, pembelian, dan fungsi keuangan, seperti pemotongan, dan pemungutan pajak (Pph pasal 21, pasal 22, dan pasal 23)
b. Situasi sekarang dan identifikasi pendukung dan penghambat tujuan, meliputi :
1) Identifikasi faktor lingkungan perencanaan pajak jangka panjang
2) Etika kebijakan perusahaan dan ketentuan yang jelas mengenai fungsi dan tanggung jawab manajemen perpajakan serta memiliki manual tentang ketentuan dan tata cara manajemen perpajakan yang berlaku bagi selurus personil perusahaan
3) Strategi dan perencanaan pajak yang berintegrasi dengan perencanaan perusahaan, baik perusahaan jangka pendek maupun jangka panjang
b. Pengembangan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai tujuan, melalui :
1) Sistem informasi yang memadai dalam kaitannya dengan penyampaian perencanaan pajak kepada petugas yang memonitor perpajakan dan kepastian keefektivan pengendalian dan pajak-pajak lainnya yang terkait
2) Mekanisme monitor, pengendalian, dan penyesuaian sedemikian rupa sehingga setiap modifikasi rencana dan tindakan dapat dilakukan tepat waktu
7. Penerapan Tax planning
Penerapan tax planning terhadap PPh sebagai upaya efisiensi pembayaran
a. Memperbesar Biaya Penyusutan
Menurut PSAK No. 17 Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva
yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan perlu
dilakukan karena manfaat yang diberikan dan nilai dari aktiva tersebut semakin
berkurang. Pengurangan nilai aktiva dibebankan secara bertahap, hal ini sesuai
dengan Pasal 9 ayat (2) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa
pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk
dibebankan sekaligus.
Berdasarkan Undang-Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 harta berwujud
dibagi menjadi 2 golongan yaitu harta berwujud kelompok bukan bangunan dan
harta berwujud kelompok bangunan. Harta berwujud kelompok bukan bangunan
terdiri dari 4 kelompok yaitu kelompok 1,2 ,3,dan 4 sedangkan harta berwujud
kelompok bangunan terdiri dari bangunan permanen dan bangunan tidak
permanen. Berdasarkan Pasal 11 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 metode
penyusutan yang dapat digunakan untuk melakukan penyusutan terhadap harta
berwujud bukan bangunan adalah metode garis lurus atau metode saldo menurun.
Sedangkan metode penyusutan untuk harta berwujud bangunan hanya dapat
disusutkan dengan metode garis lurus.
Tabel 2. 1
Tarif Penyusutan Harta Berwujud
Kelompok Harta Berwujud
Masa Manfaat
Tarif Penyusutan Metode Garis
Lurus
Metode Saldo Menurun
I. BukanBangunan
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5%
Tidak Permanen 10 tahun 10% Sumber data : Undang-Undang No. 36 Tahun 2008
Contoh kasus
PT ULI membeli aktiva tetap berupa mesin degan harga perolehan Rp. 100.000.000,00. Mesin tersebut termasuk dalam aktiva tetap kelompok 1.Besar Biaya Penyusutan dan Nilai Tunainya dengan Tingkat Diskon 20 %
Tabel 2. 2
Besar Biaya Penyusutan dan Present Value-nya dengan Discount Factor 20%
Thn
Metode Penyusutan
d.f (20%) Garis Lurus(Rp) Saldo Menurun(Rp)
Nominal PV Nominal PV
1 250,000,000.00 208,333,250.00 500,000,000.00 416,666,500.00 0.833333 2 250,000,000.00 173,611,000.00 250,000,000.00 173,611,000.00 0.694444 3 250,000,000.00 144,675,750.00 125,000,000.00 72,337,875.00 0.578703 4 250,000,000.00 120,563,250.00 125,000,000.00 60,281,625.00 0.482253 1,000,000,000.00 647,183,250.00 1,000,000,000.00 722,897,000.00
Tabel 2. 3
Besarnya Penghematan Pajak antara Metode Garis Lurus dengan Saldo Menurun
Keterangan
Garis Lurus (Rp) Saldo Menurun
Nominal
PV(Tingkat
Diskon 20%) Nominal
PV(Tingkat Diskon 20%) Harga
Perolehan 1,000,000,000.00 1,000,000,000.00 1,000,000,000.00 1,000,000,000.00 Biaya
Penyusutan 1,000,000,000.00 647,183,641.98 1,000,000,000.00 722,897,376.54 PPh 30% 300,000,000.00 194,155,092.59 300,000,000.00 216,869,212.96 Penghematan
Pajak 22,714,120.37
Sumber data : Erly Suandy, (2006)
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh besarnya penghematan pajak
yang dapat dilakukan jika perusahaan memilih metode saldo menurun dalam
menghitung besarnya biaya penyusutan sebesar Rp. 22,714,120.37.(Rp.
216,869,212.96 – Rp. 194,155,092.59). Tarif pajak yang digunakan adalah tarif
pajak tertinggi yaitu 30%. Dengan tingkat diskon 20%
b. Pemberian Tunjangan Tidak Dalam Bentuk Natura
Pembayaran natura maupun kenikmatan kepada pegawai pada dasarnya
bukan merupakan penghasilan bagi pegawai, tetapi juga bukan merupakan biaya
bagi perusahaan. Namun demikian apabila pemberian natura maupun kenikmatan
tersebut diberikan dalam bentuk tunjangan misalnya tunjangan pangan maupun
tunjangan bersifat kenikmatan, seperti tunjangan rumah dan lainnya, maka
pembayaran tersebut dapat menjadi biaya bagi perusahaan dan merupakan
penghasilan bagi pegawai. Oleh karena itu untuk menambah biaya fiskal,
Bagi pemberi kerja, pembayaran natura dan kenikmatan dalam bentuk tunjangan
[image:34.595.115.512.182.436.2]akan lebih menguntungkan atau menghemat pajak.
Gambar 2.1
Kerangka Imbalan kepada Pegawai
Jika imbalan kepada pegawai diberikan dalam bentuk uang, maka
pemberian tersebut merupakan pengurang penghasilan bruto bagi perusahaan dan
bagi karyawan yang bersangkutan akan dikenakan PPh pasal 21. Sebaliknya jika
imbalan yang diberikan dalam bentuk kenikmatan / natura, maka pemberian
tersebut tidak termasuk pengurangang penghasilan bruto dan kepada karyawan
yang bersangkutan tidak dikenakan PPh pasal 21 Imbalan kepada pegawai
Imbalan diberikan dalam bentuk kenikmatan/natura Imbalan diberikan
dalam bentuk uang
Bukan pengurang penghasilan bruto (non deductible
Bukan merupakan Obyek PPh 21
Merupakan pengurang penghasilan bruto (non deductible
Tabel 2. 4
Pemberian tunjangan tidak dalam bentuk natura
Pendapatan Usaha Rp 3,825,000,000 Pendapatan Usaha Rp 3,825,000,000 Biaya usaha langsung Rp (2,805,000,000) Biaya usaha langsung Rp (2,805,000,000) Laba kotor Rp 6,630,000,000 Laba kotor Rp 6,630,000,000
Biaya usaha tidak langsung Biaya usaha tidak langsung
Biaya pemasaran Rp (19,040,000) Biaya pemasaran Rp (19,040,000) Biaya Adm & umum Rp (425,000,000) Biaya Adm & umum Rp (425,000,000) Biaya keperluan kantor Rp (136,000,000) Biaya keperluan kantor Rp (136,000,000) Biaya pemeliharaan Rp (76,500,000) Biaya pemeliharaan Rp (76,500,000) Biaya penyusutan Rp (144,500,000) Biaya penyusutan Rp (144,500,000) bentuk uang Rp (45,000,000) bentuk natura Rp 45,000,000
Total biaya usaha tidak Total biaya usaha tidak
langsung Rp (864,040,000) langsung Rp (801,040,000) laba operasi Rp 5,783,960,000 laba operasi Rp 5,828,960,000 Pendapatan- Biaya lain-lain Pendapatan- Biaya lain-lain
Pendapatan lain-lain Rp 17,850,000 Pendapatan lain-lain Rp 17,850,000 Biaya lain-lain Rp (255,000) Biaya lain-lain Rp (255,000) Total pendapatan- biaya Rp 17,595,000 Total pendapatan-biaya Rp 17,595,000
lain-lain lain-lain
Penghasilan kena pajak Rp 5,801,555,000 Penghasilan kena pajak Rp 5,846,555,000
Hutang PPh(tarif Pasal 17) Hutang PPh(tarif Pasal 17)
25%x Rp 5,801,555,000.00 Rp (1,450,388,750) 25%x Rp 5,846,555,000 Rp (1,461,638,750)
Laba bersih setelah pajak Rp 4,351,166,250 Laba bersih setelah pajak Rp 4,384,916,250
Total Hutang PPh Rp 1,450,388,750 Total Hutang PPh Rp 1,461,638,750
Penghematan Pajak Rp. . 11,250.000,00
Sumber data : Erly Suandy (2006)
Berdasarkan perhitungan di atas, jika perusahaan memberikan tunjangan
dalam bentuk uang sebesar Rp. 45,000,000 maka total hutang PPh yang harus
ditanggung oleh perusahaan sebesar Rp 1,450,388,750 sedangkan jika perusahaan
memberikan tunjangan dalam bentuk natura sebesar Rp. 45,000,000 maka biaya
tersebut bukan merupakan deductible expense sehingga harus dikoreksi.
perusahaan memberikan tunjangan dalam bentuk uang sebesar Rp.
11.250.000,00.( Rp. 1,461,638,750 - Rp 1,450,388,750). Tarif pajak yang
digunakan adalah 25%.
c. Melakukan Perjanjian Leasing Untuk Pendanaan Aktiva Tetap
Definisi leasing menurut PSAK No.30 Tahun 2009 : suatu perjanjian
dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan suatu asset
selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya lessee melakukan
pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor.
Perjanjian leasing yang dapat dimanfaatkan untuk meminimalkan
pembayaran pajak ialah leasing dengan hak opsi (financial leasing). Masa leasing
untuk golongan I lebih besar dari 2 tahun, golongan II & III lebih besar dari 3
tahun dan Bangunan lebih besar dari 7 tahun.
Ketentuan perpajakan untuk leasing dengan hak opsi ( bagi lessee) :
1. Tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewakan, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut. Penyusutan dilakukan mulai tahun pajak digunakan hak opsi( penyusutan capital lease merupakan non deductible expense)
2. Dasar penyusutan yang dipakai setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut adalah nilai sisa barang modal yang bersangkutan
3. Pembayaran sewa yang dibayarkan atau terutang, kecuali pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sepanjag transaksi sewa tersebut dapat digolongkan sebagai sewa dengan hak opsi ( pembayaran angsuran capital lease merupakan biaya menurut pajak kecuali pembayaran opsi/ pembayaran terakhir, dibebankan sebagai cost aktiva)
4. Atas pembayaran sewa yang dibayarkan atau terutang oleh lessee tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 23. (Waluyo, 2010 )
Perencanaan pajak untuk pendanaan aktiva tetap yang baru adalah
Contoh kasus
PT ULI untuk meningkatkan produksi merencanakan menambah mesin B, dengan
harga Rp. 1.000.000.000,00. Perusahaan sedang mempertimbangkan untuk
membeli langsung atau menggunakan leasing dengan hak opsi. Mesin tersebut
termasuk aktiva tetap kelompok II. Diketahui bunga deposito 16%, bunga
pinjaman 20%, bunga leasing 22%. Jangka waktu leasing 4 tahun dan jaminan
Rp. 100.000.000,00 (10% dari nilai mesin yang dileasing)
Tabel 2. 5
Perbandingan antara Membeli langsung Aktiva dengan Leasing
Keterangan Leasing dengan bunga 22% Beli secara tunai
Nominal (Rp) PV(i=20%) (Rp) Nominal (Rp)
PV(i=20%) (Rp)
Harga Perolehan
Biaya sewa 1,361,062,562.40 947,345,479.29
Nilai opsi 100,000,000.00 100,000,000.00
Harga mesin 100,000,000,000.00 565,903,495.73
Jumlah 1,461,062,562.40 1,047,345,479.29 100,000,000,000.00 565,903,495.73 Jumlah yang
boleh dibayarkan
Biaya sewa 1,361,062,562.40 947,345,479.29
Biaya Penyusutan 100,000,000.00 27,290,875.01 1,000,000,000.00 565,903,495.73 Jumlah 1,461,062,562.40 974,636,354.30 1,000,000,000.00 565,903,495.73 PPh 25 % 438,318,768.72 292,390,906.29 300,000,000.00 169,771,048.72 Penghematan Pajak 138,318,768.72 122,619,857.57
Sumber data : Olahan penulis (2011)
Besarnya penghematan pajak apabila tingkat leasing 22 % dan tingkat
bunga 20 % secara nominal adalah Rp. 138,318,768.72 ( selisih antara leasing Rp.
438,318,768.72 dengan beli secara tunai Rp. 300,000,000.00.) Sedangkan
penghematan berdasarkan Present ValueI (PV) adalah Rp. 122,619,857.57 (Rp.
d. Memaksimalkan Biaya-Biaya Fiskal
Pemaksilan biaya-biaya fiskal adalah berupa tindakan yang dilakukan
dengan meningkatkan biaya-biaya yang dapat dikurangkan atau dialihkan.
Peluang ini tercantum dalam pasal 6 ayat 1 Contoh : Perusahaan mengeluarkan
sejumlah biaya untuk pendidikan karyawan dengan tujuan untuk mengurangi
[image:38.595.114.560.352.713.2]pendapatan kena pajak
Tabel 2. 6
Biaya Pendidikan Karyawan
Pendapatan Usaha Rp 3,825,000,000 Pendapatan Usaha Rp 3,825,000,000 Biaya usaha langsung Rp (2,805,000,000) Biaya usaha langsung Rp (2,805,000,000)
Laba kotor Rp 6,630,000,000 Laba kotor Rp 6,630,000,000
Biaya usaha tidak langsung Biaya usaha tidak langsung
Biaya pemasaran Rp (19,040,000) Biaya pemasaran Rp (19,040,000) Biaya Adm & umum Rp (425,000,000) Biaya Adm & umum Rp (425,000,000) Biaya keperluan kantor Rp (136,000,000) Biaya keperluan kantor Rp (136,000,000) Biaya pemeliharaan Rp (76,500,000) Biaya pemeliharaan Rp (76,500,000) Biaya penyusutan Rp (144,500,000) Biaya penyusutan Rp (144,500,000) Total biaya usaha tidak
langsung Rp (801,040,000)
Total biaya usaha tidak
langsung Rp (801,040,000)
laba operasi Rp 5,828,960,000 laba operasi Rp 5,828,960,000 Pendapatan- Biaya lain-lain6t Pendapatan- Biaya lain-lain
Pendapatan lain-lain Rp 17,850,000 Pendapatan lain-lain Rp. 17,850,000 Biaya lain-lain Rp (255,000) Biaya lain-lain Rp. ( 255,000)
Biaya pendidikan Rp. (7, 650,000)
Total pendapatan - biaya Rp. 17, 595,000 Total pendapatan - biaya Rp 9,945,000
lain-lain lain-lain
Penghasilan kena pajak Rp.5, 846, 555, 000 Penghasilan kena pajak Rp 5,838,905,000
Hutang PPh(tarif Pasal 17) Hutang PPh(tarif Pasal 17)
25%x Rp 5,846,555,000.00 Rp. (1,461,638,750) 25% x Rp5,838,905,000.00 Rp(1,459,726,250) Laba bersih setelah pajak Rp. 4,384,916,250 Laba bersih setelah pajak Rp 4,379,178,750
Total Hutang PPh Rp. 1,461,638,750 Total Hutang PPh Rp 1,459,726,250
Penghematan Pajak Rp. 1.912.500,00
Berdasarkan perhitungan di atas, jika perusahaan mengeluarkan biaya
pendidikan sebesar Rp. 7, 650,000 maka total hutang PPh yang harus ditanggung
oleh perusahaan sebesar Rp 1,459,726,250 sedangkan jika perusahaan tidak
mengeluarkan biaya pendidikan karyawan, maka total hutang PPh yang harus
ditanggung oleh perusahaan sebesar Rp. 1,461,638,750. Sehingga total
penghematan pajak yang dapat diperoleh jika perusahaan mengeluarkan biaya
pendidikan karyawan sebesar Rp. 1.912.500,00 (Rp. 1,461,638,750 - Rp
1,459,726,250). Tarif pajak yang digunakan yaitu 25%.
8. Ketentuan Umum Pajak Penghasilan
Menurut Undang-Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1)
pengertian penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun
dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk
apapun.
a. Objek Pajak Penghasilan
Berdasarkan UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) objek pajak
penghasilan meliputi :
1) Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan
2) Hadiah
3) Laba Usaha
4) Keuntungan Pengalihan Harta
6) Bunga
7) Dividen
8) Royalti
9) Sewa
10)Penerimaan/perolehan berkala
11)Pembebasan utang
12)Keuntungan selisih kurs
13)Keuntungan penilaian kembali aktiva
14)Premi asuransi
15)Iuran anggota
16)Tamb kekayaan neto belum kena pajak
17)Penghasilan berbasis syariah
18)Imbalan bunga
19)Surplus Bank Indonesia
b. Penghasilan Bukan Objek Pajak:
Berdasarkan UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (3) yang bukan
merupakan objek pajak penghasilan meliputi :
1) Bantuan, sumbangan, zakat, hibah
2) Warisan
3) Setoran tunai (harta) sebagai pengganti saham
4) Natura dan kenikmatan
5) Penggantian asuransi
6) Dividen, dengan syarat saham yg dimiliki >25%
7) Iuran pensiun
9) Bagian laba dari CV, persekutuan, perumpulan, firma, kongsi
10) Bagian laba modal ventura
11) Bea siswa
12) Sisa lebih badan nirlaba
13)Bantuan/Santunan yang dibayarkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada WP tertentu.
c. Biaya Fiskal Yang Boleh Dikurangkan
Berdasarkan UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1) yang
merupakan biaya fiskal yang boleh dikurangkan adalah biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan
1)Penyusutan/amortisasi Harta berwujud dan tidak berwujud
2)Iuran kepada dana pensiun yg sdh disahkan Menkeu
3)Kerugian pengalihan harta yg digunakan dalam rangka 3M
4)Kerugian Selisih kurs
5)Biaya Litbang yang dilakukan di Indonesia
6)Beasiswa, magang dan pelatihan
7)Piutang Tak Tertagih
8)Sumbangan Bencana Nasional
9)Sumbangan Litbang
10) Biaya Pembangunan Infrastruktur Sosial
11) Sumbangan Fasilitas Pendidikan
12) Sumbangan Pembinaan Olahraga
d. Biaya Fiskal Yang Tidak Boleh Dikurangkan
Berdasarkan UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1) yang
1) Pembagian Dividen
2) Biaya untuk kepentingan pribadi pemegang pribadi pemegang saham, sekutu , anggota
3) Pembentukan Cadangan
4) Premi Asuransi
5) Pemberian Natura / Kenikmatan
6) Jumlah yang melebihi kewajaran
7) Hibah, Bantuan, Sumbangan kecuali Zakat
8) Pajak Penghasilan
9) Pengeluaran untuk kepentingan pribadi WP
10) Gaji kepada anggota persekutuan, Firma, CV
11) Sanksi Perpajakan
B. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Penelitian yang dilaksanakan sekarang ini, merujuk pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya
Tabel 2. 7
Tinjauan Peneliti Terdahulu
Nama Judul Rumusan Masalah Hasil Penelitian
Alvide
(2007)
Implementasi Perencanaan Pajak ( tax
planning) atas Peng hasilan Badan pada PT Perkebunan Nusantara III (persero) 1.Apakah PT Perkebunan Nusantara III (persero) Medan menerapkan perencanaan pajak dengan peraturan perpajakan yang berlaku? 2.Apakah ada pengaruh penerapan perencannan pajak
Medan atas penghasilan badan terhadap jumlah pajak yang dibayar.
tidak dimasukkan ke dalam daftar gaji karyawan.
2.Penerapan perencanaan Pajak pada PT Perkebunan Nusantara III (persero) Medan telah didukung oleh system administrasi ynag tertib, rapid an teratur sehingga menghasilkan penghematan pajak.
Eva (2008)
Penerapan tax
planning untuk Pajak Penghasilan sebagai upaya penghematan pembayaran pajak Badan PT Barata UUM Medan
1.Bagaimana
pengaruh penerapan
tax planning terhadap
beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan
1.PT Barata UUM Medan telah berupaya menerapkan tax planning untuk meminimalkan beban pajak, namun masih terdapat cara tax planning yang belum efektif dan efisien seperti penerapan metode penyusutan, tidak adanya pemberian tunjangan pajak penghasilan kepada karyawan
2.Penerapan perencanaan Pajak pada PT Barata UUM Medan telah didukung oleh system administrasi ynag tertib, rapi dan teratur sehingga menghasilkan penghematan pajak Jabar (2004) Penerapan tax planning untuk meningkatkan Kinerja perusahaan pada PT(Persero) Pelabuhan Indonessia I 1.bagaimana PT( Persero) Pelabuhan Indonessia Imelaksanakan perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan menggunakan tax planning secara
lengkap, benar, tepat waktu sesuai dengan perundang-undangan
1.PT Pelabuhan Indonesia telah berupaya mengimplementasaikan tax
planning untuk meminimalkan beban
pajak yang harus dibayarkan perushaaan namun masih terdapat cara penerapan pajak yang belum efisien dan efektif
2. Penerapan pajak telah didukung oleh sistem administrasi yang tertib, rapi & teratur sehingga dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana untuk
menghasilkan penghematan pajak
3.Penerapan tax planning bertujuan untuk mengelola kewajiban perpajakan secara lengkap,benar, & tepat waktu.
C. Kerangka konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori
dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang
diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta
merumuskan hipotesis. (Jurusan Akuntansi, 2004)
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kerangka konseptual untuk
membantu melakukan pemahaman dan pembahasan masalah seperti di bawah ini :
Gambar 2. 2 Kerangka konseptual
Kerangka Konseptual yang dapat dijabarkan sebagai tuntunan untuk
menyelesaikan masalah penelitian dalam skripsi ini diwakili oleh bagan alur.
Dasar penelitian ini dalam melakukan tax planning adalah laporan keuangan dari
PT Perkebunan Sumatera Utara yaitu Laporan Laba Rugi. Laporan laba Rugi
tersebut akan dianalisa dan hasilnya dibandingkan dengan laporan laba rugi tanpa LAPORAN KEUANGAN
PT. PERKEBUNAN SUMATERA UTARA
Tanpa Tax planning
PPh dengan Tax planning PPh tanpa Tax planning
Efisiensi
[image:44.595.135.513.329.590.2]Nomor.36 Tahun 2008. Hasil dari análisis akan diperbandingkan antara PPh tanpa
tax planning dengan PPh yang menggunakan tax planning. Dari hasil análisis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT Perkebunan Sumatera Utara yang berlokasi di
Jl. Letjjen. Jamin Ginting Km. 13 No.45 Medan. Waktu penelitian dimulai bulan
Januari sampai dengan selesainya skripsi ini
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan dalam bentuk
studi kasus yang dilakukan secara langsung mendatangi objek pelitian yaitu PT.
Perkebunan Sumatera Utara guna memperoleh data dan informasi yang
dibutuhkan.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data
Jenis data yang penulis kumpulkan adalah data kuantitatif yaitu jenis data
yang dapat diukur dan dihitung berupa laporan keuangan yaitu laporan laba rugi
dan neraca.
2. Sumber data
Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data
sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan yang sudah diolah dan
dan dokumen resmi perusahaan seperti, sejarah singkat perusahaan, struktur
organisasi, laporan keuangan perusahaan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ádalah:
1. Teknik dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan
langsung terhadap dokumen perusahaan yang berhubungan dengan
penelitian
2. Teknik perpustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
membaca buku, literatur, dan lain-lain.
E. Metode Analisis Data
Analisis data yang dilakukan adalah, metode deskriptif, yaitu metode
mengumpulkan, menginterpretasikan, dan menganalisa data sehingga memberikan
F. Jadwal Penelitian
[image:48.595.114.575.230.579.2]Jadwal penelitian direncanakan sebagai berikut
Tabel 3.3
Jadwal Penelitiaan
TahapPenelitian
Bulan
Nov
2010
Des
2010
Jan
2011
Feb
2011
Mar
2011
Apr
2011
Mei
2011
Juni
20
Kegiatan Penelitian
Pengajuan Judul
Bimbingan proposal
Seminar
proposal skripsi
Penulisan skripsi
Bimbingan skripsi
Ujian
Komprehensif
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum PT Perkebunan Sumatera Utara
a. Sejarah Singkat Perusahaan
PT Perkebunan Sumatera Utara sebelumnya adalah Perusahaan Daerah
Perkebunan yang didirikan berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah
Tingkat I Sumatera Utara No. 16 tahun 1079 tentang Perusahaan Daerah
Perkebunan Sumatera Utara yang disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan
Surat Keputusan Nomor : 539.22-1434 tanggal 16 Oktober 1985
Perubahan bentuk badan hukum Perusahan Daerah Perkebunan Sumatera
Utara menjadi PT Perkebunan Sumatera Utara berdasarkan Peraturan Daerah
Propinsi Sumatera Utara No. 4 tahun 2004 tanggal 17 Juni 2004 tentang
Perubahan Bentuk Hukum Perusahan Daerah Perkebunan menjadi Perseroan
Terbatas ( PT ) Perkebunan Sumatera Utara dengan akta pendirian Perseroan
Terbatas Nomor 98 tanggal 29 Agustus 2005 yang telah disahkan oleh Menteri
Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor C-14712 HT.01.01 TH 2006
tanggal 18 Mei 2006 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia Nomor 63 tanggal 8 Agustus 2006, Tambahan Berita Negara Nomor
8420/2006 tanggal 24 Juli 2006
Anggaran dasar perusahaan mengalami perubahan sesuai dengan akta
Perkebunan Sumatera Utara No. 10 tanggal 26 November 2008 yang dibuat
dihadapan Notaris Alina Hanum, S.H. yaitu mengenai peningkatan modal dasar
perusahaan. Perubahan anggaran dasar tersebut telah disetujui oleh Menteri
Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia dengan surat keputusan No.
AHU-95405.AH.01.02 tahun 2008 tanggal 11 Desember 2008.
Kegiatan utama PT Perkebunan Sumatera Utara adalah menjalankan usaha
perkebunan kelapa sawit dan karet termasuk pengolahan tandan buah segar yang
berlokasi di Tanjung Kasau, Sumatera Utara. Perusahaan mulai mengoperasikan
pabrik pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas produksi sebesar 20 ton per jam
sejak bulan April 2005
Luas areal dan lokasi kebun yang dikelola Persahaan, yaitu :
Kebun Lokasi
Luas Lahan
(Ha)
Jenis tanaman
Tanjung Kasau Kab. Batubara 2.589,71 Kelapa sawit& karet
Patiluban Kab. Mandailing Natal 1.833,90 Kelapa sawit
Simpang Gambir Kab. Mandailing Natal 1.582,42 Kelapa sawit
Sei Kari Kab. Serdang Bedagai 470,50 Kelapa sawit& karet
b. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Perusahaan
Struktur organisasi merupakan hal yang sangat penting bagi suatu
perusahaan sebagai wadah kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu, di dalam
dijalankan. Dengan adanya struktur organisasi, karyawan dapat mengetahui
wewenang dan tugas apa yang harus dilakaukan dan kepada siapa harus
mempertanggungjawabkan segala tugas dan pekerjaan yang dilaksanakan.
Untuk dapat mengetahui dan memahami tentang fungsi-fungsi, pembagian
tugas serta alur perintah, maka sebaiknya dapat dilihat pada struktur organisasi.
Untuk itu PT Perkebunan Sumatera Utara, dalam menjalankan roda perusahaan
telah membuat suatu bentuk struktur organisaasi yang mana struktur tersebut
dapat terlihat dengan adanya alur perintah serta pembagian tugas yang jelas.
Struktur organisasi PT Perkebunan Sumatera Utara dipimpin oleh suatu
direksi yang terdiri dari :
a. Direktur Utama
b. Direktur Produksi dan Umum
c. Direktur Keuangan
Selain itu masih ada bagian-bagian yang mendukung berjalannya
perusahaan, dan yang berhubungan dengan skripsi penulis yaitu :
1) Kepala Bagian Keuangan
Uraian tugas dan tanggungjawab:
a) Menetapkan tugas-tugas dan tanggungjawab urusan anggaran, urusan
pajak, serta urusan kasir.
b) Memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan urusan anggaran,
c) Mengevaluasi pekerjaan urusan anggaran, urusan pajak, serta urusan kasir.
d) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan personil yang
ada di sub Bagian Keuangan
e) Melaksanakan seluruh kegiatan dari sub Bagian Keuangan yang terdiri
dari : mengkoordinir kegitan yang berhubungan dengan anggaran, pajak,
serta kasir ; menyusun Laporan Deviasi Realisasi Pengeluaran/ pemasukan
dan anggaran ; bekerjasama dengan Kepala Subbagian Keuangan
menyusun laporan-laporan yang berhubungan dengan keuangan untuk
keperluan pihak eksternal
2) Urusan anggaran
Uraian Tugas dan Tanggungjawab :
a) Menerima, mentabulasi dan kelengkapan dokumen usulan permintaan
dana dari bagian-bagian atau kebun dan usulan pembayaran dari rekanan.
b) Melaksanakan Cross Check atas jumlah usulan permintaan dana dengan
melihat anggaran dan ketersediaan dana perusahaan setelah berkordinasi
dengan bagian kasir dan melaporkan hasilnya kepada Kasubbag Keuangan
serta usulan pembayaran dan mencocokkan dengan jumlah kewajiban
yang harus dibayar rekanan. Bila tidak sesuai, usulan dikembalikan kepada
rekanan agar direvisi
c) Membuat dan menyiapkan nota pengeluaran ( voucher pengeluaran ) atau
Kasubbag Keuangan dan Kabag untuk disetujui dan ditandatangani
kemudian menyerahkan kepada bagian kasir
d) Menerima dan mengarsipkan pertinggal nota pengeluaran yang diberikan
oleh bagian kasir.
e) Mencatat setiap transaksi ke buku hutang dan piutang kandir, melakukan
rekapitulasi dan menyesuaiakan dengan catatan bagian kompilasi
3) Urusan Pajak
Uraian Tugas dan Tanggungjawab :
a) Mengumpulkan, memeriksa, dan menyiapkan data-data kelengkapan
dokumen pajak.
b) Mencatat setiap transaksi ke buku pajak.
c) Membuat rekapitulasi pembayaran dan tunggakan pajak.
d) Menyiapkan faktur pajak.
e) Mengajukan permohonan pembayaran pajak ke bagian anggaran
4) Urusan Kasir
Uraian Tugas dan Tanggungjawab :
a) Menerima nota pemasukan beserta bukti pendukungnya.
b) Meneliti kelengkapan nota tersebut dan menerima uang sesuai dengan nota
dan selanjutnya mendistribusikannya kepada urusan verifikasi.
d) Menerima nota pengeluaran beserta bukti pendukungnya.
e) Meneliti kelengkapan nota tersebut dan mengeluarkan uang sesuai dengan
nota dan selanjutnya mendistribusikannya kepada urusan verifikasi.
2. Kebijakan Perencanaan Pajak Perusahaan
Tax planning pada PT Perkebunan Sumatera Utara merupakan salah satu
bagian dari pelaksanaan strategi perusahaan secara keseluruhan dalam upaya
meningkatkan kinerja perusahaan. Sejalan dengan dinamika era globalisasi yang
diwarnai dengan persaingan dan efisiensi, sangat rasional untuk mengelola
kewajiban perpajakan sebaik mungkin sehingga pemborosan sumber daya dalam
bentuk sanksi perpajakan dapat dihindari. Penghindaran pemborosan tersebut
merupakan optimalisasi sumber daya perusahaan ke arah yang lebih produktif dan
efisien , sehingga minimalisasi pemborosan tersebut dapat memaksimalkan
kinerja perusahaan.
Dalam menyusun suatu kebijakan tax planning PT Perkebunan Sumatera
Utara memperhatikan strategi perencanaan perusahaan secara keseluruhan (global
company’s strategi) agar perencanaan pajak yang dilakukan dapat berhasil sesuai
yang diharapkan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun kebijakan
perencanaan pajak adalah :
a. Menganalisis Laporan Keuangan.Tahap pertama dari proses perencanaan
pajak adalah menganalisis komponen-komponen dari laporan keuangan
b. Memperkirakan besarnya pajak terhutang
Memperkirakan besarnya pajak terhutang kemudian memahami
undang-undang yang berlaku untuk memanfaatkan pengecualian-pengecualian
yang diperbolehkan dalam undang-undang untuk dapat memaksimalkan
penghasilan yang dikecualikan sehingga dapat meminimalkan besarnya
pajak terhutang
c. Melaksanakan perencanaan pajak
Melaksanakan perencanaan pajak dengan memanfaatkan celah-celah dari
peraturan perundang-undangan yang berlaku
d. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak
Mengevaluasi hasil yang diperoleh dalam melakukan perencanaan pajak
dengan melihat : jika rencana tersebut tidak dilaksanakan dan berhasil
dengan baik, jika rencana tersebut dilaksanakan tetapi gagal
Komponen-komponen dari laporan keuangan yang mempengaruhi besar
pajak meliputi pendapatan dan beban.
Sumber pendapatan PT Perkebunan Sumatera Utara, meliputi :
1. Pendapatan usaha
Pendapatan usaha perusahan terdiri dari penjualan produk utama yaitu tandan
buah segar, minyak sawit, inti sawit, dan karet.
Pendapatan dari luar usaha (lain-lain) terdiri dari pendapatan bunga dan jasa
giro, penjualan produk sampingan, koreksi perhitungan uang jasa karyawan,
laba/(rugi) atas penjualan/penghapusan asset tetap.
Beban PT Perkebunan Sumatera Utara meliputi :
1. Beban operasi
Beban operasi terdiri dari beban umum dan administrasi.
2. Beban lain-lain
Beban lain-lain terdiri dari sewa bangunan kantor, biaya representasi,
pembayaran pension/pesangon, bunnga kredit pajak.
Pendapatan dan beban ini akan digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan komersial sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, yang kemudian
akan dibandingkan dengan Laporan Keuangan Fiskal yang sesuai dengan
ketentuan Undang – Undang Perpajakan. Dengan membandingkan kedua laporan
tersebut maka akan timbul koreksi fiskal. Setelah terjadi koreksi fiskal, maka akan
terbentuk rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dengan fiskal dari Wajib
pajak dan akhirnya akan menghasilkan Penghasilan Kena Pajak (taxable income)
yang digunakan menghitung besarnya pajak penghasilan terhutang.
Dari hasil pengumpulan data dari PT Perkebunan Sumatera Utara penulis
melihat terdapat beberapa kebijakan perencanaan pajak yang dilaksanakan oleh
perusahaan yaitu :
1. Perusahaan melaksanakan program manfaat karyawan yang terdiri dari :
2. Selain beban manfaat karyawan perusahaan juga memberikan imbalan
pasca kerja lainnya yaitu : santunan hari tua, pemeliharaan kesehatan,
pensiunan dan jangka panjang lainnya ( penghargaan masa kerja, bantuan
kematian, dan cuti besar )
3. Mengoptimalkan kredit pajak, dimana PPh Pasal 25 bersifat meringankan
pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak pada akhir tahun takwim
dibandingkan jika pembayaran dilakukan secara sekaligus dipenuhi pada
akhir tahun takwim
3. Penerapan Tax planning Perusahaan
Laporan keuangan yang disusun oleh PT Perkebunan Sumatera Utara
merupakan gambaran dari proses usaha, baik mengenai perkembangan kemajuan
maupun hambatan-hambatan yang dihadapi pada saat beroperasinya perusahaan.
Laporan tersebut berupa neraca, laba rugi, dan rincian-rincian penjelasan sebagai
mestinya. Data dan laporan tersebut digunakan direksi sebagai bahan
pertimbangan evaluasi dalam mengambil langkah-langkah usaha selanjutnya yang
mengarah kepada perkembangan serta kemajuan usaha
Dalam memgpenerapankan tax planning, manajer terlebih dahulu harus
memikirkan dengan matang sasaran dan tindakan yang didasarkan pada metode,
rencana, atau logika, sehingga dapat memenuhi kewajiban perpajakan perusahaan
secara lengkap, benar, dan tepat waktu. Laporan keuangan perusahaan yang
terdiri dari Laba-Rugi yang berhubungan dengan hutang pajak perusahaan tahun
buku 2009
Tabel 4. 1
PT PERKEBUNAN SUMATERA UTARA LAPORAN LABA RUGI
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009
Penjualan Bersih Rp 201,886,580,983
Beban Pokok Penjualan (Rp 158,233,921,598)
Laba Kotor Rp 43,652,659,385
Beban Umum dan Operasi
Gaji dan tunjangan Rp 4,036,557,067
Biaya komisaris Rp 1,270,416,508
Biaya utilitas Rp 627,871,214
Pe