• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Kepastian Hukum Pendaftaran Tanah Yang Dibuat Atas Nama Anak Di Bawah Umur Dan Pertanggungjawaban Wali Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Kepastian Hukum Pendaftaran Tanah Yang Dibuat Atas Nama Anak Di Bawah Umur Dan Pertanggungjawaban Wali Chapter III V"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

STATUS HUKUM WALI TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR DALAM PENDAFTARAN TANAH

A. Status Wali Terhadap Anak di Bawah Umur Dalam Pendaftaran Tanah.

Dalam KUHPerdata ada juga disebutkan pengertian dari Perwalian itu, yaitu pada pasal 330 ayat (3) yang menyatakan :

“Mereka yang belum dewasa dan tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di bawah perwalian atas dasar dan cara sebagaimana teratur dalam bagian ketiga, keempat, kelima dan keenam bab ini”.

Pengaturan tentang perwalian dalam KUHPerdata sangat mendetail tidak seperti dalam Undang-Undang Perkawinan yang sangat sederhana, walaupun dengan tegas dikatakan dalam pasal 50 ayat 1 Undang-Undang Perkawinan bahwa anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun bila tidak di bawah kekuasaan orang tua, harus berada di bawah perwalian.111

Perwalian adalah pengawasan terhadap anak yang masih berada di bawah kekuasaan orang tua serta pengurusan benda atau kekayaan anak tersebut, sebagaimana diatur dalam undang-undang.112

Perwalian adalah pengawasan terhadap pribadi anak dan pengurusan harta kekayaan seorang anak yang belum dewasa, jika anak itu tidak berada di bawah kekuasaan orang tua.

111Rusdi Malik,Memahami Undang-Undang Perkawinan, Universitas Trisakti, Jakarta, 2009, Hal 87.

(2)

Perwalian adalah pengawasan terhadap anak yang masih di bawah kekuasaan orang tua serta pengurusan benda atau kekayaan anak tersebut, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.113

Perwalian (Voogdij) adalah pengawasan tehadap anak yang di bawah umur, yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua serta pengurusan benda atau kekayaan anak tersebut diatas oleh undang-undang.

Dalam hal apabila wali menyebabkan kerugian pada si anak maka menurut ketentuan pasal 54 UU No.1 tahun 1974 menyatakan, wali yang telah menyebabkan kerugian pada harta benda anak yang berada di bawah kekuasaannya, atas tuntutan anak atau keluarga anak tersebut dengan keputusan pengadilan, yang bersangkutan dapat diwajibkan untuk mengganti kerugian tersebut.

Pengaturan perwalian dalam Undang-Undang Perkawinan tidak secara jelas menerangkan jika salah seorang orang tua meninggal atau terjadi perceraian mengenai berpindahnya perwalian anak dan siapa yang menjadi walinya sehingga perlu peranan yurisprudensi sebagai bagian dari mengisi kekosongan hukum sistim hukum Indonesia yang menganut civil law yaitu bentuk hukum yang tertulis dan kodifikasi seperti Undang-undang Perkawinan, yang memungkinkan dengan kodifikasi hukum belum mampu untuk menampung semua permasalahan dalam masyarakat termasuk didalamnya permasalahan mengenai perwalian. Oleh sebab itu pengisian mengenai kekosongan hukum perlu dilakukan yang salah satu dapat

(3)

melakukannya yaitu hakim, karena bila di telaah lebih lanjut mengenai perwaliandalam Udang-Undang Perkawinan, kekuasaan orang tua itu dapat dilaksanakan hanya oleh satu orang tua dari saja baik Ayah maupun hanya Ibu.114

Perwalian diperlukan dalam hal ditinjau dari kedudukan (status) anak, yaitu terhadap anak sah, anak yang diakui sah dan pada anak alam atau anak Sumbang. Dalam perkawinan campuran bahwa perwalian hanya dapat diberikan jika anak yang lahir dari perkawinan tersebut adalah anak sah ataupun anak yang diakui sah. Untuk anak sah maka perwalian diperlukan apabila :115

Salah seorang atau kedua-duanya orang tua meninggal dunia; Diantara kedua orang tuanya terjadi perceraian;

Orang tuanya dibebaskan atau dipecat dari kekuasaan orang tua;

Salah seorang atau kedua-duanya dari orangtuanya berada dalam keadaan tidak hadir (afwezig).

Dengan timbulnya perwalian, maka wali dapat dibedakan menjadi 5 (macam) macam yaitu :116

Wali Menurut hukum ialah seorang yang dengan sendirinya menjadi wali dari anak-anak yang di bawah umur. Atas kedudukan sebagai wali tersebut tidak diperlukan keputusan atau penetapan Pengadilan Negeri, tetapi kedudukan itu diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang.

114Rusdi Malik,Op. Cit., Hal 87

(4)

Wali yang diangkat berdasarkan keputusan/penetapan Pengadilan Negeri, hal ini diberikan karena terjadinya perceraian, dibebaskan atau dipecat dari kekuasaan orang tua dan karena ketidak-hadiran (afwezig).

Wali yang ditunjuk berdasarkan surat wasiat. Seseorang dapat mengangkat atau menunjuk seorang lainnya menjadi wali dari anak di bawah umur yang berada di bawah kekuasaannya sebagai orang tua atau perwaliaannya sesuai dengan ketentuan pasal 355 KUHPerdata.

Perwalian yang diperintahkan kepada perkumpulan-perkumpulan, yayasan-yayasan atau badan sosial yang telah berstatus sebagai badan hukum. Untuk wali ini diangkat berdasarkan keputusan/ketetapan Pengadilan Negeri karena untuk berfungsinya suatu perkumpulan, yayasan atau badan sosial yang berstatus badan hukum sebagai wali memerlukan keputusan atau ketetapan dari Pengadilan Negeri, yang membedakannya bahwa yang diangkat bukan manusia, tetapi adalah suatu badan hukum yang oleh hukum dianggap sebagai pendukung hak dan kewajiban.

Wali sementara, yaitu wali yang berfungsi sebelum wali definitif ditentukan atau diangkat oleh Pengadilan Negeri dengan tujuan supaya anak di bawah umur jangan sampai berada dalam keadaan ketiadaan wali, yang mengakibatkan tidak terselenggaranya kepengurusan yang berhubungan dengan kepentingan dari anak yang di bawah umur.

(5)

umur peran wali sangat diperlukan dalam memudahkan melakukan pendaftaran tanah.

B. Usaha Untuk Mendapatkan Status Pendaftaran Tanah Yang di Lakukan Wali Terhadap Anak di Bawah Umur.

Sebelum menjawab status pendaftaran tanah yang dilakukan oleh wali terhadap anak di bawah umur, ada baiknya dilihat dari syarat-syarat perwalian dimana, dasar persyaratan sebagai penerima hak perwalian yang dirangkum dari ketentuan perwalian yang dirumuskan dalam KUHPerdata dan Undang-Undang Perkawinan yaitu :117

Berkelakuan baik dan mempunyai itikad baik untuk menjadi seorang wali Cakap melakukan perbuatan hukum, karena seorang wali akan mewakili kepentingan anak dalam hal melakukan perbuatan hukum.

Mempunyai hubungan keluarga yang dekat dengan anak, sehingga anak tidak akan mempunyai rasa takut dan merasa aman.

Berpikiran sehat, adil, jujur sehingga diharapkan tidak akan merugikan anak baik secara lahir maupun batin.

Mampu memberikan pelayanan pendidikan dan pemeliharaan demi masa depan anak.

Mampu memenuhi kebutuhan anak, baik sandang, pangan dan papan.

Kemampuan dalam hal keuangan juga menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi karena terkait dengan kepentingan anak tersebut dalam hal untuk

(6)

mendapatkan kehidupan yang layak serta juga bisa mendapatkan kesempatan pendidikan yang bagus untuk masa depan anak terutama jika anak tersebut harus mengikuti domisili yang menerima perwalian dimana masih sangat asing bagi anak tersebut serta perbedaan kultur dan budaya sehingga anak merasa terasing, hal ini pastinya akan dapat mempengaruhi faktor perkembangan anak kelak. Apabila penerima perwalian tidak mampu memberikan serta menjamin kehidupan layak bagi anak di bawah umur maka akan sulit diberikan hak wali tersebut.118

Sebagaimana dalam Aql-Qur’an beberapa ayat yang dapat dirujuk untuk menjelaskan keberadaan wali. Firman Allah :

Jika yang berutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya)

atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaknya walinya

mengimlakkan dengan jujur...(QS. Al Baqarah (2): 282) Juga ada dalam firma Allah :

dan janganlah engkau serahkan kepada orang orang sebelum sempurna

akalnya, harta (mereka yang ada didalam kuasamu) yang dijadikan Allah

sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil itu)

dan ucapkanlah kepada mereka kata kata yang baik (QS. Al Nisaa’ (4): 5) Dan ujilah anak yatim tersebut sampai mereka cukup umur untuk kawin.,

kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara

harta) maka serahkanlah harta harta mereka. Dan janganlah kamu makan

(7)

harta anak yatim lebih dari kepatutan dan (janganlah kamu tergesa gesa

membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barangsiapa (diantara para

pemelihara itu) mampu, mak hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta

anak yatim)itu. Dan barang siapa yang miskin maka bolehlah ia memakan

harta itu menurut yang patut, kemudian kamu menyerahkan harta kepada

mereka, maka hendaklah kamu menjadi saksi saksi (tentang penyerahan

tersebut bagi mereka ) dan cukuplah Allah sebagai pengawas(atas persaksian

itu).(QS. An Nisaa’ (4):6)

Ayat ayat tersebut membuktikan peran, kewajiban dan hak hak wali terhadap anak dan harta yang dibawah perwalliannya.

Dalam hadis nabi juga diterangkan hal dalam perwalian yakni sebagai berikut: Dari riwayat al Barra’ ibn ‘Azib:

Sesungguhnya Nabi Saw. Memutuskan wali bagi anak perempuan hamzah

kepada perempuan ibuu (khalah)nya, dan beliau bersabda: “saudara

perempuan ibu (menempati) kedudukan ibu.” (Riwayat Al Bukhari)

Dan hadis Nabi yang artinya :

“Rasulullah Saw bersabda : bagi anak perempuan ( jariyah ) perwaliannya

paad saudara perempuan ibunya, karena ia adalh orangtua perempuan

(walidah)nya” (Riwayat Ahmad dari Ali Ra)

(8)

keadilan bagi anak yang ingin di walikan oleh orang yang terdekat dari mahzabnya, sehingga tidak akan terjadi permasalahan dikemudian hari.

Berdasarkan Pasal 45 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU No.1 Tahun 1974), orang tua dengan sendirinya menurut hukum berkedudukan dan berkapasitas sebagai wali anak-anak sampai mereka dewasa. Oleh karena itu, orang tua adalah kuasa yang mewakili kepentingan anak-anak yang belum dewasa kepada pihak ketiga maupun di depan pengadilan tanpa memerlukan surat kuasa khusus dari anak tersebut. Hal ini juga secara tegas disebutkan dalam Pasal 48 UU No.1 Tahun 1974, orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan barang-barang tetap, misalnya tanah yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, kecuali apabila kepentingan anak itu menghendakinya. Demikian juga terhadap wali sesuai dengan Pasal 52 UU No.1 Tahun 1974 berlaku ketentuan di atas. Jadi, dari ketentuan Pasal 48 dan Pasal 52 UU No.1 Tahun 1974 tersebut tidak ada ditentukan harus dengan penetapan pengadilan.

Kewajiban melakukan penetapan pengadilan ini sering dipermasalahkan terutama ketika orang tua atau saudara kandung sebagai pemilik hak atas tanah bersama anak di bawah umur yang memperoleh warisan dari peninggalan orang tuanya, suami atau orang tua anak-anak tersebut yang akan menjual tanah milik bersama itu.

(9)

yang masih di bawah umur tidak layak sebagai subyek hukum untuk bertindak atas jual beli tanah tersebut.

Seorang ayah melakukan penjualan atas tanah milik bersama anak di bawah umur salah satu alasannya adalah demi kepentingan si anak, karena anak yang masih di bawah umur dan belum cakap melakukan perbuatan hukum itu membutuhkan biaya hidup dan/atau pendidikan.

Sebagaimana uraian terdahulu bahwa anak di bawah umur, yaitu anak yang belum berumur 21 tahun maka kepengurusan terhadap harta kekayaan anak bawah umur tersebut dapat dilakukan melalui perwakilan orang tua atau perwalian anak di bawah umur, baik menurut undang-undang ataupun berdasarkan penetapan pengadilan, maka berarti bahwa apabila para ahli waris yang seluruhnya bebas bertindak akan mengalihkan hak atas tanah kepada orang lain, hal tersebut tidak menjadi masalah, namun apabila ternyata diantara para ahli waris terdapat orang-orang yang tidak bebas menyatakan kehendaknya maka permasalahan pengalihan hak atas tanahnya menjadi lebih rumit, karena ada ketentuan perundang-undangan yang mengatur tentang penyelesaian pembagian harta warisan yang atasnya turut berhak ahli waris yang berstatus sebagai orang-orang yang tidak bebas menyatakan kehendaknya. Khususnya untuk ahli waris di bawah umur bagi warga Negara Indonesia yang tunduk atau menundukkan diri secara sukarela kepada KUHPerdata, maka kehadiran instansi Balai Harta Peninggalan merupakan suatu keharusan.119

(10)

Oleh karena itu dalam prakteknya atas dasar pertimbangan kemanusiaan karena orang tua si anak yang masih di bawah umur tersebut memang beritikad baik dalam menjual tanah milik bersama anak di bawah umur untuk kebutuhan hidup si anak, maka Kantor Pertanahan tetap melakukan pendaftaran peralihan atas tanah milik bersama anak di bawah umur itu walaupun tanpa dilakukan Penetapan Pengadilan, tetapi cukup hanya dengan Surat Pernyataan. Pasal 35 dan Pasal 37 KUHPerdata mengatur perihal pemberian izin, yaitu anak di bawah umur masih juga harus mendapat izin dari orang tuanya, atau dari hakim dalam hal izin orang tua itu dapat diganti dengan perizinan hakim.

Sehubungan dengan analisi diatas apabila kegiatan pendaftaran tanah yang dilakukan oleh wali terhadap anak dibawah umur pada Badan Pertanahan Nasional haruslah mengisi formulir yang sudah diisi dan ditandatangani pemohon atau kuasanya diatas materai cukup, surat kuasa apabila diperlukan, fotocopy identitas diri dan seterusnya, dengan persyaratan ini biasanya kantor pertanahan sudah mempersiapkan formulir setelah semua permohonan lengkap maka akan disampaikan pada kantor pertanahan dimana letak tanah yang bersangkutan berlokasi.

C. Prosedur Pendaftaran Tanah Oleh Wali Terhadap Anak di Bawah Umur pada Badan Pertanahan Nasional

(11)

ketentuan Pasal 19 ayat (1) UUPA yang merupakan pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan atas tanah tersebut. Dari ketentuan tersebut maka dalam peralihan hak dengan jual beli atas tanah harus dilihat kedudukan hak atas tanah itu, jika hak atas tanah tersebut sebagai milik bersama, maka semua yang berhak atas tanah itu harus setuju baru bisa dilakukan jual beli.

Dalam prektek menurut Abd. Rahim Lubis120dalam proses Pendaftaran Tanah khususnya dalam pendaftaran pertama kali apabila permohonannya untuk anak di bawah umur haruslah diwakili oleh orang tua atau walinya karena dalam ketentuan pasal 10, pasal 19 dan pasal 34 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional (PMNA/KaBPN) Nomor 9 Tahun 1999 dipersyaratkan bahwa pemohon haruslah melampirkan foto kopi identitas (Kartu Tanda Penduduk) sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Kewarganegaraan (UU No.12 Tahun 2006), sementara orang yang dapat mempunyai KTP haruslah orang yang sudah dewasa (umur 17 tahun ke atas).

Syarat- syarat permohonan hak atas tanah berdasarkan PMNA/Ka BPN No. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan, menurut pasal 10 yaitu : Permohonan hak milik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dilampiri dengan :

1. Keterangan mengenai permohonan :

a. jika perorangan : foto copy surat bukti identitas, surat bukti kewarganegaraan Republik Indonesia;

(12)

b. Jika badan hukum : Foto copy akta atau peraturan pendiriannya dan salinan surat keputusan penunjukannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

2. Mengenai tanahnya :

a. Data yuridis, sertipikat, girik, surat kapling, surat-surat bukti pelepasan hak dan pelunasan tanah dan rumah dan atau tanah yang telah dibeli dari pemerintah, putusan pengadilan, akta PPAT, akta pelepasan hak, dan surat-surat bukti perolehan tanah lainnya;

b. Data fisik, Surat Ukur atau Gambar Situasi dan IMB apabila ada; c. Surat lain yang dianggap perlu;

3. Surat pernyataan pemohon mengenai jumlah bidang, luas dan status tanah-tanah yang dimiliki oleh permohonan termasuk bidang tanah-tanah yang dimohon, sesuai contoh lampiran 3.

Untuk permohonan hak baru atau pendaftaran pertama kali maka pemohon haruslah :

Mengajukan permohonan hak yang ditujukan kepada Kepala Kantor Pertanahan; Mengisi dan menandatangani formulir “Lampiran 2 Formulir Isian 402” yang tersedia pada Kantor Pertanahan Kabupaten Asahan ;

(13)

Mendampingi Petugas Ukur dari Kantor Pertanahan dalam mengukur bidang tanah yang dimohonkan.

Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan. Artinya hukum hanya memberikan jaminan atas bukti hak kepemilikan tersebut kepada seseorang.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 hal yang diatur didalam pasal 37 ayat 1 dan pasal 45 sebagai berikut :

“Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan”.

Menurut Budianto Kwek121, PPAT menolong untuk membuat akta jika salah satu atau para pihak yang melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan atau salah satu saksi sebagai mana dimaksud dalam pasal 38 PP 24 Tahun 1997 yaitu tidak berhak atau memenuhi syarat untuk bertindak yakni adalah anak di bawah umur, maka harus diwakili oleh orang tua atau walinya begitu juga halnya dalam proses mendaftarkan peraalihan haknya.

(14)

BAB IV

KEPASTIAN HUKUM TERHADAP PENDAFTARAN TANAH YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR BERDASARKAN SURAT EDARAN

MENTERI ATR/KaBPN NOMOR 4/SE/I/2015

Kepastian Hukum Dalam Perolehan Pendaftaran Tanah Milik Terhadap Anak Di Bawah Umur

Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk kelansungan hidup umat manusia, karena bagi bangsa Indonesia tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan kekayaan nasional, serta hubungan antara bangsa Indonesia dengan tanah yang bersifat abadi.

Menurut Abdurrahman menyatakan, tanah dapat dinilai sebagai harta yang bersifat permanen karena tanah dapat dicadangkan untuk kehidupan mendatang, dan tanah pula sebagai tempat persemayaman terakhir bagi seseorang yang meninggal dunia.122

Pandangan konsep hak atas tanah ditinjau dari sudut objektif, maka tanah itu terbatas, tak mungkin terdapat hubungan antara tanah dengan semua manusia. Sedangkan dari sudut subjektif manusia mempunyai sifat dwi tunggal, yakni sebagai individu dan sebagai mahluk sosial. Maka berdasarkan sifat dwi tunggal itu dalam prinsipnya hubungan manusia dengan tanah hanya mempunyai sifat yang relative, artinya kekuasaan manusia dengan tanah tidak dapat tanpa batas, tetapi harus juga mengingat sifat sosial sebagai anggota masyarakat. Kalau dihubungkan dengan sifat

(15)

yang objektif tadi, dapat diketahui bahwa tidak semua manusia dapat berhubungan dengan tanah, akan tetapi orang membutuhkan tanah untuk hidup. Meskipun orang tidak mempunyai hubungan dengan tanah, tetapi ia mempunyai hak untuk menerima manfaat atas tanah tersebut.123

Tujuan dilakukannya pendaftaran tanah menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 adalah sebagai berikut:

. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. Pemberian kepastian hukum dan perlindungan hukum tersebut dilakukan dengan cara memberikan sertipikat hak atas tanah kepada pemegang hak yang bersangkutan. Adapun jaminan kepastian hukum yang menjadi tujuan pendaftaran tanah adalah kepastian mengenai status tanah yang didaftar, kepastian mengenai subyek hak dan kepastian mengenai obyek hak.124

. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar. Wujud dari

123Syafruddin Kalo,Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Jakarta, Pustaka Bangsa Press, 2004. Hlm 122.

(16)

pelaksanaan fungsi informasi ini adalah data fisik dan data yuridis dari bidang tanah dan satuan rumah susun yang sudah terdaftar terbuka untuk umum. . Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Hal ini dilakukan

dengan pendaftaran setiap bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk pendaftaran apabila terjadi peralihan, pembebanan dan hapusnya hak tersebut. Tujuan pendaftaran tanah meliputi pendaftaran untuk pertama kali, maupun untuk pendaftaran peralihan hak atas tanah, pelaksanaan pendaftaran tanah pertama kali diatur dalam Bab III Pasal 12 Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961, sedangkan yang berlaku pada saat sekarang ini, diatur dalam Pasal 11 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997, dan untuk pendaftaran peralihan hak atas tanah diatur dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997.125

Jaminan kepastian hukum memiliki beberapa manfaat, di antaranya memajukan perekonomian nasional (karena sertipikat hak atas tanah dapat dijadikan agunan untuk memperoleh kredit perbankan), melestarikan lingkungan (karena hubungan yang pasti antara pemegang hak dengan obyek hak memberikan motivasi pemegang hak untuk melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan), meningkatkan penerimaan negara (karena pendaftaran tanah memungkinkan adanya penertiban administrasi peralihan hak dan itu memungkinkan adanya pemasukan dari bea balik nama), melindungi kepentingan masyarakat terutama golongan ekonomi lemah (karena jika tanah pemegang hak dibebaskan untuk kepentingan tertentu, pemegang hak akan memperoleh kompensasi yang

(17)

wajar), mencegah atau mengurangi sengketa pertanahan, dan mendukung perencanaan tata ruang untuk pembangunan126.

Untuk memberikan kepastian hukum bagi pemegang hak yang bersangkutan dan

agar dapat dengan mudah membuktikan haknya maka diberikanlah suatu sertipakat hak atas

tanah. Untuk menyediakan informasi sebagaimana dalam Pasal 3 huruf b Kantor Pertanahan

bersifat terbuka, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dapat dengan mudah mencari

data fisik dan data yuridis tentang suatu bidang tanah yang sudah terdaftar. Sedangkan untuk

tertib administrasi pertanahan maka pendaftaran tanah tidak hanya dilakukan sekali tapi

secara terus-menerus mengikuti perbuatan hukum dan peristiwa hukum yang mengakibatkan

data fisik maupun data yuridis pada suatu bidang tanah mengalami suatu perubahan127.

Menurut J.B. Soesanto, dalam diktatnya Hukum Agraria I menyatakan bahwa tujuan pendaftaran tanah adalah128:

Memberikan kepastian hukum, yaitu kepastian mengenai bidang teknis (kepastian mengenai letak, luas dan batas-batas tanah yang bersangkutan). Hal ini diperlukan untuk menghindarkan sengketa dikemudian hari, baik dengan

pihak yang menyerahkan maupun pihak-pihak yang mempunyai tanah. Memberikan kepastian hak, yaitu ditinjau dari segi yuridis mengenai status hukum, siapa yang berhak atasnya (siapa yang mempunyai) dan ada tidaknya hak-hak dan kepentingan pihak lain (pihak ketiga). Kepastian mengenai status hukum dari tanah yang bersangkutan diperlukan, karena dikenal tanah-tanah

126Dasawarsa Bhumibhakti Adhiguna, Badan Pertanahan Nasional, Jakarta, 1988-1998, Hal 182. 127Erpinka Aprini,Op.Cit.,Hal 10-11.

(18)

dengan bermacam-macam status hukum, yang masing-masing memberikan wewenang dan meletakan kewajiban-kewajiban yang berlainan kepada pihak yang mempunyai hal mana akan terpengaruh pada harga tanah.

Memberikan kepastian subyek, yaitu kepastian mengenai siapa yang mempunyai diperlukan untuk mengetahui dengan siapa kita harus berhubungan untuk dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum secara sah mengenai ada atau tidak adanya hak-hak dan kepentingan pihak ketiga, diperlukan untuk mengetahui perlu atau tidaknya diadakan tindakan-tindakan tertentu untuk menjamin penguasaan dan penggunaan tanah yang

bersangkutan secara efektif dan aman.

Jadi dengan Pendaftaran Tanah akan diperoleh kepastian hukum tentang hak-hak atas tanah yang diakui di Indonesia dan untuk si pemegang hak-hak akan diterbitkan sertifikat sebagai alat bukti kuat sebagai pemegang hak atas tanah. Pasal 4 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 sertifikat bertujuan yaitu :

(1) Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum, sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 huruf a, kepada si pemegang Hak atas Tanah yang bersangkutan diberikan Sertifikat Hak atas Tanah.

(2) Untuk melaksanakan fungsi informasi sebagaimana dimaksud Pasal 3 huruf b data Fisik dan Data Yuridis bidang tanah terdaftar terbuka untuk umum. (3) Untuk mencapai tertib administrasi sebagaimana dimaksud Pasal 3 huruf c

(19)

dan hak atas tanah hak milik dan hak milik atas satuan rumah susun wajib didaftar.

Jadi dengan pendaftaran tanah pemegang hak memperoleh sertifikat sebagai alat bukti yang kuat bahwa ia sebagai pemegang hak atas tanah, kemudian akan tercapai tertib administrasi dalam bidang pertanahan sehingga orang yang berkepentingan akan mudah memperoleh informasi yang benar.

Selanjutnya A.P Parlindungan mengatakan bahwa : “Pendaftaran ini melalui suatu ketentuan yang sangat teliti dan terarah, sehingga tidak mungkin asal saja, lebih-lebih lagi bukan tujuan pendaftaran tanah tersebut untuk sekedar diterbitkannya bukti pendaftaran tanah saja (sertifikat hak atas tanah)129.

Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah merupakan tugas dari Pemerintah dalam hal ini adalah Kemeterian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang mempunyai tugas pokok dengan tujuan sebagai berikut : (lihat Perpres No. 17 Tahun 2015 dan Perpres No.20 Tahun 2015)

Melaksanakan inventarisasi pertanahan lengkap di seluruh Wilayah Republik Indonesia dengan melaksanakan pengukuran desa demi desa.

Menyelenggarakan pemberian tanda bukti hak sebagai jaminan kepastian hukum atas tanah dengan melaksanakan pendaftaran hak atas tanah meliputi setiap peralihannya, penghapusannya dan pembebanannya jika ada dengan memberikan tanda bukti berupa sertifikat tanah.

(20)

Pemasukan keuangan Negara dengan memungut biaya pendaftaran tanah. Pendaftaran Tanah dalam rangkaRecht Kadasteryang bertujuan memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah, dengan alat bukti yang dihasilkan pada akhir proses pendaftaran tersebut berupa buku tanah dan sertifikat yang terdiri dari buku tanah dan surat ukur.130 Tugas untuk melakukan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia dibebankan kepada Pemerintah yang oleh pasal 19 ayat (1) UUPA ditentukan bertujuan tunggal yaitu untuk menjamin kepastian hukum. Menurut penjelasan dari UUPA pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah merupakan kewajiban dari Pemerintah bertujuan menjamin kepastian hukum yang bersifat Rechtscadaster artinya untuk kepentingan pendaftaran tanah saja dan hanya mempermasalahkan haknya apa dan siapa pemiliknya, bukan untuk kepentingan lain seperti perpajakan.131

Pendaftaran tanah selain berfungsi untuk melindungi si pemilik, juga berfungsi untuk mengatahui status bidang tanah, siapa pemiliknya, apa haknya, berapa luasnya, untuk apa dipergunakan dan sebagainya.132

Sebagaimana hasil penelitian melalui wawancara khusus dengan Abdul Rahim Lubis133 dalam pelayanan pertanahan, sudah ada kemajuan dengan terbitnya Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4/SE/I/2015 tanggal 26 Januari 2015, yang telah menetapkan batas usia dewasa 130 Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah Dan Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, Hal 112.

131AP. Parlindungan,

Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 1999, Hal 13. 132Chadidjah Dalimunthe,Pelaksanaan Landreform di Indonesia dan Permasalahannya, FH USU Press, Medan, 2000, Hal 132.

(21)

adalah 18 tahun atau sudah kawin sebagaimana telah diuraikan terdahulu hanya saja, dalam praktek terutama dilembaga perbankan, penetapan usia dewasa masih mengacu kepada KUHPerdata yaitu 21 tahun, hal ini dibuktikan dengan tetap adanya persyaratan ijin pengadilan apabila pihak pemegang hak dibawah umur 21 tahun hendak mengajukan permohonan mendapatkan kredit dengan sertipikat tanah sebagai agunan (Hak Tanggungan). Ketentuan ini diketahui ketika berkas pendaftaran Hak Tanggungan ke Kantor Pertanahan masih melampirkan ijin pengadilan tersebut.

Menurut Abd. Rahim lubis134 syarat tidak berhak salah satunya adalah anak di bawah umur namun demikian anak di bawah umur masih bisa diberikan hak atas tanah dengan catatan persyaratan yang mengajukan permohonan tersebut adalah orang tua atau walinya dan haruslah tanah tersebut berdasarkan pemberian atau warisan orang tuanya bukan berdasarkan pembelian dari orang lain sebab anak di bawah umur belum berhak sebagai pihak melakukan perjanjian atau kontrak sebagaimana dalam Pasal 1320 dan 1338 KUHPerdata sesuai ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata. Apabila tidak memenuhi ketentuan tersebut maka permohonan hak atas anak di bawah umur akan ditolak.

Dengan demikian anak di bawah umur tidak dapat mengajukan permohonan pendaftaran tanah begitu juga tidak dapat melakukan perbuatan hukum tanpa diwakilkan oleh orang tua atau walinya. Apabila anak di bawah umur tetap mengajukan permohonan hak atas tanah, melakukan perbuatan hukum atas tanah,

(22)

maka akan ditolak oleh Kantor Pertanahan atau Notris/PPAT kecuali diwakilkan oleh orang tua atau walinya.

Sedang orang tua atau walinya hendak memindahkan/mengalihkan hak, termasuk mengagunkan tanah yang pemilik/pemegang haknya termasuk anak di bawah umur, baik pemilikan sendiri atau pemilikan bersama, maka haruslah terlebih dahulu mendapatkan ijin pengadilan, tanpa ijin tersebut pendaftaran peralihan, pemindahan hak atau pembebanannya akan ditolak oleh Kantor Pertanahan.

Peran Pengadilan Agama Dalam Penetapkan Wali Terhadap Anak di Bawah Umur Dalam Pendaftaran tanah.

Pengadilan Agama merupakan kerangka sistem dan tata hukum Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar, untuk mewujudkan peradilan yang sederhana,cepat dan biaya ringan. Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama islam mengenai perkara perdata tertentu yang diatur oleh Undang-Undang ini.135

Pengadilan dan hukum memiliki kaitan yang erat. Demikian Pengadilan Agama memiliki kaitan lansung dengan hukum islam di Indonesia.136 Hukum tidak ada artinya kalau tidak dilaksanakan. Hukum tidak ada artinya kalau tidak ditegakkan. Pengadilan Agama di Indonesia hanya dikhususkan bagi orang yang beragama Islam. Pengadilan Agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman bagi

135Tim Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang No.7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, Jakarta :Sinar Grafika,2012, Hlm 43.

136Maksudnya dalam menegakkan hukumberdasarkan hukum islam bagi pencari keadilan

(23)

rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam Pasal 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989.137

Sebagai peradilan khusus, Pengadilan Agama mempunyai tugas dan kewenangan tertentu seperti pada pasal 49 Undang-Undang nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 yang menyatakan Pengadilan Agama bertugas memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan perkara ditingkat pertama antara orang-orang yang beragama islam. Sebagaimana pada hal point kewarisan adanya permohonan perwalian untuk anak dibawah umur untuk melakukan perbuatan hukum lainnya yakni pendaftaran tanah.

Sebagaimana wawancara dengan Ketua Pengadilan Agama Kisaran138, yang menyatakan bahwa penetapan wali haruslah memenuhi syarat dalam mendaftarkan pada Pengadilan Agama, yakni :

Fotocopy KTP 1 Lembar folio yang dimaterai;

Fotocopy akta nikah/ akta cerai apabila bercerai yang dimaterai, dan distempel Kantor Pos Besar;

Fotocopy akte kelahiran anak-anak yang belum dewasa yang dimaterai dan distempel Kantor Pos Besar;

Fotocopy sertipikat tanah/ surat lain yang dimaterai ;

137Pengadilan Agama Tinggi Medan,hukum Islam Dua Negara Indonesia dan Malaysia, bekerja sama dengan Univesiti Malaya, Kuala Lumpur Malaysia, 2012. Hlm 12-13.

(24)

Membayar biaya panjar sebesar perkara sebesar Rp. 491.000.

Tanggung jawab wali dalam hal ini berkenaan dengan kewajibannya, terhadap anak yang berada di bawah perwalian diatur pada Pasal 51 ayat (3) sampai dengan ayat (5) UU No. 1 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Perkawinan. Pada ayat (3), wali wajib mengurus anak yang di bawah penguasaannya dan harta bendanya dengan sebaik-baiknya dengan menghormati agama dan kepercayaan anak itu, sedangkan ayat (4) mengatur bahwa wali wajib membuat harta benda anak yang berada di bawah kekeuasaannya pada waktu memulai jabatannya dan mencatat semua perubahan-perubahan harta benda anak atau anak-anak itu. Pada ayat (5) juga ditentukan bahwa wali bertanggung jawab tentang harta benda anak yang berada di bawah perwaliannya serta kerugian yang ditimbulkan karena kesalahan atau kelalaiannya. Ketentuan Pasal 52 selanjutnya mengatur, bahwa wali tidak boleh memindahkan hak atau menggadaikan barang-barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18 tahun atau belum pernah kawin, kecuali apabila kepentingan anak menghendaki. Sedang kewajiban Wali menurut pasal 51 UU No.1 tahun 1974 yakni :

1. Wali wajib mengurus anak yang berada di bawah kekuasaannya dan harta bendanya sebaik-baiknya dengan menghormati agama kepercayaan anak itu. 2. Wali wajib membuat daftar harta benda anak yang berada di bawah

(25)

3. Wali bertanggung jawab tentang harta benda anak yang berada di bawah perwaliannya serta kerugian yang ditimbulkan kesalahan dan kelalaiannya. Dalam UU No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan juga menyatakan bahwa seorang wali bertanggungjawab atas pengelolaan aset (harta) dan harus membayar jika dalam pengelolaan harta tersebut menjadi hilang atau rusak, baik karena segaja maupun karena kelalaian.139

Larangan Bagi Wali : Pasal 52 UU No.1 tahun 1974 menyatakan terhadap wali berlaku pasal 48 Undang-undang ini, yakni orang tua dalam hal ini wali tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan barang-barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18 tahun atau belum melakukan perkawinan kecuali apabila kepentingan anak tersebut memaksa.

Sementara dalam Undang-Undang Nomor 23/2002 Tentang Perlindungan Anak telah mengatur bahwa wali mengelola kekayaan lingkungan mereka untuk kepentingan yang anak tersebut.

Pada awal penetapan perwalian, maka diperlukan upaya inventarisasi semua aset (harta) dari anak yatim tersebut, dan wali wajib mendokumentasikan semua perubahan terhadap asset tersebut.140

Begitu juga harta tersebut harus di audit secara annual (tahunan) untuk mengetahui nilai dari aset dari anak yang diperwalikan itu, dan untuk memastikan bahwa hartanya tetap terjaga. Selain itu, wali dilarang menjual, mengalihkan atau

(26)

menggadaikan aset anak perwalian, kecuali dalam keadaan yang darurat (memaksa).141

Peran Badan Pertanahan Nasional (BPN) Dalam Menghadapi

Permasalahan Pendaftaran Tanah Milik Oleh Anak di Bawah Umur.

Kegiatan pendaftaran tanah yang menformalkan pemilikan tanah baik berdasarkan bukti-bukti pemilikan maupun penguasaan atas tanah selain menyangkut aspek yuridis dan aspek teknis.142Badan Pertanahan Nasional (BPN) sangat berperan dalam mendaftarkan tanah didaerahnya masing-masing, setiap menghadapi permasalahan termasuk pendaftaran tanah yang disampaikan kepada Badan Pertanahan Nasional maka dilakukkan pengelolaan pengkajian dan penanganan kasus pertanahan karena hal tersebut merupakan salah satu fungsi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dalam rangka menanggulangi sengketa, konflik dan perkara pertanahan guna mewujudkan kebijakan pertanahan bagi keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan pengkajian dan penangan kasus pertanahan merupakan sarana untuk menyelesaikan sengketa, konflik dan perkara pertanahan dan memperkecil potensi timbulnya masalah pertanahan.143

Demi terlansungnya kepastian hukum dan perlindungan hukum terhadap anak yang telah mendaftarkan hak kepada Kantor Pertanahan dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional telah memiliki kepastian hukum dan jika adanya permasalahan

141Art 52 Law No. 1 Tahun 1974.

142Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim,Op.cit. Hlm 209.

143 Thesis Bambang Edrianto., SH., MK.n, Status Tanah Wakaf Yang Belum Terdaftar Bila

(27)

dikemudian hari adanya tugas dan wewenang Badan Pertanahan Nasional dalam penyelesaian sengketa, khususnya terhadap konflik atau perkara pertanahan.

Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Nomor 4 Tahun 2006, tentang Seksi Konflik Sengketa dan Perkara mempunyai fungsi144:

Pelaksanaan penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan. Pengkajian masalah sengketa dan konflik pertanahan.

Penyiapan bahan dan penanganan sengketa dan konflik pertanahan secara hukum dan nonhukum, penanganan dan penyelesaian perkara, pelaksanaan alternatif penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan melalui bentuk mediasi, fasilitas dan lainnya, usulan dan rekomendasi pelaksanaan putusan-putusan lembaga peradilan serta usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang dan/atau badan hukum dengan tanah.

Pengkoordinasian penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan. Pelapor penanganan dan penyelesaian konflik, sengketa dan perkara pertanahan. Seksi konflik, sengketa dan perkara terdiri dari :

Subseksi sengketa dan konflik pertanahan

Tugas dan subseksi ini adalah menyiapkan pengkajian hukum sosial, budaya, ekonomi dan politik terhadap sengketa dan konflik pertanahan, usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang

(28)

antara orangdan/atau badan hukum dengan tanah, pelaksanaan alternatif penyelesaian sengketa melalui mediasi.

Subseksi Perkara Pertanahan

Tugas dari Subseksi ini adalah menyiapkan penanganan dan penyelesaian perkara, koordinasi penanganan perkara, usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan hukum antar orang dan/atau badan hukum dengan tanah sebagai pelaksanaan putusan lembaga peradilan.145

Usaha untuk menghindari terjadinya sengketa sertifikat hak atas tanah yang didaftarakan oleh wali terhadap anak dibawah umur sebenarnya dapat dilakukan sejak awal, dan secara preventifi146 pada saat permohonan pemberian hak dalam proses pendaftaran tanah milik. Tindakan ini bersifat pencegahan ini sebenarnya lebih efektif dibandingkan dengan usaha penyelesaian sengketa apabila masalah tersebut telah menjadi kasus (reprensif), dengan tidak mengesampingkan usaha teknis lain berupa pembinaan peraturan serta ketentuan yang ada.147

Proses pemberian sertipikat melalui pendaftaran tidak semata-mata hanya dilihat dengan segi prosedurnya saja. Suatu permohonan penerbitan sertipikat tidak cukup hanya dianalisa dengan apakah sipemohon memenuhi syarat, permohonan tersebut diumumkan, diperiksa secara fisik, diukur dibuatkan fatwa dan lain sebagainya yang bersifat prosedur seperti pesertipikatan tanah, melainkan dikaji dari

145 http://www.academia.edu/3826862/hukum_tanah_wakaf oleh Ariz Riza, Di Akses pada tanggal 10 Mei 2015.

146 Preventif adalah bersifat pencegahan, dalam Charkie Rudyat, Kamus Hukum, Pustaka Mahardika.

(29)

segi hukumnya. Suatu permohonan dapat dinilai menurut hukum layak untuk diproses, apabila subyek permohonan dapat membuktikan secara hukum bahwa ia adalah pihak yang satu-satunya berhak atas yang dimohonnya.148

Penilaian terhadap pembuktian yang dilakukan oleh aparat Badan Pertanahan nasional/ Kantor Pertanahan terhadap permohonan tersebut, adalah dari segi riwayat perolehan tanah kepada yang bersangkutan secara sah dan dapat dipertanggungjawabkan. Di sinilah diperlukan aspek perdata di dalam suatu permohonan penerbitan sertipikat balik nama. Pejabat Badan Pertanahan Nasional/Kantor Pertanahan yang berwenang harus menerapkan ketentuan-ketentuan peraturan maupun hukum yang mengatur, misalnya pesertipikatan tanah hak milik, tanah hak milik yang dilakukan dihadapan PPAT.149

Untuk menyelesaikan kasus-kasus pertanahan maka Badan Pertanahan Nasional akan melakukan pengkajian dan penanganan kasus pertanahan meliputi150:

Pelayanan pengaduan dan informasi kasus pertanahan tanah hak milik.

Pelayanan, pengaduan dan informasi kasus pertanahan di Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dilaksanakan dan dikoordinasi oleh Deputi, untuk wilayah Badan Pertanahan Nasional dilaksanakan oleh Kepala Bidang dan dikoordinasikan oleh Kepala Kantor Wilayah dan untuk Kantor Pertanahan dilaksanakan oleh Kepala Seksi dan dikoordinasikan oleh Kepala Kantor Pertahanan.

(30)

Pengaduan kasus pertanahan disampaikan kepada kepala Badan Pertanahan Nasional, Kepala Kantor Wilayah/atau Kepala Kantor Pertanahan baik secara lisan maupun tertulis. Pengaduan yang diajukan secara lisan harus ditindak lanjuti dengan pembuatan permohonan secara tertulis. Surat pengaduan kasus pertanahan paling sedikit membuat identitas pengadu, objek yang diperselisihkan, posisi kasus dan maksud pengaduan dengan dilampiri fotocopy identitas pengadu. Surat pengaduan yang diterima melalui loket pengaduan dicatat dalam register penerimaan pengaduan dan kepada pengadu diberikan surat tanda penerimaan pengaduan kemudian diteruskan ke satuan organisasi yang tugas dan fungsinya menangani sengketa, konflik dan perkara pertanahan.

(31)

Indonesia, kantor wilayah badan pertanahan nasional atau kantor pertanahan paling lambat 14 (empat belas) hari sejak diterimanya permintaan.151

Pemberian informasi kasus pertanahan dilakukan berupa jawaban mengenai pokok perkara dan permasalahan, atau penjelasan lengkap yang sesuai data yang ada di Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Kantor Wilayah Badan pertanahan Nasional atau Kantor pertahanan dan hasil penangananya. Dalam hal yang diperlukan, pejabat dari instansi yang meminta penjelasan mengenai kasus pertanahan dapat diundang untuk menghadiri gelar kasus agar dapat memperoleh keterangan lebih jelas dalam hal ini termasuk pada persengketaan tanah hak milik.

Pengkajian kasus pertanahan tanah hak milik.

Kepala Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Wilayah atau Deputi baik bersama-sama atau sendiri-sendiri melaksanakan pengkajian secara sistematik terhadap akar dan sejarah kasus pertanahan. Hasil kajian dituangkan dalam peta kasus pertanahan yang menjadi dasar untuk merumuskan kebijakan umum atau kebijakan teknis penanganan kasus pertanahan dengan acuan bersifat strategis atau mempunyai dampak luas.

Pengadministrasian data dilaksanakan melalui pencatatan, pengelolaan dan penyajian data yang diselenggarakan dengan sistem informasi di bidang pengkajian dan penanganan kasus pertanahan yang dibangun secara terintegrasi antara Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Kantor Wilayah Badan pertanahan Nasional

(32)

dan Kantor Pertanahan. Dengan demikian tugas pendaftaran tanah merupakan tugas administrasi hak yang dilakukan oleh negara dalam memberikan kepastian hak atas tanah di Indonesia. Artinya negara mempunyai tugas untuk melakukan administrasi tanah. Sistem administrasi pertanahan yang baik akan dapat memberikan jaminan keamanan penggunaan bagi pemiliknya.152

Sebagaimana wawancara dengan Bapak Kasi HTPT Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Asahan mengatakan : dalam memberikan upaya kepastian hukum dalam kepemilikan tanah hak milik Badan Pertanahan Nasional melalui Kantor Pertanahan tentu menjadikan pensertifikatan tanah sebagai salah satu dalam prioritas pelayanan guna turut serta dalam upaya memberikan kepastian hukum kepada tanah-tanah hak milik yang hingga saat ini masih banyak menimbulkan polemik masyarakat.

Hasil penelitian dan analisa data menghasilkan pokok permasalahan sengketa dan potensi penyelesaian sengketa. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997153:

Dengan diterbitkannya sertipikat hak atas tanah maka kepada pemiliknya diberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum;

Di zaman reformasi ini maka Kantor Pertanahan sebagai kantor di garis depan haruslah memelihara dengan baik setiap informasi yang diperlukan untuk suatu bidang tanah baik pemerintah sendiri sehingga dapat merencanakan

152Novi Sri Wahyuni,Mengenal Sistem Pendaftaran Tanah, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2011, Hlm 122.

(33)

pembangunan negara dan juga bagi masyarakat sendiri. Informasi itu penting untuk dapat memutuskan sesuatu yang diperlukan di mana terlibat tanah, yaitu data fisik dan yuridisnya, termasuk untuk satuan rumah susun, informasi tersebut bersifat terbuka untuk umum artinya dapat diberikan informasi apa yang saja yang diperlukan atas sebidang tanah/ bangunan yang ada;

Sehingga untuk itu perlulah tertib administrasi pertanahan dijadikan sesuatu yang wajar.

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kedudukan anak di bawah umur sebagai subjek hukum dalam pendaftaran tanah merupakan subjek hukum yang sama dalam hal ini sebagai seorang manusia karena persamaan hak dan kewajiban dimana seorang anak mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan orang dewasa yang diberikan oleh ketentuan perundang-undangan dalam melakukan perbuatan hukumnya. Sehingga berlakunya Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 1997 Jo. Surat Edaran Menteri ATR/KaBPN nomor 4/SE/I/2015 terhadap pendaftaran tanah yang dilakukan oleh anak yang dibawah umur, karena dalam keseragaman terhadap peraturan yang lain dalam mengatur batasan usia dewasa yang dapat melakukan perbuatan hukum dalam rangka pelayanan pertanahan kepada masyarakat.

Status Hukum wali terhadap anak di bawah umur dalam pendaftaran tanah tentang perwalian menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang menerima perwalian adalah anak-anak yang belum mencapai umur 18 Tahun atau belum kawin, karena wali wajib mengurus anak yang berada dibawah kekuasaannya dan harta bendanya sebaik-baiknya. Sehingga dapat dipercaya memegang amanah dan dapat menjamin pemeliharaan anak

(35)

tentang pendaftaran tanah terhadap penetapan batas usia yang diatur dalam Surat Edaran Menteri ATR/KaBPN Nomor 4/SE/I/2015 tentang batas usia yang dilakukan terhadap anak dibawah umur, dengan adanya kepastian hukum serta jaminan hukum sesuai dengan tujuan pendaftaran tanah atas perlindungnan hukum terhadap subjek hukum dalam memperoleh kepastian hukum atas tanah hak milik terhadap anak dibawah umur. Dengan setelah memperoleh sertipikat dalam hal ini sertipikat hak milik guna untuk menjamin segala haknya.

Saran

1. Disarankan kepada anak yang dibawah umur agar melaksanakan mendaftarkan wali terhadap dirinya dalam guna melakukan perbuatan hukum dalam pendaftaran tanah hak milik atas harta kekayaan yang diperoleh atas kewarisan terhadap anak yang mati tinggal oleh orang tuanya.

2. Disarankan kepada setiap wali harus melaksanakan/menyelenggarakan pemeliharan dan pendidikan serta perlindungan terhadap anak dibawah umur dalam mendaftarkan tanah bagi anak yang belum dewasa sesuai dengan harta kekayaannya dan wali harus mewakilinya dalam segala tindakan-tindakan khususnya dalam pendaftaran tanah pada Kantor Pertanahan terhadap anak dibawah umur.

(36)

Referensi

Dokumen terkait

Bagi remaja, penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran tentang kondisi remaja khususnya yang berkaitan dengan hubungan antara anomie dengan kepekaan sosial remaja.

Salah satu definisi paling lengkap dan komprehensif tentang korupsi oleh Antonio Argandona, yang mendefinisikan korupsi sebagai "tindakan atau pengaruh dalam

atas kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Lembar observasi

Apabila A1 mendapat tegangan pada logika HIGH yang menandakan pintu dalam keadaan terbuka selama 1 menit, maka buzzer akan menyala disertai RFID Reader akan berhenti membaca atau

Ukuran kebaikan biplot SQRT data banyaknya penduduk berusia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut Kabupaten/Kota dan lapangan pekerjaan utama di Jawa Tengah pada tahun

Terdapat beberapa sikap peserta didik yang menunjukkan adanya perilaku koruptif, seperti sikap tidak jujur saat ujian (menyontek), bolos atau sering tidak masuk kelas,

Sempitnyalahan pemukiman penduduk yang ada di Indonesia terjadi karena perkembangan penduduk yang semakin meningkat.Pada tahun 2018 sendiri jumlah penduduk yang ada

Mengomunikasikan sebaran flora dan fauna di Indonesia dan dunia berdasarkan karakteristik ekosistem dan region iklim dalam bentuk artikel ilmiah, makalah, atau bahan publikasi