• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 162

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

EXAMPLES NON EXAMPLES

Erni Fatmawati1, Fathurrahman2

1,2Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi dan Komputer

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak Jalan Ampera Nomor 88 Pontianak

1e-mail: ernifatmawati@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples. Jenis penelitian yang digunakan penelitian tindakan (action research). Bentuk penelitian yang digunakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1 Sungai Raya berjumlah 39 siswa, terdiri dari 20 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi dan pengukuran. Alat pengumpul data yang digunakan adalah lembar observasi dan tes hasil belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dengan nilai rata-rata 70,21 dengan ketuntasan klasikal 52,63%, sedangkan hasil tes akhir siklus II diperoleh nilai rata-rata 77,28 dengan ketuntasan klasikal 77,78%. Ketuntasan klasikal antara siklus I dan siklus II terdapat peningkatan hasil belajar sebesar 25,15%.

Kata Kunci: hasil belajar, pembelajaran kooperatif, examples non examples.

Abstract

The purpose of research to determine the improvement of student learning outcomes after the application of cooperative learning model type examples non examples. Type of research used action research (action research). The research used classroom action research. The subjects of the students of class XI IPS 3 SMA Negeri 1 Sungai Raya amounted to 39 students, consisting of 20 female students and 19 male students. Data collection techniques used are observation and measurement techniques. The data collection tool used is the observation sheet and the learning result tes. Data analysis technique used is quantitative descriptive analysis technique. The result of the research shows that there is an increase of student learning outcomes by using cooperative learning model type examples non examples seen from the improvement of student learning outcomes in cycle I with average score 70,21 with classical completeness 52,63%, while result of end tes of cycle II got value on average 77,28 with classical completeness 77,78%. Classical completeness between cycle I and cycle II there is an increase in learning outcome of 25.15%.

Keywords:learning outcomes, cooperative learning, examples non examples.

PENDAHULUAN

Pendidikan bertujuan untuk membangun sumber daya manusia dengan menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

(2)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 163

pasal 1 ayat 1, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Suasana belajar dan proses pembelajaran dapat diperoleh siswa di sekolah.

Sekolah merupakan salah satu tempat pelaksanaan proses pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Belajar menurut Slameto (2013: 2) merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Di lingkungan SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya, masih terdapat kekurangan pada fasilitas pendukung pembelajaran. Fasilitas yang dimaksud adalah ketersediaan ruang laboratorium komputer. Dengan tidak memadainya laboratorium sekolah, maka guru harus menggunakan model pembelajaran yang tepat agar materi yang seharusnya dilaksanakan di laboratorium dapat dilaksanakan ruang dikelas sehingga pembelajaran tetap dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi siswa, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dan dalam rencana pengajaran (Jihad, 2010:25).

Pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran menurut Majid (2014: 4) merupakan upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya

(effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan

yang telah direncanakan. Tujuan yang direncanakan adalah peningkatan hasil belajar siswa.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hal senada dengan pendapat Rusman (2012: 123) yang

(3)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 164

menyatakan bahwa hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar siswa kelas XI IPS 3 pada kompetensi dasar mengolah dokumen pengolah angka dengan teks, tabel, grafik, gambar, dan diagram masih belum memenuhi ketetapan yang telah diterntukan. Dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa selama 4 (empat) tahun terakhir mulai dari tahun 2014 sampai 2016 secara berturut turut yaitu 62,75; 68,80; dan 70,12. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

Informasi yang diperoleh berkaitan dengan hasil belajar siswa, mendorong peneliti untuk bekerja sama dengan guru mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMA Negeri 1 Sungai Raya. Bentuk kerja sama yang direncanakan adalah bekerja sama dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Peneliti bekerja sama dengan guru merancang suatu bentuk pembelajaran baru yang belum pernah dipergunakan di

SMA Negeri 1 Sungai Raya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe example non

example.

Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan hasil akademik dengan meningkatkan kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan. Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterapilan sosial siswa. Keterampilan sosial antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya (Taniredja, dkk. 2014: 60).

Model pembelajaran koopeartif tipe examples non examples merupakan

(4)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 165

menggunakan media gambar sebagai contoh dalam penyampaian materi. Hal senada

dengan Hamdani (2011: 94) yang menyatakan bahwa model examples non examples

adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh dan contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar.

Penggunaan model pembelajaran examples non examples menekankan pada konteks

analisis siswa. Model pembelajaran examples non examples dapat diterapkan dengan

aspek-aspek sebagai berikut: 1) berbahasa tulisan dan lisan, 2) kemampuan analisis ringan, dan 3) kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya.

Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe example non

example diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai dengan

penelitian yang pernah dilakukan oleh Sunggudek, dkk. (2017: 193). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran example non example dapat

meningkatkan hasil belajar IPS siswa SDN Unu. Dari hasil tes yang dilaksanakan dalam dua siklus, menunjukkan hasil yang cukup pada siklus I dan pada siklus II menunjukkan hasil yang sangat baik dengan ketuntasan belajar klasikal siklus I mencapai 53,33%, dan siklus II ketuntasan belajar klasikal mencapai 93,33%.

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan (action

research) dengan bentuk penelitian adalah penelitian tindakan kelas (Classroom

Action Research). Menurut Kemmis dan McTaggart (Daryanto, 2011: 3-4),

penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan praktik sosial. Model yang digunakan adalah model Kemmis dan McTaggart yang merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Komponen yang digunakan dalam siklus kegiatan terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2016/2017 dengan mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK

(5)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 166

memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.

Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1 Sungai Raya dengan jumlah siswa 39 orang, terdiri dari 20 siswa perempuan dan 19 siswa laki-laki. Pemilihan kelas bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran TIK di kelas XI IPS 3. Guru menerapkan model

pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples dalam proses pembelajaran.

Prosedur penelitian yang dilakukan pada tiap siklus yaitu perencanaan

(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan merupakan kegiatan kolaborasi antara peneliti dengan guru mata pelajaran TIK.

Untuk mendapatkan data secara objektif didukung dengan menggunakan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi langsung dan teknik pengukuran. Teknik observasi langsung digunakan untuk membantu peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan teknik pengukuran digunakan untuk mengukur kemampuan siswa di akhir kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan teknik pengumpulan data, maka alat pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi dan tes hasil belajar. Lembar observasi digunakan untuk membantu peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples di kelas XI SMA Negeri 1

Sungai Raya. Lembar observasi yang digunakan berbentuk daftar ceklist atau lembar catatan. Sementara tes hasil belajar digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa.

Teknik analisis data yang digunakan merupakan teknik analisis data kualitatif yaitu dengan cara reduksi data, penyajian data, verifikasi data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan dengan memilih data yang terkumpul agar lebih mudah dikelola. Dari data yang telah terpilih, kemudian disajikan ke dalam tabel agar mudah dibaca. Verifikasi data dilakukan dengan cara

(6)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 167

membandingkan data yang diperoleh dari hasil observasi dengan hasil belajar siswa. Selanjutnya dibuat kesimpulan berdasarkan hasil dari data yang telah diperoleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I

Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 19 April 2017 dimulai pada pukul 10.15 - 12.45 WIB. Sedangkan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu 26 April 2017 pada pukul 10.15-12.45 WIB. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah dipersiapkan.

Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan tahap persiapan sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan. Tahap perencanaan untuk siklus I diawali dengan komunikasi bersama guru mata pelajaran TIK di SMA Negeri 1 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Perencanaan kegiatan yang peneliti maksud yaitu penyusunan perangkat pembelajaran dan penyusunan instrumen penelitian.

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan soal tes berupa pilihan ganda yang telah divalidasi. Proses validasi melibatkan 2 (dua) orang dosen Program Studi Pendidikan Teknologi Informasi dan Komputer IKIP PGRI Pontianak.

Pelaksanaan tindakan

Sesuai dengan rencana awal, pelaksanaan pembelajaran dilakukan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples. Peneliti

sebagai observer berkolaborasi dengan guru mata pelajaran TIK yaitu Herlina,

S.Kom, S.Pd melaksanakan tindakan dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples.

Pembelajaran pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu 19 April 2017 pukul 10:15-12:45 WIB yang diikuti oleh 38 orang siswa, dilaksanakan oleh guru dan peneliti sebagai pengamat. Adapun langkah-langkah yang dilakukan guru pada saat proses pembelajaran siklus I yaitu: 1) Persiapan kelas, membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, dan berdoa bersama; 2) Guru menginformasikan tujuan

(7)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 168

yang ingin dicapai; 3) Guru menyiapkan gambar dan menayangkan di layar proyektor sesuai materi pelajaran; 4) Guru memberikan petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menganalisis gambar yang ditayangkan di layar proyektor; 5) Guru membentuk kelompok 2-5 orang siswa dan membagikan sub materi kepada setiap kelompok; 6) Guru mengawasi proses diskusi disetiap kelompok; 7) Guru memberi kesempatan setiap kelompok membacakan hasil diskusinya; 8) Guru berkomentar hasil diskusi setiap kelompok; 9) Guru menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai; 10) Guru mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya; 11) Guru menyampaikan kesimpulan pembelajaran yang telah terlaksana.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu Tanggal 26 April 2017 pukul 10:15-12:45 WIB. Pembahasan materi pada pertemuan ke dua merupakan pembahasan lanjutan dari pertemuan pertama. Setelah tindakan pada siklus I dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples telah

selesai dilaksanakan, maka diberikan tes akhir yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa. Soal tes yang diberikan berbentuk pilihan ganda yang terdiri dari 30 butir soal. Adapun rangkuman hasil tes akhir siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1 Rangkuman Hasil Tes Siklus I

Keterangan Hasil

Jumlah Siswa Tuntas 18 Orang

Jumlah Siswa Belum Tuntas 20 Orang

Nilai Rata-rata 70,21

Persentase Ketuntasan 52,63%

Dapat dijelaskan bahwa diperoleh nilai rata-rata siswa yaitu 70,21 dan siswa dengan nilai tertinggi 83 dan terendah 50, sedangkan nilai ketuntasan klasikal 52,63%. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara klasikal nilai yang dicapai siswa belum tuntas dan tingkat keberhasilannya pun masih dikategorikan kurang, sehingga wajib dilaksanakan proses pembelajaran siklus II.

Tahap observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan pada saat guru melaksanakan tindakan dengan mendokumentasikan kejadian-kejadian selama proses pembelajaran. Pada

(8)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 169

tahap observasi, peneliti sebagai observer melakukan pengamatan dan pencatatan

atas kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya. Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi aktivasi guru dalam melaksanakan pembelajaran tersebut, dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini belum terlaksana sepenuhnya. Dari 13 aspek yang diamati, terdapat 4 aspek yang belum terlaksana dengan baik yaitu :1) guru tidak memeriksa ruangan, alat, dan media pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai, 2) guru tidak memeriksa kesiapan siswa, 3) guru tidak menyampaikan kompetensi dasar, standar kompetensi, indikator, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, 4) guru tidak memberi motivasi kepada siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada siklus I belum terlaksana secara maksimal dan perlu ditingkatkan dalam proses pembelajaran pada siklus II.

Hasil observasi partisipasi siswa pada siklus I belum terlaksana sepenuhnya. Dari 12 aspek yang diamati, terdapat 5 aspek yang belum terlaksana dengan baik yaitu: 1) Siswa tidak menyimak dengan seksama intruksi yang disampaikan guru, 2) Siswa tidak menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru, 3) Siswa tidak bertanya kepada guru jika ada yang kurang dimengerti, 4) Siswa tidak merespon kelompok lain yang sedang mempresentasikan materi, 5) Siswa tidak mendengar intruksi dari guru untuk terus belajar.

Berdasarkan partisipasi siswa secara keseluruhan pada siklus I, maka tujuan

yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran kooperatif tipe examples non

examples belum berjalan sesuai yang direncanakan.

Tahap refleksi

Berdasarkan hasil observasi, dari beberapa kekurangan yang ditemukan, maka perlu dibuat persiapan yang lebih terperinci dan kesiapan dari dalam diri guru yang mengajar agar dapat memaksimalkan kemampuanya. Hal yang masih perlu diperbaiki adalah komunikasi antara guru dan siswa lebih. Melihat masih banyak

(9)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 170

faktor penghambat yang ditemukan, proses pembelajaran menjadi tidak maksimal, maka akan dilakukan perbaikan pada siklus II dalam kegiatan proses pembelajaran. Hasil tes yang diberikan pada siklus I memperoleh nilai rata-rata sebesar 70,21 dan ketuntasan klasikal 52,63%. Oleh sebab itu perlu ditingkatkan lagi proses

pembelajaran kooperatif tipe examples non examples pada siklus II sesuai apa yang

menjadi catatan pada tahap siklus I.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan pada tanggal 3 Mei 2017 dan 10 Mei 2017. Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu lembar pengamatan kegiatan guru dan lembar kegiatan siswa dalam pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada perbaikan dari siklus I dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah dipersiapkan.

Perencanaan

Tahap perencanaan siklus II diawali konsultasi mengenai hasil refleksi pada siklus I dengan guru mata pelajaran TIK di SMA N 1 Sungai Raya. Perencanaan kegiatan yang di maksud yaitu penyusunan perangkat pembelajaran. Diakhir kegiatan pembelajaran pada siklus II, siswa akan diberikan kembali soal tes untuk melihat nilai akhir setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe examples non examples.

Pelaksanaan tindakan

Peneliti sebagai observer berkolaborasi dengan guru mata pelajaran TIK

yaitu Herlina, S.Kom, S.Pd di dalam melaksanakan tindakan proses pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples.

Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah dipersiapkan. Pertemuan pertama siklus II, pembelajaran dilaksanakan pada hari selasa 3 Mei 2017 pukul 10:15-12:45 WIB yang diikuti oleh 36 orang siswa, pemberian materi oleh guru dan peneliti sebagai pengamat.

Sesuai dengan perencanaan sebelumnya, guru memberikan materi sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan guru pada saat proses pembelajaran siklus

(10)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 171

II yaitu: 1) Persiapan kelas membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa bersama; 2) Guru menginformasikan tujuan yang ingin dicapai; 3) Guru menyiapkan gambar dan menayangkan di layar proyektor sesuai sub materi; 4) Guru memberikan petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk menganalisis gambar yang ditayangkan di layar proyektor; 5) Guru membentuk kelompok 2-5 orang siswa dan membagikan sub materi kepada setiap kelompok; 6) Guru mengawasi proses diskusi disetiap kelompok; 7) Guru memberi kesempatan setiap kelompok membacakan hasil diskusinya; 8) Guru berkomentar hasil diskusi setiap kelompok; 9) Guru menjelaskan materi sesuai tujuan yang igin dicapai; 10) Guru mempersilahkan kepada siswa untuk bertanya; dan 11) Guru menyampaikan kesimpulan pembelajaran yang telah terlaksana.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada rabu Tanggal 10 Mei 2017 pukul 10:15-12:45 WIB. Setelah dilakukan tindakan pada siklus II dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe examples non examples, maka dilakukan tes akhir

siklus II yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe examples non examples di kelas XI pada mata

pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Hasil tes pada siklus II selanjutnya dirangkum ke dalam tabel berikut:

Tabel 2 Rangkuman Hasil Tes Siklus II

Keterangan Hasil

Jumlah Siswa Tuntas 28 Orang

Jumlah Siswa Belum Tuntas 8 Orang

Nilai Rata-rata 77,28

Persentase Ketuntasan 77,78%

Tahap observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan pada saat guru melaksanakan tindakan dengan mendokumentasikan kejadian-kejadian selama proses pembelajaran. Pada

tahap observasi, peneliti sebagai observer melakukan pengamatan dan pencatatan

atas apa yang guru dan siswa lakukan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yaitu lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran.

(11)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 172

Berdasarkan hasil observasi aktivasi guru dalam melaksanakan pembelajaran tersebut, dapat dilihat bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus II masih belum terlaksana sepenuhnya. Dari 13 aspek yang diamati, terdapat 2 aspek yang belum terlaksana dengan baik yaitu: 1) guru belum memeriksa kesiapan siswa, dan 2) guru belum memberi motivasi kepada siswa. Namun secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada siklus II sudah terlaksana dengan baik.

Hasil observasi terhadap partisipasi siswa pada siklus II, dapat dilihat bahwa dari 12 aspek yang diamati, terdapat 2 aspek yang belum terlaksana dengan baik yaitu: 1) Siswa belum menyimak dengan seksama intruksi yang disampaikan guru, dan 2) Siswa tidak mendengarkan intruksi dari guru untuk terus belajar. Berdasarkan partisipasi siswa secara keseluruhan pada siklus II, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam proses pembelajaran kooperatif tipe examples non examples sudah berjalan

dengan baik.

Tahap refleksi

Refleksi dilakukan setelah proses belajar mengajar selesai dilaksanakan. Evaluasi dilakukan pada setiap pertemuan. Berdasarkan hasil refleksi siklus II, proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik meskipun masih ada beberapa kekurangan yang ditemukan. Guru dan peneliti melakukan refleksi untuk menentukan faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala sehingga proses pembelajaran tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Adapun beberapa hal yang membuat proses pembelajaran kurang maksimal dilihat dari aktivitas guru pada siklus II yaitu: 1) guru masih belum memeriksa kesiapan siswa, dan 2) guru belum memberi motivasi kepada siswa. Sementara dari hasil pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran masih terdapat kekurangan antara lain: 1) Siswa belum menyimak dengan seksama intruksi yang disampaikan guru, dan 2) Siswa tidak mendengar intruksi dari guru untuk terus belajar.

Hasil tes akhir pada siklus II mencapai nilai rata-rata 77,28 dan 77,78% siswa mencapai ketuntasan belajar. Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus II telah berjalan dengan baik dan telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan penelitian.

(12)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 173 Pembahasan

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Materi pembelajaran yang diberikan adalah mengelola pencetakan dan formula, grafik, dan format data. Proses pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

examples non examples. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

langkah-langkah yang terdapat pada pembelajaran kooperatif tipe examples non examples

seperti menampilkan gambar di layar proyektor dan memberi petunjuk serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan atau menganalisis gambar. Selanjutnya guru membentuk kelompok yang terdiri dari 2-5 orang siswa dan memulai diskusi. Hasil diskusi dicatat pada kertas. Tiap kelompok diberi kesempatan membaca hasil diskusi didepan kelas. Setelah memahami hasil dari analisis yang dilakukan, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru dan siswa sama-sama menyimpulkan materi yang telah diberikan. Berdasarkan proses pembelajaran yang dilaksanakan selama empat kali pertemuan dalam dua siklus, ditemukan bahwa hampir semua siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Siswa terlihat lebih antusias dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan, namun siswa merasa bingung dan kesulitan ketika pembelajaran pada siklus I dikarenakan belum pernah melaksanakan pembelajaran dalam bentuk kelompok. Seiringi berjalannya

pembelajaran, siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe examples

non examples, terlihat dari aktivitas dan interaksi antarsiswa satu dengan lainya.

Analisis data yang diperoleh dari observasi terhadap guru dalam pembelajaran meningkat. Adanya peningkatan tersebut dikarenakan ada perbaikan disetiap siklusnya seperti pemberian motivasi, materi, dan kesimpulan sehingga dapat

dikatakan aktivitas guru dalam pembelajaran kooperatif tipe examples non examples

mengalami peningkatan.

Berdasarkan hasil tes akhir siklus I dan siklus II yang telah dilaksanakan, didapatkan bahwa nilai siswa meningkat baik dari segi ketuntasan individual maupun ketuntasan klasikal. Rangkuman hasil perolehan nilai siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:

(13)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 174 Tabel 3 Rangkuman Hasil Tes Siklus I dan Siklus II

Keterangan Siklus I Siklus II

Jumlah Siswa Tuntas 18 Orang 28 Orang

Jumlah Siswa Belum Tuntas 20 Orang 8 Orang

Nilai Rata-rata 70,21 77,28

Persentase Ketuntasan 52,63% 77,78%

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada siklus I diikuti oleh 38 orang siswa dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 70,21 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 52,63%. Hasil tersebut meningkat pada siklus II dengan melalui beberapa perbaikan yang mengacu dari kekurangan yang ada pada siklus I. Pada siklus II yang diikuti oleh 36 orang siswa, diperoleh nilai rata-rata sebesar 77,28 dengan ketuntasan

klasikal sebesar 77,78%. Dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe example

non example terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan hasil tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II,

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples pada

kompetensi dasar mengolah dokumen pengolah angka dengan teks, tabel, grafik, gambar, dan diagram di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1 Sungai Raya berhasil. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe examples non examples dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa

pada siklus I dengan nilai rata-rata 70,21 dengan ketuntasan klasikal 52,63%, sedangkan hasil tes akhir siklus II diperoleh nilai rata-rata 77,28 dengan ketuntasan klasikal 77,78%. Dari hasil ketuntasan klasikal antara siklus I dan Siklus II terdapat peningkatan sebesar 25,15%.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah.

Yogyakarta: Gava Media.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

(14)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 175

Mahfud, Z. T. & Joko. 2014. Pengaruh Metode Pembelajaran Example Non Example pada Standar Kompetensi Merawat Peralatan Rumah Tangga Listrik

terhadap Hasil Belajar Siswa di SMK Negeri 1 Cerme Gresik. Jurnal

Penelitian Pendidikan Teknik Elektro, 02(02): 565-573.

Majid, A. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwanto, A. 2016. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA dengan Menggunakan Metode Examples Non Examples di

Kelas VIIh SMP 5 Kudus Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal

Profesi Keguruan. Vol 2, No 1.

Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer: Mengembangkan

Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta.

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sunggudek, dkk. 2017. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Example Non Example Kelas V SDN Unu

Kecamatan Bulagi Selatan. Jurnal Kreatif Tadulako, 5(9): 193-204.

Taniredja, T. dkk. 2014. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung:

Alfabeta.

Wardika, dkk. 2014. Pengaruh Model Examples Non Examples Terhadap Hasil

Belajar IPA Siswa KLS V SD Di Gugus III Kecamatan Tampaksiring. Jurnal

Gambar

Tabel 3 Rangkuman Hasil Tes Siklus I dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan SK pada matakuliah PTK yang mengharuskan mahasiswa menyusun laporan PTK dari praktik mini penelitian dalam sendiri dengan responden teman sekelas yang

Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan dengan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) dari jumlah neutrofil pada ketiga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kebutuhan guru-guru PAUD akan inovasi model- model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak,

Respondent terdiri dari konsumen dan produsen produk organik di peroleh dari pertemuan Aliansi Organik Indonesia (AOI), yang diselenggarakan di Bogor Jawa Barat

 Jumlah Stasiun yang dikelola pada Tahun 2017 : 75 Stasiun  Jumlah Rangkaian yang beroperasi (Trainset) : 81 Trainset..  Jumlah Dipo yang dikelola pada Tahun 2017 :

Penyelenggaraan pelayanan gizi rumah sakit merupakan suatu rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada pasien dalam

Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas atau kelompok yang secara kultural terpisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda

Secara operasional yang dimaksud dengan pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran reciprocal teaching dengan metode mind map terhadap hasil belajar matematika