• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir Terhadap Kemampuan Coping Remaja Di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center Tebet Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir Terhadap Kemampuan Coping Remaja Di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center Tebet Jakarta Selatan"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

TEBET JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh: Siti Lidya Rahmi NIM: 1111052000004

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Bachtiar Nasir Terhadap Kemampuan Coping Remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center Tebet Jakarta Selatan, di bawah bimbingan Dra. Nasichah, MA.

Bimbingan Agama merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada terbimbing, secara terus menerus, sistematis dan menyentuh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dalam memecahkan masalah yang dihadapi, agar tercapai self understanding, self acceptance, self realization

dan kemampuan untuk hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sesuai dengan potensi dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga maupun masyarakat, sehingga tercapainya kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Pada saat remaja mengikuti bimbingan Agama, kemudian memahami dan mengimplementasikannya maka, kemampuan coping yang dimiliki seseorang akan berbeda dengan sebelum mengikuti bimbingan Agama.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir terhadap kemampuan coping remaja di Ar-Rahman

Qur’anic Learning Islamic Center dengan rumusan masalah Bagaimana pelaksanaan bimbingan agama ustadz Bactiar Nasir di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center Tebet Jakarta Selatan?, Bagaimana kemampuan coping

remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center? Dan Bagaimana pengaruh bimbingan agama ustadz Bachtiar Natsir terhadap kemampuan coping

remaja di Ar-RahmanQur’anic Learning Islamic Center?.

Pendekatan penelitian ini dengan menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian survey dan desain yang digunakan adalah pendekatan inferensial. Pengambilan sampel sebanyak 50 orang dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) dari populasi jama’ah di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center . Data diperoleh menggunakan kuesioner (skala likert), kemudian dilakukan pengujian analisis data menggunakan uji regresi linier sederhana untuk mengetahui pengaruh independen variabel terhadap dependen variabel, koefisien korelasin bertujuan untuk mengetahui besarnya hubungan antara independen variabel terhadap dependen variabel, koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan independen variabel menjelaskan dependen variabel, uji t-tes betujuan untuk mengetahu besarnya pengaruh masing-masing independen variabel secara individual (parsial) terhadap dependen variabel. Analisis ini menggunakan bantuan Software SPSS 20.0 for Windows.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah: Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel bimbingan agama ustadz Bachtiar Nasir terhadap kemampuan coping remaja.

(6)

ii

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

.نيعمخا ه حص و هلا ي عو ني سرملا ديس دمحم نديس ي ع اسلاو اص لاو.نيمل علا ر ها دمحلا

Alhamdulillahhi robbil a’lamin,Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan Nikmat kepada kita semua baik Nikmat Iman maupun Nikmat Islam sehingga kita senantiasa diberikan perlindungan oleh Allah untuk selalu beraktifitas.

Shalawat dan salam semoga selalu tetap tercurah limpahkan kepada junjungan alam baginda Rasulullah SAW karena berkatnyalah kita semua dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dalam dunia yang sangat penuh dengan ilmu pengetahuan. Kepada keluarganya, para sahabatnya. Tabiin tabiatnya, dan kepada kita semua selaku umatnya yang semoga mendapatkan syafaatnya di yaumul qiyyamah nanti.

Alhamdulillah, penulis telah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir Terhadap Kemampuan Coping Remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center Tebet Jakarta Selatan”. Penulis sadar, bahwa tanpa bantu dan motivasi serta bimbingan dari pihak, sulit kiranya penulis menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi tugas persyaratan akademik guna mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam Program Strata Satu (S1) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

iii

Akademik, Suparto, M.Ed. Ph.D., Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Drs. Jumroni, M.Si., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Dr. H. Sunandar Ibdu Nur, MA.

2. Drs. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Drs. Sugiharto, MA, Selaku Sekertaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dra. Nasichah, MA, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membimbing dengan penuh bijaksana mengarahkan dan memberikan masukan serta saran disela-sela kesibukan beliau besedia membimbing dengan penuh keikhlasan dan memberikan pengertian yang sangat besar kepada penulis. 4. Ir. Noor Bekti Neogoro. SE, M.Si yang telah meluangkan waktunya untuk

membimbing saya dalam bab Metodologi Penelitian dan Analisis Data.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berjasa mendidik dan memeberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.

6. Segenap Pengurus Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center yang telah meluangkan waktu dan mengizinkan penulis untuk melakukan studi kasus yang merupakan objek penelitian pada skripsi ini.

7. Adinda tercinta Imam Muhajir, Alya Danisara, Abdah Afifah Azwa, Mandala Ibnu Sabil yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

8. Temen-teman Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan 2011 yang selama masa perkuliahan bersama-sama penulis berjuang dalam menuntut ilmu. 9. Untuk Winda Sari, Irma Fatwa Oktafianti, Lina Safitri, Nur Hasanah, Fajriah

(8)

iv

Jakarta, Safar 1435H Desember 2014M

(9)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

1. Pembatasan Masalah ... 5

2. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Bimbingan Agama ... 11

1. Pengertian Bimbingan Agama ... 11

2. Tujuan dan Fugsi Bimbingan Agama ... 15

a. Tujuan Bimbingan Agama ... 15

b. Fungsi Bimbingan Agama ... 16

3. Metode Bimbingan Agama ... 16

4. Materi Bimbingan Agama ... 18

B. Coping ... 23

1. Pengertian Coping ... 23

2. Proses Coping ... 25

(10)

vi

C. Remaja... 29

1. Definisi Remaja ... 29

2. Ciri-Ciri Umum Remaja ... 31

3. Klasifikasi Remaja ... 34

4. Faktor yang Mempengaruhi Remaja ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian ... 38

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

C. Populasi dan Sampel ... 39

1. Populasi ... 39

2. Sampel ... 39

D. Variabel Penelitian ... 40

E. Hipotesis Penelitian ... 41

F. Definisi Oprasional dan Indikator Variabel ... 41

G. Teknik Pengumpulan Data ... 45

H. Uji Instrumen ... 46

1. Uji Validitas ... 46

2. Uji Reabilitas ... 47

I. Teknis Analisis Data ... 49

1. Uji Regresi Linier Sederhana ... 50

2. Uji Koefisien Korelasi... 51

3. Uji Koefisien Determinasi ... 52

4. Uji T-test (Parsial) ... 53

BAB IV PROFIL AR-RAHMAN QUR’ANIC LEARNING ISLAMIC CENTER A. Sejarah ... 54

B. Visi dan Misi ... 55

C. Asas, Prinsip dan Target Utama ... 56

(11)

vii

B. Kemampuan Coping Remaja ... 63

C. Karakteristik Responden ... 64

D. Pengaruh Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir Terhadap Kemampuan Coping Remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center ... 65

1. Uji Regresi Linier Sederhana ... 66

2. Uji Kofisien Korelasi ... 67

3. Uji koefisien Determinasi ... 68

4. Uji Parsial Pada Variabel Persamaan Regresi Linier (T-test). 69 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 70

B.Saran ... 71

(12)

viii

Tabel 2. Blue Print Skala Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir ... 47

Tabel 3. Blue Print Ustadz Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir (Setelah Validasi) ... 48

Tabel 4. Blue Print Skala Kemampuan Coping Remaja ... 48

Tabel 5. Blue Print Skala Kemampuan Coping Remaja (Setelah Validitas) .... 49

Tabel 6. Skala Likert ... 50

Tabel 7. Interpretasi terhadap koefisien korelasi ... 52

Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kemarin ... 64

Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 64

Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 64

Tabel 11. Out Put Regresi Linier Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir Terhadap Kemampuan Coping Remaja... 65

Tabel 12. Koefisien Regresi Linier Sederhana ... 66

Tabel 13. Koefisien Korelasi ... 67

(13)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sesungguhnya setiap manusia yang ada di dunia ini ingin sekali merasakan kenyamanan, kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan dalam hidupnya. Dengan beragama, manusia dapat hidup dengan damai, tentram, aman dan bahagia.

Mahmud Syaltut menyatakan bahwa “agama” adalah ketetapan Illahi

yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup. Sementara itu Syaikh M. Abdullah Badrun dalam bukunya Makhdal Ila Al-Adyan, berupaya untuk manjelaskan arti agama dengan merujuk kepada al-Qur’an ia memulai berbahasa dengan pendekatan kebahasaan. Jadi agama adalah hubungan antara makhluk dan “Khaliknya”. Hubungan ini

mewujudkan dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya.1

Dalam kamus sosiologi Pengertian agama (religion) mencangkup 3 hal: (1) Kepercayaan kepada hal-hal spiritual, (2) Perangkat kepercayaan dan praktek-praktek yang dianggap sebagai tujuan sendiri, (3) idiologi mengenai hal-hal supranatural.2

Agama juga merupakan kebutuhan yang fitri bagi manusia sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an surat Ar-Ruum: 30

1

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Jakarta: Mizan, 1995), hal. 209.

2

(14)

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Ruum: 30)

Islam memerintahkan setiap orang dalam ber-Islam mampu menjalankan perintah-perintah agama dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh tanggung jawab. Orang yang memiliki kesadaran beragama secara matang dan bertanggung jawab dengan keberagamaannya, akan mendapat kebahagiaan dan ketenanggan yang bisa mematangkan kepribadian serta kemampuan untuk menganalisa masalah-masalah.3

Mengingat semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi dan industrialisasi yang mengakibatkan semakin kompleksnya masyarakat, maka banyak muncul masalah-masalah sosial dan gangguan mental di kota-kota besar. Makin banyak masyarakat yang tidak mampu melakukan adjustmen

atau penyesuaian diri dengan cepat terhadap macam-macam perubahan sosial, mereka banyak mengalami frustasi, konflik-konflik terbuka maupun tertutup, ketenangan batin dan menderita gangguan mental.4 Banyak umat Islam khususnya remaja yang belum bisa menyelesaikan masalah dalam hidupnya dengan baik bahkan rela menyiksa dirinya sendiri dikarenakan masalah yang dihadapinya. Tidak sedikit remaja yang bunuh diri akibat di tolak cintanya olah kekasih, mabuk-mabukan, memakai NAPZA, tauran dan sebagainya.

3

Tusuf Burhanuddin, Kesehatan Mental, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hal. 23.

4

(15)

dalam seminar berjudul "Meningkatkan Kepedulian terhadap Gangguan Bipolar di Indonesia" di Hotel Grand Aston, Yogyakarta, Selasa, 25 Maret 2014 menyatakan bahwa :

“Angka bunuh diri di Indonesia tergolong tinggi, sebanding dengan Jepang. Pada peringkat angka bunuh diri seluruh dunia, Indonesia dan Jepang Menempati posisi yang sama di urutan ke sembilan. Di Indonesia, angka bunuh diri diperkirakan setiap tahun mencapai 50 ribu orang dari 250 juta total penduduk Indonesia. Alasan paling dominan bunuh diri adalah faktor sosial dan ekonomi. Ada juga faktor depresi yang memicu orang nekat bunuh diri”.5

Menurut Zakiah Daradjat, bahwa remaja adalah masa pertumbuhan fisik cepat dan prosesnya terus berjalan ke depan sampai titik tertentu. Perubahan yang berlangusng cepat dan tiba-tiba mengakibatkan terjadinya perubahan lain pada segi sosial dan kejiwaannya, remaja semakin peka dan sikapnya berubah-ubah, tidak stabil kelakuannya demikian pula kadang ia patut, ragu, cemas dan sering melontarkan kritikan, kadang-kadang pada keluarga, masyarakat atau terhadap adat kebiasaan.6

Oleh sebab itu, pentingnya remaja memperdalam ilmu agama agar dapat menyelesaikan semua masalah sesuai dengan syariat Islam. Untuk memahami dan memperdalam agama Islam dan menjadikan remaja hidup aman, tentram dan damai diperlukan adanya upaya-upaya bimbingan agama yang sungguh-sungguh utamanya pada kemampuan penyelesaian masalah (kemampuan coping). Kegiatan ini dapat dilakukan di lingkungan keluarga, lembaga, maupun masyarakat.

5Tempo, “angka bunuh diri semakin meningkat”pada 5 Oktober 2014 dari

http://www.tempo.co/read/news/2014/03/26/173565394/Angka-Bunuh-Diri-Indonesia-Setara-Jepang.

6

(16)

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl:125)

Melihat betapa pentingnya agama dalam kehidupan manusia terutama remaja, Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center menyelenggarakan fasilitas keagamaan berupa Bimbingan Agama yang dinamakan Tadabbur Al-Qur’an Kamis Malam. Dimana Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic

Center ini memiliki empat target utama yang menjadi strategi Ar-Rahman

Qur’anic Learning Islamic Center, yakni:

a. Mencerahkan umat (Insight) agar sadar dan perlu kepada Al Qur’an b. Mampu mewarnai cara pandang (Mindset) umat dengan Al Qur’an.

c. Membangun sikap mental (Attitude) umat dalam berinteraksi dengan Al Qur’an.

d. Membentuk perilaku (Behavior) umat melalui kebiasaan, ketergantungan dan perasaan terancam jika mengabaikannya.

(17)

Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir Terhadap Kemampuan Coping Remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center Tebet Jakarta Selatan”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Merujuk pada judul skripsi di atas, maka penulis membatasi permasalahan seputar kegiatan bimbingan agama yang dilaksanakan oleh Ustadz Bactiar Nasir di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center

Tebet Utara I No. 40 dan bagaimana pengaruhnya terhadap kemampuan

coping remaja di Ar-RahmanQur’anic Learning Islamic Center.

2. Perumusan Masalah

Dari batasan penelitian di atas, maka rumusan masalah yang akan penulis kaji:

a. Bagaimana pelaksanaan bimbingan agama ustadz Bactiar Nasir di Ar-RahmanQur’anic Learning Islamic Center?

b. Bagaimana kemampuan coping remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center?

c. Bagaimana pengaruh bimbingan agama ustadz Bachtiar Natsir terhadap kemampuan coping remaja di Ar-RahmanQur’anic Learning Islamic Center?

(18)

Nasir di Ar-RahmanQur’anic Learning Islamic Center.

b. Untuk mengetahui kemampuan coping remaja di Ar-Rahman

Qur’anic Learning Islamic Center.

c. Untuk mengetahui pengaruh bimbingan agama ustadz Bachtiar Nasir terhadap kemampuan coping remaja di Ar-RahmanQur’anic Learning Islamic Center.

2. Manfaat Penelitian

a. Memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan yang meliputi Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam dan keagamaan khususnya berkaitan dengan pengaruh bimbingan agama Ustadz Bachtiar Nasir terhadap kemampuan coping remaja di Ar-RahmanQur’anic Learning Islamic Center.

b. Memberikan kontribusi positif bagi pengembangan keilmuan dan kurikulum Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. c. Dijadikan evaluasi bagi anggota Ar-Rahman Qur’anic Learning

(19)

Setelah melakukan penelusuran skripsi pada Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis mengadakan tinjauan kepustakaan terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari bentuk plagiat, mereview hasil penelitian terdahulu, antara lain:

1. Abdullah, Program Studi Bimbingan Dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta angkatan 2006 dengan judul “Hubungan Bimbingan Agama Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf

Dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa Cigunjur Jakarta Selatan”. Skripsi ini berisikan tentang kegiatan bimbingan agama Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf dalam Pembinaan

Akhlak remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa Cigunjur Jakarta Selatan.

Akhlak remaja yang dimaksud adalah gambaran jiwa yang muncul saat manusia akan mengerjakan suatu perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Skripsi ini menggunakan penelitian kuantitatif.

2. Taufik Syah Putra, Program Studi Fakultas Psikologi, UIN Jakarta angkatan 2008 dengan judul “Gambaran Perilaku Coping Wanita Yang

(20)

2008 dengan judul “Coping Religius Terhadap Kecemasan Pada Residen Ketergantungan NAPZA”. Penelitian ini berisikan tentang bagaimana

coping religius terhadap kecemasan pada residen ketergantungan NAPZA. Coping religius yang dimaksud adalah satu bentuk coping yang menggunakan bentuk agama dalam mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi oleh seorang individu. . Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif.

4. Arnintya Wilma Pertiwi, program Studi Psikologi, UIN Jakarta angkatan 2008 dengan judul “Gambaran Stress & Perilaku Coping Ibu dalam Menghadapi Anak Hiperaktif”. Penelitian ini berisikan tentang deskripsi

atau gambaran stress dan perilaku coping ibu dalam mengahdapi anak yang hiperaktif. . Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif.

Dari keempat hasil penelitian di atas, penulis menyatakan bahwa hasil penelitian penulis sangat berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya. Peneliti ini berfokus pada pengaruh bimbingan agama ustadz Bachtiar Natsir terhadap kemampuan coping remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center Tebet Utara 1 no. 40.

E. Sistematika Penulisan

(21)

ini menjadi enam bab dengan sitematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I :Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah, pembahasan dan perumusan masalah,tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan dan sistematika penulisan.

BAB II :Landasan Teori. Dalam bab ini menjelaskan mengenai pengertian, tujuan, fungsi, materi dan metode bimbingan Agama serta pengertian, proses, jenis dan fungsi kemampuan coping,

serta definisi, proses dan karakteristik remaja.

BAB III : Metodologi Penelitian. Pada bab ini memuat tentang pendekatan dan desain penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sample, variabel penelitian, hipotesis penelitian, definisi oprasional dan indikator penelitian, teknik pengumpulan data, uji instrumen meliputi uji validitas dan uji reliabilitas, teknik analisis data meliputi uji regresi linear sederhana, uji koefisien korelasi, uji koefisien determinasi dan uji t-test.

BAB IV :Profil Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center . Bab ini berisi sejarah, visi dan misi, unit-unit, asas, prinsip dan target. BAB V :Temuan dan Analisis Data. Bab ini menjelaskan mengenai

pelaksanaaan bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir di

Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center, kemampuan coping

(22)

linier (T-test), uji koefisien korelasi dan koefisien determinasi. BAB VI : Penutupan. Pada bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian dan

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bimbingan Agama

1. Pengertian Bimbingan Agama

Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “Guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti “menunjukkan”. Sedangkan pengertian harfiahnya bimbingan

adalah menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain, karena tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya dimasa kini dan masa mendatang.1

Dalam kamus Bimbingan dan Konseling, Bimbingan adalah proses bantuan dan pertolongan. Bimbingan adalah bantuan yang ditujukan untuk membantu individu dalam memahami diri (bakat, minat, kemauan) dan lingkungan agar mampu membuat keputusan sehingga tercapai perkembangannya secara maksimal untuk kepentingan dirinya dan masyarakat. Kata bimbingan mengandung pengertian : menolong, membantu, menunjukkan jalan, memimpin, memberikan nasehat, dan memberikan pengarahan.2

Para ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan masing-masing. Untuk mendapatkan pengertian yang jelas, dibawah ini penulis mengutip beberapa definisi dari para tokoh antara lain sebagai berikut :

1

Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Ciputat Pres, 2002), Cet. Ke-1, h. 3

2

(24)

a. Menurut Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan adalah suatu pemberian bantuan yang terus - menerus, sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami diri sendiri (self understanding), kemampuan untuk menerina diri sendiri (self acceptance), kemampuan untuk merealisasikan diri sendiri (self realization), sesuai dengan potensi atau kemampuan dalam mencapai penyesuaiaan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga maupun masyarakat.3

b. Arthur J. Jones yang dikutip oleh Dewa ketut Sukardi bahwa : “Bimbingan adalah bantuan yang diberikan seseorang kepada orang

lain dalam menetapkan pilihan dan penyesuaian diri serta dalam memecahkan masalah-masalah, bimbingan diarahkan untuk membantu penerimaan secara bebas dan mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri”.4

c. Menurut Auntur Rahim Fahmi, Bimbingan Agama adalah proses pemberian bantuan terhadap individu atau kelompok agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.5

d. Sedangkan dalam konsep Islam bimbingan adalah “Proses Pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan

3

M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), Cet. Ke -1, h. 7.

4

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-1, h. 8.

5

(25)

dan petunjuk Allah SWT, sehingga mencapai kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat”.6

Kata “agama” dalam Bahasa Indonesia berarti sama dengan kata

Din dalam Bahasa Arab semit, atau dalam bahasa-bahasa Eropa sama dengan bahasa Religion (Inggris), Ia Religion (Prancis), De Religie

(Belanda), De Religian (Jerman), secara bahasa, perkataan “agama”

berasal dari Bahasa Sansekerta tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun-menurun. Adapun kata Din mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang balasan, atau kebiasaan.7

Pada dasarnya agama mengandung pengertian tentang tingkah laku manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan, berupa getaran batin yang dapat mengatur dan mengarahkan tingkah laku tersebut kepada pola hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya. Dari aspek inilah manusia dengan tingkah lakunya itu merupakan perwujudan dari pola hidup yang membudaya dalam batinnya. Dimana nilai-nilai keagamaan telah membentuknya menjadi rujukan (referensi) dari sikap orientasi hidup sehari-hari.

Para ulama sebagai pewaris para Nabi (Waratsat Al-anbiya)

bertugas menjadi mu’allim (guru) dan muhazzdib (pendidik) atau sebagai

mubassyir dan nadhir (penghibur dan petunjuk jalan) sebagaimana halnya

6

Thohari Musnawar, Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta : UII Press, 1992), h. 76.

7

(26)

fungsi dan tujuan Nabi Muhammad SAW yang diutus menjadi Mu’allim (guru) dan pendidik akhlak al-karimah sebagaimana sabda beliau :8

Artinya : “Saya diutus untuk memyempurnakan akhlak yang mulia”.

Jadi dapat kita ketahui bahwa bimbingan agama adalah proses bimbingan yang diarahkan kepada agama, baik tujuan materi ataupun metode yang diterapkan. Bimbingan tersebut berupa pertolongan dibidang mental spiritual, yang bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan rasa menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dan hadits Rasulullah dalam dirinya, sehingga ia hidup sesuai dengan apa yang dianjurkan Allah dan Rasulullah.

Dengan berkembangnya fitrah beragama tiap individu secara optimal, maka akan dapat menciptakan hubungan dengan Allah SWT, dengan manusia, dengan alam sekitar dan lainnya sebagai manifestasi dari perannya sebagai khalifah Allah dibumi yang sekaligus juga berfungsi sebagai penyembah pengabdi kepada Allah SWT. 9

Dengan demikian, maka Nabi Muhammad SAW menduduki fungsi sebagai counselor agung di tengah umatnya, yang di teladani oleh para sahabatnya dan para ulama sepanjang zaman.

8

H. M Umar, Tartono, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung : PT. Pustaka Setia, 1998) Cet. Ke-1, h. 77.

9

(27)

Fenomena yang seperti inilah peran serta para ulama’ sangat dibutuhkan sebagai orang yang memahami agama Islam secara mendalam, dan yang akan membimbing manusia ke jalan yang diridhoi Allah SWT. 2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama

a. Tujuan Bimbingan Agama10

Tujuan Bimbingan menurut Ainu Rahim Faqih dalam bukunya Bimbingan dan konseling Islam dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus, sebagai berikut :

1) Tujuan Umum

Membantu individu guna mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat kelak.

2) Tujuan Khusus

a) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah, maksudnya pembimbing berusaha membantu mencegah jangan sampai individu menghadapi atau menemui masalah. Dengan kata lain membantu individu mencegahnya timbul masalah bagi dirinya sendiri.

b) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi.

10

(28)

c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau telah lebih bagik agar tetap baik atau menjadi lebih baik.

b. Fungsi Bimbingan Agama 11

Menurut Dewa Ketut Sukardi, bila ditinjau dari sifatnya, layanan bimbingan dapat berfungsi sebagai :

1) Fungsi preventif yaitu layanan bimbingan ini dapat berfungsi sebagai pencegahan, artinya merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah.

2) Fungsi Pemahaman yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu.

3) Fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami individu (terbimbing).

4) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan ini dapat membantu para individu dalam memelihara dan mengembangkan pribadinya secara menyeluruh, mantap, terarah dan berkelanjutan.

3. Metode Bimbingan Agama

Pengertian harfiah, metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. 12 Metode berasal dari kata “meta” yang

11

(29)

berarti melalui dan “hodos” berarti jalan. Namun pengertian hakikat dari “metode” tersebut adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut bersifat fisik seperti alat peraga, alat administrasi yang menunjang pelaksanaan kegiatan, bahkan pembimbing juga termasuk metode media.

Dengan penjelasan tentang “metode” di atas maka kita dapat memahami tentang metode bimbingan agama adalah segala jalan atau sarana yang dapat digunakan dalam proses bimbingan agama. Maka metode yang dipakai dalam proses bimbingan agama itu adalah sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara adalah melakukan dialog dengan mereka untuk mendapatkan gejala-gejala kejiwaan mereka. Dengan melakukan dialog pembimbing akan masuk dalam kehidupan mereka, dan segera akan mengetahui sebab-sebab mereka melakukan perbuatan yang dianggap menyimpang oleh agama dan oleh masyarakat.

Wawancara baru akan bisa berjalan dengan baik bilamana pembimbing memiliki persyaratan yang lain :

1) Pembimbing harus bersifat komunikatif kepada klien.

2) Pembimbing harus dapat dipercaya sebagai penyimpan rahasia. 3) Pembimbing harus bias memberikan pertanyaan yang bersifat

tidak menyinggung perasaan.

12

(30)

4) Pembimbing harus menunjukkan etika baiknya dan menjadi tauladan yang baik agar dapat dipahami dengan rasional.

b. Metode Group Guidance (Bimbingan Secara Berkelompok) Bimbingan kelompok adalah cara pengungkapan jiwa atau batin serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok. Dalam hal ini para pembimbing atau ulama mengajak mereka bersama-sama dalam kegiatan yang berhubungan dengan orang lain, berkelompok dengan masyarakat lain.

Metode tersebut diatas menghendaki agar setiap individu

terbimbing melakukan komunikasi timbal balik dengan teman-temannya melakukan hubungan satu sama lain dan bergaul

melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi pembinaan pribadi masing-masing. Dan sekaligus juga menghendaki individu terbimbing melakukan pernyataan hidup, muhasabah, muraqobah

(melakukan pendekatan diri) kepada Allah SWT. Melalui ritual spiritual yang diajarkan dan dijelaskan oleh pemimpin Majlis Ta’lim/ulama.

4. Materi Bimbingan Agama

Bimbingan agama merupakan salah satu bidang terpenting

seseorang di dalam menjalani kehidupannya baik itu yang sifatnya ke imanan dan juga kehidupan sehari-hari. Yang mana memiliki materi

(31)

a. Aqidah : ialah iman atau keyakinan, kepercayaan, sumbernya adalah al-Quran. Hakekatnya iman sebagaimana yang di tuangkan oleh seorang laki-laki dan ternyata malaikat Jibril yang menanyakan : apakah iman itu? Nabi menjawab :

Artinya : terangkanlah kepadaku tentang Iman? Rasulullah SAW menjawab : yaitu engkau beriman kepada Allah,

kepada para malaikatnya, kitab-kitabnya, para

Rasulnya, dan hari akhirnya, serta engkau beriman

kepada baik dan jeleknya takdir … (HR. Muslim).13 Dengan demikian antara iman dan Islam adalah suatu kesatuan

yang saling terkait satu sama lain. Abdul A’ala al Mauhudi

mengatakan : hubungan antara iman dan islam laksana hubungan pohon dan akarnya, sebatang pohon tak akan tumbuh tanpa akar. Mustahil seorang yang tidak memiliki iman untuk memulai dirinya menjadi seorang muslim.14 Masalah aqidah merupakan hal yang fundamental. Aqidah sebagai motor penggerak bagi seorang muslim. Dengan kata lain bahwa kepercayaan harus menjadi keyakinan yang mutlak dan bulat, keyakinan yang mutlak kepada Allah dengan membenarkan dan mengakui wujud (eksistensi) Allah, sifat, hukum-hukum Allah, kekuasaannya, hidayah dan taufik Allah.

13

Salim Bahreisj, Riyadhus Shalihin, (Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1987), Cet. Ke-10, h. 34.

14

(32)

Kepercayaan kepada Allah, termasuk kepercayaan kepada malaikat, rasul-rasulnya, kitabnya, hari kemudian dan takdir unsur tersebut dalam Islamologi disebut “Arkanul Islam”.15 Dan juga “Rukun Islam” yang mana di dalamnya mengungkapkan anatara lain :

mengucapkan dua kalimat syahadat, mengerjakan shalat, membayar zakat, puasa dan juga haji. Bagi seorang muslim kedua rukun ini sudah menjadi kewajiban yang harus dijalankan dan diamalkan. Seorang muslim baru dapat dikatakan sempurna iman setelah melaksanakan kewajibannya dan hendaknya disertai dengan keikhlasan serta kejujuran, akhlak yang baik tanpa itu semua segala amal perbuatan seorang akan menjadi sia-sia dan tidak akan memperoleh pahala. b. Ibadah

Menurut bahasa ibadah berarti patuh, tunduk. Ubudiya artinya tunduk dan merendahkan diri. Menurut al-Azhari kata ibadah tidak dapat disebutkan kecuali untuk kepatuhan kepada Allah.16 Sebagaimana Hadits Rasullullah:

15

Ibid., h. 33

16

(33)

Artinya: Seraya berkata : Wahai Muhammad, terangkan kepadaku tentang Islam? Rasulullah SAW menjawab :

Islam adalah hendaknya engkau bersaksi bahwa tiada

Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,

mendirikan shalat, memberikan zakat, berpuasa di bulan

Ramadhan, dan melakukan ibadah haji ke Baitullah jika

memenuhi syaratnya, dia berkata : engkau benar? Kami

keheranan karenanya, dia bertanya tetapi

membenarkannya ….. (HR. Muslim).17

Dari beberapa keterangan yang dikutip Yusuf Al-Qadrawi menyimpulkan bahwa : ibadah yang di syariatkan oleh Islam itu harus memenuhi dua unsur :

1) Mengingat diri (Iltizam) dengan syariat Allah yang diserukan oleh para rasulnya meliputi perintah, larangan, penghalalan dan pengharaman sebagai perwujudan ketaatan kepada Allah.

2) Ketaatan itu harus tumbuh dari kesucian dari kecintaan hati kepada Allah, karena sesungguhnya dialah yang paling berhak.18 c. Akhlak

Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan (hal) tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syarak (hukum Islam) disebut akhlak yang baik, sedangkan jika

17

Salim Bahreisj, Riyadhus Shalihin, (Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1987), Cet. Ke-10, h. 34.

18

(34)

perbuatan-perbuatan yang timbul itu tidak baik dinamakan akhlak yang buruk. Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat di dalam jiwa, maka suatu perbuatan baru disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat.

Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Maidah ayat 8:



“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan.” (Al-Maidah : 8)

Akhlak menempati tempat yang sangat penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia yang disebut dengan

Al-Akhlak Al-Karimah.

Di antara akhlak madzmumah itu adalah sebagai berikut : 1) Berbohong, adalah memberikan atau menyampaikan informasi

yang tidak sesuai, tidak cocok dengan sebenarnya. Bohong itu ada 3 macam, yaitu:

(35)

b) Bohong dengan lisan c) Bohong dengan hati.

2) Takabur (sombong), adalah merasa atau mengaku diri besar, tinggi mulia, dan melebihi orang lain.

3) Hasad (dengki), adalah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkan kenikamatan itu dari orang tersebut.

4) Bakhil (kikir), adalah orang yang sangat hemat dengan apa yang menjadi miliknya, tetapi hematnya dari apa yang dimilikinya itu untuk diberikan kepada orang lain. Dan masih banyak lagi sifat-sifat madzmumah yang harus kita ketahui dan hindari.

B. Coping

1. Pengertian Coping

Coping dalam kamus psikologi yaitu tingkah laku atau tindakan penanggulangan; sembarang perbuatan; dalam mana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan masalah.19

“The process by which people try to manage the perceived discreprancy the demand and resources they appraise in a stressful situation”.20

Coping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntunan-tuntunan (baik itu tuntunan yang

19

JP. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), cet ke-9, h. 112.

20

(36)

berasal dari individu maupun tuntunan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber daya yang mereka gunakan dalam mengahadapi situasi stressful.

Pengertian coping, yaitu bahwa coping merupakan (1) respon tingkah laku atau pikiran terhadap situasi stres (yang menekan), (2) dengan menggunakan sumber dalam dirinya (internal) maupun (eksternal), (3) yang dilakukan secara sadar, (4) bertujuan untuk meningkatkan perkembangan individu, seperti mengembangkan kontrol individu. Sementara Weiten & Liyod mengemukakan bahwa coping merupakan upaya-upaya untuk mengatasi, mengurangi atau mentoleransi ancaman yang beban perasaan yang tercipta karena stres.21

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa coping adalah proses yang dilakukan individu dalam mengatasi dan mengatur perbedaan yang ada antara tuntunan lingkungan dan sumber daya yang diterima dalam situasi stressful atau usaha-usaha yang dilakukan individu untuk menghadapi suatu situasi yang penuh stres, baik yang timbul dari dalam maupun dari luar individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut diwujudkan dalam perilaku-perilaku tertentu.22

2. Proses Coping

Penggunaan istilah coping berdasarkan definisi dari Lazarus dan Folkman di atas, perlu dibedakan antara coping sebagai suatu set proses

21

Widiyawati, ”Gambaran perilaku coping perempuan yang mnegalami kekerasan

dalam rumah tangga,”(Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009), h. 14.

22 Badru Zaman, “Coping stress orang tua yang memiliki anak kecanduan narkoba,”

(37)

(coping process) dan coping sebagai suatu set outcomes (coping outcomes). Coping process adalah perbedaan strategi atau teknik yang digunakan dalam menghadapi situasi yang stressful dan situasi yang dapat memnculkan emosi, sedangkan coping outcomes adalah seberapa efektif strategi yang digunakan dalam memenuhi tuntunan lingkungan atau mengurangi emosi yang stressul. (Lazarus dan Folkman dalam Auerbach dan Gramling, 1998)

Lazarus dan Folkman (dalam Auerbach dan Gramling, 1998) menekankan bahwa coping adalah suatu proses transaksional di mana kita secara berkelanjurtan menilai arti sebuah situasi (apakah situasi tersebut mengingatkan kita pada suatu yang menyakitkan, menandakan sebuah ancaman, menandakan keuntungan atau bersifat netral). Ia juga menambahkan bahwa kesadaran individu sangat berpengaruh dalam proses dan pilihan keputusan yang diambil. Selain itu level stres dan emosi yang pernah dialami menentukan kesadaran dan efektivitas strategi coping yang digunakan.

Dukungan soisal sangat diperlukan ketika seseorang menghadapi masalah. Ada tiga bentu dukungan social yang mengarah kepada jenis coping (Problem Focused Coping) yaitu berupa dorongan, pemberian informasi dan berupa dukungan nyata.23

23

(38)

3. Jenis dan Fungsi Coping

Lazarus dan Folkman Menyatakan kategori umum dari prilaku

coping, yaitu: Ada dua kategori umum dari coping, yaitu coping terpusat pada masalah (Problem-Focused Coping) dan coping terpusat pada emosi (Emotion-Focused Coping). Coping terpusat pada masalah adalah jenis perilaku coping yang dikarakteristikan dengan adanya tindakan-tindakan yang diarahkan untuk mengontrol sumber stres, tujuannya adalah untuk memecahkan suatu masalah atau mengubah suatu situasi yang menjadi sumber stres. Sedangkan coping terpusat emosi adalah jenis perilaku coping yang ditandai oleh tindakan-tindakan yang diarahkan untuk memodifikasi fungsi emosional individu saat menghadapi suatu situasi yang menimbulkan stres, tanpa berusaha untuk mengubah situasi yang menjadi sumber stres secara langsung (Lazarus dan Folkman, 1988 dalam Bert Smet, 1994)

(39)

Dalam hal ini penulis merujuk pada pendapat Lazarus & Folkman

(dalam Smet, Bart, 1994) Problem-Focused Coping Terdiri dari beberapa jenis, yaitu:24

1) Active Coping

Adalah suatu proses pengambilan langkah-langkah aktif untuk mengatasi stressor atau memperbaiki akibat-akibat yang telah ditimbulkan oleh stress tersebut dengan cara melakukan suatu tindakan yang langusng sifatnya untuk mengatasi stressor, meningkatkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres atau melakukan tindakan-tindakan secara bertahap.

2) Planning

Aktifitas-aktifitas dalam planning berkaitan dengan perencanaan mengenai hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi situasi yang menimbulkan stres. Dengan cara merancang untuk berpindah, memikirkan cara yang terbaik untuk memecahkan suatu masalah atau merencanaakan langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi suatu sumber stres.

3) Suppression of Competing Activities

Yaitu mengesampingkan atau mengabaikan aktifitas lain, menghindari terjadinya gangguan dari kejadian lain atau membatasi ruang gerak dari aktifitas individu yang berhubungan

24 Emma Noor Habiebah, ”

(40)

dengan masalah, dengan tujuan agar individu dapat berkonsentrasi secara penuh dalam menghadapi suatu sumber stres.

4) Restraint Coping

Adalah suatu latihan untuk mengontrol atau mengendalikan diri agar dapat mengatasi sumber stres secara efektif (Strategi coping yang aktif), dalam arti tindakan individu difokuskan untuk menangani sumber stres secara efektif).

5) Seeking Social Support for Instrumental Reasons

Adalah usaha-usaha yang dilakukana individu untuk mendapatkan dukungan social dengan cara meminta nasihat, bantuan, atau informasi dari orang lain, yang dapat membantu individu dalam menyelesaikan masalah.

b. Jenis-Jenis Coping Terpusat Emosi (Emotional-Focused Coping) Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Neale, 2001) Emotional-Focused Coping terdiri dari bebrapa jenis, yaitu:

1) Seeking Social Support for Emotional Reasons

(41)

2) Positive Reinterpretation and Growth

Dalam strategi coping ini, individu menilai kembali suatu situasi yang menimbulkan stress secara lebih positif, yang dapat mengarahkannya untuk tetap aktif sehingga memungkinkan dilakukannya tindakan-tindakan coping terpusat masalah.

3) Denial

Adalah menolak kehadiran sumber stres atau bertindak seakan-akan sumber stres tidak nyata.

4) Acceptance

Merupakan kebalikan dari denial, yaitu suatu perilaku coping yang penting pada situasi di mana seseorang harus menerima atau menyesuaikan diri dengan keadaan yang dialaminya.

5) Turning to Religion

Dalam keadaan stres, individu dapat kembali pada agama, karena agama dapat mengartikan suatu situasi secara positif. Agama dapat menjadi suatu sumber dukungan emosional, sebagai rode dari positive reinterpretation and growth, atau sebagai suatu teknik dari coping yang aktif dalam mengahadapi sumber stres. C. Remaja

1. Definisi Remaja

(42)

a. Save M. Dagon, menerangkan bahwa remaja merupakan tahap pertumbuhan anak menuju dewasa yang terjadi mulai saat puber sampai usia 17-18 tahun.25

b. WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) sebagaimana yang dikutip oleh Sarlito Wirawan Sarwono, mendefinisikan bahwa remaja adalah suatu masa dimana :

1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksualnya.

2) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3) Terjadi peralihan dari ketergantungan social ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative lebih madiri. 26

c. M. Alisut Sabri, menerangkan bahwa masa remaja merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan. Masa ini dikenal sebagai suatu periode peralihan, suatu masa perubahan usia bermasalah saat di mana individu mencari identitas usia yang menakutkan masa tidak realistis dan masa ambang dewasa. 27

Dari beberapa definisi di atas dapat digaris besarkan bahwa remaja adalah suatu masa transisi, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa yang didalamnya mengalami semua perkembangan sebagai

25

Save M Dagun, KamusBesar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta : LPKN, 1997), h. 956

26

Sarlino Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Press, 2000), Cet. Ke-3, h.6.

27

M. Alisut Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan Anak dan Remaja,

(43)

persiapan memasuki masa dewasa. Remaja adalah masa yang penuh dengan perubahan-perubahan yang amat cepat menyangkut segi pertumbuhan dan kejiwaan maupun yang bersifat sosial. Sehingga nampak adanya perubahan-perubahan itu menyebabkan gejala-gejala kejiwaan dan perilaku sehari-hari yang kadang terlihat normal dan kadang-kadang bernilai menyimpang.

2. Ciri-ciri Umum Remaja28

Seorang remaja berada pada batasan peralihan kehidupan anak dan dewasa. Tubuhnya kelihatan sudah “dewasa” akan tetapi bila

dilakukan seperti orang dewasa ini gagal menunjukan kedewasaannya. Pengalaman mengenai alam dewasa masih belum banyak karena itu sering terlihat pada mereka adanya:

a. Kegelisahan: keadaan yang tidak tenang menguasai diri si remaja. Mereka mempunyai banyak macam keingginan yang tidak selalu dapat dipenuhi. Di satu pihak ingin mencari pengalaman, karena diperlukan untuk menambah pengetahuan dan keluwesan dalam tingkah laku. Di pihak lain mereka merasa diri belum mampu melakukan berbagai hal. Mereka ingin tahu segala peristiwa yang terjadi di lingkungan luas, akan tetapi tidak berani mengambil tindakan untuk mencari pengalaman dan pengetahuan yang langsung dari sumber-sumbernya. Akhirnya mereka hanya dikuasai oleh perasaan gelisah karena keinginan-keinginan yang tidak tersalurkan.

28

(44)

b. Pertentangan: pertentangan-pertentangan yang terjadi di dalam diri mereka juga menimbulkan kebingungan baik bagi diri mereka sendiri maupun orang lain. Pada umumnya timbul perselisihan dan pertentangan pendapat dan pandangan antara si remaja dengan orangtua. Selanjutnya pertentangan ini menyebebkan timbulnya keinginan yang hebat untuk melepaskan diri dari orangtua. Akan tetapi keinginan untuk melepaskan diri ini ditentang lagi oleh keinginan memperoleh rasa aman di rumah. Mereka tidak berani mengambil resiko dari tindakan meninggalkan lingkungan yang aman di antara keluarganya. Tambahan pula keinginan melepaskan diri secara mutlak belum disertai kesanggupan untuk berdiri sendiri, tanpa memperoleh lagi bantuan dari keluarga dalam hal keuangan.

c. Berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya. Mereka ingin mengtahui macam-macam hal melalui usaha-usaha yang dilakukan dalam berbagai bidang. Mereka ingin mencoba apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Remaja pria mencoba meroko secara tersembunyi, seolah-olah ingin membuktikan apa yang dilakukan orang dewasa dapat pula dilakukan oleh si remaja.

(45)

penjelajahan ketubuhan bisa menyebabkan pengalaman dengan akibat yang tidak selalu menyenangkan, misalnya kehamilan.

e. Keinginan menjelajah ke alam sekitar pada remaja lebih luas. Bukan hanya lingkungan dekatnya saja yang ingin diselidik, bahkan lingkungan yang lebih luas lagi. Keingginan menjelajah dan menyelidik, ini dapat disalurkan dengan baik ke penyelidikan yang bermanfaat. Keinginan mereka menyelidik tidak selalu berarti membuang tenaga dengan percuma.

f. Mengkhayal dan berfantasi. Keinginan menjelajah lingkungan tidak selalu mudah disalurkan. Pada umumnya keinginan menjajah mengalami pembatasan khususnya dari segi keuangan. Seorang remaja yang ingin menjelajahi lingkungan alam sekitar, memerlukan biaya yang tidak sedikit. Khayalan dan fantai pada remaja putera banyak berkisar mengenai prestasi dan tangga karier. Pada remaja puteri terlihat lebih banyak sifat perasa sehingga lebih banyak berintikan romantika hidup. Khayalan dan fantasi tidak selalu bersifat negatif, kerena di pihak lain dianggap suatu pelarian dari situasi dan suasana yang tidak memuaskan remaja.

(46)

dalam lingkungan alam tetapi terbatasnya biaya, materi serta kesanggupan remaja.

3. Klasifikasi Remaja

Selanjutnya sering juga sebagai patokan pengertian remaja dikaitkan dengan kata “Puber”sebutan puber berasal dari “pubertas” dari bahasa

latin. Pubertas berarti laki-laki yang menunjukkan kedewasaan yang dilandasi oleh kematangan fisik yakni dari umur 12 tahun sampai 15 tahun, pada masa ini terutama terlihat perubahan-perubahan jasmaniyah berkaitan dengan proses kematangan jenis kelamin.

Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni 12 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit untuk menentukan batas umurnya. Masa remaja mulai pada saat timbulnya perubahan-peruabahan berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik yakni pada umur 11 tahun atau 12 tahun pada wanita dan laki-laki lebih tua sedikit.29

Dari uraian semua definisi yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian remaja tidak dapat dipisahkan yaitu masa remaja merupakan masa transisi (peralihan) dari anak-anak ke masa dewasa yang mengalami semua perkembangan persiapan memasuki masa dewasa. Masa yang penuh dengan perubahan-perubahan yang amat cepat mengangkut segi kebutuhan, kejiwaan maupun bersifat pergaulan, sehingga nampak adanya perubahan-perubahan itu menyebabkan

29

(47)

gejolak kejiwaan yang terefeksikan dalam tingkah laku sehari-hari yang seringkali terlihat aneh dan sulit dipahami oleh orang dewasa pada umumnya.

Pada ahli berbeda pendapat mengenai batasan umur kapan seorang anak dapat dikatakan sudah memasuki usia remaja. Disini akan penulis kemukakan beberapa para ahli mengenai batasan usia remaja dari sudut pandang yang berbeda-beda.

a. Dari sudut pandang psikologi, maka “Batasan usia remaja lebih banyak tergantung kepada keadaan masyarakat di mana remaja itu hidup. Yang dapat ditentukan dengan pasti adalah permulaannya, yaitu puber pertama atau mulainya perubahan jasmani dari anak menjadi dewasa kira-kira umur akhir 12 tahun atau permulaan 13 tahun”30

b. Dari sudut pandang hukum dan perundang-undangan, usia remaja adalah “Di atas 12 tahun dan di bawah 18 tahun sertabelum menikah”. Artinya apabila terjadi suatu pelanggaran hukum dari seseorang dalam usia tersebut, maka hukuman baginya tidak sama dengan orang dewasa. 31

c. Dilihat dari analisa terhadap semua aspek perkembangan dalam usia remaja, maka “Secara global masa remaja berlangsung antara umur 12

tahun dan 21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun, masa remaja

30

Zakiah Darajat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976) Cet. Ke-2, h. 10

31

(48)

awal, usia 15-18 tahun; masa remaja pertengahan, dan usia 18-21 tahun; masa remaja akhir”32

Dari beberapa pendapat mengenai kapan seorang mulai memasuki usia remaja terdapat kesamaan bahwa seseorang dikatakan sudah memasuki usia remaja apabila telah mencapai usia 12 tahun, walaupun ada yang berpendapat bahwa mulainya masa remaja pada umur 11 dan 13 tahun, hal ini dikarenakan mulainya masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik dan ada beberapa orang yang mengalami perubahan lambat terhadap fisiknya ada pula yang mengalami perubahan cepat.

Dalam hal ini dapat penulis simpulkan bahwa batasan usia remaja adalah usia 12/13 tahun dan 21 tahun dengan pembagian masa remaja awal: 12/13 sampai 17 tahun dan masa remaja akhir: 17/18 sampai 21 tahun.

4. Faktor yang Mempengaruhi Remaja33

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses perkembangan seorang individu atau remaja dibagi dalam 2 kelompok utama:

a. Faktor-faktor di dalam diri individu sendiri meliputi: faktor-faktor

endogen yang terdiri dari: komponen hereditas (keturunan) dan faktor konstitusi.

32

F.J Monks Et. Al, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya,

(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994) Cet. Ke-9, h.203 33

(49)

faktor endogen bila ditinjau lebih dalam akan memperlihatkan hubungan baik indvidu maupun ontologis.

1) Faktor endogen individu: semua sifat, bakat, kemampuan dalam bentuk potensi, proses perkemangan dan kecepatannya ditentukan oleh susunan gane (pembawa keturunan).

2) Faktor endogen umum, yang bersifat ontologis individu adalah faktor kematangan.

b. Faktor-faktor berasal dari luar indivdu yang tercangkup dalam faktor lingkungan: factor eksogen: terdiri dari berbagai komponen lingkungan: lingkungan keluarga, lingkungan social, lingkungan geografis dan fasilitas-fasilitas yang ada dalam lingkungan seperti makanan dan kesempatan.

Faktor eksogen dapat dibagi dalam beberapa golongan:

1) Lingkungan (environment): lingkungan di sekitar individu yang turut mempengaruhi proses perkembangan, yaitu:

(50)

METODELOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang berupa angka, kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan suatu informasi ilmiah dibalik angka-angka tersebut.1

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.2

Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitaian ini dilaksanakan dari bulan September sampai November 2014. Adapun tempat penelitian yaitu Ar-RahmanQur’anic Learning Islamic Center

yang beralamat di Jln. Tebet Utara I No. 40 Jakarta Selatan.

Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut:

1. Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center adalah institusi pendidikan agama yang konsisten dalam melaksanakan kegiatan bimbingan agama

1

Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Data Skunder, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), cet. Ke-2, h. 20.

2

(51)

Change bagi bangsa Indonseia.

2. Peneliti mudah mengakses data yang dibutuhkan.

3. Bagi peneliti lokasi penelitian cukup strategis, mudah dijangkau dan hemat biaya.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian. Misalnya lembaga, individu, kelompok atau konsep.3 Menurut

Suharsini Arikunto “Apabila subjek kurang dari seratus orang, lebih baik

diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil 10-15% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari segi waktu, tenaga dan dana”.4 Adapun populasi penelitian adalah segenap para remaja yang terlibat langsung dalam pelaksanaan bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir, 100 remaja di Ar-RahmanQur’an Learning Islamic Center.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian.5 Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel acak sederhana (sampel random sampling), yaitu teknik pengambilan sampel

3

Manase Malo, dkk., Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Universitas Terbuka, 1997), h. 149.

4

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 107.

5

(52)

populasi tersebut.6

Dari berbagi rumus yang ada, terdapat sebuah rumus yang bias digunakan untuk menentukan besaran sampel yaitu rumus Slovin, rumus dari Yamane Taro.7

n =

Keterangan: n =Jumlah sampel yang dicari N =Jumlah Populasi

d =Nilai presisi (10%)

Berdasarkan rumus di atas, kemudian diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:

n =

jika jumlah populasi diatas dihitung dengan rumus tersebut, maka jumlah sampel yang diteliti sebanyak 50 orang.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mencari pengaruh bimbingan agama ustadz Bachtiar Nasir terhadap kemampuan coping remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center sebagai berikut:

6

Nanang Martono, Metode penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Skunder, (Jakarta: PT RajaGrafindo Prasada), cet. Ke-2, h. 75

7

(53)

Nasir.

2. Variabel dependen (variabel Y): Kemampuan Coping Remaja di Ar

-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center.

E. Hipotesis Penelitian

Untuk melakukan uji hipotesis, ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan yaitu merumuskan hipotesis nol (Ho) dan harus disertai pula dengan hipotesis alternative (Ha).8 Hipotesis ini dapat dirumuskan pertanyaan yaitu sebagai berikut:

Ho : βo = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara bimbingan agama ustadz Bachtiar Nasir terhadap kemampuan coping

remaja.

Ha : βo ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara bimbingan agama ustadz Bachtiar Nasir terhadap kemampuan coping remaja.

F. Definisi Oprasional dan Indikator Penelitian

Definisi oprasional adalah sebuah konsep yang mempunyai variasi nilai yang diterapkan dalam suatu penelitian dan sangat erat kaitannya dengan indikator. Berikut ini adalah variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu:

8

(54)

Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian

Variabel Teori Definisi Oprasional Indicator

Pengaruh sendiri (self realization), kemampuan untuk hidup dari proses bimbingan Agama di Ar-Rahman

Remaja merasakan adanya manfaat dari proses bimbingan Agama di Ar-Rahman Qur’anic

Learning Islamic Center

4.Menyukai

(55)

individu atau Remaja respek terhadap proses bimbingan Agama di Ar-Rahman Qur’anic

Learning Islamic Center

9. Merubah

Remaja merubah sikapnya menjadi lebih baik setelah dalam proses bimbingan Agama di Ar-Rahman dimiliki individu dalam mengatasi berbagai tuntunan yang ada, untuk mengurangi tekanan dan sifatnya dinamis. hidup seperti sebelum ada masalah dan bias -berani meminta saran dan arahan dari orang lain

-berusaha selalu membangun komunikasi baik dengan lingkungan sekitar

(56)

jenis, yaitu: yang bias menimbulkan masalah baru

-berusaha mendapatkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang dialami

-berusaha berbagi dengan teman atau orang lain yang memiliki masalah yang sama. dengan mencari bantuan, nasehat atau informasi 6. Emotional Support

(57)

kemampuan diri baik dalam segi fisik ataupun psikis.

9. Denial

-menolak kenyataan dari situasi yang terjadi

10.Turning and Religion

-sikap individu untuk menyelesaikan masalah dengan keagamaan

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket ialah alat pengumpulan data dalam bentuk pertanyaan, dengan cara menyerahkan atau mengirim daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden.9 Angket yang digunakan adalah angket tertutup, dengan alternatif jawaban telah tersedia oleh penulis dengan skala Likert. Angket ini diajukan dengan pernyataan mengenai pengaruh bimbingan agama ustadz Bachtiar Nasir terhadap kemampuan coping remaja di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center.

Penelitian ini juga menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. Observasi ialah pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan tetapi tidak mengajukan pertanyaan.10 Penulis mengobservasi langsung kegiatan bimbingan Agama di Ar-Rahman Qur’anic Learning Islamic Center.

Dokumentasi adalah Hal ini dilakukan dengan cara mengumpulkan

9

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2005), cet. Ket-4, h.133.

10

(58)

sumber utama mulai dari literatur-literatur yang berupa buku bacaan serta dokumen lain yang menjelaskan kerangka teoritis dan sumber lain yang berkaitan dengan judul skripsi.

H. Uji Instrumen 1. Uji Validitas

Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Suatu instrumen yang valid akan memiliki validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti validitasnya rendah.

Jika instrumen itu valid, maka kriteria yang digunakan batas minimum suatu instrumen atau angket atau bahan tes yang dinyatakan valid, atau yang dianggap memenuhi syarat koefisien dengan n= 50 taraf kesalahan 5% diperoleh 0.301 dan taraf kesalahan 1% = 0.389.11

2. Uji Realibilitas

Uji reabilitas merupakan pengujian yang mengajukan sejauhmana alat ukur dipercaya atau dapat diandalkan. Instrument dikatakan reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten meskipun diuji berkali-kali.

Jika hasil dari cronbach alpha > 0.60 maka data tersebut mempunyai kehandalan yang tinggi.12

11

Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2011), cet. Ke-18, h. 373.

12

(59)

dengan cara mengukur instrument sekali saja, kemundian data yang diproleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi rebilitas instrumen. Dalam uji reabilitas ini, peneliti menggunakan realibility Analysis dengan metode Cronbach’s Alpha dengan bantuan perangkat lunak SPSS 17.0 for Windows.

Adapun blue print untuk skala Bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir sebelum dilakukan uji coba valisditas instrument terlihat pada tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2

Blue Print Skala bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir No Dimensi Pengaruh Bimbingan

Agama

Favorable Unfavorable Jumlah

1 Afektif 1,2,3 4,5,6 6

2 Kognitif 7,8,9,10,11,

12,13,14,15, 16

17,18,19,20,2 1,22,23,24,25,

19

3 Psikomotorik 26,27,28 29,30 5

Jumlah 30

(60)

(Setelah Validasi Instrument).

Tabel 3 Blue Print Skala

bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir (Setelah Validasi Instrument) No Dimensi Pengaruh Bimbingan

Agama

Favorable Unfavorable Jumlah

1 Afektif 1,2 2 dilakukan uji coba valisditas instrument terlihat pada tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4

Blue Print Skala Kemampuan Coping Remaja

No Dimensi Kemampuan Coping favorable Unfavorable Jumlah 1 Problem Focused Coping 1,2,3,4,5,6,7

,8,9,10,11,1 2,13,14,15,1 6,17,18,19,2 0,21,

22,23,24 24

2 Emotional Focused coping 25,26,29,30, 31,32,38,39

(61)

selanjutnya adalah sebanyak 14 butir pertanyaan seperti terlihat pada blue print Tabel 5. Blue Print Skala Kemampuan Coping Remaja (Setelah Validasi Instrument).

Tabel 5 Blue Print

Skala Kemampuan Coping Remaja (Setelah Validasi Instrumen) No Dimensi Kemampuan coping Favorable unfavorable jumlah 1 Problem Focused Coping 1,2,3,4,5,6,7

,8,9

10 10

2 Emotional Focused coping 11,12,13,14 4

Jumlah 14

I. Teknik Analisi Data

Gambar

Tabel 1
Blue PrintTabel 2  Skala bimbingan Agama Ustadz Bachtiar Nasir
Tabel 4  Blue Print Skala Kemampuan Coping Remaja
 Tabel 6 Skala Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kandungan pestisida dan logam berat pada sayuran segar yang ada di kota Tangerang dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sayuran bayam diketahui mengandung

dikemukakan “sistem penjaminan mutu internal yang dikembangkan oleh Perguruan Tinggi meliputi 10 standar yakni; standar isi, standar proses, standar

Pelatihan dalam penelitian ini adalah pelatihan perencanaan pembelajaran berbasis inkuiri bagi guru-guru kimia SMA pada konsep larutan elektrolit dan non

Router ini juga dimanfaatkan sebagai DHCP server untuk memudahkan pengalokasian IP bagi setiap client yang terhubung, oleh karena itu untuk menyusun tulisan ini

The paper is organized as follows: Radiometric calibration of both ALS and passively sensed HSI data are presented in Sec- tion 2, followed by the method for assessing reference

Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Direktorat Jenderal Pajak mengatur bahwa Faktur Pajak ini telah ditandatangani secara elektronik sehingga tidak diperlukan tanda tangan basah

Komunikasi interpersonal atau antarpribadi ( interpersonal communication ) adalah komunikasi yang dilakukan antar seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat maupun

Because this model contains a distinct market- ing sector and marketing ®rms have constant costs, costs are the same at both the ®rm level (Holloway's case) and the industry