• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli Di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI SISTEM BUDIDAYA TEMBAKAU DELI

DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II (PERSERO)

KEBUN HELVETIA

SKRIPSI

Oleh:

NOFRIA MAULIDIANA

030308015/TEKNOLOGI PERTANIAN

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

IDENTIFIKASI SISTEM BUDIDAYA TEMBAKAU DELI

DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA II (PERSERO)

KEBUN HELVETIA

SKRIPSI

Oleh:

NOFRIA MAULIDIANA

030308015/TEKNOLOGI PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Menyetujui Komisi Pembimbing

Achwil P.Munir,STP.M.Si Ainun Rohanah, STP.M.Si

Ketua Anggota

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Judul Skripsi : Identifikasi sistem budidaya tembakau deli di PT.Perkebunan Nusantara II-Kebun Helvetia

Nama : Nofria Maulidiana

Nim : 030308015

Jurusan : Teknologi Pertanian

Program Studi : Teknik Pertanian

Menyetujui Komisi Pembimbing

Mengetahui

Tanggal lulus:

Achwil P. Munir, STP, M.Si. Ketua

Ainun Rohanah, STP, M.Si Anggota

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 24 November 1985 dari

ayah Drs.M.Ali Abdullah dan ibu Alm.Lela Hasnah. Penulis merupakan putri

pertama dari tujuh bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri I Lhokseumawe dan lulus

seleksi masuk USU melalui jalur PMP. Penulis memilih program studi Teknik

Pertanian jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah mengikuti kegiatan

organisasi IMATETA (Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian) dan ATM

(Agriculture Technology Moslem). pada tahun 2006, penulis melaksanakan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala karuniaNya sehingga penulisan skripsi ini telah dapat diselesaikan. Skripsi

ini berjudul “Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli di PT.Perkebunan

Nusantara II-Kebun Helvetia”, yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Departemen Teknologi

Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Bapak Achwil P. Munir,STP,M.Si. selaku ketua komisi pembimbing dan kepada

Ibu Ainun Rohanah,STP,M.Si. selaku anggota komisi pembimbing yang telah

banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapan

terima kasih juga penulis ucapkan kepada orang tua yang selalu mendoakan

penulis dan kepada pimpinan, staf dan karyawan PT.Perkebunan Nusantara

II-Kebun Helvetia dan BPTTD, Sampali atas bantuan dan informasi dalam penulisan

skripsi ini. Serta kepada Sulastri Panggabean dan seluruh pihak yang telah

memberikan bantuan dan dorongan moril selama penelitian.

Penulis menyadari bahwa isi skripsi ini masih terdapat kekurangan, karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan skripsi ini selanjutnya.

Semoga skripsi ini bermanfaaat

Medan, Februari 2008

(6)

ABSTRACT

The purpose of this reseach is to analyse the deli tobacco cultivation system at PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)- Kebun Helvetia and dominant factors, which will happen in the future and will be needed by the stakeholders. Data were collected by survey method through observation, questionaire, interview and expert judgement. In system approach, the evaluation is based on three aspects i.e industrial aspects, environmental aspects and socio-economic aspects. In industrial aspects, the demand of cigaretes industry is still high. In environmental aspects analysis, the change of environment quality at Helvetia was happened i.e the land and water contained organic material of < 2% and khlor (Cl) of 37,45 ppm was found in water of Bederak river. Whereas in socio-economic aspects, the presence of change of society socio-socio-economic view concerning existence of deli tobacco cultivation system at Helvetia. The results will be shown in structure causal-loop diagram, interpreted in blackbox diagram, that will be used for designing the model structure of deli tobacco cultivation system.

Keyword:System approach, Identification system, Deli tobacco cultivation, model structure

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem budidaya tembakau deli di PT.Perkebunan Nusantara II (Persero)-Kebun Helvetia dan faktor-faktor dominan yang mungkin terjadi di masa mendatang dan dibutuhkan oleh para stakeholder. Data diperoleh dengan melakukan metode survei terhadap sistem dengan cara observasi, interview, kuisioner dan wawancara pakar. Dalam pendekatan sistem, identifikasi sistem budidaya tembakau deli dilakukan dengan evaluasi tiga aspek yaitu, aspek industri tembakau deli yang mengungkapkan masih tingginya kebutuhan industri cerutu terhadap tembakau deli, aspek lingkungan yang mengevaluasi penurunan kualitas lingkungan lahan Helvetia terutama kualitas tanah dan air yang menunjukkan kandungan bahan organik < 2% dan kandungan khlor (Cl) sebesar 37,45 ppm yang terdapat pada air sungai Bederak. Sedangkan dalam aspek sosial ekonomi dianalisa adanya perubahan pandangan sosial ekonomi masyarakat sekitar terhadap keberadaan sistem budidaya tembakau deli di Helvetia. Hasil dari identifikasi ditunjukkan dalam penyusunan diagram lingkar sebab akibat yang kemudian diinterpretasikan ke dalam diagram kotak hitam, keduanya akan berguna untuk perancangan struktur permodelan sistem budidaya tembakau deli.

(7)

RINGKASAN

NOFRIA MAULIDIANA “Identifikasi Sistem Budidaya Tembakau Deli

di PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Helvetia” dibimbing

oleh Achwil Putra Munir, STP, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ainun Rohanah, STP, M.Si sebagai anggota.

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara II

(Persero)-Helvetia dengan tujuan untuk menganalisis sistem budidaya tembakau deli dan

faktor-faktor dominan yang mungkin akan terjadi dimasa yang akan datang dan

dibutuhkan oleh para stakeholder. Metode penelitian dilakukan dengan

pendekatan sistem yang diwakili oleh observasi lapangan, wawancara, penyebaran

kuisioner dan juga wawancara pakar yang terkait dengan keberadaan sistem

budidaya tembakau deli di kebun Helvetia.

Pendekatan sistem dilakukan dengan mengevaluasi tiga aspek yang

dianggap penting yaitu aspek industri tembakau deli yang melihat masih tingginya

permintaan daun tembakau deli sebagai bahan baku pembuatan cerutu,

akan tetapi produksi tembakau deli tidak mampu memenuhi permintaan tersebut.

Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi aspek lingkungan, hal ini dilakukan

karena penurunan daya dukung lingkungan yang masih berlanjut dan

mengkhawatirkan untuk penjagaan produktifitas dan kualitas tembakau deli

terutama masalah tanah dan air. Aspek yang terakhir dievaluasi adalah aspek

sosial ekonomi sistem budidaya tembakau deli terhadap masyarakat sekitar yang

mulai beralih untuk menekuni pekerjaan lain diluar sistem budidaya tembakau

(8)

sekitar kawasan Helvetia menjadi faktor penarik bagi tenaga kerja usia produktif

untuk bekerja di luar sistem.

Tahapan kerja pendekatan sistem yang pertama adalah melakukan analisis

kebutuhan para stakeholder, adapun para stakeholder yang diikutkan dalam

analisis ini yaitu, pihak manajemen PT. Perkebunan Nusantara II-Helvetia yang

mempunyai kebutuhan mengenai hak pengelolaan lahan, ketersediaan faktor

produksi, sosial kemasyarakatan yang tetap mendukung produksi tembakau deli,

kesejahteraan tenaga kerja serta kemudahan administratif dan birokratif

sedangkan masyarakat sekitar mempunyai kebutuhan tersendiri akan penyediaan

lapangan kerja dan pembangunan infrastruktur bagi desa mereka.

Tahapan selanjutnya adalah melakukan formulasi permasalahan yang

terjadi pada sistem budidaya tembakau deli di lahan Helvetia, tujuan dari

formulasi permasalahan ini adalah untuk mengevaluasi adanya keterbatasan

sumber daya di kebun Helvetia yang dapat mempengaruhi produktifitas dan

kualitas tembaku deli sehingga harus segera dicari pemecahannya. Dari hasil

analisis, adanya pengembangan kawasan menjadi daerah perkotaan adalah

permasalahan utama yang mengancam keberadaan tembakau deli di Helvetia.

Pengembangan ini memberikan dampak bagi banyak faktor produksi lainnya dan

mulai mengganggu jalannya produksi tembakau deli. Permasalahan selanjutnya

adalah berhubungan dengan faktor iklim yang sulit diprediksi dan pengolahan

tanah yang tidak sempurna serta mengakibatkan penurunan kesuburan tanah..

Penyusunan diagram kotak hitam ini terdiri dari input, parameter

rancangan sistem output dan manajemen pengendalian. Input dikelompokkan atas

(9)

terdiri dari bahan, metode, modal, tenaga dan informasi. Parameter rancangan

sistem yang diketahui meliputi daya dukung tanah, teknik budidaya tembakau,

standar pendirian bangsal, metode pengolahan, standar pengebalan dan

pengangkutan.. Ouput dibagi atas dua yaitu output yang dikehendaki dan output

yang tidak dikendaki. Output yang dikendaki adalah hal-hal yang diinginkan

untuk menjaga produktifitas dan kualitas tembakau deli dan menguntungkan bagi

perusahaan. Sedangkan, output yang tidak dikendaki adalah hasil sampingan yang

merugikan. Manajemen pengendalian produksi dan kendali mutu akan berfungsi

sebagai umpan balik yang berguna bagi pengawasan dan pengendalian produksi

tembakau deli di kebun Helvetia.

Hasil analisis identifikasi sistem budidaya tembakau deli ini berguna bagi

manajemen sebagai informasi dan bahan masukan dalam proses pengambilan

keputusan karena hasil identifikasi disiapkan untuk penyusunan permodelan

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN

Identifikasi Sistem ... 20

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

Bahan dan Data ... 24

(11)

Metode Penelitian ... 25

Prosedur Penelitian ... 26

INVESTIGASI SISTEM Kebutuhan Sistem Budidaya Tembakau Deli ... 27

Ruang Lingkup Permasalahan Sistem ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara II- Helvetia ... 33

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 33

Produktifitas Tembakau Deli Kebun Helvetia ... 35

Sistem Budidaya Tembakau Deli ... 39

Aspek industri tembakau deli ... 40

Aspek lingkungan ... 42

Aspek sosial ekonomi system budidaya tembakau deli ... 45

Penyusunan diagram Kotak Hitam (Blackbox Diagram) ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 55

Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(12)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Uraian komponen sistem ... 22

2. Analisa kebutuhan para stakeholder ... 28

(13)

DAFTAR GAMBAR

Hal

1. Daun tembakau ... 5

2. Diagram kotak hitam ... 21

3. Grafik hasil kutipan panen daun tembakau (lembar daun) ... 36

4. Grafik jumlah bal lelang bremen per ladang tahun 1997-2006 ... 39

5. Grafik kadar bahan organik lahan Helvetia ... 44

6. Frekuensi umur para pekerja sistem budidaya tembakau deli ... 47

7. Frekuensi pendapat pekerja tentang gaji yang diberikan ... 47

8. Diagram kotak hitam sistem budidaya tembakau deli ... 54

9. Pekerja yang sedang melakukan sortasi ... 65

10.Daun tembakau yang sudah disortasi ... 65

11.Blocking System tembakau deli... 66

12.Pengelompokan kualitas daun ... 66

13.Tembakau yang berada di bangsal pengembunan ... 67

14.Stapel daun tembakau di gudang fermentasi ... 67

15.Para pekerja yang sedang menyusun stapel... 68

16.Bangsal pengeringan tembakau deli ... 68

17.Daun tembakau yang telah dibal ... 69

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Peta lokasi lahan ... 59

2. Struktur organisasi perusahaan ... 60

3. Analisa unsur hara lahan Helvetia ... 61

4. Hasil analisa air... 63

5. Data produksi tembakau deli ... 64

6. Dokumentasi aktivitas sistem budidaya tembakau deli ... 65

(15)

TINJAUAN LITERATUR

Tembakau

Tembakau mempunyai jenis yang beragam. Namun, yang khas yaitu

tembakau merupakan tanaman herbal hijau yang mempunyai masa hidup pendek.

Tumbuh dengan tinggi rata-rata 1.5-3 m. Tembakau yang diolah merupakan

bagian daunnya, digunakan sebagai obat, dikunyah ataupun sebagai tembakau

sedotan. Daun-daun ovalnya dapat berukuran lebih dari 50 cm dan umumnya

untuk tiap batangnya dapat diperoleh sekitar 20-30 daun. Tembakau dapat

memberikan efek stimulasi oleh kandungan alkaloidnya yaitu nikotin, kandungan

zat ini dalam konsentrasinya adalah sekitar 1-2 %

(Gibbon and Pain,1985).

Gambar 1. Tanaman tembakau

Ada tiga jenis tembakau yang diproduksi yaitu:

• Virginia, yang dijuluki tembakau terang karena warnanya yang kuning ke

(16)

Burley, yang berwarna coklat setelah melewati proses air curing dengan

hampir tidak ada kadar gula dan memberikan rasa seperti cerutu.

Oriental, yang berdaun kecil dan beraroma tinggi.

Tanaman tembakau itu sendiri kasar dan berbau, dengan daun besar dan

menjurai dari satu batang. Masa penuaian tembakau berkisar antara 2-5 bulan

setelah bibitnya ditanam tergantung kepada jenis tembakaunya. Daun tembakau

saat dituai berwarna hijau, tidak mempunyai karakter, warna dan rasa sebelum

mengalami proses curing atau yang dikenal dengan pengeringan

(Bokormas,2007).

Tembakau adalah bahan baku utama rokok dan cerutu. Untuk membuka

agribisnis tembakau perlu diperhatikan varietas yang akan ditanam karena suatu

varietas tembakau akan memerlukan spesifikasi jenis tanah dan iklim tertentu.

Varietas yang dianjurkan untuk tembakau cerutu untuk tanaman tembakau Deli

adalah varietas D-4, KF-7 dan F1-45. Tembakau Deli juga sangat cocok untuk

jenis tanah andosol dan jenis tanah alluvial (Warintek, 2007).

Teknik Budidaya Tembakau Pembibitan

Benih yang digunakan sebagai bibit harus memiliki sertifikat atau telah

diketahui kualitasnya. Jumlah benih yang digunakan adalah 8-10 gram/ha,

tergantung pada jarak tanamnya. Selain itu biji harus utuh, tidak terserang hama

penyakit dan biji tidak keriput. Ada tiga teknik yang digunakan dalam

penyemaian benih yaitu:

(17)

Dapat berupa nampan plastik berlubang-lubang untuk menanam benih,

sistem ini disebut sistem tray. Nampan plastik yang digunakan berukuran

40x60 cm yang berisi 308 lubang tanam berukuran 2,2 cm x 2,2 cm dengan

kedalaman 4 cm, atau dibuat langsung di lahan berupa bangunan kotak dengan

120 cm, tinggi 25 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan.

2. Semi permanen

Tempat persemaian ini hanya dapat digunakan beberapa kali saja, terbuat

dari anyaman bambu/papan kayu. Ukuran panjang 1 m, lebar 1m dan tinggi 25 cm

ataupun dengan menggunakan variasi lebar 2 m.

3. Tidak permanen

Persemaian dilakukan langsung di lapangan dengan dibuat bedengan/parit.

Bedeng dibuat berukuran 100-120 cm dan tinggi 20-30 cm, panjang disesuaikan

dengan panjang lahan. Tempat persemaian berupa polibag. Bedeng diberikan

naungan daun-daunan dengan tinggi 1 m di sebelah timur dan 60 cm di sebelah

barat.

(Cahyono, 1998)

Pemeliharaan dan pemindahan bibit

Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga agar bibit tetap berada dalam

keadaan lembab dan mendapat cukup sinar matahari, oleh karena itu persemaian

dianjurkan dibuka pada pagi hari sampai jam 10.00. Selanjutnya, agar bibit dapat

tumbuh dengan baik maka perlu dilakukan penjarangan tanaman, penjarangan ini

dapat dilakukan setelah 7 hari. Setelah berumur 3 minggu bibit dapat dipindahkan

ke dalam polibag. Sedangkan untuk pemindahan ke lahan apabila bibit berumur

(18)

Pengolahan media tanam

Persiapan dan pengolahan tanah adalah 25-55 hari sebelum semai.

Sebelum tanah diolah tanah dibiarkan kering selama 1 bulan. Pengolahan tanah

yang pertama adalah dibajak dengan traktor dan dibiarkan selama 1 minggu

sebagai tindakan disifektan alami karena terkena cahaya matahari. Tindakan

disinfektan alami ini terjadi karena cahaya matahari dapat membantu terjadinya

proses pemasamam (oksidasi) dari zat-zat beracun (asam sulfida) yang berasal

dari tanah (Cahyono, 1998).

Langkah selanjutnya adalah pembentukan bedengan, bedeng tidak perlu

lebar cukup 40 cm dan tinggi 40 cm. Jarak antar bedeng 90-100 cm dan membujur

antara timur dan barat agar tanaman mendapatkan sinar matahari yang cukup

kemudian dilanjutkan dengan pemupukan. Pupuk kandang diberikann dengan

dosis 25-30 ton/ha. Setelah satu minggu dibuat parit-parit irigasi dan

bedeng-bedeng penanaman bibit (Warintek, 2007).

Teknik penanaman

Tahap pertama yang harus dilakukan adalah menentukan pola tanam untuk

setiap jenis tembakau apakah ditanam pada musim hujan ataupun pada musim

kemarau. Untuk pembuatan lubang tanaman, apabila diinginkan daun yang tipis

(19)

Cara pemindahan bibit dari kotak persemaian terdiri atas:

• Cara cabut

yaitu bibit dicabut dari polibag dengan cara dibasahi agar mempermudah

pencabutan. Akar bibit yang dicabut dengan cara ini tidak mempunyai massa

tanah.

• Cara putaran

Dapat pula benih diambil dengan cara ini dengan mempergunakan sendok

agar tanahnya terambil.

Lubang tanam disesuaikan dengan jarak tanam dibuat dengan kedalaman

10-15 cm basahi terlebih dahulu tanahnya agar bibit dapat berdiri dengan tegak.

Benamkan bibit sedalam akar leher, waktu tanam lebih baik dilakukan pada pagi

hari atau sore hari (Warintek, 2007).

Pemeliharaan tanaman

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan tanaman

tembakau yaitu penyulaman, penyiangan, pemupukan serta penyiraman dan

pengairan. Pada penyulamam, dilakukan setelah seminggu ditanam. Bibit yang

kurang baik dapat diganti dengan cara dicabut dan diganti dengan bibit baru yang

berumur sama. Penyiangan dapat dilakukan setiap 3 minggu. Dilakukan dengan

tangan untuk mencabut gulmanya ataupun dapat juga dengan menggunakan

(20)

Pemupukan dilakukan untuk menjaga tanaman tumbuh dengan baik.

Pemupukan susulan dilakukan dua kali. Dosis pupuk yang dianjurkan tergantung

dari tempat dan varietas. Untuk tembakau deli dosis pupuk yang digunakan adalah

343 kg ZA, 358 kg SP-36 dan 577 kg ZK. Cara pemberian pupuk adalah sebagai

berikut:

Pupuk kandang dicampur dengan permukaan tanah bedengan sebelum tanam

• Pupuk fosfat diberikan saat tanam dengan ditaburkan di permukaan tanah,

diberi air dan dicampur tipis dengan tanah.

• Pupuk nitrogen dan kalium diberikan bertahap pada hari ke 7 dan hari ke 28

setelah tanam dengan cara diletakkan dalam larikan berjarak 10 cm dari

batang.

(Cahyono, 1998)

Tahap pemeliharaan tanaman selanjutnya adalah pengairan dan

penyiraman. Pengairan diberikan 7 hari setelah tanam dengan jumlah air

sedikitnya 1-2 liter per tanaman. Setelah umur 7-25 hari frekuensi penyiraman

adalah 3-4 liter per tanaman. Pada umur 25-30 hari setelah tanam, frekuensi

pemberian air diberikan 4 liter per tanaman. Pada umur 45 hari setelah tanam

pertumbuhan akan sangat cepat oleh karena itu diperlukan 5 liter per tanaman

setiap 3 hari. Setelah itu pada umur 65 hari tanaman tidak memerlukan

penyiraman lagi, kecuali bila cuaca sangat kering (Warintek, 2007).

Hama dan penyakit

Jenis hama yang sering menyerang tembakau antara lain:

(21)

Penyebab : ulat daun memakan daun tembakau sampai habis, gejalanya adalah

timbulnya lubang-lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas

gigitan. Pengendaliannya dilakukan dengan cara, memangkas daun yang

menjadi sarang telur dan ulat, penggenangan sesaat pada saat pagi atau sore,

karena pada saat itu ulat-ulat berada di tanah atau dengan penyemprotan

herbisida.

Nematoda ( Meloydogyne sp)

Gejala: bagian akar tanaman tampak bisul-bisul bulat dengan ukuran

bervariasi, tanaman menjadi kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya

tanaman tersebut mati. Pengendalian: menjaga sanitasi kebun, memberantas

gulma dan menyemprotkan herbisida.

Hama lainnya seperti, Gangsir (Gryllus mitratus), jangkrik (Brachytrypes

portentosus), orong-orong (Gryllotalpa africana), semut geni (Solenopsis

geminata), belalang banci (Engytarus tenuis) dan kepik (Besimea tabaci).

Penyakit

Pada tanaman tembakau penyakit yang sering terjadi dan merugikan

meliputi:

Hangus batang, penyebab jamur Rhizoctonia solani, batang tanaman akan

terinfeksi dan akan mengering dan bewarna coklat sampai hitam seperti

terbakar dan akibatnya tanaman akan mati.

Bercak coklat, penyakit ini disebabkan olah jamur Alternaria longipes dengan

gejala timbul bercak-bercak coklat selain tanaman dewasa, penyakit ini akan

(22)

Busuk daun, disebabkan oleh bakteri Sclerotium rolfsii. Gejala yang

ditimbulkan adalah daun akan membusuk dan akarnya bila diteliti diselubungi

oleh massa cendawan.

• Layu bakteri, menyerang bibit dan tanaman dewasa. Infeksi terjadi melalui

luka-luka di akar akibat serangan nematoda atau penggemburan yang tidak

hati-hati. Penyebabnya adalah Bacterium solanacearum, Pseudomonas

solanacearum, Xanthomonas solanacearum, Bacillus solanacearum.

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara pengrotasian tanaman bukan

keluarga Solanaceae. Menghindari luka akar dan penyemprotan bakterisida.

Penyakit virus, penyebabnya virus mozaik (Tobbacco Virus Mozaic (TVM)).

Gejala pertumbuhan tanaman menjadi lambat pengendaliannya dapat

dilakukan dengan menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terinfeksi dicabut

dan bakar

Panen

Pemetikan daun tembakau yang baik adalah jika daun-daunnya telah

cukup umur dan telah berwarna hijau kekuning-kuningan. Untuk golongan

tembakau cerutu maka pemungutan daun yang baik adalah pada tingkat tepat

masak atau hampir masak hal tersebut di tandai dengan warna keabu-abuan.

Di beberapa negara, pematangan daun dapat dipercepat dengan menyemprotkan

etilen dalam bentuk 2-chloroethyl phosphoric acid. Pemanenan dapat dilakukan

dengan menebang batang tanaman beserta daun-daunnya tepat pada pangkal

batangnya atau hanya memetik daunnya saja tanpa menebang batangnya. Daun

(23)

Kebersamaan waktu pemasakan daun dapat terjadi karena perlakuan

budidaya misalnya karena pemangkasan pucuk yang dilakukan saat bunga mekar.

Waktu yang baik untuk pemetikan adalah pada pagi ataupun sore hari pada saat

hari cerah. Pemetikan dapat dilakukan berselang 3-5 hari, dengan jumlah daun

satu kali petik antara 2-4 helai tiap tanaman. Untuk setiap tanaman dapat

dilakukan pemetikan sebanyak 5 kali. Setiap tanaman akan menghasilkan daun

basah seberat 0,65 kg.

(Warintek, 2007)

Pasca Panen

Daun-daun tembakau yang telah dipanen masih akan mengalami proses

pengolahan sebelum sampai kepada konsumen akhir. Proses yang berlangsung

sejak dari daun basah menjadi daun kering (krosok, rajangan) hingga menjadi

bahan untuk produk akhir merupakan bagian dari pasca panen. Untuk

mendapatkan hasil akhir yang baik, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan pada

penanganan daun tembakau setelah dipanen antara lain:

Pengumpulan

Merupakan kegiatan memisah-misahkan hasil berdasarkan varietas,

kemasakan daun (warna), ukuran daun dan kecacatan daun. Daun yang dipetik

jangan sampai terlipat dan tertekan secara mekanis dan dihindari dengan kontak

langsung daun dengan matahari.

Penyortiran dan penggolongan

Pengelompokkan daun didasarkan pada kualitas paling mudah dilakukan

(24)

(licin/mulus): warna daun kuning muda, Less slick (kurang licin) : warna daun

kuning (seperti warna buah jeruk lemon) dan More grany side (sedikit kasar):

warna daun antara kuning-oranye.

Klasifikasi untuk setiap jenis tembakau adalah sebagai berikut:

1. Tembakau cerutu. daun yang dipanen adalah daun pasir, daun kaki (daun kaki

pertama dan daun kaki atas), daun tengah / madya (daun madya pertama dan

daun madya kedua) dan daun pucuk. Untuk varietas tembakau deli dan

tembakau besuki, lembaran kaki adalah tembakau dengan kualitas terbaik

sehingga bagian yang lain tidak diambil.

2. Tembakau sigaret. daun yang dipanen adalah daun pasir, daun bawah dan

tengah, daun atas dan daun pucuk. Untuk tembakau virginia, lembaran daun

bawah dan tengah adalah yang terbaik, disusul oleh lembaran daun atas dan

lembaran yang lain merupakan lembaran daun yang berkualitas rendah.

3. Tembakau rajangan. Daun yang diambil yaitu daun pasir dan 1-2 lembar daun

kaki (kualitas baik) dan daun tengah (kualitas kurang) (Warintek, 2007).

Adapun pengolahan daun tembakau adalah:

1. Penjemuran matahari

Penjemuran dapat dilakukan dengan menyusun daun tembakau yang telah

disujen pada tiang-tiang di lapangan terbuka. Pangkal sujen di tempatkan di atas

tiang sehingga bebas mengantung. Cara lain adalah menjemur daun di atas

permukaan tanah atau rumput dengan menggunakan meja yang dialasi kerangka

(25)

kelembaban tinggi daun akan menguning. Penjemuran dihentikan setelah 4-5 hari

ketika daun benar-benar kering.

2. Mengangin-anginkan (air curing)

Dilakukan ditempat yang teduh, sehingga daun menjadi krosok tanpa

terkena matahari. Proses ini berlangsung hingga krosok kering dan berwarna

kekuningan. Untuk tembakau deli proses ini berlangsung selama 14 hari.

3. Pengasapan

Pengasapan bertujuan untuk pengikatan warna, pengasapan memberikan

aroma/rasa pada krosok. Dilakukan dengan menaikan suhu ruang tempat krosok

sampai 38-40ºC (Cahyono,1998).

Manajemen Produktifitas dan Kualitas

Produksi seperti yang kita ketahui adalah penciptaan barang-barang dan

jasa. Produksi merupakan pengubahan bentuk atau trasformasi sumberdaya

menjadi barang atau jasa. Produktifitas merupakan peningkatan proses produksi.

Peningkatan produksi berarti perbandingan yang membaik antara jumlah sumber

daya yang dipergunakan dan jumlah barang dan jasa yang diproduksi.

Pengurangan dalam masukan dengan keluaran tetap atau kenaikan keluaran

sedang masukan tetap adalah merupakan peningkatan dalam produktifitas

(Reksohadiprojo, 2000).

Sutermeister (1976), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

(26)

kinerja. Demikian banyak faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

produktifitas sehingga kita harus berhati-hati dalam merencanakan strategi,

kebijaksanaan dan taktik dalam mencapai produktifitas itu.

Faktor luar yang mempengaruhi produktifitas adalah peraturan

pemerintah, persaingan dari perusahaan lain, permintaan konsumen adalah diluar

kendali perusahaan. Sedangkan, faktor dalam yang mempengaruhi adalah tenaga

kerja (seleksi dan penempatan, pelatihan, rancangan pekerjaan, struktur

organisasi, penghargaan dan sebagainya), proses (tata letak, aliran proses),

produk, kapasitas dan sediaan (Schroeder,1989).

Kualitas adalah keseluruhan sifat dan karakteristik barang dan jasa

sehingga dapat memenuhi kebutuhan tertentu. Dari segi produsen, kualitas barang

dan jasa harus sesuai dengan spesifikasi desain atau rancang bangun, sarana,

bahan, pelatihan, pengawasan dan pengendalian. Dari segi konsumen, kualitas

barang dan jasa mencakup karakteristik desain yang dikehendaki dan cocok

dengan keinginan pemakai; kinerjanya baik, sifat-sifat menonjol, terpercaya,

sesuai dengan standar, awet, indah dan lain-lain (Reksohadiprojo, 2000).

Mutu tembakau dapat dipengaruhi oleh kadar air, kadar nikotin, aroma dan

rasa yang dapat diketahui dengan diadakannya uji rasa. Penurunan kualitas

tembakau deli diungkapkan oleh para pengusaha cerutu Eropa melalui uji rasa

yang dilakukan pada saat lelang tembakau di Bremen. Rasa (taste) merupakan

dasar bagi penetapan harga lelang (KPBPTPN, 2007).

Peningkatan kualitas adalah aktivitas teknik dan manajemen, melalui

(27)

pengukuran itu dengan spesifikasi produk yang diinginkan pelanggan, serta

mengambil tindakan peningkatan yang tepat apabila ditemukan perbedaan antara

kinerja aktual dan standar (Gasperz, 2001).

Konsep Sistem

Secara defenitif, sistem adalah suatu gugus dari elemen-elemen yang

saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau suatu

gugus dari tujuan-tujuan (Manetsch dan Park,1977)

Semua defenisi tentang sistem mencakup lima unsur yang terdapat

didalam sistem, yaitu:

1. Elemen-elemen atau bagian-bagian

2. Adanya interaksi atau hubungan antar elemen-elemen atau bagian-bagian

3. Adanya suatu yang mengikat elemen atau bagian-bagian tersebut menjadi

sesuatu kesatuan

4. Terdapat tujuan bersama, sebagai hasil akhir

5. Berada di dalam lingkungan yang komplek

(Simatupang,1994).

Pada dasarnya defenisi sistem akan tergantung kepada latar belakang cara

pandang orang yang mencoba mendefenisikannya. Menurut industri sistem

dipandang sebagai proses masukan (input) yang ditransformasikan menjadi

keluaran tertentu (output). Proses produksi dalam industri akan memberikan

output fisik dan jasa. Jika kita mengasumsikan sebuah sistem, maka akan terdapat

para pelaku sistem atau stakeholder. Whitten, dkk (2004) mendefenisikan

(28)

ataupun sistem yang ditawarkan. Stakeholder bisa termasuk pekerja teknis dan

non teknis, bisa juga pekerja dalam dan luar.

Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem merupakan pendekatan terpadu yang memandang suatu

masalah sebagai suatu sistem. Pendekatan sistem dalam manajemen dirancang

untuk memanfaatkan analisis ilmiah di dalam organisasi yang kompleks dengan

maksud untuk:

1. Mengembangkan dan mengelola sistem operasi

2. Mendesain sistem informasi dalam proses pengambilan keputusan (decision

making).

Pendekatan sistem muncul dengan alasan:

1. Meningkatnya kompleksitas masalah organisasi yang disebabkan

faktor-faktor: revolusi teknologi, penelitian dan pengembangan perubahan produk.

2. Kemajuan-kemajuan dalam manajemen, yaitu berkembangnya ilmu dalam

bidang sistem informasi, teori pengambilan keputusan dan teori matematika.

3. Kebutuhan akan metode-metode baru untuk mengatasi permasalahan yang

lebih rumit, tidak pasti, dan besar, dalam usaha meningkatkan efisiensi sistem

4. Permasalahan yang dihadapi sangat rumit dan tidak terstruktur sehingga tidak

ada pemecahan atau perumusan tunggal.

5. Sistem masyarakat semakin rumit dan perilakunya sukar dimengerti, tetapi

kebutuhan untuk merumuskan struktur, hubungan sebab-akibat serta perilaku

(29)

6. Memahami akan sistem makin terasa penting untuk mampu mengendalikan

atau mengantipasi perubahan-perubahan yang terjadi.

7. Pendekatan sistem berkembang semakin luas dan semakin penting.

8. Dalam masyarakat industri, sistem sudah mendominasi kehidupan kita semua,

oleh karena itu diperlukan pendekatan sistem untuk mengembangkan,

mengatur, dan mengendalikannya.

(Simatupang,1994)

Metodologi Pendekatan Sistem.

Metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisis sebelum

tahap sintesa (rekayasa), meliputi: 1) analisis kebutuhan, 2) formulasi masalah,

3) identifikasi sistem, 4) pembentukan alternatif sistem, 5) determinasi dari

realisasi fisik, sosial dan politik, 6) penentuan kelayakan ekonomi dan finansial.

Langkah ke 1 sampai ke 6 dilakukan dalam satu kesatuan kerja yang dikenal

dengan analisa sistem (Eriyatno, 2003).

Analisis kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan awal permulaan pengkajian dari suatu

sistem. Dalam melakukan analisa kebutuhan ini dinyatakan kebutuhan-kebutuhan

yang ada, baru kemudian dilakukan tahap pengembangan terhadap

kebutuhan-kebutuhan yang dideskripsikan. Analisa kebutuhan-kebutuhan selalu menyangkut interaksi

antara respon yang timbul dari pengambil keputusan (decision maker) terhadap

jalannya sistem. Analisa ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat seorang

(30)

Analisa kebutuhan harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam

menentukan kebutuhan-kebutuhan semua orang dan institusi yang dapat

dihubungkan dengan sistem yang telah ditentukan. Hal tersebut meliputi manajer

atau administrator dari pada sistem, distributor hasil dari suatu sistem, pemakai

barang atau jasa yang berasal dari sistem dan yang terakhir adalah perancang dari

sistem itu sendiri (Manetsch and Park,1977)

Formulasi permasalahan

Tujuan dari analisis permasalahan adalah untuk mempelajari dan

memahami bidang masalah dengan cukup baik untuk secara menyeluruh

menganalisis masalah, kesempatan, dan batasannya. Para pemecah masalah telah

belajar untuk benar-benar memahami sebuah permasalahan sebelum mengajukan

solusi apapun yang mungkin. Dalam praktik, suatu akibat mungkin adalah sebuah

gejala dari masalah yang berbeda, yang lebih mendalam dan mendasar. Masalah

tersebut juga harus dianalisis untuk mencari penyebab dan akibatnya, dan

seterusnya sampai penyebab dan akibat tersebut tidak menghasilkan gejala-gejala

masalah-masalah lain (Whitten, 2004).

Maksud dari tahap ini adalah untuk mempelajari dan memahami sistem

yang ada, dan mengidentifikasi masalah-masalah dan peluang secara lebih

spesifik sebagai lanjutan dari kegiatan tahap studi awal. Pada tahap ini ditentukan

pokok-pokok permasalahan dan peluang yang ditemukan atau dirasakan oleh

pihak manajemen pemakai, tujuan dan pentingnya usaha pengembangan,

penentuan ruang lingkup analisis atau rencana pengembangan, serta pemahaman

(31)

Identifikasi Sistem

Identifikasi sistem merupakan suatu mata rantai hubungan antara

pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah

yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut

Proses pada titik ini, sistem dilihat seperti sebuah ”Blackbox”. Dalam

meninjau suatu perihal untuk menyusun diagram kotak hitam, perlu diketahui

macam informasi yang dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu

1) peubah input, 2) peubah output dan, 3) parameter-parameter yang membatasi

struktur sistem (Eriyatno, 2003).

Diagram input-output merepresentatifkan input lingkungan, input

terkendali dan input tak terkendali, output dikehendaki, output tidak dikehendaki,

serta manajemen pengendalian. Sedangkan parameter rancangan sistem

dipresentasikan sebagai kotak hitam (blackbox) pada tengah diagram yang

menunjukkan adanya proses transformasi input menjadi output (Sadelie, 2003)

Gambar 2. Diagram kotak hitam (Eriyatno,2003) SISTEM

INPUT LINGKUNGAN

MANAJEMEN PENGENDALIAN

Output yang tidak dikehendaki Input terkendali

(32)

Kita dapat menggunakan model kotak hitam sederhana untuk menguraikan

berbagai peralatan dan proses. Proses akan distimulasi oleh input, input tersebut

dapat dikontrol (seperti metode, bahan, teknologi atau penempatan mesin) atau

juga tidak dapat dikontrol (seperti kelembaban, operator, fluktuasi tenaga dan

sebagainya). Input tersebut akan berinteraksi dengan proses dan menghasilkan

output. Output umumnya adalah beberapa karakteristik dari proses yang dapat kita

ukur. Pengukuran input dan output dapat diambil dalam urutan untuk observasi

dan memahami bagaimana prilakunya dan hubungan antar satu sama lain

(Anonim, 2006).

Tabel 1.Uraian komponen sistem

NO KOMPONEN SISTEM URAIAN

A INPUT SISTEM

1.Mempengaruhi sistem, akan tetapi tidak

dipengaruhi sistem.

2.Tergantung pada jenis sistem yang ditelaah A.1 Input lingkungan (eksogenous)

A.2 Input yang endogen (yang

terkendali dan tidak terkendali)

1.Merupakan peubah yang sangat perlu bagi sistem untuk merencanakan fungsinya yang dikehendaki. 2.Sebagai peubah untuk mengubah kinerja sistem

dalam pengoperasiannya

A.2.1 Input yang terkendali 1.Dapat bervariasi selama pengoperasian sistem untuk mencapai kinerja yang dikehendaki atau untuk menghasilkan output yang dikehendaki. 2.Perannya sangat penting dalam mengubah kinerja

sistem selama pengoperasian

3.Dapat meliputi aspek: manusia, bahan, energi, modal,dan informasi

A.2.2 Input yang tidak terkendali 1.Tidak cukup penting peranannya dalam mengubah kinerja sistem.

2.Tetapi diperlukan agar sistem dapat berfungsi. 3.Bukan merupakan input lingkungan (eksogenous)

karena disiapkan perancang.

B OUTPUT SISTEM

1.Merupakan respon sistem terhadap kebutuhan yang telah ditetapkan(dalam analisis kebutuhan).

2.Merupakan peubah yang harus dihasilkan oleh sistem untuk memuaskan kebutuhan yang telah diidentifikasi.

B.1 Output yang dikehendaki

B.2 Output yang tak dikehendaki 1.Merupakan hasil sampingan yang tidak dapat dihindarkan dari sistem

(33)

C PARAMETER

RANCANGAN SISTEM

1.Digunakan untuk menetapkan struktur sistem.

2.Merupakan peubah keputusan penting bagi

kemampuan sistem menghasilkan keluaran secara efisien dalam memenuhi kepuasan bagi kebutuhan yang ditetapkan.

3.Dalam beberapa kasus kadang-kadang perlu merubah peubah ini selama pengoperasian sistem untuk membuat kemampuan sistem bekerja lebih baik dalam keadaan lingkungan berubah-ubah. 4.Tiap sistem mempunyai parameter rancangan

tersendiri yang dapat diidentifikasi.

D MANAJEMEN

PENGENDALI

Merupakan faktor pengendalian (kontrol) pengoperasian sistem dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki.

Sumber: Eriyatno (2003)

Konsep umpan balik adalah penting untuk memahami cara suatu sistem

mempertahankan suatu keadaan yang mantap. Informasi tentang output atau

proses sistem dikembalikan (feedback) sebagai masukan (inputs) ke dalam sistem,

barangkali membawa perubahan kepada proses transformasi dan atau keluaran

(outputs) masa depan. Umpan balik (feedback) dapat positif ataupun negatif.

Umpan balik negatif adalah masukan informasi yang menunjukkan bahwa sistem

itu menyimpang dari jalan yang telah ditentukan dan perlu disesuaikan kembali ke

(34)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan Tembakau PT. Perkebunan

Nusantara II-Helvetia pada bulan Agustus 2007 sampai dengan September 2007.

Bahan dan Alat Bahan

Bahan-bahan yang dipergunakan didalam penelitian ini adalah :

1. Data hasil produksi tembakau deli di kebun Helvetia.

2. Berbagai diagram yang berhubungan dengan proses produksi (terutama

tentang pembudidayaan tembakau deli).

3. Dokumen prosedur pengoperasian standar (SOP), outline kerja atau petunjuk

teknis untuk operasi harian yang spesifik.

4. Pernyataan misi perusahaan dan rencana strategis.

5. Sumber-sumber data primer dan sekunder lainnya.

Alat yang dibutuhkan

1. Alat tulis

2. Komputer

(35)

4. Perekam suara

Sumber Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari:

1. Manajemen PT.Perkebunan Nusantara II- Kebun Helvetia.

2. BPTTD (balai penelitian tebu dan tembakau deli)

3. Observasi lingkungan kerja

4. Penyebaran kuisioner

5. Melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang berwenang

Metode penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan sistem dengan cara

menggali informasi dan pengetahuan dari para pakar dalam hal budidaya

tembakau dan juga dari seluruh stakeholder sistem dengan menggunakan

beberapa metode pengambilan data yaitu kuisioner, wawancara, dan

mengidentifikasi kondisi yang sedang berjalan di lokasi penelitian, serta sejumlah

kebutuhan kemudian merumuskannya sebagai bahan pengujian.

Wawancara pakar dilaksanakan dengan menetapkan para pakar yang

terkait dengan sistem budidaya tembakau deli dengan pertimbangan keberadaan,

(36)

Pemilihan responden sosial-ekonomi dilakukan dengan purposive

sampling terhadap para pekerja sistem budidaya tembakau deli sebanyak 45

orang.

Prosedur Penelitian

1. Menentukan stakeholder-stakeholder yang berkaitan dengan sistem budidaya

tembakau deli.

2. Menganalisis kebutuhan terhadap semua stakeholder sistem budidaya

tembakau deli.

3. Menentukan ruang lingkup permasalahan yang terjadi pada sistem, tahapan ini

dilakukan dengan cara mengevaluasi keterbatasan sumber daya ataupun

konflik kepentingan yang terjadi terhadap semua stakeholder sistem

4. Melakukan evaluasi terhadap tiga aspek yang dianggap cukup penting didalam

identifikasi sistem yaitu aspek industri, aspek lingkungan dan aspek sosial

ekonomi sistem budidaya tembakau deli.

5. Menyusun diagram kotak hitam (blackbox diagram) sebagai hasil akhir dalam

(37)

INVESTIGASI SISTEM

Kebutuhan Sistem Budidaya Tembakau Deli

Kebutuhan merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua stakeholder

sistem budidaya tembakau deli. Tahap analisis kebutuhan adalah langkah awal

dari sebuah kajian mengenai sistem. Menurut Eriyatno (2003), analisis kebutuhan

harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam menentukan

kebutuhan-kebutuhan dari semua orang dan institusi yang dapat dihubungkan dengan sistem

yang telah ditentukan.

Semua stakeholder yang terkait dengan sistem budidaya tembakau deli

mempunyai kebutuhan tersendiri yang muncul dari kepentingan masing-masing

stakeholder terhadap sistem tersebut. Whitten, dkk (2004) mendefenisikan

stakeholder sebagai orang yang mempunyai ketetarikan terhadap sistem yang ada

ataupun sistem yang ditawarkan. Stakeholder bisa termasuk pekerja teknis dan

(38)

Komponen pelaku sistem yang perlu diikutkan dalam analisis kebutuhan

sistem adalah manajemen PT.Perkebunan Nusantara II-Helvetia sebagai pemilik

sistem budidaya tembakau deli di Helvetia dan masyarakat sekitar perkebunan.

Manajemen PT. Perkebunan Nusantara II-Helvetia mempunyai sejumlah

kebutuhan yang harus dipenuhi terutama jika dihadapkan dengan visi dan misi

perusahaan sebagai institusi bisnis yang ingin mendapatkan laba sebesar-besarnya

dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat sekitar. Kebutuhan

yang dapat dideskripsikan adalah menyangkut keberadaan lahan, ketersediaan

faktor produksi, kesejahteraan tenaga kerja, sosial kemasyarakatan di sekitar

perkebunan yang tetap mendukung kelangsungan produksi tembakau deli.

Masyarakat adalah sekelompok orang yang berada dan menetap di sekitar

perkebunan. Kebutuhan akan lapangan pekerjaan adalah hal yang terpenting untuk

masyarakat sekitar. Keberadaan sistem diantara lingkungan mereka juga

diharapkan akan berpengaruh pada peningkatan perekonomian melalui pembinaan

mitra kerja dan pembangunan insfrastruktur bagi desa mereka.

Analisis kebutuhan para pelaku sistem budidaya tembakau deli disajikan

secara terperinci pada tabel 2.

Tabel 2. Analisis kebutuhan para stakeholder

No. Para Pelaku / Stakeholder Kebutuhan Pelaku Sistem

1. Manajemen PT.Pekerbunan Nusantara II- Helvetia

1. Pelaksanaan hak untuk pengelolaan lahan di lapangan secara efektif.

2. Tenaga kerja yang melimpah dan terampil

3. Faktor produksi yang mendukung aktivitas produksi

4. Informasi pendukung aktivitas produksi dari instansi terkait

(39)

6. Produktivitas yang tinggi

7. Kemudahan administratif atau birokratif.

2. Masyarakat setempat 1. Penyediaan lapangan kerja

2. Pembangunan insfrastruktur fisik bagi desa mereka

3. Peningkatan perekonomian masyarakat setempat

Ruang Lingkup Permasalahan Sistem

Permasalahan yang terjadi merupakan persoalan-persoalan yang timbul

di dalam sistem dan harus diselesaikan. Ruang lingkup permasalahan dinyatakan

dengan mengevaluasi keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh sistem atau

adanya konflik kepentingan antar stakeholder sistem untuk mencapai tujuan

sistem. Adapun ruang lingkup atas permasalahan utama yang terjadi pada sistem

budidaya tembakau deli meliputi:

1. Pengembangan Kota

Lokasi perkebunan tembakau di Helvetia berada kawasan yang berbatasan

langsung dengan kota Medan. Daerah ini mulai berkembang, yang ditandai

dengan banyaknya pembangunan dan merupakan lokasi yang padat serta sibuk.

Masyarakat yang bekerja di kota Medan banyak mencari tempat tinggal di daerah

pinggiran kota karena selain di daerah pusat kota sudah padat pemukiman, berada

di daerah pinggiran kota akan dirasa lebih nyaman dan akses ke tempat bekerja

juga masih dapat dilakukan dengan mudah.

Selain perkembangan penduduk, pertumbuhan industri juga terjadi di luar

pusat kota. Banyak industri dibangun diluar pusat kota agar polusi yang dihasilkan

dapat diminimalisir untuk mencemari kota, baik itu polusi udara, suara, air dan

(40)

Peningkatan jumlah penduduk dan pemukiman dan juga laju pertumbuhan

industri yang semakin tinggi ini pula yang menjadi salah satu faktor yang

mengancam kelangsungan produksi tembakau deli. Ada beberapa faktor yang

dipengaruhi oleh adanya pengembangan kota ini yang nantinya akan

mempengaruhi produktivitas dan kualitas tembakau deli, antara lain:

a. Semakin minimnya tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting

keberadaannya, karena tenaga kerja akan menentukan berjalan atau tidaknya suatu

proses produksi. Bekerja pada pembudidayaan tembakau menjadi sesuatu hal

yang tidak menarik bagi tenaga kerja usia produktif saat ini di daerah Helvetia.

Hal ini muncul, karena semakin banyak pilihan pekerjaan untuk mereka misalnya

bekerja di pabrik-pabrik dan dirasa lebih meningkatkan kesejahteraan mereka.

b. Pencemaran sungai Bederak

Dewasa ini, jumlah sungai yang airnya layak pakai sebagai sumber air

irigasi semakin sedikit. Hal ini disebabkan semakin meluasnya perkembangan

pemukiman, pabrik atau industri di sekitar kebun tembakau, yang menyebabkan

tercemarnya air sungai yang biasa digunakan.

Aliran sepanjang sungai Bederak telah menjadi sarana pembuangan yang

mencemari air. Hasil analisa yang menunjukkan tingginya kadar bahan berbahaya

yang terdapat pada air sungai akan mengganggu kegiatan budidaya. Walaupun

sudah direkomendasikan untuk tidak digunakan lagi berdasarkan surat edaran dari

BPTTD pada tahun 2005. akan tetapi pada kenyataannya air sungai ini tetap

digunakan karena tidak mencukupinya persediaan air tanah untuk tanaman

(41)

c. Pengurangan jumlah lahan

Semakin berkembangnya suatu daerah menjadi perkotaan akan berdampak

besar terhadap pengurangan jumlah lahan potensial. Hal ini terjadi di lahan

perkebunan Helvetia. Penggarapan liar terlihat semakin ramai disepanjang

pinggiran kebun bahkan ada yang berani menggarap lahan hingga ke

tengah-tengah kebun padahal sudah ada peraturan tentang lahan tersebut adalah milik

PT. Perkebunan Nusantara II (Persero).

Banyak lahan-lahan yang digarap telah dijualkan ke pihak ketiga

mengingat mahalnya harga tanah di kawasan tersebut. Keadaan ini sangat

mengkhawatirkan apabila pemerintah daerah tidak tegas untuk melaksanakan

PP no 12 tahun 1997 tentang pelestarian tembakau deli, maka tembakau deli di

kawasan Helvetia akan berhenti berproduksi.

2. Kondisi iklim yang semakin sulit untuk diprediksi.

Perubahan iklim secara global sudah menjadi isu yang mencemaskan

belakangan ini. Hal itu disebabkan karena ulah manusia yang tidak memelihara

lingkungan sehingga terjadi kerusakan dimana-mana yang akhirnya justru

merugikan semua makhluk hidup di atas bumi ini.

Iklim merupakan faktor produksi yang seringkali dianggap sebagai

kendala dalam proses produksi. Sistem budidaya tembakau deli menghendaki

iklim yang tidak terlalu basah ataupun kering. Akan tetapi, variabel iklim yang

semakin sulit untuk diprediksi adalah curah hujan yang sering kali menggangu

(42)

sepanjang tahun sehingga sulit untuk membedakan antara musim hujan dan

musim kemarau.

Minimnya alat untuk menghitung curah hujan seringkali membuat prediksi

yang dilakukan seringkali gagal. Sampai saat ini, alat yang digunakan untuk

menghitung curah hujan oleh perusahaan masih dilakukan dengan sangat

sederhana karena hanya menggunakan gelas ukur dan dicatat secara manual.

3. Penurunan kesuburan tanah dan pengolahan tanah yang tidak sempurna

Pada awal pembukaan perkebunan tembakau deli, tanah yang telah

ditanami tembakau akan diistirahatkan selama 8 tahun untuk mengembalikan

kesuburannya. Namun, hal itu tidak dilakukan pada saat sekarang ini karena lahan

justru dirotasikan dengan tanaman tebu yang membuat lahan semakin miskin

unsur hara. Lagi pula, masa istirahat lahan yang panjang akan membuat

masyarakat sekitar menggarap lahan tersebut kemudian setelah itu perusahaan

akan kesulitan untuk mengambil alih kembali lahan tersebut.

Masa istirahat lahan dijadwalkan selama 5 tahun terbagi untuk penanaman

tebu selama 2 tahun dan selebihnya dilakukan pengolahan tanah dan dibiarkan

dengan menanam kucingan. Maka tanah hanya diistirahatkan selama 3 tahun.

Dalam jangka waktu 3 tahun dilakukan 3 kali pengolahan tanah dengan

menggunakan traktor. Pengolahan ini terkadang tidak sempurna dilakukan

disebabkan banyak hal salah satunya adanya penggarapan liar yang mengganggu

aktivitas pengolahan. Apalagi traktor yang digunakan adalah traktor-traktor yang

sudah tua tetapi tetap dipaksakan bekerja sehingga sering terjadi kerusakan dan

untuk perbaikannya harus menunggu tenaga dari bengkel pusat yang seringkali

(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)-Helvetia

Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)-Helvetia

dipimpin oleh seorang administratur, struktur organisasi vertikal di kebun ini

menunjukkan adanya departemen-departemen terpisah yang menjalankan fungsi

masing-masing untuk melaksanakan aktivitas produksi. Aliran informasi pada

jenis struktur organisasi seperti ini adalah jika tidak naik pasti akan menurun

sampai pada tingkatan manajemen tertentu. Setiap tingkatan manajemen didalam

departemen mempunyai tanggung jawab kepada atasannya guna mendukung

tujuan pengawasan, pengendalian dan evaluasi produksi.

Secara umum, departemen-departemen tersebut terdiri dari departemen

pengolahan yang dipimpin oleh seorang asisten pengolahan yang membawahi

(44)

usaha dan kesatuan pengamanan yang berkerja sama untuk pelaksanaan produksi

tembakau deli.

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) pada mempunyai beberapa kebun

untuk budidaya tembakau, yaitu Tandem, Tandem Hilir, Bulu Cina, Klumpang,

Kelambir Lima, Tanjung Jati, Kuala Bingei, Sampali, Saentis, Helvetia, Batang

Kuis, Pagar Merbau dan Bandar Kalipa.

PT. Perkebunan Nusantara II-Helvetia merupakan salah satu lokasi lahan

budidaya tanaman perkebunan yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II

(Persero). Jenis tanaman yang dibudidayakan di Helvetia ini terdiri atas tanaman

kelapa sawit, tebu, dan tembakau. Kebun Helvetia adalah salah satu kebun

tembakau yang tetap dipertahankan keberadaannya disebabkan oleh faktor

produktifitas yang dinilai masih tinggi guna menutupi tingginya biaya produksi

tembakau deli.

Pembudidayaan tembakau deli sangat tergantung oleh kondisi

geografisnya yaitu kondisi tanah dan iklimnya. Hingga masa sekarang pun,

kegiatan budidaya masih dipertahankan di daerah antara sungai Wampu dan

sungai Ular. Secara topografi, daerah di antara kedua sungai tersebut merupakan

lempengan (Plate) dataran rendah yang sangat cocok untuk syarat tumbuh

tembakau deli. Tanaman tembakau menghendaki kondisi tanah yang kaya akan

bahan-bahan organik oleh karenanya tanaman ini cocok untuk tanah andosol dan

alluvial. Sedangkan untuk faktor iklim, tembakau deli menghendaki penyinaran

(45)

tidak menghendaki iklim yang telalu kering ataupun basah. Temperatur dan

kelembaban udara yang dikehendaki oleh tanaman tembakau tergantung pada

jenis tembakau akan tetapi untuk tembakau yang diusahakan di dataran rendah

akan menghendaki temperatur yang tinggi berkisar antara 21ºC-32,3ºC.

Lahan perkebunan tembakau berada di daerah Helvetia yang berbatasan

langsung dengan kota Medan. Luas lahan kebun Helvetia saat ini

adalah ± 1.298,3 Ha termasuk areal yang digunakan untuk perumahan karyawan,

kantor kebun dan lain-lainnya. Lahan kebun Helvetia berada didua desa yaitu desa

Manggala dan desa Helvetia. Kebun berada di tengah dua sungai yaitu sungai

Bederak yang menjadi sumber pengairan utama bagi pembudidayaan tembakau

deli dan sungai Deli, di sebelah barat kebun Helvetia berbatasan dengan areal

kebun Klumpang yang dipisahkan dengan aliran sungai Bederak, sebelah utara

berbatasan dengan daerah Anam Ratus dan areal yang digunakan untuk landasan

pesawat. Sebelah timur berbatasan dengan jalan raya Marelan dan sebelah selatan

berbatasan dengan bekas lahan kebun tembakau yang sudah berubah fungsi

menjadi kawasan perumahan.

Produktifitas Tembakau Deli Kebun Helvetia.

Pengukuran produktifitas adalah cara terbaik dalam menilai kemampuan

sebuah lembaga. Karena hanya dengan produktifitas maka tenaga kerja, modal

dan manajemen akan mendapatkan tambahan pembayaran. Parameter

produktifitas diukur dari keseluruhan panen daun tembakau panen hijau dan daun

(46)

yaitu: produktifitas jumlah panen daun tembakau hijau (lembar daun) dan

produktifitas dalam jumlah bal lelang Bremen per ladang (bal/ladang).

Analisis produktifitas dilakukan dengan menggunakan data produksi

tembakau deli selama 10 tahun dari tahun 1997-2006. Grafik di bawah ini

menyajikan jumlah daun tembakau yang dipanen dari lahan yang berdasarkan

prediksi panen yang dibuat dalam perencanaan dan hasil realisasi di lapangan

untuk setiap tahunnya.

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

RKAP

Real

Gambar 3. Grafik hasil kutipan panen daun tembakau (lembar daun)

Grafik hasil kutipan daun tembakau deli menunjukkan adanya fluktuasi

hasil produksi. Tahun 1997 adalah tahun yang menggembirakan untuk hasil panen

daun tembakau karena berhasil melampaui target produksi panen daun tembakau

hijau hingga mencapai 148,1% dan juga produktifitas bal lelang bremen untuk

setiap ladang menunjukkan jumlah yang memuaskan sebanyak 3,14 bal. Hal ini

membuat perusahaan meraup untung yang besar. Meskipun masih melampaui dari

perkiraan panen, penurunan jumlah panen daun tembakau hijau terjadi pada tahun

1998. Faktor politik dalam negeri yang tidak stabil pada tahun ini disertai dengan

(47)

Produksi daun tembakau hijau menurun menjadi 127,5 % sedangkan produksi

lelang bremen juga menurun menjadi 2,5 bal untuk setiap ladang.

Kondisi iklim pada tahun 1999 masih belum mendukung budidaya

tembakau deli. Curah hujan yang tinggi sepanjang Oktober 1998

dan Januari-Mei 1999 menghambat produksi. Hal ini dikarenakan, curah hujan

yang tinggi akan meningkatkan serangan hama dan penyakit tanaman hingga

produksi daun tembakau hijau masih menunjukkan penurunan menjadi 117,2 %

dari tahun 1998. begitu juga halnya dengan produktifitas bal lelang bremen untuk

setiap ladang semakin mengecewakan karena hanya mencapai akan 1,13 bal untuk

tiap ladang artinya banyak dari daun yang dipanen dan diolah tidak memenuhi

klasifikasi bal lelang bremen.

Faktor iklim yang sulit diprediksi sering kali menjadi hambatan dalam

usaha menaikkan produktifitas masih terjadi pada tahun ini walaupun demikian,

pada tahun 2000 terjadi sedikit kenaikan produksi daun tembakau hijau maupun

jumlah bal lelang bremen yang dihasilkan untuk tiap-tiap ladang dengan

pencapaian produksi masing-masing sebesar 126,1 % berdasarkan RKAP dan

1,82 bal lelang bremen untuk tiap ladangnya.

Curah hujan yang tinggi kembali terjadi sepanjang Mei-Juni 2001,

akibatnya banyak tanaman yang terserang hama dan penyakit tanaman dan busuk.

Untuk hasil daun kutipan tembakau hijau dari lapangan hanya mampu mencapai

72,9 % dari RKAP akan tetapi dari keseluruhan daun tembakau yang dipanen

tidak ada yang menghasilkan daun tembakau dengan kualitas lelang bremen

(48)

yang tinggi sehingga pada tahun ini bal lelang bremen tidak dihasilkan sama

sekali.

Tahun 2002, perusahaan mengambil kebijakan untuk mengurangi jumlah

lahan tembakau karena semakin maraknya penggarapan lahan yang dilakuka n

oleh masyarakat. Akan tetapi, kondisi iklim dan faktor produksi lainnya cukup

mendukung sehingga adanya peningkatan hasil panen hingga mencapai 116,3 %

untuk kutipan daun tembakau hijau akan tetapi untuk bal lelang bremen yang

dihasilkan masih sangat rendah karena hanya 0,9 bal untuk setiap ladangnya.

Tahun 2003, untuk jumlah daun tembakau hijau yang dipanen mengalami

penurunan akibat curah hujan yang cukup tinggi selama masa penanaman. Panen

hanya mencapai 74,3 %, begitu juga halnya dengan bal lelang bremen yang

dihasilkan juga mengalami penurunan hanya mencapai 0,64 bal.

Kebijakan menambah jumlah ladang dilakukan pada tahun 2004, akan

tetapi produksi tetap tidak bergerak naik, keterlambatan pengolahan tanah dan

hambatan dalam masa awal penanaman membuat panen untuk tahun ini tidak

maksimal hanya 67,1 % dari RKAP. Hal yang menggembirakan justru tampak

pada hasil bal lelang bremen yang meningkat dari tahun sebelumnya sebanyak

1,09 bal/ ladang. Hal ini menunjukkan adanya usaha keras dari semua pihak untuk

menghasilkan daun-daun tembakau yang berkualitas.

Tahun 2005, terjadi sedikit permasalahan dalam biaya produksi maka

diadakan kebijaksanaan konversi jumlah bibit yang ditanam untuk setiap ladang

sekitar 14.400 bibit / ladang. Padahal sebelumnya banyak bibit yang ditanam

(49)

dikalikan dengan jumlah ladang yang telah ditetapkan sebanyak 150 ladang akan

diperoleh 113 ladang yang akan ditanami. Hasil yang diperoleh tidak

mengembirakan karena hanya tercapai 67,5% dan bal lelang bremen sebanyak

1,54 bal/ ladang.

Produksi tahun 2006 meningkat dengan dratis dibandingkan dengan

tahun-tahun sebelumnya. Curah hujan yang cukup di masa pengolahan tanah hingga

panen membuat panen daun hijau sukses mencapai 134,4 % dari perencanaan

produksi tahunan dan diikuti dengan bal lelang bremen yang juga menunjukkan

hasil yang memuaskan sebanyak 2,39 bal/ladang.

0

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

jlh bal LB/ldg

Gambar 4.Grafik jumlah bal lelang Bremen per ladang tahun1997-2006

Produktifitas dipengaruhi oleh banyak faktor produksi misalnya

infrastruktur, metode kerja dan sumber daya manusia yang melaksanakannnya.

Menurut Sutermeister (1976), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

produktifitas adalah perkembangan teknologi, bahan, metode dan kinerja.

(50)

produktifitas adalah peraturan pemerintah, persaingan dari perusahaan lain,

permintaan konsumen adalah diluar kendali perusahaan

Sistem Budidaya Tembakau Deli

Potensi pengembangan sekaligus permasalahan produksi yang dihadapi

oleh sistem budidaya tembakau deli dirasakan semakin kompleks pada saat ini.

Hal ini tidak lain disebabkan oleh semakin terbatasnya ketersediaan faktor-faktor

produksi dan keberagamam permasalahan yang merudung keberadaan sistem

sehingga memerlukan analisis mendalam untuk pengambilan keputusan agar tetap

menjaga kelangsungan produksi tembakau deli yang berkualitas

Identifikasi sistem budidaya tembakau deli meliputi pengevaluasian tiga

aspek yang dianggap cukup penting, yaitu aspek industri, aspek lingkungan dan

aspek sosial ekonomi tembakau deli. Dalam tinjauan aspek industri tembakau deli,

dijelaskan mengenai kebutuhan daun tembakau deli untuk bahan baku produksi

cerutu internasional yang masih tinggi, akan tetapi semakin lama produksi

tembakau deli secara keseluruhan tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan.

Kemudian dilanjutkan dengan pengevaluasian. aspek lingkungan yang

mengevaluasi perubahan lingkungan lahan tembakau deli yang diduga

menyebabkan penurunan produktifitas dan kualitas tembakau deli, khususnya

pada lahan Helvetia. Faktor lingkungan yang dirasakan semakin menurun

kualitasnya adalah kondisi tanah yang semakin miskin bahan organik dan unsur

hara dan juga penurunan kualitas air sungai Bederak yang ditunjukkan dengan

tingginya kandungan zat yang membahayakan bagi produksi tembakau deli.

(51)

daerah sekitar perkebunan Helvetia terhadap keberadaan sistem budidaya

tembakau deli.

Aspek industri tembakau deli

Daun tembakau deli yang berkualitas baik adalah bahan baku pembuatan

cerutu yang diproduksi oleh perusahaan cerutu internasional. Menurut laporan

tahunan perusahaan menyebutkan bahwa kebutuhan industri cerutu untuk

tembakau deli mencapai 8000-10000 bal daun tembakau per tahunnya. Akan

tetapi, produksi tembakau deli hanya mencapai 7000-8500 bal daun tembakau per

tahunnya untuk jenis daun tembakau lelang bremen yang diperoleh dari sisa lokasi

lahan pembudidayaan tembakau deli yang masih dipertahankan. Perbedaan antara

jumlah kebutuhan dan pasokan daun tembakau deli menjadi suatu permasalahan

yang dari waktu ke waktu memang menjadi fokus dalam pengambilan keputusan

oleh pihak manajemen. Akan tetapi, diperlukan pula perhatian yang besar dalam

pengambilan keputusan mengenai penjagaan kualitas produksi tembakau deli.

Kurangnya keterampilan dan rasa memiliki terhadap produksi tembakau

deli juga membuat produktifitas daun tembakau deli untuk kualitas lelang Bremen

menjadi menurun. Hal ini akan tampak pada produksi daun tembakau di bawah

kualitas daun lelang bremen yang terkadang meningkat terutama untuk jenis

tembakau gruis yang merupakan jenis daun tembakau dengan kualitas terendah

yang murah harga jualnya. Mata rantai produksi tembakau deli yang rumit

membutuhkan keterampilan dan ketelitian tinggi dari para pekerja sistem

budidaya tembakau deli. Kurangnya keterampilan dan ketelitian dapat

(52)

dikelompokkan sebagai daun kualitas Bremen. Hal ini terjadi pada perlakuan

pasca panen, baik pada saat panen di lahan, di bangsal ataupun di gudang

pemeraman yang sangat mempengaruhi kualitas karena bisa saja akan

menghasilkan daun-daun tembakau yang rusak ataupun berwarna telalu marak

hingga ridak dapat dikelompokkan sebagai daun tembakau kualitas lelang

bremen. Padahal jenis tembakau selain kualitas lelang bremen tidak diinginkan

oleh perusahaan karena perusahaan tetap harus mengolah daun tembakau jenis ini

sehingga menambah biaya produksi sedangkan harga jualnya yang tidak tinggi

akan merugikan perusahaan.

Meskipun pasokan daun tembakau deli sebagai bahan baku industri cerutu

tidak mencukupi, para pembeli tetap mencari daun tembakau deli ini.

Hal ini membuat para pengusaha harus bersaing dengan harga tinggi untuk

mendapatkan daun tembakau deli yang berkualitas. Walaupun saat ini sudah ada

tembakau pengganti yang kualitasnya hampir menyamai kualitas tembakau deli.

Namun, dipasar lelang internasional daun tembakau deli masih mempunyai

kedudukan dan tetap dicari sebagai bahan baku cerutu yang berkualitas.

Aspek lingkungan

Sistem budidaya tembakau deli sangat dipengaruhi oleh oleh faktor

lingkungan. Ciri khas dari suatu produk pertanian dapat terjadi karena faktor

lingkungan diantaranya geografis, keadaan tanah dan iklim yang khas dari daerah

penghasil. Dalam arena perdagangan internasional, di samping harga, sebagian

besar persaingan terletak pada ciri khas, keunggulan dan konsistensi mutu produk.

Produk yang berciri khas dan bermutu tinggi secara konsisten akan banyak dicari

(53)

komoditas pertanian yang mempunyai ciri khas pada rasa (taste) dan aroma nya

yang tidak diperoleh dari jenis tembakau lain walaupun dikembangkan dengan

varietas yang sama di lokasi yang berbeda.

Evaluasi aspek lingkungan pada kajian sistem ini bertujuan untuk

mengevaluasi daya dukung lingkungan di daerah kebun tembakau Helvetia demi

pencapaian produksi tembakau deli secara berkelanjutan dan penjagaan kualitas

tembakau deli. Dalam tinjauan aspek lingkungan, analisis kualitas sumber air serta

analisis kesuburan tanah berdasarkan kadar bahan organik tanah dan kandungan

unsur haranya merupakan faktor yang akan dievaluasi.

Perubahan lingkungan di sekitar perkebunan Helvetia yang ditandainya dengan

meningkatnya pemukiman penduduk dan pabrik-pabrik menyebabkan

bertambahnya sampah rumah tangga maupun limbah industri yang berbahaya

yang mengalir ke sungai Bederak, padahal sungai ini merupakan sumber air utama

yang digunakan dalam kegiatan budidaya tembakau di Helvetia

Air merupakan kebutuhan pokok tanaman untuk hidup. Kekurangan air

akan membuat tanaman menjadi kurang subur bahkan dapat menyebabkan

tanaman menjadi mati. Kebutuhan tanaman akan air tidak hanya dipandang dari

kuantitasnya saja, akan tetapi juga perlu diperhatikan kualitas air tersebut.

Data BPTTD (balai penelitian tebu dan tembakau deli) menunjukkan

adanya peningkatan kadar Cl (khlor) dalam kandungan air sungai Bederak pada

tahun 2003 dan analisa kualitas air yang dilakukan pada tahun 2005.

Tabel 3. Hasil analisa kadar Cl (ppm)

(54)

2003 25,67 Irigasi < 25,00 dan sprinkler < 14,00

2005 37,45

Sumber : Data Primer

Tingginya kadar Cl (khlor) dalam air bagi pertumbuhan tanaman tembakau

dapat memberikan pengaruh yang buruk. Hal ini terutama akan tampak pada

penurunan daya bakar daun tembakau dan juga akan menimbulkan bercak pada

daun. Pengusaha cerutu yang akan membeli tembakau deli akan memeriksa

beberapa item kualitas pada saat membeli untuk menjamin kualitas cerutu mereka.

Daun tembakau dengan daya bakar yang baik menurut resume kualitas tembakau

cerutu yang ditulis oleh BPTTD (2000) adalah membara tanpa menimbulkan

nyala api saat dibakar akan dikelompokkan kedalam daun yang berkualitas baik

sedangkan pemeriksaan secara visual dilakukan untuk memeriksa adanya daun

yang cacat termasuk tidak adanya bercak pada daun yang akan merusak tampilan

produk cerutu mereka.

Selain penurunan kualitas air, penurunan kualitas lahan (degragrasi) juga

terjadi pada tanah di lokasi kebun Helvetia. Penurunan kadar bahan organik

merupakan gejala utama terjadinya penurunan kualitas tanah. Bahan organik yang

terdapat di dalam tanah merupakan parameter adanya aktivitas mikroorganisme

untuk menghasilkan unsur hara tanah hingga tanaman dapat tumbuh subur. Untuk

tanaman tembakau deli, tanah yang diiginkan adalah tanah yang mempunyai kadar

bahan organik sebanyak 2 % akan tetapi data analisa tanah dari tahun 1997-2006

menunjukkan kadar bahan organik dibawah 2%. Banyak faktor yang

Gambar

Gambar 1. Tanaman tembakau
Gambar 2. Diagram kotak hitam (Eriyatno,2003)
Tabel 1.Uraian komponen sistem
Gambar 3. Grafik hasil kutipan panen daun tembakau (lembar daun)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perkebunan Nusantara X (Persero) Jember merupakan satu- satunya BUMN yang bergerak dalam sektor perkebunan tembakau serta salah satu dari sekian banyak perusahaan yang

Hasil pengamatan yang didapat menunjukkan bahwa selama pengamatan jumlah serangga yang tertangkap dengan menggunakan berbagai jenis perangkap pada Blok D adalah

Sistem Akunting dan Informasi; Edisi Tiga, Jilid Satu, Binarupa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh stres kerja dan konflik kerja terhadap semangat kerja karyawan tembakau pada PT Perkebunan Nusantara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh stres kerja dan konflik kerja terhadap semangat kerja karyawan tembakau pada PT Perkebunan Nusantara

Terry,2001, Sistem Manajemen, Edisi 1, Cetakan Tiga, Penerbit: Bumi

Perkebunan Nusantara IV (Persero) mengelola 2 (dua) budidaya perkebunan yang berupa tanaman Kelapa Sawit dan Teh dengan 38 unit kebun yang dilengkapi dengan saran pengolahannya

Hubungan curah hujan dan hari hujan terhadap produksi daun pada tanaman tembakau selama 3 tahun (2012 s.d 2014) dapat dilihat dari nilai koefisien pada model