• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Stres Kerja dan Konflik Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan Tembakau Pada PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Stres Kerja dan Konflik Kerja Terhadap Semangat Kerja Karyawan Tembakau Pada PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam kemajuan atau perkembangan sebuah perusahaan bukan saja dilihat

berdasarkan jumlah aset yang melimpah atau teknologi yang semakin canggih,

melainkan sumber daya manusia pada perusahaan tersebut. Tanpa adanya sumber

daya manusia yang mengelola, aset yang melimpah atau teknologi yang canggih

tidak akan berfungsi bagi perusahaan. Sumber daya manusia merupakan modal

utama bagi perusahaan. Sebagai modal, karyawan perlu dikelola agar

produktivitasnya tetap terjaga. Dalam pengelolaannya bukanlah hal yang mudah,

karena karyawan memiliki latar belakang yang heterogen.

Selain kesejahteraannya yang perlu diperhatikan seperti memberikan gaji yang

layak atau fasilitas yang memadai, pemimpin perusahaan juga harus memperhatikan

kondisi psikologis karyawannya. Stres kerja dan konflik kerja dalam hal ini tidak

bisa dipisahkan, karena pada saat kapanpun karyawan bisa mengalaminya. Jika tidak

diatasi dengan baik tentu akan mempengaruhi semangat karyawan tersebut dalam

bekerja.

Menurut Mangkunegara (2013:157), stres kerja merupakan “perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan”. Menurut Robbins (2008:368),

(2)

Pada dasarnya berbagai sumber stres dapat digolongkan pada yang berasal dari

pekerjaan dan dari luar pekerjaan seseorang. Berbagai hal yang dapat menjadi

sumber stres yang berasal dari pekerjaan pun dapat beraneka ragam seperti beban

tugas yang terlalu berat, desakan waktu, penyeliaan yang kurang baik, iklim kerja

yang menimbulkan rasa tidak aman, ketidakseimbangan antara wewenang dan

tanggung jawab, perbedaan sistem nilai yang dianut oleh karyawan dan yang dianut

oleh organisasi, serta perubahan yang terjadi yang pada umumnya memang

menimbulkan rasa ketidakpastian (Siagian, 2010:301).

Tembakau Deli yang dikenal dengan Tembakau Sumatera di produksi oleh PT

Perkebunan Nusantara II yang digunakan sebagai bahan pembungkus cerutu

(wrapper) bermutu tinggi di Eropa. Untuk proses produksinya mulai dari pembibitan

sampai panen serta pengolahannya di gudang sortasi dan packing membutuhkan

tenaga kerja yang cukup banyak (padat karya) dengan family system. Keberhasilan di

dalam memproduksi bahan pembungkus cerutu tersebut sangat ditentukan oleh

keberhasilan dalam memproduksi daun tembakau hijau di lapangan yang dikerjakan

oleh karyawan tembakau melalui tahapan-tahapan kerja dengan sistem kerja borong

yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Menurut ketentuan Standard Operational Procedur (SOP) Kultur Teknis

Tembakau Deli, penanaman diatur 2 tahap (Tahap I = 9.500 pokok selama 10 hari

dan Tahap II = 9.500 pokok selama 10 hari juga). Diantara tanaman Tahap I dan

Tahap II ada waktu istirahat selama 20 hari yang digunakan untuk pekerjaan

perawatan tanaman Tahap I (tutup kaki 1 kali dan tutup kaki 2 kali) serta untuk

(3)

hari) diharapkan pekerjaan borong yang tertinggal hanya 1 macam pekerjaan yaitu

tutup kaki 2 kali tanaman Tahap II. Apabila didalam pelaksanaan tahapan kerja

terjadi keterlambatan waktu penyelesaian maka dipastikan karyawan akan bekerja

sampai 4 macam pekerjaan borong dalam satu hari. Hal inilah yang menjadi

perhatian bagi asisten maupun mandor untuk melakukan pengawasan yang intensif.

Adapun tahapan-tahapan kerja sesuai standar dan realisasi dari sampel untuk

penyelesaian pekerjaan borong oleh karyawan tembakau Kebun Klumpang tertera

pada tabel berikut:

Tabel 1.1

Standar Hari Kerja dan Realisasi Pekerjaan Borong Karyawan Tembakau Masa Tanam Tahun 2015

No. Uraian Pekerjaan Jumlah

Borong 1. Persiapan Tanam Tahap I:

a. Cangkul 3 kali manual b. Menyisir/ayap

b. Siram sebelum dan setelah tanam

c. Siram hari ke 2 dan 3

d. Menyisip pokok mati

9.500 + 950 3. Pemeliharaan Tanaman Tahap I:

(4)

Lanjutan Tabel 1.1

No. Uraian Pekerjaan Jumlah

Borong 4. Persiapan Tanam Tahap II:

a. Cangkul 3 kali manual b. Menyisir/ayap

b. Siram sebelum dan setelah tanam

c. Siram hari ke 2 dan 3

d. Menyisip pokok mati

9.500 + 950 6. Pemeliharaan Tanaman Tahap II:

a. Tutup kaki 1 kali 7. Panen/Kutip Daun Hijau:

a. Tanaman tahap I

Sumber : PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang (data diolah) Tabel 1.2

Standar Hari Kerja dan Realisasi Pekerjaan Borong Kerja Tim Karyawan Tembakau Masa Tanam Tahun 2015

No. Uraian Pekerjaan Jumlah

Borong

1. Pekerjaan di Bangsal. Menaikkan Tembakau Hijau: a. Tanaman tahap I

b. Tanaman tahap II

Sesuai hasil

Menurunkan Tembakau Kering: a. Tanaman tahap I

b. Tanaman tahap II

Sesuai hasil

Sumber : PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang (data diolah)

Berdasarkan Tabel 1.1 dan 1.2 diatas sesuai Standard Operational Procedure

(5)

kerja Kongsi 1A (awal), Kongsi 2B (pertengahan), dan Kongsi 3C (akhir) dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Saat selesai tanam Tahap I, karyawan diharuskan untuk menyelesaikan

pekerjaan tutup kaki 2 kali tanaman Tahap I dan mempersiapkan lahan tanaman

Tahap II.

Adapun tabel persentase capaian hasil kerja adalah sebagai berikut:

Tabel 1.3

Persentase Capaian Hasil Kerja antara Standar Hari Kerja dengan Realisasi Setelah Selesai Tanam Tahap I

No. Uraian Pekerjaan Persentase Penyelesaian Keterangan

Standar Realisasi

Kongsi 1A

Kongsi 2B

Kongsi 3C 1.

2. 3.

Tutup kaki 1 kali tanaman tahap I Tutup kaki 2 kali tanaman tahap I Persiapan tanam tahap II

100% 14% 0%

100% 13% 0%

100% 20% 0%

100% 17% 0%

Selesai

Harus diselesaikan Mulai dikerjakan

Sumber : PT Perekebunan Nusantara II Kebun Klumpang (data diolah)

2. Pada saat tanaman mulai dipanen/kutip maka karyawan tembakau harus

mengerjakan pekerjaan panen, menyelesaikan tutup kaki 1 kali tanaman Tahap

II, tutup kaki 2 kali tanaman Tahap II, dan juga harus menaikkan daun tembakau

hijau di Bangsal.

(6)

Tabel 1.4

Persentase Capaian Hasil Kerja antara Standar Hari Kerja dengan Realisasi Saat Panen Tanaman Tahap I

No. Uraian Pekerjaan Persentase Penyelesaian Keterangan

Standar Realisasi

Kongsi

Tutup kaki 1 kali tanaman tahap II Tutup kaki 2 kali tanaman tahap II Panen tembakau hijau tahap I Menaikkan daun hijau

50%

Sumber : PT Perekebunan Nusantara II Kebun Klumpang (data diolah)

Berdasarkan informasi dari asisten, puncak pekerjaan borong terjadi pada saat

tanaman Tahap I sudah mulai dipanen. Untuk mengatasi penyelesaian pekerjaan

borong tersebut harus dilakukan dengan skala prioritas yaitu melaksanakan panen

yang tidak bisa ditunda kemudian segera menyelesaikan pekerjaan tutup kaki 1 kali

tanaman Tahap II. Kemampuan karyawan untuk mengerjakan pekerjaan borong pada

saat pekerjaan puncak biasanya hanya bisa dikerjakan 3 macam pekerjaan dalam

sehari

Berdasarkan informasi dari karyawan tanam Kebun Klumpang untuk pekerjaan

borong harus ada bantuan tenaga dari keluarga karyawan sendiri atau tenaga orang

lain yang diupahkan. Tenaga bantuan ini adakalanya tidak bisa terpenuhi oleh

karyawan. Dan hal inilah yang sering menimbulkan stres karena beban kerja yang

terlalu berat. Akibatnya di lapangan terjadi pekerjaan yang terlambat

penyelesaiannya dari waktu yang sudah ditetapkan. Stres merupakan permasalahan

yang perlu mendapat perhatian oleh pimpinan (asisten dan mandor) agar tidak

berdampak pada penurunan semangat kerja karyawan.

Stres kerja yang dihadapi karyawan tentu tidak jarang akan menimbulkan

(7)

merintangi hubungan individu dengan kelompok ataupun kelompok yang lebih besar.

Menurut Robbins (2008:173), konflik adalah “suatu proses yang bermula ketika satu pihak merasakan bahwa pihak lain merugikan”.

Berdasarkan informasi dari karyawan tanam Kebun Klumpang untuk

mempercepat pekerjaan sering mengabaikan kualitas kerja yang sudah ditetapkan,

salah satu contoh pada kondisi cuaca kering tanaman harus disiram pada saat tanam

hari ke 2 dan hari ke 3 sebanyak ±1000 cc/pokok dalam sehari dengan jumlah

tanaman yang disiram rata-rata mencapai 2.000-2.500 pokok, namun didalam

pelaksanaannya terkadang karyawan melakukan siraman hanya sekedar basah di

permukaan dan tidak sampai meresap ke akar tanaman. Hal ini bisa berdampak pada

pertumbuhan tanaman yang kurang subur/kerdil sehingga karyawan diperintah

kembali oleh mandor/asisten untuk mengulang pekerjaan yang tidak sesuai ketentuan

tersebut. Penyampaian ini sering menimbulkan konflik antara asisten/mandor dengan

karyawannya. Konflik terjadi karena penyampaian yang tidak tepat pada saat

karyawan dalam kondisi fisik yang lelah. Apabila permasalahan tidak dikelola

dengan baik melalui sosialisasi kerja oleh pimpinan Afdeling (asisten dan mandor)

maka hal ini akan dapat mengurangi semangat kerja yang pada akhirnya dapat

mempengaruhi produktivitas hasil.

Menurut Nitisemito (dalam Ananta, 2008), semangat kerja adalah melakukan

pekerjaan secara lebih giat sehingga pekerjaan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih

baik. Semangat kerja tidak selalu ada dalam diri karyawan. Terkadang semangat

kerja dapat pula menurun. Indikasi-indikasi menurunnya semangat kerja selalu ada

(8)

naik atau tinggi, rendahnya produktivitas kerja, labour turn over atau tingkat

perpindahan karyawan yang tinggi, kegelisahan dimana-mana.

Perusahaan telah menetapkan disiplin kerja yang baik namun kenyataannya

masih terdapat hal-hal yang tidak diinginkan perusahaan seperti, sering terlambatnya

karyawan masuk kerja ataupun tingkat absensi karyawan yang tinggi dan waktu yang

tidak dipergunakan karyawan dengan baik serta tindakan indisiplin lainnya. Berikut

ini tabel tingkat absensi karyawan tembakau saat kerja borong tanam tembakau tahun

2015:

Tabel 1.5

Tingkat Absensi Karyawan Tembakau

Pada Saat Kerja Borong Tanam Tembakau Tahun 2015

Kongsi Jumlah

Karyawan (1)

Jumlah Penyelesaian Hari Borong

(2)

Jumlah Hari

Yang Hilang (3)

Jumlah Seharusnya

(4) = (1)×(2)

Jumlah Sebenarnya

(5) = (4-3)

Persentase Absensi (6)=(3:4)×100

%

I S A Jumlah

1A 14 124 52 35 - 87 1736 1649 5,01

1B 14 126 67 56 - 123 1764 1641 6,97

2A 15 124 49 25 - 74 1860 1786 3,97

2B 15 125 70 38 - 108 1800 1692 6,00

3A 14 122 23 11 - 34 1708 1674 1,99

3B 14 123 33 19 - 52 1722 1670 3,01

3C 14 125 48 51 - 135 1750 1615 7,71

Jumlah 100 869 34,66

Jumlah Rata-Rata Persentase Absensi 4,95

Keterangan: I= Izin S= Sakit A=Alpha

Sumber: PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang (data diolah)

Menurut Fillipo (dalam Sutanto, 2000), di negara yang padat penduduknya,

jumlah ketidakhadiran yang normal adalah tiga persen. Berdasarkan Tabel 1.5 dapat

dilihat tingkat absensi karyawan tembakau pada PT Perkebunan Nusantara II Kebun

(9)

(6,97%) dan kongsi 3C (7,71%). Dari data tersebut dapat di lihat bahwa kondisi

semangat kerja karyawan masih kurang optimal, karena hasilnya masih jauh dari

standar yang di tetapkan. Namun dari ketidakhadiran tersebut, karyawan tanam

tembakau harus bisa menyelesaikan pekerjaannya dan dampaknya adalah

keterlambatan dalam penyelesaian.

Semangat kerja adalah kondisi seseorang yang menunjang dirinya untuk

melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik di sebuah perusahaan. Kondisi

melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik merupakan gambaran awal dari

produktivitas karyawan dalam bekerja (Badriyah, 2015:242).

Berikut ini hasil produktivitas kerja karyawan tanam tembakau Kebun

Klumpang pada musim tanam tahun 2015:

Tabel 1.6

Produktivitas Tembakau Hijau dan Tembakau Kering Kebun Klumpang Tahun 2015

Kongsi Luas

(Ha)

Produktivitas

Daun Hijau (Lembar) Daun Kering Reguler (Kg)

Target Realisasi % Target Realisasi %

IA 11,2 306.375 346.528 113,11 544 383 70,40

IB 11,2 306.375 330.192 107,77 544 184 33,82

2A 12,0 306.375 444.993 145,24 544 493 90,62

2B 12,0 306.375 370.010 120,77 544 309 56,80

3A 11,2 306.375 538.821 175,87 544 634 116,54

3B 11,2 306.375 394.539 128,78 544 554 101,84

3C 11,2 306.375 361.753 118,08 544 177 32,54

Jumlah 80 306.375 398.119 129,94 544 391 71,88

Sumber : PT Perekebunan Nusantara II Kebun Klumpang (data diolah) Dari Tabel 1.6 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Capaian rata-rata produktivitas daun tembakau hijau sebesar 129,94% dari target,

ternyata tidak diikuti oleh hasil tembakau kering reguler (kualitas I + II) yang

(10)

2. Diantara Kongsi yang merupakan tugas dan tanggung jawab asisten/mandor

menunjukkan hasil kerja yang sangat bervariasi. Hal ini terlihat pada produktivitas

tembakau hijau yang tertinggi pada Kongsi 3A (175,87%) dan yang terendah pada

Kongsi 1B (107,77%), sedang untuk produktivitas tembakau kering reguler yang

tertinggi pada Kongsi 3A (116,54%) dan yang terendah pada Kongsi 3C

(32,54%).

3. Tingginya selisih persentase antara produktivitas daun tembakau hijau dengan

hasil akhir tembakau kering reguler diduga lemahnya pengawasan kerja pada saat

panen, terutama pada saat sortir daun tembakau hijau oleh karyawan untuk bisa

dibawa ke bangsal pengering.

Semangat kerja merupakan hal penting yang harus dijalani oleh setiap

karyawan di perusahaan manapun karena semangat kerja menggambarkan perasaan

senang individu atau kelompok yang mendalam dan puas terhadap kebijakan

perusahaan, menjalankan tanggung jawab dengan baik, membangun kerja sama antar

karyawan dan pimpinan yang akan mendorong mereka untuk bekerja secara lebih

baik dan produktif.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

(11)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: “Apakah terdapat pengaruh stres kerja dan

konflik kerja terhadap semangat kerja karyawan tambakau pada PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

pengaruh stres kerja dan konflik kerja terhadap semangat kerja karyawan tembakau

pada PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. PT Perkebunan Nusantara II Kebun Klumpang

Sebagai masukan kepada perusahaan bagaimana stres kerja dan konflik kerja

mempengaruhi semangat kerja karyawan.

2. Penulis

Diharapkan penelitian ini dapat memperluas pengetahuan serta menambah

wawasan mengenai stres kerja dan konflik kerja terhadap semangat kerja

karyawan.

3. Peneliti Selanjutnya

Sebagai masukan atau referensi bagi para peneliti lain yang ingin meneliti

Gambar

Tabel 1.1 Standar Hari Kerja dan Realisasi Pekerjaan Borong
Tabel 1.2  Standar Hari Kerja dan Realisasi Pekerjaan Borong
Tabel 1.3 Persentase Capaian Hasil Kerja antara Standar Hari Kerja
Tabel 1.4 Persentase Capaian Hasil Kerja antara Standar Hari Kerja
+3

Referensi

Dokumen terkait

[r]

RASEUKI BERATA.menggunakan topologi star sebagai konfigurasi jaringan,dan pada setiap Pc yang terdapat pada tiap ruangan dihubungkan ke Hub menuju ruangan switching

[r]

Berdasarkan kesimpulan pengujian hipotesis kedua diatas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fadholi 20 dalam penelitiaannya yang berjudul “Pembiayaan

12.00 WIB, Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Sekretariat Negara Tahun Anggaran 2012 telah mengadakan Rapat Pemberian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai konsentrasi pestisida golongan karbamat dengan jenis karbofuran dan metomil di perairan Pantai Mlonggo, Kabupaten

Mineral biasanya didefinisikan sebagai bagian kulit bumi yang terdiri dari senyawa unsur – unsur kimia, baik yang berbentuk padat maupun cair bersifat homogen, yang

• Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang mengurutkan dan menuliskan urutan peristiwa pada teks (Bahasa Indonesia KD 3.8 dan 4.8) serta