• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebutuhan Sistem Budidaya Tembakau Deli

Kebutuhan merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua stakeholder sistem budidaya tembakau deli. Tahap analisis kebutuhan adalah langkah awal dari sebuah kajian mengenai sistem. Menurut Eriyatno (2003), analisis kebutuhan harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam menentukan kebutuhan-kebutuhan dari semua orang dan institusi yang dapat dihubungkan dengan sistem yang telah ditentukan.

Semua stakeholder yang terkait dengan sistem budidaya tembakau deli mempunyai kebutuhan tersendiri yang muncul dari kepentingan masing-masing stakeholder terhadap sistem tersebut. Whitten, dkk (2004) mendefenisikan stakeholder sebagai orang yang mempunyai ketetarikan terhadap sistem yang ada ataupun sistem yang ditawarkan. Stakeholder bisa termasuk pekerja teknis dan non teknis, bisa juga pekerja dalam dan luar.

Komponen pelaku sistem yang perlu diikutkan dalam analisis kebutuhan sistem adalah manajemen PT.Perkebunan Nusantara II-Helvetia sebagai pemilik sistem budidaya tembakau deli di Helvetia dan masyarakat sekitar perkebunan.

Manajemen PT. Perkebunan Nusantara II-Helvetia mempunyai sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi terutama jika dihadapkan dengan visi dan misi perusahaan sebagai institusi bisnis yang ingin mendapatkan laba sebesar-besarnya dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat sekitar. Kebutuhan yang dapat dideskripsikan adalah menyangkut keberadaan lahan, ketersediaan faktor produksi, kesejahteraan tenaga kerja, sosial kemasyarakatan di sekitar perkebunan yang tetap mendukung kelangsungan produksi tembakau deli.

Masyarakat adalah sekelompok orang yang berada dan menetap di sekitar perkebunan. Kebutuhan akan lapangan pekerjaan adalah hal yang terpenting untuk masyarakat sekitar. Keberadaan sistem diantara lingkungan mereka juga diharapkan akan berpengaruh pada peningkatan perekonomian melalui pembinaan mitra kerja dan pembangunan insfrastruktur bagi desa mereka.

Analisis kebutuhan para pelaku sistem budidaya tembakau deli disajikan secara terperinci pada tabel 2.

Tabel 2. Analisis kebutuhan para stakeholder

No. Para Pelaku / Stakeholder Kebutuhan Pelaku Sistem

1. Manajemen PT.Pekerbunan Nusantara II- Helvetia

1. Pelaksanaan hak untuk pengelolaan lahan di lapangan secara efektif.

2. Tenaga kerja yang melimpah dan terampil

3. Faktor produksi yang mendukung aktivitas produksi 4. Informasi pendukung aktivitas produksi dari instansi

terkait

6. Produktivitas yang tinggi

7. Kemudahan administratif atau birokratif.

2. Masyarakat setempat 1. Penyediaan lapangan kerja

2. Pembangunan insfrastruktur fisik bagi desa mereka 3. Peningkatan perekonomian masyarakat setempat

Ruang Lingkup Permasalahan Sistem

Permasalahan yang terjadi merupakan persoalan-persoalan yang timbul di dalam sistem dan harus diselesaikan. Ruang lingkup permasalahan dinyatakan dengan mengevaluasi keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh sistem atau adanya konflik kepentingan antar stakeholder sistem untuk mencapai tujuan sistem. Adapun ruang lingkup atas permasalahan utama yang terjadi pada sistem budidaya tembakau deli meliputi:

1. Pengembangan Kota

Lokasi perkebunan tembakau di Helvetia berada kawasan yang berbatasan langsung dengan kota Medan. Daerah ini mulai berkembang, yang ditandai dengan banyaknya pembangunan dan merupakan lokasi yang padat serta sibuk. Masyarakat yang bekerja di kota Medan banyak mencari tempat tinggal di daerah pinggiran kota karena selain di daerah pusat kota sudah padat pemukiman, berada di daerah pinggiran kota akan dirasa lebih nyaman dan akses ke tempat bekerja juga masih dapat dilakukan dengan mudah.

Selain perkembangan penduduk, pertumbuhan industri juga terjadi di luar pusat kota. Banyak industri dibangun diluar pusat kota agar polusi yang dihasilkan dapat diminimalisir untuk mencemari kota, baik itu polusi udara, suara, air dan tanah.

Peningkatan jumlah penduduk dan pemukiman dan juga laju pertumbuhan industri yang semakin tinggi ini pula yang menjadi salah satu faktor yang mengancam kelangsungan produksi tembakau deli. Ada beberapa faktor yang dipengaruhi oleh adanya pengembangan kota ini yang nantinya akan mempengaruhi produktivitas dan kualitas tembakau deli, antara lain:

a. Semakin minimnya tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting keberadaannya, karena tenaga kerja akan menentukan berjalan atau tidaknya suatu proses produksi. Bekerja pada pembudidayaan tembakau menjadi sesuatu hal yang tidak menarik bagi tenaga kerja usia produktif saat ini di daerah Helvetia. Hal ini muncul, karena semakin banyak pilihan pekerjaan untuk mereka misalnya bekerja di pabrik-pabrik dan dirasa lebih meningkatkan kesejahteraan mereka.

b. Pencemaran sungai Bederak

Dewasa ini, jumlah sungai yang airnya layak pakai sebagai sumber air irigasi semakin sedikit. Hal ini disebabkan semakin meluasnya perkembangan pemukiman, pabrik atau industri di sekitar kebun tembakau, yang menyebabkan tercemarnya air sungai yang biasa digunakan.

Aliran sepanjang sungai Bederak telah menjadi sarana pembuangan yang mencemari air. Hasil analisa yang menunjukkan tingginya kadar bahan berbahaya yang terdapat pada air sungai akan mengganggu kegiatan budidaya. Walaupun sudah direkomendasikan untuk tidak digunakan lagi berdasarkan surat edaran dari BPTTD pada tahun 2005. akan tetapi pada kenyataannya air sungai ini tetap digunakan karena tidak mencukupinya persediaan air tanah untuk tanaman tembakau.

c. Pengurangan jumlah lahan

Semakin berkembangnya suatu daerah menjadi perkotaan akan berdampak besar terhadap pengurangan jumlah lahan potensial. Hal ini terjadi di lahan perkebunan Helvetia. Penggarapan liar terlihat semakin ramai disepanjang pinggiran kebun bahkan ada yang berani menggarap lahan hingga ke tengah-tengah kebun padahal sudah ada peraturan tentang lahan tersebut adalah milik PT. Perkebunan Nusantara II (Persero).

Banyak lahan-lahan yang digarap telah dijualkan ke pihak ketiga mengingat mahalnya harga tanah di kawasan tersebut. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan apabila pemerintah daerah tidak tegas untuk melaksanakan PP no 12 tahun 1997 tentang pelestarian tembakau deli, maka tembakau deli di kawasan Helvetia akan berhenti berproduksi.

2. Kondisi iklim yang semakin sulit untuk diprediksi.

Perubahan iklim secara global sudah menjadi isu yang mencemaskan belakangan ini. Hal itu disebabkan karena ulah manusia yang tidak memelihara lingkungan sehingga terjadi kerusakan dimana-mana yang akhirnya justru merugikan semua makhluk hidup di atas bumi ini.

Iklim merupakan faktor produksi yang seringkali dianggap sebagai kendala dalam proses produksi. Sistem budidaya tembakau deli menghendaki iklim yang tidak terlalu basah ataupun kering. Akan tetapi, variabel iklim yang semakin sulit untuk diprediksi adalah curah hujan yang sering kali menggangu aktivitas produksi. Iklim sumatera utara mempunyai curah hujan yang merata

sepanjang tahun sehingga sulit untuk membedakan antara musim hujan dan musim kemarau.

Minimnya alat untuk menghitung curah hujan seringkali membuat prediksi yang dilakukan seringkali gagal. Sampai saat ini, alat yang digunakan untuk menghitung curah hujan oleh perusahaan masih dilakukan dengan sangat sederhana karena hanya menggunakan gelas ukur dan dicatat secara manual.

3. Penurunan kesuburan tanah dan pengolahan tanah yang tidak sempurna

Pada awal pembukaan perkebunan tembakau deli, tanah yang telah ditanami tembakau akan diistirahatkan selama 8 tahun untuk mengembalikan kesuburannya. Namun, hal itu tidak dilakukan pada saat sekarang ini karena lahan justru dirotasikan dengan tanaman tebu yang membuat lahan semakin miskin unsur hara. Lagi pula, masa istirahat lahan yang panjang akan membuat masyarakat sekitar menggarap lahan tersebut kemudian setelah itu perusahaan akan kesulitan untuk mengambil alih kembali lahan tersebut.

Masa istirahat lahan dijadwalkan selama 5 tahun terbagi untuk penanaman tebu selama 2 tahun dan selebihnya dilakukan pengolahan tanah dan dibiarkan dengan menanam kucingan. Maka tanah hanya diistirahatkan selama 3 tahun. Dalam jangka waktu 3 tahun dilakukan 3 kali pengolahan tanah dengan menggunakan traktor. Pengolahan ini terkadang tidak sempurna dilakukan disebabkan banyak hal salah satunya adanya penggarapan liar yang mengganggu aktivitas pengolahan. Apalagi traktor yang digunakan adalah traktor-traktor yang sudah tua tetapi tetap dipaksakan bekerja sehingga sering terjadi kerusakan dan untuk perbaikannya harus menunggu tenaga dari bengkel pusat yang seringkali membuat pengolahan tanah menjadi terlambat dan tidak sempurna.

Dokumen terkait