• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Pengembangan Tembakau Deli PT.Perkebunan Nusantara II Unit Kebun Helvetia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Upaya Pengembangan Tembakau Deli PT.Perkebunan Nusantara II Unit Kebun Helvetia"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENGEMBANGAN TEMBAKAU DELI PT.

PERKEBUNAN NUSANTARA II UNIT KEBUN

HELVETIA KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh :

FAHRANY PERMATA SARI NST

060304057

AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UPAYA PENGEMBANGAN TEMBAKAU DELI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II UNIT KEBUN HELVETIA KABUPATEN

DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH:

FAHRANY PERMATA SARI NST 060304057

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melakukan Penelitian di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Rahmanta Ginting,MSi) (H. M. Mozart B. Darus,MSc)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

FAHRANY PERMATA SARI NASUTION (060304057/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi “Upaya Pengembangan Tembakau Deli PT.Perkebunan Nusantara II Unit Kebun Helvetia”. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Rahmanta Ginting, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan H.M. Mozart B. Darus, M.Sc sebagai anggota komisi pembimbing. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, menganalisis tingkat pendapatan produksi tembakau Deli serta menyusun strategi pengembangan terhadap komoditi tembakau Deli. Metode penelitian yang digunakan adalah secara purposive yaitu di PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah perkebunan yang masih aktif dan dapat dijangkau oleh peneliti. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan : faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tembakau Deli adalah pengurangan jumlah lahan, kondisi iklim yang semakin sulit diprediksi, penurunan kesuburan tanah dan pengolahan lahan yang tidak sempurna serta semakin minimnya tenaga kerja. Tingkat pendapatan usahatani tembakau Deli di daerah penelitian mengalami kerugian sebesar Rp.2.294.345 per hektar per musim tanam. Strategi pengembangan komoditi unggulan tembakau Deli terutama dapat dilakukan dengan beberapa cara di antaranya meningkatkan jumlah produksi, peningkatan peran serta masyarakat setempat dan perluasan pangsa pasar.

(4)

RIWAYAT HIDUP

FAHRANY PERMATA SARI NASUTION lahir di Medan 19 Nopember 1988,

anak kedua dari dua bersaudara dari ayah Martua Nasution, SH dan ibu

Dra. Hamidah. Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah:

1. Pada tahun 2006 tamat dari SMA Harapan 1 Medan, dan pada tahun 2006

diterima sebagai mahasiswa di program studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.

2. Tahun 2010 mengikuti kegiatan PKL di Desa Linggaraja, Kecamatan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan

baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Upaya Pengembangan Tembakau Deli

PT. Perkebunan Nusantara II Unit Kebun Helvetia Kabupaten Deli Serdang”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapat gelar

sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Secara istimewa penulis mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada orangtua

tercinta Martua Nasution, SH dan Dra. Hamidah yang selalu menjadi orang

terpenting dalam hidup penulis. Terima kasih atas segala bimbingan hidup, kasih

sayang, dukungan dan motivasinya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

Dan terima kasih buat abangda Faisal Hakim Nasution yang telah memberikan

dukungan moral dalam penyususnan skripsi ini.

Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua jurusan program studi agribisnis,

2. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing

yang telah membantu dalam memberikan bimbingan mulai dari awal

sampai selesainya skripsi ini,

3. Bapak H. M. Mozart B. Darus, M.Sc selaku Anggota Komisi Pembimbing

yang telah membantu dalam memberikan bimbingan mulai dari awal

sampai selesainya skripsi ini,

4. Seluruh dosen dan staf pegawai Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

(6)

5. Bapak Suriadi pada PT. Perkebunan Nusantara II atas bantuan dalam

pemberian izin riset dan pemberian data-data juga informasi yang berguna

untuk penyusunan skripsi ini, dan

6. Teman-teman SEP 2006.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun

dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga skripsi ini

dapat dipergunakan dan bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis

mengucapkan banyak terima kasih

Medan, Juni 2011

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka ... 5

2.2. Landasan Teori ... 12

2.3. Kerangka Pemikiran ... 21

2.4. Hipotesis Penelitian... 23

BAB III METODE PENELITIAN 1.1.Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 24

1.2.Metode Pengumpulan Data ... 24

1.3.Metode Analisis Data ... 24

Definisi dan Batasan Operasional ... 25

Definisi ... 25

Batasan Operasional ... 26

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 4.1. Sejarah Profil Kebun ... 27

4.2. Letak dan Keadaan Geografis Daerah Penelitian ... 28

(8)

6.2.Usahatani Tembakau Deli ... 35

6.2.1. Biaya Produksi Tanaman Tembakau Deli ... 35

6.2.2. Penerimaan Usahatani Tembakau Deli ... 39

6.3.Strategi Pengembangan Komoditi Tembakau Deli ... 44

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 57

6.2. Saran ... 57

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Tembakau Deli

PTPN II Unit Kebun Helvetia Tahun 2001-2010 ... 2

2. Perkembangan Ekspor Tembakau Deli Tahun 2005-2009 ... 3

3. Luas Areal Tanaman yang dikelola PTPN II Kebun Helvetia Tahun 2010/2011 ... 29

4. Sarana dan Prasarana di PTPN II Kebun Helvetia ... 30

5. Penggunaan Pupuk Pada Pembibitan Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam ... 36

6. Penggunaan Pupuk Pada Tanaman TembakauDeli Per Hektar Per Musim Tanam ... 36

7. Penggunaan Pestisida Pada Pembibitan Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam ... 37

8. Penggunaan Pestisida Pada Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam ... 37

9. Distribusi Total Biaya Produksi Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam ... 39

10.KarakteristikTotal Produksi Hasil Jadi Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam ... 40

11.Rata-rata Penerimaan Usahatani Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam ... 41

12.Efisiensi Biaya Produksi Tahun 2008-2010 ... 42

13.Matriks Evaluasi Faktor Internal ... 48

14.Matriks Evaluasi Faktor Eksternal ... 49

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1. Diagram Matriks SWOT ... 16

2. Matriks Posisi Analisis SWOT ... 19

3. Skema Kerangka Pemikiran ... 22

4. Matriks Posisi Pengembangan Tembakau Deli PTPN II Kebun

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. a. Curahan Tenaga Kerja (HK) Pembibitan Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim tanam 2009-2010

b. Curahan Tenaga Kerja (HK) Penanaman Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim tanam 2009-2010

2. a. Biaya Tanaman Untuk Tanaman Tembakau Deli Pada Pembibitan Per Hektar Per Musim Tanam 2009-2010

b. Biaya Tanaman Untuk Tanaman Tembakau Deli Pada Penanaman Per Hektar Per Musim Tanam 2009-2010

3. Biaya Panen dan Pengangkutan Untuk Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam 2009-2010

4. Biaya Pengolahan Untuk Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam 2009-2010

5. Biaya Penyusutan Untuk Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam 2009-2010

6. Biaya Umum dan Tata Usaha Untuk Tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam 2009-2010

7. Rata-rata Biaya Produksi tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam Tahun 2007-2008

8. Rata-rata Biaya Produksi tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam Tahun 2008-2009

9. Rata-rata Biaya Produksi tanaman Tembakau Deli Per Hektar Per Musim Tanam Tahun 2009-2010

10.Pembobotan Faktor Internal

(12)

ABSTRAK

FAHRANY PERMATA SARI NASUTION (060304057/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi “Upaya Pengembangan Tembakau Deli PT.Perkebunan Nusantara II Unit Kebun Helvetia”. Penelitian ini dibimbing oleh Dr. Rahmanta Ginting, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan H.M. Mozart B. Darus, M.Sc sebagai anggota komisi pembimbing. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, menganalisis tingkat pendapatan produksi tembakau Deli serta menyusun strategi pengembangan terhadap komoditi tembakau Deli. Metode penelitian yang digunakan adalah secara purposive yaitu di PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah perkebunan yang masih aktif dan dapat dijangkau oleh peneliti. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan : faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tembakau Deli adalah pengurangan jumlah lahan, kondisi iklim yang semakin sulit diprediksi, penurunan kesuburan tanah dan pengolahan lahan yang tidak sempurna serta semakin minimnya tenaga kerja. Tingkat pendapatan usahatani tembakau Deli di daerah penelitian mengalami kerugian sebesar Rp.2.294.345 per hektar per musim tanam. Strategi pengembangan komoditi unggulan tembakau Deli terutama dapat dilakukan dengan beberapa cara di antaranya meningkatkan jumlah produksi, peningkatan peran serta masyarakat setempat dan perluasan pangsa pasar.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkebunan dapat diartikan berdasarkan fungsi, pengelolaan, jenis tanaman, dan

produk yang dihasilkan. Perkebunan berdasarkan fungsinya dapat diartikan

sebagai usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan

dan devisa negara, dan pemeliharaan kelestarian sumber daya alam

(Murdiyati, 2010).

Tembakau merupakan salah satu komoditas non migas yang penting di Indonesia

karena sebagai sumber devisa dan pendapatan negara dalam aktivitas ekonomi

dan cukup banyak menyerap tenaga kerja.

Indonesia merupakan salah satu penghasil tembakau dengan mutu yang terbaik.

Salah satu tembakau yang terkenal di pasar global adalah tembakau Deli yang

merupakan komoditas daerah Sumatera Utara. Mengingat bahwa tembakau Deli

merupakan komoditi yang di ekspor secara tetap dan merupakan sumber devisa

negara. Mutu tembakau deli belum tertandingi oleh tembakau-tembakau dari

daerah lain, baik dari dalam maupun dari luar negeri

(Departemen Pertanian, 1994).

Tembakau Deli yang mengharumkan Indonesia, sudah mulai turun produksinya,

dimana luas kebun tembakau PT. Perkebunan Nusantara II dapat di lihat pada

tabel 1.Hal tersebut disebabkan dengan perkembangan zaman dan bertambahnya

(14)

manusia yang butuh akan sandang, pangan, perumahan yang berdampak pada

peralihan fungsi tanah menjadi bangunan, sarana jalan dan pabrik.

Tabel 1. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Tembakau Deli PT. Perkebunan Nusantara II unit kebun Helvetia Tahun 2001 s/d 2010

NO Tahun Luas Areal

Sumber : Data Sekunder PTPN II kebun Helvetia, 2001-2010

Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa luas perkebunan tembakau Deli PTPN II

mengalami penurunan. Pada tahun 2009 luas perkebunan tembakau Deli PTPN II

sempat mengalami kenaikan, akan tetapi pada tahun 2010 luas perkebunan

tembakau Deli PTPN II mengalami penurunan kembali. Begitu juga dengan

produksi tahun 2010 mengalami penurunan.

Ekspor terbesar tembakau Deli yang diproduksi PT Perkebunan Nusantara II

(PTPN II), Medan, Sumatera Utara, sampai tahun 2010 masih ke Bremen, yang

dilakukan dalam bentuk lelang. Selain lelang, ekspor dilakukan dengan cara biasa

(15)

Tabel 2. Perkembangan Ekspor Tembakau Deli Tahun 2005 s/d 2009

Tahun Berat Bersih (Ton)

2005 26.327

2006 29.072

2007 32.374

2008 37.630

2009 37.307

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005-2009

Tembakau mempunyai potensi dalam mendatangkan devisa negara. Dalam kurun

waktu 2005-2009 menunjukkan perkembangan yang cukup berfluktuasi

(Badan Pusat Statistik, 2010).

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa masalah

berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi tembakau Deli di

daerah penelitian?

2. Bagaimana tingkat pendapatan produksi tembakau Deli di daerah penelitian?

3. Bagaimana strategi pengembangan terhadap komoditi tembakau Deli di

daerah penelitian?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

produksi tembakau Deli di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis tingkat pendapatan produksi tembakau Deli di daerah

(16)

3. Untuk menyusun strategi pengembangan terhadap komoditi tembakau Deli

di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang terkait dalam

pengembangan perkebunan tembakau deli.

2. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan dalam

peningkatan produksi komoditi tembakau deli.

3. Sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Tembakau Deli merupakan jenis tembakau yang memiliki kualitas khusus sebagai

pembungkus cerutu (bukan rokok). Pasar yang terbuka bagi cerutu berpengaruh

terhadap permintaan tembakau cerutu dengan kualitas khusus. Itu menjadikan

tembakau Deli memiliki potensi yang luar biasa.

Tembakau Deli merupakan komoditas yang patut mendapatkan ancungan jempol.

Betapa tidak, sejak zaman penjajahan Belanda hingga kini, nama tembakau deli

sudah tidak asing lagi di mata dunia.

Cerutu merupakan salah satu produk tembakau yang standar kualitasnya

tergantung pada masing-masing selera pembeli. Meskipun agribisnis tembakau

cerutu menghadapi tantangan antara lain kampanye antirokok, peluang agribisnis

tembakau cerutu masih sangat terbuka. Pertama tembakau cerutu Indonesia di

pasar internasional sangat diperlukan, khususnya untuk kualitas-kualitas tinggi

karena tembakau cerutu Indonesia mempunyai ciri khas. Kedua peminat tembakau

cerutu meningkat. Ketiga adanya ketergantungan beberapa pabrik rokok cerutu di

Eropa terhadap cerutu Indonesia (Budiarto, 2007).

PT. Perkebunan Nusantara II berhasil dengan diakuinya mutu tembakau yang

(18)

tembakau Deli di pasar lelang cukup tinggi, meskipun produksi yang dilelang

jumlahnya sedikit (Portal Indonesia, 2010).

Seiring dengan pertambahan tahun, produksi perkebunan tembakau Deli semakin

turun. Penurunan produktivitas tembakau Deli disebabkan krisis global yang

dihadapi dunia sehingga permintaan pasar terhadap cerutu berkurang. Selain itu di

tahun 2008, di Negara Eropa, ada pembatasan masyarakat untuk merokok bahkan

larangan merokok (Portal Indonesia, 2010).

Bukan hanya tembakau Deli yang mengalami penurunan permintaan, negara

penghasil tembakau lainnya sejak kampanye anti rokok di Eropa juga mengalami

penurunan permintaan. Jadi, sebagai antisipasi kerugian manajemen, maka pihak

PTPN II melakukan penjualan di Indonesia (MedanPunya.com, 2011).

Penjualan tembakau Deli milik PT. Perkebunan Nusantara II yang akan langsung

dipasarkan di Indonesia baru akan dimulai Juni 2011. Disebabkan tembakau

masih dikemas di dalam gudang untuk dikirim menjadi contoh dipasar Eropa

(MedanPunya.com, 2011).

Penurunan penjualan pada tembakau Deli dikarenakan beberapa faktor antara lain:

1. Permintaan yang menurun karena kampanye anti merokok, “smoking can

cause cancer, heart attack, impotency, pregnancy and embryo disorder”.

Kemudian negara menaikkan cukai cerutunya, sehingga cerutu menjadi barang

mahal.

2. Produsen sengaja menurunkan produksinya sesuai dengan kemampuan

(19)

3. Bisa juga lingkungan di Negara produsen sendiri, polusi lingkungan,

pemakain areal yang terus menerus, dosis pemupukan dan penggunaan obat

obatan yang yang tidak tepat dosis, serta iklim yang susah diprediksi akan

sangat mempengaruhi kualitas dari tembakau sendiri disatu pihak, dipihak

pembeli tuntutan akan kualitas makin tinggi.

4. Terpinggirkannya areal-areal yang sesuai dengan tanaman tembakau karena

perkembangan kota (Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2009).

Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nofria Maulidiana (2008) di

PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia, ruang lingkup permasalahan sistem

budidaya tembakau Deli yang diidentifikasikan terdiri atas adanya pengembangan

kota yang terus mengurangi ketersediaan faktor produksi di kawasan Helvetia,

faktor iklim yang semakin sulit diprediksi, penurunan kesuburan tanah dan

pengolahan tanah yang tidak sempurna.

Peningkatan produktivitas merupakan motor penggerak kemajuan ekonomi dan

keuntungan perusahaan. Produktivitas juga penting untuk meningkatkan upah dan

penerimaaan perseorangan. Faktor yang mungkin mempengaruhi produktivitas

adalah faktor luar, produk, proses, kapasitas dan sediaan, tenaga kerja dan mutu.

- Faktor luar termasuk peraturan pemerintah, persaingan dari perusahaan lain,

permintaan konsumen (di luar kendali perusahaan).

- Produk adalah suatu faktor yang secara kuat mempengaruhi produktivitas,

umumnya mengeluarkan teknologi produk baru yang meningkatkan

(20)

- Proses yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas adalah aliran

proses, otomatisasi, tata letak, dan pemilihan tipe proses.

- Kapasitas dan sediaan adalah faktor keempat yang dapat mempengaruhi

produktivitas. Kelebihan kapasitas sering menjadi suatu faktor yang

memberikan andil terhadap rasio produktivitas yang buruk. Sedangkan

sediaan dapat menjadi perusak atau penolong terhadap produktivitas jika

dilihat dari besar kecilnya sediaan. Terlalu kecil sediaan pun akan

menyebabkan kehilangan penjualan, berkurangnya volume dan akhirnya

penurunan produktivitas. Dan terlalu banyak sediaan pun akan mengakibatkan

biaya modal lebih tinggi dan produktivitas rendah.

- Tenaga kerja yang terpenting dari semuanya dan mendapat perhatian besar,

dikarenakan tenaga kerja dihubungkan dengan sejumlah besar subsektor,

seperti seleksi dan penempatan, pelatihan, rancangan pekerjaan, penyediaan,

struktur organisasi, penghargaan, sasaran, dan serikat buruh.

- Faktor yang terakhir adalah mutu. Mutu yang buruk dapat menyebabkan

produktivitas rendah.

(Schroeder, 1989).

Untuk meningkatkan kualitas produksi tembakau Deli, PT. Perkebunan Nusantara

II sudah melakukan berbagai kebijakan antara lain memfokuskan pengembangan

dan perawatan tanamanan tembakau di kebun-kebun yang dinilai masih produktif

(21)

Teknik Budidaya Tanaman Tembakau Pembibitan

Benih yang digunakan sebagai bibit harus memiliki sertifikat atau telah diketahui

kualitasnya. Jumlah benih yang digunakan adalah 8-10 gram/ha, tergantung pada

jarak tanamnya. Selain itu bibit harus utuh, tidak terserang hama penyakit dan biji

tidak keriput. Ada tiga teknik yang digunakan dalam penyemaian benih yaitu:

1. Permanen

Dapat berupa nampan plastik belubang-lubang untuk menanam benih, sistem ini

disebut sistem tray. Nampan plastik yang digunakan berukuran 40x60 cmyang

berisi 308 lubang tanam berukuran 2,2 cm x 2,2 cm dengan kedalaman 4 cm, atau

dibuat langsung di lahan berupa bangunan kotak dengan 120 cm, tinggi 25 cm dan

panjang disesuaikan dengan kondisi lahan.

2. Semi Permanen

Tempat persemaian ini hanya dapat digunakan beberapa kali saja, terbuat dari

anyaman bambu/papan kayu. Ukuran panjang 1 m, lebar 1 m dan lebar 25 cm

ataupun dengan menggunakan variasi lebar 2 m.

3. Tidak Permanen

Persemaian dilakukan langsung di lapangan dengan dibuat bedengan/parit.

Bedeng dibuat berukuran 100-120 cm dan tinggi 20-30 cm, panjang disesuaikan

dengan panjang lahan. Tempat persemaian berupa polibag. Bedeng diberikan

naungan daun-daunan dengan tinggi 1 m di sebelah timur dan 60 cm di sebelah

(22)

Pemeliharaan dan pemindahan bibit

Pemelihraan dilakukan untuk menjaga agar bibit tetap berada dalam keadaan

lembab dan mendapat cukup sinar matahari, oleh karena itu persemaian

dianjurkan dibuka pada pagi hari sampai jam 10.00. selanjutnya, agar bibit dapat

tumbuh dengan baik maka perlu dilakukan penjarangan tanaman, penjarangan ini

dapat dilakukan setelah 7 hari. Setelah berumur 3 minggu bibit dapat dipindahkan

ke dalam polibag. Sedangkan untuk pemindahan ke lahan apabila bibit berumur

35-55 hari setelah semai (Cahyono, 1998).

Pengolahan media tanam

Persiapan dan pengolahan tanah adalah 25-55 hari sebelum semai. Sebelum tanah

diolah tanah dibiarkan kering selama 1 bulan. Pengolahan tanah yang pertama

adalah dibajak dengan traktor dan dibiarkan selama 1 minggu sebagai tindakan

disinfektan alami karena terkena cahaya matahari. Tindakan disinfektan alami ini

terjadi karena cahaya matahari dapat membantu terjadinya proses pemasaman

(oksidasi) dari zat-zat beracun (asam sulfida) yang berasal dari tanah.

Langkah selanjutnya adalah pembentukan bedengan, bedeng tidak perlu lebar

cukup 40 cm dan tinggi 40 cm. jarak antar bedeng 90-100 cm dan membujur

antara timur dan barat agar tanaman mendapatkan sinar matahari yang cukup

kemudian dilanjutkan dengan pemupukan. Pupuk kandang dapat diberikan dengan

cara ditabur merata pada permukaan tanah. Setelah satu minggu dibuat parit-parit

(23)

Teknik penanaman

Tahap pertama yang harus dilakukan adalah menentukan pola tanam untuk setiap

jenis tembakau apakah ditanam pada musim hujan ataupun pada musim kemarau.

Untuk pembuatan lubang tanaman, apabila jenis tembakau cerutu yang

menghendaki daun yang tipis dan halus maka jarak tanam sekitar 90 cm x 70 cm.

Cara pemindahan bibit dari kotak persemaian terdiri atas :

- Cara cabut

yaitu bibit dicabut dari polibag dengan cara dibasahi agar mempermudah

pencabutan. Akar bibit yang dicabut dengan cara ini tidak mempunyai massa

tanah.

- Cara putaran

Dapat pula benih diambil dengan cara ini dengan mempergunakan sendok

agar tanahnya terambil.

Lubang tanam disesuaikan dengan jarak tanam dibuat dengan kedalaman 10 cm –

15 cm basahi terlebih dahulu tanahnya agar bibit dapat berdiri dengan tegak.

Benamkan bibit sedalam akar leher, waktu tanam lebih baik dilakukan pada pagi

hari atau sore hari (Cahyono, 1998).

Pemeliharaan tanaman

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan tanaman tembakau

yaitu penyulaman, penyiangan, pemupukan serta penyiraman dan pengairan. Pada

penyulaman, dilakukan setelah seminggu ditanam. Bibit yang kurang baik dapat

diganti dengan cara dicabut dan diganti dengan bibit baru yang berumur sama.

Penyiangan dapat dilakukan setiap 3 minggu. Dilakukan dengan tangan untuk

(24)

Pemupukan dilakukan untuk menjaga tanaman tumbuh dengan baik. Pemupukan

susulan dilakukan dua kali. Dosis pupuk yang dianjurkan tergantung dari tempat

dan varietas. Untu tembakau Deli dosis pupuk yang digunakan adalah ZA 343

kg/ha, TSP 358 kg/ha, dan ZK 577 kg/ha. Cara pemberian pupuk adalah sebagai

berikut :

- Pupuk kandang dicampur dengan permukaan tanah bedengan sebelum tanam.

- Pupuk fosfat diberikan pada saat tanam dengan cara ditaburkan pada

permukaan tanah, diberi air dan dicampur tipis dengan tanah.

- Pupuk nitrogen dan kalium diberikan bertahap pada hari ke-7 dan hari ke-28

setelah tanam dengan cara diletakkan dalam lubang berjarak 10 cm dari

batang.

Tahap pemeliharaan tanaman selanjutnya adalah pengairan dan penyiraman.

Pengairan diberikan 7 hari setelah tanam dengan jumlah air sedikitnya 1-2 liter

per tanaman. Setelah umur 7-25 hari frekuensi penyiraman adalah 3-4 liter per

tanaman. Pada umur 25-30 hari setelah tanam, frekuensi pemberian air diberikan

4 liter per tanaman. Pada umur 45 hari setelah tanam pertumbuhan akan sangat

cepat oleh karena itu diperlukan 5 liter per tanaman setiap 3 hari. Setelah itu pada

umur 65 hari tanaman tidak memerlukan penyiraman lagi, kecuali bila cuaca

sangat kering (Cahyono, 1998).

2.2. Landasan Teori

Prospek pengembangan tembakau sangat tergantung pada perkembangan daya

serap pasar ekspor. Untuk tembakau ekspor, perkembangan pasar ekspor relatif

(25)

pertanaman tembakau dan bagaimana mempertahankan kesinambungan supply

dan mutu, agar para eksportir tidak direbut oleh negara pesaing.

(Departemen Pertanian, 2006).

PTPN II merupakan salah satu perusahaan yang masih menghasilkan tanaman

tembakau, khususnya tembakau Deli. Untuk melihat upaya pengembangan suatu

usaha (dalam hal ini usaha perkebunan tembakau), perlu melakukan analisis

lingkungan (lingkungan luar dan lingkungan dalam) guna meramalkan perubahan

lingkungan yang mempengaruhi usaha tersebut. Analisis lingkungan ini dapat

dilakukan melalui apa yang dikenal sebagai analisis SWOT (Strength, Weakness,

Opportunity dan Threat). Analisis kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness)

ditujukan untuk lingkungan internal organsasi. Analisis ini membantu

menerapkan suatu dasar realistis untuk formulasi strategi untuk semua tingkat

organisasi. Sedangkan analisis peluang (Opportunity) dan kendala (Threat)

ditujukan untuk lingkungan luar organisasi. Analisis ini memberi manajer

pemahaman tentang peluang serta hambatan dan kendala dalam hubungannya

dengan pilihan atau proses produksi barang-barang dan jasa-jasa untuk

masyarakat secara nyata menguntungkan organisasi (Silalahi, 2002).

Analisis situasi merupakan awal proses perumusan strategi. Selain itu, analisis

situasi juga mengharuskan para manajer strategi untuk menemukan kesesuaian

strategis antara peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal,

disamping memperhatikan ancaman-ancaman eksternal dan

kelemahan-kelemahan internal. Mengingat bahwa SWOT adalah akronim untuk Strengths,

(26)

merupakan faktor-faktor strategis. Jadi, analisis SWOT mengidentifikasi

kompetensi langka perusahaan yaitu keahlian tertentu dan sumber-sumber yang

dimiliki perusahaan dan cara unggul yang mereka gunakan

(Hunger dan Wheelen, 1996).

Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan

mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor

internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths, Weakness,

Opportunities dan Threats. Metode ini paling sering digunakan dalam metode

evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Analisis SWOT

hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah.

Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:

- Strengths (kekuatan)

Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau

konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang

terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

- Weakness (kelemahan)

Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau

konsep bisnis yang ada.Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang

terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

- Opportunities (peluang)

Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi

yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep

bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi

(27)

- Threats (ancaman)

Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat

mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis (Wibisono, 2010).

Berdasarkan analisis SWOT, maka dapat dibandingkan atau melakukan

perbandingan secara sistematis antara peluang dan ancaman eksternal disatu pihak

dengan kekuatan dan kelemahan internal dilain pihak (Tangkilisan, 2003).

Analisis SWOT memang terlihat sederhana tetapi dapat juga menimbulkan

masalah, misalnya dalam menentukan ukuran ada tidaknya suatu kekuatan yang

dimiliki perusahaan, begitu pula halnya dengan kelemahan, peluang dan ancaman

untuk memperoleh kesepakatan dalam penggunaan ukuran seragam memang

tidaklah mudah karena tingkat subyektivitas setiap perusahaan berbeda-beda

(Rangkuti, 1997).

Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap

kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua

informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Dalam hal

ini digunakan matriks SWOT (Rangkuti, 2008).

Dalam proses tahapan perencanaan strategi, sebaiknya gunakan model yang dapat

memperoleh analisis yang lebih lengkap dan akurat. Model yang dikembangkan

oleh David (1989), model yang cukup komprehensif dan secara terinci

melengkapi semua model lainnya. Model ini disebut Matriks TOWS atau SWOT.

Matrik SWOT atau TOWS ini berguna untuk menentukan strategi ke depan.

(28)

Internal

Gambar 1. Diagram Matriks SWOT/TOWS

David tidak memakai singkatan SWOT seperti yang lazim didengar, tetapi lebih

senang menggunakan TWOS yang tampaknya ingin mendahulukan analisis

Ancaman dan Peluang untuk kemudian melihat sejauh mana kapabilitas internal

sesuai dan cocok dengan faktor-faktor eksternal tersebut. Ada empat strategi yang

tampil dari hasil analisis TWOS.

Strategi SO dipakai untuk menarik keuntungan dari peluang yang tersedia dalam

lingkungan eksternal.

Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan

memanfaatkan peluang dari lingkungan luar.

(29)

Strategi WT adalah taktik pertahanan yang diarahkan pada usaha memperkecil

kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal (Salusu, 1996).

Menurut Situmorang dan Dilham (2007) dalam membuat analisis SWOT dapat

dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Persiapan : Menyamakan Pemahaman (Persepsi)

- Perlunya identifikasi terhadap peluang dan ancaman yang dihadapi serta

kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi melalui penelaah terhadap

lingkungan usaha dan potensi sumber daya organisasi dalam menetapkan

sasaran dan merumuskan strategi organisasi yang realistis dalam mewujudkan

visi dan misinya.

- Mengumpulkan jenis dan kualitas data dan informasi yang internal dan

eksternal yang diperlukan

- Menyamakan langkah-langkah (prosedur) dalam melakukan analisis eksternal

dan internal

2. Mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal

- Internal faktor (identifikasi kekuatan dan kelemahan)

- Eksternal faktor (identifikasi peluang dan ancaman)

- Melakukan pembobotan

Faktor-faktor yang dimonitoring berikut hasil monitoring dimasukkan ke

dalam lembar kerja, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

- Identifikasi faktor-faktor kunci internal yang merupakan kekuatan beri

tanda ”K” dan kelemahan beri tanda ”L” pada kolom sifat. Faktor-faktor

kunci eksternal yang merupakan peluang beri tanda ”P” dan ancaman beri

(30)

- Beri bobot untuk setiap faktor dari 0,00 sampai 1,00 pada kolom bobot.

Untuk mempermudah pembobotan, beri nilai 1 sampai 4 pada kolom nilai;

1 = tidak penting, 2 = agak penting, 3 = penting, dan 4 = sangat penting.

Setelah diberi nilai, nilai tersebut di jumlah, dan bobot untuk setiap adalah

nilai yang dibagi dengan nilai semua faktor.

- Berikan peringkat 1 dan 2 untuk faktor kunci internal yang merupakan

kekuatan yang utama/mayor (peringkat 2) dan yang sekunder/minor

(peringkat 1), sedangkan untuk kelemahan yang utama/mayor (peringkat

1) dan yang sekunder/minor (peringkat 2). Begitu juga untuk faktor kunci

eksternal, yang merupakan peluang; 1 = rendah (kurang efektif) dan 2 =

tinggi (cukup efektif), sedangkan untuk ancaman; 1 = tinggi (cukup

efektif) dan 2 = rendah (kurang efektif).

3. Membuat matriks evaluasi faktor internal (EFI) dan evaluasi faktor eksternal

(EFE)

Hasil identifikasi faktor-faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan

kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel matriks Evaluasi

Faktor Internal (EFI) untuk diberi skor bobot x rating. Skor faktor-faktor

kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan masing-masing

dijumlah dan kemudian diperbandingkan. Sedangkan hasil identifikasi

faktor-faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan ancaman, pembobotan

dan rating dipindahkan ke tabel matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

untuk diberi skor bobot x rating. Skor faktor-faktor kunci eksternal yang

merupakan peluang dan ancaman masing-masing dijumlah dan kemudian

(31)

4. Membuat matriks posisi

Hasil analisis pada tabel matriks evaluasi faktor internal dan eksternal

dipetakan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut:

- Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan

sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

- Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil analisis sebagai berikut:

- Kalau peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y>0 dan

sebaliknya ancaman lebih besar daripada peluang maka nilai y<0.

- Kalau kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x>0 dan

sebaliknya kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilai x<0.

EKSTERNAL FAKTOR

Gambar 2. Matriks Posisi Analisis SWOT

Kuadran I : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan perusahaan

(32)

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus ditetapkan

dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan

yang agresif (Growth Oriented Strategi).

Kuadran II : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus

diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan

peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi

(produk atau pasar).

Kuadran III : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar tetapi

dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan

internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan

masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut

peluang pasar yang baik.

Kuadran IV : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,

perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan

kelemahan internal. Strategi yang diambil adalah defensif,

(33)

2.3. Kerangka Pemikiran

Nama besar tembakau asal Indonesia, khususnya tembakau Deli tetap terjaga di

pasar luar negeri. Hal ini terbukti dengan diminatinya tembakau ekspor asal

Sumatera Utara ini. Tapi ironisnya, lahan perkebunan tembakau terus menyusut.

Namun, seiring dengan pertambahan tahun, produksi perkebunan tembakau Deli

semakin turun. Penurunan produktivitas tembakau deli disebabkan krisis global

yang dihadapi dunia sehingga permintaan pasar terhadap cerutu berkurang. Selain

itu di tahun 2008, di Negara Eropa, ada pembatasan masyarakat untuk merokok

bahkan larangan merokok.

Tembakau cerutu dari Indonesia sangat terkenal, PTPN II berhasil dengan

diakuinya mutu tembakau yang dilelang di Bremen pada tahun 2007. Akan tetapi,

jumlah tanaman tembakau Deli semakin lama semakin menurun. Ini diakibatkan

adanya program konversi ke tanaman lain, seperti tebu dengan perhitungan lahan

tembakau Deli sudah tidak bagus lagi, hilangnya areal tanaman tembakau karena

HGU (Hak Guna Usaha) nya sudah habis dan tidak diperpanjang pemerintah. Dan

kini banyak digarap masyarakat atau jadi lahan terlantar. Jika hal ini bisa

dikembalikan ke PTPN II untuk ditanami tembakau, pasti produksinya bisa cepat

(34)

Keterangan :

: Menyatakan Proses

: Menyatakan Hubungan

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Tembakau

Produksi

Proses Output

Input

Biaya Penerimaan

Strategi Pengembangan

Pendapatan

Faktor yang mempengaruhi menurunnya produksi:

• Luas lahan

• Perubahan iklim yang sulit diprediksi

• Penurunan kesuburan dan pengolahan tanah

(35)

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan penelitian-penelitian sebelumnya, dapat dibentuk hipotesis,

antara lain :

1. Tingkat pendapatan komoditi tembakau Deli tidak baik, dimana total cost

(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah sampel dilakukan secara purposive yaitu teknik

penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Daerah yang dijadikan

daerah penelitian adalah di PT. Perkebunan Nusantara II unit kebun Helvetia

Kabupaten Deli Serdang. Pemilihan daerah tersebut dikarenakan unit Kebun

Helvetia merupakan salah satu daerah perkebunan yang masih aktif dalam

memproduksi komoditi tembakau Deli.

3.2.Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

adalah data yang diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dengan

penelitian ini.

3.3.Metode Analisis Data

Untuk mengidentifikasi masalah 1 digunakan analisis deskriptif yaitu

menganalisis tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi

tembakau Deli berdasarkan data yang diambil di daerah penelitian.

Untuk mengidentifikasi masalah 2 digunakan analisis pendapatan dengan

menggunakan rumus :

(37)

TR = Y x Py Keterangan :

TR = Total Penerimaan (Rp)

Y = Jumlah Produksi (Kg)

Py = Harga Jual Produk (Rp)

Maka, untuk menghitung pendapatan usahatani adalah :

Pd = TR – TC Keterangan :

Pd = Pendapatan Usahatani

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

TC = Total Cost (Total Biaya)

Untuk mengidentifikasi masalah 3 digunakan metode analisis SWOT yaitu

dengan mengamati kekuatan dan kelemahan yang berasal dari internal usahatani

dan pengolahan, serta mengamati peluang dan ancaman yang berasal dari

eksternal usahatani dan pengolahan yang kemudian disusun upaya dan strategi

yang diterapkan dalam peningkatan kinerja sistem pemasaran produk di daerah

penelitian. Dengan analisis SWOT dapat dilihat jalan keluar untuk memperoleh

jawaban dalam menyusun strategi bisnis.

3.4. Defenisi dan Batasan Operasional 3.4.1. Definisi

1. Strategi merupakan tindakan yang bersifat senantiasa incremental (meningkat)

dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa

(38)

2. Biaya adalah segala pengeluaran atau ongkos yang dikeluarkan dalam

kegiatan usahatani.

3. Produktivitas tembakau Deli adalah tingkat produksi tembakau Deli yang

merupakan hasil dari perbandingan produksi tembakau Deli dan luas lahan

tembakau Deli.

4. Penerimaan usahatani tembakau Deli adalah total produksi yang dihasilkan

dikali dengan harga komoditi tembakau Deli selama musim tanam masa

produksi yang dihitung dalam rupiah.

5. Pendapatan adalah total penerimaan dikurangi total biaya produksi.

6. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) adalah

strategi pengembangan dengan menganalisis factor-faktor kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman.

3.4.2. Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah di PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Helvetia.

(39)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. Sejarah Profil Kebun

Kebun Helvetia dibuka pada tahun 1869 yang diusahakan oleh Pemerintah

Belanda dengan nama Perusahaan Deli Maatschappij. Pada masa sebelum

kemerdekaan Indonesia, Perusahaan ini menjadi kekuasaan Belanda sepenuhnya.

PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia merupakan salah satu dari 22 unit

perusahaan perkebunan milik PT. Perkebunan Nusantara II dimana pada awal

tahun 2008 terjadi penggabungan antara kebun Kelambir Lima dengan kebun

Helvetia yaitu guna meningkatkan efisien dan efektivitas kinerja BUMN dan

Pemerintah.

Pada tahun 1958 Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih Perusahaan dan

diberi nama PPN BARU (Pusat Perkebunan Negara Baru). Peralihan Perusahaan

kebun Helvetia dapat diuraikan sebagai berikut :

- Pada tahun 1869 : Deli Maatschappij

- Pada tahun 1910 : Deli Maatschappij berubah menjadi NV.VDM

(Verenidg Deli Maatschappijen)

- Pada tahun 1959 : NV.VDM beralih menjadi PPN Baru

- Pada tahun 1960 : PPN Baru berubah menjadi PPN Cabang Sumatera

Utara Unit Sumut-I

- Pada tahun 1961 : PPN Cabang Sumut Unit Sumut-I berubah menjadi

(40)

- Pada tahun 1963 : PPN Sumut-I (khusus tembakau) berubah menjadi

PPN tembakau Deli-II

- Pada tahun 1968 : PPN tembakau Deli II berubah menjadi PNP IX

- Pada tahun 1974 : PNP IX berubah menjadi Perusahaan Perseroan

PTP-IX

- Pada tahun 1996 : Perusahaan Perseroan PTP-IX berubah menjadi

PTP Nusantara II (Persero) sampai saat ini.

4.2. Letak dan Keadaan Geografis Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia Kabupaten

Deli Serdang. Kebun Helvetia terletak didua Kecamatan yaitu Kecamatan

Hamparan Perak dan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang. Terdiri dari dua

HGU (Hak Guna Usaha) nomor: 111 dan 102 dengan luas lahan seluruhnya

3.372,76 Ha. PTPN II kebun Helvetia mengelola 3 (tiga) jenis komoditi

perkebunan yaitu :

1. Budidaya Tanaman Tebu

2. Budidaya Tanaman Tembakau

3. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit.

Tetapi pabrik (gudang) pengolahan yang dimiliki hanya tembakau saja. Daun

hijau tembakau hasil kebun sendiri diolah menjadi daun tembakau kering setelah

proses pemeraman. Oleh karena itu, produk hasil jadi daripada PTPN II kebun

(41)

Tabel 3. Luas areal tanaman yang dikelola PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia tahun 2010/2011

No Areal tanaman Luas Lahan

(Ha) 1 Kelapa sawit (TBM dan TM) 346

2 Tembakau 160

3 Tebu 400

Jumlah luas areal tanaman 906 Sumber : Data Sekunder PTPN II kebun Helvetia

Sebagian besar tembakau yang dihasilkan PTPN II unit kebun Helvetia diekspor

ke luar negeri yaitu Jerman dan Amerika Serikat (AS). Ada tiga jenis daun

tembakau kering yang menjadi hasil jadi Perusahaan ini yaitu :

- LB (Lelang Bremen)

- Non Lelang Bremen

- DGR (Daun Gruis)

Keadaan tofografi tanah umumnya datar dengan struktur tanah baik (subur dan

gembur), dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan kebun Klumpang

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Gusta

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Sei Deli Kecamatan Medan Labuhan

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Sei Belawan.

Kebun Helvetia adalah salah satu kebun tembakau yang tetap dipertahankan

keberadaannya disebabkan oleh faktor produktivitas yang dinilai masih tinggi

(42)

Sarana dan Prasarana

PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia memiliki sarana dan prasarana yang

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Sarana dan prasarana di PT. Perkebunan Nusantara II kebun Helvetia

No Sarana dan Prasarana Jumlah

(unit)

1 Gudang Fermentasi 1

2 Gudang Barang 1

3 Poliklinik 1

4 Mesjid 1

5 Payung Tanam 1

6 Gubuk Kutip 1

Sumber : Data Sekunder PTPN II kebun Helvetia

PT. Perkebunan Nusantara II unit kebun Helvetia memiliki gudang fermentasi 1

unit yang berfungsi untuk memisahkan hasil tembakau yang telah dikeringkan dan

disusun menurut tembakau yang masih bagus daunnya dan yang sudah jelek

mutunya. Gudang barang juga dimiliki PT. Perkebunan Nusantara II kebun

Helvetia sebanyak 1 unit dan berfungsi untuk menyimpan hasil tembakau yang

akan dilelang. Untuk kesehatan para karyawan, Perusahaan juga telah

menyediakan poliklinik 1 unit. Begitu juga dengan kegiatan ibadah, Perusahaan

telah menyediakan mesjid di sekitar kebun Helvetia. Payung Tanam digunakan

untuk berteduh sewaktu karyawan tetap harian bekerja di kebun. Dan Gubuk

(43)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Tembakau Deli

Analisis dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tembakau

Deli. Adapun yang menjadi faktor-faktor tersebut merupakan faktor dari tanaman

tambakau Deli.

1. Pengurangan jumlah lahan akibat penggarapan liar.

Semakin berkembangnya suatu daerah menjadi perkotaan akan berdampak

besar terhadap pengurangan jumlah lahan potensial. Hal ini terjadi di lahan

perkebunan Helvetia. Penggarapan liar terlihat semakin ramai disepanjang

pinggiran kebun bahkan ada yang berani menggarap lahan ke tengah-tengah

kebun padahal sudah ada peraturan tentang lahan tersebut adalah milik PT.

Perkebunan Nusantara II (Persero).

Banyak lahan-lahan yang digarap telah dijualkan ke pihak ketiga mengingat

mahalnya harga tanah di kawasan tersebut. Keadaan ini sangat

mengkhawatirkan apabila pemerintah daerah tidak tegas untuk melaksanakan

PP no. 12 tahun 1997 tentang pelestarian tembakau Deli, maka tembakau Deli

di kawasan Helvetia akan berhenti berproduksi.

Oleh karena itu, pihak PTPN meminta perhatian pihak Badan Pertanahan

Nasional (BPN) Pusat dan pemerintah daerah untuk memperhatikan masalah

(44)

atas areal PTPN II dan pengukuran semua tanah-tanah garapan rakyat di

dalam areal PTPN II.

2. Kondisi iklim yang semakin sulit untuk diprediksi.

Unsur-unsur iklim yang berpengaruh dalam budidaya tembakau Deli adalah

temperatur, kelembaban udara, curah hujan, penyinaran cahaya matahari, dan

angin. Perubahan iklim secara global sudah menjadi isu yang mencemaskan

belakangan ini. Hal itu disebabkan karena ulah manusia yang tidak

memelihara lingkungan sehingga terjadi kerusakan dimana-mana yang

akhirnya justru merugikan semua makhluk hidup di atas bumi ini.

Iklim merupakan faktor produksi yang seringkali dianggap sebagai kendala

dalam proses produksi. Sistem budidaya tembakau Deli menghendaki iklim

yang tidak terlalu basah ataupun kering. Akan tetapi, variabel iklim yang

semakin sulit untuk diprediksi adalah curah hujan yang seringkali

mengganggu aktivitas produksi. Iklim Sumatera Utara mempunyai curah

hujan yang merata sepanjang tahun sehingga sulit untuk membedakan antara

musim hujan dan musim kemarau.

Minimnya alat untuk menghitung curah hujan seringkali membuat prediksi

yang dilakukan seringkali gagal. Sampai saat ini, alat yang digunakan untuk

menghitung curah hujan oleh Perusahaan masih dilakukan dengan sangat

sederhana karena hanya menggunakan gelas ukur dan dicatat secara manual.

Kelembaban udara yang baik berkisar antara 62% sampai dengan 85%. Untuk

(45)

3. Penurunan kesuburan dan pengolahan tanah yang tidak sempurna dikarenakan

penggunaan bahan-bahan kimia.

Pada awal pembukaan perkebuan tembakau Deli, tanah yang telah ditanami

tembakau akan diistirahatkan selama 8 tahun untuk mengembalikan

kesuburannya. Namun, hal itu tidak dilakukan pada saat sekarang ini karena

lahan justru dirotasikan dengan tanaman tebu yang membuat lahan semakin

miskin unsur hara. Lagi pula, masa istirahat lahan yang panjang akan

membuat masyarakat sekitar menggarap lahan tersebut kemudian setelah itu

Perusahaan akan kesulitan untuk mengambil alih kembali lahan tersebut.

Masa istirahat lahan dijadwalkan selama 5 tahun terbagi untuk penanaman

tebu selama 2 tahun dan selebihnya dilakukan pengolahan tanah dan dibiarkan

dengan menanam kucingan. Maka tanah hanya diistirahatkan selama 3 tahun.

Dalam pengolahan lahan tanaman tembakau di Kebun Helvetia tidak dapat di

tanam secara langsung setiap tahunnya dengan komoditi yang sama. Itulah

sebabnya disana dilakukan rotasi tanaman antara tanaman tembakau dan tebu

secara bergantian. Rotasi tanaman ini bertujuan untuk menghilangkan

racun-racun pestisida yang dapat merusak tanah dan juga mencegah kedatangan

angin bahorok yang dapat merusak tanaman tembakau. Selain rotasi tanaman,

lahan yang akan digunakan untuk tanaman tembakau, juga memerlukan

pendinginan lahan yang bertujuan memperbaiki kondisi lahan. Dalam jangka

waktu 3 tahun dilakukan 3 kali pengolahan tanah dengan menggunakan

traktor. Pengolahan ini terkadang tidak sempurna dilakukan disebabkan

banyak hal salah satunya adanya penggarapan liar yang mengganggu aktivitas

(46)

tua tetapi tetap dipaksakan bekerja sehingga sering terjadi kerusakan dan

untuk perbaikannya harus menunggu tenaga dari bengkel pusat yang

seringkali membuat pengolahan tanah menjadi terlambat dan tidak sempurna.

Sebenarnya dalam pengolahan lahan tembakau tidak dapat menggunakan

pestisida, seperti herbisida misalnya untuk membasmi rumput itu tidak dapat

dilakukan. Hal ini dikarenakan tanaman tembakau sangat sensitif terhadap

bahan kimia. Jadi dalam mengolah lahan yang begitu luas, rumput di babat

secara manual atau pun menggunkan mesin babat, setelah itu rumput

dikumpulkan lalu di bakar. Itulah sebabnya dalam pengolahan lahan tembakau

ini memerlukan waktu yang lama dan tenaga yang besar. Setelah itu barulah

lahan dapat di bajak kemudian dibuat bedengan tanaman, dan ditanamlah

tanaman tembakau. Tapi kenyataannya, pengolahan lahan tembakau Deli

kebun Helvetia menggunakan bahan-bahan kimia yang sudah ditentukan

dosisnya.

4. Semakin minimnya tenaga kerja dikarenakan pilihan pekerjaan di sekitar

kebun yang dapat meningkatkan kesejahteraan.

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting keberadaannya,

karena tenaga kerja akan menentukan berjalan atau tidaknya suatu proses

produksi. Bekerja pada pembudidayaan tembakau menjadi sesuatu hal yang

tidak menarik bagi tenaga kerja usia produktif saat ini di daerah Helvetia. Hal

ini muncul, karena semakin banyak pilihan pekerjaan untuk mereka misalnya

(47)

Tenaga kerja adalah faktor produksi yang sangat penting untuk diperhatikan,

perbaikan sistem pengupahan dan pengangkatan tenaga kerja honorer menjadi

tenaga kerja tetap diharapkan mampu menarik tenaga kerja baru untuk bekerja

di sistem budidaya tembakau Deli. Selain itu, pelatihan mengenai mata rantai

produksi juga harus dilakukan untuk seluruh pekerja di dalam sistem budidaya

tembakau Deli.

5.2. Usahatani Tembakau Deli

Pendapatan dari tanaman tembakau Deli merupakan hasil pengurangan dari

penerimaan dari hasil penjualan produksi tembakau Deli dengan biaya produksi

tanaman tembakau Deli. Biaya produksi untuk tanaman tembakau Deli yang

dikeluarkan selama proses usahatani

5.2.1. Biaya Produksi Tanaman Tembakau Deli

Biaya produksi dibedakan menjadi dua macam, yaitu biaya langsung dan biaya

tidak langsung. Jumlah biaya langsung seluruhnya dan biaya tidak langsung

seluruhnya merupakan biaya total produksi.

1. Biaya Langsung

Biaya langsung adalah biaya yang harus dikeluarkan pada berbagai tingkat

output yang dihasilkan. Pada penelitian ini yang termasuk biaya langsung

dalam usahatani tembakau Deli adalah :

a. Biaya Tanaman, biaya tanaman usahatani tembakau Deli terdiri dari :

- Bibit

Faktor produksi usahatani yang sangat berpengaruh terhadap kualitas dan

(48)

tembakau, PTPN II menggunakan jenis bibit F145 yang diperoleh

langsung dari BPTD (Balai Penelitian Tembakau Deli). Kemudahan

memperoleh bibit tanaman tembakau akan berpengaruh terhadap

kontinuitas produksi usahatani tembakau Deli. Pada tahun 2011, PTPN II

telah melaksanakan penanaman untuk tembakau dengan jumlah bibit 15

cc/ladang.

- Pupuk

Pupuk yang digunakan oleh PTPN II adalah pupuk RP, Dolomit, ZA, ZK,

dan NPK Mixed. Di PTPN II umumnya melakukan pemupukan sebanyak

dua kali dalam satu masa panen.

Tabel 5. Penggunaan pupuk pada pembibitan tanaman tembakau Deli Per Ha Per Musim Tanam

No. Jenis Pupuk Penggunaan Pupuk (gr/ha) 1 Mixed bibit

Tabel 6. Penggunaan pupuk pada tanaman tembakau Deli Per Ha Per Musim Tanam

No. Jenis Pupuk Penggunaan Pupuk (kg/ha)

1 RP 171

2 Dolomit 171

3 ZA 228

4 ZK 228

(49)

Pada Tabel 5 dan Tabel 6 pemberian pupuk harus menggunakan takaran

sendok penuh yang dikirimkan oleh BPTD.

- Pestisida

Jenis pestisida yang digunakan oleh PTPN II adalah previcur-N, decis 2,5

EC dan matador 25 EC, atabron 50 EC, confidor, topsindo 70 WP,

nemisphore 80 WP, obat pupus 0,5% dan obat semut 10%. Pemberian

pestisida pada tanaman tembakau Deli tergantung kebutuhan tanaman

tersebut.

Tabel 7. Penggunaan pestisida pada pembibitan tanaman tembakau Deli Per Ha Per Musim Tanam

No. Jenis Pestisida Penggunaan Pestisida Aplikasi 1 Previcur-N 360 cc/120 liter/ha Ground sprayer 2 Topsindo 70 WP 12 gr/12 liter/ha Ground sprayer 3 Nemisphore 80 WP 12 gr/12 liter/ha Ground sprayer 4 Decis 2,5 EC dan Matador 25 EC 6 cc/12 liter/ha Ground sprayer 5 Atabron 50 EC 7,8 cc/12 liter/ha Ground sprayer

6 Confidor 6 cc/12 liter/ha Ground sprayer

7 Obat semut 10 % 300 gr/ha Mengelilingi bedeng

Sumber : Data Sekunder PTPN II kebun Helvetia Tahun 2010

Tabel 8. Penggunaan pestisida pada tanaman tembakau Deli Per Ha Musim Tanam

No. Jenis Pestisida Penggunaan Pestisida Aplikasi 1 Topsindo 70 WP 14 gr/12 liter/ha Ground sprayer 2 Nemisphore 80 WP 17 gr/12 liter/ha Ground sprayer 3 Decis 2,5 EC dan Matador 25 EC 24 gr/12 liter/ha Ground sprayer 4 Atabron 50 EC 36 gr/12 liter/ha Ground sprayer

5 Confidor 24 gr/12 liter/ha Ground sprayer

6 Obat pupus 0,5 % 120 kg/ha Di pucuk tanaman

Sumber : Data Sekunder PTPN II kebun Helvetia Tahun 2010

Pada Tabel 7 dan Tabel 8 pengukuran dosis obat bentuk cair menggunakan

gelas ukur. Dan pengukuran dosis obat bentuk tepung ditimbang di gudang

(50)

pencampuran obat diawasi oleh Asisten Afdeling dengan menggunakan air

relatif jernih.

- Teknologi/Mesin

Penggunaan teknologi/mesin merupakan salah satu sarana yang cukup

penting untuk usahatani tembakau Deli dalam pengolahan lahan,

pemeliharaan dan untuk pemanenan.

- Upah Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja BHL (Buruh Harian

Lepas) dan tenaga kerja karyawan tetap di PTPN II. Upah setiap tenaga

kerja BHL di daerah penelitian sebesar Rp.18.500,-/HK sedangkan upah

tenaga kerja tetap sebesar Rp.62.263,-/HK.

b. Biaya Panen dan Pengangkutan, biaya yang dikeluarkan PTPN II selama

proses pemanenan sampai dengan proses pengangkutan tembakau Deli ke

gudang pemeraman tembakau Deli.

c. Biaya Pengolahan, biaya pengolahan terbagi atas biaya pengeringan dan biaya

pemeraman dan pengebalan.

2. Biaya Tidak Langsung

Biaya Tidak Langsung adalah biaya yang berubah-ubah menurut tinggi

rendahnya tingkat output yang dihasilkan. Pada penelitian ini yang termasuk

biaya tidak langsung dalam usahatani tembakau Deli adalah :

a. Biaya Umum dan Tata Usaha, biaya yang dikeluarkan PTPN II dalam

(51)

b. Biaya Penyusutan, biaya yang dikeluarkan PTPN II karena adanya penyusutan

aktiva yang terpakai. Biaya penyusutan terbagi atas biaya penyusutan dan

amortisasi HGU.

Tabel 9. Total Biaya Produksi Tanaman Tembakau Per Ha Per Musim Tanam

No Jenis Biaya Biaya produksi

(Rp)

Persentase (%)

1 Biaya tanaman 25.414.401 53,27

2 Biaya panen dan pengangkutan 3.852.205 8,08

3 Biaya pengolahan 6.712.179 14,07

4 Biaya umum dan tata usaha 10.388.540 21,78

5 Biaya penyusutan 1.344.020 2,82

Jumlah 47.711.345 100

Sumber : data diambil dari lampiran 2a, 2b, 3, 4, 5 dan 6

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa total biaya yang dikeluarkan untuk usahatani

tembakau Deli Rp.47.711.345/Ha/Musim tanam. Komponen biaya terbesar pada

usahatani tembakau Deli adalah biaya tanaman sebesar Rp.25.414.401 atau

sekitar 53,27% dari seluruh total biaya. Tingginya biaya tanaman yang harus

dikeluarkan oleh perusahaan karena perusahaan masih membeli pupuk dan

pestisida kimia yang digunakan dalam kegiatan usahataninya. Diikuti dengan

biaya umum dan tata usaha mencapai 21,78% dari total biaya yang dikeluarkan,

biaya pengolahan sebesar Rp.6.712.179 atau sekitar 14,07%, biaya panen dan

pengangkutan sebesar Rp.3.852.205 atau sekitar 8,08% dan biaya penyusutan

(52)

5.2.2. Penerimaan Usahatani Tembakau Deli

Penerimaan pada dasarnya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penerimaan kotor

dan penerimaan bersih (pendapatan). Penerimaan kotor yaitu penerimaan yang

berasal dari penjualan hasil produksi usahatani. Penghitungan penerimaan kotor

ini diperoleh dari perkalian hasil produksi dengan harga jualnya. Sedangkan

penerimaan bersih (pendapatan) adalah penerimaan yang berasal dari penjualan

hasil produksi usahatani setelah dikurangi total biaya yang dikeluarkan.

Sebelum menghitung penerimaaan usahatani tembakau Deli, terlebih dahulu

mengetahui hasil produk yang dijual oleh PTPN II unit kebun Helvetia. Adapun

jenis produk dari usahatani tembakau Deli yang dijual oleh PTPN II unit kebun

Helvetia adalah dalam bentuk lembaran daun kering.

Tabel 10. Total Produksi Hasil Jadi Tanaman Tembakau Per Ha Per Musim Tanam

No Produksi Hasil Jadi Jumlah

(Kg)

1 LB (Lelang Bremen) 82

2 Non LB 148

3 DGR (Daun Gruis) 69

Jumlah Produk Hasil Jadi 299

Sumber : Data Sekunder PTPN II kebun Helvetia Tahun 2010

Pada Tabel 10 dilihat bahwa produksi hasil jadi tembakau Deli jenis Non LB

memproduksi 148 kg/ha, LB memproduksi 82 kg/ha dan DGR 69 kg/ha. Pada

pelelangan yang dilakukan PTPN II, baik daun tembakau Deli jenis LB dan Non

(53)

Sedangkan daun tembakau Deli jenis DGR yang merupakan mutu kualitasnya

rendah dibandingkan LB dan Non LB. DGR dijual dalam pelelangan dan di

perusahaan rokok di Indonesia, salah satunya perusahaan rokok di Pematang

Siantar.

Tabel 11. Rata-rata Penerimaan Usahatani Tembakau Deli Per Ha Per Musim Tanam

No Produksi Hasil Jadi Jumlah Harga Jual/Kg Penerimaan (Rp)

(Kg) Euro Rp

1 LB (Lelang Bremen) 82 30,00 12.200 30.012.000

2 Non LB 148 7,50 12.200 13.542.000

3 DGR (Daun Gruis) 69 3,00 9.000 1.863.000

Total Penerimaan 299 45.417.000

Sumber : Data Sekunder PTPN II kebun Helvetia Tahun 2010

Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa penerimaan usahatani tembakau Deli di

PTPN II unit kebun Helvetia Per Ha Per Musim Tanam adalah sekitar

Rp.45.417.000. Besarnya produksi yang diperoleh PTPN II adalah 299 kg/ha.

Dengan harga penjualan produk tertinggi dalam bentuk LB (Lelang Bremen) yaitu

sekitar Rp.30.012.000/ha.

Dari hasil wawancara dengan pihak PTPN II kebun Helvetia, harga maksimum

rata-rata penjualan daun tembakau Deli untuk jenis LB (Lelang Bremen) adalah

39,00 Euro/kg, harga maksimum rata-rata penjualan daun tembakau Deli untuk

jenis Non LB sekitar 18,00 Euro/kg dan harga maksimum rata-rata penjualan daun

(54)

Pendapatan diperoleh dari perhitungan pengurangan penerimaan dengan biaya

produksi. Biaya produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan PTPN II selama

kegiatan usahatani dalam satu musim tanam tembakau Deli yaitu selama 4 bulan.

Besarnya produksi yang didapatkan PTPN II adalah 299 Kg/ha. Dari perhitungan

diketahui bahwa besarnya rata-rata total penerimaan usahatani tembakau Deli

adalah Rp. 45.417.000/ha dan besarnya total biaya yang harus dikeluarkan dalam

satu kali musim tanam usahatani tembakau Deli adalah Rp. 47.711.345/ha.

Sehingga didapatkan besarnya rata-rata pendapatan (kerugian) usahatani

tembakau Deli adalah Rp.2.294.345/ha/musim tanam atau Rp.573.586/Bulan.

Maka dapat disimpulkan bahwa pengusahaan tanaman tembakau Deli PTPN II

unit kebun Helvetia mengalami kerugian, karena penerimaan yang diterima oleh

perusahaan lebih kecil daripada biaya produksi yang dikeluarkan dalam

pengusahaan tembakau Deli.

Efisiensi Biaya Produksi

Efisiensi adalah kebijakan atau keputusan manajemen yang dapat mempengaruhi

pengurangan biaya produk yang dapat dikendalikan yang diukur dalam satuan

rupiah atau rasio.

Dalam penelitian ini, efisiensi biaya yang dilakukan oleh manajemen perusahaan

yaitu pada biaya produksi tembakau Deli. PT. Perkebunan Nusantara II tidak

melakukan perhitungan untuk mengetahui efisiensi biaya. Perusahaan hanya

(55)

Tabel 12. Efisiensi Biaya Produksi Tahun 2008-2010

2008 44.758.076 34.422.684 10.335.392 0,23091 2009 46.112.392 46.432.703 - 320.311 - 0,00694 2010 42.797.505 47.711.345 - 4.913.840 - 0,11481 Sumber : data diambil dari lampiran 7, 8 dan 9

Pada Tabel 12 menunjukkan bahwa pada tahun 2008 dengan standar biaya

produksi sebesar Rp. 44.758.076 mengalami efisiensi sebesar 23,09%. Pada tahun

2009, efisiensi menurun menjadi (-)0,00694 atau (-)0,69% dengan selisih antara

standar biaya produksi dan realisasi biaya produksi sebesar (-)Rp.256.249, dimana

realisasi biaya produksi hanya sebesar Rp. 46.432.703 dengan standar biaya

produksi sebesar Rp. 46.112.392. Untuk tahun 2010 juga terjadi penurunan

efisiensi sebesar (-)0,11481 atau (-)11,48%. Penurunan efisiensi biaya produksi

ini disebabkan karena ada kenaikan biaya tanaman dan biaya angkut.

Jika dilihat dari segi efisiensi biaya produksi dari tahun 2008-2010, maka biaya

produksi yang paling efisien dan paling baik adalah pada tahun 2008 dengan nilai

efisiensi paling besar yaitu sebesar 0,23091 atau sekitar 23,09%. Namun, efisiensi

biaya produksi tahun 2009 dan 2010 relatif di bawah nilai efisiensi dimana biaya

tanaman lebih tinggi dari biaya standar sehingga menyebabkan kerugian bagi

pihak PTPN II.

Upaya-upaya yang sebaiknya dilakukan pihak PTPN II dalam meningkatkan

produksi dan produktivitas usahatani tembakau Deli di daerah penelitian adalah :

- Biaya produksi tembakau Deli di daerah penelitian lebih besar dari

(56)

menggunakan konsep target costing. Dengan konsep ini, perusahaan dapat

mempertimbangkan seluruh biaya produksi yang dikeluarkan (biaya langsung

dan biaya tidak langsung) dan bertujuan untuk menurunkan biaya produksi.

- Meningkatan produksi dengan cara perluasan areal penanaman.

- Meningkatkan produktivitas dengan cara penggunaan bibit dan pupuk yang

berkualitas baik dan pola tanam tembakau yang tepat dari pembuatan bedeng,

pencabutan bibit, penanaman, pemupukan dan cara petik yang benar hingga

pengeringan. Dengan demikian, mutu tembakau terjaga produktivitas

meningkat. Varietas yang dianjurkan untuk pengembangan tembakau Deli

adalah D-4, KF-7 dan FI-45.

5.3. Strategi Pengembangan Komoditi Tembakau Deli

Penyusunan strategi pengembangan komoditi tembakau Deli dilakukan dengan

menggunakan analisis SWOT dengan mengidentifikasikan berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi suatu usaha yang disajikan dalam bentuk

tabel dan matriks yang dikenal dengan istilah ”matriks SWOT”. Di mana

tahapan-tahapan dalam penentuan strategi yang dapat dibangun melalui matriks SWOT,

antara lain :

1. Membuat daftar kekuatan kunci internal yang ada

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada para responden dan

pengumpulan data sekunder, maka dapat diketahui kekuatan-kekuatan kunci

internal yang berperan penting dalam penyusunan strategi pengembangan

komoditi tembakau Deli yang ada PTPN II kebun Helvetia kabupaten Deli

(57)

A. Komoditas unggulan

Tembakau Deli merupakan komoditi ekspor unggulan Indonesia yang telah

membawa harum nama bangsa Indonesia pada perdagangan internasional.

Oleh sebab itu kelangsungan budidaya tembakau Deli harus tetap

dipertahankan karena merupakan komoditi kebanggaan bangsa Indonesia.

B. Aspek kekhasan daun tembakau Deli

Tembakau Deli yang tumbuh di daerah penelitian memiliki kualitas daun yang

khas dibandingkan dengan tembakau yang tumbuh di daerah lain seperti Jawa

Timur, Lombok dan Temanggung ataupun di negara lain seperti Amerika

Serika, Eropa dan Brazil.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden diketahui bahwa kualitas

daun yang dihasilkan oleh tembakau Deli yang tumbuh di daerah

penelitian memiliki beberapa kekhasan, antara lain:

1) Kualitas daun tembakau Deli yang mempunyai keistimewaan dalam hal

rasa, aroma, elastisitas dan warna abu yang putih serta daya bakar merata.

2) Daun tembakau Deli merupakan penghasil bahan pembalut cerutu nomor

satu di dunia. Daun tembakau Deli berwarna coklat, lembut, tipis, urat-urat

daunnya sangat halus dan elastis sehingga tidak mudah robek waktu

diproses dalam pembuatan cerutu jika dibandingkan dengan daun

tembakau yang tumbuh di daerah atau negara penghasil tembakau lainnya

yang lebih mudah robek waktu proses pembuatan cerutu.

C. Aspek geografis

Tembakau Deli sangat cocok tumbuh di daerah penelitian. Hal ini didukung

(58)

masih dipertahankan di daerah antara sungai Wampu dan sungai Ular.

Secara topografi, daerah diantara kedua sungai tersebut merupakan

lempengan (plate) dataran rendah yang sangat cocok untuk syarat tumbuh

tembakau Deli”.

D. Mempunyai industri pengolahan sendiri

Dengan adanya industri pengolahan tembakau sendiri yang terletak di sekitar

kawasan perkebunan, memudahkan produsen dalam proses pengolahan

tembakau.

2. Membuat daftar kelemahan kunci internal yang ada

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada para responden dan

pengumpulan data sekunder, maka dapat diketahui kelemahan-kelemahan kunci

internal yang berperan penting dalam penyusunan strategi pengembangan

komoditi tembakau Deli yang ada PTPN II kebun Helvetia kabupaten Deli

Serdang, antara lain :

A. Sumber Daya Manusia

Sulit mencari tenaga Sumber Daya Manusia yang memiliki keahlian di bidang

tembakau, disebabkan komoditi tembakau bersifat musiman terutama Buruh

Harian Lepas (BHL) terlebih di Gudang Pemeraman (Gudang FS).

B. Penentuan harga jual komoditi

Harga penjualan tembakau Deli sulit diprediksi karena harga ditentukan oleh

Gambar

Tabel 1. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Tembakau Deli PT. Perkebunan Nusantara II unit kebun Helvetia Tahun 2001 s/d 2010
Tabel 2. Perkembangan Ekspor Tembakau Deli Tahun 2005 s/d 2009
Gambar 2. Matriks Posisi Analisis SWOT
Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses (yang memanipulasi data – dijabarkan dalam bentuk DFD, object-model , atau yang lain). Jaringan (yang membawa data dalam perusahaan ataupun antara organisasi dan mitra

Dari berbagai ajaran yang disam- paikan dalam Serat Sana Sunu , adapat dikatakan bahwa karya sastra Jawa, dalam hal ini adalah Serat Sana Sunu dapat digunakan

Dalam hal ini peneliti dan guru melakukan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan minat siswa dalam mempelajari materi pencemaran lingkungan,

Apabila dalam keadaan tertentu komunikasi melalui telepon selular gagal dan tidak dapat diterima oleh GSM modem yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti gangguan jaringan, maka

Bahasa Assembly atau Rakitan diprakarsaioleh IBM pada tahun 1956 – 1963. Bahasa assembly termasuk bahasa tingkat rendah. Backus berhasil mengembangkan sebuah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan antara tingkat pendidikan, umur, paritas, dan kadar hemoglobin pada

Keberhasilan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh semangat kerja karyawannya. Setiap organisasi maupun perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan semangat kerja

Hasil analisis campur kode yang terdapat dalam novel 9 Matahari karya Adenita tahun 2008 diklasifikasikan menjadi 5 yang mencakup 134 data yang berupa kalimat. Campur