• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Sistem Transportasi Tebu d PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Identifikasi Sistem Transportasi Tebu d PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI SISTEM TRANSPORTASI TEBU

DI PTP. NUSANTARA II KEBUN HELVETIA

WILAYAH HELVETIA

SKRIPSI

MERLYN YOSEVA BODAMER

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

IDENTIFIKASI SISTEM TRANSPORTASI TEBU

DI PTP. NUSANTARA II KEBUN HELVETIA

WILAYAH HELVETIA

SKRIPSI

Oleh

MERLYN YOSEVA BODAMER 040308043/TEKNIK PERTANIAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

IDENTIFIKASI SISTEM TRANSPORTASI TEBU

DI PTP. NUSANTARA II KEBUN HELVETIA

WILAYAH HELVETIA

SKRIPSI

Oleh

MERLYN YOSEVA BODAMER 040308043

TEKNIK PERTANIAN

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Achwil Putra Munir, STP, M.Si

Ketua Anggota

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

Judul Skripsi : Identifikasi Sistem Transportasi Tebu d PTP. Nusantara II

Kebun Helvetia Wilayah Helvetia

Nama : Merlyn Yoseva Bodamer

NIM : 040308043

Departemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknik Pertanian

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Achwil Putra Munir, STP, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Ketua Departemen

(5)

ABSTRAK

Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Kualitas dari tebu ini akan menentukan kualitas gula. Transportasi tebu yang cepat dan aman dapat menentukan kualitas tebu untuk diolah di pabrik. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sistem budidaya tebu di PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia dan faktor-faktor dominan yang terjadi dan dibutuhkan oleh seluruh stakeholder. Metode penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sistem dengan menggunakan beberapa metode pengambilan data yaitu kuisioner, wawancara, diskusi dan observasi kondisi lingkungan di lokasi penelitian. Dalam pendekatan sistem, identifikasi sistem transportasi tebu dilakukan dengan evaluasi tiga aspek yaitu, aspek sumber daya manusia, aspek teknis dan aspek sosial ekonomi. Aspek sumber daya manusia mengevaluasi tentang minimnya minat para pekerja. Aspek teknis mengevaluasi tentang alat penebangan dan pemuatan tebu. Aspek sosial mengevaluasi tentang perubahan cara pandang masyarakat tentang keberadaan sistem dan tingkat kesejahteraan pekerja. Hasil dari identifikasi ditunjukkan dalam diagram kotak hitam.

Kata kunci: transportasi tebu, pendekatan sistem, identifikasi sistem

ABSTRACK

Sugar cane (Saccharum Officinarum Linn) is crop for the raw material of sugar. Quality of sugar cane will determine the quality of sugar. Transportation of sugar cane which quickly and peaceful can determine the quality of sugar cane to be processed in factory. Intention of this research is to sugar cane conducting systems analysis in PTP. Nusantara II Garden of Helvetia Regional of Helvetia and dominant factors that happened and required by all stakeholder. This research method is done with approach of system by using some method intake of data that is quisioner, interview, discussion and observation of condition of environment in research location. In approach of system, identify sugar cane transportation system done with evaluation three aspect, that is, human resource aspect, technical aspect and social economics aspect. Aspect human resource evaluate about its minim of enthusiasm all worker. Technical aspect evaluate about hewing appliance and loading of sugar cane. Social aspect evaluate about change of is way of society approach about existence of system and prosperity level of worker. Result of identifying to be shown in black box diagram.

(6)

DAFTAR TABEL

1. Kerangka sistem transportasi ... 11

2. Uraian pengertian komponen kotak gelap suatu sistem ... 22

3. Tarif panggul/muat dan angkut tebu per ton tebu ... 34

(7)

DAFTAR GAMBAR

1. Komponen dasar sistem transportasi... 10

2. Diagram kotak gelap ... 21

3. Model umum suatu sistem ... 24

4. Grafik hasil ton tebu yang diangkut ... 34

5. Frekuensi pendidikan terakhir para pekerja ... 42

6. Frekuensi keinginan pekerja melakukan pekerjaan ... 43

7. Frekuensi umur para pekerja sistem transportasi tebu ... 45

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Lokasi Lahan ... 53

2. Struktur organisasi parusahaan ... 54

3. Diagram alir sistem transportasi tebu ... 55

(9)

ABSTRAK

Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Kualitas dari tebu ini akan menentukan kualitas gula. Transportasi tebu yang cepat dan aman dapat menentukan kualitas tebu untuk diolah di pabrik. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sistem budidaya tebu di PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia dan faktor-faktor dominan yang terjadi dan dibutuhkan oleh seluruh stakeholder. Metode penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sistem dengan menggunakan beberapa metode pengambilan data yaitu kuisioner, wawancara, diskusi dan observasi kondisi lingkungan di lokasi penelitian. Dalam pendekatan sistem, identifikasi sistem transportasi tebu dilakukan dengan evaluasi tiga aspek yaitu, aspek sumber daya manusia, aspek teknis dan aspek sosial ekonomi. Aspek sumber daya manusia mengevaluasi tentang minimnya minat para pekerja. Aspek teknis mengevaluasi tentang alat penebangan dan pemuatan tebu. Aspek sosial mengevaluasi tentang perubahan cara pandang masyarakat tentang keberadaan sistem dan tingkat kesejahteraan pekerja. Hasil dari identifikasi ditunjukkan dalam diagram kotak hitam.

Kata kunci: transportasi tebu, pendekatan sistem, identifikasi sistem

ABSTRACK

Sugar cane (Saccharum Officinarum Linn) is crop for the raw material of sugar. Quality of sugar cane will determine the quality of sugar. Transportation of sugar cane which quickly and peaceful can determine the quality of sugar cane to be processed in factory. Intention of this research is to sugar cane conducting systems analysis in PTP. Nusantara II Garden of Helvetia Regional of Helvetia and dominant factors that happened and required by all stakeholder. This research method is done with approach of system by using some method intake of data that is quisioner, interview, discussion and observation of condition of environment in research location. In approach of system, identify sugar cane transportation system done with evaluation three aspect, that is, human resource aspect, technical aspect and social economics aspect. Aspect human resource evaluate about its minim of enthusiasm all worker. Technical aspect evaluate about hewing appliance and loading of sugar cane. Social aspect evaluate about change of is way of society approach about existence of system and prosperity level of worker. Result of identifying to be shown in black box diagram.

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penemuan dua terbesar setelah alfabet (tulisan) yang telah membawa

kemajuan dalam kebudayaan dan kesejahteraan manusia adalah penemuan

peralatan transportasi. Kemajuan pengangkutan adalah sebagai akibat kebutuhan

manusia untuk berpergian ke lokasi atau tempat yang lain guna mencari barang

yang dibutuhkan atau melakukan aktivitas, dan mengirim barang ke tempat lain

yang membutuhkan sesuatu barang.

Proses pengangkutan merupakan gerakan dari tempat asal, dari mana

kegiatan angkutan dimulai, ke tempat tujuan, ke mana kegiatan pengangkutan

diakhiri. Dalam hal ini terlihat bahwa unsur-unsur transportasi meliputi atas :

(a) ada muatan yang diangkut, (b) tersedia kendaraan sebagai alat angkutnya,

(c) ada jalanan yang dapat dilalui, (d) ada terminal asal dan terminal tujuan,

(e) sumber daya manusia dan organisasi atau manajemen yang menggerakkan

kegiatan transportasi tersebut(Nasution, 2004).

Fungsi sistem transportasi adalah untuk dapat memindahkan suatu benda.

Objek yang akan dipindahkan mungkin mencakup benda tak bernyawa seperti

sumber alam, hasil produksi pabrik, bahan makanan, dan benda hidup seperti

manusia, hewan, dan tanaman. Salah satu objek yang dipindahkan dari

PTP. Nusantara II Kebun Helvetia ke pabrik gula Sei Semayang adalah tanaman

tebu.

(11)

Dalam menganalisis dan mengidentifikasi sistem transportasi tebu, penulis

menggunakan metode pendekatan sistem dengan cara menggali informasi dan

pengetahuan dari para stakeholder pakar dalam hal pengangkutan tebu dengan

menggunakan beberapa metode pengambilan data yaitu kuisioner, wawancara,

diskusi dan observasi kondisi lingkungan di lokasi penelitian. Penggunaan

pendekatan sistem dalam penelitian ini diharapkan akan menghasilkan keputusan

yang efektif dan operasional yang sesuai dengan tujuan pengangkutan perusahaan

itu sendiri.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengenal sistem transportasi tebu dan

kegiatannya untuk mendukung tujuan sistem transportasi tebu di PTP. Nusantara

II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia.

Kegunaan Penelitian

1. Penulis

Sebagai salah satu syarat dalam penyusunan skripsi di Departemen Teknologi

Pertanian Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara.

2. Manajemen perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan dalam pengawasan dan evaluasi manajemen

transportasi tebu.

3. Pihak lain

(12)

Batasan Penelitian

Penelitian mengenai transportasi tebu dibatasi hanya untuk mengenal dan

memahami sistem transportasi tebu ditinjau dari empat elemen dasar sistem

transportasi dimana pengangkutan tebu berawal dari kebun Helvetia sampai ke

(13)

TINJAUAN LITERATUR

Sejarah Tebu

Pada awalnya gula tebu dikenal oleh orang-orang Polinesia, kemudian

menyebar ke India. Pada tahun 510 SM, ketika menguasai India, Raja Darius dari

Persia menemukan ”batang rerumputan yang menghasilkan madu tanpa lebah”.

Seperti halnya pada berbagai penemuan manusia lainnya, keberadaan tebu sangat

dirahasiakan dan dijaga ketat, sedangkan produk olahannya diekspor dan untuk

menghasilkan keuntungan yang sangat besar.

Rahasia tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi

besar-besaran oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh sebelum sesudah masehi.

Ketika mereka menguasai Persia pada tahun 642 mereka menemukan tanaman

tebu yang sedang tumbuh dan kemudian mempelajari cara pembuatan gula.

Selama ekspansi berlanjut mereka mendirikan pengolahan-pengolahan gula di

berbagai daratan lain yang mereka kuasai, termasuk di Afrika Utara dan Spanyol.

Gula dikenal oleh orang-orang barat Eropa sebagai hasil dari Perang Salib

pada abad ke-11. Para prajurit yang pulang menceritakan keberadaan “rempah

baru” yang enak ini. Gula pertama diketahui tercatat di Inggris pada tahun 1099.

Abad-abad berikutnya merupakan periode ekspansi besar-besaran perdagangan

barat Eropa dengan dunia timur, termasuk di dalamnya adalah impor gula.

Sebagai contoh, dalam sebuah catatan pada tahun 1319 harga gula di London

sebesar “dua shilling tiap pound”. Nilai ini setara dengan beberapa bulan upah

(14)

Orang-orang kaya menyukai pembuatan patung-patung dari gula sebagai

penghias meja-meja mereka. Ketika Henry III dari Perancis mengunjungi Venice,

sebuah pesta diadakan untuk menghormatinya dengan menampilkan piring-piring,

barang-barang perak, dan kain linen yang semuanya terbuat dari gula.

Karena merupakan barang mahal, gula seringkali dianggap sebagai obat.

Banyak petunjuk kesehatan dari abad ke-13 hingga abad ke-15 yang

merekomendasikan pemberian gula kepada orang-orang cacat untuk

memperkokoh kekuatan mereka.

Pada abad ke-15, pemurnian gula Eropa umumnya dilakukan di Venice.

Venice tidak bisa lagi melakukan monopoli ketika Vasco da Gama berlayar ke

India pada tahun 1498 dan mendirikan perdagangan di sana. Meskipun demikian,

penemuan orang-orang Amerika lah yang telah mengubah konsumsi gula di dunia.

Dalam salah satu perjalanan pertamanya, Columbus membawa tanaman

tebu untuk ditanam di kawasan Karibia. Iklim yang sangat menguntungkan untuk

pertumbuhan tanaman tebu menyebabkan berdirinya sebuah industri dengan

cepat. Kebutuhan terhadap gula yang besar bagi Eropa menyebabkan banyak

kawasan hutan di kepulauan Karibia menjadi hampir seluruhnya hilang digantikan

perkebunan tebu, seperti misalnya di Barbados, Antigua dan separuh dari Tobago.

Tanaman tebu dibudidayakan secara massal. Jutaan orang dikirim dari Afrika dan

India untuk bekerja di penggilingan tebu. Oleh karenanya, produksi gula sangat

erat kaitannya dengan perdagangan budak di dunia barat.

Secara ekonomi gula sangatlah penting sehingga seluruh kekuatan

(15)

kecil Karibia dan berbagai pertempuran terjadi untuk menguasai pulau-pulau

tersebut. Selanjutnya tanaman tebu dibudidayakan di berbagai perkebunan besar

di kawasan-kawasan lain di dunia (India, Indonesia, Filipina

dan kawasan Pasifik) untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa dan lokal

(Food Info, 2008).

Tebu

Tebu merupakan salah satu sumber energi ‘tua’ yang dikenal manusia

sekaligus komoditas penting di dunia yang menghasilkan serat, biofuel, pupuk,

selain produk utamanya : gula.

Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman yang ditanam untuk

bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis.

Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam

sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak

dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera (Wikipedia, 2007).

Bentuk fisik tanaman tebu dicirikan oleh terdapatnya bulu-bulu dan duri di

sekitar pelepah dan helai daun. Banyaknya bulu dan duri beragam tergantung

varietas. Jika disentuh akan menyebabkan rasa gatal. Kondisi ini kadang menjadi

salah satu penyebab kurang berminatnya petani berbudidaya tebu jika masih ada

alternatif tanaman lain. Tinggi tanaman bervariasi tergantung daya dukung

lingkungan dan varietas, antara 2,5-4 meter dengan diameter batang antara 2-4 cm

(16)

Daur kehidupan tanaman tebu melalui 5 fase, yaitu :

1. Perkecambahan

Dimulai dengan pembentukan taji pendek dan akar stek pada umur 1 minggu

dan diakhiri pada fase kecambah pada umur 5 minggu.

2. Pertunasan

Dimulai dari umur 5 minggu sampai 3,5 bulan.

3. Pemanjangan Batang

Dimulai dari umur 3,5 bulan sampai 9 bulan.

4. Kemasakan

Merupakan fase yang terjadi setelah pertumbuhan vegetatif menurun dan

sebelum batang tebu mati. Pada fase ini gula di dalam batang tebu mulai

terbentuk hingga titik optimal hingga berangsur-angsur menurun. Fase ini

disebut juga fase penimbunan rendemen gula.

5. Kematian

(KPPBUMN, 2007).

Arti Transportasi

Pengertian transportasi berasal dari kata Latin yaitu transportare, dimana

trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau

membawa. Jadi, transportasi berarti mengangkut atau membawa (sesuatu) ke

sebelah lain atau dari suatu tempat ke tempat lainnya. Ini berarti transportasi

merupakan suatu jasa yang diberikan, guna menolong orang dan barang untuk

dibawa dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dengan demikian, transportasi dapat

diberi defenisi sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang

(17)

Transportasi merupakan “suatu tindakan, proses, atau hal

mentransportasikan atau sedang ditransportasikan”, dan kata kerja to transport

berarti “memindahkan dari suatu tempat ke tempat lain” (Morlok, 1991).

Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan,

mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain,

di mana di tempat lain objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna

untuk tujuan-tujuan tertentu. Karena dalam pengertian di atas terdapat kata-kata

usaha, berarti transportasi juga merupakan sebuah proses, yakni proses

pindah, proses gerak, proses mengangkut dan mengalihkan, di mana proses

ini tidak bisa dilepaskan dari keperluan akan alat pendukung untuk

menjamin lancarnya proses perpindahan sesuai waktu yang diinginkan

( Miro, 2005).

Peranan Transportasi

Pentingnya sarana transportasi dalam perkembangan dunia bersifat

multidimensi. Sebagai contoh, salah satu fungsi dasar transportasi adalah

menghubungkan tempat kediaman dengan tempat bekerja atau para pembuat

barang dengan para pelanggannya. Dari sudut pandang yang lebih luas, fasilitas

transportasi memberikan aneka pilihan untuk menuju ke tempat kerja, pasar, dan

sarana rekreasi, serta menyediakan akses ke sarana-sarana kesehatan, pendidikan,

dan sarana lainnya (Khisty dan Lall, 2005).

Transportasi bermanfaat bagi masyarakat, dalam arti hasil-hasil produksi

dan bahan-bahan baku suatu daerah dapat dipasarkan kepada perusahaan industri.

(18)

masyarakat atau perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran.

Untuk mengangkut bahan-bahan baku dan barang-barang jadi dibutuhkan

jasa-jasa transportasi (darat, laut, dan udara) (Salim, 2000).

Jangan dilupakan pula bahwa fungsi angkutan yang pokok

adalah memindahkan orang atau barang. Muatan, dengan demikian,

dapat berupa benda hidup (orang, hewan, tumbuhan) dan benda mati (makanan,

bahan baku industri). Kecuali orang dan hewan, barang lain pada umumnya

diangkut tidak dalam kondisi alaminya, (misalnya kayu, bahan makanan, dll)

sehingga menuntut teknologi yang tepat (Warpani, 1990).

Sistem Transportasi

Suatu sistem transportasi ditunjukkan sebagai suatu jaringan untuk

menerangkan komponen dan hubungannya satu sama lain dalam sistem

transportasi. Beberapa karakteristik utama dari sistem ialah waktu perjalanan dan

biaya. Jalur gerak yang dipakai meliputi waktu perjalanan yang paling sedikit,

atau pada beberapa kasus, biaya yang paling kecil (Morlok, 1991).

Bentuk fisik dari kebanyakan sistem transportasi tersusun atas empat

elemen dasar meliputi : (a) sarana perhubungan (link), (b) kendaraan, (c) terminal,

dan (d) manajemen dan tenaga kerja. Keempat elemen tersebut berinteraksi

dengan manusia, sebagai pengguna maupun non-pengguna sistem, dan

berinteraksi pula dengan lingkungan. Perilaku subsistem fisik, subsistem manusia,

dan subsistem lingkungan sangatlah rumit karena melibatkan interaksi manusia

sebagai pengendara dan non-pengendara, yang menggunakan berbagai jenis

(19)

fisik yang juga berbeda dalam kondisi lingkungan yang juga sangat beragam

(Khisty dan Lall, 2005).

Keterangan :

Gambar 1. Komponen dasar sistem transportasi (Sumber: Morlok, 1991)

Komponen sistem pengangkutan yang pokok adalah prasarana (jalan) dan

sarana (kendaraan). Salah satu perkembangan sarana adalah penggunaan peti

kemas, yang agak berbeda dengan kendaraan biasa, karena peti kemas tidak

bergerak sendiri melainkan menggunakan sarana lain sebagai tenaga penggerak.

Peti kemas harus diletakkan pada kendaraan pengangkut seperti layaknya sebuah

kapsul, atau dirancang sedemikian sehingga merupakan bagian dari kendaraan

pengangkut itu. Peti kemas dimaksudkan untuk melindungi barang yang diangkut Tempat dari suatu ruas ke

ruas lain Ruas jalan

(20)

agar dapat dibongkar dan dimuat sebagai satu unit. Hal penting yang harus diingat

dalam pengangkutan adalah bahwa setiap sistem pengangkutan harus dapat

mengangkut muatan dan membongkarnya lagi pada akhir perjalanan

(Warpani, 1990).

Dapat kita simpulkan bahwa defenisi sistem transportasi (transportation

system) merupakan suatu kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang

dari suatu tempat ke tempat yang lain. Dalam transportasi terlihat ada dua unsur

yang terpenting dari transportasi yaitu: (a) pemindahan/pergerakan (movement)

dan (b) secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan penumpang ke

tempat lain (Salim, 2000).

Tabel 1. Kerangka sistem transportasi

Angkutan Barang/Muatan Manajemen

1. Transportasi darat (kereta api, bis, truk) 2. Angkutan laut (shipping)

3. Angkutan udara

1. Manajemen lalu lintas

2. Manajemen angkutan

(Sumber : Salim, 2000)

Panen

Tebang, Muat dan Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat

dipisah dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke

pabrik. Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak

ditangani dengan baik. Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang

diharapkan. Walaupun telah memperoleh pengalaman, namun untuk mendapatkan

(21)

tenaga tebang lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria

(Dinas Perkebunan, 2004).

Tebang

Tebangan baik untuk plant cane (PC) maupun ratoon dilakukan dalam

bentuk tebu segar (green cane). Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli.

Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan

adalah sebagai berikut:

1. Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya

2. Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan

telah menguning

3. Pada musim kemarau usahakan tebang pada kebun yang jauh dari pabrik dan

pada musim hujan kebun-kebun yang dekat dengan pabrik.

Cara penebangan yang dapat dilakukan terbagi menjadi 2, yaitu :

1. Mekanis

Penebangan dilakukan dengan menggunakan cane harvester, alat ini hanya

digunakan pada waktu mendesak.

2. Manual

Penebangan ini dilakukan dengan menggunakan parang tebang. Alat tebu

umumnya dibawa oleh penebang atau bisa juga dipinjam dari pabrik gula

atau kebun yang bersangkutan kemudian setelah selesai tebang harus

dikembalikan. Cara tebangan adalah pandas, artinya tepat pada permukaan

(22)

Muat

Cara muat ke dalam truk dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :

1. Mekanis

Dengan menggunakan mesin cangkram (grab loader)

2. Manual

Dengan menggunakan tenaga manusia (panggul), dimuat dalam bentuk

bundle cane (ikatan), setiap ikatan terdiri dari 20-25 batang tebu.

Angkut

Alat pengangkutan adalah truk umum dengan kapasitas 10-15 ton

(Tim Penulis, 2008).

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh

sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat

menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain, sampel

harus representatif.

Agar diperoleh hasil penelitian lebih baik, diperlukan sampel yang baik

pula, yakni benar-benar mencerminkan populasi. Supaya perolehan sampel lebih

akurat, diperlukan rumus penentuan besarnya sampel. Adapun rumus yang

digunakan pada penelitian ini yaitu rumus berdasarkan proporsi yang

(23)

(

)

Purposive Sample (Sampel Bertujuan)

Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan

didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan

tertentu. Teknik ini dilakukan pada penelitian yang telah dilaksanakan karena

beberapa pertimbangan, yaitu keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak

dapat mengambil sampel yang besar dan jauh (Arikunto, 2002).

Konsep Dasar Sistem

Dari segi Etimologi, kata sistem sebenarnya berasal dari Bahasa Yunani

yaitu “Systema”, yang dalam Bahasa Inggris dikenal dengan “SYSTEM”, yang

mempunyai pengertian yaitu komponen yang saling berhubungan secara teratur

dan merupakan satu keseluruhan yang tidak terpisahkan.

Menurut filsuf Stoa, bahwa sistem adalah gabungan dari keseluruhan

langit dan bumi yang bekerja bersama-sama, sehingga dapat kita lihat bahwa

sistem terdiri dari unsur-unsur yang bekerja sama membentuk suatu keseluruhan

dan apabila salah satu unsur tersebut hilang atau tidak berfungsi, maka gabungan

(24)

Semua defenisi tentang sistem mencakup lima unsur yang terdapat di

dalam sistem, yaitu:

1. Elemen-elemen atau bagian-bagian

2. Adanya interaksi atau hubungan antar elemen-elemen/bagian-bagian

3. Adanya suatu yang mengikat elemen atau bagian tersebut menjadi sesuatu

kesatuan

4. Terdapat tujuan bersama, sebagai hasil akhir

5. Berada di dalam lingkungan yang komplek

(Simatupang, 1994).

Dari berbagai jenis pengertian dan penggunaan istilah sistem, secara garis

besar dapat dikelompokkan adanya dua kategori. Pertama, sistem sebagai entitas

atau benda yang memiliki susunan tertentu atau pengaturan struktural dari

bagian-bagiannya (“system as an entity or thing which has a particular order or

structural arrangement of its parts”). Kedua, sistem sebagai suatu rencana,

metode, alat atau prosedur untuk mencapai sesuatu (“system as a plan, method,

decice, or procedure for accomplishing something”) (Budihardjo, 1995).

Siklus Hidup Pengembangan Sistem

Siklus hidup pengembangan sistem (System Development Life Cycle)

adalah metodologi yang digunakan untuk menyusun aplikasi proses

pengembangan sistem. Siklus pengembangan sistem dapat juga didefinisikan

sebagai rangkaian aktivitas yang dilaksanakan oleh professional dan pemakai

sistem informasi untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sistem

(25)

Proses pengembangan sistem melewati beberapa tahapan dari mulai sistem

itu direncanakan sampai dengan sistem tersebut diterapkan, dioperasikan dan

dipelihara. Bila operasi sistem yang sudah dikembangkan masih timbul kembali

permasalahan-permasalahan yang kritis serta tidak dapat diatasi dalam tahap

pemeliharaan sistem, maka perlu dikembangkan kembali suatu sistem untuk

mengatasinya dan proses ini kembali ke tahap yang pertama, yaitu tahap

perencanaan sistem. Siklus ini disebut dengan siklus hidup suatu sistem

(system life cycle). Daur atau siklus hidup dari pengembangan sistem merupakan

suatu bentuk yang digunakan untuk menggambarkan tahapan utama dan

langkah-langkah di dalam tahapan tersebut dalam proses pengembangannya

(Jogiyanto, 2001).

Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem adalah suatu cara untuk menangani suatu masalah.

Pendekatan sistem (system approach) merupakan cara untuk menangani suatu

masalah berdasarkan berpikir kesisteman. Pendekatan sistem terhadap suatu

masalah adalah untuk menangani suatu masalah dengan mempertimbangkan

semua aspek yang terkait dengan masalah itu dan mengkonsentrasikan

perhatiannya kepada interaksi antara aspek-aspek yang terkait dari permasalahan

tersebut. Jadi pendekatan sistem adalah suatu pendekatan pemecahan masalah

yang dilakukan secara menyeluruh (sistemik) (Tunas, 2007).

Pendekatan sistem (system approach) adalah suatu cara yang sistemik dan

(26)

suatu filosofi pemecahan masalah yang khusus digunakan untuk memecahkan

permasalahan yang kompleks (Khisty dan Lall, 2005).

Metode pendekatan sistem merupakan salah satu cara penyelesaian persoalan

yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah

kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem

yang dianggap efektif (Eriyatno 2003).

Pendekatan sistem adalah cara penyelesaian persoalan yang dimulai

dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan

sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Jika

kita mengasumsikan sebuah sistem, maka akan terdapat para pelaku sistem atau

stakeholder. Whitten, dkk (2004) mendefenisikan stakeholder sebagai orang yang

mempunyai ketertarikan terhadap sistem yang ada ataupun sistem yang

ditawarkan. Stakeholder bisa termasuk pekerja teknis dan non teknis, bisa juga

pekerja dalam dan luar.

Melalui berpikir kesisteman dan pendekatan sistem ini kita akan dapat

melihat permasalahan dengan prespektif yang lebih menyeluruh, yang mencakup

struktur, pola dan proses serta keterkaitan antara komponen-komponen atau

kejadian-kejadian yang ada padanya, jadi tidak hanya kepada kejadian yang

tunggal yang langsung dihadapi. Berdasarkan prespektif yang luas ini kita akan

dapat mengidentifikasi seluruh rangkaian sebab-akibat yang ada dalam

permasalahan tersebut dan menentukan dimana sebaiknya kita harus memulai

(27)

Beberapa alasan mengapa kita membutuhkan pendekatan sistem dalam

menyelesaikan suatu permasalahan yaitu :

1. Suatu masalah timbul oleh karena lebih dari suatu sebab (situasi)

2. Karena ada berbagai alternatif pemecahan yang potensial yang perlu

dipertimbangkan.

3. Setiap pemecahan disamping mendukung tercapainya tujuan yang

diinginkan, juga mempunyai dampak sampingan yang juga harus

dipertimbangkan.

4. Hasil pemecahan suatu masalah harus dievaluasi baik terhadap pencapaian

tujuan yang diinginkan maupun dampak sampingan yang akan

diakibatkannya.

5. Pemecahan suatu masalah bersifat sementara atau tidak langsung karena akan

timbul lagi permasalahan baru

(Eriyatno, 2003).

Metodologi Sistem

Metode untuk penyelesaian persoalan yang dilakukan dengan melalui

pendekatan sistem terdiri dari beberapa tahap proses. Tahap-tahap tersebut

meliputi analisa, rekayasa model, implementasi rancangan, implementasi dan

operasi sistem tersebut. Setiap tahap dalam proses tersebut diikuti oleh suatu

eveluasi berulang untuk mengetahui apakah hasil dari tahap yang telah

sesuai/dapat mencakup dengan apa yang diharapkan atau belum. Bila tidak sesuai

maka harus mengulangi kembali tahap tersebut sebelum melanjutkan tahap

(28)

Metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisis sebelum tahap

sintesa (rekayasa), meliputi :

1. analisa kebutuhan,

2. identifikasi sistem,

3. formulasi masalah,

4. pembentukan alternatif sistem,

5. determinasi dari realisasi fisik, sosial dan politik,

6. penentukan kelayakan ekonomi dan finansial.

Langkah 1-6 dilakukan dalam satu kesatuan kerja yang dikenal dengan analisa

sistem (Eriyatno, 2003).

Analisis Kebutuhan

Analisis sistem adalah suatu proses menganalisa sistem dengan sasaran

utama untuk mengembangkan ataupun memodifikasi sistem tersebut. Dengan kata

lain, sistem analisis melibatkan penyelidikan dan desain sistem dalam urutan

untuk mengembangkan sistem akan menjadi lebih baik.

Analisa kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem.

Analisa kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari

seseorang pengambil keputusan (decision maker) terhadap jalannya sistem.

Analisa ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat seorang ahli, diskusi,

observasi lapangan dan sebagainya (Eriyatno, 2003).

Tahap-tahap dalam analisis sistem meliputi:

1. mengidentifikasi masalah-masalah dan nilai-nilai komunitas,

(29)

3. mendefinisikan objektif,

4. menentukan kriteria,

5. merancang alternatif aksi untuk mencapai tahap 2 dan 3,

6. mengevaluasi alternatif aksi, ditinjau dari sisi efektivitas dan biaya,

7. menguji objektif dan semua asumsi,

8. mengkaji alternatif-alternatif baru atau melakukan modifikasi atas tahap 5,

9. menentukan objektif baru atau melakukan modifikasi atas tahap 3, dan

10.mengulang seluruh tahap hingga solusi memuaskan tercapai, dengan tetap

mempertahankan criteria, standar, dan nilai

(Khisty dan Lall, 2005).

Bila suatu keputusan dibuktikan dapat berjalan secara kontinyu,

pernyataan tentang berbagai kebutuhan yang sesuai harus memenuhi syarat untuk

dibawa dalam tahap identifikasi sistem.

Identifikasi Sistem

Identifikasi sistem merupakan suatu mata rantai hubungan antara

pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah

yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Yang

penting dalam identifikasi sistem adalah melanjutkan interpretasi diagram lingkar

kedalam konsep kotak gelap (Blackbox) (Eriyatno, 2003).

Identifikasi model suatu sistem dilakukan dari informasi yang

menggambarkan perilaku terdahulu dari sistem yang sedang berjalan

(30)

matematik, model diturunkan dimana dicari yang paling cocok (fit) pada data

operasional.

Input tidak terkontrol Output yang dikehendaki

Input terkontrol Output yang tidak dikehendaki

Gambar 2. Diagram kotak gelap (Eriyatno, 2003)

Konsep diagram kotak gelap ini diambil dari istilah benda yang digunakan

dalam dunia penerbangan yaitu Blackbox. Kotak ini digunakan untuk merekam

segala aktivitas yang terjadi diruang kendali pesawat selama penerbangan

(Winarno, 1987).

Formulasi Masalah

Tujuan dari analisis permasalahan adalah untuk mempelajari dan

memahami bidang masalah dengan cukup baik untuk secara menyeluruh

menganalisis masalah, kesempatan dan batasannya. Para pemecah masalah telah

belajar untuk benar-benar memahani sebuah permasalahan sebelum mengajukan

solusi apapun yang mungkin. Dalam praktik, suatu akibat mungkin adalah sebuah

gejala dari masalah yang berbeda, yang lebih mendalam dan mendasar. Masalah

tersebut juga harus dianalisis untuk mencari penyebab dan akibatnya, dan Input Lingkungan

SISTEM

(31)

seterusnya sampai penyebab dan akibat tersebut tidak menghasilkan gejala-gejala

masalah-masalah lain (Whitten dkk, 2004).

Secara terperinci pengertian komponen kotak gelap dapat diuraikan

sebagai berikut:

Tabel 2.Uraian pengertian komponen kotak gelap suatu sistem

NO KOMPONEN SISTEM URAIAN

A. INPUT SISTEM

1. Mempengaruhi sistem, akan tetapi tidak dipengaruhi sistem

2. Tergantung pada jenis sistem yang ditelaah. A.1 Input lingkungan

(Eksogenous)

A.2 Input yang endogen (yang terkendali dan tidak terkendali)

1. Merupakan peubah yang sangat perlu bagi sistem untuk melaksanakan fungsinya yang dikehendaki 2. Sebagai peubah untuk mengubah kinerja sistem

dalam pengoperasiannya.

A.2.1 Input yang terkendali 1. Dapat bervariasi selama pengoperasian sistem untuk mencapai kinerja yang dikehendaki atau untuk menghasilkan output yang dikehendaki 2. Perannya sangat penting untuk mengubah kinerja

sistem selama pengoperasian

3. Dapat meliputi aspek : manusia, bahan, energi, modal dan informasi.

A.2.2 Input yang tak terkendali 1. Tidak cukup penting perannya dalam mengubah kinerja sistem

2. Tidak diperlukan agar sistem dapat berfungsi 3. Bukan merupakan input lingkungan (eksogenous)

karena disiapkan oleh perancang. B. OUTPUT SISTEM

B.1 Output yang dikehendaki 1. Merupakan respon sistem terhadap kebutuhan yang telah ditetapkan (dalam analisis kebutuhan) 2. Merupakan peubah yang harus dihasilkan oleh

sistem untuk memuaskan kebutuhan yang telah diidentifikasi.

B.2. Output yang tak terkendali

1. Merupakan hasil sampingan yang tidak dapat dihindarkan dari sistem yang berfungsi dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki

2. Selalu diidentifikasikan dalam tahap identifikasi sistem, terutama semua pengaruh negatif yang potensial dapat dihasilkan oleh sistem yang diuji 3. Sering merupakan kebalikan dari keluaran yang

dikehendaki.

C. PARAMETER

RANCANGAN SISTEM

1. Digunakan untuk menetapkan struktur sistem 2. Merupakan peubah keputusan penting bagi

kemampuan sistem menghasilkan keluaran yang dikehendaki secara efisien dalam memenuhi kepuasan bagi kebutuhan yang ditetapkan

(32)

merubah peubah ini selama pengoperasian sistem untuk membuat kemampuan sistem bekerja lebih baik dalam keadaan lingkungan berubah-ubah 4. Tiap sistem memiliki parameter rancangan khas

tersendiri untuk identifikasi.

D. MANAJEMEN

PENGENDALI

Merupakan faktor pengendalian (kontrol) terhadap pengoperasian sistem dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki.

Sumber : (Eriyatno, 2003)

Permodelan Sistem

Permodelan adalah terjemahan bebas dari istilah “modelling”. Untuk

menghindari berbagai pengertian ataupun penafsiran yang berbeda-beda, maka

permodelan dapat diartikan sebagai suatu gugus aktivitas pembutan model.

Sebagai landasan pengertian permodelan diperlukan suatu penelaahan tentang

model itu sendiri secara spesifik ditinjau dari pendekatan sistem. Sebelum sampai

pada tahapan permodelan maka perlu diketahui lebih dahulu jenis dan klasifikasi

model-model secara terperinci (Eriyatno, 2003).

Berkaitan dengan teori dan pendekatan sistem, yang dimaksud dengan model

sistem adalah abstraksi realitas atau gambaran dari suatu kenyataan yang

menyuguhkan bagian-bagian tertentu yang penting, yang merupakan sosok kunci

atau key features (Budihardjo, 1995).

Menurut Whitten, dkk (2004) model dapat dibuat pada sistem yang sudah

ada sebagai cara untuk memahami sistem tersebut dengan lebih baik. Salah satu

jenis model logika adalah permodelan proses. Model proses yang paling

sederhana dari sistem didasarkan pada input, output, dan sistem itu sendiri yang

(33)

a) Model Sistem Sederhana

b) Model Sistem Kompleks

Model umum suatu sistem terdiri dari masukan, proses pengolahan dan

keluaran. Dalam suatu model sistem yang sederhana, masukan maupun

keluarannya tunggal. Sedangkan dalam model sistem yang kompleks, masukan

dan keluarannya jamak (Budihardjo, 1995).

Gambar 3. Model umum suatu sistem (Jogiyanto, 2001)

Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective). Kalau

suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada

gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan

sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil

bila mengenai sasaran atau tujuannya (Jogiyanto, 2001).

Masukan PROSES Keluaran

PENGOLAHAN

Masukan 1

Masukan 2

Masukan 3

PROSES PENGOLAHAN

Keluaran 1

Keluaran 2

(34)

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan tebu PTP. Nusantara II (Persero)

Kebun Helvetia Wilayah Helvetia pada bulan September 2008 sampai dengan

bulan November 2008.

Alat dan Bahan

Alat

1. Alat tulis

2. Komputer

3. Kamera digital

Bahan

Bahan-bahan yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer

Data yang diperoleh dari penelitian kerja, baik dari hasil wawancara,

penyebaran kuisioner dan hasil diskusi dengan pihak-pihak yang berwenang.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari pihak manajemen PTP. Nusantara II-Kebun

Helvetia, antara lain :

a. Pedoman RKAP-2008 Transportasi Tebu

b. Data jumlah ton tebu yang diangkut di PTP. Nusantara II KebunHelvetia

c. Berbagai diagram yang berhubungan dengan transportasi tebu

(35)

Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan sistem dengan cara

menggali informasi dan pengetahuan dari para stakeholder pakar dalam hal

transportasi tebu dengan menggunakan beberapa metode pengambilan data yaitu

kuisioner, wawancara, dan mengidentifikasikan kondisi yang sedang berjalan di

lokasi penelitian, serta sejumlah kebutuhan kemudian merumuskannya sebagai

bahan pengujian.

Metode masing-masing stakeholders tersebut mempunyai kepentingan

tersendiri, apabila kepentingan tersebut tidak diramu secara holistik, maka akan

terjadi konflik kepentingan. Komponen stakeholders tersebut mempunyai

kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan tujuannya masing-masing dan saling

berinteraksi satu sama lain serta berpengaruh terhadap keseluruhan sistem yang

ada.

Wawancara pakar dilaksanakan dengan menetapkan para pakar yang

terkait dengan sistem transportasi tebu dengan pertimbangan keberadaan,

kerterjangkauan dan pengalaman dibidangnya sebanyak 12 orang.

Pemilihan responden sosial-ekonomi dengan purposive sampling terhadap

para pekerja sistem transportasi tebu di PTP. Nusantara II Kebun Helvetia

sebanyak 63 orang.

Menurut Eriyatno (1999) melakukan penelitian dengan pendekatan sistem

perlu melalui tahapan-tahapan yaitu:

(36)

2. Formulasi masalah

3. Identifikasi sistem

4. Pemodelan sistem

5. Verifikasi model

6. Implementasi

Dalam melakukan penelitian ini penulis hanya melakukan pendekatan

sistem hanya sampai pada tahapan identifikasi sistem saja.

Pada tahap analisis kebutuhan dapat ditentukan kompenen pelaku yang

berpengaruh dan berperan dalam sistem. Pada tahap formulasi permasalahan

disusun dengan cara mengevaluasi keterbatasan sumberdaya yang dimiliki dan

atau adanya konflik kepentingan diantara stakeholders untuk mencapai tujuan

sistem. Formulasi permasalahan didasarkan pada penentuan informasi terperinci

yang dihasilkan selama identifikasi sistem. Identifikasi sistem dilakukan untuk

mengkaji sistem yang dipresentasikan dalam bentuk diagram kotak hitam.

Prosedur Penelitian

1. Menentukan stakeholder-stakeholder yang berkaitan dengan sistem

transporatasi tebu.

2. Menganalisis kebutuhan terhadap semua stakeholder sistem transportasi tebu.

Tahap ini akan menghasilkan pernyataan mengenai kebutuhan dasar para

pengguna sistem.

(37)

4. Menentukan ruang lingkup permasalahan yang terjadi pada sistem

transportasi tebu. Tahapan ini dilakukan dengan cara mengevaluasi

keterbatasan sumber daya ataupun konflik kepentingan yang terjadi terhadap

semua stakeholder sistem.

5. Melakukan evaluasi terhadap tiga aspek yang dianggap cukup penting

di dalam identifikasi sistem yaitu aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek

teknis.

6. Menyusun diagram kotak hitam (blackbox diagram) sebagai hasil akhir

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Organisasi PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia

Kebun Helvetia terdiri dari dua wilayah yaitu wilayah Helvetia dan

wilayah Klambir Lima. Struktur organisasi PTP. Nusantara II Kebun Helvetia

Wilayah Helvetia dipimpin oleh seorang manajer. Struktur organisasi vertikal ke

bawah menunjukkan adanya departemen-departemen terpisah yang menjalankan

fungsi masing-masing untuk melaksanakan aktivitas produksi.

Secara umum, departemen-departemen tersebut terdiri atas Kadis

Tanaman, Kadis Umum (TUK) dan Kadis Pengolahan (Gudang FS). Kadis

Tanaman membawahi beberapa asisten, antara lain asisten DP/AFD, asisten

Teknik dan asisten Kelapa Sawit. Setiap asisten membawahi beberapa karyawan,

karyawan tetap dan karyawan harian lepas.

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

PT. Perkebunan Nusantara II mempunyai beberapa kebun untuk budidaya

tebu, yaitu Tandem, Tandem Hilir, Bulu Cina, Klumpang, Klambir Lima, Tanjung

Jati, Kuala Bingei, Sampali, Saentis, Helvetia, Batang Kuis, Pagar Merbau dan

Bandar Kalipa.

Jenis tanaman yang dibudidayakan di Kebun Helvetia terdiri dari tanaman

kelapa sawit, tebu dan tembakau. Kebun Helvetia adalah salah satu kebun tebu

yang tetap dipertahankan keberadaannya disebabkan oleh faktor produksi yang

(39)

Lahan perkebunan tebu berada di daerah Helvetia yang berbatasan

langsung dengan kota Medan. Luas lahan kebun Helvetia wilayah Helvetia saat

ini adalah kurang lebih sebesar 1.128,35 Ha, termasuk areal yang digunakan untuk

perumahan karyawan, kantor kebun dan lain-lain. Lahan kebun Helvetia berada di

dua desa yaitu desa Manggala dan desa Helvetia. Kebun Helvetia berada di tengah

dua sungai yaitu sungai Bederak dan sungai Deli. Di sebelah barat kebun Helvetia

berbatasan dengan areal kebun Klumpang yang dipisahkan oleh sungai Bederak.

Sebelah timur berbatasan dengan jalan raya Mary Land. Di sebelah utara kebun

Helvetia berbatasan dengan daerah Anam Ratus. Sebelah selatan berbatasan

dengan kawasan perumahan. Dahulu kawasan perumahan ini merupakan lahan

kebun Helvetia yang sudah beralih fungsi.

Penebangan Tebu di Kebun Helvetia

PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia telah mengadakan

ikatan kerja dengan pihak kedua yaitu CV. Citra Pratama dalam bidang pekerjaan

tebang bersih/ikat yang dilaksanakan mulai dari tanggal 01 April s/d 30 Juni 2008.

Pihak kedua juga menyediakan tenaga kerja sesuai kebutuhan pihak

PTP. Nusantara II Kebun Helvetia yang akan ditebang di Kebun Helvetia.

Penebangan tebu dilakukan oleh pekerja kontrakan (harian lepas) yang

telah disediakan oleh pihak kedua. Para pekerja harian lepas akan melakukan

tebangan pada blok yang telah dihunjuk oleh mandor kebun. Penebangan tebu

dapat dilakukan apabila tebu sudah masak (cukup umur) yakni plant cane (PC)

telah berumur 12 bulan, R1 berumur 11 sampai 12 bulan dan R2 berumur 10

(40)

Cut and Go” maksudnya adalah setelah tebu ditebang, tebu harus segera dimuat

ke truk dan langsung dibawa ke pabrik pengolahan tebu sei semayang.

Di kebun tebu Helvetia, penebangan dilakukan secara pandas yaitu

memotong pangkal tebu dengan parang sampai pandas/rata ke permukaan tanah

(lebih kecil dari 5 cm diatas permukaan tanah). Kemudian batang tebu dibersihkan

dari klaras dan kotoran tebu. Setelah itu, dibuang pelepah dan segala kotoran pada

tebu hingga tebu bersih lalu dipotong pucuk daun kurang lebih 5 daun dari pucuk

yang berwarna putih/pucat. Sedangkan tebu muda (sogolan) yang panjangnya

1.5 (satu setengah) meter harus dibuang.

Tebu yang telah dibersihkan, diikat pada tebu yang ditebang pada 2 tempat

(pangkal dan pucuk), tiap ikat terdiri dari 20 batang tebu untuk memudahkan

pekerja memuat tebu ke truk. Truk yang masuk ke kebun berada disisi jalan (kalau

yang ditebang dekat jalan).

Harga borongan tebang bersih/ikat per ton tebu sebagai berikut:

Tebang bersih/ikat/ton = Rp 17.969,00

PPN 10 % = Rp 1.796,9

Jumlah = Rp 19.765,9

Pemuatan dan Pengangkutan Tebu di Kebun Helvetia

PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia juga melakukan

perjanjian dengan pihak kedua yaitu CV. Citra Pratama dalam bidang barang dan

(41)

Helvetia ke pabrik gula Sei Semayang diestimasikan kurang lebih 9192 ton yang

dimulai dari tanggal 01 April 2008 sampai dengan 30 Juni 2008.

CV. Citra Pratama mempersiapkan truk angkut tebu beserta tenaga

panggul/muat (seperti supir, kernet, armada angkutan) setiap harinya sesuai

jumlah tonase yang dibutuhkan pihak PTP. Nusantara II Kebun Helvetia selama

masa giling tahun 2008 berlangsung.

Adapun target harian panggul/muat dan angkut tebu dari kebun tebu

Helvetia ke pabrik gula Sei Semayang kurang lebih sebesar 153.2 ton/hari

(target tebu/hari dapat berubah sesuai kondisi lapangan/pabrik yang akan diatur

oleh pihak PTP. Nusantara II Kebun Helvetia).

Adapun syarat-syarat panggul/muat dan angkut tebu adalah:

1. Truk angkut tebu harus dalam keadaan baik dan layak untuk dioperasikan.

2. Tebu yang diangkut harus segar, tidak kering/berjamur, bersih dari sogolan

dan klaras. Disusun rapi serta tidak dicacah/dicincang agar tidak

berjatuhan/tercecer dalam perjalanan menuju pabrik.

3. Tebu dimuat ke dalam truk dengan cara disusun rapi dan diberi tajuk agar tebu

tidak jatuh/tumpah sampai ke pabrik.

4. Jika tebu dimuat ke dalam truk dengan menggunakan alat bell cane loader,

tebunya harus ditumpuk dan tempatnya dibersihkan terlebih dahulu

(42)

Tabel 3. Tarif panggul/muat dan angkut tebu per ton tebu

Uraian Pekerjaan Ke PGSS (Rp) Ke PGKM (Rp)

Panggul/Muat 9.260,9 9.260,9

Angkut Tebu 25.147,1 40.984,9

Jumlah 34.408 50.245,9

(Sumber : RKAP PTP. Nusantara II Kebun Helvetia)

CV. Citra Pratama harus bertanggung jawab pada target harian yang telah

ditetapkan oleh PTP. Nusantara II Kebun Helvetia dan harus dipenuhi setiap hari

agar pabrik tetap beroperasi, kecuali pabrik tidak giling karena Maintenance Day,

ataupun karena rusak.

Jika truk angkutan tebu rusak maka harus segera dicari penggantinya oleh

pihak kedua agar target harian dapat dipenuhi serta tebu yang telah ditebang di

lapangan dapat terangkut sehingga tidak kering/berjamur.

Semua ton tebu yang diangkut dengan truk dari kebun ke pabrik harus

dalam keadaan baik dan apabila ada yang tumpah karena sesuatu hal baik di lokasi

atau di jalan sewaktu menuju pabrik harus segera ditanggulangi sehingga tidak

sampai menimbulkan kerugian produksi bagi PTP. Nusantara II Kebun Helvetia.

Analisis pengakutan tebu dilakukan dengan menggunakan data ton tebu

yang diangkut selama 4 bulan mulai dari bulan Maret sampai dengan Mei pada

tahun 2008. Grafik di bawah ini menyajikan jumlah ton tebu yang diangkut

(43)

0

Gambar 4. Grafik hasil ton tebu yang diangkut

Grafik hasil ton tebu yang diangkut ini menunjukkan adanya fluktuasi

tenaga kerja. Pada bulan Februari sampai April adalah bulan yang tidak

menguntungkan bagi perusahaan karena tidak sesuai dengan yang diinginkan. Hal

ini diakibatkan oleh ketersediaan tenaga kerja yang tidak banyak sehingga waktu

mulai penebangan terhambat. Hal ini juga disebabkan oleh kondisi cuaca yang

tidak mendukung aktivitas penebangan dan pengangkutan tebu. Cuaca yang buruk

saperti hujan yang terus menerus menyebabkan jalan menuju kebun rusak.

Akibatnya truk pengangkut tebu tidak dapat melalui jalan yang berlumpur dan

digenangi air. Jembatan penghubung jalan yang satu dengan yang lain juga tidak

baik karena hanya menggunakan beberapa batang pohon kelapa sawit yang

disusun rapi secara horizontal. Apabila hujan turun pada saat panen, jalanan yang

rusak mengakibatkan jembatan kayu tersebut masuk ke dalam tanah sehingga truk

pengangkut tidak dapat melewatinya. Hal ini juga menghambat pengangkutan

(44)

Sedangkan pada bulan Mei adalah bulan yang menguntungkan untuk

penebangan dan pengangkutan tebu karena jumlah tenaga kerja lebih banyak.

Ketersediaan tenaga kerja yang banyak ini diperoleh dari kebun tebu lainnya yang

telah siap masa penebangan tebu sehingga perusahaan dapat memperoleh jasa

mereka pada saat penebangan. Dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja ini,

aktivitas pengangkutan pun semakin lancar sehingga jumlah ton tebu setiap

harinya meningkat juga. Hal ini membuat perusahaan mendapatkan keuntungan.

Kebutuhan Sistem Transportasi Tebu

Kebutuhan merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua stakeholder

sistem transportasi tebu. Tahap analisis kebutuhan adalah langkah awal dari

sebuah kajian mengenai sistem. Menurut Eriyatno (2003), analisis kebutuhan

harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam menentukan

kebutuhan-kebutuhan dari semua orang dan institusi yang dapat dihubungkan dengan sistem

yang telah ditentukan.

Semua stakeholder yang terkait dengan sistem transportasi tebu

mempunyai kebutuhan tersendiri yang muncul dari kepentingan masing-masing

stakeholder terhadap sistem tersebut

Komponen pelaku sistem yang perlu diikutkan dalam analisis kebutuhan

sistem adalah manajemen PTP. Nusantara II Kebun Helvetia sebagai pemilik

sistem transportasi tebu di Helvetia dan masyarakat sekitar perkebunan.

Manajemen PTP. Nusantara II Kebun Helvetia mempunyai sejumlah

(45)

perusahaan sebagai perusahaan institusi bisnis yang ingin mendapatkan laba

sebesar-besarnya dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat

sekitar. Kebutuhan yang dapat dideskripsikan adalah menyangkut keberadaan

lahan, ketersediaan faktor produksi seperti tenaga kerja yang terampil,

informasi-informasi penting untuk kegiatan transportasi, produktifitas tinggi dan kemudahan

administratif dan birokratif.

Masyarakat adalah sekelompok orang yang berada dan menetap di sekitar

perkebunan. Kebutuhan akan lapangan pekerjaan adalah hal yang terpenting untuk

masyarakat sekitar. Keberadaan sistem diantara lingkaran mereka juga diharapkan

akan berpengaruh pada peningkatan perekonomian melalui pembinaan mitra kerja

dan pembangunan insfrastruktur bagi desa mereka.

Analisis kebutuhan para pelaku sistem transportasi tebu disajikan secara

terperinci pada Tabel 4.

Tabel 4.Analisis kebutuhan para stakeholder

No Stakeholder Kebutuhan Stakeholder

1. Manajemen PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia

1. Pengelolaan lahan di lapangan secara efektif 2. Faktor produksi yang mendukung aktivitas

produksi seperti tenaga kerja yang trampil dan alat-alat produksi

3. Informasi pendukung aktivitas produksi yang berasal dari Riset Pengembangan PG. Sei Simayang

4. Produktivitas tinggi

1. Keharmonisan dalam menjalin kerjasama 2. Kemudahan administratif atau birokratif

1. Penyediaan lapangan kerja 2. Pembangunan infrastruktur desa

2. CV. Citra Pratama

(46)

Ruang Lingkup Permasalahan Sistem

Permasalahan yang terjadi merupakan persoalan-persoalan yang timbul di

dalam sistem dan harus diselesaikan. Ruang lingkup permasalahan dinyatakan

dengan mengevaluasi keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh sistem atau

adanya konflik kepentingan antar stakeholder sistem untuk mencapai tujuan

sistem.

Adapun ruang lingkup permasalahan utama yang terjadi pada sistem

transportasi tebu meliputi:

1. Pengembangan kota

Lokasi perkebunan tembakau di Helvetia berada di kawasan yang

berbatasan langsung dengan kota Medan. Daerah ini mulai berkembang, yang

ditandai dengan banyaknya pembangunan dan merupakan lokasi yang padat serta

sibuk. Masyarakat yang bekerja di kota Medan banyak mencari tempat tinggal di

daerah pinggiran kota karena selain di daerah pusat kota sudah padat

pemukimannya, berada di pinggiran kota akan dirasa lebih nyaman dan akses ke

tempat bekerja juga masih dapat dilakukan dengan mudah.

Selain perkembangan penduduk, pertumbuhan, pertumbuhan industri juga

terjadi di luar pusat kota. Banyak industri dibangun di luar pusat kota agar polusi

yang dihasilkan dapat diminimalisir untuk mencemari kota, baik itu polusi udara,

suara, air dan tanah.

Peningkatan jumlah penduduk dan pemukiman yang semakin tinggi ini

(47)

tebu. Ada beberapa faktor yang dipengaruhi oleh adanya pengembangan kota ini

yang nantinya akan mempengaruhi kelancaran pengangkutan tebu, antara lain:

a. Semakin minimnya tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting

keberadaannya karena tenaga kerja akan menentukan berjalan atau tidaknya suatu

proses produksi. Bekerja pada penebangan dan pengangkutan tebu menjadi

sesuatu hal yang tidak menarik bagi tenaga kerja usia produktif saat ini di daerah

Helvetia. Hai ini muncul karena semakin banyak pilihan pekerjaan untuk mereka

misalnya bekerja di pabrik-pabrik yang dirasa lebih meningkatkan kesajahteraan

mereka.

b. Kemacetan lalu lintas

Dari waktu ke waktu, objek yang diangkut selalu bertambah, hal ini

disebabkan terjadinya pertambahan penduduk, perkembangan wilayah,

pertambahan pendapat/kesejahteraan dan pertambahan keinginan untuk

melakukan perjalanan. Dengan adanya beban tersebut, pengangkutan tebu

menjadi terhambat. Persoalan ini jelas akan menimbulkan akibat berantai yang

rumit dan kompleks dalam pengangkutan tebu di antaranya:

1. Kemacetan (tundaan pengangkutan)

2. Kecelakaan

(48)

c. Peningkatan jumlah pengguna jalan

Pada umumnya orang melakukan perjalanan tidak hanya untuk bertamasya

ke luar kota tetapi ke tempat tujuan yang berbeda-beda. Adapun tujuan perjalanan

tersebut seperti pergi bekerja, sekolah, sosial, belanja dan lain-lain. Pengguna

jalan melakukan perjalanan di sepanjang hari baik pada pagi hari, siang, tengah

malam, hari libur dan seterusnya. Merekapun menggunakan kendaraan pribadi

maupun kendaraan umum untuk ke tempat yang mereka inginkan. Keragaman

pengguna jalan ke tempat tujuan mengakibatkan kondisi jalan dilalui sangat ramai

sehingga orang semakin cenderung memilih naik kendaraan umum. Hal ini yang

menyebabkan semakin banyaknya pengguna jalan yang melakukan perjalanan

dengan menggunakan kendaraan umum.

d. Peningkatan harga BBM

Sejak lima tahun terakhir Indonesia mengalami penurunan produksi

minyak nasional yang disebabkan menurunnya secara alamiah (natural decline)

cadangan minyak pada sumur-sumur yang berproduksi. Di lain pihak,

pertambahan jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan sarana transportasi

dan aktivitas industri yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi

Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional. Besarnya ketergantungan Indonesia pada

BBM impor semakin memberatkan pemerintah ketika harga minyak dunia terus

meningkat. Ini berakibat pada penurunan konsumsi BBM yang cukup signifikan.

Peningkatan harga BBM merupakan masalah yang dihadapi pihak kedua dan

PTP. Nusantara II Kebun Helvetia sehingga ini menjadi pertimbangan perusahaan

(49)

2. Kondisi cuaca yang semakin sulit untuk diprediksi

Perubahan iklim secara global sudah menjadi isu yang mencemaskan

belakangan ini. Hal itu disebabkan karena ulah manusia yang tidak memelihara

lingkungan sehingga terjadi kerusakan dimana-mana yang akhirnya justru

merugikan semua makhluk hidup di atas bumi ini.

Iklim merupakan faktor produksi yang seringkali dianggap sebagai

kendala dalam proses pengangkutan. Sistem transportasi tebu menghendaki iklim

yang tidak basah. Akan tetapi, variabel iklim yang semakin sulit untuk diprediksi

adalah curah hujan yang sering kali mengganggu aktivitas pengangkutan. Iklim

Sumatera Utara mempunyai curah hujan yang merata sepanjang tahun sehingga

sulit untuk membedakan antara musim hujan dan musim kemarau.

Minimnya alat untuk menghitung curah hujan seringkali membuat prediksi

yang dilakukan seringkali gagal. Sampai saat ini, alat yang digunakan untuk

menghitung curah hujan oleh perusahaan masih dilakukan dengan sangat

sederhana karena hanya menggunakan gelas ukur dan dicatat secara manual.

Dalam masa penebangan dan pengangkutan, apabila hujan terus menerus

mengguyur lokasi perkebunan, hal ini akan menyebabkan para pekerja tidak dapat

bekerja untuk memenuhi target harian. Sedangkan kondisi jalan masuk ke dalam

kebun akan digenangi air dan akan berlumpur sehingga jalanan akan licin dan

lembek. Kondisi jalan yang tidak baik ini akan menghambat pengangkutan tebu

(50)

Sistem Transportasi Tebu

Peranan transportasi sebagai penghubung suatu tempat ke tempat yang lain

menjadi suatu permasalahan yang dihadapi oleh sistem transportasi tebu dirasakan

semakin kompleks pada saat ini. Permasalahan angkutan tebu yang terpenting

adalah bagaimana menyediakan jumlah tebu yang cukup untuk dapat digiling di

pabrik setiap harinya karena kekurangan atau keterlambatan dapat mengakibatkan

pabrik gula berhenti giling, hal ini dapat menyebabkan kerugian. Berbagai

permasalahan yang terjadi ini memerlukan keberadaan sistem sehingga sangat

membutuhkan analisi mendalam untuk pengambilan keputusan agar tetap menjaga

kelangsungan produksi tebu.

Evaluasi Aspek

Identifikasi sistem transpotasi tebu meliputi pengevaluasian tiga aspek

yang dianggap cukup penting, yaitu aspek sumber daya manusia, aspek teknis dan

aspek sosial budaya dan ekonomi. Dalam tinjauan aspek sumber daya manusia,

dijelaskan bahwa masih minimnya pengetahuan dan minat para pekerja terhadap

tebu, menyebabkan kelancaran proses panen kurang sempurna. Aspek teknis

menjelaskan tentang peralatan yang digunakan selama penebangan tebu dan

pengangkutan tebu yang masih menggunakan alat penebangan dan truk biasa.

Aspek sosial ekonomi pada kajian ini membahas tentang perubahan cara pandang

masyarakat terhadap keberadaan sistem dan hubungan horizontal di dalam

manajemen PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia serta pengukuran

(51)

Universitas

4%

SMU

16%

SLTP

36%

SD

44%

Aspek Sumber Daya Manusia

Tenaga kerja memegang peranan penting dalam sistem transportasi tebu.

Peran tenaga kerja sebagai pekerja harian merupakan hal yang berat karena para

pekerja harus mencapai target penebangan harian. Hal ini tidak lagi sesuai dengan

usia pekerja yang tidak lagi produktif untuk melakukan pekerjaan berat seperti

menebang tebu dan memanggul/memuat tebu.

Keinginan para pekerja untuk memahami tanaman tebu secara menyeluruh

masih belum dapat dicapai karena secara umum para pekerja tamatan sekolah

dasar (SD). Hal ini menyebabkan minimnya minat para pekerja untuk mengetahui

seluk beluk tentang tanaman tebu.

Gambar 5. Frekuensi pendidikan terakhir para pekerja

Adapun ketertarikan para pekerja untuk melakukan pekerjaan sebagai

penebang dan pemuat tebu di PTP. Nusantara II Kebun Helvetia adalah sekedar

untuk menyambung hidup dan mendapatkan gaji yang cukup/lumayan untuk

menghidupi sekeluarga. Hal ini senantiasa bukan untuk meningkatkan pendapatan

(52)

43%

29% 13%

15% Sekerdar menyambung hidup

Gaji yang lumayan

Pandangan masyarakat sekitar

Tidak ada komentar

Gambar 6. Frekuensi keinginan pekerja melakukan pekerjaan

Aspek Teknis

Saat yang tepat untuk memanen atau menebang tebu adalah pada tingkat

kemasakan yang maksimal. Penebangan tebu di PTP. Nusantara II Kebun

Helvetia masih menggunakan tenaga manusia yaitu para pekerja harian. Adapun

penebangan yang dilakukan para pekerja masih menggunakan alat sederhana

seperti sabit (arit). Hal ini akan menyebabkan proses penebangan yang relatif

lama sehingga hasil tebangan tidak sesuai dengan target harian.

Setelah penebangan tebu dilakukan, batang tebu hasil tebangan harus

segera dimuat ke dalam truk untuk diantar ke pabrik penggilingan tebu. Pemuatan

batang tebu ke dalam truk di PTP. Nusantara II Kebun Helvetia masih

menggunakan tenaga manusia. Apabila pemuatan batang tebu terlalu lama, ini

akan menyebabkan kerusakan pada tebu, karena tebu yang sudah

dipotong-potong, bila tidak segera digiling mempunyai peluang lebih besar terkontaminasi

(53)

Pemuatan batang tebu ke dalam truk di PTP. Nusantara II Kebun Helvetia

jarang menggunakan alat bell cane loader. Hal ini disebabkan karena luas areal

kebun Helvetia yang relatif kecil yaitu 226.1 Ha. Selain itu, alat pemuat tebu yaitu

bell cane loader pun kurang karena areal penebangan tebu relatif kecil. Hal ini

menjadi penghambat proses pengangkutan tebu karena jarak waktu antara

penebangan dan penggilingan hendaknya tidak lebih dari 24 jam. Oleh karena itu,

penebangan maupun pemuatan yang masih menggunakan tenaga manusia

hendaknya juga menggunakan alat pemuat bell cane loader.

Aspek Sosial Ekonomi Sistem Transportasi Tebu

Keberadaan sistem transportasi tebu telah diketahui membawa banyak

perubahan aspek sosial ekonomi bagi seluruh stakeholder. Takaran ekonomi

adalah kriteria utama untuk mengukur kesejahteraan suatu kelompok masyarakat.

Sedangkan pendekatan sistem dengan aspek sosialnya adalah evaluasi hubungan

horizontal sistem dengan seluruh stakeholder sistem guna mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

Perubahan cara pandang masyarakat terhadap keberadaan sistem

transportasi tebu dirasakan berdampak terhadap:

1. Pergeseran budaya masyarakat sekitar yang pada awalnya adalah budaya tani

berkembang menuju budaya perkotaan yang didominasi oleh budaya modern.

2. Pemikiran untuk bekerja di dalam sistem transportasi tebu menjadi tidak

menarik.

3. Keinginan masyarakat sekitar untuk bekerja di dalam sistem karena tidak

(54)

< 20 tahun

adanya kebijaksanaan pengunaan tenaga kerja honorer/harian. Selain itu,

insentif pengupahan juga menjadi tidak menarik bagi masyarakat sekitar

karena banyak berkembangnya jenis pekerjaan lainnya yang dianggap lebih

menarik sistem pengupahannya.

Dilain pihak, sistem transportasi tebu sangat tergantung pada keberadaan

tenaga kerja. Hal ini tampak pada aktivitas yang masih tergantung pada

sumbangan tenaga kerja harian. Aktivitas penebangan, pemuatan dan

pengangkutan merupakan contoh bagian yang banyak menyerap tenaga kerja

harian tersebut. Aktivitas-aktivitas ini selain sangat menentukan produktifitas juga

menentukan kelangsungan mutu produk.

Survei terhadap para pekerja sistem transportasi tebu pada penelitian ini

menunjukkan bahwa pada saat sekarang ini bekerja di perkebunan tebu menjadi

hal yang tidak begitu menarik bagi tenaga kerja usia produktif yang berasal dari

sekitar kebun. Hal ini tampak dari hasil sampling yang dilakukan terhadap pekerja

sistem transportasi tebu. Sebanyak 58 % pekerja yang menjadi responden adalah

pekerja yang berumur 41-50 tahun yang artinya adalah kebanyak dari jumlah

pekerja merupakan sudah hampir memasuki usia yang tidak produktif lagi.

(55)

< 10 hari

Minimnya ketertarikan tenaga kerja usia produktif, selain disebabkan

akibat berkembangnya daerah sekitar Helvetia, juga dkarenakan minimnya upah

bekerja di perkebunan tebu. Hal ini tampak dari 64 % responden pekerja yang

mengatakan bahwa upah bekerja mereka minim, dan 15 % mengatakan bahwa

upah tersebut hanya dapat mencukupi kebutuhan selama 20 hari sampai 1 bulan.

Gambar 8. Frekuensi pendapat kerja tentang gaji yang diberikan

Pola kerja di sistem transportasi tebu ini tak banyak berbeda dengan

pekerjaan di luar sistem. Para pekerja melakukan pekerjaan selama 8 jam, dengan

kondisi pekerjaan sedang. Kondisi pekerjaan yang cukup berat tampak pada

bagian penebangan karena terkadang pekerjaan harus dilakukan secara lembur

untuk mengejar target dan juga pada pengangkutan tebu yang membutuhkan

ketepatan waktu agar kualitas tebu tetap terjaga.

Penyusunan Diagram Kotak Hitam (Blackbox Diagram)

Perancangan diagram kotak hitam akan dibagi menjadi beberapa variabel

Gambar

Gambar 1. Komponen dasar sistem transportasi (Sumber: Morlok, 1991)
Gambar 2. Diagram kotak gelap (Eriyatno, 2003)
Tabel 2. Uraian pengertian komponen kotak gelap suatu sistem
Gambar 3. Model umum suatu sistem (Jogiyanto, 2001)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari keterlibatan kerja dalam kategori yang tinggi, yaitu partisipasi aktif, Pekerjaan sebagai yang utama dan pekerjaan sebagai sesuatu yang

Plasma darah adalah sampel yang dibutuhkan karena sulfametoksazol berikatan dengan protein plasma bukan serum di dalam darah.. Langkah pertama dalam penetapan kadar

P senang karena keluarga dapat memberikan tanggapan dari penjelasan yang sudah diberikan. K mulai bersemangat terhadap

[r]

bahwa hasil Pengambilan Keputusan dalam Tabel Rekapitulasi Nilai Indikator Penilaian/Verifikasi (EQI-F077) Nomor Urut 076.1 tanggal 26 Agustus 2015 menunjukkan CV

Deskripsi Ada penjabaran tentang strategi pembelajaran Geografi secara umum serta ada penekanan pada beberapa strategi pembelajaran yang banyak digunakan terutama terkait

Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan eksperimen semu (quasy-experiment) yaitu penelitian yang digunakan untuk mengungkap hubungan sebab akibat dengan

Disebabkan hak kekayaan intelektual merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspersikan dalam berbagai bentuk