IDENTIFIKASI SISTEM TRANSPORTASI TEBU
DI PTP. NUSANTARA II KEBUN HELVETIA
WILAYAH HELVETIA
SKRIPSI
MERLYN YOSEVA BODAMER
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
IDENTIFIKASI SISTEM TRANSPORTASI TEBU
DI PTP. NUSANTARA II KEBUN HELVETIA
WILAYAH HELVETIA
SKRIPSI
Oleh
MERLYN YOSEVA BODAMER 040308043/TEKNIK PERTANIAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
IDENTIFIKASI SISTEM TRANSPORTASI TEBU
DI PTP. NUSANTARA II KEBUN HELVETIA
WILAYAH HELVETIA
SKRIPSI
Oleh
MERLYN YOSEVA BODAMER 040308043
TEKNIK PERTANIAN
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing
Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Achwil Putra Munir, STP, M.Si
Ketua Anggota
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Identifikasi Sistem Transportasi Tebu d PTP. Nusantara II
Kebun Helvetia Wilayah Helvetia
Nama : Merlyn Yoseva Bodamer
NIM : 040308043
Departemen : Teknologi Pertanian Program Studi : Teknik Pertanian
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing
Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Achwil Putra Munir, STP, M.Si
Ketua Anggota
Mengetahui,
Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si Ketua Departemen
ABSTRAK
Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Kualitas dari tebu ini akan menentukan kualitas gula. Transportasi tebu yang cepat dan aman dapat menentukan kualitas tebu untuk diolah di pabrik. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sistem budidaya tebu di PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia dan faktor-faktor dominan yang terjadi dan dibutuhkan oleh seluruh stakeholder. Metode penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sistem dengan menggunakan beberapa metode pengambilan data yaitu kuisioner, wawancara, diskusi dan observasi kondisi lingkungan di lokasi penelitian. Dalam pendekatan sistem, identifikasi sistem transportasi tebu dilakukan dengan evaluasi tiga aspek yaitu, aspek sumber daya manusia, aspek teknis dan aspek sosial ekonomi. Aspek sumber daya manusia mengevaluasi tentang minimnya minat para pekerja. Aspek teknis mengevaluasi tentang alat penebangan dan pemuatan tebu. Aspek sosial mengevaluasi tentang perubahan cara pandang masyarakat tentang keberadaan sistem dan tingkat kesejahteraan pekerja. Hasil dari identifikasi ditunjukkan dalam diagram kotak hitam.
Kata kunci: transportasi tebu, pendekatan sistem, identifikasi sistem
ABSTRACK
Sugar cane (Saccharum Officinarum Linn) is crop for the raw material of sugar. Quality of sugar cane will determine the quality of sugar. Transportation of sugar cane which quickly and peaceful can determine the quality of sugar cane to be processed in factory. Intention of this research is to sugar cane conducting systems analysis in PTP. Nusantara II Garden of Helvetia Regional of Helvetia and dominant factors that happened and required by all stakeholder. This research method is done with approach of system by using some method intake of data that is quisioner, interview, discussion and observation of condition of environment in research location. In approach of system, identify sugar cane transportation system done with evaluation three aspect, that is, human resource aspect, technical aspect and social economics aspect. Aspect human resource evaluate about its minim of enthusiasm all worker. Technical aspect evaluate about hewing appliance and loading of sugar cane. Social aspect evaluate about change of is way of society approach about existence of system and prosperity level of worker. Result of identifying to be shown in black box diagram.
DAFTAR TABEL
1. Kerangka sistem transportasi ... 11
2. Uraian pengertian komponen kotak gelap suatu sistem ... 22
3. Tarif panggul/muat dan angkut tebu per ton tebu ... 34
DAFTAR GAMBAR
1. Komponen dasar sistem transportasi... 10
2. Diagram kotak gelap ... 21
3. Model umum suatu sistem ... 24
4. Grafik hasil ton tebu yang diangkut ... 34
5. Frekuensi pendidikan terakhir para pekerja ... 42
6. Frekuensi keinginan pekerja melakukan pekerjaan ... 43
7. Frekuensi umur para pekerja sistem transportasi tebu ... 45
DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta Lokasi Lahan ... 53
2. Struktur organisasi parusahaan ... 54
3. Diagram alir sistem transportasi tebu ... 55
ABSTRAK
Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Kualitas dari tebu ini akan menentukan kualitas gula. Transportasi tebu yang cepat dan aman dapat menentukan kualitas tebu untuk diolah di pabrik. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sistem budidaya tebu di PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia dan faktor-faktor dominan yang terjadi dan dibutuhkan oleh seluruh stakeholder. Metode penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sistem dengan menggunakan beberapa metode pengambilan data yaitu kuisioner, wawancara, diskusi dan observasi kondisi lingkungan di lokasi penelitian. Dalam pendekatan sistem, identifikasi sistem transportasi tebu dilakukan dengan evaluasi tiga aspek yaitu, aspek sumber daya manusia, aspek teknis dan aspek sosial ekonomi. Aspek sumber daya manusia mengevaluasi tentang minimnya minat para pekerja. Aspek teknis mengevaluasi tentang alat penebangan dan pemuatan tebu. Aspek sosial mengevaluasi tentang perubahan cara pandang masyarakat tentang keberadaan sistem dan tingkat kesejahteraan pekerja. Hasil dari identifikasi ditunjukkan dalam diagram kotak hitam.
Kata kunci: transportasi tebu, pendekatan sistem, identifikasi sistem
ABSTRACK
Sugar cane (Saccharum Officinarum Linn) is crop for the raw material of sugar. Quality of sugar cane will determine the quality of sugar. Transportation of sugar cane which quickly and peaceful can determine the quality of sugar cane to be processed in factory. Intention of this research is to sugar cane conducting systems analysis in PTP. Nusantara II Garden of Helvetia Regional of Helvetia and dominant factors that happened and required by all stakeholder. This research method is done with approach of system by using some method intake of data that is quisioner, interview, discussion and observation of condition of environment in research location. In approach of system, identify sugar cane transportation system done with evaluation three aspect, that is, human resource aspect, technical aspect and social economics aspect. Aspect human resource evaluate about its minim of enthusiasm all worker. Technical aspect evaluate about hewing appliance and loading of sugar cane. Social aspect evaluate about change of is way of society approach about existence of system and prosperity level of worker. Result of identifying to be shown in black box diagram.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penemuan dua terbesar setelah alfabet (tulisan) yang telah membawa
kemajuan dalam kebudayaan dan kesejahteraan manusia adalah penemuan
peralatan transportasi. Kemajuan pengangkutan adalah sebagai akibat kebutuhan
manusia untuk berpergian ke lokasi atau tempat yang lain guna mencari barang
yang dibutuhkan atau melakukan aktivitas, dan mengirim barang ke tempat lain
yang membutuhkan sesuatu barang.
Proses pengangkutan merupakan gerakan dari tempat asal, dari mana
kegiatan angkutan dimulai, ke tempat tujuan, ke mana kegiatan pengangkutan
diakhiri. Dalam hal ini terlihat bahwa unsur-unsur transportasi meliputi atas :
(a) ada muatan yang diangkut, (b) tersedia kendaraan sebagai alat angkutnya,
(c) ada jalanan yang dapat dilalui, (d) ada terminal asal dan terminal tujuan,
(e) sumber daya manusia dan organisasi atau manajemen yang menggerakkan
kegiatan transportasi tersebut(Nasution, 2004).
Fungsi sistem transportasi adalah untuk dapat memindahkan suatu benda.
Objek yang akan dipindahkan mungkin mencakup benda tak bernyawa seperti
sumber alam, hasil produksi pabrik, bahan makanan, dan benda hidup seperti
manusia, hewan, dan tanaman. Salah satu objek yang dipindahkan dari
PTP. Nusantara II Kebun Helvetia ke pabrik gula Sei Semayang adalah tanaman
tebu.
Dalam menganalisis dan mengidentifikasi sistem transportasi tebu, penulis
menggunakan metode pendekatan sistem dengan cara menggali informasi dan
pengetahuan dari para stakeholder pakar dalam hal pengangkutan tebu dengan
menggunakan beberapa metode pengambilan data yaitu kuisioner, wawancara,
diskusi dan observasi kondisi lingkungan di lokasi penelitian. Penggunaan
pendekatan sistem dalam penelitian ini diharapkan akan menghasilkan keputusan
yang efektif dan operasional yang sesuai dengan tujuan pengangkutan perusahaan
itu sendiri.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengenal sistem transportasi tebu dan
kegiatannya untuk mendukung tujuan sistem transportasi tebu di PTP. Nusantara
II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia.
Kegunaan Penelitian
1. Penulis
Sebagai salah satu syarat dalam penyusunan skripsi di Departemen Teknologi
Pertanian Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara.
2. Manajemen perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan dalam pengawasan dan evaluasi manajemen
transportasi tebu.
3. Pihak lain
Batasan Penelitian
Penelitian mengenai transportasi tebu dibatasi hanya untuk mengenal dan
memahami sistem transportasi tebu ditinjau dari empat elemen dasar sistem
transportasi dimana pengangkutan tebu berawal dari kebun Helvetia sampai ke
TINJAUAN LITERATUR
Sejarah Tebu
Pada awalnya gula tebu dikenal oleh orang-orang Polinesia, kemudian
menyebar ke India. Pada tahun 510 SM, ketika menguasai India, Raja Darius dari
Persia menemukan ”batang rerumputan yang menghasilkan madu tanpa lebah”.
Seperti halnya pada berbagai penemuan manusia lainnya, keberadaan tebu sangat
dirahasiakan dan dijaga ketat, sedangkan produk olahannya diekspor dan untuk
menghasilkan keuntungan yang sangat besar.
Rahasia tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi
besar-besaran oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh sebelum sesudah masehi.
Ketika mereka menguasai Persia pada tahun 642 mereka menemukan tanaman
tebu yang sedang tumbuh dan kemudian mempelajari cara pembuatan gula.
Selama ekspansi berlanjut mereka mendirikan pengolahan-pengolahan gula di
berbagai daratan lain yang mereka kuasai, termasuk di Afrika Utara dan Spanyol.
Gula dikenal oleh orang-orang barat Eropa sebagai hasil dari Perang Salib
pada abad ke-11. Para prajurit yang pulang menceritakan keberadaan “rempah
baru” yang enak ini. Gula pertama diketahui tercatat di Inggris pada tahun 1099.
Abad-abad berikutnya merupakan periode ekspansi besar-besaran perdagangan
barat Eropa dengan dunia timur, termasuk di dalamnya adalah impor gula.
Sebagai contoh, dalam sebuah catatan pada tahun 1319 harga gula di London
sebesar “dua shilling tiap pound”. Nilai ini setara dengan beberapa bulan upah
Orang-orang kaya menyukai pembuatan patung-patung dari gula sebagai
penghias meja-meja mereka. Ketika Henry III dari Perancis mengunjungi Venice,
sebuah pesta diadakan untuk menghormatinya dengan menampilkan piring-piring,
barang-barang perak, dan kain linen yang semuanya terbuat dari gula.
Karena merupakan barang mahal, gula seringkali dianggap sebagai obat.
Banyak petunjuk kesehatan dari abad ke-13 hingga abad ke-15 yang
merekomendasikan pemberian gula kepada orang-orang cacat untuk
memperkokoh kekuatan mereka.
Pada abad ke-15, pemurnian gula Eropa umumnya dilakukan di Venice.
Venice tidak bisa lagi melakukan monopoli ketika Vasco da Gama berlayar ke
India pada tahun 1498 dan mendirikan perdagangan di sana. Meskipun demikian,
penemuan orang-orang Amerika lah yang telah mengubah konsumsi gula di dunia.
Dalam salah satu perjalanan pertamanya, Columbus membawa tanaman
tebu untuk ditanam di kawasan Karibia. Iklim yang sangat menguntungkan untuk
pertumbuhan tanaman tebu menyebabkan berdirinya sebuah industri dengan
cepat. Kebutuhan terhadap gula yang besar bagi Eropa menyebabkan banyak
kawasan hutan di kepulauan Karibia menjadi hampir seluruhnya hilang digantikan
perkebunan tebu, seperti misalnya di Barbados, Antigua dan separuh dari Tobago.
Tanaman tebu dibudidayakan secara massal. Jutaan orang dikirim dari Afrika dan
India untuk bekerja di penggilingan tebu. Oleh karenanya, produksi gula sangat
erat kaitannya dengan perdagangan budak di dunia barat.
Secara ekonomi gula sangatlah penting sehingga seluruh kekuatan
kecil Karibia dan berbagai pertempuran terjadi untuk menguasai pulau-pulau
tersebut. Selanjutnya tanaman tebu dibudidayakan di berbagai perkebunan besar
di kawasan-kawasan lain di dunia (India, Indonesia, Filipina
dan kawasan Pasifik) untuk memenuhi kebutuhan pasar Eropa dan lokal
(Food Info, 2008).
Tebu
Tebu merupakan salah satu sumber energi ‘tua’ yang dikenal manusia
sekaligus komoditas penting di dunia yang menghasilkan serat, biofuel, pupuk,
selain produk utamanya : gula.
Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman yang ditanam untuk
bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis.
Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam
sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak
dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera (Wikipedia, 2007).
Bentuk fisik tanaman tebu dicirikan oleh terdapatnya bulu-bulu dan duri di
sekitar pelepah dan helai daun. Banyaknya bulu dan duri beragam tergantung
varietas. Jika disentuh akan menyebabkan rasa gatal. Kondisi ini kadang menjadi
salah satu penyebab kurang berminatnya petani berbudidaya tebu jika masih ada
alternatif tanaman lain. Tinggi tanaman bervariasi tergantung daya dukung
lingkungan dan varietas, antara 2,5-4 meter dengan diameter batang antara 2-4 cm
Daur kehidupan tanaman tebu melalui 5 fase, yaitu :
1. Perkecambahan
Dimulai dengan pembentukan taji pendek dan akar stek pada umur 1 minggu
dan diakhiri pada fase kecambah pada umur 5 minggu.
2. Pertunasan
Dimulai dari umur 5 minggu sampai 3,5 bulan.
3. Pemanjangan Batang
Dimulai dari umur 3,5 bulan sampai 9 bulan.
4. Kemasakan
Merupakan fase yang terjadi setelah pertumbuhan vegetatif menurun dan
sebelum batang tebu mati. Pada fase ini gula di dalam batang tebu mulai
terbentuk hingga titik optimal hingga berangsur-angsur menurun. Fase ini
disebut juga fase penimbunan rendemen gula.
5. Kematian
(KPPBUMN, 2007).
Arti Transportasi
Pengertian transportasi berasal dari kata Latin yaitu transportare, dimana
trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau
membawa. Jadi, transportasi berarti mengangkut atau membawa (sesuatu) ke
sebelah lain atau dari suatu tempat ke tempat lainnya. Ini berarti transportasi
merupakan suatu jasa yang diberikan, guna menolong orang dan barang untuk
dibawa dari suatu tempat ke tempat lainnya. Dengan demikian, transportasi dapat
diberi defenisi sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang
Transportasi merupakan “suatu tindakan, proses, atau hal
mentransportasikan atau sedang ditransportasikan”, dan kata kerja to transport
berarti “memindahkan dari suatu tempat ke tempat lain” (Morlok, 1991).
Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan,
mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain,
di mana di tempat lain objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna
untuk tujuan-tujuan tertentu. Karena dalam pengertian di atas terdapat kata-kata
usaha, berarti transportasi juga merupakan sebuah proses, yakni proses
pindah, proses gerak, proses mengangkut dan mengalihkan, di mana proses
ini tidak bisa dilepaskan dari keperluan akan alat pendukung untuk
menjamin lancarnya proses perpindahan sesuai waktu yang diinginkan
( Miro, 2005).
Peranan Transportasi
Pentingnya sarana transportasi dalam perkembangan dunia bersifat
multidimensi. Sebagai contoh, salah satu fungsi dasar transportasi adalah
menghubungkan tempat kediaman dengan tempat bekerja atau para pembuat
barang dengan para pelanggannya. Dari sudut pandang yang lebih luas, fasilitas
transportasi memberikan aneka pilihan untuk menuju ke tempat kerja, pasar, dan
sarana rekreasi, serta menyediakan akses ke sarana-sarana kesehatan, pendidikan,
dan sarana lainnya (Khisty dan Lall, 2005).
Transportasi bermanfaat bagi masyarakat, dalam arti hasil-hasil produksi
dan bahan-bahan baku suatu daerah dapat dipasarkan kepada perusahaan industri.
masyarakat atau perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran.
Untuk mengangkut bahan-bahan baku dan barang-barang jadi dibutuhkan
jasa-jasa transportasi (darat, laut, dan udara) (Salim, 2000).
Jangan dilupakan pula bahwa fungsi angkutan yang pokok
adalah memindahkan orang atau barang. Muatan, dengan demikian,
dapat berupa benda hidup (orang, hewan, tumbuhan) dan benda mati (makanan,
bahan baku industri). Kecuali orang dan hewan, barang lain pada umumnya
diangkut tidak dalam kondisi alaminya, (misalnya kayu, bahan makanan, dll)
sehingga menuntut teknologi yang tepat (Warpani, 1990).
Sistem Transportasi
Suatu sistem transportasi ditunjukkan sebagai suatu jaringan untuk
menerangkan komponen dan hubungannya satu sama lain dalam sistem
transportasi. Beberapa karakteristik utama dari sistem ialah waktu perjalanan dan
biaya. Jalur gerak yang dipakai meliputi waktu perjalanan yang paling sedikit,
atau pada beberapa kasus, biaya yang paling kecil (Morlok, 1991).
Bentuk fisik dari kebanyakan sistem transportasi tersusun atas empat
elemen dasar meliputi : (a) sarana perhubungan (link), (b) kendaraan, (c) terminal,
dan (d) manajemen dan tenaga kerja. Keempat elemen tersebut berinteraksi
dengan manusia, sebagai pengguna maupun non-pengguna sistem, dan
berinteraksi pula dengan lingkungan. Perilaku subsistem fisik, subsistem manusia,
dan subsistem lingkungan sangatlah rumit karena melibatkan interaksi manusia
sebagai pengendara dan non-pengendara, yang menggunakan berbagai jenis
fisik yang juga berbeda dalam kondisi lingkungan yang juga sangat beragam
(Khisty dan Lall, 2005).
Keterangan :
Gambar 1. Komponen dasar sistem transportasi (Sumber: Morlok, 1991)
Komponen sistem pengangkutan yang pokok adalah prasarana (jalan) dan
sarana (kendaraan). Salah satu perkembangan sarana adalah penggunaan peti
kemas, yang agak berbeda dengan kendaraan biasa, karena peti kemas tidak
bergerak sendiri melainkan menggunakan sarana lain sebagai tenaga penggerak.
Peti kemas harus diletakkan pada kendaraan pengangkut seperti layaknya sebuah
kapsul, atau dirancang sedemikian sehingga merupakan bagian dari kendaraan
pengangkut itu. Peti kemas dimaksudkan untuk melindungi barang yang diangkut Tempat dari suatu ruas ke
ruas lain Ruas jalan
agar dapat dibongkar dan dimuat sebagai satu unit. Hal penting yang harus diingat
dalam pengangkutan adalah bahwa setiap sistem pengangkutan harus dapat
mengangkut muatan dan membongkarnya lagi pada akhir perjalanan
(Warpani, 1990).
Dapat kita simpulkan bahwa defenisi sistem transportasi (transportation
system) merupakan suatu kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang
dari suatu tempat ke tempat yang lain. Dalam transportasi terlihat ada dua unsur
yang terpenting dari transportasi yaitu: (a) pemindahan/pergerakan (movement)
dan (b) secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan penumpang ke
tempat lain (Salim, 2000).
Tabel 1. Kerangka sistem transportasi
Angkutan Barang/Muatan Manajemen
1. Transportasi darat (kereta api, bis, truk) 2. Angkutan laut (shipping)
3. Angkutan udara
1. Manajemen lalu lintas
2. Manajemen angkutan
(Sumber : Salim, 2000)
Panen
Tebang, Muat dan Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat
dipisah dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke
pabrik. Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak
ditangani dengan baik. Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang
diharapkan. Walaupun telah memperoleh pengalaman, namun untuk mendapatkan
tenaga tebang lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria
(Dinas Perkebunan, 2004).
Tebang
Tebangan baik untuk plant cane (PC) maupun ratoon dilakukan dalam
bentuk tebu segar (green cane). Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli.
Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah sebagai berikut:
1. Umur 10-12 bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya
2. Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan
telah menguning
3. Pada musim kemarau usahakan tebang pada kebun yang jauh dari pabrik dan
pada musim hujan kebun-kebun yang dekat dengan pabrik.
Cara penebangan yang dapat dilakukan terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Mekanis
Penebangan dilakukan dengan menggunakan cane harvester, alat ini hanya
digunakan pada waktu mendesak.
2. Manual
Penebangan ini dilakukan dengan menggunakan parang tebang. Alat tebu
umumnya dibawa oleh penebang atau bisa juga dipinjam dari pabrik gula
atau kebun yang bersangkutan kemudian setelah selesai tebang harus
dikembalikan. Cara tebangan adalah pandas, artinya tepat pada permukaan
Muat
Cara muat ke dalam truk dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Mekanis
Dengan menggunakan mesin cangkram (grab loader)
2. Manual
Dengan menggunakan tenaga manusia (panggul), dimuat dalam bentuk
bundle cane (ikatan), setiap ikatan terdiri dari 20-25 batang tebu.
Angkut
Alat pengangkutan adalah truk umum dengan kapasitas 10-15 ton
(Tim Penulis, 2008).
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh
sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat
menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain, sampel
harus representatif.
Agar diperoleh hasil penelitian lebih baik, diperlukan sampel yang baik
pula, yakni benar-benar mencerminkan populasi. Supaya perolehan sampel lebih
akurat, diperlukan rumus penentuan besarnya sampel. Adapun rumus yang
digunakan pada penelitian ini yaitu rumus berdasarkan proporsi yang
(
)
Purposive Sample (Sampel Bertujuan)
Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan
didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan
tertentu. Teknik ini dilakukan pada penelitian yang telah dilaksanakan karena
beberapa pertimbangan, yaitu keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak
dapat mengambil sampel yang besar dan jauh (Arikunto, 2002).
Konsep Dasar Sistem
Dari segi Etimologi, kata sistem sebenarnya berasal dari Bahasa Yunani
yaitu “Systema”, yang dalam Bahasa Inggris dikenal dengan “SYSTEM”, yang
mempunyai pengertian yaitu komponen yang saling berhubungan secara teratur
dan merupakan satu keseluruhan yang tidak terpisahkan.
Menurut filsuf Stoa, bahwa sistem adalah gabungan dari keseluruhan
langit dan bumi yang bekerja bersama-sama, sehingga dapat kita lihat bahwa
sistem terdiri dari unsur-unsur yang bekerja sama membentuk suatu keseluruhan
dan apabila salah satu unsur tersebut hilang atau tidak berfungsi, maka gabungan
Semua defenisi tentang sistem mencakup lima unsur yang terdapat di
dalam sistem, yaitu:
1. Elemen-elemen atau bagian-bagian
2. Adanya interaksi atau hubungan antar elemen-elemen/bagian-bagian
3. Adanya suatu yang mengikat elemen atau bagian tersebut menjadi sesuatu
kesatuan
4. Terdapat tujuan bersama, sebagai hasil akhir
5. Berada di dalam lingkungan yang komplek
(Simatupang, 1994).
Dari berbagai jenis pengertian dan penggunaan istilah sistem, secara garis
besar dapat dikelompokkan adanya dua kategori. Pertama, sistem sebagai entitas
atau benda yang memiliki susunan tertentu atau pengaturan struktural dari
bagian-bagiannya (“system as an entity or thing which has a particular order or
structural arrangement of its parts”). Kedua, sistem sebagai suatu rencana,
metode, alat atau prosedur untuk mencapai sesuatu (“system as a plan, method,
decice, or procedure for accomplishing something”) (Budihardjo, 1995).
Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Siklus hidup pengembangan sistem (System Development Life Cycle)
adalah metodologi yang digunakan untuk menyusun aplikasi proses
pengembangan sistem. Siklus pengembangan sistem dapat juga didefinisikan
sebagai rangkaian aktivitas yang dilaksanakan oleh professional dan pemakai
sistem informasi untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sistem
Proses pengembangan sistem melewati beberapa tahapan dari mulai sistem
itu direncanakan sampai dengan sistem tersebut diterapkan, dioperasikan dan
dipelihara. Bila operasi sistem yang sudah dikembangkan masih timbul kembali
permasalahan-permasalahan yang kritis serta tidak dapat diatasi dalam tahap
pemeliharaan sistem, maka perlu dikembangkan kembali suatu sistem untuk
mengatasinya dan proses ini kembali ke tahap yang pertama, yaitu tahap
perencanaan sistem. Siklus ini disebut dengan siklus hidup suatu sistem
(system life cycle). Daur atau siklus hidup dari pengembangan sistem merupakan
suatu bentuk yang digunakan untuk menggambarkan tahapan utama dan
langkah-langkah di dalam tahapan tersebut dalam proses pengembangannya
(Jogiyanto, 2001).
Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem adalah suatu cara untuk menangani suatu masalah.
Pendekatan sistem (system approach) merupakan cara untuk menangani suatu
masalah berdasarkan berpikir kesisteman. Pendekatan sistem terhadap suatu
masalah adalah untuk menangani suatu masalah dengan mempertimbangkan
semua aspek yang terkait dengan masalah itu dan mengkonsentrasikan
perhatiannya kepada interaksi antara aspek-aspek yang terkait dari permasalahan
tersebut. Jadi pendekatan sistem adalah suatu pendekatan pemecahan masalah
yang dilakukan secara menyeluruh (sistemik) (Tunas, 2007).
Pendekatan sistem (system approach) adalah suatu cara yang sistemik dan
suatu filosofi pemecahan masalah yang khusus digunakan untuk memecahkan
permasalahan yang kompleks (Khisty dan Lall, 2005).
Metode pendekatan sistem merupakan salah satu cara penyelesaian persoalan
yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah
kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem
yang dianggap efektif (Eriyatno 2003).
Pendekatan sistem adalah cara penyelesaian persoalan yang dimulai
dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan
sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Jika
kita mengasumsikan sebuah sistem, maka akan terdapat para pelaku sistem atau
stakeholder. Whitten, dkk (2004) mendefenisikan stakeholder sebagai orang yang
mempunyai ketertarikan terhadap sistem yang ada ataupun sistem yang
ditawarkan. Stakeholder bisa termasuk pekerja teknis dan non teknis, bisa juga
pekerja dalam dan luar.
Melalui berpikir kesisteman dan pendekatan sistem ini kita akan dapat
melihat permasalahan dengan prespektif yang lebih menyeluruh, yang mencakup
struktur, pola dan proses serta keterkaitan antara komponen-komponen atau
kejadian-kejadian yang ada padanya, jadi tidak hanya kepada kejadian yang
tunggal yang langsung dihadapi. Berdasarkan prespektif yang luas ini kita akan
dapat mengidentifikasi seluruh rangkaian sebab-akibat yang ada dalam
permasalahan tersebut dan menentukan dimana sebaiknya kita harus memulai
Beberapa alasan mengapa kita membutuhkan pendekatan sistem dalam
menyelesaikan suatu permasalahan yaitu :
1. Suatu masalah timbul oleh karena lebih dari suatu sebab (situasi)
2. Karena ada berbagai alternatif pemecahan yang potensial yang perlu
dipertimbangkan.
3. Setiap pemecahan disamping mendukung tercapainya tujuan yang
diinginkan, juga mempunyai dampak sampingan yang juga harus
dipertimbangkan.
4. Hasil pemecahan suatu masalah harus dievaluasi baik terhadap pencapaian
tujuan yang diinginkan maupun dampak sampingan yang akan
diakibatkannya.
5. Pemecahan suatu masalah bersifat sementara atau tidak langsung karena akan
timbul lagi permasalahan baru
(Eriyatno, 2003).
Metodologi Sistem
Metode untuk penyelesaian persoalan yang dilakukan dengan melalui
pendekatan sistem terdiri dari beberapa tahap proses. Tahap-tahap tersebut
meliputi analisa, rekayasa model, implementasi rancangan, implementasi dan
operasi sistem tersebut. Setiap tahap dalam proses tersebut diikuti oleh suatu
eveluasi berulang untuk mengetahui apakah hasil dari tahap yang telah
sesuai/dapat mencakup dengan apa yang diharapkan atau belum. Bila tidak sesuai
maka harus mengulangi kembali tahap tersebut sebelum melanjutkan tahap
Metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisis sebelum tahap
sintesa (rekayasa), meliputi :
1. analisa kebutuhan,
2. identifikasi sistem,
3. formulasi masalah,
4. pembentukan alternatif sistem,
5. determinasi dari realisasi fisik, sosial dan politik,
6. penentukan kelayakan ekonomi dan finansial.
Langkah 1-6 dilakukan dalam satu kesatuan kerja yang dikenal dengan analisa
sistem (Eriyatno, 2003).
Analisis Kebutuhan
Analisis sistem adalah suatu proses menganalisa sistem dengan sasaran
utama untuk mengembangkan ataupun memodifikasi sistem tersebut. Dengan kata
lain, sistem analisis melibatkan penyelidikan dan desain sistem dalam urutan
untuk mengembangkan sistem akan menjadi lebih baik.
Analisa kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem.
Analisa kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari
seseorang pengambil keputusan (decision maker) terhadap jalannya sistem.
Analisa ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat seorang ahli, diskusi,
observasi lapangan dan sebagainya (Eriyatno, 2003).
Tahap-tahap dalam analisis sistem meliputi:
1. mengidentifikasi masalah-masalah dan nilai-nilai komunitas,
3. mendefinisikan objektif,
4. menentukan kriteria,
5. merancang alternatif aksi untuk mencapai tahap 2 dan 3,
6. mengevaluasi alternatif aksi, ditinjau dari sisi efektivitas dan biaya,
7. menguji objektif dan semua asumsi,
8. mengkaji alternatif-alternatif baru atau melakukan modifikasi atas tahap 5,
9. menentukan objektif baru atau melakukan modifikasi atas tahap 3, dan
10.mengulang seluruh tahap hingga solusi memuaskan tercapai, dengan tetap
mempertahankan criteria, standar, dan nilai
(Khisty dan Lall, 2005).
Bila suatu keputusan dibuktikan dapat berjalan secara kontinyu,
pernyataan tentang berbagai kebutuhan yang sesuai harus memenuhi syarat untuk
dibawa dalam tahap identifikasi sistem.
Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem merupakan suatu mata rantai hubungan antara
pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah
yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Yang
penting dalam identifikasi sistem adalah melanjutkan interpretasi diagram lingkar
kedalam konsep kotak gelap (Blackbox) (Eriyatno, 2003).
Identifikasi model suatu sistem dilakukan dari informasi yang
menggambarkan perilaku terdahulu dari sistem yang sedang berjalan
matematik, model diturunkan dimana dicari yang paling cocok (fit) pada data
operasional.
Input tidak terkontrol Output yang dikehendaki
Input terkontrol Output yang tidak dikehendaki
Gambar 2. Diagram kotak gelap (Eriyatno, 2003)
Konsep diagram kotak gelap ini diambil dari istilah benda yang digunakan
dalam dunia penerbangan yaitu Blackbox. Kotak ini digunakan untuk merekam
segala aktivitas yang terjadi diruang kendali pesawat selama penerbangan
(Winarno, 1987).
Formulasi Masalah
Tujuan dari analisis permasalahan adalah untuk mempelajari dan
memahami bidang masalah dengan cukup baik untuk secara menyeluruh
menganalisis masalah, kesempatan dan batasannya. Para pemecah masalah telah
belajar untuk benar-benar memahani sebuah permasalahan sebelum mengajukan
solusi apapun yang mungkin. Dalam praktik, suatu akibat mungkin adalah sebuah
gejala dari masalah yang berbeda, yang lebih mendalam dan mendasar. Masalah
tersebut juga harus dianalisis untuk mencari penyebab dan akibatnya, dan Input Lingkungan
SISTEM
seterusnya sampai penyebab dan akibat tersebut tidak menghasilkan gejala-gejala
masalah-masalah lain (Whitten dkk, 2004).
Secara terperinci pengertian komponen kotak gelap dapat diuraikan
sebagai berikut:
Tabel 2.Uraian pengertian komponen kotak gelap suatu sistem
NO KOMPONEN SISTEM URAIAN
A. INPUT SISTEM
1. Mempengaruhi sistem, akan tetapi tidak dipengaruhi sistem
2. Tergantung pada jenis sistem yang ditelaah. A.1 Input lingkungan
(Eksogenous)
A.2 Input yang endogen (yang terkendali dan tidak terkendali)
1. Merupakan peubah yang sangat perlu bagi sistem untuk melaksanakan fungsinya yang dikehendaki 2. Sebagai peubah untuk mengubah kinerja sistem
dalam pengoperasiannya.
A.2.1 Input yang terkendali 1. Dapat bervariasi selama pengoperasian sistem untuk mencapai kinerja yang dikehendaki atau untuk menghasilkan output yang dikehendaki 2. Perannya sangat penting untuk mengubah kinerja
sistem selama pengoperasian
3. Dapat meliputi aspek : manusia, bahan, energi, modal dan informasi.
A.2.2 Input yang tak terkendali 1. Tidak cukup penting perannya dalam mengubah kinerja sistem
2. Tidak diperlukan agar sistem dapat berfungsi 3. Bukan merupakan input lingkungan (eksogenous)
karena disiapkan oleh perancang. B. OUTPUT SISTEM
B.1 Output yang dikehendaki 1. Merupakan respon sistem terhadap kebutuhan yang telah ditetapkan (dalam analisis kebutuhan) 2. Merupakan peubah yang harus dihasilkan oleh
sistem untuk memuaskan kebutuhan yang telah diidentifikasi.
B.2. Output yang tak terkendali
1. Merupakan hasil sampingan yang tidak dapat dihindarkan dari sistem yang berfungsi dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki
2. Selalu diidentifikasikan dalam tahap identifikasi sistem, terutama semua pengaruh negatif yang potensial dapat dihasilkan oleh sistem yang diuji 3. Sering merupakan kebalikan dari keluaran yang
dikehendaki.
C. PARAMETER
RANCANGAN SISTEM
1. Digunakan untuk menetapkan struktur sistem 2. Merupakan peubah keputusan penting bagi
kemampuan sistem menghasilkan keluaran yang dikehendaki secara efisien dalam memenuhi kepuasan bagi kebutuhan yang ditetapkan
merubah peubah ini selama pengoperasian sistem untuk membuat kemampuan sistem bekerja lebih baik dalam keadaan lingkungan berubah-ubah 4. Tiap sistem memiliki parameter rancangan khas
tersendiri untuk identifikasi.
D. MANAJEMEN
PENGENDALI
Merupakan faktor pengendalian (kontrol) terhadap pengoperasian sistem dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki.
Sumber : (Eriyatno, 2003)
Permodelan Sistem
Permodelan adalah terjemahan bebas dari istilah “modelling”. Untuk
menghindari berbagai pengertian ataupun penafsiran yang berbeda-beda, maka
permodelan dapat diartikan sebagai suatu gugus aktivitas pembutan model.
Sebagai landasan pengertian permodelan diperlukan suatu penelaahan tentang
model itu sendiri secara spesifik ditinjau dari pendekatan sistem. Sebelum sampai
pada tahapan permodelan maka perlu diketahui lebih dahulu jenis dan klasifikasi
model-model secara terperinci (Eriyatno, 2003).
Berkaitan dengan teori dan pendekatan sistem, yang dimaksud dengan model
sistem adalah abstraksi realitas atau gambaran dari suatu kenyataan yang
menyuguhkan bagian-bagian tertentu yang penting, yang merupakan sosok kunci
atau key features (Budihardjo, 1995).
Menurut Whitten, dkk (2004) model dapat dibuat pada sistem yang sudah
ada sebagai cara untuk memahami sistem tersebut dengan lebih baik. Salah satu
jenis model logika adalah permodelan proses. Model proses yang paling
sederhana dari sistem didasarkan pada input, output, dan sistem itu sendiri yang
a) Model Sistem Sederhana
b) Model Sistem Kompleks
Model umum suatu sistem terdiri dari masukan, proses pengolahan dan
keluaran. Dalam suatu model sistem yang sederhana, masukan maupun
keluarannya tunggal. Sedangkan dalam model sistem yang kompleks, masukan
dan keluarannya jamak (Budihardjo, 1995).
Gambar 3. Model umum suatu sistem (Jogiyanto, 2001)
Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective). Kalau
suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada
gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali masukan yang dibutuhkan
sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem. Suatu sistem dikatakan berhasil
bila mengenai sasaran atau tujuannya (Jogiyanto, 2001).
Masukan PROSES Keluaran
PENGOLAHAN
Masukan 1
Masukan 2
Masukan 3
PROSES PENGOLAHAN
Keluaran 1
Keluaran 2
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan tebu PTP. Nusantara II (Persero)
Kebun Helvetia Wilayah Helvetia pada bulan September 2008 sampai dengan
bulan November 2008.
Alat dan Bahan
Alat
1. Alat tulis
2. Komputer
3. Kamera digital
Bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer
Data yang diperoleh dari penelitian kerja, baik dari hasil wawancara,
penyebaran kuisioner dan hasil diskusi dengan pihak-pihak yang berwenang.
2. Data sekunder
Data yang diperoleh dari pihak manajemen PTP. Nusantara II-Kebun
Helvetia, antara lain :
a. Pedoman RKAP-2008 Transportasi Tebu
b. Data jumlah ton tebu yang diangkut di PTP. Nusantara II KebunHelvetia
c. Berbagai diagram yang berhubungan dengan transportasi tebu
Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan sistem dengan cara
menggali informasi dan pengetahuan dari para stakeholder pakar dalam hal
transportasi tebu dengan menggunakan beberapa metode pengambilan data yaitu
kuisioner, wawancara, dan mengidentifikasikan kondisi yang sedang berjalan di
lokasi penelitian, serta sejumlah kebutuhan kemudian merumuskannya sebagai
bahan pengujian.
Metode masing-masing stakeholders tersebut mempunyai kepentingan
tersendiri, apabila kepentingan tersebut tidak diramu secara holistik, maka akan
terjadi konflik kepentingan. Komponen stakeholders tersebut mempunyai
kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan tujuannya masing-masing dan saling
berinteraksi satu sama lain serta berpengaruh terhadap keseluruhan sistem yang
ada.
Wawancara pakar dilaksanakan dengan menetapkan para pakar yang
terkait dengan sistem transportasi tebu dengan pertimbangan keberadaan,
kerterjangkauan dan pengalaman dibidangnya sebanyak 12 orang.
Pemilihan responden sosial-ekonomi dengan purposive sampling terhadap
para pekerja sistem transportasi tebu di PTP. Nusantara II Kebun Helvetia
sebanyak 63 orang.
Menurut Eriyatno (1999) melakukan penelitian dengan pendekatan sistem
perlu melalui tahapan-tahapan yaitu:
2. Formulasi masalah
3. Identifikasi sistem
4. Pemodelan sistem
5. Verifikasi model
6. Implementasi
Dalam melakukan penelitian ini penulis hanya melakukan pendekatan
sistem hanya sampai pada tahapan identifikasi sistem saja.
Pada tahap analisis kebutuhan dapat ditentukan kompenen pelaku yang
berpengaruh dan berperan dalam sistem. Pada tahap formulasi permasalahan
disusun dengan cara mengevaluasi keterbatasan sumberdaya yang dimiliki dan
atau adanya konflik kepentingan diantara stakeholders untuk mencapai tujuan
sistem. Formulasi permasalahan didasarkan pada penentuan informasi terperinci
yang dihasilkan selama identifikasi sistem. Identifikasi sistem dilakukan untuk
mengkaji sistem yang dipresentasikan dalam bentuk diagram kotak hitam.
Prosedur Penelitian
1. Menentukan stakeholder-stakeholder yang berkaitan dengan sistem
transporatasi tebu.
2. Menganalisis kebutuhan terhadap semua stakeholder sistem transportasi tebu.
Tahap ini akan menghasilkan pernyataan mengenai kebutuhan dasar para
pengguna sistem.
4. Menentukan ruang lingkup permasalahan yang terjadi pada sistem
transportasi tebu. Tahapan ini dilakukan dengan cara mengevaluasi
keterbatasan sumber daya ataupun konflik kepentingan yang terjadi terhadap
semua stakeholder sistem.
5. Melakukan evaluasi terhadap tiga aspek yang dianggap cukup penting
di dalam identifikasi sistem yaitu aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek
teknis.
6. Menyusun diagram kotak hitam (blackbox diagram) sebagai hasil akhir
HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur Organisasi PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia
Kebun Helvetia terdiri dari dua wilayah yaitu wilayah Helvetia dan
wilayah Klambir Lima. Struktur organisasi PTP. Nusantara II Kebun Helvetia
Wilayah Helvetia dipimpin oleh seorang manajer. Struktur organisasi vertikal ke
bawah menunjukkan adanya departemen-departemen terpisah yang menjalankan
fungsi masing-masing untuk melaksanakan aktivitas produksi.
Secara umum, departemen-departemen tersebut terdiri atas Kadis
Tanaman, Kadis Umum (TUK) dan Kadis Pengolahan (Gudang FS). Kadis
Tanaman membawahi beberapa asisten, antara lain asisten DP/AFD, asisten
Teknik dan asisten Kelapa Sawit. Setiap asisten membawahi beberapa karyawan,
karyawan tetap dan karyawan harian lepas.
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
PT. Perkebunan Nusantara II mempunyai beberapa kebun untuk budidaya
tebu, yaitu Tandem, Tandem Hilir, Bulu Cina, Klumpang, Klambir Lima, Tanjung
Jati, Kuala Bingei, Sampali, Saentis, Helvetia, Batang Kuis, Pagar Merbau dan
Bandar Kalipa.
Jenis tanaman yang dibudidayakan di Kebun Helvetia terdiri dari tanaman
kelapa sawit, tebu dan tembakau. Kebun Helvetia adalah salah satu kebun tebu
yang tetap dipertahankan keberadaannya disebabkan oleh faktor produksi yang
Lahan perkebunan tebu berada di daerah Helvetia yang berbatasan
langsung dengan kota Medan. Luas lahan kebun Helvetia wilayah Helvetia saat
ini adalah kurang lebih sebesar 1.128,35 Ha, termasuk areal yang digunakan untuk
perumahan karyawan, kantor kebun dan lain-lain. Lahan kebun Helvetia berada di
dua desa yaitu desa Manggala dan desa Helvetia. Kebun Helvetia berada di tengah
dua sungai yaitu sungai Bederak dan sungai Deli. Di sebelah barat kebun Helvetia
berbatasan dengan areal kebun Klumpang yang dipisahkan oleh sungai Bederak.
Sebelah timur berbatasan dengan jalan raya Mary Land. Di sebelah utara kebun
Helvetia berbatasan dengan daerah Anam Ratus. Sebelah selatan berbatasan
dengan kawasan perumahan. Dahulu kawasan perumahan ini merupakan lahan
kebun Helvetia yang sudah beralih fungsi.
Penebangan Tebu di Kebun Helvetia
PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia telah mengadakan
ikatan kerja dengan pihak kedua yaitu CV. Citra Pratama dalam bidang pekerjaan
tebang bersih/ikat yang dilaksanakan mulai dari tanggal 01 April s/d 30 Juni 2008.
Pihak kedua juga menyediakan tenaga kerja sesuai kebutuhan pihak
PTP. Nusantara II Kebun Helvetia yang akan ditebang di Kebun Helvetia.
Penebangan tebu dilakukan oleh pekerja kontrakan (harian lepas) yang
telah disediakan oleh pihak kedua. Para pekerja harian lepas akan melakukan
tebangan pada blok yang telah dihunjuk oleh mandor kebun. Penebangan tebu
dapat dilakukan apabila tebu sudah masak (cukup umur) yakni plant cane (PC)
telah berumur 12 bulan, R1 berumur 11 sampai 12 bulan dan R2 berumur 10
”Cut and Go” maksudnya adalah setelah tebu ditebang, tebu harus segera dimuat
ke truk dan langsung dibawa ke pabrik pengolahan tebu sei semayang.
Di kebun tebu Helvetia, penebangan dilakukan secara pandas yaitu
memotong pangkal tebu dengan parang sampai pandas/rata ke permukaan tanah
(lebih kecil dari 5 cm diatas permukaan tanah). Kemudian batang tebu dibersihkan
dari klaras dan kotoran tebu. Setelah itu, dibuang pelepah dan segala kotoran pada
tebu hingga tebu bersih lalu dipotong pucuk daun kurang lebih 5 daun dari pucuk
yang berwarna putih/pucat. Sedangkan tebu muda (sogolan) yang panjangnya
1.5 (satu setengah) meter harus dibuang.
Tebu yang telah dibersihkan, diikat pada tebu yang ditebang pada 2 tempat
(pangkal dan pucuk), tiap ikat terdiri dari 20 batang tebu untuk memudahkan
pekerja memuat tebu ke truk. Truk yang masuk ke kebun berada disisi jalan (kalau
yang ditebang dekat jalan).
Harga borongan tebang bersih/ikat per ton tebu sebagai berikut:
Tebang bersih/ikat/ton = Rp 17.969,00
PPN 10 % = Rp 1.796,9
Jumlah = Rp 19.765,9
Pemuatan dan Pengangkutan Tebu di Kebun Helvetia
PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia juga melakukan
perjanjian dengan pihak kedua yaitu CV. Citra Pratama dalam bidang barang dan
Helvetia ke pabrik gula Sei Semayang diestimasikan kurang lebih 9192 ton yang
dimulai dari tanggal 01 April 2008 sampai dengan 30 Juni 2008.
CV. Citra Pratama mempersiapkan truk angkut tebu beserta tenaga
panggul/muat (seperti supir, kernet, armada angkutan) setiap harinya sesuai
jumlah tonase yang dibutuhkan pihak PTP. Nusantara II Kebun Helvetia selama
masa giling tahun 2008 berlangsung.
Adapun target harian panggul/muat dan angkut tebu dari kebun tebu
Helvetia ke pabrik gula Sei Semayang kurang lebih sebesar 153.2 ton/hari
(target tebu/hari dapat berubah sesuai kondisi lapangan/pabrik yang akan diatur
oleh pihak PTP. Nusantara II Kebun Helvetia).
Adapun syarat-syarat panggul/muat dan angkut tebu adalah:
1. Truk angkut tebu harus dalam keadaan baik dan layak untuk dioperasikan.
2. Tebu yang diangkut harus segar, tidak kering/berjamur, bersih dari sogolan
dan klaras. Disusun rapi serta tidak dicacah/dicincang agar tidak
berjatuhan/tercecer dalam perjalanan menuju pabrik.
3. Tebu dimuat ke dalam truk dengan cara disusun rapi dan diberi tajuk agar tebu
tidak jatuh/tumpah sampai ke pabrik.
4. Jika tebu dimuat ke dalam truk dengan menggunakan alat bell cane loader,
tebunya harus ditumpuk dan tempatnya dibersihkan terlebih dahulu
Tabel 3. Tarif panggul/muat dan angkut tebu per ton tebu
Uraian Pekerjaan Ke PGSS (Rp) Ke PGKM (Rp)
Panggul/Muat 9.260,9 9.260,9
Angkut Tebu 25.147,1 40.984,9
Jumlah 34.408 50.245,9
(Sumber : RKAP PTP. Nusantara II Kebun Helvetia)
CV. Citra Pratama harus bertanggung jawab pada target harian yang telah
ditetapkan oleh PTP. Nusantara II Kebun Helvetia dan harus dipenuhi setiap hari
agar pabrik tetap beroperasi, kecuali pabrik tidak giling karena Maintenance Day,
ataupun karena rusak.
Jika truk angkutan tebu rusak maka harus segera dicari penggantinya oleh
pihak kedua agar target harian dapat dipenuhi serta tebu yang telah ditebang di
lapangan dapat terangkut sehingga tidak kering/berjamur.
Semua ton tebu yang diangkut dengan truk dari kebun ke pabrik harus
dalam keadaan baik dan apabila ada yang tumpah karena sesuatu hal baik di lokasi
atau di jalan sewaktu menuju pabrik harus segera ditanggulangi sehingga tidak
sampai menimbulkan kerugian produksi bagi PTP. Nusantara II Kebun Helvetia.
Analisis pengakutan tebu dilakukan dengan menggunakan data ton tebu
yang diangkut selama 4 bulan mulai dari bulan Maret sampai dengan Mei pada
tahun 2008. Grafik di bawah ini menyajikan jumlah ton tebu yang diangkut
0
Gambar 4. Grafik hasil ton tebu yang diangkut
Grafik hasil ton tebu yang diangkut ini menunjukkan adanya fluktuasi
tenaga kerja. Pada bulan Februari sampai April adalah bulan yang tidak
menguntungkan bagi perusahaan karena tidak sesuai dengan yang diinginkan. Hal
ini diakibatkan oleh ketersediaan tenaga kerja yang tidak banyak sehingga waktu
mulai penebangan terhambat. Hal ini juga disebabkan oleh kondisi cuaca yang
tidak mendukung aktivitas penebangan dan pengangkutan tebu. Cuaca yang buruk
saperti hujan yang terus menerus menyebabkan jalan menuju kebun rusak.
Akibatnya truk pengangkut tebu tidak dapat melalui jalan yang berlumpur dan
digenangi air. Jembatan penghubung jalan yang satu dengan yang lain juga tidak
baik karena hanya menggunakan beberapa batang pohon kelapa sawit yang
disusun rapi secara horizontal. Apabila hujan turun pada saat panen, jalanan yang
rusak mengakibatkan jembatan kayu tersebut masuk ke dalam tanah sehingga truk
pengangkut tidak dapat melewatinya. Hal ini juga menghambat pengangkutan
Sedangkan pada bulan Mei adalah bulan yang menguntungkan untuk
penebangan dan pengangkutan tebu karena jumlah tenaga kerja lebih banyak.
Ketersediaan tenaga kerja yang banyak ini diperoleh dari kebun tebu lainnya yang
telah siap masa penebangan tebu sehingga perusahaan dapat memperoleh jasa
mereka pada saat penebangan. Dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja ini,
aktivitas pengangkutan pun semakin lancar sehingga jumlah ton tebu setiap
harinya meningkat juga. Hal ini membuat perusahaan mendapatkan keuntungan.
Kebutuhan Sistem Transportasi Tebu
Kebutuhan merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua stakeholder
sistem transportasi tebu. Tahap analisis kebutuhan adalah langkah awal dari
sebuah kajian mengenai sistem. Menurut Eriyatno (2003), analisis kebutuhan
harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam menentukan
kebutuhan-kebutuhan dari semua orang dan institusi yang dapat dihubungkan dengan sistem
yang telah ditentukan.
Semua stakeholder yang terkait dengan sistem transportasi tebu
mempunyai kebutuhan tersendiri yang muncul dari kepentingan masing-masing
stakeholder terhadap sistem tersebut
Komponen pelaku sistem yang perlu diikutkan dalam analisis kebutuhan
sistem adalah manajemen PTP. Nusantara II Kebun Helvetia sebagai pemilik
sistem transportasi tebu di Helvetia dan masyarakat sekitar perkebunan.
Manajemen PTP. Nusantara II Kebun Helvetia mempunyai sejumlah
perusahaan sebagai perusahaan institusi bisnis yang ingin mendapatkan laba
sebesar-besarnya dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat
sekitar. Kebutuhan yang dapat dideskripsikan adalah menyangkut keberadaan
lahan, ketersediaan faktor produksi seperti tenaga kerja yang terampil,
informasi-informasi penting untuk kegiatan transportasi, produktifitas tinggi dan kemudahan
administratif dan birokratif.
Masyarakat adalah sekelompok orang yang berada dan menetap di sekitar
perkebunan. Kebutuhan akan lapangan pekerjaan adalah hal yang terpenting untuk
masyarakat sekitar. Keberadaan sistem diantara lingkaran mereka juga diharapkan
akan berpengaruh pada peningkatan perekonomian melalui pembinaan mitra kerja
dan pembangunan insfrastruktur bagi desa mereka.
Analisis kebutuhan para pelaku sistem transportasi tebu disajikan secara
terperinci pada Tabel 4.
Tabel 4.Analisis kebutuhan para stakeholder
No Stakeholder Kebutuhan Stakeholder
1. Manajemen PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia
1. Pengelolaan lahan di lapangan secara efektif 2. Faktor produksi yang mendukung aktivitas
produksi seperti tenaga kerja yang trampil dan alat-alat produksi
3. Informasi pendukung aktivitas produksi yang berasal dari Riset Pengembangan PG. Sei Simayang
4. Produktivitas tinggi
1. Keharmonisan dalam menjalin kerjasama 2. Kemudahan administratif atau birokratif
1. Penyediaan lapangan kerja 2. Pembangunan infrastruktur desa
2. CV. Citra Pratama
Ruang Lingkup Permasalahan Sistem
Permasalahan yang terjadi merupakan persoalan-persoalan yang timbul di
dalam sistem dan harus diselesaikan. Ruang lingkup permasalahan dinyatakan
dengan mengevaluasi keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh sistem atau
adanya konflik kepentingan antar stakeholder sistem untuk mencapai tujuan
sistem.
Adapun ruang lingkup permasalahan utama yang terjadi pada sistem
transportasi tebu meliputi:
1. Pengembangan kota
Lokasi perkebunan tembakau di Helvetia berada di kawasan yang
berbatasan langsung dengan kota Medan. Daerah ini mulai berkembang, yang
ditandai dengan banyaknya pembangunan dan merupakan lokasi yang padat serta
sibuk. Masyarakat yang bekerja di kota Medan banyak mencari tempat tinggal di
daerah pinggiran kota karena selain di daerah pusat kota sudah padat
pemukimannya, berada di pinggiran kota akan dirasa lebih nyaman dan akses ke
tempat bekerja juga masih dapat dilakukan dengan mudah.
Selain perkembangan penduduk, pertumbuhan, pertumbuhan industri juga
terjadi di luar pusat kota. Banyak industri dibangun di luar pusat kota agar polusi
yang dihasilkan dapat diminimalisir untuk mencemari kota, baik itu polusi udara,
suara, air dan tanah.
Peningkatan jumlah penduduk dan pemukiman yang semakin tinggi ini
tebu. Ada beberapa faktor yang dipengaruhi oleh adanya pengembangan kota ini
yang nantinya akan mempengaruhi kelancaran pengangkutan tebu, antara lain:
a. Semakin minimnya tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting
keberadaannya karena tenaga kerja akan menentukan berjalan atau tidaknya suatu
proses produksi. Bekerja pada penebangan dan pengangkutan tebu menjadi
sesuatu hal yang tidak menarik bagi tenaga kerja usia produktif saat ini di daerah
Helvetia. Hai ini muncul karena semakin banyak pilihan pekerjaan untuk mereka
misalnya bekerja di pabrik-pabrik yang dirasa lebih meningkatkan kesajahteraan
mereka.
b. Kemacetan lalu lintas
Dari waktu ke waktu, objek yang diangkut selalu bertambah, hal ini
disebabkan terjadinya pertambahan penduduk, perkembangan wilayah,
pertambahan pendapat/kesejahteraan dan pertambahan keinginan untuk
melakukan perjalanan. Dengan adanya beban tersebut, pengangkutan tebu
menjadi terhambat. Persoalan ini jelas akan menimbulkan akibat berantai yang
rumit dan kompleks dalam pengangkutan tebu di antaranya:
1. Kemacetan (tundaan pengangkutan)
2. Kecelakaan
c. Peningkatan jumlah pengguna jalan
Pada umumnya orang melakukan perjalanan tidak hanya untuk bertamasya
ke luar kota tetapi ke tempat tujuan yang berbeda-beda. Adapun tujuan perjalanan
tersebut seperti pergi bekerja, sekolah, sosial, belanja dan lain-lain. Pengguna
jalan melakukan perjalanan di sepanjang hari baik pada pagi hari, siang, tengah
malam, hari libur dan seterusnya. Merekapun menggunakan kendaraan pribadi
maupun kendaraan umum untuk ke tempat yang mereka inginkan. Keragaman
pengguna jalan ke tempat tujuan mengakibatkan kondisi jalan dilalui sangat ramai
sehingga orang semakin cenderung memilih naik kendaraan umum. Hal ini yang
menyebabkan semakin banyaknya pengguna jalan yang melakukan perjalanan
dengan menggunakan kendaraan umum.
d. Peningkatan harga BBM
Sejak lima tahun terakhir Indonesia mengalami penurunan produksi
minyak nasional yang disebabkan menurunnya secara alamiah (natural decline)
cadangan minyak pada sumur-sumur yang berproduksi. Di lain pihak,
pertambahan jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan sarana transportasi
dan aktivitas industri yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi
Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional. Besarnya ketergantungan Indonesia pada
BBM impor semakin memberatkan pemerintah ketika harga minyak dunia terus
meningkat. Ini berakibat pada penurunan konsumsi BBM yang cukup signifikan.
Peningkatan harga BBM merupakan masalah yang dihadapi pihak kedua dan
PTP. Nusantara II Kebun Helvetia sehingga ini menjadi pertimbangan perusahaan
2. Kondisi cuaca yang semakin sulit untuk diprediksi
Perubahan iklim secara global sudah menjadi isu yang mencemaskan
belakangan ini. Hal itu disebabkan karena ulah manusia yang tidak memelihara
lingkungan sehingga terjadi kerusakan dimana-mana yang akhirnya justru
merugikan semua makhluk hidup di atas bumi ini.
Iklim merupakan faktor produksi yang seringkali dianggap sebagai
kendala dalam proses pengangkutan. Sistem transportasi tebu menghendaki iklim
yang tidak basah. Akan tetapi, variabel iklim yang semakin sulit untuk diprediksi
adalah curah hujan yang sering kali mengganggu aktivitas pengangkutan. Iklim
Sumatera Utara mempunyai curah hujan yang merata sepanjang tahun sehingga
sulit untuk membedakan antara musim hujan dan musim kemarau.
Minimnya alat untuk menghitung curah hujan seringkali membuat prediksi
yang dilakukan seringkali gagal. Sampai saat ini, alat yang digunakan untuk
menghitung curah hujan oleh perusahaan masih dilakukan dengan sangat
sederhana karena hanya menggunakan gelas ukur dan dicatat secara manual.
Dalam masa penebangan dan pengangkutan, apabila hujan terus menerus
mengguyur lokasi perkebunan, hal ini akan menyebabkan para pekerja tidak dapat
bekerja untuk memenuhi target harian. Sedangkan kondisi jalan masuk ke dalam
kebun akan digenangi air dan akan berlumpur sehingga jalanan akan licin dan
lembek. Kondisi jalan yang tidak baik ini akan menghambat pengangkutan tebu
Sistem Transportasi Tebu
Peranan transportasi sebagai penghubung suatu tempat ke tempat yang lain
menjadi suatu permasalahan yang dihadapi oleh sistem transportasi tebu dirasakan
semakin kompleks pada saat ini. Permasalahan angkutan tebu yang terpenting
adalah bagaimana menyediakan jumlah tebu yang cukup untuk dapat digiling di
pabrik setiap harinya karena kekurangan atau keterlambatan dapat mengakibatkan
pabrik gula berhenti giling, hal ini dapat menyebabkan kerugian. Berbagai
permasalahan yang terjadi ini memerlukan keberadaan sistem sehingga sangat
membutuhkan analisi mendalam untuk pengambilan keputusan agar tetap menjaga
kelangsungan produksi tebu.
Evaluasi Aspek
Identifikasi sistem transpotasi tebu meliputi pengevaluasian tiga aspek
yang dianggap cukup penting, yaitu aspek sumber daya manusia, aspek teknis dan
aspek sosial budaya dan ekonomi. Dalam tinjauan aspek sumber daya manusia,
dijelaskan bahwa masih minimnya pengetahuan dan minat para pekerja terhadap
tebu, menyebabkan kelancaran proses panen kurang sempurna. Aspek teknis
menjelaskan tentang peralatan yang digunakan selama penebangan tebu dan
pengangkutan tebu yang masih menggunakan alat penebangan dan truk biasa.
Aspek sosial ekonomi pada kajian ini membahas tentang perubahan cara pandang
masyarakat terhadap keberadaan sistem dan hubungan horizontal di dalam
manajemen PTP. Nusantara II Kebun Helvetia Wilayah Helvetia serta pengukuran
Universitas
4%
SMU
16%
SLTP
36%
SD
44%
Aspek Sumber Daya Manusia
Tenaga kerja memegang peranan penting dalam sistem transportasi tebu.
Peran tenaga kerja sebagai pekerja harian merupakan hal yang berat karena para
pekerja harus mencapai target penebangan harian. Hal ini tidak lagi sesuai dengan
usia pekerja yang tidak lagi produktif untuk melakukan pekerjaan berat seperti
menebang tebu dan memanggul/memuat tebu.
Keinginan para pekerja untuk memahami tanaman tebu secara menyeluruh
masih belum dapat dicapai karena secara umum para pekerja tamatan sekolah
dasar (SD). Hal ini menyebabkan minimnya minat para pekerja untuk mengetahui
seluk beluk tentang tanaman tebu.
Gambar 5. Frekuensi pendidikan terakhir para pekerja
Adapun ketertarikan para pekerja untuk melakukan pekerjaan sebagai
penebang dan pemuat tebu di PTP. Nusantara II Kebun Helvetia adalah sekedar
untuk menyambung hidup dan mendapatkan gaji yang cukup/lumayan untuk
menghidupi sekeluarga. Hal ini senantiasa bukan untuk meningkatkan pendapatan
43%
29% 13%
15% Sekerdar menyambung hidup
Gaji yang lumayan
Pandangan masyarakat sekitar
Tidak ada komentar
Gambar 6. Frekuensi keinginan pekerja melakukan pekerjaan
Aspek Teknis
Saat yang tepat untuk memanen atau menebang tebu adalah pada tingkat
kemasakan yang maksimal. Penebangan tebu di PTP. Nusantara II Kebun
Helvetia masih menggunakan tenaga manusia yaitu para pekerja harian. Adapun
penebangan yang dilakukan para pekerja masih menggunakan alat sederhana
seperti sabit (arit). Hal ini akan menyebabkan proses penebangan yang relatif
lama sehingga hasil tebangan tidak sesuai dengan target harian.
Setelah penebangan tebu dilakukan, batang tebu hasil tebangan harus
segera dimuat ke dalam truk untuk diantar ke pabrik penggilingan tebu. Pemuatan
batang tebu ke dalam truk di PTP. Nusantara II Kebun Helvetia masih
menggunakan tenaga manusia. Apabila pemuatan batang tebu terlalu lama, ini
akan menyebabkan kerusakan pada tebu, karena tebu yang sudah
dipotong-potong, bila tidak segera digiling mempunyai peluang lebih besar terkontaminasi
Pemuatan batang tebu ke dalam truk di PTP. Nusantara II Kebun Helvetia
jarang menggunakan alat bell cane loader. Hal ini disebabkan karena luas areal
kebun Helvetia yang relatif kecil yaitu 226.1 Ha. Selain itu, alat pemuat tebu yaitu
bell cane loader pun kurang karena areal penebangan tebu relatif kecil. Hal ini
menjadi penghambat proses pengangkutan tebu karena jarak waktu antara
penebangan dan penggilingan hendaknya tidak lebih dari 24 jam. Oleh karena itu,
penebangan maupun pemuatan yang masih menggunakan tenaga manusia
hendaknya juga menggunakan alat pemuat bell cane loader.
Aspek Sosial Ekonomi Sistem Transportasi Tebu
Keberadaan sistem transportasi tebu telah diketahui membawa banyak
perubahan aspek sosial ekonomi bagi seluruh stakeholder. Takaran ekonomi
adalah kriteria utama untuk mengukur kesejahteraan suatu kelompok masyarakat.
Sedangkan pendekatan sistem dengan aspek sosialnya adalah evaluasi hubungan
horizontal sistem dengan seluruh stakeholder sistem guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Perubahan cara pandang masyarakat terhadap keberadaan sistem
transportasi tebu dirasakan berdampak terhadap:
1. Pergeseran budaya masyarakat sekitar yang pada awalnya adalah budaya tani
berkembang menuju budaya perkotaan yang didominasi oleh budaya modern.
2. Pemikiran untuk bekerja di dalam sistem transportasi tebu menjadi tidak
menarik.
3. Keinginan masyarakat sekitar untuk bekerja di dalam sistem karena tidak
< 20 tahun
adanya kebijaksanaan pengunaan tenaga kerja honorer/harian. Selain itu,
insentif pengupahan juga menjadi tidak menarik bagi masyarakat sekitar
karena banyak berkembangnya jenis pekerjaan lainnya yang dianggap lebih
menarik sistem pengupahannya.
Dilain pihak, sistem transportasi tebu sangat tergantung pada keberadaan
tenaga kerja. Hal ini tampak pada aktivitas yang masih tergantung pada
sumbangan tenaga kerja harian. Aktivitas penebangan, pemuatan dan
pengangkutan merupakan contoh bagian yang banyak menyerap tenaga kerja
harian tersebut. Aktivitas-aktivitas ini selain sangat menentukan produktifitas juga
menentukan kelangsungan mutu produk.
Survei terhadap para pekerja sistem transportasi tebu pada penelitian ini
menunjukkan bahwa pada saat sekarang ini bekerja di perkebunan tebu menjadi
hal yang tidak begitu menarik bagi tenaga kerja usia produktif yang berasal dari
sekitar kebun. Hal ini tampak dari hasil sampling yang dilakukan terhadap pekerja
sistem transportasi tebu. Sebanyak 58 % pekerja yang menjadi responden adalah
pekerja yang berumur 41-50 tahun yang artinya adalah kebanyak dari jumlah
pekerja merupakan sudah hampir memasuki usia yang tidak produktif lagi.
< 10 hari
Minimnya ketertarikan tenaga kerja usia produktif, selain disebabkan
akibat berkembangnya daerah sekitar Helvetia, juga dkarenakan minimnya upah
bekerja di perkebunan tebu. Hal ini tampak dari 64 % responden pekerja yang
mengatakan bahwa upah bekerja mereka minim, dan 15 % mengatakan bahwa
upah tersebut hanya dapat mencukupi kebutuhan selama 20 hari sampai 1 bulan.
Gambar 8. Frekuensi pendapat kerja tentang gaji yang diberikan
Pola kerja di sistem transportasi tebu ini tak banyak berbeda dengan
pekerjaan di luar sistem. Para pekerja melakukan pekerjaan selama 8 jam, dengan
kondisi pekerjaan sedang. Kondisi pekerjaan yang cukup berat tampak pada
bagian penebangan karena terkadang pekerjaan harus dilakukan secara lembur
untuk mengejar target dan juga pada pengangkutan tebu yang membutuhkan
ketepatan waktu agar kualitas tebu tetap terjaga.
Penyusunan Diagram Kotak Hitam (Blackbox Diagram)
Perancangan diagram kotak hitam akan dibagi menjadi beberapa variabel