Studi Pada Mahasiswa Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Dyah Ayu Perwitasari
ABSTRAK
ABST RAK
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengeksplorasi proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika yang bekerja sebagai konselor adiksi. Selain itu, penelitian dilakukan untuk mengungkap faktor yang turut memberikan pengaruh terhadap proses regulasi diri. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara semi terstruktur. Subjek pada penelitian ini berjumlah dua orang yang memiliki profesi atau pekerjaan sebagai konselor adiksi di sebuah panti rehabilitasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif dengan metode Analisis Fenomenologis Interpretatif (AFI). Analisis data dilakukan dengan analisis tematik sehingga dapat ditemukan tema-tema tertentu dan menemukan hubungan pada domain. Proses validasi yang digunakan adalah kredibilitas dan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya mekanisme kegagalan regulasi diri membuat individu mengalami ketergantungan terhadap narkotika. Kondisi ketergantungan yang dialami juga memberikan kejenuhan dan menimbulkan keinginan untuk lepas dari ketergantungan. Selanjutnya, proses rehabilitasi dilakukan sebagai intervensi atas perilaku adiksi yang dialami individu. Adanya dampak negatif yang dirasakan serta adanya kebutuhan memberikan motivasi bagi subjek untuk menetapkan suatu tujuan, yang mana tujuan tersebut merupakan unsur dari regulasi diri. Pasca rehabilitasi, individu masih berjuang untuk mempertahankan kesembuhannya. Kekambuhan maupun kejatuhan serta masih munculnya dorongan untuk kembali menggunakan menunjukkan bahwa regulasi diri diperlukan selama rentang hidup mantan pecandu. Pekerjaan sebagai konselor adiksi digunakan sebagai proses monitoring untuk mendukung kemampuan regulasi diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mantan pecandu telah memiliki unsur-unsur regulasi diri, yaitu memiliki tujuan, adanya monitoring diri, dan operate. Faktor yang memengaruhi proses regulasi diri pada kedua subjek adalah faktor ekologi mikrosistem dan efikasi diri.
Study in Psychology in Sanata Dharma University
Dyah Ayu Perwitasari
ABSTRACT
ABSTRA CT
The purpose of this study was to explore the process of self-regulation towards ex-narcotic addicts who worked as addiction counselors. This research’s purpose was also to find out the factors that influenced the process of self-regulation. Data were collected through semi-structured interviews. The subjects of this research were two people who worked as addiction counselors in a rehabilitation clinic. Type of research was qualitative with Interpretative Phenomenology Analysis (IPA) method. Data analysis was done by using thematic analysis to find specific themes and the relations among domains. Data validation was done through credibility and triangulation. The result showed there was a mechanism of self-regulation failure that made each individual got addicted to narcotics. The condition of addiction also caused boredom and the willingness to be free from addiction. Rehabilitation process was done to intervene the addiction behavior that experienced by each individual. There was negative impact that was felt and there was a need to motivate each subject to make a purpose which was an element of self-regulation. After rehabilitation, each individual was still struggling to maintain their recovery. Relapse or downfall and urge back to narcotics showed that self-regulation was needed for a lifetime period of each ex-addict. Their jobs as addiction counselors were used as monitoring process to support their self-regulation. The result showed that ex-addicts already had the elements of self-regulation which were having purpose, monitoring, and operating. The factors that affected the process of self-regulation to both subjects were microsytem ecology factor and self-effifacy.
PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA
YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI
HALAMAN JUDU L
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
HALAMAN JUDU L
Disusun Oleh:
Dyah Ayu Perwitasari
119114067
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
2016
iii
iv
MOTTO
HALAMAN MOTTO
“Segala perkara dapat ku tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku”
“Refleksi adalah proses belajar yang paling indah”
“When you don’t give up, you can’t fail”
“Make a wish, take a chance, make a change, and breakaway”
“Live without limits”
v
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
My Dearest Savior, Jesus Christ
Orangtuaku, Papa dan Mama tercinta
Kakak-kakakku tersayang
My Love
Sahabat yang terkasih
Dan segenap pihak yang mendukung
vi
vii
PROSES REGULASI DIRI PADA MANTAN PECANDU NARKOTIKA
YANG BEKERJA SEBAGAI KONSELOR ADIKSI
Studi Pada Mahasiswa Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Dyah Ayu Perwitasari
ABSTRAK
ABST RAK
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengeksplorasi proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika yang bekerja sebagai konselor adiksi. Selain itu, penelitian dilakukan untuk mengungkap faktor yang turut memberikan pengaruh terhadap proses regulasi diri. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara semi terstruktur. Subjek pada penelitian ini berjumlah dua orang yang memiliki profesi atau pekerjaan sebagai konselor adiksi di sebuah panti rehabilitasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif dengan metode Analisis Fenomenologis Interpretatif (AFI). Analisis data dilakukan dengan analisis tematik sehingga dapat ditemukan tema-tema tertentu dan menemukan hubungan pada domain. Proses validasi yang digunakan adalah kredibilitas dan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya mekanisme kegagalan regulasi diri membuat individu mengalami ketergantungan terhadap narkotika. Kondisi ketergantungan yang dialami juga memberikan kejenuhan dan menimbulkan keinginan untuk lepas dari ketergantungan. Selanjutnya, proses rehabilitasi dilakukan sebagai intervensi atas perilaku adiksi yang dialami individu. Adanya dampak negatif yang dirasakan serta adanya kebutuhan memberikan motivasi bagi subjek untuk menetapkan suatu tujuan, yang mana tujuan tersebut merupakan unsur dari regulasi diri. Pasca rehabilitasi, individu masih berjuang untuk mempertahankan kesembuhannya. Kekambuhan maupun kejatuhan serta masih munculnya dorongan untuk kembali menggunakan menunjukkan bahwa regulasi diri diperlukan selama rentang hidup mantan pecandu. Pekerjaan sebagai konselor adiksi digunakan sebagai proses monitoring untuk mendukung kemampuan regulasi diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mantan pecandu telah memiliki unsur-unsur regulasi diri, yaitu memiliki tujuan, adanya monitoring diri, dan operate. Faktor yang memengaruhi proses regulasi diri pada kedua subjek adalah faktor ekologi mikrosistem dan efikasi diri.
viii
A SELF-REGULATION PROCESS OF EX-NARCOTIC ADDICTS WHO
WORK AS ADDICTION COUNSELORS
Study in Psychology in Sanata Dharma University
Dyah Ayu Perwitasari
ABSTRACT
ABSTRA CT
The purpose of this study was to explore the process of self-regulation towards ex-narcotic addicts who worked as addiction counselors. This research’s purpose was also to find out the factors that influenced the process of self-regulation. Data were collected through semi-structured interviews. The subjects of this research were two people who worked as addiction counselors in a rehabilitation clinic. Type of research was qualitative with Interpretative Phenomenology Analysis (IPA) method. Data analysis was done by using thematic analysis to find specific themes and the relations among domains. Data validation was done through credibility and triangulation. The result showed there was a mechanism of self-regulation failure that made each individual got addicted to narcotics. The condition of addiction also caused boredom and the willingness to be free from addiction. Rehabilitation process was done to intervene the addiction behavior that experienced by each individual. There was negative impact that was felt and there was a need to motivate each subject to make a purpose which was an element of self-regulation. After rehabilitation, each individual was still struggling to maintain their recovery. Relapse or downfall and urge back to narcotics showed that self-regulation was needed for a lifetime period of each ex-addict. Their jobs as addiction counselors were used as monitoring process to support their self-regulation. The result showed that ex-addicts already had the elements of self-regulation which were having purpose, self-monitoring, and operating. The factors that affected the process of self-regulation to both subjects were microsytem ecology factor and self-effifacy.
ix
LEMBAR PERNYATAAN
PERSETUJUAN
x
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaanNya
sehingga penulis dapat melalui setiap proses dalam penulisan skripsi dengan baik.
Proses pembuatan skripsi ini tentu melewati berbagai perjumpaan dan pengalaman
yang mengesankan. Melalui penulisan skripsi ini, tidak hanya pengetahuan baru
yang didapatkan, tetapi juga nilai dan kesan tersendiri bagi penulis.
Mencoba mengenali dan memahami apa yang sebelumnya tidak pernah
diketahui oleh penulis menjadi suatu tantangan tersendiri, terutama dalam hal
memahami proses jatuh-bangun seorang mantan pecandu narkotika. Proses mental
yang luar biasa yang dialami oleh seorang mantan pecandu dapat menjadi proses
refleksi tersendiri bagi penulis. Proses mental yang luar biasa, terlebih perjuangan
untuk bertahan dan pulih dari adiksi yang dialaminya.
Membuka mata dan hati, itulah yang penulis refleksikan selama proses
penulisan skripsi. Belajar dari pengalaman orang lain merupakan proses belajar
yang melibatkan refleksi bagi penulis. Bagaimana sebuah pengalaman dapat
menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang penting untuk dibagikan kepada sesama
sebagai proses pembelajaran dalam hidup.
xi
1.
Tuhan Yang Maha Esa, Yesus Kristus, yang kusebut sebagai Juru Selamat,
sumber penghiburan, harapan, dan kekuatan bagi penulis.
2.
Kedua orang tua saya, Papa Susamto Sanjaya dan Mama Erna Isvandari,
yang memberikan dukungan dan semangat, serta nasehat kepada penulis
selama proses mengerjakan skripsi. Sehat terus buat Papa dan Mama
3.
Ibu Sylvia Carolina M. Y. M., M.Si., yang telah mendampingi,
membimbing, dan mendukung penulis selama proses mengerjakan skripsi.
Terimakasih banyak Bu, telah menyediakan waktu (selain waktu
bimbingan) untuk curhat. Sukses buat karir maupun studi Ibu ya.
4.
Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi yang
telah memberi ijin untuk mengikuti ujian skripsi.
5.
Kedua penguji yang baik hati, Dr. Tjipto Susana, M.Si. dan Dr. YB. Cahya
Widiyanto, M.Si., terimakasih atas saran, kritik, maupun masukan bagi
penulis untuk memberikan hasil penelitian yang lebih baik.
6.
Bro Eko dan Sis Lely, yang sudah membantu kelancaran skripsi dan
bersedia memberikan masukan dan informasi mengenai dunia adiksi. Sehat
selalu dan sukses buat kalian semua, aku mengasihi kalian
7.
Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang
turut memberikan dukungan hingga akhir proses mengerjakan skripsi.
8.
Panti Sosial Parmadi Putra, yang secara hangat dan terbuka memberikan
bantuan dan kelancaran dalam bentuk memberikan ijin penelitian.
xii
10.
Seluruh karyawan Fakultas Psikologi (Bu Nanik, Mas Gandung, dan Mas
Muji) yang selalu memberikan keramahan dan bantuan dalam hal
administrasi.
11.
Kedua kakak saya, Angelia Nirmalasari dan Ervanto Agung Sanjaya yang
telah memberikan semangat kepada penulis.
12.
Simon Yuarto, si “bawel” yang selalu member
ikan dukungan dan semangat
kepada penulis selama proses mengerjakan skripsi. I love you, darl.
13.
Teman-teman Teater Garis Aletheia, untuk Mba Ninit, Kak Yuni, Mba
Brenda, Indri, Grace, Cindy, dan Pak Wandy. Terimakasih atas doa dan
dukungan yang selalu diberikan kepada penulis. Tuhan memberkati
14.
Kepada Mas Putu, Mas Aga, Mba Melati, Mba Herlina, Sawilda, Bella,
Raysa Rere, Anita, Tuti, dan seluruh teman-teman Komunitas Debat,
terimakasih atas semangat dan dukungan yang kalian berikan.
15.
Serta kepada seluruh teman dan pihak lain yang turut mengisi hari-hariku,
yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penulis menerima segala bentuk kritik atau masukan. Semoga penelitian ini
dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat membuka hati
untuk mendukung proses pemulihan pada mantan pecandu narkotika.
Yogyakarta
Penulis,
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pertanyaan Penelitian ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
1. Manfaat Teoritis ... 9
2. Manfaat Praktis ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Regulasi Diri ... 11
1. Pengertian Regulasi Diri ... 11
2. Unsur-unsur dalam Regulasi Diri ... 13
3. Pola-pola Umum dan Mekanisme Kegagalan Regulasi Diri ... 16
B. NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya) ... 27
1. Pengertian NAPZA ... 27
xiv
3. Efek yang Ditimbulkan oleh NAPZA ... 29
C. Gangguan yang Berkaitan dengan Penggunaan Zat... 31
1. Penggolongan Gangguan yang Berkaitan dengan Zat ... 31
2. Istilah Pengguna, Penyalah guna, dan Ketergantungan ... 32
3. Tahapan Ketergantungan... 33
4. Karakteristik Ketergantungan ... 34
D. Siklus Kekambuhan ... 35
1. Pengertian Kekambuhan (relapse) ... 35
2. Tahapan Relapse (kekambuhan) ... 36
3. Pemicu Terjadinya Kekambuhan (Relapse) ... 38
4. Tahapan Recovery (Kesembuhan) ... 40
E. Model Ekologi pada Perkembangan Manusia... 43
F. Self Efficacy ... 44
G. Dinamika Regulasi Diri pada Mantan Pecandu Narkotika ... 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 51
A. Jenis Penelitian ... 51
B. Fokus Penelitian ... 52
C. Subjek Penelitian ... 52
1. Teknik Pemilihan Subjek ... 52
2. Karakteristik Subjek ... 53
D. Metode Pengumpulan Data ... 53
E. Metode Analisis Data ... 56
F. Keabsahan Data ... 59
1. Kredibilitas ... 59
2. Triangulasi ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62
A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 62
1. Persiapan Penelitian dan Perijinan ... 62
2. Pelaksanaan Penelitian ... 64
B. Subjek Penelitian ... 65
xv
2. Latar Belakang Subjek ... 65
C. Analisis Data Penelitian ... 73
1. Kegagalan Regulasi Diri yang Dialami Oleh Subjek ... 73
2. Kondisi Subjek Saat Menjadi Pecandu ... 77
3. Awal dari Proses Regulasi Diri ... 81
4. Bentuk dan Upaya Regulasi Diri Pasca Rehabilitasi ... 88
D. Pembahasan ... 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 123
A. Kesimpulan ... 123
B. Keterbatasan Penelitian ... 124
C. Saran ... 125
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pedoman Wawancara... 54
Tabel 2. Waktu dan Tempat Penelitian...64
Tabel 3. Demografi Subjek...65
Tabel 4. Kegagalan Regulasi Diri yang Dialami Subjek...73
Tabel 5. Kondisi Saat Menjadi Pecandu...78
Tabel 6. Awal Proses Regulasi Diri...81
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Informed Consent...134
Surat Persetujuan Wawancara Subjek 1...135
Surat Persetujuan Wawancara Subjek 2...136
Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Fakultas (bulan Oktober 2015)...137
Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Fakultas (bulan Januari 2016)...138
Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Gubernur (bulan Oktober 2015)...139
Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Gubernur (bulan Januari 2016)...140
Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Dinas Sosial (bulan Oktober 2015)...141
Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian dari Dinas Sosial (bulan Januari 2016)...142
Transkrip Wawancara Subjek 1...143
Transkrip Wawancara Subjek 2...206
Lampiran Member Checking Subjek 1...255
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
A Latar Belakang MasalahSalah satu masalah yang sering muncul di dalam kehidupan
masyarakat hingga saat ini adalah terkait penyalahgunaan dan
ketergantungan obat-obatan terlarang/ narkotika. Narkotika (Sulistami,
Yulia, & Tegawati, 2013) merupakan zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Jumlah penyalahguna dan pecandu narkotika di Indonesia terus
mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Menurut data penelitian
Badan Narkotika Nasional (BNN) diprediksi angka prevalensi penyalahguna
narkoba
mencapai
5,1
juta
orang
di
tahun
2015
(http://portalindonesianews.com/posts/view/1626/tahun_2015_jumlah_peng
guna_narkoba_di_indonesia_capai_5_juta_orangdiakses tanggal 29 Mei
2015).
tersangka narkoba pada rentang usia 16 hingga 19 tahun mencapai 2.016
kasus, sedangkan untuk rentang usia 20 hingga 24 tahun tercatat setidaknya
terdapat 5.478 kasus. Sebanyak 22 persen pengguna narkoba di Indonesia
berasal dari kalangan pelajar. Jumlah tersebut menempati urutan kedua
terbanyak setelah pekerja yang menggunakan narkoba. Akan tetapi, 70
persen pengguna di kalangan pekerja tersebut merupakan pemakai lanjutan.
Artinya, sejak menjadi pelajar mereka sudah menggunakan narkoba.
(http://nasional.sindonews.com/read/773842/15/22-persen-pengguna-narkoba-adalah-pelajar-1377080228 diakses pada tanggal 29 Mei 2015).
DSM-IV TR (dalam Nevid, Rathus, & Grenee, 2005) menggunakan
istilah penyalahgunaan zat dan adiksi zat untuk menggolongkan
orang-orang yang penggunaan zatnya merusak fungsi mereka. Penyalahgunaan zat
melibatkan pola penggunaan berulang yang menghasilkan konsekuensi yang
merusak. Penyalahgunaan zat yang berlangsung dalam periode waktu yang
panjang atau meningkat menimbulkan adiksi pada zat. Adiksi merupakan
penggunaan habitual dan kompulsif yang diiringi dengan adanya
ketergantungan fisiologis dan psikologis. Ketergantungan fisiologis berarti
tubuh telah berubah sedemikian rupa akibat penggunaan secara teratur
sehingga tubuh menjadi tergantung pada pasokan zat yang stabil.
Ketergantungan psikologis ditandai dengan penggunaan secara kompulsif
untuk memenuhi kebutuhan psikologis (Nevid dkk., 2005).
keinginan diterima di suatu kelompok, pengaruh teman sebaya, adanya
masalah keluarga, dan masih banyak faktor penyebab lainnya (Rahmadona
& Agustin, 2014; Tambunan, Sahar, & Hastono, 2008). Cooper
menambahkan, adanya afek negatif yang dialami menjadi motivasi bagi
individu untuk menggunakan narkotika sebagai mekanisme penyelesaian
masalah (dalam Crockett, Raffaelli, & Shen, 2006).
Baumeister dan Heatherton (1996) mengungkapkan bahwa masalah
ketergantungan muncul sebagai akibat individu tidak memiliki disiplin dan
kontrol atas dirinya sendiri. Adanya kontrol diri yang tinggi direlasikan
dengan penyesuaian diri yang baik, kurangnya psikopatologi, relasi yang
sehat, meningkatnya kemampuan sosial, dan sedikit memiliki masalah
perilaku
kecanduan
seperti
merokok
dan
penyalahgunaan
obat
(Baumgardner & Crothers, 2009).
Kegagalan regulasi diri (tidak adanya disiplin dan kontrol diri) dinilai
sebagai masalah dasar yang telah meluas di kehidupan masyarakat
(Baumeister & Heatherton, 1996). Regulasi diri (merupakan pertukaran dari
kontrol diri) dinilai sebagai kekuatan manusia untuk merespon secara efektif
terhadap kejadian buruk yang dialami oleh individu (Lopez, 2008). Regulasi
diri juga dinilai sebagai kekuatan untuk mengontrol emosi, pikiran, dan
perilaku pada diri individu (Baumeister, Tice, & Heatherton, 1994).
adanya kemampuan dari regulasi diri mampu melindungi individu dari
perilaku berisiko seperti penyalahgunaan narkotika (Abolghasemi & Rajabi,
2013; Bakhshani & Hosseinbor, 2013).
Banyak peneliti yang menemukan adanya keterkaitan antara
rendahnya kemampuan regulasi diri dengan perilaku merokok, mabuk, dan
penyalahgunaan narkotika (Bukhtawer, Muhammad, & Iqbal, 2014).
Sayangnya, beberapa penelitian lebih berfokus pada kegagalan regulasi diri
dibandingkan dengan bagaimana proses regulasi diri dapat terbentuk
(Baumeister & Heatherton, 1996; Heatherton & Wagner, 2011).
Pecandu narkotika tidak memiliki kemampuan yang mumpuni untuk
mengontrol dirinya. Hal itu terjadi karena pecandu terikat dengan
penyalahgunaan untuk menanggulangi sensasi yang tidak menyenangkan
atau untuk mengurangi emosi negatif (Abolghasemi & Rajabi, 2013). Untuk
itu, rehabilitasi merupakan solusi intervensi bagi individu yang terlibat
penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika. Proses rehabilitasi tentunya
beragam dengan tujuan yang sama yaitu untuk mengubah perilaku adiksi
pada pecandu agar tidak mengalami kekambuhan. Akan tetapi, fakta
menunjukkan banyak pecandu yang telah menjalani proses rehabilitasi
mengalami kekambuhan (relapse) dan kembali lagi menjalani rehabilitasi.
(http://lampost.co/berita/tingkat-kekambuhan-pecandu-narkoba-tinggi diakses pada tanggal 19 Februari
2016). Relapse atau kekambuhan berarti individu secara utuh kembali pada
pola adiksinya atau kembali pada penyimpangan perilakunya (Jiloha, 2011).
Relapse dipandang sebagai tantangan dalam setiap treatment penyimpangan
perilaku (Ibrahim & Kumar, 2009) dan merupakan masalah terbesar bagi
pecandu dalam mempertahankan kesembuhannya (Bhandari, Dahal, &
Neupane, 2015).
Dalam perspektif biologis, adiksi merupakan penyakit kronis yang
disertai dengan perubahan fungsi otak. Adiksi dalam jangka waktu yang
lama dapat mengurangi jumlah reseptor pada neuron penerima di mana
dopamin berada. Akibatnya, kemampuan otak menjadi menurun untuk
memproduksi dopamin sendiri. Perubahan pada sistem dopamin dapat
menjelaskan adanya rasa ketagihan yang kuat dan munculnya kecemasan
saat individu mengalami gejala putus zat (Nevid dkk., 2005). Adiksi
merupakan penyakit otak (brain disease) yang memiliki konsekuensi secara
biokimia maupun psikososial. Adiksi dikatakan sebagai sesuatu yang kronis,
bahkan terkadang disertai kekambuhan otak (brain relapsing) dengan
perilaku kompulsif seperti mencari narkoba walaupun mengetahui
konsekuensi negatifnya (Jiloha, 2011). Uraian tersebut memperlihatkan
adanya kesulitan bagi individu dengan ketergantungan kimia dalam
mempertahankan abstinensi (Nevid dkk., 2005).
mengontrol emosi (Ibrahim & Kumar, 2009). Pasca rehabilitasi, individu
mengalami ketidakstabilan emosi, rasa mengidam, ego yang lemah, dan
adanya emosi negatif. Selain itu, individu menggunakan coping yang tidak
efektif untuk mengatasi emosi negatif. Tekanan hidup juga menjadi
penyebab relapse pada pecandu karena mampu menurunkan kontrol diri dan
menghasilkan coping yang negatif untuk mengatasi tekanan (Matoo,
Chakrabarti, & Anjaiah, 2009; Sinha, 2001; Syuhada, 2015). Dari hal
tersebut, dapat disimpulkan bahwa relapse terjadi karena individu masih
lemah dalam meregulasi dirinya, yaitu individu masih memiliki masalah
yang berkaitan dengan emosi (Bukhtawer dkk., 2014; Hammerbacher &
Lyvers, 2005; Hurriyati, 2010; Rosyidah & Nurdibyanandaru, 2010).
Sayangnya, bagaimana proses regulasi diri pada mantan pecandu tidak
diungkap oleh penelitian sebelumnya. Berdasarkan penelitian sebelumnya,
penting untuk meneliti bagaimana peran regulasi diri untuk menjaga kondisi
abstinen terhadap narkotika (Bukhtawer dkk., 2014).
pecandu tidak kembali menggunakan narkotika. Berdasarkan hal inilah
peneliti ingin mengeksplorasi bagaimana regulasi diri pada mantan pecandu
narkotika yang memiliki keinginan untuk menjaga kondisi abstinen.
Fitri Syarifah menuliskan, rasa kecanduan yang diciptakan oleh
narkotika ternyata disimpan baik di dalam memori/ ingatan sebagai sesuatu
yang menyenangkan. Memori muncul kembali ketika mantan pecandu
mengalami situasi yang tidak menyenangkan. Mantan pengguna narkoba
mengalami kesulitan mengendalikan keinginannya mengonsumsi narkoba
sampai
kapanpun
bila
tidak
didukung
lingkungan
yang
baik
(http://health.liputan6.com/read/2065201/mantan-pecandu-narkoba-tak-bisa-sembuh-selamanya
diakses pada tanggal 19 Februari 2016).
Tidak hanya mengenai kemampuan regulasi diri, faktor lingkungan
juga turut membantu dalam mempertahankan kesembuhan bagi mantan
pecandu narkotika. Faktor lingkungan dapat berupa dukungan dari keluarga
maupun dari significant other. Dukungan yang tidak konsisten memberikan
peluang bagi mantan pecandu narkotika untuk kembali kambuh (Aztri &
Milla, 2013; Bhandari dkk., 2015; Hammerbacher & Lyvers, 2005;
Hurriyati, 2010; Ismail, 2015). Dukungan dari keluarga maupun significant
other memiliki efek yang tinggi terhadap regulasi diri. Keluarga dan
significant other dapat menjadi prediksi pada regulasi diri. Individu yang
(sebagai contoh faktor lingkungan) memengaruhi regulasi diri dengan
menyediakan cara untuk mendapatkan penguatan (Feist & Feist, 2010).
Faktor lain yang turut memberikan pengaruh adalah terkait adanya
efikasi diri. Efikasi diri berperan untuk memperkuat keyakinan dalam usaha
mempertahankan kesembuhan bagi mantan pecandu narkotika (Aztri &
Milla, 2013; Dennis & Scott, 2007; Mattoo dkk., 2009; Syuhada, 2015).
Efikasi diri berguna sebagai motivasi dalam upaya individu meregulasi
dirinya (Bandura, 1999; Clark, 2011). Berdasarkan uraian tersebut, regulasi
diri juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti efikasi diri dan faktor
lingkungan. Inilah yang menjadikan proses regulasi diri menjadi suatu hal
yang kompleks dan saling memberikan pengaruh.
Upaya mantan pecandu untuk mempertahankan recovery tentunya
beragam. Hal yang dilakukan oleh Gibon adalah mendalami dunia adiksi
dengan cara belajar menjadi konselor. Menurut Gibon, dengan menjadi
konselor, dirinya dapat membantu orang lain sekaligus membantu dirinya
sebagai pengingat melalui program training yang ia lakukan. Gibon juga
mengungkapkan bahwa peran keluarga juga dirasa sangat besar bagi dirinya
B.
Pertanyaan Penelitian
B Pertany aan Penelitian1.
Bagaimanakah proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika yang
bekerja sebagai konselor adiksi?
2.
Bagaimanakah pengaruh dari faktor lain dalam proses regulasi diri?
C.
Tujuan Penelitian C Tujuan Penelitian
1.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi proses regulasi diri pada
mantan pecandu narkotika yang bekerja sebagai konselor adiksi.
2.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana pengaruh dari
faktor lain dalam proses regulasi diri.
D.
Manfaat Penelitian
D Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pengetahuan dalam ilmu Psikologi mengenai
proses regulasi diri pada mantan pecandu narkotika. Selain itu,
penelitian ini juga memberikan sumbangan pengetahuan berupa
bagaimana pengaruh dari faktor lain terhadap proses regulasi diri pada
mantan pecandu narkotika.
2.
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan
bagi mantan pecandu narkotika dalam upaya meregulasi dirinya
agar tidak kembali menggunakan narkotika pasca rehabilitasi.
b.
Bagi Keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan
dan kesadaran bagi keluarga mantan pecandu narkotika untuk
senantiasa memberikan dukungan sebagai upaya membantu
mempertahankan kemampuan regulasi diri pada mantan pecandu
narkotika.
c.
Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kesadaran bagi
masyarakat untuk memberikan dukungan berupa penerimaan
sebagai upaya mempertahankan kesembuhan dari mantan pecandu
narkotika.
d.
Bagi Dinas Sosial/ Panti Rehabilitasi
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA