• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup - PROSES PENCAPAIAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA MANTAN PECANDU NARKOBA (Studi Kasus Pada Mantan Pecandu Narkoba yang Menjadi Konselor Adiksi di Panti Rehabilitasi Narkoba YPI. Nuru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup - PROSES PENCAPAIAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA MANTAN PECANDU NARKOBA (Studi Kasus Pada Mantan Pecandu Narkoba yang Menjadi Konselor Adiksi di Panti Rehabilitasi Narkoba YPI. Nuru"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebermaknaan Hidup

1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

Kebermaknaan hidup merupakan tujuan yang harus dicapai oleh

setiap individu. Ketidakmampuan manusia dalam mencapai makna dalam

hidupnya akan menimbulkan dampak psikologis yang negatif, dan

diantara dampak tersebut adalah sulit merasakan kebahagiaan, merasa

hidupnya hampa dan kosong, depresi bahkan dapat menuju tindakan

bunuh diri (Safaria, 2008).

Kebermaknaan hidup disini dimaksud untuk menjelaskan segala

sesuatu mengenai makna hidup. Frankl (2003) menyatakan bahwa, makna

hidup adalah sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta

memberikan nilai khusus bagi seseorang. Kehidupan akan memuaskan

dan individu akan mampu mengatasi berbagai kesulitan dan masalah

dalam hidupnya apabila kehidupannya memiliki makna.

Bastaman (2007) menyatakan bahwa, kebermaknaan hidup adalah

hal-hal yang dianggap penting dan berharga serta memberikan nilai

khusus bagi individu, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan

dan diyakini sebagai suatu yang benar serta dapat dijadikan tujuan.

(2)

kehidupan yang berguna, berharga dan berarti yang pada akhirnya akan

menimbulkan kebahagiaan. Kebermaknaan hidup ternyata ada dalam

kehidupan itu sendiri, dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang

menyenangkan, tak menyenangkan, keadaan bahagia, dan penderitaan.

Ungkapan seperti makna dalam derita atau hikmah dalam musibah

menujukkan bahwa, dalam penderitaan sekalipun kebermaknaan hidup

tetap dapat ditemukan.

Sebaliknya, ketidakmampuan manusia dalam mencapai

kebermakna dalam hidupnya akan menimbulkan dampak psikologis yang

negatif. Dampak tersebut antara lain: sulit merasakan kebahagiaan,

merasa hidupnya hampa dan kosong, depresi hingga menuju tindakan

bunuh diri. Ketidakberhasilan menemukan dan memenuhi kebermaknaan

hidup akan menimbulkan penghayatan hidup tanpa makna, hampa,

gersang, merasa tak memiliki tujuan hidup, merasa hidupnya tak berarti,

bosan dan apatis (Bastaman, 2007).

Jadi kebermaknaan hidup merupakan suatu dorongan yang

dimiliki oleh individu yaitu, kehendak untuk memaknai hidupnya.

Pencarian kebermaknaan hidup individu merupakan kekuatan utama

dalam hidupnya, makna tersebut bersifat unik dan spesifik yang dapat

ditemukan oleh individu itu sendiri.

(3)

Proses pencapaian kebermaknaan hidup inimerupakan tahapan

kegiatan seseorang dalam mengubah penghayatan hidup tidak bermakna

menjadi bermakna (Bastaman, 2007). Ada beberapa tahap untuk

mencapai kebermaknaan hidup menurut Bastaman (2007) yaitu:

a. Tahap derita dan penghayatan hidup tanpa makna

Pada tahap ini, individu berada dalam kondisi hidup yang

tidak bermakna. Bisa jadi ada peristiwa tragis atau kondisi yang

tidak menyenangkan, seperti sakit, nista, dosa, bahkan maut.

b. Tahap penerimaan diri

Pada tahap ini, seseorang yang sebelumnya menderita,

melakukan evaluasi terhadap diri sehingga mampu memahami diri

serta mampu menerima dan merubah sikapnya. Pemahaman diri

merupakan meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada

saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan ke arah

kondisi yang lebih baik. Dengan pemahaman diri ini, seseorang

menjajaki aspek kehidupan pribadi, antara lain mengenali kelemahan

dan kelebihan pribadi (tubuh, penampilan, sikap, bakat, pemikiran)

dan lingkungannya (keluarga, tetangga, pekerjaan, masyarakat).

Selain itu, ia menyadari keinginan-keinginannya dan

merumuskannya dengan lebih jelas, mengenai cita-cita dan

keinginan di masa mendatang.

Setelah seseorang memahami dirinya, maka seiring dengan

(4)

menjadi lebih tepat dalam menghadapi masalah, kondisi hidup dan

musibah yang tidak terelakkan.

c. Tahap penemuan makna hidup

Setelah pemahaman diri, proses selanjutnyaadalah tahapan

penemuan makna hidup yang terdiri dari komponen penemuan

makna hidup dan penemuan tujuan hidup. Makna hidup biasanya

tersirat dan tersembunyi dalam kehidupan, sehingga perlu dipahami

metode dan cara-caranya. Bastaman (2007) menyatakan bahwa

dalam kehidupan ini terdapat empatbidang kegiatan yang secara

potensial mengandung nilai-nilai yang memungkinkan seseorang

menenemukan makna hidup didalamnya, apabila nilai-nilai itu

diterapkan dan dipenuhi. Keempat nilai tersebut yaitu:

1) Nilai-nilai kreatif

Nilai kreatif,yaitu kegiatan berkarya, bekerja,

menciptakan serta melaksanakan tugas dan kewajiban

sebaik-baiknya dengan penuh tanggungjawab. Menemukan suatu

pekerjaan dan meningkatkan keterlibatan pribadi terhadap tugas

serta berusaha untuk mengerjakannya dengan sebaik-baiknya.

Sehubungan dengan itu perlu dijelaskan pula bahwa pekerjaan

hanyalah merupan sarana yang memberikan kesempatan untuk

menemukan dan mengembangkan kebermaknaan hidup,

kebermaknaan hidup tidak terletak pada pekerjaan tetapi lebih

(5)

positif dan mencintai pekerjaan itu serta cara bekerja yang

mencerminkan keterlibatan pribadi pada pekerjaan.

2) Nilai-nilai penghayatan

Nilai penghayatan, yaitu keyakinan dan penghayatan

akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan dan

keagamaan, serta cinta kasih. Menghayati dan meyakini suatu

nilai dapat menjadikan seseorang berarti hidupnya. Tidak sedikit

orang-orang yang merasa menemukan arti hidupnya dari agama

yang diyakininya.

3) Nilai-nilai bersikap

Nilai bersikap, yaitu menerima dengan penuh ketabahan,

kesabaran dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak

mungkin dielakkan lagi. Sikap menerima dengan penuh ikhlas

dan tabah hal-hal tragis yang tidak dapat dielakkan lagi dapat

mengubah pandangan kita dari yang semula diwarnai

penderitaan semata-mata menjadi pandangan mampu melihat

makna dan hikmah dari penderitaan itu. Penderitaan memang

dapat memberikan makna dan berguna apabila kita dapat

mengubah sikap terhadap penderitaan itu menjadi lebih baik

lagi. Ini berarti bahwa dalam keadaan bagaimanapun (sakit,

nista, dosa, bahkan maut) makna hidup masih dapat ditemuka,

asalkan saja dapat mengambil sikap yang tepat dalam

(6)

4) Nilai-nilai pengharapan

Harapan merupakan keyakinan akan terjadinya hal-hal yang

baik atau perubahan yang menguntungkan di kemudian hari.

Harapan dapat memberi solusi dan peluang serta tujuan baru

yang menjanjikan sehingga dapat menimbulkan semangat dan

optimisme. Pengharapan mengandung makna hidup karena

adanya keyakinan akan terjadinya perubahan yang lebih baik,

ketabahan menghadapi keadaan buruk dan sikap optimisme

menyongsong masa depan.

Jadi, dari realisasi 4 nilai tersebut, mantan pecandu narkoba

yang menjadi konselor adiksi dapat menemukan makna dalam

hidupnya

d. Tahap realisasi makna

Apabila makna hidup telah dipahami dan ditemukan, maka

individu akan mengetahui hal yang berarti dalam hidupnya dan

bermanfaat bagi dirinya sendiri. Hal selanjutnya yang mesti

dilakukan adalah memenuhi makna tersebut dengan menerapkan dan

merealisasikanya. Dalam tahap ini individu memiliki semangat

hidup kerja yang meningkat dan dengan penuh kesadaran membuat

komitmen untuk melakukan aktivitas yang lebih terarah. Tahap

realisasi makna ini terdiri dari komponenkeikatan diri, kegiatan

(7)

Keikatan diri merupakan individu yang bertekad untuk

memenuhi makna dengan mencoba merealisasikannya dalam

kegiatan. Komitmen yang kuat akan membawa individu pada

pencapaian makna hidup yang lebih mendalam. Keikatan diri ini

merupakan hal yang prinsip yang mudah dikatakan tapi sulit

dilakukan.

Oleh karena itulah, hal ini juga diikuti dengan melakukan

kegiatan terarah untuk memenuhi makna hidup dan tujuan hidup

yang telah ditetapkan. Kegiatan terarah ini biasanya berupa

pengembangan bakat, kemampuan, keterampilan dan berbagai

potensi lainnya. Setelah adanya komitmen dan kegiatan terarah,

maka secara tidak langsung seseorang akan memenuhi makna atau

tujuan yang ia tetapkan dalam hidupnya dan memperjuangkannya

agar dapat tercapai.

e. Tahap penghayatan hidup bermakna

Setelah melewati tahapan-tahapan sebelumnya, maka

individu akan merasakan perubahan kondisi hidup yang lebih baik

dan dapat mencapai kebermaknaan hidupnya sehingga merasakan

kebahagiaan sebagai efek sampingnya.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa, ada 5 tahap

yang dilewati individu untuk mencapai kebermaknaan hidup yaitu: tahap

(8)

penemuan makna hidup, tahap realisasi makna dan tahap penghayatan

hidup bermakna

B. Mantan Pecandu Narkoba yang Menjadi Konselor Adiksi

1. Mantan Pecandu Narkoba

Menurut Fitriani, dkk. (2011) penggunaan narkoba secara terus

menerus akan menyebabkan kecanduan (addiction), menurutnya

kecanduan pada pengguna narkoba adalah suatu proses yang

berkesinambungan, biasanya dimulai dari rasa ingin tahu pada narkoba

sampai pada tahap kompulsif, dimana kebutuhan untuk mengkonsumsi

narkoba menjadi kebutuhan psikologis dan fisiologis bagi penggunanya.

Konsep dari pengguna atau pecandu narkoba adalah, pola

maladaptif dari pemakaian narkoba yang secara klinis membuat individu

menjadi stress dan mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam

memenuhi perannya sebagai individu, rentan terhadap bahaya, melanggar

UU, dan menyebabkan munculnya konflik sosial maupun interpersonal.

Bagi orang yang telah lama menggunakan narkoba, biasanya akan timbul

rasa jenuh dan memiliki keinginan untuk berhenti (Fitriani, dkk., 2011).

Mantan pecandu narkoba adalah individu pengguna narkoba yang

sedang melewati proses berhenti dari kebiasaan mengkonsumsi narkoba,

dimulai ketika merasa malu dan bersalah, baik dengan keluarga maupun

lingkungan, karena telah mengetahui kebiasaan buruknya. Pada saat

(9)

yang ditimbulkan oleh narkoba, kemudian masuk ke panti rehabilitasi

(Fitriani, dkk., 2011).

Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Utami,

2014) mantan berarti eks atau bekas. Pada Pasal 58 UU Narkotika

dikatakan bahwa mantan pecandu narkoba adalah orang yang telah

sembuh dari ketergantungan terhadap narkoba secara fisik maupun

psikis. Pecandu atau pengguna dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(dalam Lesmana & Valentina, 2015) adalah pemakai/penggemar.

Menurut istilah narkotika pecandu diartikan sebagai addict, yaitu

orang yang sudah menjadi “budak dari obat”, dan tidak mampu lagi

menguasai dirinya maupun melepaskan diri dari cengkraman obat yang

sudah menjadi tuannya. Undang-undang RI No.22 Tahun 1997 tentang

narkoba juga menjelaskan bahwa narkoba adalah zat atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi

sintesis yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran, hilangnya rasa,

mengurangi sampai menghilangkan nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan atau adiktif (Adam, S., 2012).

Jadi, mantan pecandu narkoba adalah seorang pecandu narkoba

yang telah dinyatakan sembuh baik secara fisik maupun psikis dari

kecanduan narkoba.

2. Konselor Adiksi

Secara umum jika melihat dari asal katanya, konselor adalah

(10)

dan masukan-masukan praktis bagi orang yang mengalami

kendala-kendala tertentu. Sedangkan konselor adiksi adalah tenaga konselor yang

merupakan mantan pecandu narkoba, yang telah menyelesaikan proses

rehabilitasinya (Widyaningrum, 2014).

Willis (2011) menyatakan bahwa, konselor yang berkualitas

memiliki kriteria keunggulan termasuk pribadi, pengetahuan, wawasan,

keterampilan dan nilai-nilai yang dimilikinya yang akan memudahkannya

dalam menjalankan proses konseling sehingga mencapai tujuan berhasil

(efektif). Salah satu kualitas yang jarang dibicarakan adalah kualitas

pribadi konselor. Kualitas pribadi konselor adalah kriteria yang

menyangkut segala aspek kepribadian yang amat penting dan

menentukan keefektifan konselor jika dibandingkan dengan pendidikan

dan latihan yang ia peroleh.

Gladding (2012) juga menyatakan bahwa seorang konselor yang

efektif memilih serta mengatur waktu tindakan mereka secara intuitif,

dan didasarkan pada apa yang menurut hasil pengamatan adalah yang

terbaik. Akan sangat membantu apabila selama hidupnya konselor

tersebut sudah mengalami berbagai macam pengalaman hidup yang

memungkinkan mereka menyadari apa yang akan atau tengah dialami

klien mereka sehingga waspada dan bertindak tepat.

Kemampuan konselor untuk bekerja dari perspektif pengalaman

emosional yang sudah teratasi, yang membuat seseorang peka terhadap

(11)

sebagai penyembuh luka. Hal ini merupakan fenomena paradoks.

Individu yang pernah tersakiti dan mampu mengatasi rasa sakit tersebut

serta memperoleh wawasan untuk diri sendiri dan dunia, akan mampu

menolong orang lain yang berjuang untuk mengatasi masalah

emosionalnya.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa mantan

pecandu narkoba yang menjadi konselor adiksi adalah orang yang pernah

melakukan penyalahgunaan narkoba, memakai, serta mengalami

ketergantungan atau kecanduan terhadap narkoba dan telah dinyatakan

sembuh dan lepas dari ketergantungan tersebut baik secara fisik maupun

psikologis yang kemudian memilih untuk memberikan

konseling/masukan pada pecandu narkoba lainnya terkait pengalamannya

sebagai pecandu narkoba.

C. Proses Pencapaian Kebermaknaan HidupMantan Pecandu Narkoba

yang Menjadi Konselor Adiksi.

Mantan pecandu narkoba adalah seorang pecandu narkoba yang telah

dinyatakan sembuh baik secara fisik maupun psikis dari kecanduan narkoba

(Utami, 2014). Konsep dari pengguna atau pecandu narkoba adalah, pola

maladaptif dari pemakaian narkoba yang secara klinis membuat individu

menjadi stress dan mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam memenuhi

perannya sebagai individu, rentan terhadap bahaya, melanggar UU, dan

(12)

Setelah sembuh dari kecanduan narkobapun, menurut Pinel (2012)

mantan pecandu narkoba juga rentan akan terjadinya relapse, hal ini

disebabkan oleh 3 faktor yaitu: pertama, kebanyakan mantan pecandu

menunjukkan stres sebagai faktor utama relapse. Salah satu permasalahan

yang dapat memicu terjadinya stres pada mantan pecandu narkoba adalah

adanya labelling dari masyarakat. Seorang mantan pecandu narkoba yang

ingin kembali hidup dengan normal seperti bekerja dan beraktivitas dengan

lingkungan sosialnya, terbentur oleh masalah diskriminasi yang kental dari

masyarakat sekitarnya. Mantan pecandu narkoba yang telah pulih, tetap

dianggap pecandu yang meresahkan masyarakat dan dapat membawa dampak

buruk bagi lingkungannya karena perilakunya yang dulu sebagai pecandu

narkoba. Pada akhirnya, mantan pecandu narkoba menjadi merasa

terkucilkan, hingga timbul kembali perasaan tidak berharga, dan

perasaan-perasaan negatif lainnya. Sehingga, apa yang telah didapatkan selama

rehabilitasi menjadi tidak berguna dan hal ini menghambat potensi-potensi

yang seharusnya dapat diolah mantan pecandu narkoba tersebut.

Kedua drug primiting, yaitu mengutamakan obat satu paparan obat

yang sebelumnya disalahgunakan. Faktor ini merupakan faktor dari individu

sendiri yang terjadi karena rasa “kangen” terhadap narkoba, dan hal tersebut

biasanya terjadi saat sugesti dari dirinya mengenai narkoba tersebut sedang

tinggi.

Ketiga paparan isyarat-isyarat lingkungan, misalnya orang, waktu,

(13)

Faktor lingkungan ini salah satunya, dimana saat mantan pecandu tersebut

tersugesti begitu besar oleh temannya yang sedang atau masih menggunakan

narkoba, maka timbul perasaan yang sulit dicegah untuk kembali

menggunakan narkoba meskipun hanya sekedar mencicipi.

Sebaliknya bagi mantan pecandu narkoba yang mampu bangkit dari

permasalahan yang ia hadapi, maka akan mampu mengubah kondisi

penghayatan dirinya dari tidak bermakna menjadi bermakna yang pada

akhirnya akanmerasakan kebahagiaan sebagai hasil dari pencapaian

kebermaknaan hidupnya. Sehingga, bisa dikatakan bahwa makna hidup

sesuatu hal yang penting dalam hidup, dan mencapai kebermaknaan hidup

merupakan salah satu hal yang mempengaruhi mantan pecandu narkoba agar

mampu menghadapi permasalahannya hingga ia menjadi seseorang yang

bahagia dalam menjalani hidup.

Mantan pecandu narkoba yang memilih menjadi konselor adiksi dapat

menjadikannya menemukan kebermaknaan hidup. Penemuan kebermaknaan

hidup ini tentu tidak terjadi secara instan, namun melewati beberapa proses.

Ada beberapa tahap untuk mencapai kebermaknaan hidup menurut Bastaman

(2007) yaitu: pertama tahap derita dan penghayatan hidup tanpa makna.

Tahap derita ini dialami individuyang mengalami pengalaman buruk dalam

hidupnya, yang dapat membuatnya tertekan. Hal ini dapat menyebabkan

individu menghayati kehidupan tanpa makna atau ketidakbermaknaan hidup.

Kedua tahap penerimaan diri, pada tahap ini individu yang sebelumnya

(14)

diri, mampu menerima keadaan dan mengubah sikapnya. Pemahaman diri

merupakan meningkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada saat ini

dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan ke kondisi yang lebih baik.

Ketiga tahap penemuan makna hidup, setelah pemahaman diri, proses

selanjutnya adalah penemuan makna hidup yang terdiri dari komponen

penemuan makna dan tujuan hidup. Makna hidup biasanya tersirat dan

tersembunyi dalam kehidupan sehingga perlu dipahami metode dan

cara-caranya. Menemukan makna hidup dapat dilakukan dengan merealisasikan 4

nilai menurut Bastaman (2007)yaitu nilai kreatif, nilai penghayatan, nilai

bersikap dan nilai pengharapan.

Keempat tahap realisasi makna, apabila makna hidup telah dipahami

dan ditemukan, maka mantan pecandu narkoba akan mengetahui hal yang

berarti dalam hidupnya dan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri. Hal

selanjutnya yang mesti dilakukan adalah memenuhi makna tersebut dengan

menerapkan dan merealisasikannya, salah satunya adalah dengan menjadi

konselor adiksi.

Kelima tahap penghayatan hidup bermakna, setelah melewati

tahapan-tahapan sebelumnya, maka mantan pecandu narkoba yang menjadi konselor

adiksi akan merasakan perubahan kondisi hidup yang lebih baik dan dapat

mencapai kebermaknaan dalam hidupnya sehingga akan merasakan

(15)

D. Kerangka Berpikir

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Mantan pecandu narkoba

Tantangan Untuk Hidup Bermakna (Pinel, 2012)

Fisik : rentan mengalami relapse

Sosial : stigma dan diskriminasi

lingkungan, jaringan

pertemanan sesama pecandu

Psikologis : stres, perasaan tidak berharga

dan emosi negatif lainnya.

Tahap Pencapaian Kebermaknaan Hidup (Bastaman, 2007)

(16)

E. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana proses pencapaian kebermaknaan hidup pada mantan pecandu

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

“Mengenai tupoksi dari bagian perencanaan dan sistim informasi sebagian sudah dilaksanakan namun ada beberapa hal yang belum dapat dilaksanakan, kalau bagian

Mantra merupakan salah satu bentuk dari sastra atau tradisi lisan yang banyak ditemui dalam kehidupan masyarakat Jawa. Hutomo (1991:3) menyatakan ciri-ciri sastra lisan adalah

Memuaskan Di bawah standard SKOR ALUR JAWABAN Jawaban berurutan sampai dengan penanganan perbaikan proses Bahasa program urut dan baku Alur bahasa program mudah

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah pertama, apakah penyebab terjadinya anomaly sistem pemerintahan presidensial pasca amandemen Undang Undang Dasar 1945?; Kedua,

Pengorganisasian adalah salah satu dari fungsi administrasi pendidikan yang menjadi tugas utama kepala sekolah sebagai salah satu pemimpin pendidikan. yang perlu diperhatikan dalam

Nem az volt a kérdés, hogy adott diagnózis vagy terápia helytálló-e vagy sem, hanem az, hogy az adott diagnózis, terápia, vagy az orvos más értelmez ı eljárásai mit

Hal lain yang perlu diperhatikan ialah hindari Hal lain yang perlu diperhatikan ialah hindari listrik statis dari tubuh Anda karena komponen komputer sangat sensitif

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh orientasi pada kepuasan pelanggan, biaya, infrastruktur serta kesadaran dan pengetahuan terhadap kesuksesan