PERANAN LABORATORIUM PENDIDIKAN PANCASILA
DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC COMPETENCES PESERTA DIDIK (PenelitianDeskriptif di SMP Negeri 1 Bantul – Yogyakarta)
TESIS
Diajukanuntukmemenuhisalahsatusyarat memperolehgelar Magister Pendidikan Program StudiPendidikanKewarganegaraan
Oleh:
ROSE FITRIA LUTFIANA 1201468
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA
PERANAN LABORATORIUM PENDIDIKAN PANCASILA
DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC COMPETENTES PESERTA DIDIK (Penelitian Deskriptif di SMP Negeri 1 Bantul – Yogyakarta)
Oleh:
Rose Fitria Lutfiana
S.Pd Universitas Negeri Malang, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Magistes Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
© Rose FitriaLutfiana 2014
UniversitasPendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Rose Fitria Lutfiana (1201468) “Peranan Laboratorium Pendidikan Pancasila
dalam Mengembangkan Civic Competences Peserta Didik (Penelitian Deskriptif di SMP Negeri 1 Bantul –Yogyakarta)”
Penelitian ini didasari fakta bahwa belum ada sekolah dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan atas yang mengembangkan laboratorium IPS atau laboratorium PKn atau Laboratorium Pendidikan Pancasila dalam menunjang tuntutan paradigm baru PKn dan kurikulum 2013 yaitu civic competences atau kompetensi kewarganageraan (civic knowledge, civic skills dan civic disposition) yang harus diajarkan kepada peserta didik secara seimbang. Tujuan dalam penelitian ini antara lain mengkaji dan memperoleh data, fakta dan informasi argumentatif tentang Laboratorium Pendidikan Pancasila SMP Negeri 1 Bantul dalam mengembangkan
Civic Competences peserta didik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Subyek penelitian antara lain kepala sekolah, kepala Laboratorium Pendidikan Pancasila, guru PKn, peserta didik SMPN 1 Bantul dan Bapak Bambang Edy S.Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data dan simpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Laboratorium Pendidikan Pancasila SMP Negeri 1 Bantul memiliki peranan dalam mengembangkan civic competences atau kompetensi kewarganegaraan peserta didik; (2) Civic knowledge peserta didik meliputi pemahaman dalam materi pemerintahan, politik, hak dan kewajiban warganegara, dan demokrasi; (3) Civic skills peserta didik meliputi kemampuan intelektual dan kemampuan partisipasi yang terlihat dalam proses diskusi, presentasi dan Tanya jawab; (4) Civic disposition
peserta didik meliputi religius, jujur, tanggung jawab, disiplin, kritis dan toleransi. Laboratorium Pendidikan Pancasila berperan penting dalam mengembangkan civic competences peserta didik, oleh karena itu Laboratorium Pendidikan Pancasila perlu dioptimalkan pemanfaatannya dan dikembangkan oleh sekolah lain.
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Rose Fitria Lutfiana (1201468) “The Role of Pancasila Education Laboratory in
Developing Civic competences of Students (Descriptive Study in Junior High School 1 Bantul - Yogyakarta)”
The new paradigm of civics and curriculum 2013 requiring the facilitation of laboratory to develope civic competences. The existence of laboratory of civic in schools assumed being significant media as learning innovations to reach it. But, the problem is in Indonesia so far very rarely founded the civic laboratories at all levels of education. In time, SMPN 1 Bantul Yogyakarta become the first yunior high school that have the laboratory of Pancasila education. I assumed that the laboratory of pancasila in SMPN 1 Bantul playing the urgent role to develope civics competences of students including civic knowledges, civic skills and civic dispositions. But, how the role playing is to be questionable. Based on that back ground, this study try to find out how the role of laboratory of pancasila education in SMP N 1 Bantul in developing civic competences of students? The purpose of this research is to study and acquire the descriptions about the Laboratory of Pancasila in SMPN 1 Bantul in developing the civic competences of students. This research is using a qualitative approach with descriptive method. The subjects in this study were principals, chief of the education of Pancasila, Civic teachers and students in SMPN 1 Bantul. To collecting data, this research using interviews, observation and documentation study. The technique of data analysis in this study is using data collection, data reduction, data display and conclusion.The result of this research showed that: (1) the Laboratory of Pancasila Education in SMPN 1 Bantul have roles in developing citizenship of civic competences or the competence of students; (2) the civic knowledges includes the students understanding both in terms of governance, politics, rights and obligations of citizens, and democracy; (3) The civic skills of students include the intellectual ability and the cability of the visible participation in the process of discussions and presentations; (4) The civic disposition of students is pretty good. This is seems from some of the characters as like, honesty, responsibility, discipline, which looks at the students themselves. The laboratory of Pancasila education was instrumental facilitation in developing the civic competences of students. Therefore, the utilizations of Pancasila Education Laboratory needs to be optimized and developed by other schools.
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR BAGAN ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9
C. Rumusan Masalah ... 10
D. Tujuan Penelitian ... 10
E. Manfaat Penelitian ... 11
F. Struktur Organisasi Tesis ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pendidikan Kewarganegaraa ... 13
B. Dimensi-dimensi Pendidikan Kewarganegaraan ... 22
1. Dimensi Akademik ... 23
2. Dimensi Kurikuler ... 24
3. Dimensi Sosio Kultural ... 26
C. Kajian Pendidikan Pancasila dalam Pendidikan Kewarganegaraan 26 D. Kedudukan Laboratorium Pendidikan Pancasila di Sekolah ... 28
1. Pengertian Laboratorium Pendidikan Pancasila ... 31
2. Fungsi Laboratorium Pendidikan Pancasila ... 34
3. Macam-macam Laboratorium ... ... 37
4. Penggunaan Laboratorium Pendidikan Pancasila ... 38
5. Pengelolaan Laboratorium Pendidikan Pancasila ... 39
E. Kajian Tentang Civic Competences ... 46
1. Civic Knowledge ... 48
2. Civic Skills ... 55
3. Civic Disposition ... 58
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN ... 73
A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 73
B. Desain Penelitian ... 75
C. Metode Penelitian ... 76
D. Defenisi Operasional ... 77
E. Instrumen Penelitian ... 78
F. Pengujian Keabsahan Data ... 79
G. Teknik Pengumpulan Data ... 82
H. Teknik Analisis Data ... 85
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi SMPN 1 Bantul Yogyakarta ... 88
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 88
1. Laboratorium Pendidikan Pancasila dalam mengembangkan Civic Competences peserta didik ... 95
2. Civic knowledge yang dihasilkan di Laboratorium Pendidikan Pancasila ... 108
3. Civic skills yang dihasilkan di Laboratorium Pendidikan Pancasila ... 112
4. Civic dispositionyang dihasilkan di Laboratorium Pendidikan Pancasila ... 114
C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Laboratorium Pendidikan Pancasila dalam mengembangkan Civic Competences peserta didik ... 117
2. Civic knowledge yang dihasilkan di Laboratorium Pendidikan Pancasila ... 122
3. Civic skills yang dihasilkan di Laboratorium Pendidikan Pancasila ... 125
4. Civic disposition yang dihasilkan di Laboratorium Pendidikan Pancasila ... 127
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 130
B. Saran ... 132
DAFTAR PUSTAKA ... 134
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Pendidikan Kewarganegaraan Utuh ... 19
Bagan 2.2 Paradigma PKn di Indonesia dalam era global ... 21
Bagan 2.3 PKn dalam dimensi akademik ... 24
Bagan 2.4 Faktor yang berperan dalam Pendidikan ... 31
Bagan 3.1 Triangulasi sumber... 80
Bagan 3.2 Triangulasi teknik ... 80
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jenis kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 1 Bantul ... 93
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Kisi-kisi Instrumen ... 138
Lampiran Daftar Pertanyaan ... 142
Lampiran Hasil Penelitian ... 146
Lampiran Foto-foto Penelitian ... 214
Lampiran Surat-surat Penelitian ... 222
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pancasila merupakan identitas bangsa Indonesia sekaligus dasar negara
yang merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Seluruh peraturan perundang-undangan
serta penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam
sila-sila Pancasila. Menurut Winataputra (2012:146) makna Pancasila dan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai dasar
pendidikan nasional dapat diartikan secara filosofik, substantif edukatif, sosio
politik dan praksis pedagogis serta andragogis.
Secara filosofik, sistem pendidikan nasional dipandang sebagai keniscayaan sistem nilai yang terdapat dalam Pancasila. Kemudian secara
substantif edukatif, sistem pendidikan nasional bertujuan untuk membentuk warga negara Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan manjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab’ dan secara sosio politik, warga negara yang memiliki karakter secara substantif edukatif harus menjadi individu anggota masyarakat, individu anak bangsa, dan individu warga negara yang secara kolektif
nasional mau dan mampu membangun watak dan peradaban bangsa Indonesia
yang bermartabat. Terakhir secara praksis pedagogis dan andragogis, sistem nilai yang terkandung dalam Pancasila harus diwujudkan sebagai proses belajar anak
dan orang dewasa sepanjang hayat melalui proses belajar yang bersifat konsentris
2
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indonesia yang religius, beradab, bersatu, demokratis, dan berkeadilan (building Pancasila).
Makna Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 secara substantif edukatif tercermin dalam tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejalan dengan
tujuan pendidikan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tersebut penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah sebagaimana juga
tertera dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan Pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomer 17 Tahun 2010
menjelaskan secara holistik maksud dari tujuan pendidikan yang dimaksud,
tujuannya antara lain membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang 1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; 2) berilmu, cakap, kritis,
kreatif, dan inovatif; 3) sehat, mandiri, dan percaya diri; dan 4) toleran, peka
sosial, demokratis, dan bertanggung jawab (Kementerian Pendidikan &
Kebudayaan: 2013).
Tujuan lain pendidikan di Indonesia yaitu membentuk warga negara yang
cerdas secara komprehensif dan kompetitif hal ini seperti yang diungkapkan oleh
Budimansyah dan Suryadi (2008: 21). Maksud dari cerdas komprehensif dan
kompetitif meliputi cerdas secara spiritual, emosional, sosial, intelektual dan
kinestetik. Pertama, cerdas spiritual memiliki pengertian mampu beraktualisasi diri melalui olah hati untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan. ketakwaan
dan akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul. Kedua,
cerdas emosional, yakni mampu beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk
meningkatkan sensitivitas dan apresiasivitas akan kehausan dan keindahan seni
3
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yakni mampu beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang membina dan
memupuk hubungan timbal balik, demokratis, empatik dan simpatik, menjunjung
tinggi hak asasi manusia, ceria dan percaya diri, menghargai kebhinnekaan dalam
bermasyarakat dan berkenagara serta berwawasan kebangsaan dengan kesedaran
akan hak dan kewajiban warga negara. Keempat, cerdas intelektual, yakni mampu beraktualisasi diri melalui olah pikir untum memperoleh kompetensi dan
kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dan aktualisasi insan
intelektual yang krisis, kreatif dan imajinatif dan kelima, cerdas kinestetik, yakni mampu beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan yang sehat,
bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil dan trengginas serta aktualisasi insan
adiraga.
Jarolimek dan Parker (1993: 4) dalam Wahab dan Sapriya (2011: 99)
mengungkapkan bahwa bidang studi yang mempunyai tanggung jawab khusus
terhadap PKn adalah social studies. Oleh karena itu tujuan dari social studies
adalah “an informed person, skilled in the processes of a free society, who is committed to democratic values and is able, and feels abliged to participate in social, political, and economic processes”. Hal ini berarti bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan, ketrampilan dalam masyarakat yang bebas, yang memiliki
komitmen sesuai dengan nilai-nilai demokrasi, mempunyai kewajiban untuk
berpartisipasi dalam proses-proses sosial, politik, dan ekonomi
Pendidikan Kewarganegaraan dalam arti luas diartikan sebagai wahana
pendidikan yang dibangun untuk membina dan mengembangkan warga negara
yang cerdas dan baik dalam latar sub sistem pendidikan formal, non formal dan in
formal. Pendidikan Kewarganegaraan formal diajarkan di sekolah, mulai dari
jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Sebagai bidang studi yang
wajib diajarkan dalam berbagai jenjang pendidikan menurut Wahab dan Sapriya
(2011: 96) Pendidikan Kewarganegaraan juga merupakan kajian keilmuan yang
4
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
khususnya dalam konsep demokrasi politik (political democracy) untuk hak dan kewajiban (duties and rights of citizen). Kemudian secara epistimlogi, Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pengembangan dari lima tradisi social studies yaitu
citizenship transmission.
Dalam paradigma baru, Pendidikan Kewarganegaraan (civic education)
merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “Value Based
Education” dengan kerangka sistematik sebagai berikut: secara kurikuler bertujuan untuk mengembangkan potensi indibvidu agar menjadi warga negara
Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab;
secara teoritik memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik (civic knowledge, civic skills dan civic disposition) yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral
Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara; dan secara
programatik menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning exsperiences) dalam bentuk berbagi perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan
tuntunan hidup bagi warga negara dalam kehidupan warga negara, berbangsa dan
nernegara sebagai penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral
Pencasila, kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara (Budimansyah &
Winataputra, 2001: 86).
Pendidikan kewarganegaraan yang dalam kurikulum baru (kurikulum
2013) mengalami perubahan dari segi nama dan substansi dalam kenyataan di
lapangan masih jauh dari yang diharapkan. Tuntutan materi yang harus diajarkan
kepada peserta didik tidak sesuai dengan sarana dan prasarana yang ada di
sekolah. Dalam kurikulum 2013 tersebut pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang diharapkan dapat menjadi
solusi dalam menghadapi era global. Selain itu paradigma baru Pendidikan
5
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
competences merupakan kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh warganegara, sejumlah kompetensi tersebut meliputi civic knowledge
(pengetahuan dan wawasan warganegara), civic skills (perangkat ketrampilan intelektual, sosial dan personal kewarganegaraan) dan civic disposition (nilai, komitmen, dan sikap kewarganegaraan) yang selayaknya dikuasai oleh peserta
didik. Paradigma baru PKn dalam kurikulum 2013 yang menguatkan ketiga aspek
yaitu civic knowledge, civic skills dan civic disposition menurut Nu’man Sumantri
dalam Wahab & Sapriya (2011: 312) sejalan dengan tujuan kurikuler dari PKn.
Tujuan kurikuler PKn antara lain (1) ilmu pengetahuan yang mencakup fakta,
konsep dan generalisasi; (2) ketrampilan intelektual; (3) sikap yang meliputi nilai,
kepekaan dan perasaan; dan (4) ketrampilan sosial. Dalam kurikulum 2013
pengajaran PKn harus diajarkan secara holistik baik dari pengetahuan,
ketrampilan dan sikap.
Pendidikan Kewarganegaraan dalam kurikulum 2013 selain menekankan
kepada tiga aspek yang harus dimiliki oleh peserta didik juga terdapat istilah
kompetensi inti dan kompetensi dasar yang harus diajarkan kepada peserta didik.
Kompetensi inti merupakan operasionalisasi standar kompetensi lulusan (SKL)
dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan dalam jenjang pendidikan tertentu. Kompetensi inti merupakan
gambaran dari kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek
pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang harus dipelajari dan dikuasai oleh
peserta didik. Kompetensi inti ini dirancang dalam empat kelompok yang saling
berkaitan yaitu sikap keagamaan, sikap sosial, pengetahuan, dan penerapan
pengetahuan (Sapriya Ed, 2013: 64). Sejatinya Pendidikan Kewarganegaraan
dalam kurikulum 2013 ini diharapkan lebih mendorong siswa untuk aktif dalam
belajar. Guru dalam posisi seperti itu dituntut untuk lebih intensif membimbing,
melatih, mendidik peserta didik untuk belajar secara komprehensif dan holistik.
Melihat realitas di lapangan sejak diimplementasikan pada jenis dan
6
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
termasuk di dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menghadapi
berbagai kendala dan keterbatasan, antara lain: (1) masukan instrumental
(instrumental input) terutama yang berkaitan dengan kualitas guru serta keterbatasan fasilitas dan sumber belajar; (2) masukan lingkungan (environmental input) terutama yang berkaitan dengan kondisi dan situasi kehidupan politik negara yang kurang demokratis. Masukan instrumental yang berkaitan dengan
guru serta keterbatasan fasilitas dan sumber belajar merupakan hal wajar yang
dialami di sekolah. Banyak guru yang belum mempunyai kompetensi profesional
diantaranya yaitu kompetensi pedagogik atau kemampuan seorang guru dalam memahami karakteristik yang dimiliki oleh peserta didik melalui berbagai cara;
kompetensi kepribadian atau kemampuan personal yang harus dimiliki oleh guru profesional dengan cara mencerminkan kepribadian yang baik pada diri sendiri,
bersikap bijaksana serta arif, bersikap dewasa dan berwibawa serta mempunyai
akhlak mulia untuk menjadi sauri teladan yang baik; kompetensi profesional atau kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan
mendalam; dan kompetensi yang terakhir yaitu kompetensi sosial atau cara yang baik dalam berkomunikasi dengan murid dan seluruh tenaga kependidikan atau
juga dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Kenyataan yang ada saat ini banyak kendala yang dialami akibat
minimnya instrumental input yang berhubungan dengan fasilitas dan sumber belajar. Salah satu dampak yang ditimbulkan dari minimnya fasilitas dan sumber
belajar adalah banyaknya peserta didik di Aceh yang tidak lulus UN (Republika,
2014). Contoh lain masih minimnya fasilitas dan sumber belajar terjadi di SDN 1
Sripendowo, Kecamatan Bandarsribhawono, Lampung Timur. Seorang peserta
didik bahkan harus membawa kursi sendiri ketika melakukan kegiatan belajar
mengajar di kelas. Bahkan Gedung sekolah yang terdapat 4 lokal tersebut
kondisinya sangat memprihatinkan dan nyaris ambruk. Kayu penyangga, plafon,
dan kusen sudah lapuk karena memang sudah lama berdiri yaitu tahun 1980
7
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masalah bagi pendidikan di Indonesia. Tuntutan pembelajaran abad 21 yang
komplek tidak diimbangi dengan intrumental input dan environmental input yang baik tentu akan menimbulkan berbagai masalah dan gagalnya target atau sasaran
pendidikan yang sudah ditentukan.
Sementara itu menurut Mulyasa (2013: 51) dalam kaitannya dengan
proses pembelajaran (actual curriculum), idealnya dikembangkan ruang kelas yang dilengkapi dengan fasilitas dan sumber belajar untuk pembentukan
kompetensi dan karakter peserta didik dan pencapaian setiap tujuan pembelajaran.
Secara umum fasilitas dan sumber belajar terdiri dari dua kelompok besar, yakni
fasilitas dan sumber belajar yang direncanakan (by design) dan yang dimanfaatkan
(by utilization). Kedua jenis fasilitas dan sumber belajar tersebut dapat didayagunakan secara efektif dalam mensukseskan tujuan pembelajaran.
Pendayagunaan fasilitas dan sumber belajar memiliki arti yang sangat penting,
selain melengkapi, memelihara, dan memperkaya khasanah belajar, sumber
belajar juga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas belajar yang
menguntungkan baik bagi guru maupun peserta didik. Pendayagunaan fasilitas
dan sumber belajar secara maksimal, memungkinkan peserta didik menggali
berbagai konsep yang sesuai dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari,
sehingga menambah wawasan dan pemahaman yang senantiasa aktual, serta
mampu mengikuti berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat dan
lingkungannya. Kondisi inilah yang memungkinkan peserta didik memiliki
kemampuan untuk bertindak secara lokal, sesuai dengan kebutuhan lingkungan,
dan berfikir dalam perspektif global sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni.
Fasilitas dan sumber belajar tersebut harus dimanfaatkan semaksimal
mungkin dalam proses pembelajaran, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Laboratorium merupakan salah satu penunjang pembelajaran yang seharusnya
terdapat dalam berbagai jenjang pendidikan, baik itu dari pendidikan dasar sampai
8
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
oleh sekolah sesuai dengan apa yang digariskan dalam Standar Pendidikan
Nasional nomer 32 tahun 2013 yang merupakan Peraturan Pemerintah yang baru
pengganti PP No 19 tahun 2005 mulai dari penggadaan, pemeliharaan, dan
perbaikan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa sekolahlah yang paling
mengetahui kebutuhan fasilitas dan sumber belajar, baik kecukupan, kesesuaian,
maupun kemutakhirannya, terutama sumber-sumber belajar yang dirancang (by design) secara khusus untuk kepentingan pembelajaran.
Keberadaan laboratorium tidak terlepas dari adanya media dan sumber
belajar yang terdapat di dalamnya, hal ini dapat digunakan sebagai penunjang
dalam proses pembelajaran. Apabila di laboratorium tidak dilengkapi dengan
media ataupun sumber belajar tentunya manfaat laboratorium itu menjadi
berkurang. Kenyataannya banyak laboratorium yang belum dilengkapi dengan
media dan sumber belajar karena terbatasnya kemampuan sekolah untuk
melengkapi laboratorium dengan peralatan atau media dan sumber belajar yang
diperlukan. Menurut Karlinawati (2010) pada umumnya laboratorium yang
dimiliki atau dikembangkan oleh lembaga formal baik dari jenjang pendidikan
dasar maupun pendidikan tinggi merupakan laboratorium ilmu alam dan
laboratorium bahasa, sedangkan untuk laboratorium ilmu sosial sangat jarang
sekali dijumpai. Keberadaan laboratorium ilmu sosial tidak kalah penting dengan
laboratorium ilmu alam dan laboratorium bahasa. Laboratorium ilmu sosial
digunakan untuk melihat dan mengamati sebuah gejala dan fenoman sosial yang
terjadi. Laboratorium sosial idealnya bisa dilakukan di kelas, kantor, pasar, dan
semua tempat yang memiliki kejelasan batasan dan orang yang diamati. Hal inilah
yang menyebabkan tidak ada tempat khusus yang diberikan untuk laboratorium
dalam ilmu sosial. Berbeda dengan laboratorium bahasa yang memiliki sarana dan
prasarana yang khusus, tidak ada peralatan khusus yang harus tersedia pada
laboratorium ilmu sosial ini.
Komalasari (2010: 132) menyatakan hal yang sama bahwa laboratorium
9
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pelajaran IPA dan ketrampilan. Namun laboratorium IPS dan PKn yang ada di
sekolah bukanlah seperti laboratorium IPA atau yang lain. Laboratorium IPS dan
PKn lazimnya berisi alat peraga dua dimensi atau tiga dimensi yang digunakan
sebagai penunjang dalam proses pembelajaran, selain itu juga terdapat kegiatan
sosio drama dan role playing yang merupakan bagian dari pengembangan nilai
dan ketrampilan sosial peserta didik.
Salah satu sekolah yang mengembangkan laboratorium ilmu sosial
adalah SMP Negeri 1 Bantul yang terletak di DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta).
Laboratorium ilmu sosial yang dikembangkan di SMP Negeri 1 Bantul bernama
Laboratorium Pendidikan Pancasila. Laboratorium Pendidikan Pancasila SMPN 1
Bantul diresmikan pada tanggal 30 Juli 2011 yang juga bertepatan dengan HUT
SMPN 1 Bantul yang ke-56. Laboratorium Pendidikan Pancasila lahir atas kerja
sama antara SMP Negeri 1 Bantul dan Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah
Mada (Hastangka, 2011). Laboratorium Pendidikan Pancasila yang ada di SMP
Negeri 1 Bantul merupakan salah satu inovasi pembelajaran guna memudahkan
peserta didik untuk belajar. Laboratorium Pendidikan Pancasila ini berisi berbagai
jenis sumber dan media pembelajaran antara lain buku bacaan (reading materials), internet, kliping, makalah, gambar-gambar, foto, film dokumenter, banner dan lain-lain. Adanya fasilitas sebagai sumber belajar tersebut dapat
memudahkan peserta didik mengembangkan civic competences atau kompetensi kewarganegaraan yang merupakan hal yang harus dicapai oleh peserta didik pada
kurikulum 2013 ini.
SMP Negeri 1 Bantul merupakan satu-satunya sekolah yang
mengembangkan Laboratorium Pendidikan Pancasila di tingkat sekolah dasar
sampai menengah, meskipun dalam tingkat pendidikan tinggi laboratorium
Pendidikan Pancasila telah lebih dulu dikembangkan oleh beberapa universitas
seperti Universitas Negeri Malang dengan nama Laboratorium Pancasila.
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
10
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“Peranan Laboratorium Pendidikan Pancasila dalam Mengembangkan Civic Competences Peserta Didik”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Identifikasi masalah bisa diartikan sebagai pengenalan atau inventarisir
suatu masalah. Identifikasi masalah merupakan salah satu aspek yang penting
dalam penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka
identifikasi masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Belum adanya sarana dan prasarana sekolah untuk mengembangkan civic competences peserta didik yang menjadi tuntutan paradigma baru PKn dan juga kurikulum 2013.
2. Laboratorium pendidikan pancasila merupakan instrumen penting dalam
pengembangan civic competences. Namun sejauh ini sangat jarang disediakan oleh sekolah sehingga tugas guru dalam mengembangkan civic competences
peserta didik kurang optimal, khususnya aspek knowledge, skills dan juga
disposition.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah penelitian tersebut, maka lebih lanjut
dapat dirumuskan ke dalam dua rumusan masalah, yaitu secara umum dan khusus.
Rumusan masalah umum dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah peranan
Laboratorium Pendidikan Pancasila dalam Mengembangkan civic competences peserta didik di SMP Negeri 1 Bantul Yogyakarta?”. Kemudian rumusan khusus
dari penelitian ini yaitu:
1. Bagaimanakah peran Laboratorium Pendidikan Pancasila SMP Negeri 1
Bantul mengembangkan Civic Competences peserta didik?
11
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Bagaimanakah Civic Skills yang dihasilkan oleh Laboratorium Pendidikan Pancasila SMP Negeri 1 Bantul?
4. Bagaimanakah Civic Disposition yang dihasilkan oleh Laboratorium Pendidikan Pancasila SMP Negeri 1 Bantul?
D. Tujuan Penelitian
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian mendalam
tentang “Peranan Laboratorium Pendidikan Pancasila Dalam Mengembangkan Civic Competences Peserta Didik”. Kemudian secara khusus, tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Mengkaji dan memperoleh data, fakta dan informasi argumentatif tentang
Laboratorium Pendidikan Pancasila SMP Negeri 1 Bantul dalam
mengembangkan Civic Competences peserta didik.
2. Mengkaji dan memperoleh data, fakta dan informasi argumentatif tentang
Civic Knowledge peserta didik ketika memanfaatkan Laboratorium Pendidikan Pancasila SMPN 1 Bantul.
3. Mengkaji dan memperoleh data, fakta dan informasi argumentatif tentang
Civic Skills peserta didik ketika memanfaatkan Laboratorium Pendidikan Pancasila SMP Negeri 1 Bantul.
4. Mengkaji dan memperoleh data, fakta dan informasi argumentatif tentang
Civic Disposition peserta didik ketika memanfaatkan Laboratorium Pendidikan Pancasila SMP Negeri 1 Bantul.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain dapat dilihat
dari beberapa aspek di bawah ini:
1. Manfaat dari segi teori: Penelitian terdahulu yang meneliti tentang
12
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dari segi pemanfaatannya sebagai sumber belajar yang digunakan oleh peserta
didik. Dalam penelitian ini peneliti berusaha menggali lebih dalam tentang
aspek-aspek civic competences atau kompetensi kewarganegaraan peserta didik yang terbentuk ketika memanfaatkan Laboratorium Pendidikan
Pancasila di SMP Negeri 1 Bantul.
2. Manfaat dari segi kebijakan: Laboratorium Pendidikan Pancasila yang ada di
SMP Negeri 1 Bantul merupakan salah satu inovasi dalam pembelajaran.
Dalam kurikulum 2013 dalam mata pelajaran PPKn yang menekankan civic competences adanya Laboratorium Pendidikan Pancasila merupakan cara yang cukup efektif untuk mengembangkan potensi dan kreatifitas peserta
didik.
3. Manfaat dari segi praktik: Laboratorium berdasarkan Peraturan Pemerintah
No 32 Tahun 2013 tentang tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal
42 ayat (1) menyatakan bahwa laboratorium merupakan salah satu prasarana
wajib yang harus dimiliki oleh setiap satuan pendidikan. Bersadarkan hal
tersebut sudah sepatutnya setiap satuan pendidikan mengembangkan
laboratorium pendidikan Pancasila atau laboratorium PKn atau laboratorium
IPS.
4. Manfaat dari segi isu serta aksi sosial: Laboratorium Pendidikan Pancasila
merupakan salah satu inovasi dalam pembelajaran PKn, dengan adanya
berbagai fasilitas yang dimiliki Laboratorium Pendidikan Pancasila seperti
buku, CD pembelajaran, gambar, album, peralatan multimedia, portofolio,
akan memudahkan peserta didik memahami materi yang disampaikan oleh
guru dan juga dengan belajar di Laboratorium Pendidikan Pancasila peserta
didik bisa mengembangkan kemampuan intelektual dan kemampuan
partisipasi.
13
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini terdiri dari lima bab. Pertama, Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah
penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
struktur organisasi tesis. Kedua, Bab II merupakan kajian pustaka yang berisi tentang kajian Pendidikan Kewarganegaraan dalam konteks filosofi dan teoritis,
dimensi-dimensi Pendidikan Kewarganegaraan, kajian Pendidikan Pancasila di
sekolah, dan kajian tentang civic competences. Ketiga, Bab III membahas mengenai metode penelitian. Metode penelitian berisi mengenai lokasi dan subyek
penelitian, desain penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data,
instrumen penelitian, uji keabsahan data dan analisis data. Keempat, Bab IV membahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dan kelima,
Bab V berisi tentang simpulan hasil penelitian dan saran bagi pihak-pihak yang
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
73
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III membahas mengenai metode penelitian yang akan dijabarkan
secara rinci dalam komponen-komponen yang meliputi lokasi dan subyek
penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen
penelitian, pegujian keabsahan data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis
data.
A. Lokasi dan Subyek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan salah satu bagian yang penting dalam
melakukan penelitian. Lokasi yang dijadikan penelitian adalah SMP Negeri 1
Bantul yang beralamat di Jalan Kartini No. 44 Bantul – Yogyakarta.
Pertimbangan-pertimbangan peneliti memilih SMP Negeri 1 Bantul sebagai lokasi
penelitian antara lain:
a. SMP Negeri 1 Bantul Yogyakarta merupakan salah satu sekolah unggulan di
Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki visi “Insan CERIA
BERKHARISMATIK (cerdas, beriman, berakhlak mulia, berwawasan
lingkungan hidup, dan berkarakter Indonesia serta mengedepankan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi)” dan misi (1) Melaksanakan pembelajaran Paikem dalam kegiatan kurikuler/ekstrakurikuler; (2)
Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
seluruh warga sekolah; (3) Mewujudkan sumber daya manusia yang
berakhlaq mulia melalui kegiatan pembiasaan; (4) Melaksanakan peningkatan
budi pekerti yang mencerminkan berkarakter Indonesia; (5) Mewujudkan
perilaku hidup bersih dan sehat serta melestarikan lingkungan hidup; dan (6)
Mewujudkan sumber daya manusia yang berorientasi pada perkembangan
74
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Salah satu tujuan dari SMP Negeri 1 Bantul dalam bidang pengembangan
fasilitas pendidikan yaitu mewujudkan Laboratorium IPA, IPS dan bahasa
yang representatif.
c. SMP Negeri 1 Bantul merupakan satu-satunya sekolah di DIY yang
mengembangkan Laboratorium IPS yaitu adanya Laboratorium Pendidikan
Pancasila (dari tingkat sekolah dasar sampai menengah, hanya SMP Negeri 1
Bantul yang mengembangkan Laboratorium Pendidikan Pancasila khususnya
di DIY).
2. Subyek Penelitian
Subyek atau informan dalam penelitian ini meliputi:
a. Kepala sekolah SMP Negeri 1 Bantul
Kepala sekolah merupakan penanggung jawab serta pengambil keputusan
tentang segala sesuatu terkait dengan sekolah untuk itu salah satu pihak yang akan
menjadi subyek atau informan dalam penelitian ini yaitu Kepala Sekolah SMP
Negeri 1 Bantul. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Bantul bernama Ibu Denok, Ibu
Denok mulai menjabat menjadi kepala sekolah di SMP Negeri 1 Bantul sejak
tahun 2013 sampai sekarang.
b. Kepala Laboratorium Pendidikan Pancasila SMP Negeri 1 Bantul
Subyek penelitian atau informan yang kedua dalam penelitian ini yaitu
kepala Laboratorium Pendidikan Pancasila SMP Negeri 1 Bantul yaitu Ibu
Mujinah. Kepala Laboratorium Pendidikan Pancasila berperan sebagai
penanggung jawab Laboratorium.
c. Guru PKn di SMP Negeri 1 Bantul
Subyek penelitian atau informan ketiga dalam penelitian ini yaitu para
guru PKn di SMP Negeri 1 Bantul yang berjumlah empat orang antara lain Ibu
Mujinah, Ibu Muningsih, Bapak Agus Setyawan dan Bapak Watana.
d. Peserta didik SMP Negeri 1 Bantul
Peserta didik SMP Negeri 1 Bantul yang akan menjadi subyek atau
75
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik porposive sampling digunakan oleh peneliti dengan alasan peneliti menganggap ketika memilih subyek atau
informan berarti subyek atau informan tersebut dianggap sesuai dengan apa yang
peneliti ingin ketahui dilihat dari kriteria-kriteria yang telah peneliti tetapkan.
e. Pihak-pihak yang berkaitan dengan Laboratorium Pendidikan Pancasila SMP
Negeri 1 Bantul.
Pihak lain yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah Bapak
Bambang. Bapak Bambang merupakan mantan kepala sekolah SMP Negeri 1
Bantul sebelum Ibu Denok. Bapak Bambang merupakan penggagas dan
pembentuk dari Laboratorium Pendidikan Pancasila di SMP Negeri 1 Bantul.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dieksplorasi dan diperdalam dari
suatu fenomena sosial atau suatu lingkungan sosial yang terdiri dari pelaku,
kejadian, tempat dan waktu (Satori & Komariyah, 2010: 43). Kemudian Creswell
(2012: 16) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif yaitu:
“Qualitative research is best suited to address a research problem in which you do not know the variables and need to explore. The literature might yield little information about the phenomenon of study, and you need to learn more from participants through exploration.”.
Menurut Creswell penelitian kualitatif paling cocok untuk mengatasi
masalah penelitian di mana Anda tidak tahu variabel dan perlu untuk
mengeksplorasi. Literatur mungkin menghasilkan sedikit informasi tentang
fenomena penelitian, dan Anda perlu belajar lebih banyak dari peserta melalui
eksplorasi.
Menurut Bungin (2001: 60) secara esensial terdapat beberapa kesulitan
dalam membuat desain penelitian kualitatif, hal ini disebabkan oleh beberapa
76
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kasuistik sehingga sulit membuat kesamaan desain penelitian yang bersifat umum;
dan Ketiga, ilmu sosial membunyai ragam varian yang bermacam-macam sehingga memiliki tujuan dan kepentingan yang berbeda pula terhadap metode
penelitian kuantitatif.
Alasan peneliti menggunakan desain kualitatif dalam penelitian ini antara
lain:
1. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu tentang Laboratorium
Pendidikan Pancasila dalam mengembangkan Civic Competences peserta didik membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan
kontekstual.
2. Keterkaitan antara permasalahan yang peneliti kaji dengan data primer dari
subjek penelitian sifatnya tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya.
3. Fokus masalah dalam penelitian ini yaitu tentang Laboratorium Pendidikan
Pancasila dalam mengembangkan Civic Competences peserta didik dapat terekspos secara lengkap dan detail jika menggunakan desain kualitatif.
Peneliti berusaha mengkaji fenomena yang terjadi agar menghasilkan sebuah
teori atau pemikiran baru dalam bidang ini.
C. Metode Penelitian
Penelitian deskriptif menurut Nasution (2003: 24) merupakan penelitian
yang bertujuan untuk mengadakan deskripsi untuk memberikan gambaran yang
lebih jelas tentang situasi-situasi sosial. Penelitian deskriptif menurut Nazir (2012:
34) adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat gambaran
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam
77
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Berangkat dari adanya fenomena yang ada yaitu tentang adanya Laboratorium
Pendidikan Pancasila yang didirikan di tingkat persekolahan peneliti ingin
memberikan deskripsi secara holistik tentang Laboratorium Pendidikan
Pancasila yang ada di SMP Negeri 1 Bantul Yogyakarta.
2. Dengan deskripsi holistik Laboratorium Pendidikan Pancasila akan terekspos
secara mendalam dan menyeluruh hingga akhirnya temuan penelitiannya
dapat diperoleh semaksimal mugkin.
D. Definisi Konsepsional
1. Laboratorium Pendidikan Pancasila
Laboratorium Pendidikan Pancasila merupakan salah satu bentuk sumber
belajar non reading mata pelajaran PKn yang ada di SMP Negeri 1 Bantul yang dapat digunakan untuk melatih peserta didik dalam mengembangkan
pengetahuan, ketrampilan dan juga sikap dengan melakukan kegiatan-kegiatan
praktik, percobaan, penelitian, dan demonstrasi terkait dengan materi-materi PKn.
2. Civic Competences
Civic competences atau kompetensi kewarganegaraan merupakan serangkaian kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik. Civic competences
atau kompetensi kewarganegaraan terdiri dari tiga bagian yang saling berkaitan
dan tidak dapat dipisahkan. Civic competences atau kompetensi kewarganegaraan dalam penelitian ini meliputi:
a. Civic knowledge atau pengetahuan kewarganegaraan.
Civic knowledge atau pengetahuan kewarganegaraan merupakan seperangkat pengetahuan kewarganegaraan yang harus dimiliki oleh peserta didik.
Dalam penelitian ini civic knowledge yang harus dimiliki oleh peserta didik antara lain berkaitan dengan: 1) Apa kehidupan kewarganegaraan, politik dan
pemerintahan?; 2) Apa dasar-dasar sistem politik Indonesia?; 3) Bagaimana
pemerintahan yang dibentuk oleh Konstitusi mengejawantahkan tujuan-tujuan,
78
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Indonesia dengan negara-negara lain di dunia?; dan yang terakhir 5) Apa peran
warga negara dalam demokrasi Indonesia?.
b. Civic skills atau kecakapan kewarganegaraan.
Civic skills atau kecakapan kewarganegaraan merupakan seperangkat kecakapan yang harus dimiliki oleh peserta didik yang meliputi kecakapan
intelektual (intellectual skills) dan kecakapan berpartisipasi (participation skills). Kecakapan intelektual meliputi: 1) identifying and describing yaitu mengidentifikasi dan mendeskripsikan; 2) explaining and analyzing yaitu memaparkan atau menjelasakan dan menganalisis; dan 3) ) evaluating, taking and defending positions on public issues yaitu mengevaluasi dan menempatkan posisi dalam isu-isu publik. Sedangkan kecakapan berpartisipasi terdiri dari; 1)
interacting yaitu interaksi; 2) monitoring yaitu mengawasi; dan 3) influencing
yaitu mempengaruhi.
c. Civic disposition atau watak kewarganegaraan
Civic disposition atau watak kewarganegaraan merupakan watak yang harus dimiliki oleh peserta didik. Beberapa karakter atau watak yang diteliti dalam
penelitian ini di batasi pada beberapa karakter seperti religius, jujur, kritis,
toleransi, tanggung jawab, dan juga disiplin.
E. Instrumen Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif,
oleh karena itu instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri. Hal ini seperti
yang dijelaskan oleh Lincoln dan Guba (1986) dalam Sugiyono (2012: 306):
79
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Lincoln dan Guba instrumen pilihan dalam penelitian naturalistik
adalah peneliti. Peneliti dapat melihat bentuk-bentuk lain dari instrumentasi yang
dapat digunakan pada tahap selanjutnya dari penyelidikan, tetapi manusia adalah
andalan awal dan berkelanjutan. Tetapi jika instrumen manusia telah digunakan
secara luas dalam tahap awal penyelidikan, sehingga instrumen dapat dibangun
yang didasarkan pada data bahwa instrumen manusia memiliki produk.
Hal senada juga dikemukakan oleh Creswell (2010: 261) bahwa dalam
penelitian kualitatif peneliti berperan sebagai researcher as key instrument
(instrumen kunci). Peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data dengan
menggunakan pedoman observasi, pedoman wawancara dan studi dokumentasi.
Instrumen dalam penelitian ini dibuat, dimodifikasi dan disesuaikan dengan
keadaan lapangan oleh peneliti dengan merujuk kepada teori yang sudah ada.
Berdasarkan pernyataan Lincoln & Guba serta Cresswell penelitian
naturalistik atau kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk membentuk
suatu teori baru berdasarkan fenomena baru yang ada di lapangan. Dalam
penelitian kualitatif peneliti berperan sebagai instrumen atau alat yang digunakan
dalam mengumpulkan data. Peneliti secara langsung terjun ke lapangan dengan
melakukan pengamatan dan berbaur langsung dengan hal yang diteliti. Ketika
terjun ke lapangan peneliti membawa pedoman wawancara dan observasi dengan
tujuan ketika melakukan penelitian di lapangan akan terfokus dan data yang
diperlukan dapat tersaring dengan maksimal.
F. Pengujian Keabsahan Data
1. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada untuk membangun justifikasi
tema-tema secara koheren (Creswell, 2011: 287). Pendapat lain dari Wiliam
80
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
the convergence of multiple data source or multiple data collection procedures.
Maksudnya triangulasi adalah cross kualitatif - validasi, itu menilai kecukupan data sesuai dengan konvergensi beberapa sumber data atau prosedur pengumpulan
data beberapa
Trianggulasi dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis yaitu triangulasi
sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Triangulasi sumber merupakan
pengujian validitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber. (Sugiyono, 2012: 373). Berikut ini bagan
mengenai triangulasi sumber dalam penelitian yang akan saya lakukan:
Bagan 3.1 Triangulasi sumber
Pengecekan validitas data dengan menggunakan triangulasi sumber yaitu
peneliti melakukan wawancara ke beberapa subyek atau informan seperi kepala
sekolah SMP Negeri 1 Bantul, Kepala Laboratorium Pendidikan Pancasila SMP
Negeri 1 Bantul. Guru PKn SMP Negeri 1 Bantul, Peserta didik SMP Negeri 1
Bantul dan pihak-pihak lain yang terkait. kemudian dari hasil wawancara ini
ketika diperoleh kekonsistenan data maka di anggap valid.
Triangulasi yang kedua yaitu triangulasi teknik yang digunakan untuk
menguji validitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2012: 373). Misalnya data
diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi atau
81
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Bagan 3.2 Triangulasi Teknik
Untuk mengecek validitas data penelitian yang peneliti lakukan yaitu
tentang Laboratorium Pendidikan Pancasila dalam mengembangkan civic competences dengan menggunakan triangulasi teknik peneliti melakukan kecocokan data dengan menggabungkan antara teknik wawancara, observasi dan
studi dokumententasi ke subyek atau informan seperti Kepala sekolah SMP
Negeri 1 Bantul, Kepala Laboratorium Pendidikan Pancasila SMP Negeri 1
Bantul, Guru PKn SMP Negeri 1 Bantul, peserta didik SMP Negeri 1 Bantul dan
pihak lain yang terkait. Jika data antara ketiga metode pengumpulan tersebut sama
maka data dianggap valid.
Teknik triangulasi yang ketiga adalah triangulasi waktu. Triangulasi
waktu mempunyai pengertian adanya data yang tetap dan konsisten dalam waktu
yang berlainan. Triangulasi waktu dalam penelitian ini diperoleh ketika peneliti
melakukan observasi, wawancaca dan studi dokumentasi dengan subyek atau
informan yang berbeda dan dalam kurun waktu yang berbeda, ketika data yang
peneliti peroleh sama maka data dikatakan valid.
2. Membercheck
Member check merupakan proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan dari member check yaitu mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi
data. Apa bila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data
tersebut valid sehingga semakin kredibel, tetapi apabila sebaliknya maka peneliti
perlu melakukan diskusi dengan pemberi data (Sugiyono, 2012: 376).
Wawancara Observasi
Studi dokumentasi
82
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Member check dapat dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau deskripsi-deskripsi atau tema-tema spesifik ke hadapan informan atau subyek
penelitian untuk mengecek apakah mereka merasa bahwa laporan/deskripsi/tema
tersebut sudah akurat. Proses member check dalam penelitian ini diperoleh dari teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Ketika data yang diperoleh
dari ketiga teknik tersebut di cros check dan hasilnya sama maka data yang
diperoleh valid.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam sebuah penelitian merupakan hal yang
sangat penting. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan peneliti dalam
penelitian ini adalah:
Bagan 3.3 Teknik pengumpulan data
a. Observasi
Observasi atau pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses
peneliti dalam melihat situasi penelitian. Creswell (2012: 213) mendefinsikan
observasi sebagai: “Observation is the process of gathering open-ended, firsthand Teknik Pengumpulan
Data yang Digunakan dalam Penelitian ini
Observasi
Wawancara
83
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
information by observing people and places at a research site”. Teknik ini sangat relevan digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi pengamatan kondisi
interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dan kelompoknya.
Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Penelitian yang
menggunakan teknik observasi atau pengamatan menurut Harsya W Bachtiar
(1986) dalam Bungin (2001:96) memerlukan alat bantu karena pengamatan yang
dilakukan oleh manusia pada hakikatnya sangat terbatas, alat bantu yang
diperlukan meliputi alat pemotret, teropong lensa jauh atau keker, kamera dan
juga alat perekam suara.
Hal-hal yang akan peneliti observasi dalam penelitian ini adalah segala
aktivitas yang ada di Laboratorium Pendidikan Pancasila, baik itu yang dilakukan
oleh peserta didik atau pun guru. Hal yang diobservasi dalam penelitian ini antara
lain kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di Laboratorium Pendidikan
Pancasila kemudian juga mengamati peserta didik di luar Laboratorium
Pendidikan Pancasila atau ketika tidak terjadi proses belajar mengajar.
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu alat pengumpulan data yang sangat
penting dalam penelitian kualitatif. Wawancara atau interview didefinisikan oleh Susan Stainback (1988) dalam Sugiyono (2012: 318) “interviewing provide the
researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon that can be gained through observation alon”. Maksudnya adalah dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan
fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Sedangkan tujuan melakukan wawancara dalam penelitian adalah mengumpulkan
keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta
pendirian-pendirian itu merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi atau
pengamatan (Bungin, 2001:100).
84
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara tak berstruktur (unstructured interview). Menurut Sugiyono (2012: 320) wawancara tak berstruktur merupakan wawancara bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan kepala sekolah SMP 1
Negeri 1 Bantul, Kepala Laboatorium Pendidikan Pancasila SMP Negeri 1
Bantul, Guru PKn SMP Negeri 1 Bantul, Piserta didik SMP Negeri 1 Bantul dan
juga Bapak Bambang Edy S selaku perintis dan penggagas dari Laboratorium
Pendidikan Pancasila. Data wawancara yang dibutuhkan berupa semua hal yang
berhubungan dengan Laboratorium Pendidikan Pancasila SMP Negeri 1 Bantul
terkait sejarah berdirinya, penggunaannya atau pemanfaatannya, kegiatan atau
program kerja, sarana dan prasarana atau fasilitasnya kemudian kaitan antara
laboratorium pendidikan pancasila tersebut dalam mengembangkan civic competences peserta didik di SMP Negeri 1 Bantul –Yogyakarta.
c. Studi Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2008: 83) studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode obsevasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan
kredibilitas hasil penelitian kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan /
menggunakan studi dokumen ini dalam metode penelitian kualitatifnya hal senada
diungkapkan Bogdan (seperti dikutip Sugiyono) “in most tradition of qualitative research, the phrase personal document is used broadly lo refer to any first person narrative produce by an individual which describes his or her own actions, experience, and beliefs”. Pernyataan tersebut mengandung pengertian sebagian besar tradisi penelitian kualitatif, dokumen pribadi frase yang digunakan
secara luas mengacu pada setiap orang pertama narasi dihasilkan oleh seorang
individu yang menggambarkan tindakannya sendiri, pengalaman, dan keyakinan.
Hal tidak jauh berbeda diungkapkan oleh Creswell (2012: 233)
85
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
minutes of meetings, personal journals, and letters.” Maksudnya dokumen terdiri dari catatan publik dan swasta bahwa para peneliti kualitatif memperoleh tentang
situs atau peserta dalam studi, dan mereka dapat mencakup koran, risalah rapat,
jurnal pribadi, dan surat.
Pernyataan Bodgan dan Creswell yang telah ditulis di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa studi dokumentasi merupakan pelengkap alat pengumpulan
data yang berupa wawancara dan studi dokumentasi. Studi dokumentasi dapat
bersumber dari koran, jurnal, dan surat. Kemudian studi dokumentasi dalam
penelitian ini akan memanfaatkan sumber kepustakaan berupa buku teks,
makalah, jurnal, dan juga dokumen yang dimiliki oleh SMP Negeri 1 Bantul yang
berkaitan dengan data-data yang berkaitan dengan penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam sebuah penelitian merupakan langkah yang
sangat penting. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan analisis data kualitatif model Miles and Huberman akan dijelaskan
seperti di bawah ini, yaitu:
1. Data Collection (pengumpulan data)
Pengumpulan data merupakan suatu prosedur yang sistematis dan standar
untuk memperoleh data yang diperlukan. Data yang dikumpulkan harus cukup
valid untuk digunakan. Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sebenarnya
terjadi pada saat sebelum penelitian berlangsung, saat penelitian berlangsung dan
setelah penelitian berlangsung. Nasution (1988) dalam Sugiyono (2013: 333)
menyatakan:
Analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded.
86
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bantul, ibu Denok dan ibu Muji, guru PKn sekaligus ketua Laboratorium
Pendidikan Pancasila di SMPN 1 Bantul. Peneliti melakukan ijin penelitian
sekaligus melakukan wawancara tak berstruktur secara singkat mengenai
Laboratorium Pendidikan Pancasila.
Dalam tahap pra-penelitian tersebut peneliti memiliki data mengenai Laboratorium Pendidikan Pancasila, meskipun sifat data mentah tersebut hanya
sedikit. Dalam tahap penelitian yang sedang berlangsung nanti peneliti akan
mencari lebih dalam data-data tentang Laboratorium Pendidikan Pancasila. Proses
pengumpulan data tersebut akan peneliti lakukan dengan proses observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi.
2. Data Reduction (reduksi data)
Reduksi data merupakan tahap analisis data setelah kita melakukan
pengumpulan data atau data collections. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif dan memerlukan kecerdasan dan keleluasaan serta kedalaman wawasan
yang tinggi bagi peneliti, hal ini dikarenakan dalam melakukan proses reduksi,
data yang kita kumpulkan atau yang kita hasilkan pastilah sangat banyak, untuk
itu peneliti harus memilah dan memilih data mana yang sesuai dengan fokus
penelitian yang diteliti atau data-data yang memiliki nilai temuan dan
pengembangan teori yang signifikan.
Berdasarkan data-data yang peneliti peroleh dari proses wawancara,
observasi dan studi dokumenter kemudian akan peneliti saring dengan
menggunakan teknik triangulasi dan member check. Mana data-data yang layak atau data yang valid atau sesui dan tidak dalam penelitian ini.
3. Data Display (penyajian data)
Data display atau penyajian data merupakan tahap analisis data setelah kita melakukan reduksi data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart
87
Rose Fitria Lutfiana, 2014
Peranan laboratorium pendidikan Pancasila dalam mengembangkan CIVIC competences peserta didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
frequent form of display data for qualitative research data in the past has been narrative tex” (Sugiyono, 2013: 339).
Penyajian data