Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi
Siswa Disleksia di SMPN 15 Kota Sukabumi
Tesis
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
Oleh:
Dinni Ariani NIM 1104504
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS
SEKOLAH PASCA SARJANA
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengembangan Program Pembelajaran
Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di
SMPN 15 Sukabumi
Oleh Dinni Ariani
S.Pd UPI Bandung, 2002
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus,
Sekolah Pasca Sarjana
© Dinni Ariani 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2011
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING:
Dr. Djadja Rahardja, M.Ed. NIP. 19590414 198503 1 005
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
i
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi
Dinni Ariani/1104504/Prodi Pendidikan Kebutuhan Khusus/SPs UPI
Belajar merupakan kebutuhan setiap individu sehingga proses ini berlangsung sepanjang hidup. Setiap individu berhak atas pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Pembelajaran di sekolah inklusi melibatkan sejumlah siswa dengan beragam kebutuhan, termasuk siswa yang memiliki kesulitan membaca atau disleksia. Salah satu mata pelajaran yang dipelajari di Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah Bahasa Inggris, dan dalam mata pelajaran ini terdapat kompetensi dasar membaca yang merupakan salah satu aspek menyulitkan bagi siswa disleksia. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pembelajaran Bahasa Inggris yang dibutuhkan siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi, (2) merancang pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi, (3) memaparkan hasil validasi dari para ahli mengenai program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi, (4) menguraikan hasil uji coba terbatas program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data diperoleh melalui observasi dan wawancara kepada guru dan siswa serta studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pembelajaran Bahasa Inggris yang dibutuhkan siswa disleksia di SMPN 15 meliputi perlunya penyesuaian dilakukan pada aspek materi pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, alokasi waktu dan
langkah-langkah pembelajaran serta sistem penilaian. (2) Rancangan
ii
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran secara aktif, dan memotivasi guru untuk lebih serius menyiapkan pembelajaran.
ABSTRACT
The Development of English Language Instruction Program for Dyslexic Student at SMP 15 Sukabumi
Dinni Ariani/1104504/Special Needs Education Program/School of Post Graduate Study, Indonesia University of Education
iii
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
viii
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN... i
UCAPAN TERIMAKASIH ... ii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Definisi Konsep... 8
BAB II KAJIAN TEORI ... 10
A. Pengembangan Program Pembelajaran ... 10
ix
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pertama ... 11
C. Disleksia Sebagai Kesulitan Belajar Spesifik ... 16
D. Konsep Inklusi ... 26
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 31
Halaman BAB III METODE PENELITIAN... 33
A. Pendekatan Penelitian ... 33
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 34
C. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian ... 36
D. Teknik Analisis dan Keabsahan data ... 38
E. Prosedur Penelitian ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN... 43
A. Hasil Penelitian ... 43
1.Pembelajaran Bahasa Inggris yang Dibutuhkan oleh Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi ... 43
2.Rancangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi ... 68
3.Hasil Validasi dari Para Ahli mengenai Program
x
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SMPN 15 Sukabumi ... 74
4.Hasil Uji Coba Terbatas Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi ... 85
B.Pembahasan... 90
1. Pembelajaran Bahasa Inggris yang Dibutuhkan oleh Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi ... 90
2. Rancangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi ... 93
3. Hasil Validasi dari Para Ahli mengenai Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi ... 96
Halaman 4. Hasil Uji Coba Terbatas Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi ... 98
BAB V KESIMPULAN dan REKOMENDASI ... 101
A. Kesimpulan ... 101
B. Rekomendasi ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 106
xi
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
xii
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata
Pelajaran Bahasa Inggris di SMP... 12
Tabel 2.2 Pembelajaran Kompetitif, Pembelajaran Individual dan
Pembelajaran Kooperatif... 29
Tabel 4.1 Hasil Observasi Pembelajaran Bahasa Inggris yang
Dibutuhkan oleh Siswa Disleksia di SMPN 15
Sukabumi... 44
Tabel 4.2 Hasil Wawancara kepada Guru Pembelajaran Bahasa
Inggris yang Dibutuhkan Siswa Disleksia di SMPN 15
Sukabumi... 49
Tabel 4.3 Hasil Wawancara kepada Siswa Pembelajaran Bahasa
Inggris yang Dibutuhkan Siswa Disleksia di SMPN 15
Sukabumi... 54
Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Wawancara Pembelajaran Bahasa
Inggris yang Dibutuhkan Siswa Disleksia di SMPN 15
Sukabumi... 59
Tabel 4.5 Hasil Studi Dokumen Pembelajaran Bahasa Inggris
yang Dibutuhkan Siswa Disleksia di SMPN 15
Sukabumi... 65
Tabel 4.6 Rangkuman Hasil Studi Kualitatif Pembelajaran
Bahasa Inggris yang Dibutuhkan Siswa Disleksia di
SMPN 15 Sukabumi... 66
Tabel 4.7 Rangkuman Program Faktual dan Rancangan
xiii
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Halaman
Tabel 4.8 Hasil Validasi Ahli Rancangan Program Pembelajaran
Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di SMPN 15
Sukabumi... 75
Tabel 4.9 Rangkuman Program Faktual, Program Hasil
Pengembangan, dan Revisi Program Hasil Validasi... 80
Tabel 4.10 Hasil Observasi tentang Hasil Uji Coba Terbatas
Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa
Disleksia di SMPN 15 Sukabumi... 86
Tabel 4.11 Hasil Wawancara kepada Guru tentang Hasil Uji Coba
Terbatas Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi
Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi... 87
Tabel 4.12 Hasil Wawancara kepada Siswa tentang Hasil Uji
Coba Terbatas Program Pembelajaran Bahasa Inggris
xiv
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Karakteristik Lingkungan Inklusif, Ramah
Terhadap Pembelajaran Berbasis Pada Visi dan
Nilai-Nilai (Unesco Toolkit 1, 2004)... 21
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Tahap ke-1... 41
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian Tahap ke-2... 42
Gambar 4.1 Rancangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris
bagi Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi ... 73
Gambar 4.2 Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa
xv
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian... 109
Lampiran 2 Pedoman Wawancara kepada Siswa tentang
Pembelajaran Bahasa Inggris yang Dibutuhkan Siswa
xvi
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lampiran 3 Pedoman Wawancara kepada Guru tentang
Pembelajaran Bahasa Inggris yang Dibutuhkan Siswa
Disleksia... 120
Lampiran 4 Pedoman Observasi Tentang Pembelajaran Bahasa Inggris yang Dibutuhkan Siswa Disleksi ... 123
Lampiran 5 Pedoman Wawancara kepada Siswa tentang Hasil Uji Coba Terbatas Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia ... 126
Lampiran 6 Pedoman Wawancara kepada Guru tentang Hasil Uji Coba Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia ... 127
Lampiran 7 Pedoman Observasi tentang Hasil Uji Coba Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia... 128
Lampiran 8 Lembar Validasi Ahli ... 129
Lampiran 9 Transkripsi Hasil Wawancara kepada Guru... 135
Lampiran 10 Transkripsi Hasil Wawancara kepada Siswa... 138
Lampiran 11 Hasil Validasi Ahli... 141
Lampiran 12 Hasil Observasi Tentang Pembelajaran Bahasa Inggris yang Dibutuhkan Siswa Disleksia... 146
xvii
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lampiran 13 Hasil Wawancara kepada Siswa tentang Hasil Uji
Coba Terbatas Program Pembelajaran Bahasa Inggris
bagi Siswa Disleksia ... 149
Lampiran 14 Hasil Wawancara kepada Guru tentang Hasil Uji
Coba Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi
Siswa Disleksia ... 150
Lampiran 15 Hasil Uji Coba Program Pembelajaran Bahasa
Inggris bagi Siswa Disleksia... 152
1
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hakikat pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia. Pendidikan
membantu manusia untuk mengenal diri dan lingkungannya sehingga
individu mampu menjalani hidup secara berkualitas dengan potensi yang
dimilikinya melalui proses belajar. Belajar merupakan kebutuhan setiap
individu sehingga proses ini berlangsung sepanjang hidup, baik secara
disengaja maupun tidak. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana
pembelajaran terjadi. Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah
merupakan harapan setiap pendidik. Seorang guru pada umumnya menilai
kualitas pembelajaran melalui beberapa hal antara lain adanya perubahan
sikap siswa dari sikap dan partisipasi pasif menjadi lebih aktif, tercapainya
kompetensi tertentu sesuai tujuan pembelajaran, dan meningkatnya
kegairahan siswa dalam belajar. Secara formal, pembelajaran dinilai
sukses jika siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan. Dengan demikian, selama siswa belum sampai pada target ini
maka guru harus terus menerus memberikan pengulangan proses
pembelajaran hingga siswa mencapai kompetensi minimal.
Sekolah merupakan miniatur kehidupan bermasyarakat dalam konteks
lebih luas. Di lingkungan inilah individu berinteraksi, belajar beradaptasi,
serta menemukan jati dirinya di tengah lingkungan yang begitu heterogen.
Cara pandang yang dibentuk di sekolah akan terbawa saat individu
bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Ramah terhadap perbedaan
adalah salah satu nilai yang perlu dimiliki setiap individu. Untuk itu,
2
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keberagaman yang dapat berwujud dalam bentuk perbedaan fisik, bakat,
minat, karakter, perilaku serta perbedaan lainnya.
Sebagai individu yang unik, siswa memiliki beragam potensi dan
kecenderungan. Kekuatan dan kelemahan setiap individu dapat menjadi
suatu sinergi jika individu saling bekerja sama dengan mengusung
semangat untuk sama-sama mencapai keberhasilan. Mengutamakan nilai
kerja sama merupakan salah satu pandangan penting yang diusung
pendidikan inklusif (Skorjten: 2003). Cara pandang inklusi menempatkan
sikap kooperatif di atas kompetisi atau persaingan. Setiap siswa perlu
didorong untuk sukses bersama sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Dengan demikian, penting bagi guru untuk menciptakan situasi belajar
yang mengkondisikan siswa bekerja sama atau bergotong royong dalam
rangka membangun kompetensi dan karakter dirinya.
Pencapaian tiap individu bisa jadi berbeda, namun yang paling penting
dalam proses pembelajaran adalah semua anak mengalami proses belajar
yang berujung pada peningkatan kompetensi, meskipun anak tersebut
mengalami hambatan belajar. Hambatan yang dialami siswa dapat terbantu
dengan adanya sikap positif guru untuk memberikan layanan pendidikan
yang tepat serta melakukan perbaikan manajemen kelas untuk
mewujudkan atmosfer yang lebih kondusif di suatu kelas yang heterogen.
Sedini mungkin, siswa perlu memperoleh pembelajaran yang
menginternalisasikan nilai inklusifitas. Hal inilah yang menjadi salah satu
tugas hakiki seorang pendidik. Lie (2010) menyatakan bahwa dalam
metode pembelajaran tradisional, siswa dianggap botol kosong yang siap
diiisi oleh ceramah panjang lebar guru. Pembelajaran pun dilakukan dengan
menetapkan stigma pada siswa, diantaranya ada siswa yang disebut pintar,
dan bodoh, ada sistem perankingan serta kategorisasi yang dimunculkan
3
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bersaing, berlomba menjadi yang terbaik, ingin saling mengalahkan, tidak
peduli pada kondisi siswa lainnya, gemar mencemooh dan sederet perilaku
yang kurang menggembirakan lainnya.
Memasuki masa remaja dimana seorang siswa menempuh pengalaman
belajar di sekolah menengah pertama mestinya menjadi saat yang
menyenangkan bagi setiap anak. Namun kenyataan menunjukkan bahwa
situasi yang penuh tantangan tersebut malahan menjadi beban yang terasa
memberatkan bagi sebagian siswa. Di dalam kelas inklusi di sekolah
umum, pembelajaran melibatkan peserta didik dengan berbagai
karakteristik dan hambatan belajar, termasuk siswa yang mengalami
kesulitan belajar spesifik seperti kesulitan membaca atau disleksia.
Knudsen (2012) menegaskan bahwa disleksia merupakan kesulitan belajar
terkait dengan kemampuan berbahasa yang terjadi pada satu dari lima
warga dunia. Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia,
disleksia merupakan salah satu masalah tersering yang terjadi pada anak
dan dewasa. Angka kejadian di dunia berkisar 5-17% pada anak usia
sekolah. Disleksia banyak terjadi di sekolah umum, namun seringkali luput
dari perhatian guru. Disleksia ditandai dengan kesulitan mengenal huruf,
kata, mengeja, memahami makna kata, kalimat, dan paragraf. Kesulitan ini
terjadi karena adanya disfungsi neorologis (Abdurahman, 1996). Disleksia
atau kesulitan membaca merupakan kesulitan untuk memaknai simbol,
huruf, dan angka melalui persepsi visual dan auditoris.
Pada beberapa kasus, anak yang mengalami kesulitan membaca ini
seringkali dianggap memiliki taraf kognisi yang kurang dari rata-rata.
Kesulitan yang dialami anak disleksia diilustrasikan secara gamblang dan
amat menyentuh dalam sebuah film Bollywood berjudul Taare Zameen
Par (Like Stars on Earth) karya sutradara Aamir Khan. Versi lainnya
adalah sebuah film Indonesia karya Rico Michael berjudul Ikhsan, Mama I
4
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dirinya yang mengalami disleksia mengalami masa-masa yang buruk saat
bersekolah. Ia kerap dicemooh karena sulit membaca saat teman-temannya
telah lancar membaca. Ia pun seringkali mengalami ejekan dari guru serta
teman-temannya dan juga cercaan dari ayahnya. Film tersebut dibuat untuk
membuka kesadaran orang tua, guru dan masyarakat luas mengenai
kesulitan membaca atau disleksia yang ternyata berdampak tidak hanya
pada sisi akademik saja namun juga amat mempengaruhi sisi psikis anak.
Perlakuan orang tua serta guru amat berperan dalam membentuk
kepercayaan diri serta konsep diri pada diri anak yang mengalami
disleksia.
Di sekolah umum, siswa mengikuti pembelajaran berbagai mata
pelajaran diantaranya Bahasa Inggris. Belajar Bahasa Inggris bagi
sebagian siswa merupakan hal yang amat menyenangkan dan
membanggakan. Akan tetapi bagi siswa yang mengalami disleksia,
pembelajaran Bahasa Inggris menjadi lebih kompleks mengingat kesulitan
membaca yang mereka alami akan memperberat upaya mempelajari
bahasa asing. Hal ini sejalan dengan apa yang yang dinyatakan oleh
Schwartz dalam Hodge (1998):
“For the student unencumbered by a learning disability, foreign language study is indeed an enriching and rewarding experience. For the learning disabled student, however, it can be an unbelievably stressful and humiliating experience, the opposite of what is intended”
Pembelajaran aspek membaca merupakan salah satu keterampilan yang
diperlukan individu untuk menunjang pembelajaran di semua mata
pelajaran. Anak yang mengalami disleksia akan kesulitan saat dihadapkan
pada teks. Baginya, kegiatan membaca–walaupun dilakukan dalam bahasa
ibu atau bahasa pertama- sungguh memerlukan proses yang lebih lama dan
5
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran bahasa Inggris yang merupakan bahasa asing, maka
tantangan yang dihadapi pun menjadi lebih besar.
Dari pengamatan yang dilakukan penulis pada situasi belajar di SMPN
15 Sukabumi, seringkali kesulitan ini luput dari perhatian guru karena saat
siswa tampak mengahadapi kesukaran dalam mata pelajaran Bahasa
Inggris, guru seringkali mengira hal ini terjadi semata-mata karena siswa
belum terbiasa dengan pembelajaran bahasa asing. Kondisi kelas yang
ditempati hampir 40 siswa, membuat anak yang mengalami disleksia
nampak kurang mendapat perhatian guru karena guru pun harus membagi
perhatian untuk semua anak. Keadaan ini pun kadang diperburuk dengan
masih adanya sikap kurang bersahabat dari siswa lainnya. Beberapa waktu
sebelumnya, ada seorang siswa yang menjadi pusat perhatian seluruh guru
dan siswa di kelasnya karena ia tidak mampu membaca sebagaimana
layaknya siswa SMP. Sebelum ketidakmampuan membaca ini diketahui,
siswa ini cukup aktif dalam berbagai kegiatan kelas, dan mampu
menampilkan kemampuan akademik yang mencukupi. Namun, saat
diketahui tidak bisa membaca, anak ini menjadi sorotan semua guru, siswa
serta menjadi bahan perbincangan karena bagaimana bisa seorang siswa
SMP tidak mampu membaca. Keadaan ini rupanya membuat anak tersebut
tidak nyaman dan akhirnya mengundurkan diri dari bangku sekolah.
Pengalaman tersebut merupakan salah satu hal yang melatarbelakangi
penelitian ini. Di tahun-tahun berikutnya, ternyata ada beberapa siswa
yang juga mengalami hal serupa. Semula, ketidakmampuan membaca itu
dianggap sebagai indikator bahwa siswa memiliki tingkat IQ yang rendah.
Namun ternyata, hasil tes psikologis menunjukkan bahwa mereka berada
pada rentang IQ minimal rata-rata. Dari beberapa referensi, peneliti
menganalisis adanya suatu gangguan sensoris yang disebut disleksia yang
merupakan kondisi ketika siswa dengan IQ rata-rata dan bahkan superior,
6
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Salah satu siswa yang mengalami hal tersebut duduk di kelas di 7B,
bernama MG. Saat membaca teks dalam Bahasa Indonesia, MG
melakukan kesalahan-kesalahan seperti mengganti kata yang dibaca,
mengulang-ulang, menambah huruf dan kata, menghilangkan huruf, dan
mengabaikan tanda baca. Peneliti mengidentifikasi siswa MG sebagai anak
yang mengalami disleksia, melalui beberapa kegiatan pengamatan saat
pembelajaran, informasi hasil pengamatan dari guru-guru lainnya, hasil tes
IQ dan asesmen informal membaca lanjut. Karena faktor disleksia yang
mengatakan, “masa yang gitu aja ga tau sih”. Setelah itu, teman yang ditanya kembali sibuk dengan pekerjaannya sendiri dan tidak
membantu rekannya.
2. Dalam beberapa kesempatan, rekan sekelas memperolok ataupun
menertawakan siswa disleksia yang melakukan kesalahan berbicara saat
tampil di depan kelas ataupun saat terbata-bata membaca nyaring suatu
teks. Secara spontan siswa seringkali berteriak “huuuhh” atau pun
ungkapan lainnya yang cenderung mempermalukan temannya, misalnya
“ahhh, si eta mah daharna ge da jeung uyah hungkul”.
3. Kecenderungan siswa tampil menggunakan Bahasa Inggris dengan
malu-malu dan kurang percaya diri.
Selama ini guru melaksanakan program pembelajaran Bahasa Inggris
dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
berlaku bagi semua siswa. Pembelajaran Bahasa Inggris pada kelas yang di
dalamnya terdapat siswa disleksia, masih menggunakan program
7
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sulit misalnya saat ia diminta membaca nyaring ataupun membaca
pemahaman dengan teks berhuruf relatif kecil, berbaris rapat dan spasi
yang padat. Seringkali pula guru memberikan presentasi atau penjelasan
suatu materi pembelajaran secara cepat dan minim pengulangan.
Guru cenderung memiliki ekspektasi yang sama pada siswa disleksia
namun di sisi lain belum memberikan diferensiasi pembelajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan siswa disleksia. Pembelajaran pun belum
dilengkapi dengan media yang tepat untuk membantu kesulitan siswa
dalam mengingat suatu kata dan ungkapan. Dampaknya, hasil belajar
siswa khususnya dalam kompetensi dasar membaca cenderung kurang
memuaskan. Terlebih lagi, siswa memperoleh alokasi waktu yang sama
dengan siswa lainnya saat ia mengikuti ulangan harian ataupun tes tertulis
lainnya. Padahal, siswa disleksia memerlukan lebih banyak waktu dalam
pemrosesan informasi termasuk dalam membaca pemahaman.
Berdasarkan kenyataan ini, penulis bermaksud untuk memperbaiki
kualitas pembelajaran melalui pengembangan program pembelajaran
Bahasa Inggris bagi siswa yang mengalami disleksia. Penulis meyakini
bahwa disleksia yang dialami siswa tidak semestinya menghalangi siswa
untuk belajar bahasa asing. Filosofi inklusi menegaskan bahwa setiap
individu berhak atas pembelajaran yang berkualitas. Untuk itu, adanya
pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa yang
mengalami disleksia ini diharapkan akan bisa memberikan pengalaman
belajar yang kaya dan bermakna sekaligus fungsional.
B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan program
pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa yang mengalami disleksia di SMP
Negeri 15 Sukabumi? Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka
8
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Pembelajaran Bahasa Inggris seperti apa yang dibutuhkan oleh siswa
disleksia di SMPN 15 Sukabumi?
2. Bagaimana rancangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi
siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi?
3. Bagaimana hasil validasi dari para ahli mengenai program
pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15
Sukabumi?
4. Bagaimana hasil uji coba terbatas program pembelajaran Bahasa
Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka penelitian ini memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pembelajaran Bahasa Inggris yang dibutuhkan
siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi.
2. Untuk merancang program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa
disleksia di SMPN 15 Sukabumi.
3. Untuk memaparkan hasil validasi dari para ahli mengenai program
pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15
Sukabumi.
4. Untuk menguraikan hasil uji coba terbatas program pembelajaran
Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini menghasilkan pengembangan program pembelajaran
Bahasa Inggris bagi siswa disleksia. Untuk itu, penelitian ini diharapkan
akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya:
1. Bagi Dinas Pendidikan, penelitian ini akan bermanfaat sebagai salah
satu bahan rujukan untuk merencanakan kebijakan, khususnya dalam
9
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Bagi sekolah, penelitian ini akan bermanfaat untuk dijadikan salah satu
sumber informasi dalam merancang program pembelajaran bagi siswa
disleksia.
3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan awal,
pembanding ataupun rujukan bagi penelitian selanjutnya.
4. Bagi para guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif
dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa
disleksia.
E. Definisi Konsep
1. Pengembangan Program Pembelajaran
Pengembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
proses, cara atau perbuatan mengembangkan. Pengembangan adalah
usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
agar lebih sempurna dari pada sebelumnya. Program pembelajaran
merupakan sekumpulan rencana yang sistematis mengenai proses
pembelajaran yang hendak dilakukan termasuk didalamnya tujuan yang
hendak dicapai, indikator pencapaiannya, metode yang akan digunakan,
materi atau bahan ajar, media, serta sistem penilaian yang akan
diterapkan. Dengan kata lain, pengembangan program pembelajaran
merupakan usaha untuk menyempurnakan program yang telah ada
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai kebutuhan siswa.
2. Disleksia
Disleksia berasal dari bahasa Yunani dys yang berarti
ketidakberfungsian dan lexis yang berarti bahasa (Mather, 2012).
10
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengenal huruf, kata, mengeja, memahami makna kata, kalimat, dan
paragraf. Kesulitan ini terjadi karena adanya disfungsi neorologis
(Abdurahman, 1996). Hal ini sejalan dengan ungkapan Shaywitz
(2003), bahwa pada anak yang telah beranjak remaja ataupun
menjelang dewasa, disleksia diantaranya dapat ditandai dengan:
Adanya riwayat kesulitan membaca dan mengeja.
Proses membaca kata membutuhkan upaya yang keras.
Problem membaca yang menetap.
3. Bahasa Inggris
Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang paling banyak
digunakan dalam konteks global. Banyak kata dalam Bahasa Inggris
yang tidak mengikuti prinsip-prinsip fonetis sehingga mempelajari
cara membaca dan mengeja ataupun melafalkan bahasa ini menjadi
relatif sulit, terutama bagi anak-anak disleksia. Keadaan ini tentu saja
sangat berbeda dengan Bahasa Indonesia dimana hampir tiap kata
diucapkan sesuai dengan tulisannya. Bahasa Inggris di masa kini telah
dipelajari sejak bangku Sekolah Dasar, bahkan sejak pra sekolah.
Selain perbedaan dalam aturan pengucapan maupun aksen, pola
dan struktur kalimat dalam Bahasa Inggris yang berbeda dengan
Bahasa Indonesia pun bisa mengundang kesulitan tersendiri. Aturan
bahasa yang membedakan penggunaan kata kerja berdasarkan waktu
ataupun subjek menjadi hal-hal yang bisa menyulitkan siswa. Hal
lainnya terkait susunan kata, misalnya frase gadis cantik dalam
Bahasa Indonesia dalam Bahasa Inggris adalah beautiful girl. Hal ini
karena Bahasa Indonesia menerapkan pola diterangkan-menerangkan
(DM) sedangkan Bahasa Inggris menggunakan pola
33
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam sebuah penelitian diperlukan langkah-langkah yang tepat agar
tujuan penelitian yang telah ditetapkan dapat tercapai. Metode merupakan cara
yang disiapkan peneliti untuk sampai pada tujuan penelitian (Alwasilah, 2009:85).
Metode penelitian memberikan arah apa dan bagaimana penelitian dilakukan,
prosedur yang ditempuh, sumber data yang digunakan, dan bagaimana data
tersebut dikumpulkan serta dianalisis. Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif. Ali (1990) menjelaskan metode deskriptif
sebagai berikut:
Metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa sekarang dan dapat dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi data, analisis atau laporan dengan tujuan utama membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi.
Dengan metode ini, penulis menguraikan data apa adanya berkaitan dengan
hal-hal yang dialami serta dirasakan siswa disleksia dalam pembelajaran Bahasa
Inggris dan sekaligus mengungkapkan kebutuhan belajar yang diperlukan oleh
siswa disleksia.
A. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan jenis data yang digunakan, penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2001)
mengungkapkan bahwa pendekatan kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
34
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain itu, Sugiyono (2009) menjelaskan pengertian penelitian kualitatif
sebagai berikut:
“Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
yang alamiah, (sebagai lawannya adalah esperimen) dimana peneliti adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Peneliti berkeyakinan bahwa masalah pengembangan pembelajaran
Bahasa Inggris pada siswa disleksia perlu diteliti secara spesifik dalam
latar alamiah. Untuk itu, upaya mengungkap kebutuhan belajar siswa
disleksia dalam pembelajaran Bahasa Inggris tepat dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, agar diperoleh hasil yang bermakna
dalam rangka mengembangkan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi
siswa disleksia. Data yang akurat dapat memberikan arah yang benar pada
langkah selanjutnya yaitu pengembangan program pembelajaran Bahasa
Inggris bagi siswa disleksia.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data di SMP
Negeri 15 Sukabumi dengan melibatkan beberapa pihak yang menjadi
subjek penelitian yaitu:
1. Siswa yang diduga mengalami disleksia di SMPN 15 Sukabumi.
Dengan pertimbangan untuk fokus kepada kebutuhan siswa, maka yang
menjadi subjek penelitian adalah seorang siswa dengan inisial MG,
berjenis kelamin laki-laki. Saat penelitian dilakukan, ia duduk di Kelas
7B SMPN 15 Sukabumi. MG lahir di Ponorogo, 7 April 1999. Ia
merupakan anak ke 1 dari 3 bersaudara, dan bertempat tinggal di Desa
35
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diketahui mengalami disleksia. Disleksia yang ia alami terlihat saat
proses pembelajaran dilakukan dimana ia mengalami kesulitan dalam
membaca. Kesulitan membaca ini teridentifikasi melalui serangkaian
observasi maupun tes membaca yang dilakukan penulis dan serta hasil
pengamatan guru mata pelajaran lain dan petugas Bimbingan
Konseling. Informasi pun diperoleh dari rekan-rekan sekelas siswa
dimana mereka mengamati bahwa MG mengalami kesulitan membaca.
Dari hasil tes potensi akademik yang diikuti siswa, diketahui bahwa
siswa berada pada taraf kognisi rata-rata. Hal ini pun menjadi salah satu
indikator bahwa siswa tidak mengalami defisit kognisi sehingga dapat
dikatakan bahwa kesulitan membaca yang dialami siswa bukan karena
kekurangan potensi secara kognitif.
2. Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris. Penelitian ini bermaksud
mengembangkan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa
disleksia. Untuk itu, sumber data berasal dari guru mata pelajaran
Bahasa Inggris di SMPN 15 Sukabumi.
Untuk memvalidasi program pengembangan pembelajaran Bahasa Inggris
bagi siswa disleksia, penelitian ini pun melibatkan para ahli sebagai
berikut:
1. Ahli di bidang Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Pendidikan Bahasa
Inggris. Pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi
siswa disleksia ini ditelaah oleh ahli Pendidikan Kebutuhan Khusus,
yang juga memiliki kompetensi dalam bidang pendidikan Bahasa
Inggris. Hasil validasi ini dimanfaatkan untuk memperbaiki program
yang telah tersusun.
2. Praktisi di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Pengembangan program
pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia ini ditelaah oleh ahli
36
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah umum. Hasil validasi ini
dimanfaatkan untuk memperbaiki program yang telah tersusun.
C. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian
Data dikumpulkan melalui beberapa teknik yaitu observasi, wawancara
dan studi dokumentasi.
1. Observasi.
Alwasilah (2009:211) menjelaskan bahwa observasi penelitian
adalah pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk
perolehan data yang dikontrol validitas dan reliabilitasnya. Penyusunan
instrumen observasi, pemilahan data observasi dan pemaknaan data
serta pelaporan hasilnya tidak lepas dari konteks pertanyaan penelitian
sebagai patokan yang menerangi keseluruhan kegiatan observasi.
Observasi juga menggunakan alat-alat pendukung seperti videotape.
Patton dalam Alwasilah (2009:211) mengungkapkan kompetensi
observasi meliputi antara lain keterampilan menulis secara deskriptif,
membuat catatan lapangan, serta membedakan yang penting (relevan
dengan fokus penelitian) dari yang kurang relevan.
Dalam penelitian ini observasi dilakukan pada siswa disleksia baik
dalam konteks situasi pembelajaran di kelas secara klasikal maupun
personal. Melalui observasi, akan diperoleh data mengenai cara siswa
membaca teks dalam mata pelajaran Bahasa Inggris, dan mencari tahu
37
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
untuk mempermudah siswa dalam kegiatan pembelajaran Bahasa
Inggris pada kompetensi dasar membaca
2. Wawancara.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong,
2001:135). Menurut Nasution (1996:73), wawancara bertujuan untuk
mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain.
Setiap kali melakukan wawancara, peneliti harus menjelaskan apa
maksud dari wawancara tersebut, serta keterangan apa yang diharapkan
dari wawancara tersebut. Alwasilah (2009:191) menekankan
pentingnya merancang wawancara secara cermat agar terhindar dari
hal-hal yang tidak terkait dengan tujuan penelitian. Untuk itu, peneliti
hanya mengajukan pertanyaan yang relevan dan perlu saja. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam wawancara antara lain: topik yang pasti,
pertanyaan sesuai topik, pertanyaan yang tuntas, responden yang tepat,
pengwaktuan yang baik serta transkripsi sesegera mungkin.
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada siswa yang
mengalami disleksia, serta guru mata pelajaran Bahasa Inggris.
Langkah ini ditempuh untuk mendapatkan informasi mengenai
kebutuhan siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris,
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, serta harapan siswa atas pembelajaran
Bahasa Inggris yang diikutinya. Wawancara dilaksanakan secara
terstruktur berdasarkan pedoman wawancara yang telah disiapkan agar
fokus pada hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Namun
demikian, pada pelaksanaannya, pertanyaan pada wawancara dapat
berkembang sesuai kebutuhan.
3. Studi dokumentasi.
Studi dokumentasi merupakan salah satu alat untuk mengumpulkan
sata dalam studi kualitatif selain wawancara dan observasi (Nasution,
38
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mempelajari program pembelajaran yang biasa digunakan. Program
pembelajaran ini dikembangkan sesuai dengan kebutuhan siswa untuk
diterapkan pada seting kelas inklusi yang melibatkan siswa disleksia.
Selain itu, studi dokumentasi juga dilakukan pada hasil belajar siswa
sehingga akan diperoleh gambaran kemampuan siswa dan juga cara
belajar siswa.
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang dikemukakan di atas, maka
dalam penelitian ini yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri.
Namun, untuk mendukung proses pengumpulan data agar lebih terarah dan
fokus pada maksud penelitian ini, maka digunakan kisi-kisi instrumen
sebagai pedoman dalam penelitian ini. Kisi-kisi dan instrumen penelitian
dapat dilihat di lembar lampiran.
D. Teknik Analisis Data dan Keabsahan Data
Data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi
dokumentasi dianalisis dengan langkah-langkah strategis yang sesuai
dengan metode penelitian kualitatif. Nasution (1996:129) menyatakan
bahwa secara umum langkah yang dapat ditempuh dalam kegiatan analisis
data meliputi tiga kegiatan yang saling terkait yaitu kegiatan mereduksi
data, menampilkan data, dan melakukan verifikasi untuk membuat
kesimpulan. Untuk itu, dalam penelitian ini, data dianalisis melalui
langkah-langkah berikut ini:
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
39
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penelitian ini untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan. Pada tahap ini, data dari hasil wawancara dicatat secara
lengkap dalam bentuk transkrip hasil wawancara, dan selanjutnya
dilakukan reduksi data yaitu mengurangi data hasil wawancara yang
muncul namun tidak terkait dengan pertanyaan penelitian. Hasil dari
reduksi ditampilkan dalam bentuk ringkasan hasil wawancara dan
dibuat terpisah antara wawancara kepada guru dan kepada siswa.
Reduksi data juga dilakukan atas catatan lapangan yang tersusun saat
observasi dilaksanakan. Observasi ini dilakukan baik secara langsung
maupun melalui rekaman video.
2. Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, ataupun tabel. Penyajian data ini akan
memudahkan pemahaman atas apa yang terjadi serta merencanakan
langkah selanjutnya berdasarkan data tersebut. Dalam tahap ini, data
hasil wawancara diuraikan secara rinci dan kemudian ditampilkan
dalam bentuk tabel dan uraian singkat. Data hasil observasi pun
ditampilkan dalam tabel yang mengungkapkan hal-hal terkait aktifitas
guru, dan siswa disleksia selama proses pembelajaran. Hasil studi
dokumentasi dijelaskan dalam uraian singkat dan bagan mengenai hasil
belajar siswa, serta program pembelajaran Bahasa Inggris yang
diterapkan selama ini.
3. Verifikasi untuk Membuat Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah tersaji, selanjutnya dilakukan verifikasi
untuk membuat kesimpulan. Dari kesimpulan awal ini, masih terbuka
kemungkinan adanya perubahan jika ditemukan fakta-fakta lain.
Berdasarkan kesimpulan ini, maka dilakukan pengembangan program
40
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk menjamin keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan triangulasi
data. Alwasilah (2009) menjelaskan bahwa triangulasi dalam penelitian
kualitatif diimplemantasikan dengan cara pengumpulan informasi atau
data sebanyak mungkin dari berbagai sumber melalui berbagai metode.
Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap sehingga mampu
meningkatkan validitas penelitian kualitatif ini. Triangulasi dalam
penelitian ini dilakukan melalui pemerolehan data dengan menggunakan
beberapa jenis teknik pengumpulan data dan juga dengan mencari
informasi dari beberapa sumber data.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu:
1. Studi deskriptif kualitatif tentang kebutuhan siswa disleksia dalam
pembelajaran Bahasa Inggris di SMPN 15 Sukabumi.
2. Pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa
disleksia di SMPN 15 Sukabumi.
Untuk itu, penelitian ini diawali dengan pengumpulan data melalui
wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Selanjutnya, data dianalisis
sehingga menggambarkan hal-hal yang dibutuhkan oleh siswa disleksia
dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SMPN 15 Sukabumi. Data yang
diperoleh memberikan arah yang benar pada langkah berikutnya yaitu
pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia.
Pengembangan program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia
ini divalidasi kepada para ahli, yaitu ahli di bidang pendidikan kebutuhan
khusus dan pendidikan Bahasa Inggris. Validasi dilakukan dengan tujuan
untuk memastikan bahwa program pembelajaran Bahasa Inggris bagi
siswa disleksia ini memenuhi standar kualitas serta kelayakan dan juga
tepat untuk diterapkan pada siswa disleksia. Setelah validasi dilaksanakan,
41
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berikutnya, peneliti melakukan ujicoba secara terbatas. Dalam penelitian
kualitatif ini, uji coba terbatas dilakukan dengan cara
mengimplementasikan contoh rencana pelaksanaan pembelajaran yang
diambil dari program pembelajaran Bahasa Inggris yang telah
dikembangkan.
Untuk mengetahui hasil uji coba secara terbatas ini, dilakukan observasi
terhadap pembelajaran dan wawancara kepada siswa untuk mengetahui
pendapat dan perasaannya selama mengikuti proses pembelajaran. Selain
itu, wawancara pun dilakukan kepada guru untuk mengetahui pendapatnya
terhadap pembelajaran yang telah disesuaikan untuk mengakomodasi
kebutuhan siswa disleksia tersebut. Prosedur penelitian ini dapat dilihat
pada gambar berikut ini:
Gambar 3.1
Prosedur Penelitian Tahap ke-1
42
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.2
Wawancara Hasil Studi
Deskriptif Kualitatif Studi
Dokumen Studi Deskriptif
Kualitatif Analisis
43
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Prosedur Penelitian Tahap ke-2
Rancangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris
bagi Siswa Disleksia
Hasil Pengembangan
Program Pembelajaran Bahasa Inggris
bagi Siswa Disleksia Revisi
Hasil Studi
Deskriptif Validasi
101
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian dan kajian terhadap hasil dan
pembahasan penelitian mengenai pengembangan program pembelajaran
Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Pembelajaran Bahasa Inggris yang Dibutuhkan Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi.
Penelitian ini terfokus pada pembelajaran Bahasa Inggris pada
kompetensi dasar membaca dan subjek penelitiannya merupakan siswa
disleksia atau siswa yang mengalami kesulitan membaca. Hasil studi
kualitatif mengenai pembelajaran Bahasa Inggris yang dibutuhkan
siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi memberikan gambaran bahwa
siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi memerlukan pembelajaran
Bahasa Inggris yang disesuaikan dengan kebutuhannya dengan
memperhatikan aspek-aspek materi pembelajaran, strategi
pembelajaran, media pembelajaran, alokasi waktu dan langkah-langkah
pembelajaran dan sistem penilaian.
a. Penyesuaian pada aspek materi pembelajaran meliputi pemilihan
tema sesuai minat siswa, penggunaan ukuran huruf yang diperbesar
daripada umumnya dalam buku teks, serta penggunaan jenis huruf
yang fleksibel.
b. Penyesuaian pada aspek strategi pembelajaran yaitu perlunya guru
mengimplementasikan pembelajaran kooperatif. Siswa
membutuhkan atmosfer pembelajaran yang membuatnya merasa
102
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembagian kelompok agar siswa khususnya siswa disleksia
mendapatkan pembagian kelompok secara proposional dan dalam
prosesnya siswa terhindar dari sikap rekan sekelas yang
mengucilkannya.
c. Penyesuaian pada media pembelajaran yaitu pentingnya guru
menggunakan media visual atau audio visual berupa gambar atau fim
atau benda sebenarnya. Media ini diharapkan dapat dilihat oleh
siswa dari semua penjuru kelas karena siswa MG sebagai subjek
penelitian ini, cenderung kurang percaya diri dan memilih duduk di
barisan paling belakang.
d. Penyesuaian pada alokasi waktu dan langkah-langkah pembelajaran
meliputi penggunaan waktu yang lebih lama untuk pembelajaran
membaca Bahasa Inggris. Hal ini karena siswa disleksia
membutuhkan lebih banyak waktu dalam melakukan proses
membaca. Alokasi waktu pun disesuaikan bukan hanya saat
pembelajaran namun juga saat evaluasi seperti ulangan, ujian dan
sebagainya. Langkah-langkah kegiatan yang perlu disesuaikan
adalah kegiatan pembuka, inti dan penutup. Siswa membutuhkan
kegiatan pembuka yang menarik perhatian serta memotivasinya
mengikuti pembelajaran membaca Bahasa Inggris. Untuk kegiatan
inti, siswa memerlukan kegiatan yang dirancang dalam bentuk
pembelajaran kooperatif, sedangkan untuk kegiatan penutup siswa
membutuhkan kegiatan penguatan atas pembelajaran yang bersifat
menyenangkan.
e. Penyesuaian pada sistem penilaian meliputi penyesuaian kompetensi
dasar membaca. Sebaiknya siswa disleksia tidak diminta membaca
nyaring. Dengan pertimbangan bahwa siswa disleksia tidak
mengalami defisit secara kognisi, maka dalam dalam membaca
103
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sama dengan siswa lainnya. Namun, dengan alokasi waktu yang
diperpanjang sesuai kebutuhannya.
2. Rancangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi.
Rancangan program disusun berdasarkan hasil studi kualitatif.
Rancangan tersebut terdiri dari 3 Bab. Bab pertama merupakan
pendahuluan yang terdiri dari uraian latar belakang dan tujuan serta
manfaat program. Bab kedua merupakan deskripsi program yang terdiri
dari uraian mengenai pembelajaran Bahasa Inggris di SMP, dan
program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15
Sukabumi, serta Bab ketiga sebagai penutup. Sesuai dengan hasil studi
kualitatif, rancangan pengembangan program ini secara garis besar
menekankan penyesuaian yang dilakukan pada aspek materi
pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, alokasi
waktu dan langkah-langkah pembelajaran, serta sistem penilaian.
3. Hasil Validasi dari Para Ahli mengenai Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi Siswa Disleksia di SMPN 15 Sukabumi.
Validasi dilakukan oleh ahli Pendidikan Kebutuhan Khusus dan ahli
Pendidikan Bahasa Inggris. Berdasarkan hasil validasi ada beberapa hal
dalam rancangan program yang harus diperbaiki, yaitu:
a. perlunya peneliti mengemukakan alat identifikasi khusus siswa
disleksia.
104
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. perlunya pembelajaran dilakukan dengan instruksi tertulis yang
jelas serta esensial agar mudah dipahami siswa disleksia.
d. adanya penambahan waktu untuk memberi kesempatan kepada
siswa disleksia memahami isi teks, hendaknya memperhatikan
siswa lain agar mereka tidak jenuh atas pemberian waktu yang
dianggap terlalu lama.
e. dalam pembelajaran membaca, program pun perlu dilengkapi
dengan kegiatan yang melibatkan aktifitas berbahasa lain seperti
menyimak, berbicara dan menulis sehingga siswa disleksia dapat
tetap mengikuti pembelajaran dengan nyaman dan optimal.
f. Pelaksanaan program pembelajaran ini perlu diujicobakan, serta
perlu dievaluasi.
Rancangan program diperbaiki berdasarkan hasil validasi. Program
hasil validasi terdiri dari 3 Bab. Bab pertama merupakan pendahuluan
yang terdiri dari uraian latar belakang dan tujuan serta manfaat
program. Bab kedua merupakan deskripsi program yang terdiri dari
uraian mengenai pembelajaran Bahasa Inggris di SMP, identifikasi
siswa disleksia, program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa
disleksia di SMPN 15 Sukabumi, serta tips pembelajaran Bahasa
Inggris bagi siswa disleksia.
4. Hasil Uji Coba Terbatas Program Pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di SMPN 15 Sukabumi.
Uji coba secara terbatas dilakukan dengan melaksanakan
pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam
program pembelajaran yang telah disusun. Uji coba menggunakan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran serta Lembar Kerja Siswa yang
105
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilakukan. Melalui observasi dan wawancara kepada guru serta siswa,
peneliti mendapatkan hasil sebagai berikut:
a. Program pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa disleksia di
SMPN 15 Sukabumi ini telah sesuai dengan kebutuhan siswa.
b. Program ini membantu guru untuk bisa memberi kemudahan bagi
siswa disleksia dalam pembelajaran membaca.
c. Pembelajaran dengan menerapkan program ini membuat siswa
lebih antusias dalam pembelajaran membaca.
d. Guru lebih serius menyiapkan pembelajaran, dan lebih mengerti
kebutuhan siswa disleksia. Guru pun lebih empati dan terdorong
untuk semakin mencari tahu tentang pembelajaran di kelas inklusi.
B. Rekomendasi
1. Bagi Dinas Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti merekomendasikan kepada
Dinas Pendidikan untuk melakukan program pelatihan khususnya bagi
guru sekolah reguler agar memiliki kemampuan mengidentifikasi
siswa disleksia serta mengelola pembelajaran dengan memperhatikan
kebutuhan siswa tersebut. Hal ini terjadi karena seringkali terjadi
kesalahpahaman tatkala guru menganggap siswa yang mengalami
kesulitan membaca sebagai siswa yang memiliki kemampuan
intelektual rendah. Selain itu, guru pun perlu dibekali kemampuan
memahami psikologis anak khususnya siswa disleksia agar mereka
memiliki rasa percaya diri serta penghargaan diri yang sebaik-baiknya.
2. Bagi Sekolah
Sekolah merupakan rumah tempat siswa belajar tiap harinya. Peneliti
106
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
khusus untuk siswa disleksia serta menyiapkan program pembelajaran
yang menggali potensi siswa disleksia secara komprehensif agar ketika
ada siswa disleksia di sekolah tersebut, sekolah mampu
mengkondisikan para guru untuk menghargai dan melayani kebutuhan
belajar siswa tersebut.
3. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini terfokus pada pembelajaran aspek membaca. Untuk
penelitian selanjutnya, peneliti merekomendasikan pentingnya
menggali upaya pembelajaran Bahasa Inggris secara komprehensif
bagi siswa disleksia, dengan memfokuskan penelitian pada semua
aspek keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca
dan menulis.
4. Bagi para guru
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti merekomendasikan kepada
para guru untuk mengembangkan pembelajaran Bahasa Inggris bagi
siswa disleksia, dengan melakukan penyesuaian pada aspek-aspek
106
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Daftar Pustaka
Ainscow, Mel. (2004). Developing Inclusive Education Systems: What Are the Levers for
Change?Journal of Educational Change (October). Tersedia di:
http://www.uam.es/personal_pdi/stmaria/sarrio/DOCUMENTOS,%20ARTICULOS,%20 PONENECIAS,/Developing%20educational%20inclusive%20setings.pdf. (online 26 Maret 2013)
Ali, M. (1990). Penelitian Kependidikan. Bandung: Angkasa.
Alwasilah, A. Chaedar.(2009).Pokoknya Kualitatif - Dasar-dasar Merancang dan Melakukan
Penelitian Kualitatif Jakarta: Pustaka Jaya.
American Psychiatric Association. (2000). Diognastic and Statistical Manual (DSM-IV-TR).
British Dyslexia Association. Dyslexia Friendly Text. Tersedia di:
http://www.bdadyslexia.org.uk/about-dyslexia/further-information/dyslexia-style-guide. html. Online 6 Februari 2013.
Crombie, Margaret. (1999). Foreign Language Learning and Dyslexia. Tersedia di:
http://www.languageswithoutlimits.co.uk/resources/Dxa1.pdf. Online 20 Oktober 2012.
Depdiknas. (2004). Kurikulum 2004. Pusat Kurikulum Balitbang.
Dewi, Ketut Mirani Kusuma (2012) Dyslexia and EFL Teaching and Learning: A Case Study
in Bali Children Foundation, Singaraja- Bali. Jurnal Penelitian Pascasarjana Undiksha
Volume 1 No 1 Tahun 2012. Bali. Tersedia di :
http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_bahasa/article/view/307 (online 27 Januari 2013.
Febriani, Priskila.,(2012). Pengaruh Penggunaan Jenis Huruf Dyslexie dalam Bahan Bacaan
terhadap Fluency dalam Membaca pada Anak Disleksia Berusia 8-10 tahun. Tesis (tidak
diterbitkan). Jakarta: Universitas Bina Nusantara.
Hodge, Margarita E. (1998) Teaching Foreign Language to At-Risk Learners: A Challenge
for the New Millennium. Inquiry, Volume 2, Number 1, Spring 1998, 68-78. Virginia
Community College System. Tersedia di: http://www.vccaedu.org/inquiry/inquiry-spring98/i21hodge.html. Online : 6 Februari 2013.
107
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Knudsen, Lina (2012) Dyslexia and Foreign Language Learning. Malmo Hogskola. Tersedia di:http://dspace.mah.se/bitstream/handle/2043/13884/Dyslexia%20and%20Foreign%20L anguage%20Learning%20-%20Lina%20Knudsen.pdf?sequence=2 . Online: 27 Februari 2013.
Kormosa, Judit., Ágnes Sarkadi dan Kata Csizér.(2009). The language learning experiences
of students with dyslexia: Lessons from an interview study. Department of Linguistics
and English Language, Lancaster University, Lancaster,United Kingdom; Department of English Applied Linguistics, Eötvös Lor ánd University, Budapest, Hungary.Jurnal: Innovation in Language Learning and Teaching, Volume 3, Issue 2 2009, pages 115 – 130. Tersedia di: http://eprints.lancs.ac.uk/26783/1/dyslexic_language_learners-illtrev.pdf. Online: 20 Desember 2013.
Krzyzak, Ania.(2005). Dyslexia in the Foreign Language Classroom. A practical guide for
teachers. Tersedia di : http://www.tefl.net/esl-articles/dyslexia.htm. Online: 20 Oktober
2012.
Lie, Anita. (2010). Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia.
Liszka, Sarah Ann.(2006). Dyslexia and Foreign Language Learning. USA: Academic Exchange Quarterly. Tersedia di:
http://www.thefreelibrary.com/Dyslexia+and+foreign+language+learning-a0146219121 Online: 20 Oktober 2012.
Lyster, Solveig-Alma H. (2003). Bahasa dan Membaca:Perkembangan dan Kesulitannya. dalam Johnsen, Berit H. Skjørten, Miriam D.(Ed) Menuju Inklusi, Sebuah Pengantar. Bandung: Program Pasca Sarjana UPI.
Mather, Nancy dan Barbara J. Wandling. (2012). Essentials of Dyslexia Assessment and
Intervention. New Jersey: Wiley.
Michele Moore. (2011). Including Parents with Disabled Children. Dalam Richards, Gill dan Felicity Amstrong (Editor) Teaching and Learning in Diverse and Inclusive Classrooms. London: Routledge.
Moleong, Lexy.J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya.
Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
108
Dinni Ariani, 2013
Pengembangan Program Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Siswa Disleksia Di SMPN 15 Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Praptiningrum, Nurdayati dan Purwandari.(2009). “Metode Multisensori untuk
Mengembangkan Kemampuan Membaca Anak Disleksia di SD Inklusi”. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan Volume 02 nomor 2 September 2009. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Rieser, Richard. (2011). Why Inclusive Education Makes Sense. Dalam Richards, Gill dan Felicity Amstrong (Editor) Teaching and Learning in Diverse and Inclusive Classrooms. London: Routledge.
Santrock, John W.(2005) Perkembangan Masa Hidup, Bandung : Erlangga
Shaywitz, Sally E. (2003). Overcoming Dyslexia. New York: Knopf, Borzoi Books.
Smith, David.J .(2008). Pendidikan Inklusi, Ramah terhadap Pembelajaran. Bandung: Nuansa.
Sugiyono.(2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Supriatna, Agus.(2012). Penerapan Teknik Multisensori bagi Peningkatan Keterampilan
Membaca Aspek Pemahaman dan Aspek Suprasegmental Siswa Berkebutuhan Khusus Disleksia di Sekolah Dasar Inklusi Kota Bandung. Disertasi (tidak diterbitkan).
Bandung:UPI.
Tánczos, Judit., Katalin Mónos,Troy B. Wiwczaroski. (2007) Principles and methods of
teaching foreign languages to dyslexic learners. Tersedia di:
http://www.esp-world.info/articles_32/doc/wiwczaroski_2.pdf. online 27 Februari 2013
The British Dyslexia Association. Dyslexia Style Guide. Tersedia di
http://www.bdadyslexia.org.uk/about-dyslexia/further-information/dyslexia-style-guide.html. Online 5 Januari 2013.
Theoharis, Julie Causton dan George Theoharis (2008) Creating Inclusive Schools For All
Students. Tersedia di: http://www.aasa.org/schooladministratorarticle.aspx?id=4936.
Online 27 Februari 2013.
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi 2.(1989) Jakarta: Balai Pustaka
Uno, Hamzah (2010) Desain Pembelajaran. Bandung: Mutiara Qalbun Salim.