• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah dan Pendidikan AntiKorupsi Smp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah dan Pendidikan AntiKorupsi Smp"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Pendidikan AntiKorupsi

Berikut ini kutipan dari makalah pendidikan antikorupsi, pendidikan antikorupsi untuk perguruan tinggi / sekolah, pendidikan antikorupsi yang pernah saya susun dan dikutip dr berbagai sumber.

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat taufik hidayah dan inayahnya kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Pendidikan Anti Korupsi.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat membantu bagi semua pihak untuk mendalami Pendidikan Anti Korupsi terutama dalam lingkungan mahasiswa.

Kudus, Maret 2014

Penulis

(2)

Di mata internasional, bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia, citra buruk akibat korupsi menimbulkan kerugian. Kesan buruk ini menyebabkan rasa rendah diri saat berhadapan dengan negara lain dan kehilangan kepercayaan pihak lain. Ketidakpercayaan pelaku bisnis dunia pada birokrasi mengakibatkan investor luar negeri berpihak ke negara-negara tetangga yang dianggap memiliki iklim yang lebih baik. Kondisi seperti ini merugikan perekonomian dengan segala aspeknya di negara ini. Pemerintah Indonesia telah berusaha keras untuk memerangi korupsi dengan berbagai cara. KPK sebagai lembaga independen yang secara khusus menangani tindak korupsi, menjadi upaya pencegahan dan penindakan tindak pidana. Korupsi dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang oleh karena itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk memberantasnya. Upaya pemberantasan korupsi - yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu penindakan dan pencegahan - tidak akan pernah berhasil optimal jika hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta masyarakat. Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika mahasiswa - sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat yang merupakan pewaris masa depan - diharapkan dapat terlibat aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi tentu tidak pada upaya penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak hukum. Peran aktif mahasiswa diharapkan lebih difokuskan pada upaya pencegahan korupsi dengan ikut membangun budaya antikorupsi di masyarakat. Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan dan motor penggerak gerakan anti korupsi di masyarakat. Untuk dapat berperan aktif, mahasiswa perlu dibekali dengan pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya. Yang tidak kalah penting, untuk dapat berperan aktif mahasiswa harus dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai antikorupsi dalam kehidupan sehari-hari.Upaya pembekalan mahasiswa dapat ditempuh dengan berbagai cara antara lain melalui kegiatan sosialisasi, kampanye, seminar atau perkuliahan. Untuk keperluan perkuliahan dipandang perlu membuat sebuah Buku Ajar yang berisikan materi dasar mata kuliah Pendidikan Antikorupsi bagi mahasiswa . Pendidikan Antikorupsi bagi mahasiswa bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya serta menanamkan nilai-nilai antikorupsi. Tujuan jangka panjangnya adalah menumbuhkan budaya antikorupsi di kalangan mahasiswa dan mendorong mahasiswa untuk dapat berperan serta aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

Rumusan Masalah.

1. Apa pengertian korupsi ?

2. Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi ?

(3)

Tujuan Pembahasan.

1. Mengetahui Pengertian dari Korupsi .

2. Mengatahui dan Memahami Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi.

3. Mengerti Bagaimana Strategi dan/atau Upaya dalam Pemberantasan Korupsi.

Metode Penulisan.

Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan menggonakan metode kepustakaan dimana materi yang kami ambil berasal dari buku-buka selain itu juga kami menggunakan internet untuk memperluat materi yang kami tuliskan.

Pembahasan Pengertian Korupsi

Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus” . Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie” (Belanda). Dari asal usul bahasanya korupsi bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur sebagai berikut:

1. Perbuatan melawan hukum;

2. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana; 3. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi; 4. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;

Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di antaranya:

1. Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan); 2. Penggelapan dalam jabatan;

3. Pemerasan dalam jabatan;

4. Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara);

(4)

rakyat yang telah memberikan amanah dalam mengemban tugas tertentu.

Bentuk dan Faktor Penyebab Korupsi

Bentuk-Bentuk Korupsi

 Penyuapan

Penyuapan merupakan sebuah perbuatan kriminal yang melibatkan sejumlah pemberian kepada seorang dengan sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan tugas dan tanggungjawabnya. Sesuatu yang diberikan sebagai suap tidak harus berupa uang, tapi bisa berupa barang berharga, rujukan hak-hak istimewa, keuntungan ataupun janji tindakan, suara atau pengaruh seseorang dalam sebuah jabatan public.

 Penggelapan (embezzlement) dan pemalsuan atau

penggelembungan (froud).

Penggelapan merupakan suatu bentuk korupsi yang melibatkan pencurian uang, properti, atau barang berharga. Oleh seseorang yang diberi amanat untuk menjaga dan mengurus uang, properti atau barang berharga tersebut. Penggelembungan menyatu kepada praktik penggunaan informasi agar mau mengalihkan harta atau barang secara suka rela.

 Pemerasan (Extorion)

Pemerasan berarti penggunaan ancaman kekerasan atau penampilan informasi yang menghancurkan guna membujuk seseorang agar mau bekerjasama. Dalam hal ini pemangku jabatan dapat menjadi pemeras atau korban pemerasan.

 Nepotisme (nepotism)

Kata nepotisme berasal dari kata Latin “nepos” yang berarti “nephew” (keponakan). Nepotisme berarti memilih keluarga atau teman dekat berdasarkan pertimbagan hubunga, bukan karena kemamuannya.

Faktor Penyebab Korupsi

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PENYEBAB KORUPSI

(5)

Faktor internal, merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri,

yang dapat dirinci menjadi:

Aspek Perilaku Individu :

Sifat tamak/rakus manusia. Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan karena mereka membutuhkan makan. Korupsi adalah kejahatan orang profesional yang rakus. Sudah berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus. Maka tindakan keras tanpa kompromi, wajib hukumnya.

Moral yang kurang kuat. Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi kesempatan untuk itu.

Gaya hidup yang konsumtif. Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup seseong konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.

Aspek Sosial :

Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi traits pribadinya. Lingkungan dalam hal ini malah memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.

Faktor eksternal, pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh faktor di luar diri pelaku.

Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi :

Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat tertutup ini pelanggaran korupsi justru terus berjalan dengan berbagai bentuk. Oleh karena itu sikap masyarakat yang berpotensi menyuburkan tindak korupsi terjadi karena :

(6)

membuat masyarakat tidak kritis pada kondisi, misalnya dari mana kekayaan itu didapatkan.

Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah masyarakat sendiri. Anggapan masyarakat umum terhadap peristiwa korupsi, sosok yang paling dirugikan adalah negara. Padahal bila negara merugi, esensinya yang paling rugi adalah masyarakat juga, karena proses anggaran pembangunan bisa berkurang sebagai akibat dari perbuatan korupsi.

Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi. Setiap perbuatan korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kurang disadari oleh masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa terlibat pada kegiatan korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari.

Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan. Pada umumnya masyarakat berpandangan bahwa masalah korupsi adalahtanggung jawab pemerintah semata. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi itu bisa diberantas hanya bila masyarakat ikut melakukannya.

Aspek ekonomi :

Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Dalam rentang kehidupan ada kemung-kinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.

Aspek Politis :

Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai dengan harapan masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan menggerakkan berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan kekuasaan negara sebagai suatu lembaga yang diorganisasikan secara politik, melalui lembaga-lembaga yang dibentuknya. Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi.

Aspek Organisasi :

(7)

besar bawahnya akan mengambil kesempatan yang sama dengan atasannya.

Tidak adanya kultur organisasi yang benar. Kultur organisasi biasanya punya pengaruh kuat terhadap anggotanya. Apabila kultur organisasi tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif mewarnai kehidupan organisasi. Pada posisi demikian perbuatan negatif, seperti korupsi memiliki peluang untuk terjadi.

Kurang memadainya sistem akuntabilitas. Institusi pemerintahan umumnya pada satu sisi belum dirumuskan dengan jelas visi dan misi yang diembannya, dan belum dirumuskan tujuan dan sasaran yang harus dicapai dalam periode tertentu guna mencapai hal tersebut. Akibatnya, terhadap instansi pemerintah sulit dilakukan penilaian apakah instansi tersebut berhasil mencapai sasaranya atau tidak. Akibat lebih lanjut adalah kurangnya perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keadaan ini memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk praktik korupsi.

Kelemahan sistim pengendalian manajemen. Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak pelanggaran korupsi dalam sebuah organisasi. Semakin longgar/lemah pengendalian manajemen sebuah organisasi akan semakin terbuka perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai di dalamnya.

Lemahnya pengawasan. Secara umum pengawasan terbagi menjadi dua, yaitu pengawasan internal (pengawasan fungsional dan pengawasan langsung oleh pimpinan) dan pengawasan bersifat eksternal (pengawasan dari legislatif dan masyarakat). Pengawasan ini kurang bisa efektif karena beberapa faktor, diantaranya adanya tumpang tindih pengawasan pada berbagai instansi, kurangnya profesional pengawas.

Berbagai Strategi dan/atau Upaya Pemberantasan Korupsi

Berikut akan dipaparkan berbagai upaya atau strategi yang dilakukan untuk memberantas korupsi :

1. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi

(8)

juga memberikan edukasi pada pemerintah dan masyarakat serta mengembangkan standar perilaku serta code of conduct bagi lembaga pemerintah maupun lembaga hukum yang membutuhkan. Salah satu peran dari ombudsman adalah mengembangkan kepedulian serta pengetahuan masyarakat mengenai hak mereka untuk mendapat perlakuan yang baik, jujur dan efisien dari pegawai pemerintah (UNODC : 2004). Di Hongkong dibentuk lembaga anti korupsi yang bernama Independent Commission against Corruption (ICAC); di Malaysia dibentuk the Anti-Corruption Agency (ACA). Kita sudah memiliki Lembaga yang secara khusus dibentuk untuk memberantas korupsi. Lembaga tersebut adalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

2. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan. Pengadilan adalah jantungnya penegakan hukum yang harus bersikap imparsial (tidak memihak), jujur dan adil. Banyak kasus korupsi yang tidak terjerat oleh hukum karena kinerja lembaga peradilan yang sangat buruk. Bila kinerjanya buruk karena tidak mampu (unable), mungkin masih dapat dimaklumi. Ini berarti pengetahuan serta ketrampilan aparat penegak hukum harus ditingkatkan. Yang menjadi masalah adalah bila mereka tidak mau (unwilling) atau tidak memiliki keinginan yang kuat (strong political will) untuk memberantas korupsi, atau justru terlibat dalam berbagai perkara korupsi. Tentunya akan menjadi malapetaka bagi bangsa ini bukan? Dimana lagi kita mencari keadilan ?

2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik

1. Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat publik untuk melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki baik sebelum maupun sesudah menjabat. Dengan demikian masyarakat dapat memantau tingkat kewajaran peningkatan jumlah kekayaan yang dimiliki khususnya apabila ada peningkatan jumlah kekayaan setelah selesai menjabat. Kesulitan timbul ketika kekayaan yang didapatkan dengan melakukan korupsi dialihkan kepemilikannya kepada orang lain misalnya anggota keluarga.

(9)

3. Korupsi juga banyak terjadi dalam perekruitan pegawai negeri dan anggota militer baru. Korupsi, kolusi dan nepotisme sering terjadi dalam kondisi ini. Sebuah sistem yang transparan dan akuntabel dalam hal perekruitan pegawai negeri dan anggota militer juga perlu dikembangkan.

3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

Salah satu upaya memberantas korupsi adalah memberi hak pada masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap informasi (access to information). Sebuah sistem harus dibangun di mana kepada masyarakat (termasuk media) diberikan hak meminta segala informasi yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Hak ini dapat meningkatkan keinginan pemerintah untuk membuat kebijakan dan menjalankannya secara transparan.Pemerintah memiliki kewajiban melakukan sosialisasi atau diseminasi berbagai kebijakan yang dibuat dan akan dijalankan.

4. Pencegahan dengan memasukan pendidikan anti korupsi di sekolah / perguruan tinggi.

Pendidikan antikorupsi bagi siswa mengarah pada pendidikan nilai, yaitu nilai-nilai kebaikan. Suseno (dalam Djabbar, 2009) berpendapat bahwa pendidikan yang mendukung orientasi nilai adalah pendidikan yang membuat orang merasa malu apabila tergoda untuk melakukan korupsi, dan marah bila ia menyaksikannya. Menurut Suseno, ada tiga sikap moral fundamental yang akan membuat orang menjadi kebal terhadap godaan korupsi. Ketiga sikap moral fundamental tersebut adalah kejujuran, rasa keadilan, dan rasa tanggung jawab.

Melaui pendidikan karakter antikorupsi inilah yang pertama, para siswa sejak usia dini sudah mengetahui tentang seluk-beluk praktek korupsi sekaligus konsekuensi yang akan diterima oleh para pelaku. Yang kedua, juga memberikan proses pembelajaran tentang kepakaan terhadap praktek-praktek korupsi yang ada disekitar kita. Ketiga, mendidik para siswa dari usia dini tentang akhlak atau moral yang sesuai dengan ajaran-ajaran sosial keagamaan. Keempat, menciptakan generasi penerus yang bersih dari perilaku penyimpangan, dan Kelima, membantu seluruh cita-cita warga bangsa dalam menciptakan clean and good-goverment demi masa depan yang lebih baik dan beradab.

Penutup

Kesimpulan.

(10)

penghianatan, dalam hal ini adalah penghianatan terhadap rakyat yang telah memberikan amanah dalam mengemban tugas tertentu.

Korupsi merupakan perbuatan yang bertentangan dengan kaidah-kaidah umum yang berlaku di masyarakat. Korupsi di Indonesia telah dianggap sebagai kejahatan luar biasa. Melihat realita tersebut timbul public judgement bahwa korupsi adalah manisfestasi budaya bangsa. Telah banyak usaha yang dilakukan untuk memberantas korupsi. Namun walaupun begitu dengan upaya apapun memang harus terus dilakukan

untuk memberantas korupsi .

(11)

Pendidikan Anti Korupsi Berbasis

Keluarga

Ika Maryani, PGSD FKIP Universitas Ahmad Dahlan UAD

Jangan sebut korupsi sebagai budaya! Karena budaya bangsa ini terlalu mahal untuk

dikonotasikan dengan istilah korup. Tapi faktanya, korupsi memang menjadi penyakit yang seolah telah membudaya di negeri ini. Tidak hanya di pemerintahan, tapi juga di berbagai aspek kehidupan kita, korupsi seolah menjadi bagian negatif yang tak bisa ditinggalkan dalam sistem birokrasi.

Korupsi disebabkan karena adanya keinginan dan kesempatan. Keinginan berkaitan dengan moral seseorang, sedangkan kesempatan berkaitan dengan sistem. Untuk itu, agar terbebas dari korupsi, perlu ditanamkan nilai-nilai anti korupsi sejak dini mulai dari lingkungan keluarga dan tempat tinggal. Pendidikan anti korupsi perlu ditanamkan sejak dini agar generasi penerus bangsa memiliki jiwa anti korupsi.

Trend usia Koruptor semakin lama semakin muda, mulai mengarah ke usia di bawah 40 tahun. Uniknya lagi, tindakan korupsi mulai melibatkan hubungan keluarga. Lihat saja kasus “dinasti” Banten yang melibatkan hampir seluruh keluarga besar Atut, kasus pengadaan Al-Qur'an yang "kompak" dilakukan oleh Bapak dan Anak. Serta yang tidak kalah adalah kasus penangkapan Bupati Karawang beserta Istrinya karena melakukan pemerasan kepada salah satu perusahaan yang tengah mengajukan ijin pembangunan pusat perbelanjaan di kota tersebut. Tak hanya itu, Wali Kota Palembang Romi Herton dan istri, Masyitoh, juga ditangkap karena kasus penyuapan terhadap mantan Ketua MK Akhil Mochtar, sedangkan Bendahara Umum Partai Demokrat sekaligus anggota DPR Muh. Nazaruddin dan istrinya, Neneng Sri Wahyuni, ditangkap karena sejumlah tindak pidana korupsi.

Fakta-fakta menyedihkan ini menunjukkan betapa keluarga sangat berpengaruh terhadap tindakan seseorang untuk melakukan upaya korup. Hal ini menjadi keprihatinan bersama rakyat Indonesia. Wakil Ketua KPK Busro Muqoddas dalam kunjungannya ke Kampus 5 Universitas Ahmad Dahlan beberapa saat yang lalu memaparkan betapa besar peran keluarga dalam pencegahan korupsi. "Tanpa kita sadari, keluarga menjadi salah satu pemicu seseorang untuk melakukan tindakan korupsi karena pola hidup boros dan konsumtif yang dibina dari keluarga. Oleh karena itu, pendidikan anti korupsi dan penanaman hidup sederhana dalam keluarga menjadi hal yang paling utama dan menjadi salah satu fokus utama KPK saat ini”, ujarnya.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadikan Yogyakarta (dimulai dari Prenggan, Kotagede) sebagai pilot project pencegahan korupsi berbasis keluarga. Dengan merangkul berbagai komunitas, institusi pemerintah, serta Perguruan Tinggi (khususnya Universitas Ahmad Dahlan), KPK akan memberikan pendidikan antikorupsi di tingkat keluarga. Upaya ini dilakukan mengingat pembiasaan-pembiasaan hidup dalam keluarga menjadi faktor utama tindakan seseorang di masa depan. Ikatan antara suami-istri, orangtua-anak, maupun

(12)

untuk memulai program pencegahan korupsi berbasis budaya lokal. Terlebih lagi mengingat budaya yang kental akan nilai-nilai kejujuran dan berbudi luhur masih terwariskan dengan baik di wilayah Yogyakarta.

Tentu upaya ini tidak akan maksimal jika KPK hanya bekerja sendiri. Oleh karena itu dengan mengajak berbagai komponen masyarakat, salah satunya Universitas Ahmad Dahlan,

menjadikan program ini akan lebih cepat memberikan hasil dan dapat diadopsi oleh daerah lain. Harapan besarnya adalah agar seluruh lapisan masyarakat di Indonesia dari Sabang sampai Merauke dapat bersama-sama menjadi masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran serta menjadi bangsa besar yang terbebas dari korupsi.

(13)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Di era reformasi sekarang ini, Indonesia mengalami banyak perubahan. Perubahan sistem politik, reformasi ekonomi, sampai reformasi birokrasi menjadi agenda utama di negeri ini. Yang paling terkenal adalah masalah reformasi birokrasi yang menyangkut masalah-masalah pegawai pemerintah yang dinilai korup. Reformasi birokrasi dilaksanakan dengan harapan dapat menghilangkan budaya-budaya buruk birokrasi seperti praktik korupsi yang paling sering terjadi di dalam instansi pemerintah. Reformasi birokrasi ini pada umumnya diterjemahkan oleh instansi-instansi pemerintah sebagai perbaikan kembali sistem remunerasi (penggajian) pegawai. Anggapan umum yang sering muncul adalah dengan perbaikan sistem penggajian atau remunerasi, maka aparatur pemerintah tidak akan lagi melakukan korupsi karena dianggap penghasilannya sudah mencukupi untuk kehidupan sehari-hari dan untuk masa depannya. Namun pada kenyataannya, tindakan korupsi masih terus terjadi walaupun gaji para pegawai pemerintah sudah tinggi.

Korupsi dari yang bernilai jutaan hingga milyaran rupiah yang dilakukan para pejabat pemerintah terus terjadi. Tentunya ini bukan angka yang sedikit, melihat kebutuhan kenegaraan yang semakin lama semakin meningkat. Jika uang yang dikorupsi tersebut benar-benar dipakai untuk kepentingan masyarakat demi mengentaskan kemiskinan dan hukum yang sangat tegas. Namun, tetap saja korupsi masih terdapat di negeri ini. Salah satu mengapa orang berani melakukan tindak pidana korupsi yaitu karena kurangnya kesadaran pribadi tentang bahaya korupsi. Tentu saja kita tidak bisa menyadarkan para koruptor karena mereka sudah terlanjur terbiasa dengan tindakannya tersebut.

Untuk itu, dalam makalah ini akan membahas tentang salah satu upaya jangka panjang yang terbaik untuk mengatasi korupsi yaitu dengan memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada siswa Sekolah Dasar. Karena siswa Sekolah Dasar adalah generasi penerus yang akan menggantikan kedudukan para pejabat terdahulu. Juga karena usia siswa Sekolah Dasar sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan di sekitarnya. Jadi, kita lebih mudah mendidik dan memengaruhi generasi muda supaya tidak melakukan tindak pidana korupsi sebelum mereka lebih dulu dipengaruhi oleh “budaya” korupsi dari generasi pendahulunya.

B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari korupsi?

2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan anti korupsi?

3. Bagaimana metode atau cara penyampaian pendidikan anti korupsi?

4. Bagaimana contoh nyata penyampaian pendidikan anti korupsi Di Sekolah Dasar? C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan korupsi. 2. Menjelaskan tentang pendidikan anti korupsi.

3. Menjelaskan metode atau cara penyampaian pendidikan anti korupsi.

(14)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa Latin coruptio dan corruptus yang berarti kerusakan atau kebobrokan. Dalam bahasa Yunani corruptio perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat disuap,tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma agama, materil, mental, dan umum. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Suryono, Hassan : 2013), “ korupsi berasal dari kata korup artinya buruk, rusak, busuk, suka memakai barang (uang) yang dipercayakan kepadanya, dapat disogo (memakai kekuasaannya untuk kepentingan pribadi.”

Korupsi dalam arti hukum, adalah tingkah laku yang menguntungkan diri sendiri dengan merugikan orang lain, yang dilakukan oleh penjabat pemerintah yang langsung melanggar batas-batas hukum. Menurut Johnson (dalam Suryono, Hassan : 2013) mendefinisikan “ korupsi sebagai penyalahgunaan peran-peran, jabatan-jabatan publik atau sumber-sumber untuk kepentingan pribadi.”

Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi lainnya.

Korupsi berdasarkan pemahaman pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Korupsi merupakan tindakan melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri/orang lain (perseorangan atau sebuah korporasi) , yang secara langusng maupun tidak langsung merugikan keuangan atau perekonomian negara, yang dari segi materiil perbuatan itu dipandang sebagai perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan masyarakat.

B. Pendidikan Anti Korupsi Pengertian Pendidikan Anti Korupsi :

Menurut M. Ihsan Ananto (dalam Suryono, Hassan : 2013) , Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi. Dalam proses tersebut, maka Pendidikan Anti korupsi bukan sekedar media bagi transfer pengalihan pengetahuan(kognitif) namun juga menekankan pada upaya pembentukan karakter (afektif) dan kesadaran moral dalam melakukan perlawanan (psikomotorik) terhadap penyimpangan perilaku korupsi.

Dasar Pemikiran Pendidikan Anti Korupsi :

Realitas dan praktek korupsi di Indonesia sudah sangat akut, maka masalah tidak bisa diselesaikan hanya melalui penegakan hukum. Menurut Paulo Freire, pendidikan mesti menjadi jalan menuju pembebasan permanen agar manusia menjadi sadar (disadarkan) tentang penindasan yang menimpanya, dan perlu melakukan aksi-aksi budaya yang membebaskannya.

(15)

2013) , “ anti korupsi merupakan kebijakan untuk mencegah dan menghilangkan peluang bagi berkembangnya korupsi.”

Latar Belakang Pendidikan Anti Korupsi :

Praktek korupsi di Indonesia telah terjadi sejak masa kerajaan di wilayah nusantara,bahkan telah tersistematisasi mulai pada masa VOC dan pemerintahan Hindia Belanda. Secara Faktual persoalan korupsi di Indonesia, dikatakan telah sampai pada titik kulminasi yang akut, tidak hanya mewabah di kultur dan struktur birokrasi pemerintah, juga menjadi fenomena multi dimensional. Telah merambah dalam kehidupan sosial dan kultural.

C. Cara Penyampaian Pendidikan Anti Korupsi

Dalam hal metode atau cara penyampaian nilai-nilai anti korupsi, ada berbagai pendapat yang berbeda-beda.

Elwina & Riyanto (dalam Yaramadani, Febri : 2012) menyarankan bahwa dalam menanamkan nilai-nilai anti korupsi sebaiknya menggunakan cara atau metode yaitu sebagai berikut :

1. Metode demokratis

Metode demokratis menekankan pencarian secara bebas dan penghayatan nilai-nilai hidup dengan langsung melibatkan anak untuk menemukan nilai-nilai tersebut dalam pendampingan dan pengarahan guru. Anak diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan, pendapat, dan penilaian terhadap nilai-nilai yang ditemukan. Guru tidak bersikap sebagai pemberi informasi satu-satunya dalam menemukan nilai-nilai anti korupsi yang dihayatinya. Guru berperan sebagai penjaga garis atau koridor dalam penemuan nilai hidup tersebut.

Metode ini dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai diantaranya keterbukaan, kejujuran, penghargaan pada pendapat orang lain, sportivitas, kerendahan hati dan toleransi. Melalui metode ini anak diajak untuk mulai berani mengungkapkan gagasan, pendapat, maupun perasaannya. Tahap demi tahap anak diarahkan untuk menata jalan pikiran, cara berbicara, dan sikap hidupnya. Dengan cara ini anak diajak untuk belajar menentukan nilai hidup secara benar dan jujur.

2. Metode Pencarian bersama

Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang melibatkan siswa dan guru. Pencarian bersama lebih berorientasi pada diskusi atas soal-soal yang aktual dalam masyarakat, di mana proses ini diharapkan menumbuhkan sikap berpikir logis, analitis, sistematis, argumentative untuk dapat mengambil nilai-nilai hidup dari masalah yang diolah bersama. Melalui metode ini siswa diajak aktif mencari dan menemukan tema yang sedang berkembang dan menjadi perhatian bersama. Dengan menemukan permasalahan, mengkritisi dan mengolahnya, anak diharapkan dapat mengambil nilai-nilai yang ada dan menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dengan demikian anak akan aktif sejak dalam proses pencarian tema atau permasalahan yang muncul dalam pendampingan guru.

Selain menemukan nilai-nilai dari permasalahan yang diolah, anak juga diajak untuk secara kritis analitis mengolah sebab akibat dari permasalahan yang muncul tersebut. Anak diajak untuk tidak cepat menyimpulkan apalagi mengambil sikap, namun dengan cermat dan hati-hati melihat duduk permasalahan untuk sampai pada pengambilan sikap. Anak diajak untuk melihat realita tidak hanya hitam-putih, tetapi lebih luas lagi yaitu adanya kemungkinan realita abu-abu.

(16)

Metode ini menekankan pada proses yang melibatkan anak sejak awal pembelajaran. Guru memberikan pokok bahasan dan anak dalam kelompok mencari dan mengembangkan proses selanjutnya. Anak membuat pengamatan, pembahasan analisis sampai proses penyimpulan atas kegiatan mereka. Metode ini mendorong anak untuk mempunyai kreativitas, ketelitian, kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, kerja sama, kejujuran, dan daya juang.

4. Metode keteladanan

Dalam dunia pendidikan, apa yang terjadi dan tertangkap oleh anak bisa jadi tanpa disaring akan langsung dilakukan. Proses pembentukan kepribadian pada anak akan dimulai dengan melihat orang yang akan diteladani. Guru dapat menjadi tokoh idola dan panutan bagi anak. Dengan keteladanan guru dapat membimbing anak untuk membentuk sikap yang kokoh. Keselarasan antara kata dan tindakan dari guru akan amat berarti bagi seorang anak, demikian pula apabila terjadi ketidakcocokan antara kata dan tindakan guru maka perilaku anak juga akan tidak benar. Dalam hal ini guru dituntut memiliki ketulusan, keteguhan, kekonsistenan hidup.

Proses penanaman nilai-nilai anti korupsi kepada anak melalui proses keteladanan pada mulanya dilakukan secara mencontoh, namun anak perlu diberi pemahaman mengapa hal itu dilakukan (Sanjaya, 2006: 179). Misalnya, guru perlu menjelaskan mengapa kita tidak boleh korupsi; menjelaskan bahaya dari tindakan korupsi atau mengapa kita harus jujur, tidak mencontek pada waktu ulangan. Hal ini diperlukan agar sikap tertentu yang muncul benar-benar didasari oleh suatu keyakinan kebenar-benaran sebagai suatu sistem nilai.

5. Metode Live In

Metode Live in dimaksudkan agar anak mempunyai pengalaman hidup bersama orang lain langsung dengan situasi yang sangat berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan pengalaman langsung anak dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dalam cara berpikir, tantangan, permasalahan, termasuk tentang nilai-nilai hidupnya. Kegiatan ini dapat dilaksanakan secara periodik.

Dengan cara ini anak diajak untuk mensyukuri hidupnya yang jauh lebih baik dari orang lain, tumbuh sikap toleran dan sosial yang lebih tinggi pada kehidupan bersama. Anak perlu mendapat bimbingan untuk merefleksikan pengalaman tersebut, baik secara rasional intelektual maupun dari segi batin rohaninya. Hal ini perlu dijaga jangan sampai anak menanggapi pengalaman ini berlebihan, tetapi haruslah secara wajar dan seimbang.

6. Metode penjernihan nilai atau klarifikasi nilai.

Latar belakang sosial kehidupan, pendidikan, dan pengalaman dapat membawa perbedaan pemahaman dan penerapan nilai-nilai hidup. Adanya berbagai pandangan hidup dalam masyarakat membuat bingung seorang anak. Apabila kebingungan ini tidak dapat terungkap dengan baik dan tidak mendapat pendampingan yang baik, ia akan mengalami pembelokan nilai hidup. Oleh karena itu, dibutuhkan proses penjernihan nilai atau klarifikasi nilai dengan dialog afektif dalam bentuk sharing atau diskusi yang mendalam dan intensif.

(17)

Pembelajaran anti korupsi pada prinsipnya adalah menggunakan metode yang melibatkan seluruh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta kecerdasan sosial. Maka pemahaman konsep, pengenalan konteks, reaksi dan aksi menjadi bagian penting dari seluruh metode pendidikan nilai-nilai anti korupsi. Metode atau cara penyampaian nilai-nilai anti korupsi ini juga penting karena dengan cara penyampaian yang tidak tepat, tujuan yang akan dicapai juga sulit diperoleh. Supaya tujuan yang akan dicapai dapat diperoleh, dalam penyampaian nilai-nilai anti korupsi, harus digunakan cara-cara yang menarik dan disesuaikan dengan kemampuan anak didik.

D. Contoh Nyata Penyampaian Pendidikan Anti Korupsi Di Sekolah Dasar

Contoh nyata penyampaian pendidikan anti korupsi di sekolah dasar melalui analisis berita.

KANTIN KEJUJURAN DONGKRAK KEJUJURAN MURID

MUARA BUNG0 – Banyak cara untuk mendidik murid yang baik dan menyenangkan. Caranya tidak hanya didalam ruangan kelas saja, karena tempat jajan para murid pun bisa dilakukan. Pihak Sekolah Dasar Negeri (SDN) 98 Muara Bungo mengajarkan nilai-nilai kejujuran kepada murid-murid lewat katin kejujuran yang belum lama ini dibangun.

Kepada koran ini, Deli Iriani, Kepala sekolah saat dikonfirmasi belum lama ini mengatakan pembangunan kantin kejujuran sangat berdampak positif, pasalnya para murid hingga saat ini melakukan aktvitas jajan dengan jujur.

“Kantin kejujuran sangat membantu mendidik para murid untuk berperilaku jujur, “terang Deli Iriani.

Lebih lanjut, Deli menegaskan untuk mendapatkan pendidikan moral dan nilai-nilai keagamaan memang sangat banyak cara yang bisa diterapkan, untuk itu melalui kantin kejujuran ini pihaknya berharap bisa menjadi salah satu jalan agar harapan sekolah tercapai.

“Pendidikan moral tidak harus kita berikan di dalam kelas melainkan banyak cara yang bisa kami terapkan untuk membiasakan kebaikan terhadap anak sejak dini sehingga di harapkan mereka bisa terbiasa hingga dewasa nanti, ”ungkap Deli Iriani.

Ditambahnya, Deli yang belum lama ditugaskan di SDN 98 tersebut sangat berharap para muridnya bisa mendapatkan pendidikan yang baik, sehingga kwalitas pendidikan di desa tanjung tersebut bisa beranjak naik.

Sumber : Bungo Tebo Ekspress

Berdasarkan berita dari SD N 98 Muara Bungo, yang menanamkan nilai kejujuran kepada siswanya dengan membuat kantin kejujuran maka dapat dianalisis bahwa :

(18)

buku tulis. Semuanya dipajang dalam etalase kantin kejujuran tanpa ada penjaga, sebagaimana lazimnya sebuah kantin yang kita kenal selama ini. Didalam Kantin dipajang kotak uang, yang berguna untuk menampung hasil transaksi siswa. Bila ada kembalian maka mereka sendiri yang mengambil dan menghitung hasil kembaliannya. Dikantin ini dibangun kesadaran siswa untuk berbuat jujur tanpa harus diawasi oleh guru ataupun pengelola kantin. Tujuan utamanya adalah mengukur kejujuran anak didik sehingga dengan pengalaman mereka itu ia akan menjadi anggota masyarakat yang jujur kedepan.

Kantin kejujuran merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pendidikan anti korupsi. Yang harus kita akui merupakan salah satu penyakit atau problema bangsa yang hingga kini masih merajalela dibumi pertiwi. Virus korupsi telah merajalela hampir disemua lini disetiap orde pemerintahan kita. Korupsi yang subur telah menyengsarakan rakyat banyak secara berkepanjangan. Bahkan menghambat kemajuan bangsa dan negara ini kedepan. Sangat sulit memang memutus mata rantai korupsi ini sebab kebanyakan dari kita menganggapnya sebagai budaya. Padahal kalau kita bercermin dengan kultur budaya kita mengambil sesuatu tanpa seizin pemiliknya adalah sangat memalukan. Sebuah persepsi yang keliru jika menganggap korupsi adalah budaya.

Korupsi merupakan penyakit masyarakat, bukanlah budaya. Praktik korupsi juga ditolak oleh Agama apapun. Oleh karena itu ,sifat jujur merupakan penangkal yang efektif dari virus korupsi. Tanpa kejujuran, praktik korupsi, kolusi, nepotisme, dan segala bentuk manipulasi lainnya akan tetap subur di negeri ini. Karena itulah Kantin Kejujuran merupakan salah satu jalan untuk menanamkan sikap anti korupsi yang dimulai dari sekolah.

Program kantin kejujuran ini akan dapat berjalan dengan baik bila semua pihak terkait dalam lingkungan sekolah dan masyarakat mendukungnya. Program ini meskipun merupakan kebijakan pemerintah yang meskipun beberapa oknumnya banyak terlibat korupsi patut kita apresiasi untuk mendukung dan menyukseskannya. Diharapkan dengan program ini akan mempermudah para guru untuk mendidik akhlak siswa. Sebab tugas guru tidak hanya melaksanakan proses pembelajaran didalam kelas tetapi lebih dari itu tugas guru bertanggung jawab dalam membina kepribadian siswa.

Ide kantin kejujuran ini dianggap cara paling baik untuk mendidik para siswa agar kelak jika telah menjadi orang tidak melakukan korupsi dimanapun mereka berada. Sebab mereka dari awal diajar tentang kejujuran, bersikap apa adanya dan yang terpenting mereka diberi kepercayaan untuk berbuat jujur tanpa ada yang mengawasi mereka.

Kantin Kejujuran merupakan ide yang sangat bagus untuk mengubah nasib bangsa yang terpuruk akibat korupsi yang menggerogoti setiap lini kehidupan bangsa.

Kejujuran adalah sifat manusia yang hakiki. Bila diberi ruang dan berada dalam lingkungan yang baik maka akan berkembang dengan sendirinya. Suasana untuk berbuat jujur perlu didorong agar sifat yang hakiki tersebut dapat tumbuh dengan sendirinya. Ciptakan suasana dimana kejujuran bisa mendapat tempat berupa penghargaan, dan pelanggaran mendapat hukuman yang setimpal.

(19)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dalam makalah tersebut dapat disimpulkan yaitu korupsi adalah penyalahgunaan jabatan dan administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi lainnya.

Yang dimaksud pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi.

Cara atau metode penyampaian pendidikan anti korupsi di SD dapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain dengan metode demokratis, metode pencarian bersama, metode siswa aktif atau aktivitas bersama, metode keteladanan, metode Live In, metode penjernihan nilai atau klarifikasi nilai.

Contoh nyata penyampaian pendidikan anti korupsi di sekolah dasar salah satunya dengan penanaman sikap kejujuran melalui kantin kejujuran. Dengan adanya kantin kejujuran di harapkan dapat menumbuhkan sikap anti korupsi sejak dini.

B. Saran

Sebagai mahasiswa fakultas keguruan dan calon pendidik, kita hendaknya lebih memahami tentang pendidikan anti korupsi dan dapat menerapkan kepada peserta didik kita nanti. Tentu saja dimulai dari hal-hal kecil, seperti selalu menanamkan sikap kejujuran kepada peserta didik. Tidak hanya memerintah tetapi dengan mencontohkan perilaku kita kepada peserta didik.

(20)

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI (PAK)

Pengertian dan Tujuan Pendidikan Anti Korupsi (PAK)

Sudah diketahui dengan jelas bahwa korupsi yang terjadi di negara Indonesia ini sudah sedemikian rumit dan mengurat akar, sehingga sangat sulit untuk memulai mengurai dari mana kegiatan advokasi bisa dilakukan. Kesulitan ini bisa disebabkan kompleksnya permasalahan korupsi, kompleksnya pelaku korupsi, dan kompleksnya aturan dan penegak hukum yang seharusnya berdiri di depan mengawal sekaligus mengamankan kekayaan negara dari tangan-tangan koruptor yang tidak bertanggungjawab.

Terungkapnya kasus korupsi di negeri ini adalah bukti belum mapannya dunia pendidikan. Artinya orang-orang yang bergelar profesor, doktor, dan gelar akademik lainnya pun tidak terlepas dari jeratan korupsi. Korupsi yang dilakukan dengan cara berjamah di Kejaksaan Agung atau di mana pun juga merupakan bukti tidak berhasilnya pembinaan mental bangsa Indonesia. Pendidikan selama belum mampu memberikan kontribusi nyata terhadap pencegahan korupsi yang dilakukan alumni pendidikan sendiri. Kenyataan demikian menjadikan dunia pendidikan kita semakin jauh dari realitas kehidupan umat manusia.

Pemberantasan korupsi tidak cukup teratasi hanya dengan mengandalkan proses penegakkan hukum. Membumihanguskan korupsi juga perlu dilakukan dengan tindakan preventif, antara lain dengan menanamkan nilai religius, moral bebas korupsi atau pembelajaran anti korupsi melalui berbagai lembaga pendidikan.

Lembaga pendidikan tidak hanya sekolah, akademi, institut, atau universitas. Juga termasuk lembaga pendidikan dan pelatihan yang dikelola pemerintah dirancang khusus untuk meningkatkan kualitas aparatur pemerintahan. Lembaga pendidikan memiliki posisi sangat strategis dalam menanamkan mental antikorupsi. Dengan menanamkan mental anti korupsi sejak dini di lembaga pendidikan baik pada level dasar, menengah maupun tinggi, generasi penerus bangsa di negeri ini diharapkan memiliki pandangan yang tegas terhadap berbagai bentuk praktik korupsi. Pembelajaran antikorupsi yang diberikan di berbagai level lembaga pendidikan, diharapkan dapat menyelamatkan generasi muda agar tidak menjadi penerus atau mewarisi tindakan korup yang dilakukan pendahulunya.

Lembaga pendidikan mestinya tidak hanya melahirkan kaum intelektual, ilmuwan yang pandai, cerdas dan terampil atau aparatur yang dibekali berbagai kemahiran dan keterampilan yang mendukung aktivitasnya. Tetapi juga harus mampu melahirkan sumberdaya manusia yang memiliki rasa, memegang nilai religius dan moral yang salah satunya adalah antikorupsi. Lembaga pendidikan bertujuan mendidik, bukan sekadar mengajar. Mendidik dalam hal ini adalah menanamkan nilai luhur dan budi pekerti kepada peserta didik. Boleh jadi nilai anti korupsi termasuk di dalamya. Sedangkan tugas mengajar lebih difokuskan pada proses belajar-mengajar, dalam arti pengembangan kemampuan intelektual peserta didik. Pembelajaran anti korupsi juga harus menjadi agenda pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan yang dikelola pemerintah untuk meningkatkan kualitas aparatur pemerintah.

(21)

peringkat ketiga (17 persen). Oleh karena itu, selayaknya penanaman nilai moral antikorupsi atau pembelajaran antikorupsi menjadi fokus perhatian dan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan dan pelatihan di lembaga pendidikan dan pelatihan milik pemerintah.

Untuk melakukan kerja-kerja anti korupsi yang terencana dan tersistematis yang akan mendukung terjadinya gerakan sosial anti korupsi yaitu dapat dimulai dari diadakannya program pembelajaran anti korupsi. Pendidikan dirasa mampu mencegah atau setidaknya memberi gambaran awal bahwa korupsi merugikan banyak kalangan dan menyengsarakan diri sendiri. Institusi pendidikan dipandang sebagai institusi yang mengajarkan kepada peserta didik arti ilmu pengetahuan bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.

Program pendidikan anti korupsi bertujuan untuk memberikan pemahaman yang sama dan terpadu serta terbimbing dalam rangka menekan kerugian negara yang disebabkan oleh tindakan korupsi. Kemudian harapannya berdampak pada adanya respon atau tanggapan balik dari rakyat untuk bisa menyuarakan kearifannya mengenai penyimpangan korupsi (Tim MCM, 2005: 42 ).

Di samping itu juga bertujuan untuk membentuk kesadaran publik terhadap setiap kegiatan yang mengarah kepada adanya tindakan korupsi oleh para penguasa atau pengambil kebijakan yang tidak mempedulika rakyat (Tim MCW, 2005: 43). Menurut Azyumardi Azra (dalam Suara Karya Online edisi 30 Agustus 2006) perlunya penanaman nilai anti korupsi di lembaga pendidikan ialah agar siswa lulus dan kelak sudah terjun di masyarakat dapat membedakan mana yang termasuk korupsi dan mana yang bukan sehingga mampu menghindarinya.

Memerangi korupsi melalui pendayagunaan jalur pendidikan formal sebagai suatu bagian menangani korupsi merupakan salah satu strategi yang diharapkan cukup signifikan, mengingat masyarakat terdidik inilah yang perannya dimasyarakat cukup dominan. Mereka tidak cukup hanya dibekali pengetahuan dan kemampuan bagaimana melakukan sesuatu pekerjaan atau jabatan dalam masyarakat, tetapi yang lebih utama dalah bagaimana menggunakan ilmu dan cara-cara tersebut dengan benar, tanpa harus melakukan korupsi, bahkan termasuk kiat-kiat utnuk melawan korupsi, dorongan atau motivasi untuk aktif berperan dalam upaya memerangi atau memberantas korupsi (Tim LP3 UMY, 2004: 212).Isi atau Materi Pendidikan Anti Korupsi (PAK)

Materi Pendidikan Anti Korupsi (PAK) untuk tingkat SMA dan SMP terdiri dari Pengenalan Korupsi, Dampak Korupsi, Upaya Perlawanan Terhadap Korupsi, Warung Kejujuran dan pemilihan pelajar Panutan/Unggul. Materi untuk kelas 4, 5 dan 6 SD disisipkan kedalam beberapa mata ajaran diantaranya pelajaran Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA/IPS dan Kesenian dan Budaya. Materi Anti Korupsi untuk siswa SD terdiri dari 7 nilai : Kejujuran, Keberanian, Tanggungjawab, Kesederhanaan, Kepedulian, Daya Juang dan Keadilan.

(22)

lucu. Implementasi kegiatan pendidikan dengan pendekatan dongeng akan dilaksanakan pada tahun 2008.

Dalam modul yang disusun oleh Pusat Studi Urban Unika Soegijapranata Semarang bekerjasama dengan Insitute of Social Studies, The Netherlands, disebutkan bahwa modul yang terbagi menjadi tiga modul adalah pengantar bagi pembelajaran anti korupsi untuk para peserta didik SMP. Pada modul tersebut dimulai dengan proses kognisi yakni pengetahuan tentang apa korupsi, dan mengapa korupsi merupakan tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai moralitas dan peraturan/hukum. Modul lainnya adalah mengantarkan para peserta didik untuk belajar sambil mengalami, yakni mengalami untuk berpikir kritis, mengalami untuk mengambil keputusan dan menentukan pilihannya sendiri.

Menurut KPK dalam situsnya www.kpk.go.id, pendidikan anti korupsi bagi pelajar SMP adalah langkah awal yang ditempuh KPK untuk mulai melakukan penanaman nilai ke arah yang lebih baik sedari usia muda. Pelajar adalah mereka yang dalam waktu relatif singkat akan segera bersentuhan dengan beberapa aspek pelayanan publik. Sehingga apabila mereka dapat memahami lingkup, modus, dampak dari korupsi baik dalam lingkup paling dekat dan dalam skala yang paling kecil hingga lingkup makro dan mencakup skala yang besar, minimal pelajar tersebut nantinya mulai berani berkata ’TIDAK’ untuk korupsi

Program pendidikan anti korupsi tidak hanya menyentuh pelajar dan mahasiswa saja, akan tetapi dikembangkan pula untuk Sektor Swasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan para Penyelenggara Negara (PN). Salah satunya adalah program pemberdayaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas peran dan fungsi DPRD. DPRD memiliki dua peran yang amat penting, yaitu sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah dan sebagai wakil rakyat. Kedua peran DPRD tersebut diwujudkan dalam dalam tiga fungsi, yaitu legislasi, anggaran dan pengawasan. Dengan peran dan fungsi tersebut DPRD menempati posisi yang sangat strategis dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat (Annual Report KPK tahun 2007: 67-68).

Sedangkan siapa saja yang menjadi sasaran pendidikan anti korupsi, TIM MWC (2005: 44) membagi sasaran program pendidikan anti korupsi menjadi dua bagian.Pertama, kelompok inti yang terdiri dari perseorangan maupun kelompok yang peduli terhadap aktivitas perjuangan anti korupsi yang mempunyai basis massa homogen dalam suatu komunitas tertentu, seperti kelompok tani, kelompok nelayan, kelompok PKL, rakyat miskin kota, mahasiswa, komunitas pengangguran, komunitas buruh dan pelajar yang selama ini mereka selalu termarginalisasi oleh sistem yang dikembangkan oleh pengambil kebijakan. Kedua, kelompok antara, yang terdiri dari perseorangan maupun kelompok yang peduli terhadap aktivitas perjuangan anti korupsi yang merupakan jangkar dari kelompok inti, seperti LSM, mahasiswa, kelompok-kelompok menengah lainnya yang konsern terhadap nasib masyarakat akibat tindakan dari beberapa orang atau kelompok yang mempunyai ”hobby” korupsi uang negara yang nota bene-nya adalah uang untuk pembangunan masyarakat.

(23)

Pendekatan yang dilakukan dalam pendidikan anti korupsi mengambil pengalaman-pengalaman berupa best practices masyarakat transparansi internasional dan pengalaman kita dengan pendidikan P4. Hal yang harus dihindari adalah adanya indoktrinasi, pembelajaran yang menekankan pada aspek hafalan semata-mata. Pendidikan anti korupsi haruslah bermakna belajar dengan mengalami atauexperiential lerning jadi tidak sekedar mengkondisikan para peserta didik hanya untuk tahu, namun juga diberi kesempatan untuk membuat keputusan dan pilihan untuk dirinya sendiri.

Peserta didik kita seringkali hanya diberi pengetahuan normatif sesuatu hal namun tidak diberi kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri mengapa siswa harus mengambil keputusan tertentu dan bertanggung jawab atas keputusan yang telah siswa ambil. Sebagai contoh belajar mengalami adalah salah satunya diilustrasikan dengan adanya laboratorium kejujuran/integritas, yakni tempat para peserta didik disediakan kantin dan toko tempat mereka membayar sendiri tanpa ada kasir yang menerima pembayaran uang.

Laboratorium ini ada di sebuah SMP swasta di Kudus. Para siswa bertangung jawab pada tindakannya sendiri dengan tetap membayar dengan jujur pada makanan, buku atau alat tulis lainnya yang mereka beli meskipun tanpa adanya pengawas atau penjaga toko. Siswa bebas memilih dan membeli apa yang mau dibeli. Siswa tinggal menuliskan barang apa yang telah dibeli dan langsung membayar, jika ada uang kembalian siswa boleh langsung mengambil uang kembalian di kotak uang yang telah disediakan.

Model Pendidikan Anti Korupsi

Keberhasilan untuk menanamkan nilai-nilai anti korupsi akan dipengaruhi pula oleh cara penyampaiannya dan pendekatan pembelajaran yang dipergunakan. Untuk tidak menambah beban siswa yang sudah cukup berat, perlu dipikirkan secara matang bagaimana model dan pendekatan yang akan dipilih. Ada beberapa model untuk menanamkan nilai-nilai anti korupsi yang dapat dipilih yang memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Menurut Elwina dan Riyanto (2008) model-model tersebut antara lain:

Model sebagai Mata Pelajaran Tersendiri

Pendidikan anti korupsi disampaikan sebagai mata pelajaran tersendiri seperti bidang studi yang lain. Dalam hal ini guru bidang studi pembelajaran anti korupsi harus membuat Garis Besar Pedoman Pengajaran (GBPP), Satuan pelajaran (SP), Rencana Pengajaran (RP), metodologi pengajaran, dan evaluasi pengajaran. Selain itu, pembelajaran anti korupsi sebagai mata pelajaran harus masuk dalam jadwal yang terstruktur.

Keunggulan pendidikan anti korupsi sebagai mata pelajaran adalah meteri lebih terfokus dan terencana dengan matang. Dengan demikian, pelajaran lebih terstruktur dan terukur sebagai informasi. Ada jam yang sudah ditentukan sebagai kesempatan untuk memberikan informasi secara pasti. Guru dapat membuat perencanaan dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya.

(24)

(Zuriah, 2007: 90). Hal seperti ini dapat mengakibatkan bidang studi pembelajaran anti korupsi hanya sebatas pengetahuan yang dangkal dan ini berarti pembelajaran anti korupsi menjadi gagal.

Model Terintegrasi dalam Semua Mata Pelajaran

Penanaman nilai anti korupsi dalam pendidikan anti korupsi juga dapat disampaikan secara terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Guru dapat memilih nilai-nilai yang akan ditanamkan melalui materi bahasan mata pelajarannya. Nilai-nilai anti korupsi dapat ditanamkan melalui beberapa pokok atau sub pokok bahasan yang berkaitan dengan nilai-nilai hidup. Dengan model seperti ini, semua guru adalah pengajar pembelajaran anti korupsi tanpa kecuali.

Keunggulan model ini adalah semua guru ikut bertanggungjawab akan penanaman nilai-nilai anti korupsi kepada siswa. Pemahaman nilai hidup anti korupsi dalam diri anak tidak melulu bersifat informative-kognitif, melainkan bersifat terapan pada tiap mata pelajaran (Suparno, 2002: 43).

Kelemahan dari model ini adalah pemahaman dan persepsi tentang nilai-nilai anti korupsi yang akan ditanamkan harus jelas dan sama bagi semua guru. Tidak boleh ada perbedaan persepsi dan pemahaman tentang nilai karena bila hal ini terjadi maka justru akan membingungkan anak.

Model di Luar Pembelajaran

Penanaman nilai anti korupsi dapat ditanamkan melalui kegiatan-kegiatan di luar pembelajaran misalnya dalam kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan insidental. Penanaman nilai dengan model ini lebih mengutamakan pengolahan dan penanaman nilai melalui suatu kegiatan untuk dibahas dan dikupas nilai-nilai hidupnya. Model ini dapat dilaksanakan oleh guru sekolah yang bersangkutan yang mendapat tugas tersebut atau dipercayakan pada lembaga di luar sekolah untuk melaksanakannya, misalnya dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Keunggulan metode ini adalah anak sungguh mendapat nilai melalui pengalaman-pengalaman konkret. Pengalaman akan lebih tertanam dalam jika dibandingkan sekadar informasi apalagi informasi yang monolog. Anak-anak lebih terlibat dalam menggali nilai-nilai hidup dan pembelajaran lebih menggembirakan. Kelemahan metode ini adalah tidak ada struktur yang tetap dalam kerangkan pendidikan dan pengajaran di sekolah, membutuhkan waktu lebih banyak.

Model ini juga menuntut kreativitas dan pemahaman akan kebutuhan anak secara mendalam, tidak hanya sekadar acara bersama belaka, dibutuhkan pendamping yang kompak dan mempunyai persepsi yang sama. Dan kegiatan semacam ini tidak bisa hanya diadakan setahun sekali atau dua kali tetapi berulang kali.

Model pembudayaan, pembiasaan nilai dalam seluruh aktivitas

dan suasana sekolah

(25)

Untuk menumbuhkan budaya anti korupsi sekolah perlu merencanakan suatu kebudayaan dan kegiatan pembiasaan. Pembiasaan adalah alat pendidikan. Bagi anak yang masih kecil, pembiasaan sangat penting. Karena dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu aktivitas akan menjadi milik anak di kemudian hari. Pembiasaan yang baik akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang baik pula. Sebaliknya, pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang buruk pula (Djamarah, 2002: 72). Berdasarkan pembiasaan itulah anak terbiasa menurut dan taat kepada peraturan-peraturan yang beralaku di sekolah dan masyarakat, setelah mendapatkan pendidikan pembiasaan yang baik di sekolah pengaruhnya juga terbawa dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan sampai dewasa nanti.

Menanamkan kebiasaan yang baik memang tidak mudah dan kadang-kadang membutuhkan waktu yang lama untuk menanamkan nilai-nilai anti korupsi melalui pembiasaan pada anak-anak Tetapi sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan sukar pula untuk mengubahnya. Karena itu adalah penting, pada awal kehidupan anak, menanamkan nilai-nilai anti korupsi melalui kebiasaan-kebiasaan yang baik dan jangan seklai-kali mendidik anak berdusta, tidak disiplin, menyontek dalam ulangan dan sebagainya.

Model Gabungan

Model gabungan berarti menggunakan gabungan antara model terintegrasi dan di luar pembelajaran secara bersama-sama. Penanaman nilai lewat pengakaran formal terintegrasi bersama dengan kegiatan di luar pembelajaran. Model ini dapat dilaksanakan baik dalam kerja sama dengan tim oleh guru maupun dalam kerja sama dengan pihak luar sekolah.

Keunggulan model ini adalah semua guru terlibat dan bahkan dapat dan harus belajar dari pihak luar untuk mengembangkan diri dan siswa. Anak mengenal nilai-nilai hidup untuk membentuk mereka baik secara informativ dan diperkuat dengan pengalaman melalui kegiatan-kegiatan yang terencana dengan baik.

Kelemahan model ini adalah menuntut keterlibatan banyak pihak, banyak waktu untuk koordinasi, banyak biaya dan kesepahaman yang mendalam, terlihat apabila melibatkan pihak luar sekolah. Selain itu, tidak semua guru mempunyai kompetensi dan keterampilan untuk menanamkan nilai-nilai anti korupsi.

Metode Atau Cara Penyampaian Nilai-Nilai Anti Korupsi

Untuk metode atau cara penyampaian nilai-nilai anti korupsi Elwina & Riyanto (2008) menyarankan bahwa dalam menanamkan nilai-nilai anti korupsi sebaiknya menggunakan cara yang demokratis, merupakan suatu upaya pencarian bersama, aktivitas bersama, menggunakan metode keteladanan, pengalaman langsung atau simulasi, live in serta melakukan klarifikasi nilai.

Metode demokratis

(26)

Metode ini dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai diantaranya keterbukaan, kejujuran, penghargaan pada pendapat orang lain, sportivitas, kerendahan hati dan toleransi. Melalui metode ini anak diajak untuk mulai berani mengungkapkan gagasan, pendapat, maupun perasaannya. Tahap demi tahap anak diarahkan untuk menata jalan pikiran, cara berbicara, dan sikap hidupnya. Dengan cara ini anak diajak untuk belajar menentukan nilai hidup secara benar dan jujur.

Metode Pencarian bersama

Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang melibatkan siswa dan guru. Pencarian bersama lebih berorientasi pada diskusi atas soal-soal yang aktual dalam masyarakat, di mana proses ini diharapkan menumbuhkan sikap berpikir logis, analitis, sistematis, argumentative untuk dapat mengambil nilai-nilai hidup dari masalah yang diolah bersama. Melalui metode ini siswa diajak aktif mencari dan menemukan tema yang sedang berkembang dan menjadi perhatian bersama. Dengan menemukan permasalahan, mengkritisi dan mengolahnya, anak diharapkan dapat mengambil nilai-nilai yang ada dan menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dengan demikian anak akan aktif sejal dalam proses pencarian tema atau permasalahan yang muncul dalam pendampingan guru.

Selain menemukan nilai-nilai dari permasalahan yang diolah, anak juga diajak untuk secara kritis analitis mengolah sebab akibat dari permasalahan yang muncul tersebut. Anak diajak untuk tidak cepat menyimpulkan apalagi mengambil sikap, namun dengan cermat dan hati-hati melihat duduk permasalahan untuk sampai pada pengambilan sikap. Anak diajak untuk melihat realita tidak hanya hitam-putih, tetapi lebih luas lagi yaitu adanya kemungkinan realita abu-abu.

Metode siswa aktif atau aktivitas bersama

Metode ini menekankan pada proses yang melibatkan anak sejak awal pembelajaran. Guru memberikan pokok bahasan dan anak dalam kelompk mencari dan mengembangkan proses selanjutnya. Anak membuat pengamatan, pembahasan analisis sampai proses penyimpulan atas kegiatan mereka. Metode ini mendorong anak untuk mempunyai kreativitas, ketelitian, kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, kerja sama, kejujuran, dan daya juang.

Metode keteladanan

Dalam dunia pendidikan, apa yang terjadi dan tertangkap oleh anak bisa jadi tanpa disaring akan langsung dilakukan. Proses pembentukan kepribadian pada anak akan dimulai dengan melihat orang yang akan diteladani. Guru dapat menjadi tokoh idola dan panutan bagi anak. Dengan keteladanan guru dapat membimbing anak untuk membentuk sikap yang kokoh. Keselarasan antara kata dan tindakan dari guru akan amat berarti bagi seorang anak, demikian pula apabila terjadi ketidakcocokan antara kata dan tindakan guru maka perilaku anak juga akan tidak benar. Dalam hal ini guru dituntut memiliki ketulusan, keteguhan, kekonsistenan hidup.

(27)

mencontek pada waktu ulangan. Hal ini diperlukan agar sikap tertentu yang muncul benar-benar didasari oleh suatu keyakinan kebenar-benaran sebagai suatu sistem nilai.

Metode Live In

Metode Live in dimaksudkan agar anak mempunyai pengalaman hidup bersama orang lain langsung dengan situasi yang sangat berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan pengalaman langsung anak dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dalam cara berpikir, tantangan, permasalahan, termasuk tentang nilai-nilai hidupnya. Kegiatan ini dapat dilaksanakan secara periodik.

Dengan cara ini anak diajak untuk mensyukuri hidupnya yang jauh lebih baik dari orang lain, tumbuh sikap toleran dan sosial yang lebih tinggi pada kehidupan bersama. Anak perlu mendapat bimbingan untuk merefleksikan pengalaman tersebut, baik secara rasional intelektual maupun dari segi batin rohaninya. Hal ini perlu dijaga jangan sampai anak menanggapi pengalaman ini berlebihan, tetapi haruslah secara wajar dan seimbang.

Metode penjernihan nilai atau klarifkasi nilai.

Latar belakang sosial kehidupan, pendidikan, dan pengalaman dapat membawa perbedaan pemahaman dan penerapan nilai-nilai hidup. Adanya berbagai pandangan hidup dalam masyarakat membuat bingung seorang anak. Apabila kebingungan ini tidak dapat terungkap dengan baik dan tidak mendapat pendampingan yang baik, ia akan mengalami pembelokan nilai hidup. Oleh karena itu, dibutuhkan proses penjernihan nilai atau klarifikasi nilai dengan dialog afektif dalam bentuk sharing atau diskusi yang mendalam dan intensif.

Teknik mengklarifikasi nilai atau penjernihan nilai dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa (Sanjaya, 2006: 282). Kelemahan yang sering terjadi dalam pembelajaran nilai atau sikap, (termasuk pembelajaran anti korupsi) adalah proses pembelajaran dilakukan secara langsung oleh guru, artinya guru menanamkan nilai-nilai yang dianggapnya baik tanpa memperhatikan nilai yang sudah tertanam dalam diri siswa. Akibatnya, sering terjadi benturan atau konflik dalam diri siswa karena ketidakcocokan antara nilai lama yang sudah terbentuk dengan nilai baru yang ditanamkan oleh guru. Siswa sering mengalami kesulitan dalam menyelaraskan nilai lama dan nilai baru.

Pembelajaran anti korupsi pada prinsipnya adalah menggunakan metode yang melibatkan seluruh aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta kecerdasan sosial. Maka pemahaman konsep, pengenalan konteks, reaksi dan aksi menjadi bagian penting dari seluruh metode pendidikan nilai-nilai anti korupsi. Metode atau cara penyampaian nilai-nilai anti korupsi ini juga penting karena dengan cara penyampaian yang tidak tepat, tujuan yang akan dicapai juga sulit diperoleh. Supaya tujuan yang akan dicapai dapat diperoleh, dalam penyampaian nilai-nilai anti korupsi, harus digunakan cara-cara yang menarik dan disesuaikan dengan kemampuan anak didik.

Model dan metode pelaksanaan Pendidikan Anti Korupsi di SMP Keluarga Kudus

(28)

akan digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai anti korupsi harus disesuaikan dengan kondisi siswa, guru, sarana dan prasarana yang ada.

Adapun penerapannya di SMP Keluarga Kudus dapat disimpulkan bahwa model dan metode penyampaian pembelajaran anti korupsi yang diterapkan di SMP Keluarga Kudus tidak hanya dilaksanakan dengan menggunakan satu model dan metode penyampaian. Di sana telah digunakan berbagai kombinasi yang merupakan gabungan dari berbagai metode dan model. Sehingga masing-masing model dan metode yang digunakan akan saling melengkapi satu dengan yang lainnya, saling menutupi kelemahan dari metode satu dengan menggunakan metode lainnya.

Adapun model yang biasa diterapkan dalam pembelajaran anti korupsi di SMP Keluarga Kudus yaitu dengan menggunakan model sebagai mata pelajaran tersendiri dan model pembiasaan. Pendidikan anti korupsi (PAK) sebagai mata pelajaran tersendiri seperti mata pelajaran lainnya. Dalam hal ini wali kelas atau guru yang memberikan materi anti korupsi harus membuat silabus yang biasanya telah disusun diawal tahun pelajaran yang dimusyawarahkan bersama. Selain itu pembelajaran anti korupsi yang dilaksanakan di SMP Keluarga Kudus juga telah masuk dalam jadwal yang terstruktur diadakan selama 1 kali jam pelajaran setiap minggunya yaitu setiap hari Sabtu. Pada prinsipnya pembelajaran anti korupsi yang telah dilaksanakan di SMP Keluarga Kudus selama ini lebih menekankan praktek anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari, tujuannya agar siswa terlatih untuk tidak korupsi.

Untuk mendukung praktek anti korupsi tersebut penanaman nilai-nilai anti korupsi dapat juga ditanamkan melalui pembudayaan dalam seluruh aktivitas dan suasana sekolah. Pembudayaan akan menimbulkan suatu pembiasaan. Untuk menumbuhkan budaya anti korupsi sekolah perlu merencanakan suatu kebudayaan dan kegiatan pembiasaan. Bagi anak yang masih kecil, pembiasaan sangat penting. Karena dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu aktivitas akan menjadi milik anak di kemudian hari. Pembiasaan yang baik akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang baik pula. Sebaliknya, pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang buruk pula. Untuk menumbuhkan budaya pembiasaan anti korupsi maka di SMP Keluarga Kudus telah dibuat sebuah warung atau kantin kejujuran dan telepon kejujuran.

Sedangkan metodenya menggunakan metode demokratis dan metode penjernihan nilai. Dalam praktiknya anak diajak untuk membahas kasus korupsi yang sedang marak di Indonesia. Tahap demi tahap anak diajak untuk melihat dan menilai apa yang terjadi dalam masyarakat dan akhirnya pada apa yang telah mereka lakukan. Anak diajak untuk melihat duduk permasalahan dan berani mengambil sikap dan pilihan dalam hidupnya. Tema kegiatan diskusi tersebut biasanya diambil dari kasus korupsi yang saat itu sedang marak-maraknya. Dalam diskusi itu, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan meluruskan jika dalam diskusi tersebut telah keluar dari tema diskusi. Anak juga diajak untuk secara kritis melihat nilai-nilai hidup yang ada dalam masyarakatnya dan bersikap terhadap situasi tersebut.

(29)

yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.

(30)

MODEL PEMBELAJARAN ANTI KORUPSI DI KALANGAN ANAK PRA USIA SEKOLAH[1]

Jetty. M. Patty

Pendahuluan.

Persoalan korupsi di Indonesia (kolusi dan nepotisme merupakan bagian dari koruppsi) yang sekarang ini telah menjadi gurita dalam sistem pemerintahan. Kasus-kasus korupsi yang terjadi di lembaga-lembaga dan deparrtemen (kasus hambalang di kementrian menpora, kasus suap kuota impor daging sapi di kementrian pertanian, kasus korupsi simulator surat ijin mengemudi (SIM) di Korps Lalu Lintas Polri, skandal pemberian dana talangan Rp 6,7 triliun bank century ), merupakan gambaran dari bobroknya tata pemerintahan di negara ini.

Fenomena ini telah membawah akibat kerugian negara yang cukup besar. Uang yang seharusnya diperuntukan bagi pembangunan di segala bidang (ekonomi, sosial, budaya hukum dan politik) ternyata sebagian dimasukan kedalam kantong koruptor, Fenomena ini juga sekaligus membuat masyarakat tidak memperoleh kesejahteraan. Tingginya angka kemiskinan, rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan serta buruknya pelayanan publik, menunjukkan akibat dari adanya korupsi.

Berbagai bentuk korupsi dapatlah dikemukakan antara lain suap (bribery), penggelapan (embezzlement), penipuan (fraud), pemerasan yang berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang (abuse of discration), jabatan (extortion) nepotisme, komisi yang diterima pejabat publik dalam kaitan bisnis (iliegal commission), dan kontribusi uang secara illegal untuk partai politik.

Korupsi merupakan masalah serius karena dapat membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat, merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas dan membahayakan pembangunan ekonomi, sosial politik, sehingga perlu mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat serta lembaga sosial.

Salah satu upaya untuk menekan tingginya angka korupsi adalah upaya pencegahan. Upaya pencegahan kejahatan korupsi harus dilakukan sedini mungkin, dan dimulai dari anak. Salah satu isu penting yang harus mendapat perhatian dalam upaya mencegah korupsi adalah menanamkan pendidikan anti korupsi di kalangan anak pra usia sekolah .

Pendidikan anti korupsi yang diberikan bagi anak pra usia sekolah mengingat anak pada usia pra sekolah sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya (orang tua, saudara dan teman sebaya). Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain, anak akan belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik/ boleh/diterima/ disetujui atau buruk/tidak boleh/ditolak/tidak disetujui. Berdasarkan pengalaman itu anak harus dilatih atau dibiasakan mengenai bagaimana anak harus bertingkah laku.

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan anti korupsi pada anak usia dini dengan dongeng adalah memberikan cerita atau dongeng yang di dalamnya bermuatan pemahaman, sikap, dan perilaku yang anti

Berdasarkan dari hal ini mengenai masalah korupsi dengan adanya mata kuliah pendidikan anti korupsi yang telah dipelajari oleh mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bah- wa pembentukan karakter anak di usia pra- sekolah senantiasa mengalami perkemba- ngan. Oleh karena

Tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk membentuk karakter anti korupsi pada anak sejak dini khususnya untuk anak Sekolah Dasar dan menginformasikan kepada

matakuliah Pendidikan Karakter Dan Anti-Korupsi tentang Pengaruh Pendidikan Agama, Karakter dan Budaya ( Culture ) Terhadap Budaya Korupsi yang Terjadi di Indonesia

7etapi yang masih umum diterapkan mengenai pendidikan karakter ini masih pada taraf jenjang pendidikan pra sekolah 'taman bermain dan taman kanak- kanak(. Sementara pada

Alasan menanamkan pendidikan karakter pada anak usia dini karena usia tersebut merupakan waktu yang tepat dalam menanamkan pendidikan karakter karena anak yang

Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan anak usia pra sekolah antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan