• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Tuna (Thunnus sp) Berbasis Sistem Informasi Geografis Di Perairan Utara Laut Flores Kabupaten Sikka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Tuna (Thunnus sp) Berbasis Sistem Informasi Geografis Di Perairan Utara Laut Flores Kabupaten Sikka"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Tuna (Thunnus sp) Berbasis Sistem Informasi Geografis Di Perairan Utara Laut Flores

Kabupaten Sikka

1Erfin, 2Elok Fathika Riyantho

1 Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

2 Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Email : laerfin@gmail.com

ABSTRAK

Penentuan daerah penangkapan ikan dapat diduga dari kondisi perairan yang merupakan habitat dari suatu spesies dan biasanya digambarkan dengan parameter oseanografi. Suhu permukaan laut (SPL) dan klorofil-a merupakan parameter oseanografi yang penting untuk mengetahui keberadaan ikan tuna dan mempermudah dalam menganalisis daerah penangkapan ikan yang potensial. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan memetakan daerah penangkapan ikan tuna berdasarkan parameter SPL dan sebaran klorofil-a, di perairan utara Laut Flores Kabupaten Sikka . Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode primer dan sekunder antara lain pengambilan titik koordinat dan data hasil tangkapan ikan tuna di lapangan secara langsung di lokasi penelitian , serta analisis SPL dan klorofil-a menggunakan data citra satelit Aqua Modis yang diolah dengan seaDas, Er mapper dan software ArCGIS. Hasil penelitian menunjukkan nilai SPL tertinggi mencapai 28,01 °C yang berada pada titik koordinat B, serta SPL terendah 27,94 °C yang berada pada titik koordinat A. Analisis sebaran klorofil-a di perairan perairan utara Laut Flores Kabupaten Sikka memiliki nilai klorofil-a tertinggi 0,174 mg/m3 yang berada pada titik koordinat B, sedangkan nilai klorofil-a terendah 0,170 mg/m3 yang berada pada titik koordinat A. Produktivitas hasil tangkapan ikan tuna tertinggi 10 ekor/trip dicapai pada nilai SPL 28,01 °C dan klorofil-a 0.174 mg/m3.

Kata Kunci : Data Citra Satelit, Klorofil-a, SPL, Laut Flores

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kabupaten Sikka adalah salah satu wilayah yang memiliki luas lautan lebih besar dari daratan, dimana luas laut Kabupaten Sikka sebesar 5.821,33 Km² atau 77,07 % (BPS Sikka, 2018). Hal ini membuktikan bahwa potensi sumberdaya perikanan merupakan salah satu potensi yang diandalkan di Kabupaten Sikka. Dimana, keberadaan daerah penangkapan ikan di perairan bersifat dinamis selalu berubah atau berpindah mengikuti pergerakan kondisi lingkungan yang secara alamiah ikan akan memilih habitat yang lebih sesuai. Habitat tersebut

(2)

sangat dipengaruhi oleh kondisi atau parameter oseanografi perairan seperti suhu permukaan laut, salinitas, arus, kedalaman, konsentrasi klorofil laut, dan sebagainya (Azmi et al., 2015 ; Chaluva et al., 2012).

Parameter oseanografi yang berkaitan dengan pergerakan/perpindahan ikan antara lain sebaran klorofi-a, suhu, arus, salinitas dan lainnya. Pemanfaatan faktor ini sangat bermanfaat untuk pemantauan, hal ini dikarenakan berbagai perubahan di perairan laut dapat menyebabkan perubahan adaptasi dan tingkah laku ikan, dimana setiap ikan memiliki kisaran toleransi suhu tertentu untuk kelangsungan hidupnya. Oleh sebab itu maka adanya sebaran korofil-a, suhu dan perubahannya yang terjadi akan mempengaruhi ikan dalam beraktivitas terutama dalam mencari makan, bertelur melakukan ruaya dan bermigrasi (Sahidi et al., 2015).

Rumusan Masalah

Salah satu kendala yang dihadapi oleh nelayan hand line di Kabupaten Sikka yaitu keterbatasan pengetahuan tentang daerah penangkapan ikan yang potensial, dimana pada umumnya nelayan di Kabupaten Sikka hanya mengandalkan pengalaman dan kebiasaan dalam menangkap ikan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan daerah penangkapan ikan tuna dengan menggunakan data SIG, sehingga penangkapan ikan yang dilakukan lebih efektif dan ekonomis.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu bulan September 2019 di Perairan Utara Laut Flores Kabupaten Sikka.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data citra satelit Aqua Modis. Alat yang digunakan dalam analisis data citra adalah laptop/PC (Personal Computer) dengan perangkat lunak sebagai pengolah data, perangkat lunak yang dimaksud adalah SeaDass, Er Mapper 7.0 dan ArcGis 10.2.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari dua tahap :

1. Tahap Persiapan ; Tahap ini meliputi kajian pustaka atau studi literatur, penyiapan data sekunder, observasi lapangan dan persiapan peralatan yang digunakan pada kegiatan penelitian

(3)

2. Tahap pengambilan Data ; Pengambilan data titik koordinat yang menjadi lokasi penangkapan hand line diambil berdasarkan hasil wawancara nelayan yang melakukan upaya penangkapan ikan tuna, serta pengukuran beberapa parameter oseanografi yaitu suhu permukaan laut dan kandungan klorofil-a.

Jenis dan Sumber Data

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan dengan mengikuti operasi penangkapan ikan menggunakan kapal hand line untuk mengumpulkan titik koordinat penangkapan serta wawancara terhadap nelayan. Data sekunder berupa data citra satelit SPL, klorofil-a dan salinitas yang diperoleh dari Nasa Ocean Color serta data pendukung lainnya.

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan data yang digunakan adalah metode survei dan pengumpulan data set berupa data primer dan data sekunder.

Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah Sistem Informasi Geografis (SIG) dimana pembuatan peta dilakukan dengan menggunakan sofware ArcGis 10.2 dan diolah data citra suhu permukaan laut dan klorofil-a diproses dengan sofware SeaDass dan er mapper. Pada proses pembuatan peta ada beberapa tahapan kegiatan yaitu :

a. Persiapan Data

Data citra yang di download dari internet (http:oceanocolor.gsfc.nasa.gov.) diolah dengan menggunakan SeaDass, pada tahap ini dilakukan analisis terhadap kondisi oseanografi disetiap posisi penangkapan. Nilai yang diperoleh dari setiap posisi kemudian digabungkan dengan parameter oseanografi lainnya dan diolah kembali pada er mapper kemudian disimpan.

b. Input Data

Pada tahap ini dilakukan pemasukan data digital wilayah penelitian, kemudian memasukkan data osenaografi dan posisi penangkapan yang telah di olah dalam er mapper. Selanjutnya data tersebut di input kedalam program ArcGis.

c. Pengolahan Data

Pada tahap ini dilakukan overlay sebaran parameter oseanografi. Titik-titik pada radius tertentu dapat digunakan dalam menentukan nilai luaran tiap lokasi. Setelah overlay dilakukan, maka akan terlihat pembagian zonasi secara otomatis oleh perangkat lunak ArcGIS.

d. Layout

(4)

Tahap ini hasil analisis dibuatkan layout sesuai dengan kaidah kartografi. Hasil yang diperoleh adalah gabungan dari semua data yang telah diolah. Hasil analisis dapat disajikan berupa grafik,tabel dan gambar dalam bentuk zona potensi penangkapan ikan dan disertai penjelasan deskriptif

HASIL DAN PEMBAHASAN Aplikasi SIG Terhadap Kondisi Oseanografi

Menurut Tangke & Deni (2014), sistem informasi georgrafis (SIG) merupakan teknik berbasis komputer yang dapat mengumpulkan, menyimpan, menampilkan dan mengelola data spasial dan fenomena geografis untuk menganalisis guna keperluan mengambil keputusan.

Sajian informasi yang dihasilkan berupa kajian data spasial secara digital, sehingga dapat membantu menganalisis berbagai gejala keruangan secara tepat guna.

Data dari satelit sangat membantu dalam penentuan suhu permukaan laut dan klorofil-a optimum yang disenangi ikan. Suhu permukaan laut dan klorofil-a tersebut kemudian dapat diimplementasikan untuk memprediksi daerah penangkapan ikan. Perkembangan teknologi pada bidang penginderaan jauh untuk informasi daerah penangkapan ikan diharapkan dapat meningkatkan kepastian hasil tangkapan atau berbekalin formasi tentang daerah penangkapan ikan. Adapun data hasil tangkapan dari penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Hasil Tangkapan Berdasarkan SIG

Sumber : Data Primer (2019)

Suhu Permukaan Laut (SPL) Nama

Titik

Koordinat (derajat) Hasil Tangkapan /trip (3 hari)

Nilai SPL (ᴼC)

Nilai Klorofil-a (mg/mᶟ) Lintang Bujur

A -8.407771ᴼS 121.878378°E 7 ekor (trip ke 1)

27,94 0.170

B -8.374258°S 121.979600°E 10 ekor (trip ke 2)

28,01 0.174

(5)

Gambar 1. Sebaran Suhu Permukaan Laut di Perairan Utara Laut Flores Bulan September 2019

Titik koordinat A dapat dilihat sebaran suhu permukaan laut di perairan utara laut flores pada bulan September 2019 yaitu 27.940C dengan jumlah hasil tangkapan ikan tuna sirip kuning 7 ekor/trip pada posisi -8.4077710S dan 121.878378°E sedangkan pada titik koordinat B dapat dilihat suhu permukaan laut yaitu 28,010C dengan jumlah hasil tangkapan ikan tuna sirip kuning 10 ekor/trip pada posisi -8.3742580S dan 121.979600°E. Hal ini menunjukan bahwa hasil tangkapan tertinggi berada pada titik koordinat B. Nilai SPL ini masih berada dalam kisaran yang disukai oleh ikan tuna sirip kuning 180C - 360C (FAO, 2011). Ditambahkan Gradieff (2003) bahwa Hubungan yang signifikan antara SPL dan hasil tangkapan ikan tuna diduga disebabkan karena pada umumnya ikan tuna merupakan predator yang selalu berada di lapisan permukaan pada siang hari untuk berburu mangsanya.

Klorofil-a

Gambar 2. Sebaran Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Utara Laut Flores September 2019

(6)

Sebaran konsentrasi klorofil-a di perairan utara laut flores bulan September 2019 pada titik koordinat A memiiki nilai sebaran klorofil-a yaitu 0,170 mg/mᶟ dengan jumlah hasil tangkapan ikan tuna sirip kuning 7 ekor/trip pada posisi -8.407771ᴼS dan 121.878378°E sedangkan pada titik koordinat B memiliki nilai sebaran klorofil-a yaitu 0,174 mg/mᶟ dengan jumlah hasil tangkapan ikan tuna sirip kuning 10 ekor/trip pada posisi -8.374258°S dan 121.979600°E. Hal ini menunjukan bahwa hasil tangkapan tertinggi berada pada titik koordinat B.

Pengaruh nyata antara konsentrasi klorofil-a dengan hasil tangkapan ikan tuna, diduga karena nilai konsentrasi klorofil-a pada perairan laut utara flores kabupaten Sikka cukup rendah bekisar 0.170 mg/mᶟ - 0,174 mg/mᶟ , dimana nilai optimal keberadaan konsentasi klorofil-a berada di atas 0,2 mg/mᶟ(Gower dalam Zainuddin et al, 2006).

Menurut Leukos et al., (2003), bahwa fitoplankton bukan merupakan makanan alami ikan tuna tetapi sebagai rantai dasar makanan tuna. Produksi tersier dan sekunder membuat makanan tuna bergantung pada produktivitas primer fitoplankton. Menurut Nontji (2002), bahwa perairan yang produktivitas primer planktonnya tinggi akan mempunyai sumberdaya hayati perairan yang besar pula.

Daerah Potensial Penangkapan Ikan Tuna

Gambar 3. Daerah Potensial Penangkapan Ikan

Daerah potensial penangkapan ikan berada pada titik koordinat B dengan Jumlah hasil tangkapan tertinggi berada pada posisi -8.374258°S dan 121.979600°E dengan kedalaman 1200 dimana jumlah tangkapan yaitu 10 ekor/trip.

Kedua titik koordinat tersebut menghasilkan jumlah hasil tangkapan yang rendah, hal ini dikarenakan kedua titik koordinat mempunyai nilai klorofil-a yang rendah. Suatu perairan

(7)

dikatakan subur apabila mempunyai klorofil-a yang optimal, semakin besar nilai klorofil-a di suatu perairan maka semakin subur suatu perairan tersebut.

Menurut Gower dalam Zainuddin et al., 2006, bahwa suatu perairan memiliki rentang tertentu dimana ikan berkumpul untuk melakukan adaptasi fisiologis terhadap faktor lain misalnya suhu, arus dan salinitas yang lebih sesuai dengan yang diinginkan ikan, namun keberadaan konsentasi klorofil-a di atas 0,2 mg/mᶟ mengindikasikan keberadaan plankton untuk menjaga kelangsungan hidup ikan ekonomis penting.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data terhadap daerah penangkapan ikan tuna (Thunnus sp) yang dilakukan di perairan utara laut flores, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Daerah potensial penangkapan ikan tuna berada pada posisi -8.374258°S dan

121.979600°E dimana jumlah hasil tangkapan ikan tuna sirip kuning tertinggi yaitu 10 ekor/trip dan pada posisi 8.407771ᴼS dan 121.878378°Edengan hasil tangkapan ikan tuna sirip kuning terendah 7 ekor/trip.

2. Kedua titik koordinat tersebut menghasilkan jumlah hasil tangkapan yang rendah, hal ini dikarenakan kedua titik koordinat mempunyai nilai klorofil-a yang rendah. Suatu perairan dikatakan subur apabila mempunyai klorofil-a yang optimal, semakin besar nilai klorofil-a di suatu perairan maka semakin subur suatu perairan tersebut, dimana nilai optimal keberadaan konsentasi klorofil-a berada di atas 0,2 mg/mᶟ.

Saran

Saran untuk penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjut pada semua musim sehingga mendapatkan gambaran tentang zona potensial penangkapan ikan tuna selama satu tahun.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Sikka 2018.

Sikka (ID): BPS. ISBN 53100.1826.

Azmi, S., Agarwadkar, Y., Bhattacharya, M., Apte, M., & Inamdar, . 2015. Indicator Based Ecological Healty Analysis Using Chlorophyll and Sea Surface Temperature Along with Fishing Catch Data off Mumbai Coast. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences, 15(4), 923-930.

(8)

Food Agriculture Organization [FAO]. 2011. FAO Species Catalogue, Scombrids of The World, An Annoted and Illistrates Catalogue of Tunas, Mackerels, Bonitos and Related Species Known to Date. Vol.2. Rome.United Nation Development Program.137 p.

Gradieff S. 2003. Yellowfin tuna.http://www.flmnh.ufl.edu. [diakses 31 Mei2016].

Nontji, A. 2002.Laut Nusantara. Cetakan ketiga. Djambatan. Jakarta, 368 halaman.

Sahidi, S., Sapsuha, G.D., Laitupa , A. F., Tangke, U. 2015. Hubungan Faktor Oseanografi Dengan Hasil Tangkapan Pelagis Besar Di Perairan Batang Dua Provinsi Maluku Utara. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan. Volume 8, Edisi 2. Ternate.

Tangke, U dan Deni, S. 2014. Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan (Thunnus albacares) dan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Utara Maluku. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Periknan. Volume 6. Ternate.

Zainuddin, M. 2006. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penelitian Perikanan dan kelautan.Makalah disampaikan pada Lokakarya Agenda Penelitian COREMAP II kabupaten Selayar, pp.9-10.

Referensi

Dokumen terkait

Pada SMP Negeri 3 Bangil tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat kebisingan lalu lintas terhadap tingkat kenyamanan saat pembelajaran dimana pengaruh

Tingkat kebisingan sekolah lain (sekolah di Jl. Sei Petani) juga melebihi baku mutu karena posisinya berada di lingkungan tempat tinggal masyarakat ataupun

Hal ini terlihat pada gambar .17 dan gambar yang memperlihatkan perbandingan antara penurunan kadar air hasil pengujian di laboratorium dengan hasil perhitungan

7) Tugas ketiga, responden yang sudah merasa cocok dengan hotel tersebut, diminta untuk mencari informasi mengenai tipe-tipe kamar yang tersedia, beserta harga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pendidikan istri, lama pendidikan suami, pengaruh pendapatan keluarga, usia kawin pertama istri, lama penggunaan

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk Tak Orientasi

mempunyai motivasi yang sama. Metode mengajar guru sangat penting pada kegiatan belajar mengajar. Apabila metode yang digunakan guru sesuai dengan karateristik siswa serta

Sedangkan menurut bentuknya, populasi dapat berarti sekelompok orang, benda atau hal yang memenuhi syarat- syarat teretntu yang berkaitan dengan masalah penelitian