ANALISIS VARIABEL MAKROEKONOMI DAN INDEKS
SYARIAH TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH
REKSADANA SYARIAH
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Ahmad Mursyidin
NIM : 105081002556
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Ahmad Mursyidin
105081002556
Manajemen
i Kencana Kec. Tanah Sareal Bogor 16167 4. Telepon/Hp : 0251 7532932 / 085697387370
5. Email : mursyidinahmad@yahoo.co.id
II. PENDIDIKAN
1. Tahun 1992-1998 : MI NURUL AMAL BOGOR 2. Tahun 1998-2001 : SLTP NEGERI 16 BOGOR 3. Tahun 2001-2004 : SMU NEGERI 6 BOGOR
4. Tahun 2005-2010 : UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Tahun 1998-2000 : Anggota PMR di SLTPN 16 Bogor 2. Tahun 2002-2003 : Anggota OSIS di SMUN 6 Bogor 3. Tahun 2002-2004 : Anggota ROHIS di SMUN 6 Bogor
IV. PENGALAMAN KERJA
1. Januari -Mei 2005 : Pegawai Restoran Soto Ambengan Pak Sadi Juanda Jakarta Pusat
2. Agustus-September 2008 : Magang di PT Parama Mega Jaya Serpong Tangerang
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : H. Kosasih (Alm)
2. Tempat & Tgl. Lahir : Bogor, 13 Oktober 1953 3. Alamat :
-4. Telepon : 0251 7532932
5. Ibu : HJ Nurhasanah
6. Tempat & Tgl. Lahir : Bogor, 15 Januari 1958
7. Alamat : Kencana 1 No 53 RT 003/002 Kel kencana, Kec. Tanah Sareal Bogor 16167
ii
ABSTRACT
This research purpose to analyze influence the variables macroeconomics and syariah index toward net asset value syariah mutual funds until January 2005-February 2008 period. Variables this research is exchange rate rupiah toward US Dollar, inflation, SWBI and JII. This research uses path analyze approach, the meaning is for to analysis direct and indirect influence of eksogen variable to endogen variable, after doing the tests, the result is showing that all eksogen variables influence significan toward net asset value syariah mutual funds,where is for the exchange rate have value of direct influence in the amount of 9,79 % and indirect influence in the amount of -11,79% (with total influence in the amount of -1,99%), for the inflation have value of direct influence in the amount of 26,72 % and indirect influence in the amount of 8,00 % (with total influence in the amount of 34,73%), for the SWBI have value of direct influence in the amount of 6,76 % and indirect influence in the amount of -11,30% (with total influence in the amount of -4,54%), while is for the JII have value of direct influence in the amount of 48,58 % and indirect influence in the amount of -7,04 % (.with total influence in the amount of 41,54%). Compare of total influnce its four variables, the have influence more dominant toward net asset value syariah mutual funds is JII.
iii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalis pengaruh variabel makroekonomi dan indeks syariah terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah selama periode Januari 2005-Februari 2008. Variabel pada penelitian ini adalah nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi, SWBI dan JII.Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis jalur, maksudnya yaitu untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak lansung dari variabel eksogen terhadap variabel endogen. Setelah dilakukan pengujian, hasil tersebut menunjukan bahwa semua variabel eksogen berpengaruh signifikan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah, dimana untuk nilai tukar rupiah memilki nilai pengaruh langsungnya sebesar 9,79% serta pengaruh tidak langsungnya sebesar –11,79% (pengaruh total sebesar -1,99%) , untuk inflasi memilki nilai pengaruh langsung sebesar 26,72% dan pengaruh tidak langsungnya sebesar 8,00% (pengaruh total sebesar 34,73%), untuk SWBI memilki nilai pengaruh langsung sebesar 6,76% dan pengaruh tidak langsungnya sebesar – 11,30% (pengaruh total sebesar -4,54%), sedangkan untuk JII memilki nilai pengaruh langsung sebesar 48,58% dan pengaruh tidak langsungnya sebesar – 7,04 % (pengaruh total sebesar 41,54%). Jadi dengan membandingkan pengaruh total dari empat variabel tersebut, yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah adalah JII.
iv
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun masih jauh dari sempurna. Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan nabi besar kita nabi Muhammad SAW yang telah membawa cahaya kehidupan bagi umat, keluarga dan sahabatnya.
Skripsi ini di susun untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam rangka menyelesaikan studi jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul “Analisis Variabel Makroekonomi dan Indeks Syariah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah”.
Disamping itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan, baik moril maupun materil. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Orang tuaku, Ibunda tercinta yang tak pernah berhenti mengiringi langkahku dengan doanya yang penuh keikhlasan,yang tak pernah letih menguatkanku dengan nasehat-nasehat bijaknya disaat ku lemah dan membuat ku tegar dalam menghadapi semua cobaan yang diberikan Allah SWT serta menjadi teladan bagi penulis untuk memamahi arti kesabaran dan kekhilasan.
2. Ahmad Fahmi, Khodijah, Robiatul Hasanah, Maulidah, Nuriah dan wafi adalah Kakak-kakakku yang selalu memberikan semangat dan dukungannya bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini sampai akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bekerja keras mengembangkan FEB. 4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembimbing I dan Pudek Akademik,
v Mudah-mudahan Allah SWT membalas segala kebaikannya dengan sebaik-baiknya balasan.
5. IndoYama Nasarudin, SE., MAB, selaku Pembimbing II dan Ketua Jurusan Manajemen yang banyak meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan memberikan banyak ilmu-ilmu baru, serta dukungannya yang tak henti memberi semangat kepada penulis, semoga Allah SWT mencatat segala amal kebaikannya sebagai ibadah.
6. Untuk Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, staff akademik, karyawan dan petugas perpustakaan terimakasih semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayahnya.
7. Sahabat–sahabat seperjuangan di Manajemen 2005, Andrie Setiadi, Yusup, Yeni, Uyet, Marcos, Wahyu Ariadi, Jumita, Nina, Ina, Mia, Dahlan, Ridwan, M. Wirawan, Rully Ahmad, Reza Okta, Fauzi, Enny, Ana, Iin Purwaningsih dan sahabat – sahabat semua yang penulis tidak sebutkan satu per satu, tanpa mengurangi rasa persaudaraan kita penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya dan memohon maaf apabila selama ini penulis banyak kesalahan dan kekurangan. Semoga persahabatan kita tetap dijaga oleh Allah SWT.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua yang membaca, amien.
Jakarta, Juni 2010
vi
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup ... i
Abstract ... ii
Abstrak ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... x
Daftar Gambar ... xi
Daftar Lampiran ...xii
Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ...13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...13
1. Tujuan Penelitian ...13
2. Manfaat Penelitian ...14
Bab II TINJAUAN PUSTAKA A. Investasi ...15
1. Pengertian Investasi ...15
2. Jenis Investasi ...16
3. Dasar Hukum Investasi Syariah ...17
B. Reksadana ...20
vii
2. Pengertian Reksadana Syariah ...20
3. Pelaku Reksadana Syariah ...22
4. Proses Investasi Reksadana Syariah ...23
5. Jenis-jenis Reksadana ...25
6. Mekanisme Kerja Reksadana ...31
7. Alokasi Biaya Reksadana ...32
8. Keunggulan Manfaat Investasi di Reksadana ...34
9. Risiko Investasi di Reksadana ...35
C. Nilai Tukar Mata Uang ...36
1. Teori Kurs ...37
2. Sistem Nilai Tukar ...39
D.Inflasi ...41
1. Penggolongan Inflasi ...42
2. Pengukuran Inflasi ...43
E. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) ...43
F. Jakarta Islamic Indeks (JII) ...44
G. Nilai Aktiva Bersih ...47
H. Hubungan Antara Variabel Eksogen dengan Variabel Endogen ...48
I. Penelitian Terdahulu ...52
J. Kerangka Pemikiran ...59
viii
Bab III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ...62
B. Metode Penentuan Sampel ...62
C. Metode Pengumpulan Data ...63
D. Metode Analisis ...64
E. Operasional Variabel Penelitian ...72
Bab IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...73
1. Pasar Modal Syariah ...73
2. Tentang Reksadana Syariah ...76
B. Penemuan dan Pembahasan ...78
1. Analisa Deskriptif ...78
2. Analisa Regresi Jalur...86
3. Gambar Diagram Jalur ...94
4. Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung, Pengaruh Total ...96
ix
Bab V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ... 103
B. Implikasi ………..104
DAFTAR PUSTAKA ... 106
x
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan
2.1 Karakteristik Reksadana ...30
2.2 Kesimpulan Hasil Penelitian Terdahulu ...56
3.1 Operasional Variabel Penelitian ...72
4.1 Data Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar ...78
4.2 Data Tingkat Inflasi ...80
4.3 Data Tingkat Sertifikat Wadiah Bank Indonesia ...82
4.4 Data Tingkat Jakarta Islamic Indeks ...83
4.5 Data NAB Reksadana Syariah ...85
4.6 Hasil Koefisien Determinasi ...86
4.7 Uji F Regresi ...87
4.8 Uji t Regresi ...88
4.9 Hasil Pengujian Secara Parsial ...90
4.10 Hasil Korelasi ...91
4.11 Analisis Korelasi Variabel Eksogen ...94
4.12 Total Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap NAB Reksadana Syariah ...96
4.13 Total Pengaruh Inflasi Terhadap NAB Reksadana Syariah ...97
4.14 Total Pengaruh SWBI Terhadap NAB Reksadana Syariah ...98
4.15 Total Pengaruh JII Terhadap NAB Reksadana Syariah ...99
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan
2.1 Skema Elemen Reksadana Syariah ...22
2.2 Mekanisme Kerja Reksadana ...31
2.3 Kerangka Pemikiran ...60
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan
1 Output Regresi dan Korelasi Berdasarkan SPSS ... 111
2 Data Mentah Masing-masing Variabel ... 113
3 Data Setelah di LOG kecuali Inflasi dan SWBI masing-
masing dibagi 12 Setiap Bulannya ... 114
4 Daftar Produk Reksadana Syariah Periode Januari sampai
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pasar modal (Capital Market) merupakan pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang bias diperjual belikan, baik dalam
bentuk hutang maupun modal sendiri. Pasar modal indonesia dalam beberapa
tahun terakhir berkembang cukup dinamis. Kedinamisan tersebut salah satunya
ditandai dengan berkembangnya secara pesat reksadana berbentuk Kontrak
Investasi Kolektif (KIK) di pasar modal indonesia. Dalam perkembangannya,
telah hadir reksadana syariah yang dimaksudkan untuk memberikan alternatif
investasi yang lebih luas terutama para pemodal muslim. Dapat dijadikan
catatan bahwa kemunculan reksadana syariahdi indonesia yang domotori oleh
Danareksa Syariahterbitan dari PT Danareksa Investment Management tanggal
25 Juni 1997 merupakan cikal bakal kemunculan pasar modal syariah (Yoga
Saltian, 2006:1).
Lahirnya reksadana merupakan suatu pemecahan baru terhadap wahana
investasi dimana seorang pemodal dapat mengimplementasikan prinsip
diversifikasi, “don’t put all your eggs into one basket”, tanpa harus mempunyai
modal yang relatif besar, pengetahuan yang cukup dan tidak perlu
mengorbankan waktu untuk memilih dan mengawasinya terus-menerus untuk
memperhatikan kondisi dan perkembangan pasar. Per definisi,. Reksadana
2 obligasi, dan lain-lainnya, dengan menerbitkan surat berharga tersendiri yang
ditujukan kepada para investor, sehingga para investor tersebut tidak perlu lagi
melakukan investasi langsung terhadap berbagai surat berharga yang
diperdagangkan di bursa efek tetapi cukup membeli surat berharga yang
diterbitkan reksa dana tersebut (www.jurnal-ekonomi.org).
Reksadana sendiri sebagai produk adalah cukup sederhana dan menarik.
Sederhana karena produk merupakan dalam bentuk sertifikat yang terdiri dari
berbagai instrumen pasar modal dan pasar uang. Pengetahuan yang baik
mengenai kondisi perusahaan-perusahaan akan menjadikan sertifikat reksa
dana sangat menguntungkan bagi calon investor yang tidak harus memilih
hanya saham-saham tertentu. Begitupun, dalam situasi bursa efek yang
berkepanjangan mengalami depresi, banyak sekali kalangan yang melihat reksa
dana sebagai “resep” untuk membuat bursa menjadi bullish kembali. Fenomena
maraknya produk reksadana ini tidak bisa ditutup-tutupi dan yang paling
menonjol dari perkembangan industri reksadana adalah semakin banyaknya
jumlah produk reksadana. Jadi, bukan tidak mungkin krisis perbankan justru
bukan bencana bagi industri reksadana malah sebaliknya merupakan blessing
in disguise. Data memperlihatkan sejak 1996 sampai dengan bulan April 2003
produk reksadana tumbuh pesat dan terus mengalami pertumbuhan yang
signifikan. Setiap tahun rata-rata muncul lebih dari 18 reksadana baru yang
akan semakin memberikan banyak pilihan investasi bagi masyarakat pemodal
3 Jenis reksadana itu sendiri cukup banyak, seperti reksadana pendapatan
tetap yang 80 persen portofolio investasinya pada efek yang berbentuk surat
utang seperti obligasi, reksadana pasar uang yang portofolio investasinya pada
jenis instrumen pasar uang seperti SBI, reksadana saham yang portofolio
investasinya terdiri dari saham dan reksadana campuran yang instrumen
investasinya bisa berbentuk saham dan obligasi atau dikombinasikan dengan
instrumen lainnya (www.pkes.org).
Satu bentuk investasi syariah adalah reksadana syariah. Saat ini,
reksadana syariah merupakan investasi yang menarik bagi masyarakat yang
ingin berinvestasi sesuai dengan syariah. Reksadana syariah merupakan
alternatif investasi yang hanya menempatkan dana pada debitor yang tidak
melanggar batasan syariah, dalam fundamental maupun operasional
perusahaan, sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dasar hukum reksadana syariah ialah Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal dan menurut fatwa DSN-MUI NO:
20/DSN-MUI/IV/2001 Tentang reksadana Syariah yaitu: “Reksadana syariah ialah
Reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip Syari’ah Islam, baik
dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (sahib al-mal/ Rabb
al Mal) dengan Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara
Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi
4 Reksadana syariah yang juga sering disebut dengan istilah Islamic
Investment Fund atau Syariah Mutual Fund merupakan lembaga intermediari
(intermediary) yang membantu surplus unit melakukan penempatan dana untuk
selanjutnya diinvestasikan kembali (reinvestment). Selain untuk memberikan
kemudahan bagi calon investor untuk berinvestasi di pasar modal maka
pembentukan Islamic Investment Fund atau Syariah Mutual Fund juga
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kelompok investor yang menginginkan
keuntungan dari sumber dan mekanisme investasi yang bersih dan dapat
dipertanggungjawabkan secara religius serta tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariah, misalnya tidak diinvestasikan pada saham-saham atau
obligasi dari perusahaan yang pengelolaan atau produknya bertentangan
dengan syariat Islam. Seperti pabrik makanan/minuman yang mengandung
alkohol, daging babi, rokok dan tembakau, jasa keuangan konvensional, serta
bisnis hiburan yang berbau maksiat (MUI, 2001).
Perbedaan yang paling nampak dari operasional reksadana syariah
dengan reksadana konvensional adalah proses screening dalam mengkonstruksi
portofolio. Filterasi menurut prinsip syariah akan mengeluarkan saham yang
memiliki aktivitas haram. Proses cleansing atau filterasi terkadang juga
menjadi ciri tersendiri, yaitu membersihkan pendapatan yang dianggap
diperoleh dari kegiatan haram, dengan membersihkannya sebagai charity
(Yoga Saltian, 2006:2).
Di Indonesia sekarang ini, proses screening terhadap produk saham
5 saham berbasis syariah yaitu Jakarta Islamic Indeks (JII), yang dapat
mempermudah pemilihan saham dan pengukuran kinerja investasi berbasis
syariah. Selain itu instrumen pasar modal syariah lainnya yang sudah mulai
marak adalah obligasi syariah, sedangkan pasar uang syariah sudah lebih
dahulu berkembang dipelopori dengan pendirian bank berbasis syariahdengan
nama Bank Muamalat.
Kegiatan investasi yang bernafaskan Islam khususnya reksadana akan
menarik, terutama karena memberi keyakinan bahwa kegiatan investasi juga
merupakan sebentuk kegiatan muamalah (keperdataan) dalam Islam. Reksadana
syariah ini dapat dijadikan salah satu alternatif masyarakat Indonesia yang
mayoritas muslim untuk ikut serta dalam kegiatan pasar modal dengan cara yang
halal, sesuai syariat agama. Mengingat hal tersebut, Indonesia jelas merupakan
pasar potensial untuk tumbuhnya investasi yang bersifat islam seperti reksadana
syariah.
Pertumbuhan dan perkembangan reksadana syariah mengalami
kenaikan cukup pesat. Hal ini terlihat dari data statistik bahwa sampai dengan
tahun 2003 hanya ada tiga reksadana syariah dimana satu diantaranya efektif
pada tahun yang sama, sedangkan pada tahun 2004 terdapat sebanyak tujuh
reksadana syariah baru dinyatakan efektif, sehingga sampai dengan akhir tahun
2004 secara kumulatif terdapat sepuluh reksadana syariah telah ditawarkan
kepada masyarakat atau meningkat sebesar 233,33 persen jika dibandingkan
dengan tahun 2003 yang hanya terdapat tiga reksadana syariah dengan total
6 Harus diakui bahwa sampai dengan akhir tahun 2004, total (NAB) reksa
dana syariah baru mencapai Rp. 525,97 Milyar (0,51%) dari total NAB industri
reksadana di pasar modal Indonesia yaitu sebesar Rp. 1,04 Trilyun. Namun jika
dibandingkan dengan NAB reksadana syariah sampai dengan tahun 2003,
maka terlihat meningkat sebesar 312,872% yaitu dari Rp 168,11 Milyar pada
akhir tahun 2003 menjadi Rp.525,97 M pada akhir tahun 2004
(www.reksadanasyariah.net).
Pada tahun 2008, NAB reksadana syariah diterpa krisis turun hingga
17,72 % dibandingkan 2007. Jika pada tahun 2007 NAB reksadana syariah
mencapai Rp 2,20 triliun maka pada tahun 2008 turun menjadi hanya Rp 1,814
triliun (www.kilasberita.com). Meskipun sempat turun nilai NAB di tahun
2008, namun hal itu tidak berlangsung lama karena pada tahun 2009 reksadana
yang mencatat persentase pertumbuhan paling fantastis adalah reksadana
syariah. Reksadana syariah berhasil tumbuh hingga 283% selama periode
Januari-Mei 2009, dimana pada bulan Januari tercatat dana kelolaan sebesar Rp
769,78 M menjadi Rp 2,946 triliun di bulan mei 2009 (www.vibiznews.com).
Perkembangan reksadana syariah tidak terlepas dari berbagai macam
faktor yang mendasari. Perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut
dapat mempengaruhi perkembangan reksadana syariah baik secara positif
maupun negatif. Variabel yang dapat digunakan untuk menganalisis
perkembangan reksadana syariah adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari
7 Investasi di reksadana syariah merupakan aktivitas investasi yang juga
akan dihadapkan pada berbagai macam risiko yang seringkali sulit
diprediksikan oleh para investor. Untuk mengurangi kemungkinan risiko yang
akan terjadi, investor memerlukan berbagai macam informasi, baik informasi
yang bersifat fundamental juga bersifat teknikal. Informasi bersifat
fundamental yaitu informasi berasal dari dalam perusahaan, informasi bersifat
teknikal adalah informasi dari luar perusahaan seperti politik, makroekonomi
dan lain-lain.
Iklim investasi yang kondusif cenderung dikaitkan dengan perbaikan
indikator makroekonomi. Kinerja pasar modal (saham) misalnya dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor terutama variabel-variabel makro ekonomi.
Dalam kegiatan ekonomi makro terkandung aspek produksi, pendapatan,
pengeluaran, anggaran nasional, jumlah uang beredar dan neraca pembayaran.
Kondisi ekonomi makro yang stabil merupakan energi pendorong bagi
berkembangnya pasar modal. terdapat empat faktor ekonomi makro yang
berpengaruh terhadap kinerja pasar modal, dua di antaranya adalah kurs mata
uang dan inflasi (I Putu Gede Ari Suta, 2000:13).
Nilai tukar ialah harga suatu mata uang yang diekspresikan terhadap
mata uang lainnya. Nilai tukar dapat dipresentasikan sebagai sejumlah mata
uang lokal yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing
(Manurung dkk., 2008 : 6). Resiko nilai kurs merupakan resiko yang timbul
akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan nilai tukar
8 dalam menjalankan aktivitas operasional dan investasinya akan menghadapi
resiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi oleh
perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Salvatore
Dominick,1997:140).
Fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil akan sangat
mempengaruhi iklim investasi dalam negeri, khususnya pasar modal.
Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dollar misalnya akan memberikan
dampak terhadap perkembangan persaingan produk Indonesia di luar negeri,
terutama dalam hal persaingan harga. Apabila ini terjadi, secara tidak langsung
akan memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan karena meningkatnya
nilai eksport dibandingkan dengan nilai import, sebaliknya akan berpengaruh
pula kepada neraca pembayaran Indonesia. Memburuknya neraca pembayaran
negara akan berpengaruh terhadap cadangan devisa, berkurangnya cadangan
devisa akan mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perekonomian
Indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak negatif terhadap
perdagangan saham di pasar modal. Keadaan ini, bagi investor asing akan
cenderung melakukan penarikan modal sehingga terjadi capital inflow (I Putu
Gede Ari Suta, 2000:15).
Terjadinya penurunan kurs yang berlaku akan berdampak kepada
perusahaan-perusahaan yang menggantungkan faktor-faktor produksi terhadap
barang-barang import, besarnya belanja import dari perusahaan seperti ini akan
mempertinggi biaya produksi, serta menurunnya laba perusahaan. Sehingga
9 Makroekonomi kedua adalah inflasi, inflasi adalah kecenderungan
naiknya harga–harga secara umum yang berlaku dari waktu kewaktu, inflasi
menunjukkan meningkatnya arus harga secara umum. Pembangunan akan
berjalan lancar bila inflasi dapat ditekan serendah mungkin.
Apabila inflasi naik, akan berdampak pada naiknya harga bahan baku
yang pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya daya saing terhadap
produk barang yang dihasilkan suatu perusahaan. Hal ini akan berdampak
buruk pada harga saham perusahaan itu di pasar modal. Selain itu,
meningkatnya inflasi akan menaikkan biaya perusahaan yang mengakibatkan
menurunnya profitabilitas perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya
di bursa efek yang pada akhirnya akan memperkecil deviden yang diterima
oleh pemegang saham. Menurunnya pendapatan deviden yang diterima oleh
investor maka akan semakin menurunkan minat masyarakat investor untuk
berinvestasi dipasar modal seperti reksadana.
Besar kecilnya laju inflasi dapat mempengaruhi suku bunga riil. Hal ini
cukup berpengaruh bagi instrumen-instrumen pasar modal yang memberikan
tingkat pendapatan tetap seperti obligasi. Jika bunga tinggi, investor cenderung
mengurangi kegiatan investasinya. Dana investor lebih suka diendapkan di
bank dalam bentuk deposito. Sebaliknya bila inflasi turun, investor cenderung
melakukan investasi di pasar modal, mengingat besarnya return yang di
10 Makroekonomi ketiga dalam penelitian ini adalah SWBI (Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia) . SWBI merupakan SBI-nya bagi perbankan syariah.
SWBI adalah sertifikat yang diterbitkan oleh BI sebagai bukti penitipan dana
berjangka pendek dengan prinsip wadiah , sedangkan Wadiah adalah perjanjian
penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak yang dipercaya untuk
menjaga dana titipan tersebut. (Bank Indonesia, 2003: 6). Hubungan SWBI
dengan NAB seperti halnya hubungan antara suku bunga dengan harga saham
adalah negatif atau berlawanan arah. Begitu pula yang terjadi pada SWBI sama
dengan suku bunga, apabila SWBI dengan tingkat yang memadai maka
pemodal akan memindahkan investasinya dari reksadana ke deposito syariah,
demikian pula sebaliknya jika SWBI turun maka pemodal akan memindahkan
investasinya dari deposito syariah ke investasi lain seperti reksadana sehingga
NAB reksadana akan meningkat.
Di samping faktor makroekonomi, dalam mengembangkan pasar modal
syariah, PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Danareksa
Investment Management (DIM) telah meluncurkan indeks saham yang dibuat
berdasarkan syariah Islam, yaitu Jakarta Islamic Index (JII). JII Beroperasi
sejak tanggal 3 juli 2000 dan menggunakan tahun 1 januari 1995 sebagai data
base (dengan nilai 100). JakartaIslamic Index terdiri atas 30 jenis saham yang
dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam.
JakartaIslamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur
(benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis
11 untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah (Burhanuddin
Susanto, 2008: 128). Ini berarti pergerakan dari JII akan dibarengi dengan
pergerakan dari nilai reksadana syariah karena dalam reksadana syariah ada
yang di investasikan dalam bentuk saham yang tentunya sesuai dengan syariah
islam.
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan reksadana telah dilakukan,
di antaranya oleh M Romas Sjahputra (2005), dimana inflasi, kurs nilai tukar,
dan Jakarta Islamic Index (JII) pengaruhnya positif, sedangkan untuk SBI
pengaruhnya negatif. Dari semua variabel yang diteliti, JII merupakan variabel
yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana syariah
sedangkan pengaruh variabel lainnya tidak signifikan.
Menurut Abdul Muthalib (2005), mengenai ”Pengaruh Variabel Makro
Ekonomi Terhadap Tingkat Kinerja Reksadana Saham Periode 1998-2004”.
Variabel independen yang digunakan yaitu : pendapatan nasional bersih,
jumlah uang yang beredar, inflasi ,suku bunga SBI, nilai tukar rupiah terhadap
US dollar. Hasilnya hanya terdapat satu variabel independen yang signifikan
terhadap kinerja reksadana saham yaitu tingkat pertumbuhan pendapatan
nasional bersih.
Menurut Hadori Yunus & Idrus Mahidin (2005) mengenai“Critical
Factors yang Mempengaruhi Niali Aktiva Bersih Reksadana Syariah”. SWBI
mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan dengan NAB Danareksa
Syariah Berimbang, sedangkan JII berpengaruh positif yang sangat kuat serta
12 berhubungan negatif yang rendah dan tidak signifikan terhadap NAB
Danareksa Syariah berimbang.
Menurut Reno Virlandana A dan Budi Hermana (2005) mengenai
“Hubungan Antara Reksadana Syariah, Nisbah Bank Syariah dan Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia Pada Periode Januari 2001 - Desember 2004” Hasilnya
bahwa pergerakan Nilai Aktiva Bersih unit reksadana syariah berhubungan
kuat positif dengan index syariah (JII) dan Index Harga Saham Gabungan
(IHSG). tetapi berhubungan kuat negatif dengan equivalent rate nisbah
simpanan bank syariah dan sertifikat wadiah bank indonesia (SWBI).
Menurut Shandy Rahmadani Tayibnapis (2008) mengenai “Analisis
Pengaruh Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, Jakarta Islamic Index, Inflasi dan
Valuta Asing Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah (Studi kasus
Reksadana Danareksa Syariah Berimbang)”. Hasilnya dimana SWBI dan JII
memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap NAB Danareksa
Syariah Berimbang sedangkan inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan
serta valuta asing pengaruhnya positif dan tidak signifikan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, untuk itu
dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Variabel Makroekonomi dan
Indeks Syariah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah”. Pada
penelitian kali ini ada tiga variabel makroekonomi yang akan digunakan ialah
nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi, dan SWBI (Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia) dan indeks syariah yaitu JII serta NAB Reksadana Syariah.
13 penelitian ini objek yang dipakai tidak hanya menggunakan satu produk
reksadana syariah saja tetapi seluruh produk reksadana syariah selama periode
penelitian. kedua, metode yang digunakan yaitu metode analisis jalur (Path
Analysis).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh variabel nilai tukar rupiah terhadap US Dollar,
inflasi, SWBI dan JII baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah?
2. Dari variabel nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi, SWBI dan JII,
variabel apa yang paling dominan dalam mempengaruhi nilai aktiva bersih
reksadana syariah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisa pengaruh variabel nilai tukar rupiah terhadap US
Dollar, inflasi, SWBI dan JII baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah.
2. Untuk menganalisa variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan
14
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan
pengetahuan dan pemahaman mengenai pengaruh variabel
makroekonomi dan indeks syariah terhadap NAB reksadana syariah.
2. Bagi investor, sebagai bahan referensi informasi dalam berinvestasi di
reksadana syariah.
3. Bagi Manajer Investasi, sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan penempatan dana ke dalam portofolio efek
investasi suatu reksadana syariah dan dalam rangka mempertahankan
atau meningkatkan hasil reksadana syariah yang dimilkinya.
4. Bagi kalangan akademisi bisa dijadikan sebagai bahan acuan penelitian
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Investasi
1. Pengertian Investasi
Investasi menurut Bruce (2003:1) adalah “ investment is an initial
forfeit of something we value exchage for anticipated benefit of getting back
more the we put in ”. Menurut Hirt and Stanley (2003:5) “invesment as the
commitment of current funds in anticipation of receiving a larger future
flow of funds”
Investasi menurut Reilly (2003:5) adalah “...an investment is the
current commitment of dollar for period of time in order a future payments
that will composite the investor for :
a. The time the funds are commited
b. The expected rate inflation, and
c. The uncertainty of future payments.
Menurut Jogianto (2000:109) dalam bukunya berjudul “Teori
Portofolio dan Analisis Investasi” memberi pengertian bahwa Investasi
adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi
yang efisien selama periode waktu tertentu.
Menurut Eduardus Tendellin (2001:3), investasi adalah komitmen atas
sejumlah dana atau sumber daya lainnnya yang dilakukan pada saat ini
16 Menurut Iswantono (2006:121), investasi adalah tindakan
menanamkan uang dalam bentuk uang tunai, asset dan surat-surat berharga
lainnya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan
datang sebagai pendapatan dari investasi tersebut.
Investasi menurut Jones (2007:3) yaitu “investment is the commitment
of funds to one or more assets thet will be held over some future time period
” sedangkan investasi menurut Bodie dkk (2009:1) yaitu “ an investment is
the current commitment of money or other resources in the expectation of
reaping future benefits”.
2. Jenis Investasi
Menurut Abdul Halim (2005:4) pada umumnya investasi ada dua
yaitu:
a. Investasi pada aset–aset finansial yaitu investasi pada aset–aset finansial
baik yang dilakukan dipasar uang misalnya sertifikat deposito,
commercial paper, surat berharga pasar uang dan lainnya, maupun
dipasar modal misal saham, obligasi, opsi dan lainnya.
b. Investasi pada aset–aset riil yaitu investasi pada aset–aset riil yang
dapat berbentuk pembelian aset produktif, pendirian pabrik, dan lain–
17 3. Dasar Hukum Investasi Syariah
Dalam pasar modal syariah, terdapat beberapa landasan hukum yang
secara tidak langsung terkait dengan kegiatan investasi, diantaranya firman
Allah yang menegaskan bahwa (Burhanuddin Susanto, 2009:41) :
a. “Janganlah kamu menghambur-hamburkan harta secara boros.
Karena sesungguhnya pemborosan itu adalah saudara – saudaranya
setan” (QS. Al-Isra [17]:26-270.
b. “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. An-Nisa
[4]:275)
c. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan perniagaan yang
berlaku ridha sama ridha diantara kamu” (QS.An-Nisa [4]:29).
d. “Hai oarang – orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat). Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(QS.Al-Hasyir[59]:18).
e. “Dan Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan mereka. Karena itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
18 Islam sebagai aturan hidup yang mengatur seluruh sisi kehidupan
umat manusia, menawarkan berbagai cara dan kiat untuk menjalani
kehidupan yang sesuai dengan norma dan aturan Allah SWT. Dalam
berinvestasi pun Allah SWT. dan Rasul-Nya memberikan petunjuk (dalil)
dan rambu-rambu pokok yang seyogyanya diikuti oleh setiap muslim yang
beriman. Menurut Satrio dalam Nurul Huda dan Edwin (2007:24) diantara
rambu-rambu tersebut adalah sebagai berikut:
a. Terbebas dari unsur riba
Riba secara etimologi berarti tumbuh dan bertambah, dan dalam
terminologi syariah para ulama banyak memberikan definisi
diantaranya: Riba merupakan kelebihan yang tidak ada padanan
pengganti yang tidak dibenarkan syariah yang disyaratkan oleh salah
satu dari dua orang yang berakad.Imam Badrudin Al ’Aini dalam
kitabnya ’umdatu al-Qari mendefinisikan riba sebagai : ”riba adalah
penambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis riil”.
b. Terhindar dari unsur gharar
Gharar secara etimologi bermakna kekhawatiran atau resiko, dan
gharar berarti juga menghadapi suatu kecelakaan, kerugian, dan/ atau
kebinasaan. Dan taghrir adalah melibatkan diri dalam sesuatu yang
gharar. Gharar juga dikatakan sebagai sesuatu yang bersifat tidak pasti
(uncertainty). Jual beli gharar berarti sebuah jual beli yang
19 dua pihak yang bertransaksi, atau jual beli sesuatu yang objek akad
tidak diyakini dapat diserahkan.
c. Terhindar dari unsur judi (maysir)
Maysir secara etimologi bermakna mudah. Maysir merupakan
bentuk objek yang diartikan sebagai tempat untuk memudahkan
sesuatu. Dikatakan memudahkan sesuatu karena seseorang yang
seharusnya menempuh jalan yang susah payah akan tetapi mencari jalan
pintas dengan harapan dapat mencapai apa yang dikehendaki, walaupun
jalan pintas tersebut bertentangan dengan nilai serta aturan syariah.
d. Terhindar dari unsur haram
Investasi yang dilakukan oleh seorang investor muslim diharuskan
terhindar dari unsur haram. Sesuatu yang haram merupakan sesuatu
yang dilarang oleh Allah SWT. dan Rasul-Nya nabi Muhammad SAW.
dalam Al-Qur’an dan Hadist-Nya. Secara garis besar sesuatu yang
haram dikategorikan menjadi 2 (dua); haram secara zatnya dan haram
karena proses yang ditempuh dalam memperoleh sesuatu.
e. Terhindar dari unsur syubhat
Kata syubhat berarti mirip, serupa, semisal, dan bercampur. Dalam
terminologi syariah syubhat diartikan sebagai sesuatu perkara yang
tercampur (antara halal dan haram), akan tetapi tidak diketahui secara
pasti apakah ia sesuatu yang halal atau haram, dan apakah ia hak
20 B. Reksadana
1. Pengertian Reksadana
Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 08 Tahun 1995, Pasal 1
ayat 27, reksadana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi yang telah
mendapat izin dari Bapepam.
Pengertian yang diberikan oleh I Putu Gede Ari Suta (2000:256),
reksadana diartikan sebagai wadah berinvestasi untuk dapat
mengembangkan uang di pasar modal. Pemodal menyertakan dananya
dalam satu jenis reksadana (mutual fund), lalu manajer mengelola dana
tersebut untuk meraih keuntungan dan memberikan imbal hasil (return)
kepada pemodal atas penyertaan dananya.
Menurut Heri Sudarsono (2003:12) Reksadana berasal dari kata
“Reksa” yang berarti jaga atau pelihara dan kata “Dana” berarti uang.
Sehingga Reksadana pada umumnya diartikan sebagai kumpulan uang yang
dipelihara. Sementara Strong (2003:78) menyatakan bahwa “Mutual fund is
an exasting portfolio of assets into which someone may invest directly”.
2. Pengertian Reksadana Syariah
Reksadana syariah (Islamic Investment Funds) dalam hal ini memiliki
pengertian reksadana yang hanya menempatkan investasinya pada
21 memproduksi barang atau jasa yang sesuai dengan prinsip syariat islam (I
Putu Gede.Ari Suta, 2000 :271).
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)
No.20/DSN-MUI/IV/2001, reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut
ketentuan dan prinsip syariah islam, baik dalam bentuk akad, antara
pemodal sebagai pemilik harta (shahibul maal/rabb al-mal) dengan manajer
investasi sebagai wakil shahibul maal, maupun antara manajer investasi
sebgai shahibul maal dengan pengguna investasi (Burhanuddin Susanto,
2009 : 74).
Reksadana Syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang
dapat dijadikan alternatif berinvestasi bagi masyarakat yang menginginkan
(+) return dari sumber usaha yang bersih dan dapat dipertanggung jawabkan
secara syariah. Tujuan utama reksadana syariah bukan semata-mata mencari
keuntungan, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial terhadap
lingkungan, komitmen terhadap nilai-nilai religiusitas, meskipun tanpa
harus mengabaikan kepentingan investor (Burhanuddin Susanto, 2009 : 75).
Perbedaan reksadana syariah dan reksadana konvensional adalah
adanya dua proses dalam rangka melakukan penempatan investasinya
(majalah prospektif, 2001:45) yaitu :
a. Screening, pemilihan saham –saham yang sesuai dengan syariat islam
(telah mendapat izin dari Dewan Syariah Nasional)
b. Cleansing, dalam berinvestasi manajer investasi selalu berpedoman
22 dibeli adalah perusahaan yang sejenis dan ruang lingkup kegiatannya
sesuai dengan syariat islam. Bila sebagian kecil, yang jumlahnya tidak
melebihi 5 % dari pendapatan perusahaan berasal dari kegiatan yang
tidak sesuai dengan syariat islam. DSN masih mungkin mengizinkan
berinvestasi. Selanjutnya bagian dari hasil investasi reksadana dalam
bentuk shadaqah atau hadiah. Pemotongan hasil dalam bentuk
shadaqah dapat mengurangi NAB. Inilah yang dikenal dengan sebutan
cleansing.
Gambar 2.1
Skema Elemen Reksadana Syariah
Sumber : Burhanuddin Susanto, 2009:78
3. Pelaku Reksadana Syariah
Untuk mewujudkan Investasi melalui perusahaan reksadana syariah
terdapat beberapa pelaku yang saling berhubungan (Burhanuddin
Susanto,2009:75):
Reksadana Syariah Dewan Syariah
Investor Perusahaan
23 a. Adanya semacam Dewan Syariah yang bertugas memberikan
pengarahan tertentu kepada Manajer Investasi agar senantiasa sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah. Kedudukan dewan syariah berfungsi
sebagai Shariah Compliance Officer (SCO) yaitu petugas disuatu
perusahaan atau lembaga yang telah mendapat sertifikasi dari
DSN-MUI dalam pemahaman mengenai prinsip-prinsip syariah dipasar
modal.
b. Investor adalah pihak yang menggunakan perusahaan reksadana sebagai
instrumen melakukan investasi. Kriteria investor diperusahaan
reksadana tidak jauh berbeda dengan investor dipasar modal pada
umumnya. Perbedaannya hanya terdapat pada volume dana yang
diinvestasikan.
c. Perusahaaan reksadana syariah yang anggota utamanya terdiri dari
Manajer Investasi dan Bank Kustodian.
d. Perusahaan lain yang dijadikan lembaga syariah reksadana sebagai
instumen investasi.
4. Proses Investasi Reksadana Syariah
Proses investasi reksadana syariah didasarkan pada fatwa yang
dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional yaitu pedoman pelaksanaan
investasi untuk reksadana syariah yang dikeluarkan pada tahun 2001.
Menurut fatwa ulama pasal 2 (2001) proses investasi reksadana syariah
24 a. Mekanisme operasional dalam reksadana syariah terdiri atas : (1)
Antara pemodal dengan manajer investasi dilakukan dengan sistem
waktualah (pendelegasian atau pemberian mandat); (2) Antara manajer
investasi dengan pengguna investasi dilakukan dengan sistem
mudharabah.
b. Karakteristik sistem mudharabah : (1) pembagian keuntungan antara
pemodal (shahib al-mal) yang diwakili oleh manajer investasi dan
pengguna investasi berdasarkan pada proporsi yang telah disepakati
kedua belah pihak melalui manajer investasi sebagai wakil dan tidak
ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada pemodal; (2) Pemodal
hanya menanggung resiko sebesar dana yang telah diberikan; (3)
Manajer Investasi sebagai wakil tidak menanggung risiko kerugian atas
investasi yang dilakukannya sepanjang bukan karena kelalaiannya.
Jenis dan instrumen investasi menurut fatwa ulama pasal 7 tahun 2001
(www.msi-uii.net) adalah :
a. Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai
dengan syariah islam.
b. Instrumen keuangan meliputi : (1) Instrumen saham yang sudah melalui
penawaran umum dan pembagian dividen didasarkan pada tingkat laba
usaha; (2) Penempatan dalam deposito pada Bank Umum Syariah; (3)
25 5. Jenis-Jenis Reksadana
Bentuk reksadana konvensional dan syariah adalah sama berdasarkan
Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 pasal 18, ayat (1),
berdasarkan bentuk hukum, reksadana di Indonesia ada dua, yaitu :
a. Reksadana Berbentuk Perseroan
Reksadana berbentuk perseroan adalah emiten yang kegiatan
usahanya menghimpun dana dengan menjual saham dan selanjutnnya
dana dari penjualan saham tersebut diinvestasikan pada berbagai aspek
yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang (pasal 18 ayat 1
huruf a). Reksadana perseroan dapat berbentuk Reksadana terbuka dan
reksadana tertutup (pasal 18 ayat 2).
Reksadana berbentuk perseroan adalah suatu perseroan terbatas
(PT) yang dari sisi badan hukum tidak berbeda dengan perusahaan
lainnya, perbedaan hanya terletak pada jenis usaha yang dijalankan.
Dalam bentuk ini perusahaan penerbit reksadana menghimpun dana
melalui penjualan saham kepada para investor, sehingga mereke
memilki hak kepemilikan atas perusahaan tersebut. Hasil dari penjualan
saham kemudian di investasikan kedalam berbagai jenis efek yang
diperdagangkan di pasar modal atau pasar uang (Burhanuddin
Susanto,2009:79).
Reksadana berbentuk Perseroan Terbatas merupakan suatu
perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan portofolio investasi pada
26 tersebut PT Reksadana akan memperoleh keuntungan dalam bentuk
peningkatan nilai aset perusahaan, yang kemudian akan dibagi hasilkan
kepada para investor yang memilki hak kepemilkan atas perusahaan
tersebut (Huda dan Nasution, 2007:96).
b. Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK).
Reksadana Kontrak Investasi Kolektif adalah kontrak antara
manajer investasi dengan Bank Kustodian yang mengikat pemodal atau
pemegang unit penyertaan dimana manajer investasi diberi wewenang
untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian
diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif (pasal 18 ayat
1 huruf b).
Reksadana KIK tidak menerbitkan saham, kecuali melalui unit
penyertaan hingga jumlah yang ditetapkan dalam anggaran dasar.
Investor yang berpartisipasi akan mendapat bukti penyertaan berupa
surat konfirmasi dari bank kustodian (Burhanuddin Susanto, 2009:83).
Karakteristik dari reksadana Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
adalah (Burhanuddin Susanto, 2009:84):
1) Menjual unit penyertaan secara terus menerus sepanjang ada investor
yang membeli
2) Unit penyertaan tidak dicatatkan di bursa
3) Investor dapat menjual kembali unit penyertaan yang dimilikinya
27 4) Hasil penjualan atau pembayaran pembelian kembali unit penyertaan
akan dibebankan kepada kekayaan reksadana
5) Harga jual/beli unit penyertaan didasarkan atas nilai aktiva bersih
perunit yang dihitung oleh bank kustodian secara harian.
Berdasarkan sifat operasionalnya, reksadana dibagi menjadi dua yaitu
(Sawidji Widoatmodjo, 2007 : 198) :
a. Reksadana Tertutup (Closed-end Fund)
Reksadana yang tidak dapat dijual kembali kepada perusahaan
manajemen investasi yang menerbitkannya. Unit penyertaan reksadana
tertutup hanya dapat dijual kembali kepada investor lain melalui
mekanisme perdagangan di Bursa Efek. Harga jualnya bisa diatas atau
dibawah Nilai Aktiva Bersihnya.
b. Reksadana Terbuka (Open-end Fund)
Reksadana yang dapat dijual kembali kepada Perusahaan
Manajemen Investasi yang menerbitkannya tanpa melalui mekanisme
perdagangan di bursa efek. Harga jualnya biasanya sama dengan Nilai
Aktiva Bersihnya. Sebagian besar reksadana yang ada saat ini adalah
merupakan reksadana terbuka.
Berdasarkan alokasi portofolio investasi dan target investasi investor,
produk-produk reksadana yang dipasarkan oleh sejumlah manajer investasi
dibedakan menjadi beberapa jenis di antaranya (Parluhutan Situmorang
28 a. Reksadana Pasar Uang
Reksadana pasar uang merupakan investasi pada pasar efek yang
bersifat utang. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan
pemeliharaan modal atau menjadi pelengkap tabungan atau deposito
investor.
Reksadana ini mempunyai risiko yang relatif lebih rendah
dibandingkan dengan jenis reksadana lainnya. Karena instrumen
investasi yang dipilih adalah instrumen utang yang mempunyai jatuh
tempo kurang dari satu tahun, seperti SBI, Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU), sertifikat deposito, dan surat pengakuran hutang.
b. Reksadana Pendapatan Tetap
Reksadana pendapatan tetap melakukan investasi
sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat utang.
Reksadana ini memilki risiko yang relatif lebih besar dari reksadana
pasar uang dengan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi
pula. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang
stabil untuk jangka menengah atau kurang dari lima tahun.
c. Reksadana Campuran.
Reksadana campuran adalah jenis reksadana yang menempatkan
dana investasi milik investor pada efek bersifat ekuitas dan efek bersifat
utang, yakni surat utang atau obligasi dan pada efek saham. Komposisi
dana kelolaan pada reksadana campuran biasanya 40%-60% untuk
29 Mengingat komposisinya yang sangat variatif, sebelum
menentukan pilihan pada reksadana reksadana campuran tertentu,
investor harus benar-benar mengetahui bagaimana komposisi investasi
yang terdapat pada reksadana campuran yang akan dipilih dengan
mempelajari prospektus reksadana tersebut (Muhammad Sholahuddin
dan Lukman Hakim, 2008:300).
Reksadana ini memiliki risiko moderat dengan tingkat
pengembalian investasi lebih tinggi dari pada reksadana pendapatan
tetap. Jenis ini cocok untuk investor yang sudah mengerti risiko
investasi, tetapi belum ingin menginvestasikan seluruh dananya pada
efek saham. Jenis reksadana ini bisa dimanfaatkan untuk mencapai
tujuan investasi jangka menengah ke jangka panjang, yakni antara 3-10
tahun.
d. Reksadana Saham.
Reksadana saham adalah jenis reksadana yang menempatkan
mayoritas dana investasi milik investor pada efek saham. Komposisi
dana kelolaan pada reksadana ini biasanya di atas 75% atau
sekurang-kurangnya 80% diinvestasikan pada efek bersifat ekuitas, yakni saham.
Berinvestasi pada reksadana jenis ini memilki risiko tinggi karena
sifat harga saham yang fluktuatif. Akan tetapi, tingkat pengembaliannya
sangat tinggi. Untuk itu reksadana ini cocok untuk investor yang sudah
mengerti risiko investasi dan ingin memaksimalkan dana investasi
30 dimanfaatkan untuk mencapai tujuan investasi jangka panjang, di atas
10 tahun.
Tabel 2.1
Karakteristik Reksadana
Reksadana Tujuan Investasi Return Risiko Jangka Waktu Investasi Pasar Uang Keutuhan 100% modal,
likuid, return lebih kompetitif dibanding deposito
Rendah Rendah < 1 Tahun
Pendapatan
Tetap Hasil investasi berkala yang lebih kompetitif dibandingkan deposito
Sedang Sedang > 1 Tahun
Campuran Pertumbuhan investasi dan
pendapatan di atas deposito Tinggi Agak Tinggi Agak > 1 Tahun Saham Hasil investasi optimal
dengan risiko terdiversifikasi
Tinggi Tinggi > 1 Tahun
Sumber : Parluhutan Situmorang dkk, 2010:18
Selain empat jenis reksadana tersebut, masih ada reksadana jenis
khusus atau reksadana struktur khusus yang merupakan reksadana yang
memilki tujuan dan kebijakan investasi dengan struktur tertentu dan
karakteristik khusus yang berbeda dengan reksadana yang saat ini telah
diatur dalam peraturan Bapepam-LK. Namun tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan lainnya dibidang pasar modal (Parluhutan
Situmorang dkk., 2010:13).
Sejumlah produk reksadana khusus itu diantaranya adalah reksadana
dengan perlindungan atau reksadana terproteksi, reksadana dengan
penjaminan, reksadana indeks, reksadana penyertaan terbatas, dan juga
31 mekanisme pembeliannya dilakukan dengan mekanisme perdagangan saham
di Bursa Efek Indonesia, berbeda dengan reksadana lainnya yang bisa dibeli
langsung kepada manajer investasi (Parluhutan Situmorang dkk., 2010:14).
6. Mekanisme Kerja Reksadana
Gambar 2.2
Mekanisme Kerja Reksadana
Sumber : Parluhutan Situmorang dkk, 2010:56
Dari gambar di atas, bisa dijelaskan urutan proses atau mekanisme
kerja sebuah reksadana, penjelasannya adalah sebagai berikut (Parluhutan
Situmorang dkk, 2010:57) :
1. Permohonan pembelian atau penjualan kembali unit penyertaan
2. Penyetoran dana pembelian unit penyertaan atau pembayaran hasil
penjualan kembali
PEMODAL INVESTASI MANAJER
32 5. Konfirmasi transaksi
6. Perintah penyelesaian transaksi
7. Penyelesaian transaksi dan penyimpanan harta
8. Informasi NAB per unit secara harian melalui media massa
9. Laporan valuasi harian dan bulanan
10.Laporan bulanan kepada BAPEPAM
7. Alokasi Biaya Reksadana
Reksadana memiliki tiga komponen biaya (Pratomo dan Nugraha,
2005:87) :
a. Biaya yang Menjadi Beban Manajer investasi.
Biaya ini merupakan biaya persiapan pembentukan reksadana
seperti biaya pembuatan kontrak investasi kolektif dan
dokumen-dokumen saat reksadana di daftarkan ke Bapepam. Biaya terbesar pada
umumnya meliputi imbal jasa notaris, konsultan hukum serta akuntan
publik. Biaya lainnya meliputi penerbitan prospektus dan formulir yang
diperlukan sebelum penawaran umum serta biaya promosi lainnya.
b. Biaya yang Menjadi Beban Reksadana.
Biaya yang dikenakan kepada reksadana adalah :
1) Imbal jasa Manajer Investasi yang besarnya antara 1% - 2,5% per
tahun dari NAB Reksadana.
2) Biaya transaksi efek seperti komisi pialang, biaya transfer, biaya
33 3) Imbal jasa akuntan publik, notaris serta konsultan hukum.
4) Imbal jasa bank kustodian yang besarnya antara 0,15% - 0,25% per
tahun dari NAB Reksadana.
5) Biaya pengiriman laporan bulanan, pembuatan serta pengiriman
prospektus.
6) Biaya pajak. Biaya-biaya ini sudah termasuk dalam perhitungan
NAB/unit harian yang dilakukan oleh bank kustodian sehingga
perubahan NAB perunit penyertaan yang diumumkan setiap hari
sudah merupakan hasil dari investasi bersih yang diperoleh investor
(sebelum biaya pembelian dan penjualan kembali)
c. Biaya yang Menjadi Beban Investor.
1) Biaya Pembelian. Biaya yang dikenakan setiap kali investor
melakukan pembelian unit penyertaan yang besarnya berkisar
antara 1% - 3% dari harga unit penyertaan. Namun manajer
investasi dapat memberikan diskon tertentu bagi investor dengan
jumlah investasi tertentu.
2) Biaya Penjualan Kembali. Biaya ini dikenakan setiap kali investor
melakukan penjualan kembali unit penyertaan yang dimilki dan
besarnya berkisar antara 0 – 2% dari nilai transaksi. Umumnya
smakin lama periode investasi maka semakin kecil biaya penjualan
kembali yang dikenakan.
3) Biaya Pengalihan. Biaya ini dikenakan kepada investor ketika
34 reksadana ke reksadana lain. Biaya ini meliputi biaya penjualan
kembali pada saat keluar dari reksadana, kemudian dikenakan
biaya pembelian kembali pada saat masuk reksadana lainnya.Hal
ini tidak perlu terjadi jika relokasi dana tersebut dilakukan manajer
investasi yang sama. Adapun besarnya biaya pengalihan berkisar
antara 0,5% - 1% dari nilai transaksi.
8. Keunggulan dan Manfaat Investasi di Reksadana
Dibandingkan instrumen investasi lain, investasi di reksadana memilki
keunggulan, dan manfaat sebagai berikut (Parluhutan Situmorang dkk.,
2010:9) :
a. Para pemodal tak perlu memonitor aktivitas perdagangan saham,
investasi mereka diurus oleh manajer investasi. Dengan begitu
reksadana sangat cocok bagi pemodal yang baru akan melakukan
investasi di portofolio efek untuk pertama kalinya.
b. Mendapat deviden dan bunga.
c. Distribusi laba kapital.
d. Diversifikasi investasi dan penyebaran risiko sehingga risiko
berinvestasi di reksadana pun relatif lebih kecil dibanding investasi
langsung seperti pada saham, obligasi, valas, atau lainnya.
e. Biaya rendah karena reksadana merupakan kumpulan dari banyak
pemodal dan dikelola secara profesional.
35 g. Likuiditas terjamin karena pemodal dapat mencairkan kembali saham
atau penyertaannya setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat
masing-masing reksadana sehingga memudahkan investor mengelola kasnya.
h. Pengelolaan portofolio yang profesional oleh manajer investasi yang
andal.
9. Risiko Investasi di Reksadana
Risiko investasi pada reksadana diantaranya adalah sebagai berikut
(Parluhutan Situmorang dkk., 2010:11) :
a. Berkurangnya nilai unit penyertaan, dipengaruhi oleh turunnya harga
dari efek yang menjadi bagian portofolio reksadana. Ini mengakibatkan
turunnya nilai unit penyertaan. .
b. Risiko Likuiditas. penjualan kembali (redemption) sebagian besar unit
penyertaan oleh pemilik kepada manajer investasi secara bersamaan
dapat menyulitkan manajer investasi dalam menyediakan uang tunai
bagi pembayaran tersebut.
c. Risiko politik dan ekonomi. Perubahan kebijakan di bidang politik dan
ekonomi dapat mempengaruhi kinerja perusahaan tidak terkecuali
perusahaan yang telah listing di bursa efek. Hal tersebut jelas akan
mempengaruhi harga efek yang termasuk dalam portofolio reksadana.
d. Aset perusahaan tidak di lindungi. Aset perusahaan reksadana sebagian
besar adalah sekuritas yang terdiri atas hak dan klaim hukum terhadap
36 memilki wujud fisik sekalipun pemilikan bisa dibuktikan oleh
surat-surat berharga yang disimpan pada kustodian. Perlindungan terhadap
aset reksadana dari risiko pencurian, kehilangan, serta penyalahgunaan
adalah hal yang sangat penting.
e. Nilai aset perusahaan tidak bisa ditetapkan secara tepat sehingga NAB
dari suatu saham reksadana tidak bisa dihitung dengan akurat.
f. Risiko Wanprestasi. Resiko yang timbul apabila rekan usaha manajer
investasi gagal memenuhi kewajibannya. Rekan usaha dapat termasuk
tetapi tidak hanya terbatas pada emiten, pialang, bank kustodian dan
agen penjual. Melainkan semua pihak yang terikat dengan kewajiban
terhadap perusahaan reksadana (Burhanuddin Susanto, 2009: 92).
C. Nilai Tukar Mata Uang
Menurut Faisal dalam Manurung dkk.(2008 : 6), nilai tukar ialah harga
suatu mata uang yang diekspresikan terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar
dapat dipresentasikan sebagai sejumlah mata uang lokal yang dibutuhkan untuk
membeli satu unit mata uang asing. Menurut Keown dkk (2005:777) Exchange
Rate is the price of foreign currency stated in terms of the domestic or home
currency.
Nilai tukar mata uang atau yang sering disebut dengan kurs adalah harga
satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik, atau dapat juga dikatakan
harga mata uang domestik terhadap mata uang asing. Sebagai contoh nilai
37 Amerika (USD) dalam Rupiah (Rp), atau dapat juga sebaliknya diartikan harga
satu Rupiah terhadap satu USD. Kurs ini dipertahankan sama disemua pasar
melalui arbitrase. Arbitrase valuta asing adalah pembelian mata uang asing bila
harganya rendah dan menjualnya bila harganya tinggi (Mugi Raharjo,
2009:29).
Resiko nilai kurs merupakan resiko yang timbul akibat pengaruh
perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan nilai tukar mata uang negara
lain (asing). Perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam
menjalankan aktivitas operasional dan investasinya akan menghadapi resiko
nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi oleh perusahaan
akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Salvatore Dominick, 1997:140).
1. Teori Kurs
a. Teori Keseimbangan Suku Bunga (Theory of Intereset Rate Parity)
Teori IRP menyatakan bahwa perbedaan tingkat bunga
(sekuritas) pada International Money Market akan cenderung sama
dengan forward rate premium atau discount. (Hamdy Hady, 2005:60)
Dengan kata lain, berdasarkan teori IRP akan dapat diperkirakan
berapa perubahan forward rate (FR) dibandingkan dengan spot rate
(SR) jika terdapat perbedaan tingkat bunga, misalnya antara tingkat
bunga di dalam negeri dengan di negara lain. Dengan demikian
seorang investor akan dapat menentukan dalam mata uang atau valuta
38 Kondisi di mana tingkat rate of return yang ditawarkan dalam
berbagai valuta asing adalah sama bila dihitung dengan satu satuan
yang sama yang disebut kondisi paritas tingkat bunga (interest parity).
b. Teori Keseimbangan Daya Beli (Theory of Purchasing Power Parity)
Pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo pada tahun 1817
dan kemudian dikembangkan oleh Gustav Cassel pada tahun 1916.
Prinsip Paritas Daya Beli, dipopulerkan oleh seorang ekonom Swedia
(Levi, 2001:85), dinyatakan bahwa kurs antara dua mata uang dari dua
negara, sama dengan nisbah atau rasio tingkat harga kedua negara yang
bersangkutan.
Teori ini mendasari logika bahwa mata uang dalam standar kertas
tidak mempunyai nilai intrinsik atau dapat dikatakan tidak didukung
dan dikaitkan nilainya dengan suatu komoditi tertentu yang dijadikan
standar sehingga nilai tersebut di dalam negeri ditentukan oleh
kemampuan daya belinya.
c. International Fischer Effect Theory (IFE)
Menurut Hamdy Hady (2005:62) jika semua kondisi lainnya
tetap (ceteris paribus), kenaikan perkiraan titik inflasi suatu saat pada
akhirnya akan menimbulkan kenaikan titik bunga dari simpanan mata
uang negara yang bersangkutan. Begitu pula sebaliknya, penurunan
perkiraan inflasi (tingkat inflasi di masa yang akan datang) pada
39
2. Sistem Nilai Tukar
Pada dasarnya terdapat tiga sistem nilai tukar, yaitu: Pertama, fixed
exchange rate atau sistem nilai tukar tetap. Kedua, floating exchange rate
atau sistem nilai tukar mengambang Ketiga, managed floating axchange
rate atau sistem nilai tukar mengambang terkendali (Mugi Rahardjo,
2009:109-111).
a. Sistem Nilai Tukar Tetap
Pada sistem nilai tukar ini, nilai tukar atau kurs suatu mata uang
terhadap mata uang lain ditetapkan pada nilai tertentu, misal; nilai
tukar mata uang rupiah terhadap mata uang dolar Amerika adalah
Rp.8000 per dolar. Pada sistem nilai tukar ini bank sentral akan siap
menjual atau membeli kebutuhan devisa untuk mempertahankan nilai
tukar yang ditetapkan pemerintah, sebab, sebetulnya nilai tukar mata
uang dengan mata uang lain bergantung atas permintaan dan
penawaran mata uang itu sendiri. Apabila nilai tukar tersebut tidak lagi
dapat dipertahankan, maka bank sentral dapat melakukan devaluasi
ataupun revaluasi atas nilai tukar yang ditetapkan.
Devaluasi adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah pada
suatu negara untuk secara sepihak menurunkan nilai tukar mata uang
negara tersebut terhadap mata uang lainnya; misal nilai tukar rupiah
yang semula ditetapkan sebesar Rp.8000 per dolar AS diturunkan
menjadi Rp.9000 per dolar AS. Sebaliknya, revaluasi adalah kebijakan