• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

2. Tentang Reksadana Syariah

Di Indonesia, instrumen Reksa Dana mulai dikenal pada tahun 1995, yakni dengan diluncurkannya PT BDNI Reksa Dana. Berdasarkan sifatnya BDNI Reksa dana adalah Reksa Dana tertutup mirip The Scottish American Investment Trust. Seiring dengan hadirnya UU pasar modal pada tahun 1996, mulailah Reksa Dana tumbuh secara aktif. Reksa Dana yang tumbuh dan berkembang pesat adalah Reksa Dana terbuka jika pada tahun 1995 tumbuh satu Reksa Dana dengan dana yang dikelola sebesar Rp. 356 miliar, maka pada tahun 1996 tercatat 25 Reksa Dana. Dimana sebanyak 24 merupakan Reksa Dana terbuka atau Reksa Dana yang berupa KIK (Kontrak Investasi Kolektif) dengan total dana yang dikelola sebesar Rp. 5,02 miliar.

77 Hadirnya Bank Muamalat, Asuransi Takaful, dan tumbuhnya lembaga keuangan syariah menimbulkan sikap optimis meningkatnya gairah investasi yang berbasis pada investor muslim. Bapepam mulai melakukan inisiatif untuk mewadahi investor muslim, maka mulai tahun 1997, tepatnya pada tanggal 25 Juni 1997 dihadirkan Reksa Dana Syariah dengan produknya yang bernama Danareksa Syariah yang dikeluarkan oleh PT Danareksa Investment Management. Kemudian pada tahun 2000 dihadirkan kembali produk baru dengan nama Danareksa Syariah Berimbang. System Danareksa syariah ini belum menjadi bagian terpisah system Reksa Dana yang ada selama ini (www.rac.uii.ac.id).

Saat ini ada banyak pilihan reksadana syariah yang bisa ditawarkan kepada masyarakat indonesia. Pada dasarnya, produk-produk tersebut bisa dikategorikan pada reksadana pendapatan tetap dan reksadana campuran. Produk reksadana syariah yang masuk kategori reksadana pendapatan tetap di antaranya BNI Dana Syariah, Dompet Dhuafa BTS Syariah, PNM Amanah Syariah, Big Dana Syariah dan I-Hajj Syariah Fund. Sedangkan produk reksadana syariah yang masuk dalam kategori reksadana campuran diantaranya PNM Syariah, Danareksa Syariah Berimbang, Batasa Syariah, BNI Dana Plus Syariah, AAA Syariah Fund, dan BSM Investasi Berimbang (Parluhutan Situmorang dkk., 2010:52).

78 B. Penemuan dan Pembahasan

1. Analisa Deskriptif

a. Analisa Deskriptif Variabel Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar dapat dipresentasikan sebagai sejumlah mata uang lokal yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing. Resiko nilai kurs merupakan resiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan nilai tukar mata uang negara lain (asing). Perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam menjalankan aktivitas operasional dan investasinya akan menghadapi resiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Adapun data nilai tukar rupiah terhadap US Dollar yang didasarkan pada nilai penutupan Rupiah per 1 US Dollar menurut Bank Indonesia (kurs BI) pada setiap akhir bulan selama periode Januari 2005 – Februari 2008 :

Tabel 4.1

Data Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar Bulan 2005 2006 Tahun 2007 2008 Januari 9.204,15 9.493,00 9.066,50 9.409,68 Februari 9.244,94 9.253,15 9.067,80 9.178,95 Maret 9.370,52 9.171,57 9.163,95 April 9.539,36 8.936,94 9.097,55 Mei 9.479,80 8.984,86 8.844,33 Juni 9.616,45 9.362,73 8.983,65 Juli 9.799,29 9.125,48 9.067,14 Agustus 9.986,64 9.094,25 9.366,68 September 10.232,57 9.143,33 9.309,90 Oktober 10.093,38 9.187,18 9.107,06 November 10.040,71 9.134,59 9.264,27 Desember 9.857,32 9.086,80 9.333,60

79 Pada tabel 4.1 menunjukkan adanya fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika, yakni : untuk tahun 2005 dimana nilai tukar rupiah sangat lemah terhadap dollar amerika terjadi pada bulan September yaitu dengan nilai Rp 10.232,57, sedangkan nilai tukar rupiah paling kuat terhadap dollar amerika terjadi di bulan Januari yaitu dengan nilai Rp 9.204,15. selanjutnya untuk tahun 2006 dimana nilai tukar rupiah sangat lemah terhadap dollar amerika terjadi pada bulan Januari yaitu dengan nilai Rp 9.493, sedangkan nilai tukar rupiah paling kuat terhadap dollar amerika terjadi di bulan April yaitu dengan nilai Rp 8.936,94. Selanjutnya untuk tahun 2007 dimana nilai tukar rupiah sangat lemah terhadap dollar amerika terjadi pada bulan Agustus yaitu dengan nilai Rp 9.366,68, sedangkan nilai tukar rupiah paling kuat terhadap dollar amerika terjadi di bulan Mei yaitu dengan nilai Rp 8.844,33. Selanjutnya pada tahun 2008 antara Januari dan Februari, nilai tukar rupiah sangat lemah terjadi dibulan Januari Rp 9.409,68 dibandingkan bulan Februari Rp 9.178,95. Jadi selama Periode Januari 2005 – Februari 2008 menunjukan nilai tukar rupiah paling lemah terhadap dollar amerika terjadi dibulan September 2005 dan nilai rupiah paling kuat terhadap dollar amerika terjadi pada bulan Mei 2007.

b. Analisa Deskriptif Variabel Inflasi.

Inflasi merupakan perubahan harga secara agregat, pembangunan akan berjalan lancar bila inflasi dapat ditekan serendah mungkin. Apabila inflasi naik, akan berdampak pada naiknya harga bahan baku yang pada

80 akhirnya akan menyebabkan menurunnya daya saing terhadap produk barang yang dihasilkan suatu perusahaan. Hal ini akan berdampak buruk pada harga saham perusahaan itu di pasar modal. Selain itu, meningkatnya inflasi akan menaikkan biaya perusahaan yang mengakibatkan menurunnya profitabilitas perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa efek yang pada akhirnya akan memperkecil deviden yang diterima oleh pemegang saham. Menurunnya pendapatan deviden yang diterima oleh investor maka akan semakin menurunkan minat masyarakat investor untuk berinvestasi dipasar modal seperti reksa dana. Adapun data inflasi pada periode Januari 2005 – Februari 2008 :

Tabel 4.2 Data Tingkat Inflasi

Bulan 2005 2006 Tahun 2007 2008 Januari 0,0061 0,0142 0,0052 0,0061 Februari 0,0060 0,0149 0,0053 0,0062 Maret 0,0073 0,0131 0,0054 April 0,0068 0,0128 0,0052 Mei 0,0062 0,0130 0,0050 Juni 0,0062 0,0129 0,0048 Juli 0,0065 0,0126 0,0051 Agustus 0,0069 0,0124 0,0054 September 0,0076 0,0121 0,0058 Oktober 0,0149 0,0052 0,0057 November 0,0153 0,0044 0,0056 Desember 0,0143 0,0055 0,0055

Sumber : BI (Data sekunder diolah)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa inflasi mengalami penurunan dan kenaikan, yakni : untuk tahun 2005 dimana nilai Inflasi tertinggi terjadi pada bulan November yaitu dengan nilai 0,0153, sedangkan nilai Inflasi

81 terendah terjadi di bulan Februari yaitu dengan nilai 0,0060. selanjutnya untuk tahun 2006 dimana nilai inflasi tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu dengan nilai 0,0149, sedangkan nilai inflasi terendah terjadi di bulan November yaitu dengan nilai 0,0044. Selanjutnya untuk tahun 2007 dimana nilai inflasi tertinggi terjadi pada bulan September yaitu dengan nilai 0,0058, sedangkan nilai inflasi terendah terjadi di bulan Juni yaitu dengan nilai 0,0048. Selanjutnya pada tahun 2008 antara Januari dan Februari, nilainya lebih tinggi dibulan Februari 0,0062 dibandingkan bulan Januari 0,0061. Jadi selama Periode Januari 2005 – Februari 2008 menunjukan nilai inflasi tertinggi terjadi dibulan November 2005 dan nilai inflasi terendah terjadi pada bulan November 2006.

c. Analisa Deskriptif Variabel Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia.

SWBI merupakan SBI-nya bagi perbankan syariah. SWBI berbeda dengan SBI yang dijadikan investasi oleh perbankan konvensional. Jika SBI memakai suku bunga satu dan tiga bulanan, SWBI memakai sistem bagi hasil dengan pemberian bonus dari sejumlah dana yang ditanamkan perbankan syariah. Apabila SWBI naik maka investor akan beralih pada kegiatan investasi lain yang lebih menguntungkan dan bebas resiko sehingga indeks pasar modal akan turun, sebaliknya apabila SWBI turun maka masyarakat akan beralih ke jenis investasi lain yang lebih menguntungkan di pasar modal seperti reksa dana. Adapun data SWBI selama periode Januari 2005 – Februari 2008 sebagai berikut :

82 Tabel 4.3

Data Tingkat Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Bulan 2005 2006 Tahun 2007 2008 Januari 0,0034 0,0036 0,0067 0,0050 Februari 0,0031 0,0039 0,0038 0,0051 Maret 0,0030 0,0040 0,0054 April 0,0037 0,0040 0,0052 Mei 0,0031 0,0066 0,0052 Juni 0,0039 0,0041 0,0044 Juli 0,0038 0,0042 0,0048 Agustus 0,0033 0,0048 0,0043 September 0,0034 0,0037 0,0055 Oktober 0,0040 0,0044 0,0054 November 0,0043 0,0071 0,0057 Desember 0,0045 0,0072 0,0057 Sumber :BI ( Data diolah)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa SWBI mengalami penurunan dan kenaikan, yakni : untuk tahun 2005 dimana nilai SWBI tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 0,0045, sedangkan nilai SWBI terendah terjadi di bulan Maret yaitu dengan nilai 0,0030. selanjutnya untuk tahun 2006 dimana nilai SWBI tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 0,0072, sedangkan nilai SWBI terendah terjadi di bulan Januari yaitu dengan nilai 0,0036. Selanjutnya untuk tahun 2007 dimana nilai SWBI tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu dengan 0,0067, sedangkan nilai SWBI terendah terjadi di bulan Februari yaitu dengan nilai 0,0038. Selanjutnya pada tahun 2008 antara Januari dan Februari, nilainya lebih tinggi dibulan Februari 0,0051 dibandingkan bulan Januari 0,0050. Jadi selama Periode Januari 2005 – Februari 2008 menunjukan nilai SWBI tertinggi terjadi dibulan Desember 2006 dan nilai SWBI terendah terjadi pada bulan Maret 2005.

83 d. Analisa Deskriptif Variabel Jakarta Islamic Index (JII)

Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Jakarta Islamic Index

dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah. Adapun Data Indeks JII periode Januari 2005 – Februari 2008 :

Tabel 4.4

Data Tingkat Jakarta Islamic Indeks Bulan 2005 2006 Tahun 2007 2008 Januari 174,187 215,357 296,958 476,969 Februari 171,834 218,261 294,062 508,945 Maret 169,334 233,821 315,245 April 161,002 260,193 344,963 Mei 178,201 237,238 354,580 Juni 187,884 233,272 356,853 Juli 198,242 239,301 388,630 Agustus 178,261 251,352 368,153 September 183,731 263,497 399,747 Oktober 181,422 268,992 463,055 November 188,836 295,479 483,964 Desember 199,749 311,281 493,014

Sumber : Jakarta Stock Exchange

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa data JII mengalami penurunan dan kenaikan, yakni : untuk tahun 2005 dimana nilai JII tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 199,749, sedangkan nilai JII terendah terjadi di bulan April dengan nilai 161,002. selanjutnya untuk tahun 2006 dimana nilai JII tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 311,281, sedangkan nilai JII terendah terjadi di bulan Januari yaitu

84 dengan nilai 215,357. Selanjutnya untuk tahun 2007 dimana nilai JII tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 493,014, sedangkan nilai JII terendah terjadi di bulan Februari yaitu dengan nilai 294,062. Selanjutnya pada tahun 2008 antara Januari dan Februari, nilainya lebih tinggi dibulan Februari 508,945 dibandingkan bulan Januari 476,969. Jadi selama Periode Januari 2005 – Februari 2008 menunjukan nilai JII tertinggi terjadi dibulan Februari 2008 dan nilai JII terendah terjadi pada bulan April 2005.

e. Analisa Deskriptif Variabel Nilai Aktiva Bersih.

NAB (Nilai Aktiva Bersih) merupakan salah satu tolok ukur dalam memantau hasil dari suatu reksadana. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung pada perubahan nilai efek dari portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan naiknya nilai investasi pemegang saham atau Unit Penyertaan. Begitu juga sebaliknya, menurunnya NAB berarti berkurangnya nilai investasi pemegang Unit Penyertaan. Nilai NAB tidak hanya dipengaruhi oleh pembelian dan penjualan reksadana oleh para investor, tetapi juga oleh harga pasar dari portofolio yang menjadi underlying asset reksadana tersebut. Adapun data NAB Reksadana Syariah berdasarkan total NAB dari seluruh produk reksadana syariah periode Januari 2005 – Februari 2008 adalah sebagai berikut :

85 Tabel 4.5

Data NAB Reksadana Syari’ah (dalam Jutaan) Bulan 2005 2006 Tahun 2007 2008 Januari 671.703,65 596.310,40 883.792,01 2.918.133,12 Februari 827.962,99 547.873,80 924.071,17 3.095.632,86 Maret 1.193.699,01 574.350,81 1.001.817,95 April 1.583.093,03 608.660,33 1.071.334,91 Mei 1.481.725,76 637.544,49 1.200.217,51 Juni 1.463.981,06 652.772,25 1.285.810,83 Juli 1.517.151,99 668.189,95 1.485.454,30 Agustus 1.506.366,60 681.064,66 1.525.622,92 September 577.880,68 713.939,55 1.611.855,05 Oktober 622.564,96 736.110,05 1.803.281,40 November 572.289,53 797.317,94 2.353.286,12 Desember 563.927,13 868.008,70 2.512.391,76 Sumber : BAPEPAM

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa data NAB mengalami penurunan dan kenaikan, yakni : untuk tahun 2005 dimana nilai NAB tertinggi terjadi pada bulan April yaitu dengan nilai 1.583.093,03 sedangkan nilai NAB terendah terjadi di bulan Desembar dengan nilai 563.927,13. selanjutnya untuk tahun 2006 dimana nilai NAB tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 868.008,70 , sedangkan nilai NAB terendah terjadi di bulan Februari yaitu dengan nilai 547.873,80 Selanjutnya untuk tahun 2007 dimana nilai NAB tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 2.512.391,76, sedangkan nilai NAB terendah terjadi di bulan Januari yaitu dengan nilai 883.792,01. Selanjutnya pada tahun 2008 antara Januari dan Februari, nilainya lebih tinggi dibulan Februari 3.095.632,86 dibandingkan bulan Januari 2.918.133,12. Jadi selama Periode Januari 2005 – Februari 2008

86 menunjukan nilai NAB tertinggi terjadi dibulan Februari 2008 dan nilai NAB terendah terjadi pada bulan Desember 2005.

2. Analisis Regresi Jalur

Dokumen terkait