• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BIDANG ARSIP DAN MUSEUM"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

,, '

MAJELIS PERMUSYAW ARATAN RAKYAT SEKRETARIAT JENDERAL

POKOK-POKOK PIKIRAN SEKRETARIAT JENDERAL MPR

SEBAGAI MASUKAN DALAM PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009

TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD

RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM (RDPU) DENGAN PANSUS RUU TENTANG MD3

TANGGAL 21MEI2014

JAKARTA, 2014 -

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(2)

' '

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

POKOK-POKOK PIKIRAN SEKRETARIAT JENDERAL MPR

SEBAGAI MASUKAN TERTULIS PENYUSUNAN RANCANGAN PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009

TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD

A. UMUM

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah memberikan landasan konstitusional yang kuat tentang sistem demokrasi dan ketatanegaraan di Indonesia. Pelaksanaan paham negara demokrasi dan konstitusionalisme secara yuridis telah meniscayakan hilangnya paham negara kekuasaan otoritarian dan sentralistik yang merusak sendi-sendi kehidupan demokrasi di Indonesia.

2. Salah satu perubahan fundamental yang mempengaruhi sistem demokrasi dan ketatanegaraan Indonesia adalah perubahan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang semula berbunyi: "Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan di/akukan sepenuhnya oleh Maje/is Permusyawaratan Rakyat." menjadi

"Kedau/atan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menu

rut

Undang-Undang Dasar".

3. Perubahan Pasal 1 ayat (2) Undang Undang Dasar 1945 membawa implikasi mendasar terhadap kedudukan, tugas dan wewenang, serta hubungan antar lembaga-lembaga negara yang diatur dalam Undang-Undang Dasar. Kedudukan MPR tidak lagi sebagai lembaga tertinggi negara pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat tetapi lembaga negara yang menjalankan kedaulatan rakyat sesuai tugas dan wewenang konstitusional yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4. Pasca perubahan konstitusi, MPR tidak lagi memiliki tugas dan wewenang untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden kecuali jika Presiden dan/atau Wakil Presiden berhalangan tetap (Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3) UUD NRI "(ahun 1945), dan tidak lagi memiliki tugas dan wewenang untuk menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Tugas dan wewenang MPR secara limitatif ditentukan pada Pasal 3

1

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(3)

dan Pasal 8 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagaimana tugas dan wewenang lembaga-lembaga negara lainnya yang juga ditentukan secara limitatif dalam Undang-Undang masar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

5. Oleh karenanya hubungan MPR dengan lembaga negara lainnya tidak lagi bersifat vertical hierarkies, tetapi bersifat horizontal fungtional dengan prinsip checks and balances antar lembaga negara. Dengan prinsip saling mengawasi dan mengimbangi (checks and balances) antara lembaga-tembaga negara dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, maka tidak ada lembaga negara yang menjadi lembaga superbody yang menetapkan arah kebijakan negara yang mengikat dan mengatur lembaga negara lainnya, atau mengawasi pelaksanaan kebijakan negara karena masing-masing sesungguhnya memiliki supremasi menjalankan kedaulatan rakyat sesuai dengan fungsi dan kewenangan konstitusional yang diamanatkan Undang- Undang Dasar.

6. lmplementasi konsep checks and balances antar lembaga negara yang efektif sangat duperlukan dalam rangka mengembangkan kehidupan demokrasi antara lain dengan memberikan akses informasi kepada publik tentang kinerja lembaga-lembaga negara, utamanya lembaga negara yang trugas dan kewenangannya diberikan oleh Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, agar masyarakat sebagai pemegang kedaulatan rakyat dapat mengetahui kinerja lembaga negara · sesuai yang diamanatkan oleh Undang Undang Dasar.

7. MPR sebagai lembaga negara pelaksana kedautatan rakyat yang memiliki kewenangan sesuai ketentuan Pasal 3 dan Pasal 8 UUD NRI Tahun 1945 memilki kedudukan yang strategis dalam rangka menumbuhkembangkan kehidupan demokrasi, oleh karenanya memerlukan dukungan teknis dan substantif yang kuat sehingga tugas dan kewenangan konstitusionalnya dapat dilaksankan secara maksimal sesuai dengan dinamika dan tuntutan masyarakat seiring dengan perkembangan demokrasi, politik dan ketatanegaraan.

8. POKOK-POKOK PIKIRAN

Pokok pikiran ini disampikan terkait dengan substansi materi penguatan lembaga MPR, yang dikompilasi dari berbagai diskursus dan kajian akademik, serta isu pokok aspirasi masyarakat yang disampaikan oleh berbagai elemen masyarakat kepada lembaga MPR sebagai berikut :

2

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(4)

1. Reformulasi Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

a. Salah satu perubahan mendasar Undang-Undang Dasar 1945 adalah perubahan susunan dan kedudukan, serta kewenangan lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). MPR tidak lagi berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara yang memiliki kewenangan menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan memilih Presiden dan Wakil Presiden karena Presiden dan/atau Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat.

b. Dengan dihapuskannya kewenangan MPR untuk menetapkan GBHN, maka sistem perencanaan pembangunan nasional berlandaskan pada Ketetapan MPR tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tetapi berlandaskan pada Undang-Undang tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Peraturan Presiden tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang disusun berdasarkan Visi dan Misi calon Presiden dan/ atau Wakil Presiden terpilih.

c. Dengan model sistem perencanaan pembangunan nasional yang demikian memungkinkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dilaksanakan secara tidak konsisten dalam setiap periode pemerintahan mengingat implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional {RPJMN) didasarkan kepada visi dan misi Presiden dan/atau Wakil Presiden . terpilih dalam pemilihan umum, yang masing-masing dapat memiliki visi dan misi

yang berbeda.dalam setiap periode pemerintahan.

d. Demikian pula antara sistem perencanaan pembangunan nasional dan sistem perencanaan pembangunan daerah, kemungkinan terjadi ketidakselarasan pembangunan mengingat sistem perencanaan pembangunan jangka menengah daerah {RPJMD) tidak terikat untuk mengacu pada sistem perencanaan pembangunan menengah nasional {RPJMN) mengingat visi dan misi Gubernur/Bupati/Walikota yang mungkin dapat berbeda dengan Visi dan Misi Presiden dan/atau Wakil Presiden Terpilih, demikian juga dengan Visi dan Misi Gubernur/Bupati/Walikota daerah lainnya.

e. Pada masa pemerintahan orde baru, GBHN adalah haluan negara dalam garis garis besar yang menjadi arah bangsa Indonesia dalam melaksanakan

. -

pembangunan jangka panjang yang meliputi kurun waktu hingga 25 tahun ke depan, yang di dalamnya terbagi dalam tahapan rencana pembangunan lima tahunan. Sistem perencanaan pembangunan nasional model GBHN memberikan

3

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(5)

arah pembangunan jangka panjang yang lebih jelas dan fokus untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

f. Dalam rangka mewujudkan kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional yang berkesinambungan dan terintegrasi dengan sistem perencanaan pembangunan daerah, dipandang perlu merumuskan kembali sistem perencanaan pembangunan yang tepat yang berorientasi pada demokrasi dan kesejahteraan rakyat.

g. MPR sebagai lembaga demokrasi yang mewadahi seluruh elemen masyarakat baik dari perwakilan politik maupun daerah dipandang sebagai lembaga perwakilan yang relevan untuk mempersiapkan bahan-bahan dan aspirasi masyarakat untuk penyusunan rancangan Undang-Undang tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

2. Kajian dan Pemasyarakatan Undang Undang Casar NRI Tahun 1945

a. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD mengamanatkan kepada MPR untuk memasyarakatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai kelanjutan dari amanat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR,DPD dan DPRD.

b. Amanat yang diberikan kepada MPR melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 jo Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tersebut sangat relevan dengan tugas dan kewenangan MPR sesuai )<etentuan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yakni mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.

c. Tugas MPR memasyarakatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga mengingat belum sepenuhnya materi Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 hasil perubahan dipahami oleh seluruh elemen masyarakat termasuk para penyelenggara Negara, padahal pemahaman dan kesadaran warga negara terhadap konstitusinya menjadi keniscayaan.

d. Keniscayaan pemahaman dan kesadaran warga Negara Negara terhadap kontitusinya mengingat sejumlah peluang dan tantangan bangsa pasca reformasi

~alam berbagai dimensinya baik di bidang politik,, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta penegakan hukum yang perlu diperkuat dengan

4

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(6)

implementasi empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD. NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal lka.

e. Sejalan dengan tugas MPR sesuai ketentuan Pasal 15 ayat (1) huruf e Undang- Undang Nomor 27 Tahun 2009, maka pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang esensinya adalah kaidah fundamental negara perlu terus dilaksanakan secara lebih sistematis, masif dan melembaga.

f. Oleh karena itu dalam rangka lnternalisasi UUD NRI Tahun 1945 secara lebih sistematis dan masif ke berbagai lapisan masyarakat diperlukan badan keahlian /lembaga khusus yang secara fungsional mempunyai kewenangan untuk melakukan tugas pengkajian dan pemasyarakatan UUD RI Tahun 1945 dan Ketetapan MPR.

3. Akuntabilitas Kinerja Lembaga-lembaga Negara

a. Penegasan bahwa Indonesia adalah negara demokratis dan konstitusional secara yuridis tertuang dalam ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Esensi dart ketentuan tersebut adalah bahwa pemegang kedaulatan tertinggi dalam negara berada di tangan rakyat dan pelaksanaan kedaulatan rakyat harus berdasarkan Undang-Undang 1?asar.

b. Lembaga-lembaga Negara adalah pelaksana kedaulatan rakyat yang menjalankan fungsi, tugas dan kewenangannya menurut ketentuan Undang- Undang Dasar. Sebagai pelaksana kedaulatan rakyat masing-masing lembaga negara memiliki tugas dan kewenangan tertentu yang dimanatkan oleh Undang- Undang Dasar. Oleh karenanya tidak ada kewenangan lembaga negara yang dapat mengintervensi' kewenangan lembaga negara lainnya. Hubungan antar lembaga negara dilaksanakan berdasarkan prinsip saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances).

c. Sebagai wujud pertanggung jawaban kepada rakyat selaku pemegang kedaulatan, maka kinerja lembaga-lembaga negara dalam menjalankan tugas dan kewenangannya perlu disampaikan kepada rakyat supaya rakyat mengetahui sejauh mana lembaga-lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat telah menjalankan tugas dan kewenangannya sesuai amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

5

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(7)

d. Penyampaian laporan kinerja lembaga-lembaga negara dilakukan setiap tahun dalam forum sidang MPR hanya untuk mendengarkan laporan kinerja lembaga negara. MPR adalah lembaga Negara yang tepat menyelenggarakan agenda Sidang MPR mengingat kedudukannya sebagai lembaga permusyawaratan rakyat yang mewadahi unsur perwakilan politik dan perwakilan daerah.

C. USULAN PERUBAHAN

Berdasarkan pokok-pokok pikiran dimaksud, maka beberapa usulan terkait dengan kelembagaan MPR dan sistem pendukungnya adalah sebagai berikut :

1. Penambahan tugas dan kewenangan MPR Pasal 4, berbunyi:

MPR mempunyai tugas dan wewenang :

a. mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

. b. melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden hasil pemilihan umum;

c. memutuskan usul DPR untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya, setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden;

d. melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya;

e. memilih Wakil Presiden dari 2 (dua) calon yang diusulkan oleh Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya; dan

f. memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, dari 2 (dua) pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai · politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak

6

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(8)

pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.

Usul penambahan pada Pasal 4A :

Selain wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, MPR mempunyai tugas:

a. Mengkaji dan memasyarakatkan Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhlnneka Tunggal lka.

b. Membentuk alat kelengkapan MPR untuk mengkaji dan memasyarakatkan Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tungga/ lka.

2. Laporan Kinerja Lembaga-lembaga Negara Usul penambahan dalam pasal 48 baru, adalah:

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya untuk mendengarkan laporan kinerja Lembaga-lembaga Negara.

(2) Lembaga-lembaga Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah lembaga negara yang tugas dan kewenangannya diatur dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Laporan Pengelolaan Anggaran MPR

Tidak ada usul perubahan, Pasal 5 ayat (5) tetap.

(5) MPR melaporkan pengelolaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melalui Sekretariat Jenderal MPR kepada publik pada setiap akhir tahun anggaran.

4. Pimpinan MPR Pasal 14, berbunyi:

(1) Pimpinan MPR terdiri atas 1 (satu) orang ketua yang berasal dari anggota DPR dan 4 (empat) orang wakil ketua yang terdiri atas 2 (dua) orang wakil ketua berasal dari anggota DPR dan 2 (dua) orang wakil ketua berasal dari anggota DPD, yang ditetapkan dalam sidang paripurna MPR.

(2) Pimpinan MPR yang berasal dari DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih secara musyawarah untuk mufakat dan ditetapkan dalam rapat paripurna DPR.

7

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(9)

(3) Dalam hal musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tercapai, pimpinan MPR yang berasal dari DPR dipilih dari dan oleh anggota DPR dan ditetapkan dalam rapat paripurna DPR.

(4) Pimpinan MPR yang berasal dari DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih secara musyawarah untuk mufakat dan ditetapkan dalam sidang paripurna DPD.

(5) Dalam hat musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak tercapai, pimpinan MPR yang berasal dari DPD dipilih dari dan oleh anggota DPD serta ditetapkan dalam sidang paripurna DPD.

(6) Selama Pimpinan MPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum terbentuk, sidang MPR pertama kali untuk menetapkan pimpinan MPR dipimpin oleh pimpinan sementara MPR.

(7) Pimpinan sementara MPR sebagaimana dimaksud pada ayat (6) adalah Ketua DPR sebagai Ketua Sementara MPR dan Ketua DPD sebagai Wakil Ketua Sementara MPR.

(8) Pimpinan MPR ditetapkan dengan keputusan MPR.

Usul perubahan Pasal 14, menjadi:

(1) Pimpinan MPR terdiri atas 1 (satu) orang Ketua dan 4 (empat) orang Wakll Ketua yang dipilih dari dan oleh Anggota MPR.

(2) Pimpinan MPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih secara musyawarah untuk mufakat dan ditetapkan dalam rapat paripurna MPR.

(3) Dalam hal musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tercapai, Pimpinan MPR dipilih dengan pemungutan suara dan yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan sebagai Pimpinan MPR dalam rapat paripurna MPR.

(4) Selama Pimpinan MPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum terbentuk, sidang MPR pertama kali untuk menetapkan Pimpinan MPR dipimpin oleh Pimpinan sementara MPR.

(5) Pimpinan sementara MPR sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah Ketua DPR sebagai Ketua Sementara MPR dan Ketua DPD sebagai Wakil Ketua Sementara MPR.

(6) Pimpinan MPR ditetapkan dengan keputusan MPR.

8

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(10)

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan Pimpinan MPR diatur dalam peraturan tata tertib MPR.

5. Sistem pendukung lembaga MPR Pasal 392, berbunyi:

(1) Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenang MPR, DPR, dan DPD, dibentuk Sekretariat Jenderal MPR, Sekretariat Jenderal DPR, dan Sekretariat Jenderal DPD yang susunan organisasi dan tata kerjanya diatur dengan Peraturan Presiden atas usul lembaga masing-masing.

(2) Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tug as dan wewenang · DPR, dibentuk badan fungsional/keahlian yang ditetapkan dengan peraturan DPR setelah dikonsultasikan dengan Pernerintah.

(3) Sadan fungsional/keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) secara fungsional bertanggung jawab kepada DPR dan secara administratif berada di bawah Sekretariat Jenderal DPR.

(4) Pimpinan MPR, pimpinan DPR, dan pimpinan DPD melalui alat kelengkapan melakukan koordinasi dalam rangka pengelolaan sarana dan prasarana dalam kawasan gedung perkantoran MPR, DPR, dan DPD.

Usul penambahan dan perubahan ayat (2), (3), (4), dan (5) , menjadi :

(1) Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenang MPR, DPR,

·dan DPO, dibentuk Sekretariat Jenderal MPR, Sekretariat Jenderal DPR, dan Sekretariat Jenderal DPD yang susunan organisasi dan tata kerjanya diatur dengan peraturan Presiden atas usul lembaga masing-masing.

(2) Sekretariat Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyal tugas dukungan pelayanan teknis dan adminlstrasi kepada MPR, DPR, dan DPD.

(3) Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenang MPR, dibentuk badan fungsional/keahlian ( Sadan Kajian Ketatanegaraan) yang itetapkan dengan Peraturan MPR )setelah dikonsultasikan d:ngan

Pemerintah.

~

-

(4) Badan fungsional/keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara fungsional bertanggung jawab kepada -MPR dan secara administratif berada di bawah Sekretariat Jenderal MPR.

9

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(11)

' I

I .

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT.

SEKRETARIA T JENDERAL

~: . . . . t '.

~ '

MASUKAN SEKRETARIAT JENDERALMPR>

DALAM RANG

KA.

PERUBAHAN

UNDAi~G-UNDANG NO~b~.:2ftAHUN 2009

- TENT ANG NlPR, DPR, DPD, DAN DP Rn

~~z}t/

RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM DENGAN PANSUS

6fiRRl--... -.

TANGGAL 4 JUNI 2014- .

JAKARTA,

2014

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(12)

MAJ ELIS PERMUSYA WARA TAN RAKYAT SEKRETARIAT JENDERAL

PENGUATAN SEKRETARIAT JENDERAL MPR

DALAM RANGKA PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD

A. KONDISI SAAT INI

Sekretariat Jenderal MPR dalam kedudukannya sebagai kesekretaraiatan lembaga negara, susunan organisiasi, tugas dan fungsinya diatur dengan Keputusan Presiden Norn or 49 T ahun 1999 tentang Organisasi Sekretariat Jenderal MPR RI. Susunan organisasi dan tata kerja Sekretariat Jenderal MPR yang ada saat ini adalah untuk melaksanakan tugas pelayanan teknis dan admnistratif kepada MPR sesuai dengan tugas dan kewenangannya yang ada pada saat itu. Oleh karena itu dukungan teknis dan admnistratif terhadap lembaga MPR dan alat kelengkapannya, dalam menjalankan tugas dan kewenangan konstitusionalnya sudah tidak sesuai dengan kebutuhan pelayanan MPR dan alat kelengkapannya sesuai dinamika politik dan ketatatnegaraan, serta ptinsip-prinsip penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efiisien, transparan dan akuntabel.

Dari aspek kelembagaan Sekretariat Jenderal memilki tugas dan fungsi untuk menjalankan tugas pelayanan teknis dan administratif kepada lembaga MPR dan alat kelengkapannya. Namun demikian dalam perkembangan tuntutan pelaksanaan tugas dan kewenangan MPR sangat dinamis, merespon perkembangan politk, demokrasi dan ketatanegaraan Indonesia yang semakin berkembang, Sekretariat Jenderal MPR dengan tugas pokok yang diamanatkan oleh Keputusan Presdien Nomor 49 Tahun 1999 harus menjalankan fungsi-fungsi tidak hanya bersifat teknis, tetapi substantif keahlian sesuai dengan perkembangan tugas kelembagaan MPR saat ini baik atas perintah berdasarkan Pasal 3 dan Pasal 8 UUD NRI Tahun 1945, Pasa 15 ayat (1) huruf e Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 maupun Peraturan Tata Tertib MPR, Dukungan substantif keahlian saat ini saat ini dilakukan oleh Pusat Pengkajian dengan keterbafasan sumberdaya keahlian yang ada baik kualitas maupun kuantitas, apabila dibandingkan dengan kebutuhan lembaga MPR yang dinamis merespon dinamika aspirasi masyarakat saat ini. Di samping itu, saat ini Sekratriat Jenderal MPR juga memberikan fasilitasi pelayanan teknis, administratif dan keahlian kepada

1

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(13)

apabi\a dibandingkan dengan kebutuhan !embaga MPR yang dinamis merespon dinamika aspirasi masyarakat saat ini. Di samping itu, saat ini Sekratriat Jenderal MPR juga memberikan fasi\itasi pe\ayanan teknis, administratif dan keah\ian kepada ada Tim Kerja Sosialsiasi, Tim Kerja Kajian, dan Tim Kerja Anggaran sebagai alat kelengkapan Pimpinan MPR yang pimpinan dan keanggotaaanya adalah Anggota MPR yang bersasal dari perwakilan Fraksi dan Kelompok Anggota ·MPR, serta memiliki tugas dan fungsi yang strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Oleh karena itu menjadi kebutuhan saat ini dengan keterbatasan dalam berbagai aspek pendukung dalam organisasi untuk mendukung pelayanan maksimal kepada MPR dan alat kelengkapannya, untuk dilakukan upaya penguatan kapasitas baik dalam aspek kelembagaan, aspek sumberdaya manusia, aspek sarana dan prasarana, aspek tatalaksana serta aspek akuntabilitas kinerja Sekretariat Jenderal MPR.

B. PENGUATAN SEKRETARIAT JENDERAL 1. Aspek Kelembagaan

Sekretariat Jenderal MPR sebagai kesekretariatan lembaga negara adalah lembaga pendukung teknis dan administratif lembaga MPR dalam menjalankan tugas dan kewenangan konstitusionalnya. Pasca reformasi konstitusi, MPR sebagai lembaag negara pelaksana kedaulatan rakyat dituntut untuk menjalankan perannya sebagai lembaga demokrasi yang mampu merepon dinamika perkembangan demekrasi, pelitik dan ketatanegaraan, serta aspirasi masyarakat sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Tugas dan kewenangan MPR sesuai ketentuan Past 3 dan Pasal 8 UUD NRI Tahun 1945 sangat fundamental dan strategis karena terkait dengan eksistensi negara yakni tentang idelegi dan dasar negara, serta tugas fundamental lainnya. Di samping kewenangan tersebut, MPR juga diamanatkan oleh UU Nemer 27 Tahun 2009 untuk memasyarakatkan UUD NRI Tahun 1945 kepada seluruh elemen masyarakat. Mencermati ruang lingkup tugas dan kewenangan MPR secara kelembagaan, maupun Anggota MPR sebagai wakil rakyat dan daerah yang sangat strtategis tersebut, maka dalam upaya mendrong peningkatan kinerja MPR dalam menjalankan tugas kenstitusionalnya, maka perlu dukungan maksimal pelayanan yang tidak hanya bersifat teknsi dan adminstratif, tetapi juga dukungan yang bersifat substantif keahlian. Oleh katrena itu Sekratariat Jenderal MPR perlu diperkuat oleh suatu badan keahlian yakni Sadan Kajian Ketatanegaraan ataupun nama lainnya agar MPR dapat menjalankan tugasnya secara efektif dalam penyelenggaraan negara sesuai dengan amanat UUD NRI Tahun 1945.

2

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(14)

: I

I

i I

I

I , : I

I

I

'

:

'

/

,

I

I

2. Aspek Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia adalah aspek penting dalam organisasi sebagai motor penggerak organisasi dalam mencapai visi dan misi, tujuan dan sasaran organisasi. Sekretariat Jendral MPR unsur pendukung lembaga MPR akan dapat menjalankan tugas pelayanan teknis dan admnistratif kepada MPR .dengan baik apabila didukung oleh sumberdaya manusia yang profesional dan memiliki kompetensi keahlian sesuai dengan bidang tugas yang menajai tanggungjawabnya, serta kebutuhan lembaga MPR dan alat kelengkapannya.

Oleh karena itu diperlukan penguatan kapasitas sumberdaya manusia Sekretariat Jenderal MPR dalam setiap tingkatan dan fungsi yang memenuhi standar kompetensi yang diperlukan oleh lembaga MPR. Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia harus dilakukan secara berkelanjutan dari mulai rekrutmen dan pengembangannya sehingga dapat mendorong secara sinergis peningkatan kinerja Sekretariat Jenderal maupun lembaga MPR.

3. Aspek Sarana dan Prasarana

4.

Aspek sarana dan prasana adalah instrumen penting dalam mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Sekretariat Jenderal, MPR dan alat kelengkapannya. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dalam rangka fasilitasi pelaksanaan tugas para Anggota MPR dilakukan agar para Anggota MPR dapat menjalankan perannya sebagai wakil rakyat dan daerah dengan baik.

Sarana dan prasarana yang memadai adalah sarana dan prasarana yang memilki standar sesuai kebutuhan dan berbasis pada teknologi informasi untuk melengkapi sarana dan prasarana yang sudah tersedia. Sarana dan prasarana yang berbasis teknologi informasi akan mendukung kebutuhan publik akan akses informasi terhadap lembaga MPR dan alat kelengakapannya, serta ruang untuk menyampaikan aspirasi publik kepada lembaga MPR dan alat kelengkapannya.

Aspek Tata Laksana Kerja

Sebagai lembaga pendukung MPR, Sekratariat Jenderal harus memilki tata laksana kerja yang terpola dan transparan .baik lingkungan internal Sekratariat Jenderal maupun hubungannya dengan lembaga MPR dan alat kelengkapannya.

Tatalaksana yang tranparan akan mempermudah interaksi yang sinergis antara Sekretariat Jenderal MPR, MPR dan alat kelengkapannya sehingga interaksi dalam rangka pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar. Penguatan dalam bidang tatalaksana juga dilakukan melalui penerapan sistem informasi dan teknologi yang memadai sehingga dapat dilakukan secara lebih transparan, meminimalisir adanya duplikasi pelaksanaan tugas sesuai dengan kewenanagannya masing-masing.

3

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(15)

5. Aspek Akuntabilitas Kinerja

Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban yang harus dilaksnakan oleh setiap lembaga publik dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam rangka melaksanakan tugas pelayanan teknis, administratif dan keahlian Sekrtariat Jenderal MPR dituntut emmi\iki akuntabi\itas baik dalam kedudukannya sebagai aparatur peemrintah maupun sebagai unsur pendukung lembaga MPR dan alat kelengkap·annya. Kinerja yang baik dari lembaga Sekratariat Jenderal semstinya mampu mendorong kinerja yang baik lembaga MPR kepada publik. Oleh karena dalam rangka penguatan akuntabilitas kienrja !embaga Sekratariat Jenderal diperlukan mekanisme dan standar pengukuran yang selaras antara kinerja Sekratariat jenderal MPR sebagai aparatur pemerintah dengan Sekratariat Jenderal MPR yang secara sinergis wajib mendorong kinerja lembagaa MPR sebagai lemabaga negara.

C. MATERI USULAN PERUBAHAN

Berdasarkan pokok-pokok pikiran dalan berbagai aspek penguatan lembaga Sekratarait Jenderal MPR, maka usul perubahan tentang penguatan Sekratariat Jenderal MPR, adalah sebagai berikut :

Sistem Pendukung MPR Pasal •...

(1) Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenang MPR, dibentuk Sekretariat Jenderal MPR, yang susunan organisasi dan tata kerjanya diatur dengan peraturan MPR.

(2) Sekretariat Jenderal MPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas dukungan pelayanan teknis, administrasl dan keahlian kepada anggota MPR.

(3) Sekretariat Jenderal MPR ditetapkan dengan Peraturan MPR setelah dikonsultasikan dengan Pemerintah.

(4) Untuk mendukung kelancaran tugas pelayanan keahlian dibentuk Sadan Kajian Ketatanegaraan, yang susunan organisasi dan tata kerjanya diatur dengan peraturan MPR.

(5) Dalam pelaksanaan tugas Sadan Kajian Ketatanegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), secara administratif didukung oleh Sekretariat Jenderal MPR.

4

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(16)

Pimpinan Organisasi Pasal ...

(1) Sekretariat Jenderal MPR sebagaimana dimaksud dalam pasal ... dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal.

(2) Sadan Kajian Ketatanegaraan sebagaimana dimaksuda dalam Pasal ... ayat (4) dipimpin oleh Kepala Sadan.

(3) Calon Sekretaris Jenderal MPR dan Kepala Sadan diusulkan oleh Presiden masing-masing sebanyak 3 (tiga) orang kepada Pimpinan MPR.

(4) Calon Sekretaris Jenderal MPR dan Kepala Sadan yang diusulkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan uji kepatutan dan kelayakan oleh Pimpinan MPR.

(5) Calon Sekretaris Jenderal MPR dan Kepala Sadan yang diuji sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipilih dan ditetapkan 1 (satu) nama calon Sekretaris Jenderal MPR dan calon Kepala Sadan untuk disampaikan ke Presiden.

(6) Calon Sekretaris Jenderal MPR dan calon Kepala Sadan yang disampaikan ke Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan sebagai Sekretaris Jenderal MPR dan Kepala Sadan dengan keputusan Presiden.

(7) Sekretaris Jenderal dan Kepala Sadan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme pengususlan, uji kelayakan dan kepatutan serta penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) diatur dalam peraturan MPR yang mengatur tentang Tata Tertib.

Pasal .•.

(1) Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris Jenderal MPR dan Kepala Badan bertanggung jawab kepada Pimpinan MPR.

(2) Sekretaris Jenderal MPR dan Kepala Sadan melaporkan kinerja kepada Pimpinan MPR setiap akhir tahun.

(3) Berdasarkan laporan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pimpinan MPR melakukan evaluasi, dan hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai peraturan MPR.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian laporan, pertanggungjawaban dan evaluasi Sekretaris Jenderal dan Kepala Sadan diatur dengan peraturan MPR.

5

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(17)

t

I t

I

I ~

~

.

• •

~

t

D. Penutup

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai lembaga negara akan dapat menjalankan tugas konstitusionalnya dengan baik, apabila didukung oleh lembaga kesekretariatan yang kuat dan profesional yang berorientasi pada kinerja pelayanan.

2. Penguatan lembaga kesekretariatan merupakan suatu keharusan dalam rangka meningkatkan kualitas dukungan teknis, administratif dan keahlian kepada Majelis Perrnusyawaratan Rakyat dan Alat kelengkapannya yang meliputi penguatan bidang kelembagaan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, tata taksana kerja, serta akuntabilitas kinerja.

3. Penguatan dalam aspek kelembagaan dilakukan dengan memperkuat kelembagaan Sekretariat Jenderal MPR melalui pembentukan badan keahlian yakni Sadan Kajian Ketatanegaraan yang memiliki fungsi dukungan keahlian kepada MPR sehingga dapat menjalankan tugas dan kewenangan konstitusionalnya sesuai dengan dinamika aspirasi masyarakat, perkembangan politik dan ketatanegaraan.

4. Penguatan dalam aspek sumberdaya manusia dilakukan dengan menata sistem rekrutmen pimpinan Sekretariat Jenderal yang berbasis pada transparansi dan kompetensi, serta memperkuat kapasitas sumber daya keahlian dan tenaga profesional·lainnya dalam bidang teknologi informasi.

5. Penguatan dalam aspek sarana dan prasarana dilakukan dengan meningkatkan fasilitasi sarana dan prasarana MPR dan Alat kelengkapannya sehingga dapat menjalankan tugas kelembagaan dengan maksimal maupun dalam menjalankan

6.

7.

perannya sebagai wakil rakyat dan daerah.

Penguatan dalam aspek tatalaksana dilakukan dengan menata mekanisme dan pola hubungan kerja antara Sekretariat Jenderal sebagai unsur pendukung dengan lembaga MPR dan alat kelengkapannya seseuai dengan kewenangannya masing-masing.

Penguatan dalam aspek akuntabilitas kinerja dilakukan dengan menata mekanisme pengukuran dan standar kinerja pelayanan teknis, adminstratif, dan keahlian sesuai dengan kebutuhan MPR dan alat kelengkapannya sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

Jakarta, 4 Juni 2014 SEKRET ARIS JENDERAL

Ors. EDDIE SIREGAR, M.Si

6

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(18)

(5) Dalam pelaksanaan tugas badan fungsional keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (3), secara administratif didukung oleh Sekretariat Jenderal MPR.

D. PENUTUP

1. Pokok-pokok pikiran ini disampaikan dalam rangka penguatan sistem ketatanegaraan Indonesia khususnya lembaga MPR agar dapat menjalankan tugas dan kewenangan konstitusionalnya sebagai wakil rakyat dan daerah secara efektif dan efisien sesuai amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Pokok-pokok pikiran ini disampaikan kepada Pansus DPR sebagai masukan tertulis dalam rangka penyusunan Rancangan Undang-Undang perubahan atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD.

3. Apabila dipandang perlu, kami menyarankan kiranya Pansus juga dapat melakukan dengar pendapat dengan Pimpinan MPR maupun Pimpinan Tim Kerja Kajian Sistem Ketatanegaraan Indonesia., untuk lebih memeprtegas pokok-pokok pikiran dan usulan yang telah disampaikan.

Jakarta, 21 Mei 2014 SEKRETARIS JEDNERAL

Ors. EDDIE SIREGAR

10

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(19)

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

POKOK-POKOK MATERI USULANPIMPINAN MPR

SEBAGAIMASUKANTERTULISPENYUSUNAN RANCANGAN PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR27 TAHUN2009

TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD

JAKART A,2014

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(20)

- - - -

- - - -

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

POKOK-POKOK MATERI USULANPIMPINAN MPR

SEBAGAI MASUKANTERTULISPENYUSUNAN RANCANGAN PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR27 TAHUN2009

TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD

A. LATAR BELAKANG

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945)adalah hukum dasar yang memberikan landasan pelaksanaansistem demokrasi konstitusional dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan negara Indonesia. Sistem demokrasi yang dianut adalah wujud dari penegasanmakna kedaulatan rakyat,yang menempatkan rakyat padakedudukan yang tertinggi dalam negara, sedangkan sistem konstitusi menjamin setiap penyelenggaraan asas kedaulatan rakyatharusberlandaskanpada ketentuan konstitusi yaituUUD NRI Tahun 1945.

2. Salah satu perubahan fundamentaldalam rangkamempertegas sistem demokrasi konstitusional adalah perubahan ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi: "Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya o/eh Maje/is Permusyawaratan Rakyat."menjadi"Kedaulatan berada di tangan rakyat dan difaksanakan menurut Undang-Undang Dasar". Perubahan ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 membawa implikasi terhadap kedudukan, tugas dan wewenangMPR, serta pola hubungannyadengan lembaga-lembaganegara lainnya.

3. MPR tidak lagi berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat, tetapi lembaga negara pelaksana kedaulatan rakyat yang menjalankan fungsi danwewenangsesuai yang diamanatkan olehUUD NRI Tahun 1945.Tugas dan wewenangMPR sesuai ketentuanPasal 3 UUD NRI Tahun 1945 yakni mengubah dan menetapkan Undang Undang Dasar, melantik Presiden dan Wakil Presiden, serta memberhentikan Presiden dalam masa jabatannya. MPR tidak lagi memiliki tugas dan wewenang untukmemilih Presiden

1

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(21)

dan Wakil Presiden kecuali jika Presiden dan/atau Wakil Presiden berhalangan tetap (Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3) UUD NRI Tahun 1945), dan tidak lagi memiliki tugas dan wewenang untuk menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

4. Pola hubungan MPR dengan lembaga negara lainnya juga tidak lagi bersifat vertical hierarkies, tetapi bersifat horizontal functional dengan prinsip checks and balances antar lembaga negara.Dengan prinsip checks and balancesantara lembaga negara, maka tidak ada lembaga negara superbody yang dapat mengintervensikewenangan lembaga negara lainnya karena masing-masing memiliki supremasisesuai dengan fungsi dan kewenangan konstitusional yang diamanatkan oleh UUD NRI Tahun 1945 ..

5. Meskipun secara vertical hierarkies, MPR tidak lebih tinggi kedudukannya dari lembaganegara lainnya, tetapisecara horizontal functionalkewenangan yang dimiliki oleh MPR sebagaimana diatur dalam Pasal 3 UUD NRI Tahun 1945 meniscayakan MPR adalah lembagayang menjalankan fungsitertinggi dalam negara karenamemilikikewenangan yang sangatfundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kewenangan mengubah dan menetapkan Undang Undang Dasar, melantik Presiden dan Wakil Presiden, dan memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya adalah norma fundamental negara, karena menyangkut eksistensi berdirinya negara. Dalam proses impeachmentmisalnya, secara politik MPR dapat mengabaikan putusan Mahkamah Konstitusi meskipunPresiden dan Wakil Presidentelah terbukti dinyatakan bersalahmenurut hukum oleh Mahkamah Konstitusi.

6. Kedudukan, tugas dan wewenang, serta pola hubungan MPR dengan lembaga negara lainnya yang secara normatif diamanatkan oleh Undang-Undang NRI tahun 1945 memiliki nilai strategis dalam memperkokoh implementasi kedaulatan rakyat dan supremasi konstitusi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Oleh karena itu diperlukan upaya penguatanfungsi dan peran MPR dalam menjalankan tugas dan kewenangannya melalui Undang Undang Nomor 27 Tahun 2009 atauperaturan perundang-undangan yang mengatur tentang MPR,agarmampu berkonstribusi secara efektif dalam mengembangkan kehidupan demokrasi, politik dan ketatanegaraan di Indonesia.

2

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(22)

B. POKOK-POKOK PIKIRAN PIMPINAN MPR

Bertitik tolak dari tugas dan kewenangan MPR yang secara normatif telah datur dalam UUD NRI Tahun 1945, maka dalam rangka memperkokoh sistem demokrasi konsttitusional dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, Pimpinan MPR menyampaikan pokok-pokok pikiran penguatan lembaga MPRsebagaihasil kajian terhadapaspirasi masyarakat yang berkembang tentang sistem ketatanegaraan Indonesia, sebagai berikut :

1. Undang-Undang Tentang MPR

Secara yuridis normatif MPR adalah lembaga negara pelaksana kedaulatan rakyat yang memiliki tugas dan kewenangan sebagaimana diamanatkanoleh UUD NRI Tahun 1945. Sebagai organ negara utama, MPR adalah lembaga otonom yang memiliki susunan, kedudukan, dan keanggotaan tersendiri sehingga memiliki sifatsebagai lembaga permanen untuk menjalankan fungsi-fungsi negara.

Pasal 2 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945, menyatakan bahwa :Maje/is Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan Undang-undang. Makna diatur "dengan" undang- undang dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) tersebut adalah bahwalembaga MPR harus diatur dengan Undang-Undang tersendiri. Selama ini lembaga MPR diatur dalamUndang Undang Nomor 27 Tahun 2009 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD.

2. Tugas dan Wewenang MPR

Tugas dan kewenangan MPR secara eksplisit diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 8 UUD NRI Tahun 1945. Pasal 3 UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa :(1) MPR berwenang mengubah dan menetapkan Undang Undang Dasar, (2) MPR melantik Presiden dan Wakil Presiden (3) MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang- Undang Dasar.Selanjutnya Pasal 8 ayat (2) dan (3) menyatakan :(2)dalam ha/

terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari, Maje/is Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presidendari dua ca/on yang diusu/kan o/eh Presiden. (3) Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pe/aksana tugas kepresidenan ada/ah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan

3

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(23)

- - - -~---

Menteri Pertahanan secara bersama-sama. Se/ambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Maje/is Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan ca/on Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan ca/on Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya. Tugas dan kewenangan MPR sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 dan Pasal 8, memiliki nilai strategis karena menyangkut eksistensiberdirinya negara. Sifat mendasar dari kewenangan tersebut adalah terkait dengan perubahan dan penetapan Undang Undang Dasar yang esensinya mencakup ideologi dan dasar negara Pancasila, tujuan negara serta sistem politik ketatanegaraan dalam rangka memperkokoh bangunan sistem negara demokrasi konstitusional.

Oleh karenanya penguatanlembagaMPR yang memiliki fungsi dan kewenangan yang angat fundamental dalamUndang UndangNomor 27 Tahun 2009 atau dengan Undang UndangTentang MPRdiperlukan,agar tugas dan kewenangan MPR yang diamanatkan oleh UUD NRI Tahun 1945 dapat dilaksanakan secara efektifdan konstruktif dalam meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi dan ketatanegaraan Indonesia. Di sampng memiliki fungsi dan kewenangan yang sangat fundamental, MPR yang memiliki susunan keanggotaan yang terdiri atas perwakilan politik (Anggota DPR}dan perwakilan daerah (Anggota DPR}menjadi relevan sebagai wadah bermuaranya seluruh aspirasi publik, termasuk sebagai media untuk menyampaikan informasi kepada publik tentang kinerja lembaga- lembaga negara, maupun seremonial kebangsaan dan kenegaraaan.

Penguatanlembaga MPR jugatidak hanya terbatas pada ketentuan yang bersifat normatif dalam konstitusi tetapi sejauh mungkin dapat menggali dan mengembangkan konvensi ketatanegaraan, sepanjang tidak konvensitersebut tidakbertentangan dan untuk memperkokoh implementasiUUD NRI Tahun 1945.

a. Reformulasl Perencanaan Pembangunan NasionalModel GBHN

1} Salah satu perubahan mendasar Undang Undang Dasar 1945 adalah perubahansusunan dan kedudukan, serta kewenangan lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR}. MPR tidak lagi berkedudukan sebagailembaga tertinggi negara yang memiliki kewenangan menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN} dan memilih Presiden dan Wakil Presiden karena Presiden dan/atau Wakil Presiden dipilih secaralangsung oleh rakyat.

4

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(24)

2) Dengan dihapuskannya kewenangan MPR untuk menetapkan GBHN, maka sistem perencanaan pembangunan nasionaltidak berlandaskan padaKetetapan MPR tentangGaris-Garis Besar Haluan Negara(GBHN) tetapi berlandaskan pada Undang-Undang tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Peraturan Presiden tentangRencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang disusun berdasarkan Visi dan Misi calonPresiden dan/ atau Wakil Presidenterpilih.

3) Dengan model sistem perencanaan pembangunan nasional yang demikian memungkinkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)dilaksanakan secara tidak konsistendalam setiap periode pemerintahan mengingat implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) didasarkan kepada visi dan misi Presiden dan/atau Wakil Presiden terpilih dalam pemilihan umum, yang masing- masing dapat memiliki visi dan misi yang berbeda.dalam setiap periode pemerintahan.

4) Demikian pulaantara sistem perencanaan pembangunan nasional dan sistem perencanaan pembangunan daerah,kemungkinan berpotensi terjadi ketidakselarasan pembangunan mengingatsistem perencanaan pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) tidak terikat untuk mengacu padasistem perencanaan pembangunan menengah nasional (RPJMN) mengingat visi dan misi Gubernur/Bupati/Walikota yang mungkin dapat berbeda dengan Visi dan Misi Presiden dan/atau Wakil Presiden terpilih,demikian juga dengan Visi dan Misi Gubernur/Bupati/Walikota di daerah-daerah lainnya.

5) Pada masa pemerintahan orde baru, GBHN adalah haluan negara dalam garis garis besar yang menjadi arah bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan jangka panjang yang meliputi kurun waktu hingga 25 tahun ke depan, yang di dalamnya terbagi dalam tahapan rencana pembangunan lima tahunan. Sistem perencanaan pembangunan nasional model GBHN memberikanarah pembangunan jangka panjang yang lebih jelas dan fokus untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

6) Dalam rangka mewujudkan kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional yang berkesinambungan dan terintegrasi dengan sistem perencanaan pembangunan daerah, maka dipandang perlu

5

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(25)

merumuskankembali sistem perencanaan pembangunan yang tepat yang berorientasi pada demokrasi dan kesejahteraan rakyat.MPR sebagai lembaga demokrasi yang mewadahi seluruh elemen masyarakat baik dari perwakilan politik maupun daerah dipandang sebagai lembaga perwakilan yang relevan untuk mempersiapkan bahan-bahan dan aspirasi masyarakat untukpenyusunan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

b. Pemasyarakatan Nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945

1) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD mengamanatkan kepada MPR untuk memasyarakatkan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai kelanjutan dari amanatUndang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR,DPD dan DPRD.

2) Amanat yang diberikan kepada MPR melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 jo Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tersebut sangat relevan dengan tugas dan kewenangan MPR sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yakni mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.

3) TugasMPR untuk memasyarakatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 jugamengingat belum sepenuhnya materi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 hasil perubahan dipahami oleh seluruh elemen masyarakat termasuk para penyelenggara Negara, padahal pemahaman dan kesadaranwarga negara terhadap konstitusinyamenjadi keniscayaan dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan negara.

4) Pemahaman dan kesadaran warga Negaraterhadap kontitusinya menjadi keniscayaan mengingat sejumlah peluang dan tantangan bangsa pasca reformasi dalam berbagai dimensinya baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta penegakan hukum yang perlu diperkuat dengan impelementasi nilai-nilai Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal lka.

5) Sejalan dengan itu, tugas MPR sesuai ketentuan Pasal 15 ayat (1) huruf e Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009, maka pemasyarakatan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang esensinya adalah kaidah fundamental negara perlu terus dilaksanakan secaralebih sistematis, massif dan melembaga, mengingat ketentuan tentang pemasyarakatan Pancasila yang diatur oleh Ketetapan MPR Nomor

6

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(26)

ll/MPR/1978 telah dicabut dengan Ketetapan MPR Nomor XVlll/MPR/1998 tentang Pencabutan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4), yang berdampak pada pembubaran lembaga BP-7 sebagai lembaga yang secara fungsional memiliki kewenangan melaksanakan pemasyarakatan Pancasila.

6) Oleh karena itu dalam rangka lnternalisasinilai-nilai Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal lka secaralebih sistematis dan masif ke berbagailapisan masyarakat,perlu menambahkan kewenangan lembaga MPR untuk memasyarakatkan nilai-nilai tersebut, sejalan dengan amanat Pasal 34 Ayat (3b) huruf aUndang Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.

c. Akuntabilitas Kinerja Lembaga-lembaga Negara

1) Penegasan bahwa Indonesia adalahnegara demokrasi dan konstitusional secara yuridis tertuang dalam ketentuan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi :Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.

Esensi dari ketentuan tersebut adalah bahwa pemegang kedaulatan tertinggi dalam negara berada di tangan rakyat dan pelaksanaan kedaulatan rakyat harus berdasarkan Undang-Undang Dasar.

2) Lembaga-lembaga Negara adalah pelaksana kedaulatan rakyat yang menjalankan fungsi, tugas dan kewenangannya menurut ketentuan Undang-Undang Dasar. Sebagai pelaksana kedaulatan rakyat masing- masing lembaga negara memiliki tugas dan kewenangan tertentu yang dimanatkan oleh Undang-'Undang Dasar. Oleh karenanya tidak ada kewenangan lembaga negara yang dapat mengintervensi kewenangan lembaga negaralainnya. Hubungan antar lembaga negara dilaksanakan berdasarkan prinsip saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances).

3) Sebagai wujud pertanggung jawaban kepada rakyat selaku pemegang kedaulatan, maka kinerja lembaga-lembaga negara dalam menjalankan tugas dan kewenangannya perlu disampaikan kepada rakyatsupaya rakyat mengetahui sejauh mana lembaga-lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat telah menjalankan tugas dankewenangannya sesuai amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

7

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(27)

4) Penyampaian laporan kinerja lembaga-lembaga negara (progress report)dilakukansetiap tahun dalam forum sidang MPR hanya untuk mendengarkan laporan kinerja lembaga negara. MPR adalahlembaga Negara yang tepat menyelenggarakan agenda Sidang MPR mengingat kedudukannya sebagai lembaga permusyawaratan rakyat yang mewadahi unsur perwakilan politik dan perwakilan daerah.

3. Pengelompokan Anggota MPR

Sesuai ketentuan Pasal 2 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan Undang-undang. Pengelompokan Anggota MPR ke dalam fraksi dan kelompok anggota DPD di MPR diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja MPR dan anggota dalam melaksanakan tugasnya sebagai wakil rakyat. Oleh karenanya diperlukan penguatanfungsi dan peran fraksi dan kelompok anggota DPD di MPR untuk memperkuat peran MPR dalam menjalankan tugas dan kewenangannya, serta memperkokoh demokrasi konstitusional dalam menjalankanperannyasebagai wakil rakyat dan daerah.

4. Alat Kelengkapan MPR

Tugas dan kewenangan MPR yang sangat fundamental dan strategisdalam tataran pelaksanaanya perlu dilakukan secara masksimal, agar tugas-tugas kelembagan MPR dapat dilaksanakan sesuai dengan amanat UUD NRI Tahun 1945. Alat kelengkapan MPR yang ada saat ini adalah Pimpinan MPR dan Panitia Ad Hoc MPR yang dibentuk pada saat Sidang MPR dilaksanakan. Tugas dan kewenangan MPR baik yang menyangkut internal kelembagaan maupun eksternal dalam hubungannya dengan lembaga negara lainnya selama ini dilaksanakan oleh Pimpinan MPR.

Dalam rangka peningkatan kinerja lembaga MPR yang tidak hanya terbatas pada penguatan tugas dan kewenangan MPR, tetapi juga dalam hubungannya dengan lembaganegara lainnyaserta upaya mengembangkan konvensi ketatanegaraan yang konstruktif terhadap perkembangan demokrasi dan ketatanegaraan, diperlukan alat kelengkapan MPRuntuk mengoptimalkan tugas dan kewenangan MPR. Alat kelengkapan MPR juga diperlukan dalam rangka melaksanakan perintah undang-undang untuk melaksanakan dan memasyarakatkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945, maupun melakukan kajian dan tindak lanjut terhadap berbagai aspirasi masyarakat dan daerah, serta kebutuhan lainnya dalam rangka

8

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(28)

melakukan penyusunan anggaran MPR maupun koordinasi denga fraksi-fraksi dan kelompok DPD diMPR ..

5. Pimpinan MPR

Pimpinan MPR adalah alat kelengkapan MPR yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh alat kelengkapan Pimpinan MPR. Alat kelengkapan Pimpinan MPR yakni Tim Kerja Sosialisasi, Tim Kerja Kajian Sistem Ketatatanegaraan Indonesia dan Tim Anggaran. Komposisi Pimpinan MPR telah diatur dalam Undang Undang Nomor 27 Tahun 2009, terakhir dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 117/PUU-Vll/2009, yakni Pimpinan MPR terdiri atas 1 (satu) orang Ketua dan 4(empat) orang Wakil Ketua yang ditetapkan dalam Sidang Paripurna MPR.Pimpinan MPR dipilih dari dan oleh Anggota MPR dilakukan secara musyawarah untuk mencapai mufakat, dan apabila musyawarah untuk mufakat tidak tercapai, pemilihan dlakukan dengan pemungutan suara dan putusan ditetapkan dengan suara yang terbanyak.

6. Pengambilan Putusan MPR

Putusan MPR adalah putusan yang diambil dalam persidangan MPR. Pada dasarnya putusan MPR diambil dengan prinsip musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud sila keempat Pancasila yaitu Kerakyatakan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan pe..Wakilan. Dalam hal musyawarah untuk mencapai mufakat tidak tercapai maka putusan dilakukan dengan pemungutan suara.Putusan MPR dapat diambil dengan mempertimbangkan syarat syahnya pengambilan putusan, persyaratan kourum, teknis pengambilan putusan, maupun jenis dan proses pembentukan putusan itu sendiri.

7. Pelaksanaan Tugas dan Wewenang MPR

Tugas dan kewenangan MPR adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 8 UUD NRI Tahun 1945. Pelaksanaan tugas dan kewenangan tersebut perlu diatur secara eksplisit dalam peraturan perundang undangan yakni meliputi tatacara peubahan Undang Undang Dasar, tata cara pelantikan Presidendan Wakil Presdien hasil pemilihan umum, tatacara pemberhentian Presidendan/atau wakil Presiden dalam masa jabatannya, tata cara pelantikan Wakil Presiden menjadi Presiden dalam hal terjadi kekososngan jabatan Presiden, tata cata pemilihan dan pelantikan Wakil Presiden dalam hal terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden, tatacara pemilihan dan pelantikan Presiden dan/atau Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan dalam masa jabatannya.

9

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(29)

8. Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian

Sekretariat Jenderal MPR adalah unsur pendukung teknis dan administratif lembaga MPR dalam menjalankan tugas dan kewenangannya. Kinerja lembaga MPR akan dapat dilaksankan secara maksimal apabila didukung oleh Sekretariat Jenderal sebagai supporting system yang kuat dan profesional, serta memiliki visi dan misi yang selaras dan sinergis dan dengan visi dan misi lembaga MPR. Oleh karena itu penguatan peran lembaga MPR sebagai respon atas dinamika kebutuhan masyarakat yang berkembang harus diikuti oleh penguatan lembaga pendukungnya yakni Sekretariat Jenderal MPR. Fasilitasi dukungan Sekretariat Jenderal MPR tehadap tugas dan kewenangan konstitusional MPR yang bersifat teknis admnistratif perlu diperkuat dengan fasilitasi dukungan keahlian yang memadai agar MPR dan alat kelengkapannya dapat menjalankan tugas dan kewenangan konstitusionalnya secara memadai sehingga mampu memberikan kosntribusi yang maksimal terhadap perkembangan demokrasi, politik dan ketatanegaraan lndoenesia. Oleh karena penguatan supporting system lembaga MPR melalui pembentukan badan fungsional keahlian memiliki urgensi dan relevansi untuk memperkuat fasilitasi dukungan keahliankepada MPRyang selama ini belum dilaksanakan secara memadai.

C. MATERIUSULPERUBAHAN

Berdasarkan landasan pemikiran untuk memperkokoh pelaksanaan demokrasi konstitusional dalam penyelenggaraan negara melalui penguatan fungsi dan kewenangan lembaga MPR dan Sekretariat Jenderal, maka materu usul perubahan maupu penambahan pasal-pasal dalamrangka perubahan Undang Undang Norilor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR,DPD dan DPRD, adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang tentang MPR

Usulan:

Undang Undang Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Menjadi:

Undang Undang Nomor ... Tahun... Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

10

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(30)

2. Tugas dan Wewenang MPR

Pasal ...

MPR mempunyai tugas dan wewenang :

a. mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden hasil pemilihan umum;

c. memutuskan usul DPR untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya, setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden;

d. melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya;

e. memilih Wakil Presiden dari 2 (dua) calon yang diusulkan oleh Presiden apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya;

dan

f. memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, dari 2 (dua) pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.

g. Memasyarakatkan Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republlk Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhlnneka Tunggal /ka, serta Ketetapan-Ketetapan MPR yang masih berlaku.

h. Menerima dan memperslapkan bahan-bahan aspirasi masyarakat dan daerahdalam rangka penyusunan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)w

11

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(31)

Usulan:

Pasal ... .

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya untuk mendengarkan laporan kinerja Lembaga-lembaga Negara.

(2) Lembaga-lembaga Negara sebagaimana dlmaksud pada ayat (1) adalah lembaga negara yang tugas dan kewenangannya dlatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republlk Indonesia Tahun 1945.

(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sldang tahunan untuk mendengarkan pidato kenegaraan Presiden dalam rangka harl ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.

(4) Pidato kenegaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia dlhadapan sidang paripurna MPR setiaptanggal 18(delapan belas) Agustus.

3. Pengelompokan Anggota MPR

Fraksi dan Kelompok Anggota Fraksi

Pasal ... .

(1) Fraksi adalah pengelompokan Anggota yang mencerminkan konfigurasi partai politik.

(2) Fraksi dapat dibentuk oleh partai politik yang memenuhi ambang batas perolehan suara dalam penentuan perolehan kursi DPR.

(3) Setiap Anggota yang berasal dari anggota DPR harus menjadi anggota salah satu fraksi.

(4) Fraksi dibentuk untuk mengoptimalkan kinerja MPR dan Anggota dalam melaksanakan tugasnya sebagai wakil rakyat.

(5) Pengaturan internal fraksi sepenuhnya menjadi urusan fraksi masing-masing.

(6) Sekretariat Jenderal MPR menyediakan sarana, anggaran, dan tenaga ahli guna kelancaran pelaksanaan tugas fraksl.

Kelompok Anggota Pasal ... .

(1) Kelompok Anggota adalah pengelompokan Anggota yang berasal dari seluruh anggota DPD.

(2) Kelompok Anggota dibentuk untuk meningkatkan optimalisasi dan efektivitas kinerja MPR dan Anggota dalam melaksanakan tugasnya sebagai wakil daerah.

(3) Pengaturan internal Kelompok Anggota sepenuhnya menjadi urusan Kelompok Anggota.

12

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(32)

(4) Sekretariat Jenderal MPR menyediakan sarana, anggaran, dan tenaga ahli guna kelancaran pelaksanaan tugas Kelompok Anggota.

4. Alat Kelengkapan MPR

Alat Kelengkapan MPR Pasal ... .

Alat kelengkapan MPR disusun dan dibentuk menurut pengelompokan kegiatan dan kebutuhan dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenang MPR, terdiri atas:

a. Pimpinan;

b. Panitia Ad Hoc MPR;

c. Alat kelengkapan lain yang diperlukan.

5. Pimpinan MPR

Susunan Pimpinan MPR Pasal ... ..

(1) Pimpinan MPR terdiri atas 1 (satu) orang Ketua dan 4 (empat) orang Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh Anggota MPR.

(2) Pimpinan MPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih. secara musyawarah untuk mufakat dan ditetapkan dalam rapat paripurna MPR.

(3) Dalam hal musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tercapai, Pimpinan MPR dipilih dengan pemungutan suara dan yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan sebagai Pimplnan MPR dalam rapat paripurna MPR.

(4) Selama Pimpinan MPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum terbentuk, sidang MPR pertama kali untuk menetapkan Pimpinan MPR dipimpin oleh Pimpinan sementara MPR.

(5) Pimpinan sementara MPR sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah Ketua DPR sebagal Ketua Sementara MPR dan Ketua DPD sebagal Wakil Ketua Sementara MPR.

(6) Pimpinan MPR ditetapkan dengan keputusan MPR.

Tata Cara Pemilihan Pimpinan MPR Pasal ...

(1) Setiapfraksi dan Kelompok Anggota menyampaikan nama-nama bakal calon Pimpinan MPR di depan Sidang Paripurna MPR sebagaimana dimaksud dalamPasal .. ayat ( .. ) sampai dengan ayat ( .. ).

(2) Usulan paket calon Pimpinan MPR dibentuk berdasarkan nama-nama yang berasal dari bakal calon Pimpinan MPR yang disampaikan setiap fraksi dan Kelompok Anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal ..

ayat ( .. ) sampai dengan ayat ( .. ).

13

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

(33)

(3) Usulan paket calon Pimplnan MPR selanjutnya disampaikan oleh setiap fraksi dan Kelompok Anggota serta ditetapkan menjadi paket calon Pimpinan MPR di dalam Sidang Paripurna MPR berikutnya

(4) Dalam Hal terdapat lebih dari 1 (satu) paket calon Pimpinan MPR, Pimpinan Sementara MPR, atas persetujuan Sidang Paripurna MPR, menetapkan nama penyebutan tiap paket untuk dipilih oleh Anggota.

(5) Setiap Anggota memilih 1 (satu) nama penyebutan paket calon Plmplnan MPR sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan cara yang ditentukan di dalam Sidang Paripurna MPR.

Pasal ...•

(1) Pemilihan paket calon Pimpinan MPR apabila terdapat leblh darl 1 (satu) paket calon Plmpinan MPR terdiriatas 3 (tiga) langkah, yaitu:

a. pemungutan suara;

b. penghitungan suara; dan

c. penetapan hasil penghitungan suara

(2) Langkah-langkah pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah:

a. pemanggilan nama Anggota secara berurutan berdasarkan daftar hadir per fraksi dan Kelompok Anggota;

b. Anggota yang disebutkan namanya menukarkan kartu buktl hadlr dengan kartu suara;

c. Anggota yang telah memiliki kartu suara melakukan pemillhan di bilik suara yang telah disiapkan oleh petugas; dan

d. setelah menggunakan hak suaranya, Anggota memasukkan kartu suara ke dalam kotak suara dan kembali ke tempat duduk semula.

(3) Langkahpenghitungan suara sebagalmana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah:

a. petugas menghitung kartu bukti hadir dan kartu suara dihadapan para saksl;

b. jika kartu buktl hadir dan kartu suara telah sesual jumlahnya, selanjutnya petugas menyebutkan pilihan darl tlap kartu suara di hadapan para saksl;

c. petugas mencatat perolehan suara dalam lembar hasil pemungutan suara; dan

d. lembar hasil pemungutan suara ditandatangani para saksi di akhir penghltungan suara.

(4) Langkah penetapan hasil penghitungan suara sebagaimana dlmaksud pada ayat (1) huruf c adalah:

a. petugas menyampaikan lembar hasil pemungutan suara yang telah ditandatangani para saksi kepada pimpinan sidang; dan

b. pimpinan sidang mengumumkan dan mengesahkan hasil pemungutan suara

14

BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

Referensi

Dokumen terkait

Waktu yang diperlukan untuk mengirim semua informasi adalah 12.5 menit dengan menggunakan navigasi pesan, penerima mampu menentukan waktu transmisi dari masing-masing sinyal

Maka dari itu, dapat diketahui bahwa citra atau image yang ditampilkan oleh SMP NU 07 Brangsong pada khalayak umum adalah lembaga yang mengedepankan unsur-unsur budaya

Masyarakat komik Indonesia (MKI) sebagai salah satu wadah untuk masyarakat komik dan ilustrasi di Indonesia, berupaya membangkitkan komik dan ilustrasi Indonesia yang sudah

Jawaban responden terhadap variabel supervisi kunjungan kelas oleh kepala sekolah (X 1 ), iklim sekolah (X2), dan kinerja guru (Y) sebagian besar berkatebori baik. X 1

Membuat view untuk menampilkan mahasiswa yang mengambil matakuliah query nya adalah create view AmbilMk as select.. Mahasiswa.nama,Mahasiswa.jenis_kelamin,ambil_mk.kode_mk

Meliputi kontak antara orang yang rentan dengan benda yang terkontaminasi mikroba infeksius di lingkungan, instrumen yang terkontaminasi, jarum, kasa, tangan

Pentingnya pelayanan prima terhadap pelanggan sangat berhubungan erat dengan usaha jasa yang dilakukan oleh Kantor Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kendala-kendala yang muncul dalam peningkatan kompetensi profesional guru pada SMA Negeri 3 Seunagan Kabupaten Nagan Raya adalah tentang