101
Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa melalui
Model Pembelajaran Project Based Learning dengan Model Pembelajaran Problem Based
Instruction pada Materi Bangun Datar Kelas VII SMP Swasta Silindak T.P. 2020/2021
1)Evania Sianturi, 2)Haryati Ahda NasutionUniversitas Muslim Nusantara Al Washliyah Medan, Jl. Garu II A No. 93, Kec. Medan Amplas, Kel. Harjosari I, Kota Medan, Email : evaniasianturi10@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa melalui model pembelajaran Project Based Leraning dengan model pembelajaran Problem Based Instruction. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas VII SMP Swasta Silindak. Sampel ditetapkan dengan purposive sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi eksperimet dengan melibatkan dua kelas yaitu kelas eksperimen I (VIIA) dan kelas eksperimen II (VIIB). Kedua kelas diberikan pretest, kemudian
diberikan perlakuan dikelas eksperimen I dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning sedangkan dikelas eksperimen II diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction. Setelah kedua kelas diberikan perlakuan maka diberikan posttest kepada kedua kelas. Hasil dari penelitian sebelum diberikan perlakuan maka kemampuan kedua kelas sama yaitu thitung< ttabel yaitu 1,43< 1,877
sedangkan setelah diberikan perlakuan maka thitung >ttabel yaitu 2,091> 1,877. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah
Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diaajr menggunakan model pembelajaran Project Based Learning dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction. Model pembelajaran Project Based Learning lebih baik daripada model pembelajaran Problem Based Instruction untuk mempermudah dalam memahami konsep materi pelajaran.
Kata Kunci: Model pembelajaran Project Based Learning, Problem Based Instruction dan pemahaman konsep.
PENDAHULUAN
Menurut Dwi zulfahrani (2018) dalam Undang - Undang Republik Nomor 20 Tahun 2003 “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran yang dimana membentuk karakter, pengetahuan dan sifat seseorang dari semula yang tidak tahu mengenai didikan menjadi lebih mengetahui sedikit banyaknya tentang ilmu tersebut.
Ada beberapa siswa mengatakan bahwa matematika adalah pelajaran yang kurang meyenangkan. Dengan begitu, semua orang harus mempelajarinya. Karena matematika sangat erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Dapat disimpulkan bahwa Matematika merupakan salah satu silabus dalam pelajaran di sekolah dimana pelajaran tersebut mempelajari
tentang perhitungan suatu angka, nominal, bangun ruang, aljabar maupun alogaritma.
Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan yang mendasar dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang disampaikan guru. Siswa yang telah memahami konsep dengan baik dalam proses pembelajaran dimungkinkan memiliki prestasi belajar yang tinggi karena lebih mudah mengikuti pembelajaran sedangkan siswa yang tidak memahami konsep cenderung lebih sulit mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, setiap siswa haruslah memiliki pemahaman konsep sebagai dasar untuk menguasai matematika itu sendiri serta menunjang pengembangan cabang-cabang ilmu lainnya.
Salah satu penyebab rendahnya pemahaman konsep matematis siswa adalah sekolah masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher center) yang menjadikan pasif dan kesulitan memahami konsep yang dipelajari sehingga membuat
102 dangkalnya pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep matematika. Selain itu, pembelajaran konvensional kurang memberikan kesempatan berinteraksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Hal ini mengakibatkan kurangnya interaksi antara guru dan siswa, menjadikan siswa pasif, kurang perhatian untuk belajar kreatif dan mandiri serta situasi belajar terasa membosankan.
Upaya mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, salah satu upaya meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa adalah dengan melakukan inovasi pembelajaran di kelas. Model pembelajaran yang dipilih harus dapat mengembangkan pola pikir dan mengaitkan konsep-konsep dalam matematika. Salah satu alternatifnya adalah model Project Based Learning dan Problem
Based Instruction.
Model Project Based Learning adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada peserta didik untuk memecahkan masalah dengan menerapkan keterampilan meneliti,
menganalisis, membuat hingga
mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Model pembelajaran ini memperkenankan peserta didik untuk bekerja secara mandiri maupun berkelompok dalam mengkonstribusikan produk nyata (autentic) yang bersumber dari masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian diharapkan model Project Based
Learning dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa.
Model Problem Based Instruction
adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Problem Based Instruction termasuk eksperimentasi sebagai
suatu alat untuk memecahkan masalah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dalam jenis peneitian eksperimen semu (quasi eksperiment). Dalam penelitian ini dilibatkan dua kelas yang diberi perlakuan yang berbeda. Berikut ini disajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 1. Desain Penelitian Ekperimen I O 1 X 1 O2 Ekperimen II O1 X2 O2 Sumber : Sugyono, 2019 Dimana :
O1 = Pemberian pretest pada kelas ekperimen I dan kelas eksperimen II O2 = Pemberian posttest pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II X1 = Pemberian perlakuan pada kelas
ekperimen I dengan Model Project Based Learning
X2 = Pemberian perlakuan pada kelas eksperimen II dengan Model Problem Based Instruction
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII SMP SWASTA SILINDAK tahun pelajaran 2020/2021 yang terdiri dari 2 kelas dengan jumlah siswa 40 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik Purposive Sampling. Maka peneliti mengambil keas VIIA sebagai kelas eksperimen I dengan jumlah 20 siswa dengan menggunakan model Project Based Learning dan kelas VIIB sebagai kelas ekperimen II dengan jumlah 20 siswa dengan menggunakan model Problem
Based Instruction.
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji coba validitas butir soal, reabilitas soal, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal. Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini terdapat 3 tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelakasanaan dan tahap akhir. Sebelum penelitian ini dilakukan terlebih dahulu dilakukan validasi instrumen tes yang divalidkan kepada siswa.
103 HASIL PENELITIAN
Deskripsi Hasil Penelitian
Dari hasil posttest kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh dari kelas eksperimen I dan eksperimen II disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Pemahaman Konsep Matematis Siswa Statistik Kelas Eksperimen I Eksperimen II Banyak Siswa 20 20 Nilai Maximum 95 90 Nilai Minimum 70 65 Rata-rata 81 77,57 Varians 79,08 61,11
Tabel 1. Menujukkan data pada kelas eksperimen I yang diajar dengan model pembelajaran Project Based Learning dan kelas eksperimen II yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction. rentang nilai pada kelas eksperimen I yaitu 95-70 = 25 dan rentang nilai pada kelas eksperimen II yaitu 25. Rentang nilai pada kedua kelas tersebut sama. Nilai siswa tertinggi dikelas eksperimen I yaitu 95. Artinya pemahaman konsep matematis siswa lebih baik dikelas eksperimen I.
Jika dilihat dari nilai rata-rata kedua kelas, kelas eksperimen I lebih baik daripada kelas eksperimen II. Varians skor pemahaman konsep kelas eksperimen I lebih tinggi daripada kelas eksperimen II, dengan kata lain nilai siswa kelas eksperimen I lebh menyebar dibandingkan kelas eksperimen II.
Berdasarkan perhitungan daftar nilai posttest kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II perbandingan persebaran data didua kelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 1. Grafik Perbandingan Nilai Posttest Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II.
pada kurva diatas terlihat jelas bahwa nilai tertinggi dari dua kelas tersebut terdapat pada kelas eksperimen I dengan nilai 95 sedangkan nilai terendah pada kelas eksperimen II dengan nilai 65. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen I lebih baik dibandingkan kelas eksperimen II.
HASIL PENELITIAN 1. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini uji coba normalitas ini digunakan adalah uji liliefors. Dengan syarat normal adalah L0 < Ltabel pada taraf α = 5%. Secara ringkas hasil perhitungan nilai posttest dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Hasil perhitungan uji normalitas posttest
Kelas N Lhitung Ltabel (α =0,05) Kesimpulan Ekspe rimen I 20 0,143 8 0,190 Data yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal Ekspe rimen II 20 0,125 5 2. Uji Homogenitas
Dari hasil perhitungan uji homogenitas kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas Eksperimen II pada lampiran diperoleh Fhitung = 1,2939 sedangkan berdasarkan nilai tabelF diperoleh Ftabel =2,17 pada taraf
0 2 4 6 65 72 78 85 95 Fr e ku e n si
Nilai Siswa
kelas eksperimen I kelas eksperimen II104 signifikan α =5% karena Fhitung < Ftabel maka H0
diterima artinya kedua sampel berasal dari populasi yang sama atau homogen.
Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Posttest Kelas N Fhitung Ftabel (α
=0,05) Kesimpulan Eksperimen I 20 1,29 39 2,17 Data yang berasal dari populasi yang homogeny Eksperimen II 20 3. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat analisis kemudian dilakukan uji hipotesis. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa melalui model pembelajaran Project Based Learning dan
Problem Based Instruction dan untuk
mengetahui rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen II dengan diterapkan model pembelajaran
Problem Based Instruction. Untuk kemudian
rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen I dibandingkan dengan rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen II. Dengan pengujian hipotesis sebagai berikut:
H0 : µ1 = µ2 Tidak terdapat perbedaan
peningkatan kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa melalui model Project Based
Learning dan model Problem Based Instruction pada kelas VII SMP
Swasta Silindak
Ha : µ1 > µ2 Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematissiswa melalui model
Project Based Learning dan model Problem Based Instruction pada
kelas VII SMP Swasta Silindak Pengujian hipotesis tersebut di uji t dengan kriteria pengujian jika Thitung < Ttabel H0 diterima dan Ha ditolak dan jika Thitung < Ttabel H0 ditolak dan Ha diterima.pada taraf signifikan 5% atau 0,05.
Berdasarkan pengujian hipotesis yang menggunakan uji kesamaan dua rata-rata
sebelum diberi perlakuan maka Thitung = 0,8145 sedangkan Ttabel =1,81 karena Thitung < Ttabel maka H0 diterima. Kemampuan pemahaman konsep kelas eksperimen I sama dengan kemampuan pemahaman konsep kelas eksperimen II. Sedangkan setelah diberikan perlakuan yang kepada kedua kelas maka dapat Thitung =2,091 sedangkan berdasarkan tabel distribusi t untuk dk = n1 + n2 – 2 diperoleh Ttabel =1,81 karena Thitung > Ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, yang artinya tingkat kepercayaan 90% kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diajar melalui model pembelajaran
Project Based Learning pada kelas esperimen I
lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Problem Based Instruction pada kelas eksperimen II.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Swasta Silindak, peneliti memilih SMP Swasta Silindak sebagai tempat penelitian dikarenakan sekolah tersebut belum menerapkan model pembelajaran Project Based Learninng dan model pembelajaran Problem Based Instruction. Permasalahan yang terdapat disekolah tersebut adalah kurangnya kemampuan pemahaman konsep matematika dikarenakan siswa beranggapan bahwa matematika pelajaran yang susah sehingga dalam proses pembelajaran siswa belum dapat menangkap konsep matematika dengan baik. Peneliti ingin melihat apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemaahamn konsep matematis siswa melalui model pembelajaran Project Based Learning dengan model pembelajaran Problem Based
Istruction.
Penelitian mempunyai tiga variabel yang dijadikan objek penelitian, yaitu variabel bebas berupa model Project Based Learning dan model Problem Based Instruction sedangkan variabel terikatnya yaitu kemampuan pemahaman konsep matematis. Penelitian ini dilakukan 6 kali pertemuan dengan rincian 1 kali pertemuan untuk pretest, 4 kali pertemuan untuk memberikan perlakuan dan 1 kali untuk posttest. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah segiempat, peneliti menggunakan 2 kelas sebagai sampel penelitian. Sebelum penelitian dimulai, kedua sampel tersebut ditetapkan
105 sebagai kelas eksperimen I dan kelas eksperimen
II.
Kelas VIIA terpilih sebagai kelas eksperimen I dan kelas VIIB terpilih sebagai kelas eksperimen II. Dari kedua sampel terpilih kelas eksperimen I menggunakan model pembelajaran Project Based Learning dan kelas eksperimen II menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction. Pada saat peneliti melakukan penelitian, peneliti memberi soal pretest dan posttest sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran
Project Based Learning untuk kelas eksperimen
I dan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Instruction untuk kelas
eksperimen II. Lembar soal yang diberikan berupa tes pengetahuan berbentuk essay sebanyak 5 butir soal yang memuat indikator kemampuan pemahaman konsep.
Berikut ini perbedaan peningkatam kemampuan pemahaman konsep matematis antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II yang berdasarkan 3 indikator:
Gambar 4.5. Hasil Tes Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen I
Gambar 4.6. Hasil Tes Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis SIswa Kelas Eksperimen II
Terlihat adanya perbedaan dari menjawab siswa pada tes akhir kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. siswa kelas ekperimen I sebagian besar mengerjakan soal lebih lengkap dan tepat dibandingkan dengan kelas ekperimen II. Akan tetapi setiap kelas memahami aspek-aspek dari pembelajaran tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas diperoleh gambaran bahwa model pembelajaran Project
Based Learning memberi kontribusi yang
signifikan terhadap peningkatan kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa pada materi segiempat. Siswa lebih mudah memahami dan mengerjakan permasalahan-permasalahan tentang segiempat dengan model pembelajaran
Project Based Learning.
Model pembelajaran Project Based
Learning merupakan salah model pembelajaran
kontextual yang menuntut siswa aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran
Project Based Learning mengarahkan siswa
untuk berperan aktif dalam menemukan sendiri konsep pembelajaran sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan sendiri konsep pembelajaran terutama pada materi bangun datar segiempat.
Dalam penelitian ini tentu masih banyak kelemahan-kelemahan seperti keterbatasan waktu penelitian serta kemampuan penulisan. Untuk selanjutnya penulis berharap terdapat penelitian yang sama dengan waktu yang cukup serta fasilitas yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik pula.
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka disimpulkan bahwa:
Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diaajr menggunakan model pembelajaran Project Based Learning dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction. Model pembelajaran Project Based Learning lebih baik daripada model pembelajaran Problem Based
Instruction untuk mempermudah dalam
memahami konsep materi pelajaran
SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis menyatakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Disarankan kepada guru agar kiranya menerapkan model pembelajaran Project
Based Learning karena lebih baik dalam
upaya meningkatakn kemampuan pemahaman konsep.
2. Bagi sekolah, sebagai bahan sumbangan pemikiran dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran matematika serta
106 untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa. 3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian
ini agar dapat dijadikan salah satu sumber informasi dan bahan mengadakan penelitian yang lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, S. (2012). Pengaruh Model Problem
Based Instruction Terhadap
Pemahaman Konsep Belajar
Matematika Siswa Kelas VII SMP N 2 Bangkinang. Skripsi FTK, Universitas
Islam Nusantara Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru.
Aqib, Zainal dan Murtadlo, Ali. (2018).
Kumpulan Metode Pembelajaran
Kreatif dan Inovatif. Margahayu Permai,
Bandung: PT. Sarana Tuturial Nurani Sejahtera.
Asri, N. (2020). Penerapan Model Pembelajaran PjBL (Project Based
Learning) Berbasis STEM untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Ditinjau dari Gaya Kognitif Peserta Didik. (Skripsi). FTK,
Universitas Islam Negeri Raden Intan, Lampung.
Asrul, dkk. (2014). Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Citapustaka Media
Diana, P., et all. (2020). Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa: Ditinjau dari Kategori Kecemasan Matematik. Supremum Jurnal of Mathematics Education, 4(1), 24-32
Fathurrohman, M. (Ed.). (2015). Model-Model
Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta:
AR-RUZZ MEDIA.
Hasan, Iqbal. (2012). Pokok-Pokok Materi
Statistik 2 (Statistik Inferensif). Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Istarani. (2012). 58 Model Pembelajaran
Inovatif. Medan: MEDIA PERSADA.
Khikmah, A. (2015). Efektivitas Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Keaktifan Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Garis Dan Sudut Kelas Vii Mts Tarbiyatul
Mubtadiin Wilalung Demak Tahun Pelajaran 2014/201. Skripsi FITK,
Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang.
Purba, A. (2020). Pemahaman Dalam
Pembelajaran Matematika. Skripsi
FMIPA, UNIMED.
Ruqoyyah, S., et all (2020). Kemampuan
Pemahaman Konsep dan resiliensi Matematika dengan VBA Microsoft Excel. Purwakarta : CV. Tre Alea Jacta
Pedagogie.
Sudjana. (2012). Metoda Statistika. Bandung : TARSITO.
Sujana. H. A., et all. (2020). Model-Model
Pembelajaran Inovatif: Teori dan
Implementasi. Depok: PT.
RAJAGRAFINDO PERSADA.
Suhendar, N. (2014). Upaya Meningkatkan
Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika dengan Metode
Pembelajaran Thingking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS). Skripsi
FITK, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Tri, M., A. (2018). Efektivitas Model
Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) terhadap Pemahaman Konsep Matematika dan Kreativitas Siswa.
Skripsi FST, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Wulandari, Y., et all. (2018). Deskripsi Pemahaman Konsep Bangun Datar oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 03 Salatiga berkemampuan Rendah. MAJU, 5(2), 76-87
Yosi, N. A. (2019). Efektivitas Model
Pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD) dalam
Meningkatkan Pemahaman Konsep
Belajar Matemaika Siswa. Skripsi FKIP,
Universitas Muslim Nusantara Al-washliyah, Medan.