• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE PADA MATERI SPLDV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE PADA MATERI SPLDV"

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE PADA

MATERI SPLDV

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh:

Sindi Mutiara Putri NIM 11150170000058

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Pembelajaran Search Solve Create Share pada Materi SPLDV disusun oleh Sindi Mutiara Putri, dengan NIM 11150170000058, Jurusan Pendidikan

Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diujikan pada sidang munaqosah tanggal 10 Februari 2021 dan diperbaiki sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 31 Maret 2021 Yang Mengesahkan,

Pembimbing I

Dr.Otong Suhyanto, M.Si

(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Pengembangan Bahan Ajar Menggunakan Model

Pembelajaran Search Solve Create Share pada Materi SPLDV disusun oleh Sindi Mutiara Putri, dengan NIM 11150170000058, Jurusan Pendidikan

Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diujikan pada sidang munaqosah tanggal 10 Februari 2021 dan diperbaiki sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh fakultas. Jakarta, 31 Maret 2021 Yang Mengesahkan, Pembimbing II Ramdani Miftah, M.Pd NIDN. 2018058602

(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

SINDI MUTIARA PUTRI (11150170000058). “Pengembangan Bahan Ajar

Menggunakan Model Pembelajaran Search Solve Create Share Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)”. Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar menggunakan model pembelajaran search solve create share pada materi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV). Model pembelajaran SSCS merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar karena guru melibatkan siswa dalam proses pembelajarannya. Subjek uji coba yang diambil menggunakan teknik purposive sampling pada siswa kelas IX SMP/MTs. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan model four-D (4-D) dari Thiagarajan (Define, Design, Develop, dan Dessiminate).

Hasil penelitian bahan ajar menurut para ahli menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan memiliki kriteria sangat layak dengan perolehan rata-rata skor 4,42 berdasarkan keenam aspeknya. Sedangkan menurut respon siswa memiliki perolehan rata-rata skor 4,16 dengan kriteria penilaian bahan ajar baik. Dengan demikian, bahan ajar ini termasuk dalam kriteria layak dan dapat digunakan dalam pembelajaran matematika kelas VIII SMP/MTs

Kata Kunci: Bahan ajar, Model Pembelajaran, Search Solve Create Share, Materi

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV), Model Pengembangan four-D (4-D).

(7)

ii ABSTRACT

SINDI MUTIARA PUTRI (11150170000058). “Development of Teaching Materials Using Search Solve Create Share Learning Model on the Material of Two Variable Linear Equation System (SPLDV)”. Paper of Mathematics Education Departement, Faculty of Tarbiyah and Teacher’s Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2021.

This study aims to develop teaching materials using the search solve create share learning model on the two variable linear equation system (spldv). The SSCS learning model is a learning model that can increase student activity in learning because the teacher involves students in the learning process. The test subjects were taken using pirposive sampling technique in class IX SMP/MTs. The method used in this research is development research with the four-D (4-D) model from Thiagarajan (Define, Design, Develop, and Dessiminate).

The result of the study of teaching materials according to expert judgement show that the teaching mater ials developed have very good criteria with an average score of 4,42 based on its six aspects. Meanwhile, according to the sudents response, the average score was 4,16 with the criteria for assesing good teaching materials. Thus, this teaching material is included in the appropriate criteria and can be used in mathematics learning for class VIII SMP/MTs.

Keywords: Teaching Materials, Learning Model Search Solve Create Share, Two Variable Linear Equation System (SPLDV), Four-D (4-D) Development Model.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW berserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Skripsi ini disusun sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika. Tidak mudah bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi di tengah pandemic covid-19 karena, beberapa faktor yang menghambat serta komunikasi yang kurang efektif sebab bimbingan yang dilakukan secara online. Oleh karena itu, penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Namun, berkat bantuan, dorongan, serta masukan dari orang-orang terdekat penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Gusni Satriawati, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Dr. Kadir, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan periode 2015-2019 sekaligus dosen favorit saya semasa kuliah.

6. Dr. Abdul Muin, S.Si, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan periode 2015-2019.

7. Dr. Otong Suhyanto, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I dan Ramdhani Miftah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan motivasi selama proses bimbingan.

(9)

iv

8. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Finola Marta Putri, M.Pd dan Ibu Khamida Siti Nur Atiqoh, M.Pmat selaku Dosen Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Dosen validator ahli bahan ajar dalam penelitian ini.

10. Dra. Fatmawati., Romli, S.Pd., Oce Suhadna, S.Pd., Iis Kurniasih, S.Pd., dan Maskur, S.Pd., selaku guru-guru matematika yang telah bersedia menjadi validator bahan ajar dalam penelitian ini.

11. Keluargaku, Ayah H.Komaruddin, M.Pd dan Mamah Hj.Sukayati, S.Pd yang selalu memberikan doa dan motivasi serta dukungan baik secara moril maupun materi sampai detik ini. Rizky Chandra Wirayuda saudara kandungku yang senantiasa membantu dan memberikan semangat kepada penulis. Serta Opah, Almh.Omah, Tanteh, Om, dan Sepupu-sepupu tergemas.

12. Muhammad Faizal Mahri, S.Kom., selaku teman hidup yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.

13. Teman-temanku semasa perkuliahan Okta Hapipah, S.Pd Nita Anggraeni, S.Pd selaku teman seperbimbinganku, terima kasih telah berjuang bersama sampai skripsi ini selesai. Serta Hesti Maisalimah, S.Pd., Tias Eka Risti, S.Pd., Fitriani Mardiantika, S.Pd., Mega Ekka Hadi, dan Widyatma Alfathan Satrio, S.Pd., yang telah memberikan warna semasa perkuliahan dan memberikan bantuan serta motivasi dan semangat.

14. Teman-teman kelasku PMTK B 2015 Nurul Syafriah, S.Pd., Septi Nur Fauziya, S.Pd., yang telah direpotkan oleh penulis selama pembuatan skripsi. Astri Hawanti, Nita Octavia, S.Pd., Yuthika Mardiyah, S.Pd., Aulia Hilma, S.Pd., Jenisa, dan lainnya yang telah memberikan warna serta motivasi dan semangat. 15. Teman-teman SMAku Rina Gifany, S.Kom., Putri Pratiwi, S.T., Ratna Dara Puspita, Yani Iriana Putri, S.Kom., yang telah memberikan warna serta semangat dan motivasi.

16. Sobat KKNku Danti Rochmawati, S.Ag., Nur Avita, S.H., Mesya Tiara Adhila yang telah memberikan semangat dan dukungan serta mewarnai masa-masa KKNku.

(10)

v

17. Kak Dian Sinurat, S.Psi., selaku roommate kurang lebih selama 3 tahun, telah menjadi inspirasi bagi penulis untuk lebih rajin dan semangat menyelesaikan skripsi.

18. Kakak-kakak dan Adik-adik Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ucapan terima kasih juga ditujukkan kepada seluruh pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWI membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Demikian, mohon maaf jika masih terdapat kesalahan dan kekurangan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Serta kritik dan saran dari pembaca akan diterima.

Jakarta, 2 Februari 2021

Penulis

(11)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6 C. Pembatasan Masalah ... 6 D. Rumusan Masalah ... 7 E. Spesifikasi Produk ... 7 F. Tujuan Penelitian ... 7 G. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II DESKRIPSI TEORITIK ... 9

A. Kajian Teori ... 9

1. Bahan Ajar... 9

2. Pengembangan Bahan Ajar ... 11

3. Model Pembelajaran Search, Solve, Create, Share (SSCS) ... 14

4. Sistem Persamaan Liniear Dua Variabel (SPLDV) ... 17

B. Hasil Penelitian Relevan ... 23

C. Kerangka Berpikir ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 28

A. Rancangan Penelitian ... 28

B. Model Pengembangan ... 28

1. Tahap Pendefinisian (Define) ... 28

2. Tahap Perancangan (Design) ... 29

(12)

vii

C. Subjek Uji Coba ... 30

D. Desain Uji Coba ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 31

1. Instrumen Validasi Ahli ... 31

2. Angket Respon Siswa... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 32

G. Teknik Analisis Data ... 32

1. Analisis Data Instrumen Validasi Ahli... 33

2. Analisis Data Angket Respon Siswa ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Deskripsi Hasil Pengembangan ... 36

1. Tahap Define (Pendefinisian) ... 36

2. Tahap Design (Perancangan) ... 40

3. Tahap Develop (Pengembangan) ... 42

B. Analisis Hasil Uji Coba ... 53

1. Validasi Instrumen Ahli ... 53

2. Penilaian Angket Respon Siswa ... 58

C. Kajian Produk Akhir ... 59

D. Keterbatasan Penelitian ... 60

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Simpulan ... 62

B. Saran ... 63

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Search Solve Create Share ... 17

Tabel 2.2 Hasil Penelitian Relevan ... 23

Tabel 3. 1 Instrumen Penilaian Ahli ... 31

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Siswa ... 32

Tabel 3. 3 Kriteria Interpretasi ... 33

Tabel 3. 4 Kriteria Penilaian Bahan Ajar LKS oleh Ahli ... 34

Tabel 4. 1 Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) ... 37

Tabel 4. 2 Tujuan Pembelajaran... 39

Tabel 4. 3 Hasil Validasi Bahan Ajar oleh Validator Ahli ... 53

Tabel 4. 5 Hasil Validasi Bahan Ajar Pada Aspek Kelayakan Isi ... 55

Tabel 4. 6 Hasil Validasi Bahan Ajar Pada Aspek Kebahasaan ... 55

Tabel 4. 7 Hasil Validasi Bahan Ajar Pada Aspek Penyajian Materi ... 56

Tabel 4. 8 Hasil Validasi Instrumen Pada Aspek Desain Tampilan ... 56

Tabel 4. 9 Hasil Validasi Instrumen Pada Aspek Model Pembelajaran SSCS ... 57

Tabel 4. 10 Hasil Validasi Instrumen Pada Aspek Evaluasi ... 58

(14)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Gambar Grafik ... 22

Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir ... 29

Gambar 3. 1 Kerangka Prosedur Pengembangan ... 35

Gambar 4. 1 Sampul Depan (a), Sampul Belakang (b) dan Identitas Bahan Ajar (c) ... 43

Gambar 4. 2 Bagian KI dan KD (a) dan Indikator (b) ... 44

Gambar 4. 3 Petunjuk Penggunaan (a) dan Peta Konsep (b) ... 44

Gambar 4. 4 Pengetikan Tujuan Pembelajaran dan Masalah Kontekstual . 45 Gambar 4. 5 Langkah Search, Solve, Create ... 45

Gambar 4. 6 Langkah Share ... 46

Gambar 4. 7 Pengetikan Latihan Soal ... 46

Gambar 4. 8 Pengetikan Soal Evaluasi ... 47

Gambar 4. 9 Pengetikan Kunci Jawaban ... 47

Gambar 4. 10 Pengetikan Daftar Pustaka ... 48

Gambar 4. 11 Sebelum Revisi (a) dan Sesudah Revisi (b) ... 49

Gambar 4. 12 Sebelum Revisi (a), (b) dan Sesudah Revisi (c), (d) ... 50

Gambar 4. 13 Sebelum Revisi (a) dan Sesudah Revisi (b) ... 51

Gambar 4. 14 Sebelum Revisi (a) dan Sesudah Revisi (b) ... 51

Gambar 4. 15 Sebelum Revisi (a) dan Sesudah Revisi (b) ... 52

(15)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pertanyaan Wawancara Guru Matematika ... 68

Lampiran 2 Hasil Wawancara Guru Matematika... 69

Lampiran 3 Pertanyaan Wawancara Siswa ... 70

Lampiran 4 Hasil Wawancara Siswa ... 71

Lampiran 5 Instrumen Uji Validitas Ahli ... 72

Lampiran 6 Angket Respon Siswa ... 76

Lampiran 7 Surat Tugas Validator ... 78

Lampiran 8 Perhitungan Data Validasi Bahan Ajar oleh Ahli ... 80

Lampiran 9 Perhitungan Data Validasi Bahan Ajar Berdasarkan Indikator Tiap Aspek Penilaian oleh Ahli ... 81

Lampiran 10 Revisi Bahan Ajar ... 84

Lampiran 11 Perhitungan Data Angket Respon Siswa ... 89

Lampiran 12 Lembar Validasi Ahli ... 90

Lampiran 13 Lembar Validasi Siswa ... 119

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang masih berkembang, dalam menghadapi arus globalisasi yang semakin bergerak dan tidak menentu maka, dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas agar memberikan perubahan. Salah satu cara untuk menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan, karena pendidikan menjadi faktor penentu utama dalam kemajuan bangsa. Dengan pendidikan yang berkualitas dapat mencetak SDM yang berpotensi dan unggul serta mampu bersaing di masa yang akan datang.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 bahwa Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Dengan demikian, pendidikan dapat mengembangkan diri individu untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan sejahtera. Pendidikan juga dapat membentuk karakter seseorang melalui pendidikan lingkungan keluarga dan masyarakat.

Pendidikan sangat erat hubungannya dengan proses pembelajaran, terutama proses pembelajaran di sekolah. Salah satu proses pembelajaran di sekolah yaitu pembelajaran matematika.2 Matematika dapat memberikan perhitungan dan

memberikan hasil yang pasti dan tunggal oleh karena itu, matematika disebut sebagai ilmu pasti.3

Proses pembelajaran matematika memerlukan pemikiran yang luas serta pemahaman yang baik dalam proses memecahkan masalah. Dalam menghadapi

1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Bab I Pasal 1 Nomor 1, Jakarta, 2003, h.1

2 Billy Suandito,”Bukti Informasi dalam Pembelajaran Matematika”, Al-Jabar: Jurnal

Pendidikan Matematika, Vol.8, No.1, 2017, h.13

3 Kusrini, dkk, “Strategi Pembelajaran Matematika”, (Tangerang Selatan: Universitas

(17)

2

suatu masalah siswa perlu memiliki kemampuan berpikir agar dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Beberapa masalah terkadang sulit untuk dipecahkan, hal ini membuat siswa kurang tertarik untuk mempelajari matematika karena siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit untuk dipahami. Beberapa data menunjukkan peringkat matematika di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dari hasil Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 bahwa prestasi siswa Indonesia berada pada peringkat 73 dari 78 negara, dengan perolehan skor rata-rata matematika yaitu 379.4 Data tersebut mewakili bahwa matematika masih menjadi permasalahan dalam pendidikan di Indonesia. Hal ini diperkuat oleh Anwar Bey dan Asriani yang mengungkapkan bahwa bidang studi matematika masih tergolong rendah hal tersebut dinyatakan oleh guru bidang studi matematika dari hasil wawancara, karena proses pembelajaran matematika siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Kulisusu masih menggunakan model pembelajaran langsung atau metode ceramah. Pada saat kegiatan belajar berlangsung guru tidak melibatkan dan pada saat guru selesai menjelaskan, guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya terlebih dahulu hal ini menyebabkan siswa kurang paham pada materi yang diajarkan. Salah satu materi yang diajarkan dan dianggap cukup sulit dipahami adalah materi SPLDV hal ini dibuktikan dari nilai ulangan siswa yang dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 63,48 sedangkan KKM yang ditetapkan sekolah adalah 65.5

Rendahnya pemahaman siswa pada materi SPLDV dalam penelitian Suraji dkk, mengungkapkan siswa mengalami kesulitan mengerjakan soal cerita pada materi SPLDV karena, biasanya siswa hanya mengahafal rumus, jadi ketika soal yang diberikan berbeda dengan contoh siswa mengalami kesulitan untuk

4 OECD PISA. PISA 2018 Result (Volume I): What Student Know and Can Do, Paris: OECD

Publishing. 2019, p.78

5 Anwar Bey & Asriani, “Penerapan Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan

Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika pada Materi SPLDV”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.4 No.2, 2013, h.225

(18)

menyelesaikannya.6 Sejalan dengan hal tersebut, pada materi soal berupa cerita sehari-hari dalam materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Rindyana & Chandra (2012) dalam Anggita dan Aflich menyatakan bahwa sebanyak 84,4% siswa mengalami kekeliruan untuk memaknai sebuah pernyataan dari soal yang diberikan, dan sebanyak 87,7% siswa mengalami kesalahan dalam memaknai maksud dari soal tersebut.7 Penelitian yang dilakukan Rahmita Yuliana

bahwa rendahnya hasil belajar matematika siswa memiliki beberapa faktor yaitu proses pembelajaran lebih dominan diperankan oleh guru daripada siswa, siswa tidak siap dalam belajar, ketidaksesuaian antara materi yang diajarkan dengan isi buku atau bahan ajar dari guru membuat siswa merasa bosan dalam belajar matematika, siswa kurang percaya diri dengan kemampuan matematika yang mereka miliki.8

Sejalan dengan hasil wawancara dengan guru yang dilakukan oleh penulis, bahwa kesulitan yang dialami siswa pada materi SPLDV dikarnakan minat belajar siswa yang masih rendah dan kemampuan berhitung siswa yang masih lemah serta siswa masih sulit dalam melakukan operasi hitung aljabar.

Kemampuan siswa dalam belajar dapat dilihat dari pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Semakin luas pengetahuan yang dimiliki maka semakin mudah bagi siswa untuk memahami pelajaran yang diberikan, dengan begitu pemahaman siswa akan terlatih dengan baik. Salah satu cara yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar serta minat belajar matematika agar tidak monoton yaitu guru harus lebih kreatif dalam menyajikan bahan ajar agar mudah dipahami oleh siswa, dengan begitu siswa pun akan lebih tertarik dan hasil belajar siswa akan mencapai keberhasilan.

6 Suraji, Maimunah, Sehatta Saragih, “Analisis Kemampuan Pemecahan Konsep Matematis

dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPDV)”, Suska Journal of Mathematics Education, Vol.4 No.1, 2018, h.11

7 Anggita Tri Indahsari, Aflich Yusnita Fitrianna, “Analisis Kemampuan Pemecahan

Masalah Siswa Kelas X Dalam Menyelesaikan SPLDV”, JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif), Vol.2 No.2, 2019, h.78

8 Rahmita Yuliana Gazali, “Pengembangan Bahan Ajar Matematika untuk Siswa SMP

Berdasarkan Teori Belajar Ausubel”, PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.11 No.2, 2016, h.183

(19)

4

Pada proses pembelajaran guru juga dapat memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat siswa dalam belajar matematika, tanamkan dalam diri mereka bahwa matematika tidak sesulit seperti apa yang mereka bayangkan. Guru juga perlu membimbing siswa dalam belajar agar siswa tidak mengalami kesulitan dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan serta bermakna. Dengan begitu mereka akan mulai menyukai matematika dan bisa lebih memahami pelajarannya. Selain itu bahan ajar juga menjadi salah satu media yang dapat mendukung proses pembelajaran matematika, karena bahan ajar dapat dibaca berulang-ulang sehingga memudahkan siswa untuk belajar dan memahami materi pelajaran yang belum dimengerti.

Seiring dengan perkembangan zaman siswa akan menghadapi masalah yang semakin rumit sesuai dengan kurikulum pembelajarannya. Rata-rata kurikulum pembelajaran yang digunakan di Indonesia pada saat ini adalah kurikulum 2013 (KURTILAS). Kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk mendorong siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajarannya serta mampu menyelesaikan masalah yang diberikan. Kurikulum 2013 yang digunakan saat ini sifat pembelajarannya masih berorientasi pada buku teks. oleh karena itu, diperlukan bahan ajar sebagai bahan materi pendamping untuk menunjang proses pembelajaran.

Menurut Depdiknas (2017) dalam Rahmita bahan ajar merupakan sebuah perangkat yang berisi materi pelajaran yang disusun untuk membantu memudahkan siswa dalam belajar. Bahan ajar memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran karena dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran serta memperbaiki kualitas pembelajaran terutama pada kurikulum 2013 yang saat ini sedang digunakan.9 Bahan ajar yang disusun sebaiknya dapat mengembangkan

siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang tercantum pada kurikulum 2013. Namun, terkadang guru mengalami kesulitan dalam membuat bahan ajar. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara guru di SD 64/1 Muara Bulian bahwa, permasalahan guru dalam mengembangkan bahan ajar

(20)

yaitu guru kesulitan dalam menuangkan ide. 10 Ide yang dituangkan harus seperti apa dan bagaimana, sebab dalam mengembangkan bahan ajar perlu diperhatikan potensi peserta didik, perkembangan peserta didik, serta karakter dari masing-masing peserta didik agar bahan ajar yang dibuat dapat menunjang pembelajaran siswa.

Bahan ajar pada materi SPLDV sebetulnya sudah cukup memadai. Namun, perlu dikembangkan lagi agar mengikuti kurikulum yang diterapkan disekolah tersebut. Inovasi dalam penyusunan bahan ajar sangat dibutuhkan pada rancangan pembelajaran agar sesuai dengan buku teks utamanya. Salah satu cara untuk membuat inovasi bahan ajar matematika dengan menerapkan model pembelajaran karena penggunaan model pembelajaran dapat membantu guru untuk menyampaikan pelajaran dengan baik serta membuat pembelajaran lebih menyenangkan. Pembelajaran matematika sebetulnya memiliki banyak sekali model pembelajaran yang memberikan kesempatan untuk siswa lebih aktif dalam proses pembelajarannya. Oleh karena itu, salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran Search, Solve, Create, Share (SSCS), mengapa demikian? karena model pembelajaran SSCS dapat membantu siswa untuk menggali ide-ide dalam memecahkan permasalahan, dengan begitu akan membantu siswa dalam menyelesaikan soal SPLDV karena, soal tersebut memuat soal-soal cerita yang memerlukan pemahaman lebih untuk menyelesaikannya. Model pembelajaran SSCS terbukti dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar karena guru melibatkan siswa secara langsung dalam pemecahan masalah.11

Model pembelajaran ini memiliki 4 langkah yaitu: search (pencarian), solve (pemecahan masalah), create (menyimpulkan), share (membagikan). Model pembelajaran SSCS ini dikemukakan oleh Edward L. Pizzini beliau adalah seorang ahli pendidikan dari pusat pendidikan ilmu pengetahuan Universitas IOWA.12

10 Mardiana, Agung Rimba Kurniawan, “Permasalahan Guru dalam Mengembangkan

Bahan Ajar Di SD 64/1 Muara Bulian”, PGSD FKIP Universitas Jambi, h.7

11 Arif Maulana, K. Anom, Sofia, “Penerapan Model Pembelajaran Search Solve Create

Share (SSCS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Kelas XI IPA SMA”, J.Pen.Pemd.Kim, Vol.1, No.1, 2014, h.10

12 Maida Deli, “Penerapan Model Pembelajaran Search Solve Create Share (SSCS) Untuk

(21)

6

Model pembelajaran SSCS jika dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional memiliki perbedaan, karena dalam model pembelajaran konvensional lebih berpusat pada guru sedangkan dalam proses pembelajaran SSCS berpusat pada siswa dan siswa dilibatkan disetiap langkah model pembelajarannya.13 Sehingga dapat meningkatkan kemampuan bertanya siswa, membuat siswa saling berinteraksi dengan sesama serta menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam cara belajar siswa. Model SSCS juga berperan penting bagi siswa karena mendorong siswa untuk berpikir lebih kritis, kreatif, mandiri. Dengan demikian, motivasi belajar siswa akan meningkat dan dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berasumsi bahwa model pembelajaran SSCS memungkinkan untuk mengembangkan bahan ajar dalam membuat proses pembelajaran lebih menyenangkan dan membuat siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Menggunakan Model Pembelajaran Search Solve Create Share Pada Materi SPLDV”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.

2. Pemahaman siswa yang masih kurang pada materi SPLDV.

3. Proses pembelajaran yang berpusat pada guru membuat siswa tidak aktif. 4. Sulitnya mengembangkan bahan ajar menjadi kendala bagi guru

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar masalah yang diteliti terfokus dan tidak meluas. Pembatasan masalah penelitian ini yaitu:

Primary Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, Vol.4 No.1, 2015, h.72-73

13 Henny Johan, “Pengaruh Search, Solve, Create, and Share (SSCS) Problem Solving untuk

Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa dalam Merumuskan dan Memilih Kriteria Pemecahan Masalah Pada Konsep Listrik Dinamis”, Jurnal Exacta, Vol. X. No.2 Prodi Fisika Universitas Bengkulu, 2012 h.141

(22)

1. Pengembangan bahan ajar menggunakan model pembelajaran Search,

Solve, Create, Share (SSCS). Dengan langkah-langkah yaitu

mengumpulkan ide, memecahkan masalah, menyimpulkan jawaban, dan mempresentasikan hasil jawaban.

2. Materi penelitian yang digunakan adalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) di kelas VIII SMP/MTs.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mengembangkan bahan ajar menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create, Share (SSCS)?

2. Bagaimana tingkat kelayakan bahan ajar yang dihasilkan dengan menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create, Share (SSCS)?

E. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang dihasilkan adalah bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa menggunakan model pembelajaran Search Solve Create Share (SSCS).

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan sebeleumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menghasilkan bahan ajar menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create, Share (SSCS).

2. Mengetahui tingkat kelayakan bahan ajar menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create, Share (SSCS).

G. Manfaat Penelitian

Penulis berharap hasil dari penelitian ini akan bermanfaat untuk meningkatkan upaya pembelajaran matematika dimasa depan.

1. Bagi Peneliti

Peneliti mendapatkan kesempatan untuk membuat bahan ajar dalam membuat proses pembelajaran yang berbeda dan pengalaman dalam menulis karya ilmiah.

(23)

8

2. Bagi Guru

Menambah referensi serta membantu guru untuk proses pembelajaran di kelas dengan bahan ajar menggunakan model pembelajaran SSCS pada materi SPLDV.

3. Bagi Siswa

Dengan adanya bahan ajar ini dapat membuat siswa lebih mudah dalam memahami pelajaran terutama pada materi SPLDV, dan siswa diharapkan akan lebih aktif pada proses pembelajarannya

(24)

9

BAB II

DESKRIPSI TEORITIK

A. Kajian Teori 1. Bahan Ajar

a. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan bagian penting dalam dunia pendidikan pada proses pembelajaran di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah pada kegiatan belajar dan siswa akan lebih terbantu dalam memahami materi akan yang dipelajari. Menurut Purwanto dalam Meirisa bahan ajar merupakan salah satu perangkat materi atau subtansi pembelajaran yang dikemas secara sistematis, didalamnya memuat kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam proses pembelajaran.1

Menurut National Center for Vacational Education Research Ltd / National Center for Competency Based Training, bahan ajar merupakan bahan yang digunakan guru untuk melaksanakan kegiatan belajar.2 Sedangkan menurut Sa’ud bahan ajar atau learning materials merupakan bahan pembelajaran yang berisikan tentang cakupan materi yang akan dipelajari dan digunakan secara langsung pada proses pembelajaran.3

Menurut DEPDIKNAS, bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis dalam kegiatan pembelajaran yang digunakan oleh guru.4 Sedangkan menurut Widodo dan Jasmani bahan ajar ialah seperangkat

fasilitas atau perlengkapan pendidikan, tata cara, batasan-batasan dan metode

1 Silvia Meirisa, “Pengembangan Bahan Ajar Membaca Berorientasi Strategi PQ4R Di

Kelas IV SD”, Jurnal Inovasi Penelitian, Vol.1 No.8, 2021, h.1685

2 Danu Aji Nugraha, Achmad Binadja & Supatnono, “Pengembangan Bahan Ajar Reaksi

Redoks Bervisi Sets, Berorientasi Konstruktivistik”, Journal of Innovation Science Education, Vol.2 No.1, 2013, h.28

3 Kasina Ahmad dan Ika Lestari, “Pengembangan Bahan Ajar Perkembangan Anak Usia

SD Sebagai Sarana Belajar Mandiri Mahasiswa”, Perspektif Ilmu Pendidikan, Vol.22 Th.XIII, 2010, h.185

(25)

10

mengevaluasi yang didesain secara sistematis supaya tujuan pendidikan yang dibuat tercapai.5

Berdasarkan uraian di atas, bahan ajar merupakan suatu alat yang dikemas secara sistematis yang berisikan cakupan materi pelajaran yang akan dikuasai siswa untuk mendukung proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat belajar mandiri sesuai dengan kurikulum yang diterapkan di sekolah.

b. Jenis-jenis Bahan Ajar

Menurut Tocharman pada diklat pembinaan SMA oleh Depdiknas jenis-jenis bahan ajar sebagai berikut: 6

1) Bahan ajar pandang (visual) yang terdiri dari bahan ajar cetak (printed) yaitu: handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed) seperti model/maket.

2) Bahan ajar dengar (audio) contohnya kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.

3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) yaitu video compact disk, film.

4) Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) merupakan multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

Sedangkan menurut Ida bahan ajar dikelompokan menjadi 2 yaitu jenis bahan ajar cetak dan non cetak. Jenis bahan ajar cetak yang dimaksud seperti modul, handout, dan lembar kerja siswa. Kategori jenis bahan ajar non cetak merupakan suatu bahan ajar yang dikembangkan dari barang sederhana, video, audio, dan overhead transparencies (OHT). Pada saat ini, bahan ajar yang sering digunakan pada proses pembelajaran adalah bahan ajar cetak, berikut penjelasan tentang jenis bahan ajar cetak menurut ida:

5 Ika Lestari, Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi, (Padang: Akademia Permata,

2013), h.1

6 DEPDIKNAS, Seri Pembelajaran, Diklat/ BIMTEK KTSP DIT.Pembinaan SMA:

(26)

a) Modul merupakan bahan tertulis yang digunakan untuk belajar secara mandiri.

b) Handout, merupakan bahan cetak yang berhubungan dengan materi yang diajarkan biasanya diberikan kepada siswa, isi didalamnya memuat catatan, table, diagram, dan lain sebagainya.

c) Lembar kerja siswa (LKS), merupakan lembar kasus yang diberikan kepada siswa untuk dikerjakan sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan. 7

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan menggunakan bahan ajar cetak bentuk Lembar kerja siswa (LKS) pada penelitian ini.

2. Pengembangan Bahan Ajar a. Pengertian Pengembangan

Menurut Sugiyono pengembangan (Research and Development) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk tertentu, dan menguji keefektifannya. Produk tertentu yang dihasilkan untuk digunakan sebagai penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan pengujian keefektifannya dilakukan agar supaya produk tersebut dapat berfungsi dimasyakat luas.8 Sedangkan penelitian pengembangan menurut Borg & Gall merupakan suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.9

Metode penelitian dan pengembangan terdahulu telah banyak digunakan pada bidang-bidang alam dan teknik. Namun, metode penelitian pengembangan dapat digunakan dalam bidang ilmu-ilmu sosial seperti psikologi, sosiologi, pendidikan, manajemen, dan lain-lain.10

7 Ida Malati Sadjati, Pengembangan Bahan Ajar, Universitas Terbuka Respository, h.1.7-1.10 8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta), 2013,

h.297

9 Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta:

Prenadamedia Group, Edisi Keempat, Cet.4), 2015, h.276

(27)

12

Pengembangan bahan ajar sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan karena, berfungsi sebagai bahan pendukung pada proses pembelajaran di sekolah. Hal tersebut guna memudahkan proses belajar siswa.

Dalam penelitian ini, pengembangan bahan ajar akan difokuskan pada Lembar Kerja Siswa (LKS).

b. Model Pengembangan Bahan Ajar

Menurut Setyosari (2012) dalam Kuswara model pengembangan dibagi ke dalam dua model yaitu: model konseptual dan model prosedural. Model konseptual yaitu model yang menghubungkan antarkonsep satu dengan yang lain dengan urutan yang tidak bertahap, sedangkan model prosedural langkah-langkahnya berurutan dari awal sampai akhir.11 Contoh model prosedural adalah model Kemp, Dic & Carey, ADDIE, 4D, dan lain sebagainya.

Model penelitian pengembangan pada penelitian ini menggunakan model 4D (Four-D). Model 4D (Four-D) dikemukakan oleh Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel (1974) yang digunakan sebagai alur dalam pengembangan perangkat pembelajaran (instructional development), sebelumnya model ini digunakan untuk pelatihan guru (training teacher) untuk anak-anak berkebutuhan khusus (exceptional children). Seiring dengan berjalannya waktu, disinyalir dari kata pengantar (foreword) oleh Maynard C. Reynolds bahwa model 4D (four-D) juga untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dan dapat dijadikan sumber ide dalam prosedur pengembangan.12

Model 4D memiliki 4 tahap yaitu: (1) Pendifinisian (Define), (2) Desain (Design), (3) Pengembangan (Develop), (4) Pendesiminasian (Disseminate). Berikut penjelasannya: 13

11 Kuswara, Kursus Pamong Belajar Kompeten Melalui Moda Daring, 2021, h.13,

(www.direktori.pauddikmasjabar.kemendikbud.go.id) . Diakses tanggal 29 Januari 2021 jam 14.49.

12 Rochmad, “Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika”, Jurnal

Kreano, Vol.3 No.1, Jurusan Matematika FMIPA UNNES, 2012, h.

13 Muchamad Subali Noto, “Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis SMART

(Specific, Measurable, Achievable, Realistic, and Time-bound)”, Infinity: Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol.3 No.1, 2014, h.24-25

(28)

1) Pendefinisian (Define)

Tahap ini untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Ini merupakan tahap awal untuk menentukan tujuan pembelajaran dan materi yang akan dikembangkan. Tahap Define terdiri dari lima langkah yaitu:

a) Analisis awal-akhir, untuk menentukan masalah mendasar yang dihadapi oleh peserta didik.

b) Analisis peserta didik, untuk menelaah peserta didik, dilakukan identifikasi terhadap karakteristik peserta didik yang sesuai dengan rancangan pengembangan pembelajaran.

c) Analisis tugas, untuk pengidentifikasi keterampilan-keterampilan utama yang diperlukan untuk menganalisisnya ke dalam suatu kerangka sub keterampilan.

d) Analisis konsep, untuk mengindetifikasi konsep-konsep utama yang akan diajarkan serta disusun secara hierarkis.

e) Perumusan tujuan pembelajaran, untuk mengkonversikan hasil yang telah diperoleh pada langkah analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan-tujuan khusus.

2) Desain (Design)

Pada tahap ini adalah untuk merancang prototype perangkat pembelajaran. Tahap ini dilakukan setelah tujuan pembelajaran ditetapkan. Pada tahap ini terdiri dari empat langkah yaitu:

a) Pemilihan media yang tepat untuk penyajian materi pelajaran. b) Pemilihan format sangat berkaitan dengan pemilihan media maka

dari itu perlu dipertimbangkan.

c) Desain awal merupakan inti dari proses pembelajaran yang akan diterapkan.

3) Pengembangan (Develop)

Tahap ini menghasilkan prototipe perangkat pembelajaran sebelum diterapkan, terdiri dari dua langkah yaitu:

(29)

14

a) Penilaian tenaga ahli, dilakukan untuk memperoleh saran serta perbaikan, dilakukan oleh beberapa ahli untuk mengevaluasi agar perangkat pembelajaran yang dihasilkan lebih baik lagi.

b) Uji coba perangkat pembelajaran untuk pengembangan, hal ini dilakukan untuk memperoleh perangkat pembelajaran yang konsisten dan efektif. Dilakukan secara terus menerus sampai mendapatkan hasil yang diinginkan.

4) Pendesiminasian (Disseminate)

Tahap ini merupakan tahap terakhir jika perangkat pembelajaran memperoleh nilai positif dari tenaga ahli melalui tes pengembangan perangkat pembelajaran, lalu dikemas dan diterapkan untuk skala yang lebih luas.

3. Model Pembelajaran Search, Solve, Create, Share (SSCS)

a. Pengertian Model Pembelajaran SSCS

Model pembelajaran Search, Solve, Create, Share (SSCS) adalah model pembelajaran yang dalam proses pembelajarannya mengharuskan siswa untuk berpikir kritis agar dapat menyelesaikan masalah sehingga membangun keterampilan pemecahan masalah pada siswa. Menurut Pizzini, dalam Satriawan model SSCS ini mengajarkan proses pemecahan masalah serta memberikan kesempatan untuk siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir dalam pemecahan masalahnya.14 Adapun tujuan model pembelajaran

SSCS adalah untuk memperluas pengetahuan siswa melalui pemecahan masalah yang sedang dihadapi.15 Sejalan dengan hal tersebutm Regional

Education Laboratories atau Lembaga pada Departemen Pendidikan Amerika

14 Rodi Satriawan, Keefektifan Model Search, Solve, Create, and Share Ditinjau dari

Prestasi, Penalaran Matematis, dan Motivasi Belajar, Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2017, h.90

15 Burhanudin Milama, Evi Sapinatul Bahriah, dan Amaliyyah Mahmudah, The Effect of

Search, Solve, Create, and Share (SSCS) Learning Model towards Student’s Critical Thinking Skills, Jurnal Penelitian dan pembelajran IPA (JPPI) Vol.3 No.2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017, h.114

(30)

Serikat yang mengeluarkan laporan bahwa model SSCS adalah model pembelajaran yang baik untuk mata pelajaran matematika dan sains.16

Model pembelajaran SSCS pertama kali dikembangkan oleh Pizzini pada mata pelajaran IPA, selanjutnya model ini disempurnakan sehingga model ini tidak hanya berlaku untuk pendidikan IPA tetapi dapat diterapkan untuk pendidikan matematika dan Sains (Laboratory Network Program).17 Kegiatan

belajar dengan model pembelajaran SSCS dimulai dengan pemberian masalah yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari kemudian siswa mencari (search) informasi untuk mengidentifikasi masalah yang disajikan, setelah mengetahui permasalahn yang dihadapi kemudian siswa merencanakan cara untuk menyelesaikan (solve) masalah tersebut, dengan informasi dan rencana yang telah disiapkan, lalu siswa membuat (create) solusi untuk menyelesaikan masalah, kemudian menyajikan masalah tersebut dengan teman dan guru, siswa membagi (share) pengetahuan satu sama lain guna memperluas pengetahuan.18

Menurut laporan Laboratory Network Program, dalam Irwan standar NCTM yang dapat dicapai oleh model pembelajaran SSCS yaitu sebagai berikut:19

1) Mengajukan (pose) soal/masalah matematika. 2) Membangun pengalaman dan pengetahuan siswa.

3) Mengembangkan keterampilan dalam berpikir matematika yang meyakinkan tentang keabsahan suatu representasi tertentu, membuat dugaan, memecahkan masalah atau membuat jawaban.

4) Melibatkan intelektual siswa dengan bentuk pengajuan pertanyaan dan tugas-tugas yang melibatkan siswa, dan menantang setiap siswa.

16 Irwan, “Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create, and Share

(SSCS) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Matematika”, Jurnal Penelitian pendidikan Vol.12 No.1, Universitas Negeri Padang, 2011, h.4

17 Ibid, h.3

18 Yuli Mulyana, Sigit Priyatno, Nuriana Rachmani Dewi, “Penerapan Model SSCS untuk

Meningkatkan Kemampuan Membuat Model Matematis dan Kerja Sama Siswa”, PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 2018, h.226

(31)

16

5) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan matematika siswa. 6) Merangsang siswa dalam membuat koneksi dan mengembangkan

kerangka kerja yang koheren untuk ide-ide matematika.

7) Berguna untuk perumusan masalah, pemecahan masalah, dan penalaran matematika.

8) Mempromosikan pengembangan kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan pekerjaan matematika.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pada model pembelajaran SSCS ini dapat membuat pembelajaran lebih aktif karena pembelajaran terfokus pada siswa, guru hanya memberikan arahan serta menjadi fasilitator saja, sedangkan siswa akan lebih banyak berdiskusi. Maka model ini dapat diterapkan pada proses pembelajaran matematika.

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran SSCS

Langkah-langkah model pembelajaran Search, Solve, Create, Share (SSCS), yaitu sebagai berikut:20

a. Search

Pada langkah ini siswa memahami soal atau kondisi yang diberikan kepada siswa, serta melakukan observasi dan investigasi terhadap kondisi tersebut, dan menaganlisis informasi sehingga terbentuk sekumpulan ide atau gagasan.

b. Solve

Siswa menghasilkan dan melaksanakan rencana untuk mencari solusi, memilih metode untuk memecahkan masalah, serta mengumpulkan data dan menganalisis masalah yang diberikan.

c. Create

Siswa membuat solusi masalah berdasarkan dugaan yang telah dipilih, menguji dugaan yang dibuat apakah benar atau salah, menampilkan hasil yang sekreatif mungkin dan jika diperlukan siswa dapat

(32)

menggunakan grafik, poster atau model guna mendukung solusi dari permasalahan tersebut.

d. Share

Siswa berkomunikasi dengan guru dan teman sekelompok dan kelompok lain atas temuan dari solusi masalah tersebut. Selanjutnya guru serta siswa lain mengevaluasi solusi dari masalah yang telah diberikan.

Berikut merupakan sintaks model pembelajaran search solve create share yang disajikan pada Tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1

Sintaks Model Pembelajaran Search Solve Create Share

No Langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Search (mencari) Siswa mencari informasi untuk

mengidentifikasi masalah yang diberikan.

2. Solve (memecahkan) Siswa merencanakan dan menyelesaikan

masalah yang diberikan.

3. Create (membuat) Siswa membuat solusi untuk

menyelesaikannya.

4. Share (membagi) Siswa membagikan hasil kerjanya kepada

guru dan siswa lain untuk dievaluasi.

4. Sistem Persamaan Liniear Dua Variabel (SPLDV) a. Suku, Koefisien, Konstanta dan Variabel

Sebelum mempelajari Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) kita terlebih dahulu mengenal suku, koefisien, konstanta, dan variabel.

1) Suku

Suku merupakan suatu bagian dari bentuk aljabar yang dapat terdiri dari variabel dan koefisien atau berbentuk konstanta yang tiap suku dipisahkan dengan tanda operasi penjumlahan atau pengurangan.

(33)

18

Contoh: 5𝑥 − 𝑦 = 7

Suku-sukunya adalah 5𝑥, −𝑦 dan 7.

2) Koefisien

Koefisien adalah sebuah bilangan yang menyatakan banyaknya jumlah variabel yang sejenis atau koefisien merupakan bilangan di depan variabel.

Contoh:

Rudi memiliki 10 ekor ayam dan 3 ekor kambing. Jika ditulis dengan memisalkan:

a = hewan ayam dan b = hewan kambing maka dapat ditulis 10a + 3b, 10 dan 3 merupakan koefisien. 10 koefisien dari a dan 3 koefisien dari b.

3) Konstanta

Konstanta adalah suatu bilangan yang tidak diikuti oleh variabel sehingga nilainnya tetap konstan untuk nilai peubah variabel berapapun.

Contoh : 5a + 8b – 9

-9 merupakan suatu konstanta karena berapapun nilai a dan b, nilai -9 tidak ikut terpengaruh sehingga tetap konstan.

4) Variabel

Variabel adalah suatu peubah/ pemisal/ pengganti dari suatu nilai atau bilangan yang biasanya dilambangkan dengan huruf/simbol.

Contoh :

Nino memiliki 5 buku tulis dan 3 pensil

Jika ditulis dengan memisalkan p = buku tulis dan q = pensil Maka 5p + 3q, dengan p dan q adalah variabel.

(34)

b. Pengertian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) adalah sistem persamaan yang hanya memiliki dua variable dan masing-masing variabelnya berpangkat satu. Adapun bentuk umumnya:

a𝑥 + b𝑦 = c p𝑥 + q𝑦 = r

Keterangan :

 x dan y disebut variabel  a, b, p, dan q disebut koefisien  c dan r disebut konstanta

c. Metode Penyelesaian SPLDV

Dalam menyelesaikan masalah dalam SPLDV terdapat tiga cara yaitu: metode substitusi, metode eliminasi, dan metode grafik.

1) Metode Substitusi

Mengganti salah satu persamaan, dengan salah satu variabel dinyatakan dalam variabel lain. Selanjutnya, persamaan baru yang didapat dimasukkan ke dalam persamaan yang lain.

Contoh:

Tentukan himpunan penyelesaian dari 2𝑥 − 4𝑦 = 6 dan 𝑥 + 2𝑦 = 7 dengan metode substitusi.

Penyelesaian:

{2𝑥 − 4𝑦 = 6 … … . (1) 𝑥 + 2𝑦 = 7 … … … (2) Ubah persamaan (2) menjadi: 𝑥 = 7 − 2𝑦 … … … (3)

Substitusikan persamaan (3) ke persamaan (1) sebagai berikut: 2𝑥 − 4𝑦 = 6

2 . (7 − 2𝑦) − 4𝑦 = 6 14 − 4𝑦 − 4𝑦 = 16 14 − 6 = 8𝑦

(35)

20 8 = 8𝑦 1 = 𝑦 Substitusikan y = 1 ke persamaan (3) 𝑥 = 7 − 2𝑦 𝑥 = 7 − 2 . 1 𝑥 = 7 − 2 𝑥 = 5

Sehingga diperoleh himpunan penyelesaiannya adalah {(5,1)}

2) Metode Eliminasi

Metode eliminasi adalah suatu metode yang dilakukan dengan cara menghilangkan salah satu variabel x atau y untuk memperoleh nilai dari variabel yang lain.

Contoh:

Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan {𝑥 + 3𝑦 = 11

2𝑥 + 𝑦 = 7 Penyelesaian:

Misal variabel pertama yang akan dihilangkan adalah x. Kita samakan koefisien x dengan mengalikan persamaan (1) dengan 2.

𝑥 + 3𝑦 = 11 |𝑥2| 2𝑥 + 6𝑦 = 22 2𝑥 + 𝑦 = 7 |𝑥1| 2𝑥 + 3𝑦 = 7

3𝑦 = 15 𝑦 = 5

Kemudian variabel y yang akan dihilangkan.

Kita samakan koefisien y dengan mengalikan persamaan (2) dengan 3.

𝑥 + 3𝑦 = 11 |𝑥1| 𝑥 + 3𝑦 = 11 2𝑥 + 𝑦 = 7 |𝑥3| 6𝑥 + 3𝑦 = 21

−5𝑥 = −10 𝑥 = 2

(36)

3) Metode Grafik

Untuk menyelesaikan SPLDV dengan menggunakan metode grafik, kita harus memperhatikan langkah-langkah berikut:

 Tentukan nilai koordinat titik potong masing-masing persamaan terhadap sumbu-X dan juga sumbu-Y

 Gambarlah masing-masing grafik dari persamaan yang diketahui  Tentukan titik potong kedua grafik

 Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan, yaitu himpunan yang beranggotakan titik potong kedua grafik

Contoh:

Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan berikut: { 𝑥 + 𝑦 = 5 𝑥 − 𝑦 = 1 Penyelesaian: 𝑥 + 𝑦 = 5 x 0 5 y 5 0 𝑥 − 𝑦 = 1 x 0 1 y -1 0

 Titik potong yang melalui garis 𝑥 + 𝑦 = 5 adalah (0,5) dan (5, 0).

 Titik potong yang melalui garis 𝑥 − 𝑦 = 1 adalah (0, -1) dan (1,0).

(37)

22

 Gambar grafik dari masing-masing titik potong di atas:

Gambar 2. 1 Gambar Grafik

Dilihat dari gambar di atas, maka titik potong dari kedua grafik di atas adalah titik (3, 2).

4) Metode Gabungan

Metode gabungan merupakan suatu cara atau metode untuk menyelesaikan suatu persamaan linier dengan menggunakan dua metode yaitu metode eliminasi dan substitusi secara bersamaan. Langkah-langkah:

a) Eliminasi salah satu variabel pada salah satu persamaan

b) Substitusi nilai dari variabel yang diperoleh ke dalam salah satu persamaan yang diketahui.

Contoh :

Diketahui persamaan 𝑥 + 4𝑦 = 14 dan 3𝑥 + 𝑦 = 20, Tentukan himpunan penyelesaiannya!

Persamaan 1 : 𝑥 + 4𝑦 = 14 Persamaan 2 : 3𝑥 + 𝑦 = 20

Langkah pertama yang digunakan adalah metode eliminasi: 𝑥 + 𝑦 = 5 𝑥 − 𝑦 = 1 (0, 5) (3, 2) (0, -1) (1, 0) (5, 0)

(38)

𝑥 + 4𝑦 = 14 |x3| <=> 3𝑥 + 12𝑦 = 42 3𝑥 + 𝑦 = 20 |x1| <=> 3𝑥 + 𝑦 = 20

0 + 11𝑦 = 22 𝑦 = 2

Langkah kedua menggunakan metode subtitusi : 𝑥 + 4𝑦 = 14

𝑥 + 4.2 = 14 𝑥 + 8 = 14 𝑥 = 14 − 8 𝑥 = 6

Jadi, himpunan penyelesainnya adalah {(6, 2)}

B. Hasil Penelitian Relevan

Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang relevan dengan penelitian sebelumnya, diantaranya sebagai berikut:

Tabel 2.2

Hasil Penelitian Relevan

Peneliti,

Tahun Judul Kesimpulan Persamaan Perbedaan Imtiyaz Fawa’id a (2019) Pengaruh Model Pembelajaran Search, Solve, Create, Share (SSCS) Dengan Metode Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan penalaran analogi matematis Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran SSCS dan materi yang Meningkatkan kemampuan analogi matematis siswa, sedangkan pada penelitian ini fokus pada pengembangan

(39)

24

Peneliti,

Tahun Judul Kesimpulan Persamaan Perbedaan Hypnoteaching Terhadap Kemampuan Penalaran Analogi Matematis Siswa siswa yang diterapkan pembelajaran dengan model SSCS dengan metode hypnoteaching lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan penalaran analogi matematis siswa yang diterapkan dengan pembelajaran scientific21 digunakan pada penelitian tersebut adalah Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) bahan ajar dengan model SSCS Indri Fajriyati (2015) Pengaruh Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and share (SSCS) Terhadap Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah model Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, sedangkan pada penelitian ini fokus pada model

21 Imtiyaz Fawa’ida, “Pengaruh Model Pembelajaran Search, Solve, Create, Share (SSCS)

Dengan Metode Hypnoteaching Terhadap Kemampuan Penalaran Analogi Matematis Siswa”, Skripsi UIN Jakarta, 2019.

(40)

Peneliti,

Tahun Judul Kesimpulan Persamaan Perbedaan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa menggunakan model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dibandingkan yang menggunakan pembelajaran konvensional 22 pembelajaran SSCS pembelajarannya . Materi yang digunakan yaitu peluang sedangkan penelitian ini menggunakan materi SPLDV Elke Annisa Octaria (2018) Pengaruh Model Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini Model pembelajaran yang akan digunakan pada penelitian ini adalah model

22 Indri Fajriyati, “Pengaruh Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and share (SSCS)

(41)

26

Peneliti,

Tahun Judul Kesimpulan Persamaan Perbedaan Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis. matematis siswa pada materi SPLDV yang menggunakan pembelajaran POGIL lebih tinggi dibandingkan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. 23 adalah SPLDV pembelajaran SSCS. Penelitian ini hanya fokus pada bahan ajar saja. Hidayat Rahmat (2015) Pengembanga n Lembar Kerja Siswa (LKS) Matematika Berbasis Inkuiri Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Kelas Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya kenaikan presentase ketuntasan siswa setelah menggunakan LKS berbasis inkuiri pada materi SPLDV, serta Bahan ajar yang dikembangka n sama yaitu LKS dan pada penlitian ini juga menggunakan materi SPLDV Model pada penelitian ini adalah model pembelajaran SSCS.

23 Elke Annisa Octaria, “Pengaruh Model Process Oriented Guided Inquiry Learning

(42)

Peneliti,

Tahun Judul Kesimpulan Persamaan Perbedaan VIII SMPN 05 Kota Jambi LKS yang dikembangkan juga berkualitas baik.24 C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang masalah telah dipaparkan bahwa rendahnya pemahaman siswa pada materi SPLDV dikarenakan siswa kesulitan mengerjakan soal cerita, karena pada dasarnya mengerjakan soal cerita membutuhkan pemahaman yang lebih dalam menyelesaikannya. Selain itu guru jarang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran hal ini menyebabkan siswa menjadi pasif di kelas. Dengan masalah yang demikian, guru perlu melakukan sedikit perubahan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan keaktifan siswa. Hal yang dapat diupayakan oleh guru yaitu mengembangkan metode pengajarannya khususnya dalam penggunaan bahan ajar sebagai alat bantu pendamping untuk pembelajaran siswa.

Seiring dengan perkembangan zaman, pembelajaran di sekolah tidak hanya menggunakan metode ceramah melainkan dengan bantuan sebuah alat. Alat bantu yang sering digunakan dalam pembelajaran yaitu bahan ajar, bahan ajar bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Bahan ajar terdiri dari berbagai macam jenis salah satunya adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan dalam penelitian ini.

Kenyataannya di lapangan guru masih mengalami kesulitan untuk mengembangkan bahan ajar. Bahan ajar yang ada sebetulnya sudah cukup memadai namun perlu adanya inovasi agar bahan ajar lebih bisa memudahkan siswa untuk

24 Hidayat Rahmat, ”Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Matematika Berbasis

Inkuiri Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Kelas VIII SMPN 05 Kota Jambi”, Skripsi UNJA, 2015.

(43)

28

memahami materi yang diajarkan. Materi pelajaran yang masih tergolong rendah adalah SPLDV, karena pada dasarnya SPLDV merupakan soal cerita yang memerlukan pemahaman lebih dalam menyelesaikannya. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan bahan ajar berbasis model yang dapat meningkatkan siswa untuk memahami materi SPLDV.

Model pembelajaran yang menunjang materi SPLDV yaitu model pembelajaran Search, Solve, Create, Share (SSCS). Langkah-langkah model pembelajaran SSCS menunjang pembelajaran siswa pada materi SPLDV. Langkah pertama Search, pada langkah ini siswa mencari informasi dari masalah yang diberikan agar mendapatkan ide atau gagasan. Langkah kedua Solve, pada langkah ini siswa mencari solusi untuk memecahkan masalah agar dapat di selesaikan. Langkah ketiga yaitu Create, pada langkah ini menyimpulkan jawaban dari ide-ide dan solusi yang telah ditemukan pada langkah sebelumnya. Terakhir adalah Share, pada langkah ini siswa mempresentasikan hasil jawabannya di depan guru dan siswa lainnya untuk di evaluasi bersama.

Penelitian ini menggunakan model pengembangan 4-D. Model ini sering digunakan pada pengembangan bahan ajar terutama pada bidang pendidikan. Dengan demikian, model ini dapat dijadikan sebagai sumber ide dan prosedur pengembangan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran bagi guru untuk menyampaikan kepada siswa dalam proses pembelajaran yang tersusun dengan baik sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan materi yang dipelajari juga akan mudah dipahami.

(44)

Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir

(45)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research

and Development) karena penelitian ini akan menghasilkan produk.1 Produk yang

dihasilkan pada penelitian ini berupa bahan ajar yang menggunakan model pembelajaran Search Solve Create Share pada materi sistem persamaan linear dua variabel dengan mengacu pada model pengembangan 4-D (Four-D).

B. Model Pengembangan

Penelitian pada pengembangan bahan ajar ini menggunakan model pengembangan 4-D yang terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate. Adapun penjelasan tahapannya sebagai berikut:

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Tahap ini berguna untuk menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan di dalam proses pembelajaran dengan diawali menganalisis tujuan dari batasan materi yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan. Terdapat lima langkah pada tahap ini yaitu:

a. Front-end Analysis (Analisis awal-akhir)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah analisis awal-akhir tentang masalah dasar yang dihadapi oleh guru untuk meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran. Pada tahap ini, peneliti menganalisis bahan ajar yang digunakan siswa serta strategi pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru pada siswanya.

b. Learner Analysis (Analisis Peserta didik)

Analisis siswa dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi oleh siswa terkait dengan materi, bahan ajar yang digunakan

1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta), 2013,

(46)

serta strategi yang digunakan pada proses pembelajaran melalui wawancara ke beberapa siswa.

c. Task Analysis (Analisis Tugas)

Analisis tugas dilakukan untuk menentukan materi yang akan digunakan pada bahan ajar. Penentuan materi bertujuan agar siswa dapat menerima dan memahami materi tersebut.

d. Concept Analysis (Analisis Konsep)

Analisis konsep yaitu memaparkan konsep-konsep dari materi yang akan dibahas pada bahan ajar. Konsep yang dimuat dalam bahan ajar ialah memahami masalah yang berkaitan dengan materi SPLDV.

e. Specifying Instructional Objectives (Perumusan Tujuan Pembelajaran) Berdasarkan analisis tugas dan analisis konsep, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah merumuskan indikator yang mengacu pada kompetensi dasar sesuai dengan ketetapan kurikulum 2013.

2. Tahap Perancangan (Design)

Tahap perancangan bertujuan untuk merancang bahan ajar yang akan dikembangkan. Tahap ini dimulai setelah serangkaian tujuan pembelajaran untuk bahan ajar telah ditentukan. Aspek utama dalam tahap desain adalah pemilihan media dan format untuk bahan ajar serta pembuatan versi awal. Ada 4 langkah pada tahap ini yang harus dilakukan, yaitu:

a. Penentuan rancangan awal sesuai dengan struktur penyusunan LKS merupakan gambaran produk bahan ajar yang akan dihasilkan pada penelitian ini.

b. Model pembelajaran yang digunakan yaitu, model pembelajaran Search Solve Create Share.

c. Penyajian bahan ajar LKS atau draft 1.

d. Penyusunan alat evaluasi yang digunakan dalam bahan ajar, berupa angket validasi ahli dan angket respon siswa untuk menentukan kelayakan dari bahan ajar LKS yang akan dikembangkan oleh peneliti.

(47)

30

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap pengembangan merupakan bentuk akhir bahan ajar yang telah dihasilkan dan telah direvisi berdasarkan saran dari para ahli. Materi dan desain yang telah dirancang akan dibuat produk menjadi LKS untuk menunjang pembelajaran. Dalam tahap pengembangan akan dilakukan 2 kegiatan yaitu:

a. Pembuatan Bahan Ajar

Bahan ajar yang sudah dibuat, selanjutnya bahan ajar akan direalisasikan sesuai rancangan yang telah ditentukan.

b. Validasi Bahan Ajar

Pada tahap uji validasi bahan ajar, digunakan penilaian oleh para ahli. Penilaian para ahli digunakan untuk mengetahui kevalidan dan mendapatkan saran untuk peningkatan rancangan bahan ajar. Beberapa ahli diminta untuk mengevaluasi bahan ajar berdasarkan aspek yang telah ditentukan. Bahan ajar yang sudah divalidasi oleh para ahli selanjutnya direvisi berdasarkan saran dari para ahli.

c. Revisi Bahan Ajar

Setelah bahan ajar LKS divalidasi oleh para validator ahli, selanjutnya peneliti merevisi atau memperbaiki bahan ajar sesuai dengan saran yang diberikan oleh validator agar bahan ajar yang dikembangkan menjadi lebih baik dan layak untuk diuji coba ke lapangan.

d. Uji Coba Terbatas

Uji coba terbatas yaitu uji coba produk bahan ajar yang dilakukan pada subjek sasaran yakni kelompok kecil untuk mengatahui apakah produk bahan ajar yang dibuat dapat dipahami oleh siswa. Uji coba ini diperoleh dari data respons serta saran dari subjek sasaran pengguna produk bahan ajar.

C. Subjek Uji Coba

1. Subjek pelaku dalam penelitian pengembangan ini adalah peneliti.

2. Subjek uji validator ahli pada bahan ajar ialah 4 dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan 5 guru matematika SMP/MTs. Para subjek ahli bertugas untuk menilai tingkat kelayakan dari produk bahan ajar.

(48)

3. Subjek uji coba produk adalah 10 siswa kelas VIII dan IX SMP/MTs.

D. Desain Uji Coba

Uji coba bahan ajar LKS bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang dikembangkan layak digunakan atau tidak. Berikut pelaksanaan uji coba bahan ajar yang akan dikembangkan:

1. Uji Ahli atau Validasi Produk

Pada tahap ini dilakukan oleh para validator ahli untuk menilai bahan ajar kemudian memberikan saran untuk memperbaiki serta memvalidasi apabila bahan ajar siap digunakan.

2. Uji Coba Produk

Pada tahap ini, bahan ajar digunakan oleh 10 siswa untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan suatu data. Berikut instrumen yang digunakan pada penelitian ini:

1. Instrumen Validasi Ahli

Instrumen validasi ahli merupakan alat ukur bahan ajar yang akan divalidasi atau diuji kelayakannya. Instrumen ini akan diberikan kepda 4 dosen pendidikan matematika dan 5 guru matematika SMP/MTs. Kisi-kisi instrumen validasi ahli dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 1

Instrumen Penilaian Ahli

No. Aspek No. Item

Pertanyaan Jumlah 1. Kelayakan Isi 1, 2, 3 3 2. Kebahasaan 4, 5, 6 3 3. Penyajian 7, 8, 9 3 4. Desain Tampilan 10, 11, 12, 13, 14, 15 6 5. Model SSCS 16, 17, 18, 19 4

(49)

32

No. Aspek No. Item

Pertanyaan Jumlah

6. Evaluasi 20, 21 2

2. Angket Respon Siswa

Angket respon siswa bertujuan untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap bahan ajar LKS. Kisi-kisi angket respon siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Siswa

No. Aspek No. Item Pertanyaan Jumlah

1. Desain Tampilan 1, 2, 3, 4, 5, 6 6

2. Kebahasaan 7, 8, 9 3

3. Evaluasi 10, 11 2

4. Penyajian 12, 13, 14 3

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini yaitu dari analisis instrument validasi ahli dan uji coba angket respon siswa. uji validasi ahli dilakukan oleh para ahli yang terdiri dari 4 dosen pendidikan matematika dan 5 guru matematika SMP/Mts. Uji coba dilakukan oleh 10 siswa SMP yaitu mengisi angket dari hasil mengamati produk bahan ajar yang dikembangkan.

G. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dari instrumen lembar validasi yang telah diisi oleh para validator ahli selanjutnya dianalisis dan dijadikan sebagai perbaikan bahan ajar yang telah dibuat untuk mengetahui tingkat kelayakan dari bahan ajar tersebut. Data hasil instrument lembar validasi dianalisis menggunakan skala likert. Berikut teknik analisis data pada penelitian ini:

Gambar

Gambar 2. 1   Gambar Grafik
Gambar 2. 2   Kerangka Berpikir
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Siswa
Tabel 3. 3 Kriteria Interpretasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

untuk melakukan pengujian mengenai pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, dalam skripsi

Melalui penelitian ini akan diperoleh informasi tentang: (1) proses pengadaan dan penataan pegawai di STAIN Pamekasan, (2) pola pembinaan dan peningkatan karier pegawai

Asesmen portofolio berdampak positif terhadap sikap siswa pada.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memberikan usulan rancangan perbaikan produk spring bed yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan menggunakan metode

Aplikasi Cakewalk 8.0 dapat digunakan untuk membuat atau mengubah suatu ilustrasi musik dengan dibantu oleh suatu perangkat musik yang masih sederhana seperti gitar akustik, hingga

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh simultan antara variabel-variabel eksogen terhadap variabel-variabel endogen, yakni PDRB perkapita, indeks curah hujan,

Penelitian ini dilakukan untuk mengukur Kepuasan konsumen Depot Soto Gebraak Cak Anton di lihat dari Segi Pelayanan,Segi Rasa,Segi Harga,Segi CiriKhas,Segi Lokasi dan

Dengan adanya pelayanan ini maka antrian di loket pendaftaran dan penumpukan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah berkurang secara signifikan sehingga situasi Rumah Sakit Umum