• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kata Kunci: Konsep Diri, Penyesuaian Diri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ABSTRAK. Kata Kunci: Konsep Diri, Penyesuaian Diri"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HIDAYATUL RAHMAN. NIM, BK 13 108 064 judul Skripsi

“Hubungan Konsep Diri dengan Penyesuaian Diri Remaja di Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution Batusangkar”. Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar. Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah hubungan antara konsep diri dengan penyesuaian diri remaja di panti asuhan Ade Irma Suryani Nasution Batusangkar. Tujuan pembahasan ini untuk mengetahui apakah terdapat atau tidaknya hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan penyesuaian diri remaja di panti asuhan Ade Irma Suryani Nasution Batusangkar.

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah korelasi. Populasi sebanyak 24 orang remaja dan sampel sebanyak 24 orang juga. Penulis menggunakan teknik total sampling. Instrument pengumpul data yang digunakan melalui skala likers, dan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi product moment.

Berdasarkan hasil data penelitian yang ditemukan: (1) konsep diri remaja terdiri dari 3 aspek, pertama aspek pengetahuan akan dirinya berada pada kategori tinggi dengan persentase 79.16%. Kedua, aspek harapan akan dirinya berada pada kategori tinggi dengan persentase 83.33%. Ketiga pada aspek penilaian akan dirinya berada pada kategori tinggi dengan persentase 62,5%. (2) Penyesuaian diri remaja terdiri dari 2 bentuk, pertama penyesuaian diri pribadi berada kategori baik dengan persentase 87.5%. Kedua, penyesuaian diri sosial berada pada kategori baik dengan persentase 83.33% (3) Penelitian ini mengungkapkan bahwa r hitung lebih besar dari r tabel. 0,705 > 0,404 pada tabel alpha 0,05, artinya terdapat korelasi yang kuat antara konsep diri dengan penyesuaian diri remaja di panti asuhan Ade Irma Suryani Nasution Batusangkar.

Kata Kunci: Konsep Diri, Penyesuaian Diri

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN ADE IRMA SURYANI NASUTION BATUSANGKAR”. Selanjutnya shalawat beserta salam kita mohonkan kepada Allah SWT semoga selalu tercurah pada junjungan umat, pelita dikala malam dan pelipur lara dikala duka yaitu Nabi Muhammad SAW. Allahumma Shalli ‘Ala Muhammad, Wa’ ala Ali Muhammad.

Tujuan dari penulisan skripsi ini yaitu untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd), dalam ilmu Bimbingan dan Konseling di Insititut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar. Isi pokok skripsi ini adalah apakah ada hubungan yang signifikant antara konsep diri dengan penyesuaian diri remaja di panti asuhan Ade Irma Suryani Nasution Batusangkar.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan rintangan, namun berkat kerja keras dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, di antaranya:

Ibunda dan Ayahanda tercinta Irdaneli dan Tanius Liberti serta adinda Andri Oktaviandi, S.Pd.I, Prima Ganda, Prima Gandi dan Fadhila Tul Jannah karena berkat kerja keras dan motivasi serta do’a beliau penulis bisa seperti sekarang ini, dan bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua pembimbing, yaitu Ibuk Dra.

Hadiarni, M.Pd., Kons selaku pembimbing 1 dan Ibuk Sisrazeni, S.Psi.I., M.Pd selaku pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi ini dari awal hingga selesai.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor IAIN Batusangkar, Bapak Dr. Kasmuri, M.A, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Bapak

(3)

Dr. Sirajul Munir, M.Pd dan Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling Bapak Dasril, S.Ag., M.Pd beserta jajarannya yang telah memberikan fasilitas dan layanan dalam proses perkuliahan dan penyelesaiannya. Tak lupa pula penulis ucapkan kepada Ibu Dra. Hadiarni, M.Pd., Kons selaku penasehat akademik yang terus memberikan dukungan kepada penulis, seluruh dosen dan staf administrasi IAIN Batusangkar, dan berbagai pihak yang telah ikut serta membantu terlaksananya penelitian yang telah penulis lakukan, termasuk teman- teman sejawat dan seperjuangan yang menaruh perhatian dan bantuan kepada penulis sehingga selesainya skripsi.

Selanjutnya tidak lupa pula ucapan terima kasih kepada pembina panti asuhan Ade Irma Suryani Nasution Batusangkar beserta jajaranya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian sampai selesai serta kepada ibu Ayu Mailasari, S.Pd yang telah mendampingi penulis selama melakukan penelitian. Kepada Bapak Kepala Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mempergunakan buku-buku perpustakaan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Teristimewa kepada kakak-kakak dan teman-teman BK yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan sumbangan pemikiran dan motivasi dalam penulisan skripsi ini, serta berbagai pihak yang ikut berpartisipasi demi kelancaran penulisan skripsi penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga bantuan dan pertolongan yang telah diberikan dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda, amin ya rabbal ‘alamin.

Batusangkar, 10 Februari 2018 Penulis,

HIDAYATUL RAHMAN

NIM. 13 108 064

(4)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 11

C. Batasan Masalah 11

D. Rumusan Masalah 11

E. Tujuan Penelitian Penelitian .11

F. Manfaat Penelitian 11

G. Definisi Operasional 12

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Landasan Teoritik

1. Penyesuaian Diri

a. Pengertian Penyesuaian Diri 14

b. Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri 16 c. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri 19 d. Pentingnya Kemampuan Penyesuaian Diri 20 2. Konsep Diri

a. Pengertian Konsep Diri 21

b. Fungsi Konsep Diri 22

c. Dimensi-dimensi Konsep Diri 23

d. Jenis-jenis Konsep Diri 26

e. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri 28 f. Pengaruh Konsep Diri terhadap Perilaku 29 B. Kaitan konsep Diri dengan Penyesuaian Diri 30

C. Kajian Penelitian yang Relevan 31

(5)

D. Kerangka Berfikir 32

E. Hipotesa 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 34

B. Tempat dan waktu Penelitian 34

C. Populasi dan sampel

1. Populasi 34

2. Sampel 35

D. Pengembangan Instrumen 35

E. Teknik pengumpulan Data 41

F. Teknik Analisis Data 42

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data 47

B. Pengujian Persyaratan Analisis 64

C. Pengujian Hipotesis

1. Analisis Korelasi Product Moment X dan Y 67

2. Interpretasi 71

3. Analisis Korelasi Product Moment X1 dan Y 73

4. Interpretasi 76

5. Analisis Korelasi Product Moment X2 dan Y 77

6. Interpretasi 80

7. Analisis Korelasi Product Moment X3 dan Y 81

8. Interpretasi 85

D. Pembahasan 86

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 91

B. Implikasi 91

C. Saran 92

DAFTAR KEPUSTAKAAN

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1. Kisi-Kisi Konsep Diri 37

2. Kisi-Kisi Penyesuaian Diri 38

3. Hasil Validitas Konstruk Skala Konsep Diri 39 4. Hasil Validitas Konstruk Skala Penyesuaian Diri 40

5. Skor Jawaban Skala Likert Konsep Diri 42

6. Skor Jawaban Skala Likert Penyesuaian Diri 42

7. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r 45

8. Kategori Skor tentang Konsep Diri 48

9. Klasifikasi Skor tentang Konsep Diri 48

10. Persentase Skor Konsep Diri 49

11. Kategori Skor Tingkat Pengetahuan tentang Diri 50

12. Klasifikasi Skor pengetahuan akan Diri 51

13. Persentase pengetahuan akan Diri Remaja 51

14. Kategori Skor Tingkat Harapan tentang Diri 52

15. Klasifikasi Skor Harapan akan Diri 53

16. Persentase Harapan akan Diri Remaja 53

17. Kategori Skor Tingkat Penilaian tentang Diri 54 18. Klasifikasi Skor penilaian tentang Konsep Diri 55

19. Persentase penilaian tentang Diri 56

20. Kategori Skor Penyesuaian Diri 57

21. Klasifikasi Skor Penyesuaian Diri 58

22. Persentase Skor Penyesuaian Diri 58

23. Kategori Skor Penyesuaian Diri Pribadi 59

24. Klasifikasi Skor Penyesuaian Diri Pribadi 60

25. Persentase Penyesuaian Diri Pribadi 61

26. Kategori Skor Penyesuaian Diri Sosial 62

27. Klasifikasi Skor Penyesuaian Diri Sosial 63

(7)

28. Persentase Penyesuaian Diri Sosial 63

29. Tes Normality 64

30. Anova 65

31. Klasifikasi Skor Konsep Diri 66

32. Klasifikasi Skor Penyesuaian Diri 67

33. Perhitungan mendapatkan Indeks variabel (X) dan (Y) 68

34. Correlation 70

35. Taraf Signifikansi 71

36. Perhitungan mendapatkan Indeks variabel (X.1) dan (Y) 73

37. Correlation 75

38. Taraf Signifikansi 76

39. Perhitungan mendapatkan Indeks variabel (X.2) dan (Y) 77

40. Correlation 79

41. Taraf Signifikansi 81

42. Perhitungan mendapatkan Indeks variabel (X.3) dan (Y) 81

43. Correlation 84

44. Taraf Signifikansi 85

(8)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Kisi-kisi Skala Konsep Diri

2. Kisi-kisi Skala Penyesuaian Diri 3. Instumen Konsep Diri

4. Instrumen Penyesuaian Diri 5. Lembar Validasi Instrumen 6. Daftar Hadir

7. Surat Izin Penelitian dari IAIN Batusangkar

8. Surat Izin dari Kesbangpol Kabupaten Tanah Datar 9. Surat Keterangan Sudah Melaksanakan Penilitian

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dilahirkan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Manusia sebagai makhluk individu ditandai dengan kondisi diri yang berbeda dengan orang lain dan cenderung bersikap atau bertingkah laku sesuai dengan gambaran dirinya. Adapun manusia sebagai makhluk sosial ditandai dengan ketererlibatan orang lain dalam kehidupannya, yang membuat manusia harus bisa berinteraksi dengan orang lain dan menyesuaiakan diri dengan lingkungannya. Penyesuaian diri merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya akan selalu berhubungan sosial dengan orang lain. Individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik akan mampu membuat hubungan yang memuaskan dengan orang lain dan lingkungannya. Penyesuaian diri juga merupakan potensi yang dapat dikembangkan dan juga digunakan untuk menghadapi kondisi yang terdapat di lingkungan sekitarnya, hal inilah yang harus dilakukan oleh remaja yang tinggal panti asuhan.

Remaja yang tinggal di panti asuhan harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, karena mereka mengalami peralihan tempat tinggal yang mana biasanya tinggal dengan orang tua di rumah sekarang harus tinggal di panti asuhan. Proses peralihan ini membuat remaja harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, peraturan baru, teman baru, dan suasana yang baru. Remaja harus mengetahui bagaimana cara bergaul, bersikap serta berinteraksi dan berkomunikasi dengan pengasuh panti dan warga asuhan lainnya, maka remaja dituntut untuk dapat menyesuaikan diri agar mereka tidak merasa terasingkan berada di panti asuhan tersebut.

Penyesuaian diri adalah “kemampuan individu dalam menghadapi tuntutan-tuntutan, baik dari dalam diri maupun dari lingkungan sehingga terdapat keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dengan tuntutan

1

(10)

lingkungan” (Gufron dan Risnawati, 2010: 52). Berdasarkan kutipan tersebut dapat dipahami bahwa konsep diri adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang agar dapat memenuhi kebutuhannya sesuai dengan tuntutan hidupnya, baik itu tuntutan dari diri sendiri maupun dari lingkungannya.

Menurut Walgito penyesuaian diri adalah “kemampuan individu untuk meleburkan diri dalam lingkungan yang dihadapinya” (Kumaidi, 2015:

4). Berdasarkan kutipan tersebut dapat dipahami bahwasanya penyesuaian diri adalah kemampun yang dimiliki sesorang untuk menyesuaikan dirinya masuk kedalam lingkungan yang baru. Maksud melebur dengan lingkungan yang dihadapinya adalah berusaha untuk mengikuti aturan-aturan yang ada dilingkungan baru tersebut, dan tidak mengasingkan diri dari orang yang berada di lingkungan baru tersebut.

Kemudian Menurut Mustafa Fahmi, “penyesuaian diri adalah suatu proses dinamik terus-menerus yang bertujuan untuk mengubah kelakuan guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dan lingkungan” (Sobur, 2003: 526). Berdasarkan kutipan tersebut dapat dipahami bahwa penyesuaian diri itu merupakan proses yang dilakukan secara terus menerus dan berulang- ulang dengan orang lain dan lingkungan agar bisa melebur dan berinteraksi didalamnya tanpa adanya rasa canggung, takut dan rasa malu untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan lingkungannya.

Schneiders mengatakan bahwa penyesuaian diri dapat diartikan sebagai “usaha manusia untuk menguasai tekanan akibat dorongan kebutuhan, usaha memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dan tuntutan lingkungan, dan usaha menyelaraskan hubungan individu dengan realitas” (Ghufron dan Risnawati, 2010 : 51). Berdasarkan kutipan tersebut dapat dipahami bahwa penyesuaian diri adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang agar bisa hidup selaras dengan lingkungannya.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat dipahami bahwa penyesuaian diri merupakan suatu kemampuan atau daya yang dimiliki oleh individu dalam rangka menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungannya. Penyesuaian diri berguna untuk membantu individu dalam

(11)

menempatkan dirinya dengan lingkungan ia berada, sehingga mereka bisa menyeleraskan dirinya dengan lingkungannya. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang terdiri atas beberapa bentuk. Sobur mengatakan bahwa:

Bentuk-bentuk penyesuaian diri terdiri atas penyesuaian diri adaptif dan adjustive. Penyesuaian adaptif sering dikenal dengan istilah adaptasi, yaitu penyesuaian diri yang lebih bersifat badani. Artinya perubahan-perubahan dalam proses badani untuk menyesuaiakan diri terhadap keadaan lingkungan. Penyesuaian diri adjustive merupakan penyesuaian diri yang melibatkan aspek psikis individu atau yang berhubungan dengan tingkah laku individu (Sobur, 2003: 529-530).

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwasanya bentuk dari penyesuaian diri itu ada dua macam, yaitu penyesuaian diri adaptif dan adjustive. Penyesuaian diri adaptif yaitu penyesuaian diri yang berkaitan dengan kondisi lingkungan yang baru, sedangkan penyesuaian adjustive merupakan penyesuaian diri yang berhubungan dengan dengan tingkah laku individu dalam mematuhi aturan-aturan yang ada di lingkungan baru tersebut.

Kemudian Scheneider mengemukakan bahwa:

Penyesuaian diri terdiri atas dua bentuk yaitu penyesuaian diri pribadi dan penyesuaian diri sosial. Penyesuaian diri pribadi yaitu penyusunan kembali sikap dan tingkah laku individu utuk merespon secara akurat terhadap keadaan dirinya sendiri, yang meliputi keadaan fisik, mental, dan emosi. Penyesuaian sosial yaitu kapasitas untuk bereaksi secara efektif atau akurat terhadap kenyataan yang ada dilingkungannya sehingga ia mampu untuk memenuhi tuntutan sosialnya dengan cara yang dapat diterima dengan memuaskan dirinya dan lingkungannya. (Juntika dan Agustin, 2011: 70-71).

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa bentuk–bentuk penyesuaian diri menurut Scheneider ada dua macam yaitu penyesuaian diri pribadi dan penyesuaian sosial. Penyesuaian diri pribadi yaitu penyesuaian terhadap diri sendiri, individu harus bisa mengetahui dan memahami tentang keadaan dirinya. Penyesuaian sosial yaitu penyesuaian dalam berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya.

Penyesuaian diri sangat penting dalam kehidupan seseorang, karena sebagai makhluk sosial tentu akan menemui banyak hal-hal baru dan

(12)

berjumpa dengan lingkungan yang baru pula. Keberhasilan seseorang dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya tentu dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, diantaranya:

1. Faktor fisiologis yaitu kondisi fisik, seperti struktur fisik dan tempramaen sebagai disposisi yang diwariskan.

2. Faktor psikologi, diantaranya pengalaman, hasil belajar dan aktualisasi diri.

3. Faktor lingkungan, diantaranya lingkungan keluarga sekolah, dan masyarakat.

4. Faktor budaya dan agama yaitu proses penyesuaian diri anak dimulai dari lingkungan keluarga yang di pengaruhi oleh faktor agama dan budaya (Fatimah,2006: 199)

5. Konsep diri

konsep diri yaitu bagaimana individu memandang terhadap dirinya sendiri, baik pada aspek fisik, psikologis, maupun sosialnya yang dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri yang dilakukan seseorang. (Hariadi dalam Annisa, 2012: p. 7).

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwasanya yang mempengaruhi penyesuaian diri seseorang itu adalah faktor fisiologisnya, psiologinya, lingkungan , agama dan budaya, dan konsep diri. Konsep diri sangat mempengaruhi penyesuiaan diri seseorang, karena apabila positif konsep diri seseorang maka ia kan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tetapi jika negatif konsep diri seserang maka ia akan sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Berarti penyesuaian diri sangat erat kaitannya dengan konsep diri yang dimiliki seseorang.

Gufron menyebutkan bahwa “konsep diri adalah apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh seseorang mengenai dirinya” (2010: 14). Kemudian Colhon dan Acocella menyatakan bahwa “konsep diri adalah gambaran mental diri seseorang” (Gufron dan Risnawati, 2010: 13). Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwasanya konsep diri itu adalah pengetahuan seseorang untuk memahami dan mengenali apa yang ada pada dirinya sendiri. Menurut Colhoun dan Acocella konsep diri terdiri dari tiga dimensi yaitu:

1. Pengetahuan

(13)

Pengetahuan adalah apa yang individu ketahui tentang dirinya.

Individu di dalam benaknya terdapat satu daftar yang

menggambarkan dirinya , kelengkapan atau kekurangan fisik, usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan, agama dan lain-lain.

2. Harapan

Pada saat tertentu, seseorang mempunyai suatu pandangan tentang dirinya. Individu juga mempunyai satu pandangan lain yaitu tentang kemungkinan dirinya menjadi apa dimasa depan.

Singkatnya, individu mempunyai harapan bagi dirinya sendiri untuk menjadi diri yang ideal.

3. Penilaian

Di dalam penilian, individu berkedudukan sebagai penilai tentang dirinya sendiri. (Gufron dan Risnawati ,2010: 18)

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa ada tiga dimensi konsep diri, yaitu pengetahuan, harapan dan penilian. Pertama, pengetahuan merupakan wawasan individu tentang dirinya sendiri. Misalnya, seseorang akan menganggap dirinya sebagai orang yang sempurna karena telah dikaruniai fisik yang lengkap. Kedua, harapan ialah pandangan dan keinginan individu tentang dirinya, individu juga mempunyai satu aspek pandangan tentang kemungkinan dirinya dimasa yang akan datang. Individu mempunyai harapan bagi dirinya sendiri untuk menjadi diri yang baik. Ketiga, penilaian merupakan bagaimana individu menilai tentang dirinya sendiri. Apakah ia mampu untuk menyesuiakan diri dengan lingukngannya atau tidak.

Konsep diri terdiri atas konsep diri positif dan negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif merasa bahwa dirinya berharga, disukai dan diterima orang lain, dan menjadi lebih percaya diri dan hal ini akan membantu mereka dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Inti dari konsep diri positif ini bahwa mereka menerima keadaan dirinya, sedangkan orang yang konsep dirinya negatif tidak bisa menerima dirinya, ia membenci dirinya sendiri dan tidak menghargai diri sendiri. Colhoun dan Acocella mengungkapkan bahwa:

Konsep diri dibagi menjadi konsep diri yang positif dan konsep diri yang negatif . Ciri konsep diri yang positif adalah yakin terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam mengatasi masalah,

(14)

merasa sejajar dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, sadar bahwa setiap orang mempunyai keragaman perasaan, hasrat, dan perilaku yang tidak disetujui oleh masyarakat serta mampu mengembangkan diri karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang buruk dan berupaya untuk mengubahnya.

Sementara itu ciri konsep diri yang negatif adalah peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian, punya sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak disukai orang lain dan pesimistis terhadap kompetisi. (Gufron dan Risnawati, 2010: 19)

Berdasarkan kutipan tersebut dapat dipahami bahwa konsep diri itu ada bersifat positif dan negatif. Apabila konsep dirinya positif maka ia akan lebih mudah untuk mengenali dirinya dan lebih percaya diri, merasa sejajar dengan orang lain dan mau menerima masukan dan kritikan dari orang lain.

Individu yang memiliki konsep diri positif akan lebih mudah untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Konsep diri negatif yaitu individu tidak mampu mengenali dirinya dengan baik, tidak mau menerima kritkan sehingga individu tersebut sulit untuk beradaotasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Konsep diri yang dimiliki seseorang akan menjadi positif dan negatif tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu “self apraisal-viewing as an object, reactions and respones of other, roley you play-role taking, reference group” (Sobur, 2003: 521). Berdasarkan kutipan tersebut dapat dipahami bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi konsep diri, diantaranya adalah pertama, pandangan seseorang terhadap dirinya. Pandangan terhadap dirinya sendiri menganggap apakah dirinya mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan dan mampu untuk bersikap positif dalam berinteraksi dengan orang lain. Kedua, reaksi dan respon orang lain. Reaksi orang lain terhadap seseorang dapat dilihat dari penerimaannya, dihargai, disenangi, atau sebaliknya. Jika respon itu baik maka ia akan menerimanya, tetapi jika responnya buruk maka ia menolaknya. Ketiga, bermain peran waktu kecil.

Konsep diri akan dimulai dan berkembang saat masih anak-anak , sehingga pada saat remaja mereka sudah memahami cara orang lain memandang dirinya. Keempat, kelompok rujukan. Kelompok rujukan dapat ditemui dalam

(15)

pergaulan masyarakat, bagaimana individu berhubungan sosil di dalam masyarakat.

Penyesuaian diri sangat erat hubungannya dengan konsep diri, karena ketika remaja menjalin hubungan untuk melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan baru atau lingkungan sekitarnya, maka konsep diri memiliki peranan yang penting untuk perilaku remaja tersebut saat melakukan penyesuaian diri. Fitts mengemukakan bahwa “konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan” (Prayoga, 2016:

9). Maka dapat dipahami bahwasanya individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya sangat dipengaruhi oleh konsep dirinya, karena konsep diri tersebutlah yang menggambarkan diri individu tersebut dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Hariadi mengatakan bahwa “konsep diri yaitu bagaimana individu memandang terhadap dirinya sendiri, baik pada aspek fisik, psikologis, maupun sosialnya yang dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri yang dilakukan seseorang” (Annisa, 2012: p. 7). Berdasarkan kutipan tersebut dapat dipahami bahwa konsep diri seseorang akan mempengaruhi penyesuaian diri seseorang dengan lingkungannya. Aspek fisik, psikologi, dan sosial yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi penyesuaian diri orang tersebut dengan lingkungannya.

Agustiani juga mengatakan bahwa “salah satu unsur dalam kepribadian yang ada kaitannya dengan penyesuaian diri adalah konsep diri.

Konsep diri merupakan gambaran tentang dirinya yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungannya” (Ajeng, 2007: 22). Berdasarkan kutipan tersebut dapat dipahami bahwasanya kepribadian seseorang akan mempengaruhi dirinya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, karena konsep diri tersebut menggambarkan tentang kondisi individu yang bersangutan.

Pudjianto menjelaskan bahwa “remaja yang memiliki konsep diri positif akan mampu menyelaraskan dan menyesuaiakan diri dengan

(16)

lingkungannya, sehingga ia dapat mengambil manfaat dari lingkungannya dan memiliki pencapaian penyesuaian diri yang tinggi” (Ajeng, 2007: 23).

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa konsep diri mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi penyesuaian diri seseorang. Konsep diri akan mempengaruhi kemampuan berfikir dan berprilaku seseorang.

Colhoun dan Acocella menyatakan bahwa:

Individu yang memiliki konsep diri positif akan yakin terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam mengatasi masalah, merasa sejajar dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, serta mampu mengembangkan dirinya. Sementara itu individu yang memiliki konsep diri negatif akan cenderung peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian, punya sikap hiperkritis dan pesimistis terhadap kompetisi ( Gufran dan Risnawati, 2010: 19).

Berdasarkan kutipan tersebut dapat dipahami bahwa konsep diri positif akan membantu diri seseorang dalam mengatasi masalahnya, salah satu masalah yang sering ditemui remaja dalam masa peralihan dirinya dari kanak-kanak menuju dewasa adalah masalah penyesuaian diri. Konsep diri positif yang terdapat di dalam diri individu akan membuat individu tersebut mudah untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan bisa berinteraksi dengan orang lain. Kemudian individu juga mampu mengembangkan dirinya ke arah yang lebih baik dan juga mampu untuk menerima kritikan dan masukan dari orang lain kepada dirinya dalam berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Hurlock menjelaskan bahwasanya konsep diri itu mempengaruhi penyesuaian diri karena:

Konsep diri merupakan inti dari pola perkembangan kepribadian seseorang yang akan mempengaruhi berbagai bentuk sifat. Jadi dapat dikatakan konsep diri merupakan bagian dari kepribadian, sedangkan kepribadian merupakan salah faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri seseorang” (Husna, 2015: 10).

Dari kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa konsep diri merupakan inti dari kepribadian seseorang. Kepribadian ini akan mempengaruhi sifat- sifat orang tersebut dalam berbagai hal termasuk dalam penyesuaian diri dengan lingkungan yang baru. Kepribadian dapat mempengaruhi seseorang dalam menyesuaikan dirinya apakah ia mampu menyesuaikan diri dengan

(17)

lingkungannya atau tidak, hal inilah yang sering terjadi pada remaja yang tinggal di panti asuhan.

Berdasarkan paparan diatas dapat dipahami bahwasanya remaja sebagai makhluk sosial akan selalu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan yang baru terutama di panti asuhan. Agar bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru tentunya remaja harus dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan tersebut. Penyesuian diri yang dilakukan oleh remaja di pengaruhi oleh konsep diri yang mereka miliki. Apabila baik konsep dirinya maka akan mudah mereka beradaptasi dengan lingkungannya, tetapi jika rendah konsep dirinya maka akan sulit mereka beradaptasi dengan lingkungan panti asuhan tersebut.

Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang didirikan untuk membentuk perkembangan anak yatim, yatim piatu, anak terlantar, maupun anak-anak yang masih memiliki keluarga tetapi keluarganya tidak mampu untuk menghidupinya. Menurut Departemen Sosial RI panti asuhan adalah:

Suatu lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial pada anak yang terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas tepat dan memadai bagi pengembangan kepribadian sesuai yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dam bidang pengembangan nasional (Depsos RI:

2004:4)

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa panti asuhan adalah suatu lembaga sosial yang bertanggung jawab terhadap pelayanan sosial anak yang terlantar. Tujuannya adalah agar anak terlantar bisa dirawat dan dipenuhi segala kebutuhannya. Berdasarkan himpunan peraturan perundang-undangan tentang perlindungan anak, Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1979 pasal 2 ayat 1 dijelaskan bahwa:

Setiap anak berhak mendapatkan kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang wajar, penghuni panti asuhan bukan saja anak-anak, tetapi mulai dari anak-

(18)

anak hingga dewasa yang mengalami permasalahan sosial”

(Lusiawati, 2013: p. 1).

Berdasarkan kutipan tersebut dapat dipahami bahwasanya setiap anak yang dilahirkan di atas dunia ini berhak untuk mendapatkan kesejahteraan, rasa kasih sayang, perawatan, baik dari orang tua kandungnya maupun dari pengasuh khusus seperti lembaga panti asuhan mulai dari masa anak-anak hingga dewasa, termasuk di dalamnya remaja.

Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan di panti asuhan Ade Irma Suryani Nasution Batusangkar pada tanggal 30 September 2017, terlihat bahwa ada beberapa remaja binaan panti asuhan yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Mereka yang tidak mampu menyesuaiakan diri dengan baik di lingkungan panti tersebut terlihat lebih suka menyendiri, diam, dan tidak mau bergaul dengan temannya yang lain. Adapun hasil wawancara penulis dengan beberapa remaja di Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution pada tanggal 2 Oktober 2017, penulis memperoleh data bahwa:

Pada awal masuk ke panti asuhan mereka merasa kurang nyaman, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi, yakni adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh anak asuh sehingga membuat anak asuh tersebut merasa terkekang dengan peraturan yang ada. Faktor lain yang membuat anak asuh merasa kurang nyaman di panti tersebut disebabkan oleh suasana baru yang anak asuh temui jauh berbeda dengan suasana di rumah, sehingga anak asuh tersebut merasa sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan baru tersebut.

Sebaliknya ada juga beberapa orang anak asuh yang mengaku sangat nyaman dan senang tinggal di panti asuhan. Hal ini disebabkan karena mereka merasa diperhatikan dan dibimbing oleh pengasuh panti.

Kemudian dari hasil wawancara dengan pengasuh panti pada tanggal 2 Oktober 2017 penulis memperoleh informasi bahwasanya:

Ada beberapa orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan panti asuhan tersebut, sehingga mereka sering melanggar aturan yang telah dibuat, seperti tidak melaksanakan shalat berjamaah, sering mencela, tidak melaksanakan piket harian, bahkan

(19)

ada yang suka bertengkar. Akibat dari tidak mampu menyesuaikan diri (sering bertengkar) tersebut, maka ada yang dipulangkan kembali ke kampung halamannya karena tidak mampu mentaati aturan yang ada.

Berdasarkan fenomena yang ada di Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution Batusangkar maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang bagaimana hubungan konsep diri dengan penyesuaian diri remaja di panti asuhan, maka berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis memberi judul penelitian ini dengan “Hubungan Konsep Diri dengan Penyesuaian Diri Remaja di Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution Batusangkar”

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan maka identifikasi masalahnya sebagai berikut:

1. Konsep diri remaja di Panti Asuhan.

2. Hubungan konsep diri dengan penyesuaian diri remaja di Panti Asuhan.

3. Program BK dalam meningkatkan konsep diri remaja di Panti Asuhan . C. Batasan masalah

Dari beberapa identifikasi masalah yang penulis paparkan diatas, maka untuk mengarahkan proposal ini, maka penulis membatasi masalah penelitian dengan lebih memfokuskan kepada “Hubungan Konsep Diri dengan Penyesuaian Diri Remaja di Panti Asuhan”

D. Rumusan Masalah

Dalam melaksanakan penelitian ini, maka yang menjadi rumusan masalahnya “Apakah Ada Hubungan yang Signifikan antara Konsep Diri dengan Penyesuaian Diri Remaja di Panti Asuhan?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan penyesuaian diri remaja di panti asuhan Ade Irma Suryani Nasution Batusangkar?

F. Manfaat Penelitian

(20)

Secara umum penelitian ini mempunyai dua manfaat, yakni manfaat yang sifatnya teoritis dan manfaat yang sifatya praktis. Secara terinci manfaat yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan teori yang berhubungan dengan konsep diri dan penyesuaian diri remaja.

2. Secara praktis, penelitian ini berguna untuk:

a. Bagi anak asuh panti, hasil ini dapat dijadikan sebagai pedoman bagi dirinya dan mereka mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik.

b. Bagi pihak panti asuhan, hasil ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melihat bagaimana konsep diri anak asuhnya sehingga anak asuh tersebut bisa melakukan penyesuaian diri dengan baik.

c. Bagi penulis, sebagai salah satu persyaratan kademis menyelesaikan Strata Satu (S1) pada Jurusan Bimbingan Konseling Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

d. Bagi pembaca, hasil penelitian ini berguna sebagai informasi ilmiah tentang bagaimana Hubungan antara Konsep Diri dengan Penyesuaian Diri Remaja di Panti Asuhan.

G. Definisi Operasional

Konsep Diri adalah “apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh seseorang mengenai dirinya”. Konsep diri yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah seperti yang diungkapkan oleh Colhoun dan Acocella (dalam M. Nur Gufran) mengatakan konsep diri terdiri dari tiga dimensi, yaitu: Pengetahuan, harapan dan penilaian. Maksudnya adalah bagaimana seorang individu bisa memahami pengetahuan akan dirinya, harapan akan dirinya, dan penilaian akan dirinya yang akan dapat mempengaruhi penyesuaian diri seseorang tersebut.

Penyesuaian Diri adalah “Usaha manusia untuk menguasai tekanan akibat dorongan kebutuhan, usaha memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dan tuntutan lingkungan, dan usaha menyelaraskan hubungan individu dengan realitas” Schneiders (dalam Ghufron dan Risnawati, 2010 : 51). Penyesuian diri yang penulis maksud dalam penelitian

(21)

ini adalah seperti penyesuian diri yang dikatan oleh Scheneiders, yaitu penyesuaian diri pribadi dan penyesuaian diri sosial. Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana penyesuaian diri yang dilakukan seseorang terhadap dirinya sendiri (pribadi) dan terhadap lingkungan sekitarnya. Apakah ia mampu untuk melakukan penyesuaian diri dengan baik terhadap tuntutan lingkungan yang dihadapinya dengan baik atau tidak.

Panti Asuhan Menurut Departemen Sosial RI panti asuhan adalah

Suatu lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial pada anak yang terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas tepat dan memadai bagi pengembangan kepribadian sesuai yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dam bidang pengembangan nasional (Depsos RI: 2004:4).

Penulis mengambil panti asuhan karena remaja yang biasa tinggal di rumah dan sekarang harus tinggal di panti asuhan tentu harus mampu menyesuaikan diri terhadap lingkunggannya. Remaja harus mampu menyesuaiakan diri dengan baik dengan lingkungan barunya baik secara pribadi dan sosial. Oleh karena itu penulis ingin melihat apakah konsep diri remaja yang tinggal di panti asuhan ini akan mempengaruhi penyesuaian diri remaja tersebut.

(22)

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teoritik

1. Penyesuaian Diri

a. Pengertian Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia terutama remaja, karena masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa. Pada masa remaja tentunya individu akan menemui hal-hal yang baru, seperti teman baru, tempat bermain baru, sekolah yang baru, sehingga remaja harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik akan mampu membuat hubungan yang memuaskan dengan orang lain dan lingkungannya.

Penyesuaian diri juga merupakan potensi yang dapat dikembangkan dan juga digunakan untuk menghadapi kondisi yang terdapat di lingkungan sekitarnya.

Mustafa Fahmi menyatakan bahwa, “penyesuaian diri adalah suatu proses dinamik terus-menerus yang bertujuan untuk mengubah kelakuan guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dan lingkungan” (Sobur, 2003: 526). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa penyesuaian diri ini bertujuan untuk mengubah perilaku untuk mendapatkan hubungan yang harmonis antara diri dan lingkungannya.

Penyesuaian diri menurut Satmoko adalah “sebagai interaksi seseorang yang kontinu dengan dirinya sendiri, orang lain, dan dunianya” (Ghufron dan Risnawati, 2010: 50). Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa penyesuaian diri merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh seseorang secara terus-menerus dengan dirinya, orang lain dan dunianya melalui proses belajar. Jika individu mampu melakukan interaksi dengan dirinya sendiri, orang dan

14

(23)

dunianya, maka individu tersebut sudah mampu menyesuaikan dirinya, contohnya dalam berinteraksi dengan lingkungannya individu yang tinggal di panti asuhan memasuki lingkungan baru, individu tersebut dapat meyesuaikan diri dengan gembira serta mudah bergaul dengan teman-teman baru, menumbuhkan kecenderungan baru dan mempelajari macam-macam perilaku, serta sikap baru yang dapat memenuhi kebutuhan serta dorongan mereka. Artinya seseorang yang memiliki penyesuaian diri yang baik dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Lebih lanjut, Schneiders menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat diartikan sebagai “usaha manusia untuk menguasai tekanan akibat dorongan kebutuhan, usaha memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dan tuntutan lingkungan, dan usaha menyelaraskan hubungan individu dengan realitas” (Ghufron dan Risnawati, 2010 : 51). Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa penyesuaian diri merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan lingkungannya serta menyeimbangkan hubungan individu dengan kenyataan yang dihadapi. Sementara itu, Desmita mengatakan bahwa:

Penyesuaian diri adalah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, dengan mana individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik dan frustrasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan dimana ia tinggal (Desmita, 2009: 193).

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa, penyesuaian diri bukan hanya menyesuaikan diri dengan orang lain, namun juga menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Apabila penyesuaian diri ini dapat dilakukan dengan baik, maka individu akan mampu menjalani kehidupannya secara efektif yang mampu mempengaruhi kehidupan pada saat sekarang dan masa yang akan datang.

(24)

Calhoun dan Acocella menambahkan bahwa “penyesuaian diri adalah kemampuan untuk membuat hubungan yang memuaskan antara orang dan lingkungan” (Sobur, 2003: 527). Berdasarkan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa penyesuaian diri merupakan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan dimana ia tinggal. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik dapat menyesuaikan diri dengan orang lain dan di lingkungan dimana individu tersebut tinggal.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa penyesuaian diri merupakan suatu kemampuan atau daya yang dimiliki oleh individu dalam rangka menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungannya. Penyesuaian diri berguna untuk membantu individu dalam menempatkan dirinya dimana ia berada.

b. Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri

Sobur mengemukakan bahwa bentuk-bentuk penyesuaian diri itu bisa diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu bentuk penyesuaian diri yang adaptif dan adjustive. Bentuk penyesuaian diri tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Adaptif

Adaptif sering dikenal dengan istilah adaptasi, yaitu bentuk penyesuaian diri yang lebih bersifat badani. Artinya, perubahan-perubahan dalam proses badani untuk men yesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan. Bagi remaja penyesuaian diri yang adaptif ini merupakan penyesuaian diri terhadap kondisi lingkungan barunya.

2) Adjustive

Penyesuaian diri adjustive merupakan penyesuaian diri yang melibatkan aspek psikis individu atau yang berhubungan dengan tingkah laku. Contoh penyesuaian diri adalah dalam aturan dan disiplin. (Sobur, 2003: 529-531).

Berdasarkan kutipan tersebut dapat dipahami bahwasanya penyesuaian diri tersebut terdiri atas penyesuaian diri adaptif dan adjustive. Penyesuaian adaptif adalah penyesuaian yang berkaitan dengan adaptasi dengan lingkungan yang baru, sedangkan penyesuaian

(25)

adjustive yaitu penyesuaian tentang aturan yang ada di tempat yang baru tersebut. Individu dalam melakukan penyesuaian diri harus dapat memahami dua bentuk penyesuaian diri ini. Scheneider, mengemukakan bahwa bentuk penyesuaian diri adalah penyesuaian diri pribadi dan sosial:

1) Penyesuaian diri pribadi merupakan penyusunan kembali sikap dan tingkah laku individu untuk merespon secara akurat terhadap keadaan dirinya sendiri, meliputi keadaan fisik, mental, dan emosi. Ketiga hal ini menjadi syarat tercapainya penyesuaian sosial yang baik.

2) Penyesuaian sosial merupakan kapasitas untuk bereaksi secara efektif atau adekuat terhadap kenyataan yang ada di lingkungannya sehingga ia mampu untuk memenuhi tuntutan sosial dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan bagi dirinya ataupun lingkungannya.

Penyesuaian sosial mempunyai 3 aspek yaitu penyesuaian sosial di lingkungan rumah dan keluarga, di lingkungan sekolah dan di lingkungan masyarakat. (Juntika dan Agustin, 2011: 70-71)

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwasanya bentuk –bentuk penyesuaian diri menurut Scheneider ada dua macam yaitu penyesuaian diri pribadi dan penyesuaian sosial. Penyesuaian diri pribadi yaitu penyesuaian terhadap diri sendiri, sehingga individu harus bisa mengetahui dan memahami tentang keadaan dirinya.

Penyesuaian sosial yaitu penyesuaian dalam berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya. Fatimah mengemukakan bahwa penyesuaian diri yang positif akan dilakukan remaja dalam berbagai bentuk:

1) Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung 2) Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan) 3) Penyesuaian diri dengan trial dan error atau coba-coba 4) Penyesuaian diri dengan substansi (mencari pengganti) 5) Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri 6) Penyesuaian dengan belajar

7) Penyesuaian dengan inhibis dan pengendalian diri

8) Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat. (Fatimah, 2006 : 196-197)

(26)

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa, remaja yang memiliki penyesuaian diri yang positif, akan melakukan tindakan yang positif pula, sehingga jika mereka mengalami permasalahan, mereka akan mampu menghadapinya dengan baik serta dapat menyesuaikan dirinya dengan kondisi tersebut dengan baik pula. Individu dalam menjalani kehidupan, hendaknya perlu melakukan penyesuaian diri yang positif dan sehat. Remaja khususnya, perlu melakukan penyesuaian diri yang positif di panti maupun di lingkungannya.

Hurlock mengemukakan tentang karakteristik penyesuaian diri yang sehat (healthy personality), yang ditandai oleh:

1) Mampu menilai diri secara realistis 2) Mampu menilai situasi secara realistis

3) Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistis 4) Menerima tanggung jawab

5) Kemandirian (autonomi) 6) Dapat mengontrol emosi 7) Berorientasi tujuan 8) Berorientasi keluar 9) Penerimaan sosial 10) Memiliki filsafat hidup

11) Berbahagia (Yusuf, 2000: 130-131)

Berdasarkan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa ketika seseorang telah memiliki karakteristik tersebut, dapat dipastikan bahwa orang tersebut memiliki penyesuaian diri yang sehat. Sesuai dengan karakteristik di atas, seseorang memiliki penyesuaian diri yang sehat itu, tercermin dari berbagai aspek yang ada di dalam dirinya. Baik secara fisik, maupun psikologis dan baik secara diri pribadi dan sosial.

Dari diri pribadinya dapat dilihat bahwasanya individu tersebut telah mampu menilai dirinya secara realistik. Menilai diri disini dapat dipahami dari kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Sehingga dengan hal tersebut, individu dapat mengarahkan dirinya sesuai tujuan yang dikehendakinya dan sesuai dengan apa yang menjadi tujuannya.

(27)

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Kepribadian memiliki keterkaitan dengan cara seseorang menyesuaikan diri. Kepribadian juga menjadi penentu dalam penyesuaian diri seseorang. Fatimah mengemukakan penyesuaian diri dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri baik secara internal maupun eksternal, seperti:

1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis yaitu kondisi fisik, seperti struktur fisik dan tempramen sebagai disposisi yang diwariskan.

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis diantaranya pengalaman, hasil belajar, kebutuhan-kebutuhan, aktualisasi diri, frustasi, dan depresi.

3) Faktor perkembangan dan kematangan 4) Faktor lingkungan

Berbagai lingkungan seperti keluarga, sekolah, masyarakat, kebudayaan, dan agama berpengaruh terhadap penyesuaian diri seseorang

5) Faktor budaya dan agama

Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan. (Fatimah, 2006: 199)

Berdasarkan kutipan tersebut dapat dipahami bahwasanya ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri seseorang, diantaranya yaitu faktor fisiologis, psikologis, lingkungan, dan faktor budaya dan agama. Faktor fisiologis yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi fisiknya. Faktor psikologis yaitu faktor yang berhubungan dengan suasana dirinya sendiri, apakah lagi senang, sedih atau lagi emosi. Faktor lingkungan yaitu keadaan disekitar individu yang kan mempengaruhi penyesuaian diri individu tersebut, dan faktor agama yaitu pedoman hidup yang dimiliki oleh individu. Keempat faktor ini saling mempengaruhi satu sama lainnya. Schneiders menyebutkan ada lima faktor yang dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja, yaitu:

1) Kondisi fisik 2) Kepribadian 3) Proses belajar

(28)

4) Lingkungan

5) Agama serta budaya. (Asrori, 2009: 181)

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri tersebut ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal itu meliputi kondisi fisik, kondisi psikologis, kebutuhan, perkembangan dan kematangan.

Sedangkan faktor eksternal seperti lingkungan, budaya, dan agama.

Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi penyesuaian diri yang dilakukan seseorang, baik dengan orang lain, masyrakat maupun dengan lingkungan barunya.

d. Pentingnya Kemampuan Penyesuaian Diri dalam Kehidupan Sebagai makhluk sosial, kehidupan kita tidak akan pernah terlepas dari orang lain. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya.

Pada dasarnya, kemampuan menyesuaikan diri itu dibentuk oleh kebudayaan setiap individu, karena jelas setiap individu berbeda dan mempunyai identitas masing-masing dalam kehidupannya. Hanya ketika individu itu terjun atau katakanlah berada dalam suatu kelompok, maka individu itu harus melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh kelompok itu sendiri, karena itu, hendaknya setiap orang mengenali dirinya sendiri, dan itu merupakan salah satu syarat pokok dalam penyesuaian diri yang baik. Individu harus dapat menyesuaikan dirinya sedemikian rupa sehingga bisa memanfaatkan dan melindungi diri terhadap perubahan-perubahan yang ada. Menurut Sobur, faktor yang mempunyai pengaruh besar dalam menciptakan penyesuaian diri pada individu, diantaranya:

1) Pemuasan kebutuhan pokok dan kebutuhan pribadi

2) Hendaknya ada kebiasaan-kebiasaan dan keterampilan yang dapat membantu dalam pemenuhan kebutuhan yang mendesak

(29)

3) Hendaknya dapat menerima dirinya 4) Kelincahan

5) Penyesuaian dan persesuaian. (Sobur, 2003: 537-538)

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Namun harus diakui juga, bahwa proses penyesuaian diri tersebut sulit karena banyaknya kesulitan penyesuaian diri yang bersumber dari diri sendiri maupun karena pengaruh-pengaruh yang ikut membentuk kepribadian kita.

2. Konsep Diri

a. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri merupakan sesuatu hal yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam kehidupannya, karena seseorang akan bersikap atau bertindak berdasarkan konsep diri yang dimilikinya. Konsep diri diartikan sebagai gambaran umum seseorang mengenai kondisi psikologisnya baik yang berkaitan dengan fisik, sosial, psikis, maupun emosinya. Konsep diri adalah salah satu aspek yang cukup penting bagi individu dam berprilaku di kehidupannya.

Menurut Hurlock konsep diri adalah “gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif dan prestasi yang mereka capai”

(Ghufron dan Risnawati, 2010: 13). Sementara itu menurut Cawagas menjelaskan bahwa “konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihanya atau kecakapannya, kegagalannya dan sebagainya” (Desmita, 2014: 170). Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa konsep diri adalah gagasan atau gambaran tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, berhubungan sosial dengan orang lain dan penilaian terhadap dirinya sendiri. Konsep diri sebenarnya bertujuan untuk melihat diri sendiri, bagaiman kemampuan

(30)

diri untuk bersikap dan berprilaku dan mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang baru, dan menjadikan diri menjadi pribadi yang diharapkan.

Menurut Gufron “konsep diri adalah apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh seseorang mengenai dirinya” (Ghufron dan Risnawati, 2010:14). Berdasarkan kutipan tersebut dapat dipahami bahwasanya konsep diri itu adalah apa yang di pikirkan dan dirasakan oleh seseorang mengenai dirinya sendiri. Berarti di dalam diri individu tersebut terdapat keyakinan seseorang mengenai dirinya, termasuk d dalamnya sikap, perasaan dan tingkah lakunya, individu tersebut dapat memahami apa kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri. Selanjutnya Brooks mengartikan bahwa:

Konsep diri adalah can be defenied as those psysical, social, and psychological perceptions of ourself that we havev derived from experience and our interactionwith others.

Maksudnya yaitu suatu persepsi terhadap diri baik fisik, sosial, dan psikologis yang diperoleh dari berbagai pengalaman dan interaksinya dengan orang lain” (Sobur, 2003:507).

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa konsep diri merupakan salah satu aspek atau bagian dari diri. Konsep dirilah yang memberikan gambaran tentang diri kita sendiri apakah baik atau buruk, cerdas atau bodoh, berhasil atau gagal dan sebagainya yang meliputi fisik, sosial, emosional dan intelektual.

b. Fungsi Konsep Diri

Konsep diri memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia akan menjalani kehidupan sebagaimana diri yang dimilikinya. Peranan konsep diri menurut Falker yaitu:

1) Self –concept as maintainer of inner consistency. konsep diri memainkan peranan dalam memperlibatkan keselarasan batin seseorang.

2) Self –concepr as interpretation of experience, konsep diri menentukan bagaimana individu memberikan penafsiran atau pengalamannya.

3) Self-concept as set of expectation, konsep diri juga berperan sebagaimana pengharapan individu. (Desmita, 2009:176)

(31)

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa konsep diri berperan dalam mempertahankan keselarasan batin bagi sesorang.

Individu senantiasa berusaha untuk mempertahankan keselarasan batinnya. Konsep diri menentukan bagaimana individu memberikan penafsiran atas pengalamannya maksudnya adalah sikap individu sangat mempengaruhi dirinya dalam menafsirkan pengalamannya.

Setiap individu akan menafsirkan pengalamannya secara berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya, karena individu memiliki sikap dan pandangan yang berbeda terhadap diri mereka.

Konsep diri sebagai harapan maksudnya adalah pengharapan merupakan inti dari konsep diri, jika konsep dirinya positif, maka harapannya akan berbuah positif juga. Sikap dan pandangan yang negatif terhadap kemampuan diri menyebabkan individu menetapkan tiitik harapan yang rendah. Titik tolak yang rendah menyebabkan individu tidak mempuyai motivasi yang tinggi dan begitu juga sebaliknya.

c. Dimensi-dimensi Konsep Diri

Konsep diri terbentuk dari beberapa dimensi yang ada dalam diri individu. Calhoun dan Acocella mengatakan konsep diri terdiri dari tiga dimensi, yaitu:

1) Pengetahuan

Pengetahuan adalah apa yang individu ketahui tentang dirinya. Individu didalam benaknya terdapat satu daftar yang menggambarkan dirinya, kelengkapan atau kekurangan fisik, usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan, agama, dan lain-lain

2) Harapan

Pada saat tertentu, seseorang mempunyai satu pandangan tentang dirinya. Individu juga mempunyai satu pandangan lain yaitu tentang kemungkinan diri menjadi apa dimasa depan. Pendeknya, individu mempunyai harapan bagi dirinya sendiri untuk menjadi diri yang ideal.

(32)

3) Penilaian

Didalam penilaian, individu berkedudukan sebagai penilaian tentang dirinya sendiri. (Gufron dan Risnawati, 2010: 17-18).

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwasanya dimensi konsep diri itu terdiri atas pengetahuan, harapan dan penilaian.

Pengetahuan berarti apa yang individu ketahui tentang dirinya.

Harapan yaitu sesuatu yang diharapkan yang dilakukan oleh dirinya.

Penilaian yaitu individu berusaha untuk menilai dirinya sendiri.

Kemudian Paul J. Centi mengemukakan dimensi konsep diri sebagai berikut:

Konsep diri terdiri bagaimana kita melihat diri kita sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan. Penglihatan kita atas diri sendiri disebut gambaran diri (self- image). Perasaan kita atas diri sendiri merupakan penilaian kita atas diri sendiri (self evaluation). Harapan kita atas diri kita sendiri menjadi cita –cita diri (self ideal). (Centi, 2006: 9)

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwasanya dimensi konsep diri menurut Paul terdiri dari self image, self evaluation, self ideal, self image atau gambaran diri merupakan segala sesuatu yang dipikirkan seseorang tentang dirinya sebagai pribadi. Gambaran diri ini dibentuk berdasarkan apa yang dimilikinya. Apakah dengan konsep diri yang ia miliki ia akan mampu memenuhi harapan-harapan yang ada di dalam dirinya sendiri. Self Evaluation, berarti penilaian atas dirinya sendiri, maksudnya adalah Ia akan merasa senang apabila mampu meamnfaatkan konsep dirinya secara positif dan mampu beradaptasi dengan lingkungan masyarakat. Self ideal merupakan cita- cita diri atau dari yang diharapkan, yang terdiri dari hambatan, aspirasi, harapan dan keinginan diri menjadi manusia yang diimpikannya dimasa depan. Menurut Pudjijogyanti dimensi-dimensi konsep diri, adalah sebagai berikut:

(33)

1) Dimensi kognitif (cognitive dimention) dimensi ini berisi seperangkat pengetahuan tentang diri sendiri (deskripsi tentang diri), terlepas dari benar atau salah, didasarkan pada bukti-bukti obyektif. Misalnya yang berhubungan dengan penampilan fisik, seperti usia, jenis kelamin, warna kulit, berat badan, tinggi badan, kemampuan fisik, kondisi alat indra dan sebagainya. Pengetahuan yang berhubungan dengan diri psikis seperti: karakter, kecerdasan, bakat, prestasi, motivasi, minat, kebahagiaan, kecemasan dan sebagainya, pengetahuan tentang diri sosial seperti hubungan individu dengan teman-temannya, apakah ia merasa dibenci atau disenangi dan ditolak dalam pergaulan.

2) Dimensi persepsi atau cara pandang bagaimana individu tentang fisiknya dan hal yang berhubungan dengan psikisnya. Demikian bagaimana pula individu memandang dirinya dalam kaitannya dengan relasinya dengan orang lain.

3) Dimensi penilaian bagaimana individu menilai penampilan fisiknya apakah ia menerima dirinya atau menolak. Apakah ia memandang dirinya cantik atau jelek .

4) Dimensi harapan (espectation dimention) apakah individu mempunyai cita-cita atau tidak bagi masa depannya dan menjadi apa individu itu nantinya. (Syafwar, 2011: 169) Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa dimensi- dimensi konsep diri, yaitu pertama, dimensi kognitif yaitu seperangkat pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri, baik yang berhubungan dengan penampilan fisik, psikis dan sosial. Kedua dimensi afektif atau cara pandang yaitu dimensi yang berkaitan dengan cara individu memandang fisiknya, dan hal-hal yang berhubungan dengan psikisnya, termasuk cara individu memandang dirinya dalam kaitannya dengan interaksi dengan orang lain. Ketiga yaitu dimensi penilaian yaitu cara individu menilai penampilan fisiknya, psikis dan sosial apakah individu menerima dirinya apa adanya atau tidak, apakah individu menilai dirinya baik atau buruk. Terakhir, dimensi harapan yaitu apakah individu mempunyai cita-cita bagi masa depannya atau tidak dan ingin menjadi apa dirinya kelak.

(34)

d. Jenis-jenis Konsep Diri

Konsep diri terdiri atas konsep diri positif dan negatif. Mereka yang konsep diri Positif merasa bahwa dirinya berharga, disukai dan diterima orang lain. Mereka akan menjadi lebih percaya diri dan hal ini akan membantu mereka dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Inti dari konsep diri positif ini bahwa mereka menerima keadaan dirinya, sedangkan orang yang konsep dirinya negatif tidak bisa menerima dirinya, ia membenci dirinya sendiri dan tidak menghargai diri sendiri. Colhoun dan Acocella mengungkapkan bahwa:

Konsep diri dibagi menjadi konsep diri yang positif dan konsep diri yang negatif . Ciri konsep diri yang positif adalah yakin terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam mengatasi masalah, merasa sejajar dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, sadar bahwa setiap orang mempunyai keragaman perasaan, hasrat, dan perilaku yang tidak disetujui oleh masyarakat serta mampu mengembangkan diri karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang buruk dan berupaya untuk mengubahnya.

Sementara itu ciri konsep diri yang negatif adalah peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian, punya sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak disukai orang lain dan pesimistis terhadap kompetisi. (Gufron dan Risnawati, 2010:19) Berdasarkan kutipan tersebut dapat dipahami bahwasanya konsep diri itu ada bersifat positif dan negatif. Apabila konsep dirinya positif maka ia akan lebih mudah untuk mengenali dirinya dan lebih percaya diri, merasa sejajar dengan orang lain dan mau menerima masukan dan kritikan dari orang lain. Individu yang memiliki konsep diri positif akan lebih mudah untuk beradaptasi dengan lingkungannya.

Adapun konsep diri negatif yaitu individu tidak mampu mengenali dirinya dengan baik, tidak mau menerima kritkan sehingga individu tersebut sulit untuk beradaotasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Kemudian Brooks dan Emmert mengemukakan bahwa ada lima tanda orang yang memiliki konsep diri positif yaitu:

1) Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah

(35)

2) Ia merasa setara dengan orang lain 3) Ia menerima pujian tanpa rasa malu

4) Ia meyadari bahwa setiap orang mempunyai perasaan, keinginan dan prilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat

5) Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.(Syafwar, 2011:163).

Brooks dan Emmert juga mengemukakan bahwa ada lima tanda orang yang memiliki konsep diri negatif yaitu:

1) Tidak tahan dengan kritik yang diterimanya dan mudah marah, karena baginya kritikan sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Biasanya dalam berkomunikasi mereka cenderung untuk menghindari dialong terbuka, dan bersikap mempertahankan pendapatnya dengan logika yang keliru.

2) Responsif sekali terhadap pujian, walaupun mungkin berpura-pura menghindari pujian, namun ia tidak dapat menyembuyikan antusiasnya pada waktu menerima pujian.

3) Tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan kelebihan orang lain.

4) Cendrung mereka tidak disenangi orang lain dan tidak diperhatikan karena itu ia bereaksi sebagai musuh, senghingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan.

5) Bersikap pesimis terhadap kompentensi seperti terungkap dalam keinginannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. (Syafwar, 2011:165).

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa individu yang memiliki konsep diri yang positif yakin akan kemampuan yang dimilikinya untuk mengatasi masalah yang dihadapinya, akan merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap perilaku yang ditampilkan individu tidak selamanya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dan mampu memperbaiki dirinya sendiri dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya.

Berbeda dengan individu yang memiliki konsep diri negatif yang peka terhadap kritik yang seringkali dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya, responsif terhadap pujian, cenderung

(36)

merasa tidak disenangi orang lain sehingga individu tersebut akan bereaksi terhadap orang lain sebagai musuh serta individu yang memiliki konsep diri yang negatif akan bersikap pesimis terhadap kompetisi dan menganggap dirinya tidak berdaya untuk bersaing dengan orang lain.

e. Faktor yang mempengaruhi Konsep Diri

Ada beberapa hal yang mempengaruhi konsep diri individu, Alex Sobur menyebutkan ada empat faktor yang mempengaruhi konsep diri, faktor-faktor tersebut yaitu:

1) Self apraisal-viewing as an object

Istilah ini menujukkan suatu pandangan, yang menjadikan diri sendiri sebagai objek dalam komunikasi, atau dengan kata lain adalah kesan kita terhadap diri kita sendiri.

2) Reactions and respones of other

Konsep diri juga berkembang dalam rangkain interaksi kita dengan masyarakat. Oleh sebab iti konsep diri dipengaruhi oleh reaksi serta respon orang lain terhadap diri kita.

3) Roley you play-role taking

Bermain peran akan mempengaruhi konsep diri seseorang, adanya aspek peran yang kita mainkan sedikit banyak akan mempengaruhi konsep diri kita. Permainan peran inilah yang merupakan awal dari pengembangan konsep diri.

4) Reference group

Kelompok rujukan adalah kelompok yang menjadi anggota di dalamya. Jika kelompok ini kita anggap penting, dalam arti mereka dapat menilai dalam bereaksi pada kita, hal ini akan menjadi kekuatan untuk menentukan konsep diri.

(Sobur, 2003: 521)

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwasanya faktor- faktor yang mempengaruhi konsep diri, diantaranya adalah pertama, pandangan seseorang terhadap dirinya. Pandangan terhadap dirinya sendiri menganggap apakah dirinya mampu bersikap positif atau tidak.

Kedua, reaksi dan respon orang lain. Reaksi orang lain terhadap seseorang dapat dilihat dari penerimaannya, dihargai, disenangi, atau sebaliknya. Jika respon itu baik maka ia akan menerimanya, tetapi jika responnya buruk maka ia menolaknya. Ketiga, bermain peran waktu

(37)

kecil. Konsep diri akan dimulai berkembang saat seorang anak bermain peran, sehingga ia mulai memahami cara orang lain memandang dirinya. Keempat, kelompok rujukan. Kelompok rujukan dapat ditemui dalam pergaulan masyarakat.

f. Pengaruh Konsep Diri terhadap Perilaku Individu

Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku seseorang. Bagaimana seseorang memandang dirinya akan tercermin dari keseluruhan perilakunya. Berarti perilaku individu akan selaras dengan cara individu memandang dirinya sendiri.

Pujijogjanti mengatakan ada tiga peranan penting dari konsep diri sebagai penentuan perilaku yaitu:

1) Konsep diri berperan dalam mempertahankan keselarasan batin. Pada dasarnya individu selalu mempertahankan keseimbangan dalam kehidupan batinnya. Bila timbul perasaan, pikiran, dan presepsi yang tidak seimbang atau bahkan saling berlawanan, maka akan terjadi iklim psikologi yang tidak menyenangkan sehingga akan mengubah prilaku.

2) Keseluruahn sikap dan pandangan individu terhadap diri berpengaruh besar terhadap pengalamannya. Setiap individu akan memberikan penafsiran yang berada terhadap sesuatu yang dihadapi.

3) Konsep diri adalah penentu pengharapan individu. Jadi pengharapan adalah inti dari konsep diri. Konsep diri merupakan seperangkap harapan dan penilaian perilaku yang menunjuk pada harapan tersebut. Sikap dan pandangan negatif terhadap kemampuan diri menyebabkan individu menetapkan titik harapan yang rendah. Tidak ada yang rendah menyebabkan individu tidak mempunyai motivasi yang tinggi (Ghufron dan Risnawati, 2010: 18-19).

Berdasarkan ketiga peranan konsep diri tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep diri selain berperan sebagai pengharapan juga berperan sebagai sikap terhadap diri sendiri dan menyeimbang batin bagi individu. Hal ini sangat penting dalam diri individu.

Gambar

Tabel . IV.22  Tests of Normality

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, maka metode ini menunjukkan performa metode yang baik untuk analisis logam Pb pada tanah, daun, batang dan buah tomat; sehingga dapat

Data hasil uji pemodelan respon optimasi menunjukan bahwa pediksi nilai varabel bebas untuk mendapatkan nilai kekasaran permukaan yang baik adalah pada kecepatan putar

Telah mengajukan pindah ke salah satu lembaga TK terpilih dengan alasan mengikuti orang tua yang akan pindah tempat tinggal.. Bersama ini kami sertakan Buku

Interaksi dengan bakteri dapat terjadi pada sela jari kaki dengan gambaran klinis yang lebih berat dengan etiologi polimikroba disebut dengan dermatofitosis

Pada kenyataannya di Jawa Tengah khususnya di daerah Surakarta dalam kehidupan tari tradisi Surakarta terdapat dua gaya pokok yaitu gaya Kesunanan ( Pawiyatan ),

Kegiatan abdimas yang dilakukan adalah melakukan pendampingan kegiatan peningkatan kualitas masyarakat melalui strategi usaha (UMKM) dalam menghadapi pandemi covid 19 pada

Budiana Setiawan hadir melalui artikel yang membahas tentang kreativitas dan inovasi yang dila kukan oleh kalangan gerenasi muda terhadap kesenian tradisional dengan mengambil lokasi

Keuntungan utama mereka adalah biaya rendah (silikon vs tembaga), bandwidth sinyal yang luas dan kekebalan dari gangguan yang disebabkan oleh elektromagnetik radiasi, seperti