• Tidak ada hasil yang ditemukan

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Menimbang

Mengingat

PROVINS! JAWA TIMUR

PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 52 TAHUN 2021

TENTANG

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN INVENTARISASI DAN SENSUS BARANG MILIK DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR,

a. bahwa dalam rangka tertib administrasi penatausahaan dan pelaporan barang milik daerah serta berdasarkan ketentuan Pasal 476 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah perlu dilakukan inventarisasi barang milik daerah paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun;

b. bahwa untuk efektivitas dan akuntabilitas pelaksanaan inventarisasi barang milik daerah sebagaimana dimaksud perlu menyusun pedoman teknis dengan Peraturan Bupati;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Inventarisasi dan Sensus Barang Milik Daerah;

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan

Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 1950 Nomor 41) sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan

Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II

Surabaya dengan mengubah Undang-Undang Nomor 12

Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah

Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur dan

(2)

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Jogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3.

4.

Nomor 4286);

U ndang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang­

Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398);

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah

diubah beberapa kali terakhir dengan Pasal 176 Undang-

(3)

Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 142);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322);

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 157);

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 547);

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1781);

13. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 23 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2008 Nomor 3/A);

14. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 4 Tahun 2016

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kabupaten Blitar Tahun 2016-2021 (Lembaran Daerah

Kabupaten Blitar Tahun 2016 Nomor 4/E, Tambahan

(4)

Menetapkan

Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Nomor 10) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 7 Tahun 2017 ten tang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2016-2021 (Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Tahun 201 7 Nomor 7 / E, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Nomor 25);

15. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2016 Nomor 10/D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Nomor 17);

16. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2018 Nomor 12/E, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Blitar Nomor 37);

17. Peraturan Bupati Blitar Nomor 69 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Togas dan Fungsi serta Tata Kerja Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (Berita Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2016 Nomor 69/D) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati Blitar Nomor 84 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Nomor 69 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Togas dan Fungsi serta Tata Kerja Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (Berita Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2021 Nomor 84/D);

MEMUTUSKAN

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN TEKNIS

PELAKSANAAN INVENTARISASI DAN SENSUS BARANG

MILIK DAERAH.

(5)

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Blitar.

2. Bupati adalah Bupati Blitar.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Blitar.

4. Pengelola Barang Milik Daerah yang selanjutnya disebut Pengelola Barang adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Blitar.

5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah unsur pembantu Bupati dan DPRD dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.

6. Pejabat Penatausahaan Barang adalah Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Blitar.

7. Pengguna Barang adalah kepala SKPD.

8. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Blitar.

9. Barang Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BMD adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

10. Kuasa Pengguna BMD yang selanjutnya disebut Kuasa Pengguna Barang adalah kepala unit kerja atau pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.

11. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/ atau kegunaan BMD.

12. Penghapusan adalah tindakan menghapus BMD dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengelola Barang, Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.

13. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan BMD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

14. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan BMD.

15. Sensus BMD adalah kegiatan inventarisasi yang dilaksanakan secara

khusus dan menyeluruh untuk mendapatkan data BMD yang akurat.

(6)

16. Dokumen Kepemilikan adalah dokumen sah yang merupakan bukti kepemilikan atas BMD.

1 7. Kartu Inventaris Barang Milik Daerah yang selanjutnya disingkat KIB adalah daftar yang memuat seluruh data BMD menurut jenisnya.

BAB II

TUJUAN INVENTARISASI DAN SENSUS BMD Pasal 2

Pelaksanaan Inventarisasi dan Sensus BMD bertujuan untuk a. mewujudkan tertib administrasi pengelolaan BMD;

b. memberikan informasi yang tepat bagi perencanaan, penentuan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran, pemeliharaan, Penghapusan, pengendalian, pemanfaatan, dan pengamanan;

c. mengetahui secara pasti jumlah, status kepemilikan dan penggunaan BMD;

dan

d. sebagai bahan evaluasi data BMD pada SKPD.

BAB III

PELAKSANAAN INVENTARISASI DAN SENSUS BMD Bagian Kesatu

W aktu Pelaksanaan Pasal 3

(1) Pelaksanaan Inventarisasi BMD diatur dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Sekretariat DPRD, Sekretariat Daerah, dan Kecamatan dilaksanakan selama 2 (dua) bulan; dan

b. Badan dan Dinas dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan.

(2) Pelaksanaan Sensus BMD mengikuti ketentuan peraturan perundang­

undangan yang dilaksanakan serentak secara nasional.

Bagian Kedua

Objek Inventarisasi dan Sensus BMD Pasal 4

( 1) Objek Inventarisasi dan Sensus BMD meliputi :

a. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD; dan b. barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.

(2) Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:

a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;

b. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;

(7)

c. barang yang diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­

undangan; atau

d. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

Bagian Ketiga Tata Cara Pelaksanaan

Pasal 5

( 1) Pengelola Barang menyampaikan surat perihal jadwal pelaksanaan Inventarisasi dan Sensus BMD kepada masing-masing Pengguna Barang disertai dengan format-format yang dibutuhkan.

(2) Pengguna Barang melaksanakan Inventarisasi dan Sensus BMD sesuai denganjadwal sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Untuk kelancaran pelaksanaan Inventarisasi dan Sensus BMD, Pengguna Barang dapat membentuk tim yang mempunyai tugas melakukan pengecekan data barang yang ada dalam daftar inventaris BMD dengan a. keberadaan barang yang bersangkutan; dan

b. dokumen kepemilikan BMD.

(4) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tim mengelompokkan BMD ke dalam beberapa format, sebagai berikut:

a. barang yang tercatat dalam KIB dan fisiknya ada, dengan kondisi baik atau rusak ringan dicatat ke dalam daftar barang baik dan rusak ringan;

b. barang yang tercatat dalam KIB dan fisiknya ada, dengan kondisi rusak berat dicatat ke dalam daftar barang rusak berat;

c. barang yang tercatat dalam KIB dan fisiknya ada, tetapi diketahui milik pihak lain dicatat ke dalam daftar barang bukan milik Pemerintah Daerah;

d. barang yang tercatat dalam KIB tetapi fisiknya tidak ada, dicatat ke dalam daftar barang yang fisiknya tidak ada/barang dalam penelusuran;

e. barang yang tercatat dalam KIB tetapi fisiknya tidak ada karena hilang dicatat ke dalam daftar barang hilang;

f. barang yang tidak tercatat dalam KIB tetapi fisiknya ada, dicatat ke dalam daftar barang belum tercatat; dan

g. barang yang tercatat 2 (dua) kali/lebih dalam KIB dan fisiknya ada,

dicatat ke dalam daftar barang dobel catat.

(8)

(5) Format daftar pencatatan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 6

(1) Berdasarkan hasil pelaksanaan Inventarisasi dan Sensus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pengguna Barang menyampaikan laporan kepada Pengelola Barang paling lambat 2 (dua) minggu setelah berakhirnya pelaksanaan Inventarisasi dan Sensus BMD.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) terdiri dari :

a. surat pernyataan Pengguna Barang yang menyatakan telah melaksanakan Inventarisasi dan Sensus BMD;

b. buku inventaris barang sebelum pelaksanaan;

c. hasil inventarisasi dan sensus, berupa:

1. daftar barang baik dan rusak ringan;

2. daftar barang rusak berat;

3. daftar barang bukan milik Pemerintah Daerah;

4. daftar barang fisiknya tidak ada/dalam penelusuran;

5. daftar barang hilang;

6. daftar barang belum tercatat;

7. daftar barang dobel catat; dan

8. daftar rekapitulasi hasil Inventarisasi dan Sensus BMD.

Pasal 7

(1) Laporan hasil Inventarisasi dan Sensus BMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilakukan verifikasi oleh Tim Verifikasi yang dibentuk oleh Pejabat Penatausahaan Barang.

(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) bertugas melakukan verifikasi atas kebenaran laporan hasil Inventarisasi dan Sensus BMD yang disampaikan oleh Pengguna Barang.

(3) Apabila berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan oleh Tim Verifikasi

diketahui masih terdapat kekeliruan dan/atau kekurangan, maka laporan

dikembalikan kepada Pengguna Barang untuk dilakukan perbaikan.

(9)

BAB IV

TINDAK LANJUT HASIL INVENTARISASI DAN SENSUS BMD Pasal 8

( 1) Berdasarkan hasil laporan Pengguna Barang dan hasil verifi.kasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7, Pejabat Penatausahaan Barang melakukan penyesuaian pencatatan dalam aplikasi Sistem Informasi Manajemen BMD.

(2) Barang rusak berat, ditindaklanjuti dengan :

a. mengubah kondisi ke rusak berat apabila dalam KIB masih tercatat dalam kondisi baik atau rusak ringan; dan/ atau

b. diusulkan pemusnahan dan penghapusan.

(3) Barang bukan milik Pemerintah Daerah ditindaklanjuti dengan:

a. melakukan penelitian dokumen kepemilikan barang, berupa:

1. tanah dan/ atau bangunan, meliputi : a) sertifi.kat;

b) asal-usul perolehan;

c) bukti penyerahan;

d) penguasaan fisik; dan/atau e) izin persetujuan bangunan.

2. alat angkutan bermotor, meliputi:

a) buku pemilik kendaraan bermotor;

b) asal-usul perolehan;

c) bukti penyerahan; dan d) penguasaan fisik.

3. barang lainnya :

a) dokumen kepemilikan;

b) asal-usul perolehan;

c) bukti penyerahan; dan d) penguasaan fi.sik.

b. apabila berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa barang memang bukan milik Pemerintah Daerah, maka dilakukan penghapusan dari daftar BMD.

(4) Barang fi.sik tidak ada/dalam penelusuran, ditindaklanjuti dengan:

a. meneruskan laporan ke Inspektorat untuk dilakukan verifi.kasi terhadap penyebab tidak adanya fi.sik barang, hilang karena pencurian, atau ada unsur kelalaian, atau karena sebab yang lain;

b. penghapusan dari daftar BMD terhadap barang yang hilang karena

pencunan;

(10)

c. proses ganti kerugian apabila ditemukan unsur kelalaian;

d. di�akukan proses penarikan BMD apabila barang dikuasai/ dibawa oleh pegawai yang sudah pensiun atau pindah ke SKPD lain; dan

e. dibuatkan surat pernyataan dari Pengguna Barang yang menyatakan bahwa barang tidak diketahui keberadaanya, apabila barang tidak dapat ditelusuri keberadaannya.

(5) Barang hilang, ditindaklanjuti dengan verifikasi dokumen:

a. laporan kepolisian;

b. surat kronologis kehilangan;

c. surat pernyataan dari yang menghilangkan barang;

d. berita acara serah terima barang kepada yang menggunakan barang;

e. dokumentasi kejadian;

f. KIB ;

g. laporan kehilangan dari Pengguna Barang kepada Bupati;

h. hasil pemeriksaan Inspektorat; dan i. umur ekonomis barang.

(6) Barang belum tercatat, ditindaklanjuti dengan :

a. penelitian dokumen kepemilikan, surat penyerahan dan nilai barang;

b. melakukan penilaian terhadap barang yang belum diketahui nilainya;

c. melakukan penetapan nilai berdasarkan hasil penilaian; dan d. melakukan pencatatan ke dalam daftar inventaris BMD.

(7) Barang dobel catat, ditindaklanjuti dengan koreksi pencatatan yang

dituangkan dalam berita acara.

(11)

BABV

KETENTUAN PENUTUP Pasal 9

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Blitar.

Ditetapkan di Blitar _ __

al 2 S�t�iber 2021

���..._

AH

BERITA DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2021 NOMOR : 52 / Ill pada tanggal

2 S�t�iber 2021

pada tanggal

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadikan perubahan di segala bidang. Salah satu bidang yang mengalami perubahan yaitu bidang pendidikan. Pendidikan merupakan

Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif.

Melalui pemanfaatan pengaruh heterosis dan gen kombinasi sifat unggul dari sapi FH dan Ongole, maka persilangan sapi FH dan PO diharapkan dapat menghasilkan produksi susu

Selain adanya faktor tersebut ada pula keterkaitan yang dapat mempengaruhi adanya peta evaluatif dari sebuah pembangunan kota antara lain keterkaitan kontras ,

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19,

13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1965 Nomor 52, Tambahan Lembaran