• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERDA KAB. BADUNG NO. 1 TAHUN 2008 MENGENAI PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERDA KAB. BADUNG NO. 1 TAHUN 2008 MENGENAI PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERDA KAB

BADUNG NO. 1 TAHUN 2008 MENGENAI

PENANGGULANGAN HIV / DAN AIDS

TIM PENELITI :

1. Ni Made Ari Yuliatini Griadhi, SH., MH. (NIDN. 0019077901) 2. Nyoman Mas Aryani, SH., SE., MH. (NIDN. 0029087904)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2015

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA

1. Judul Penelitian : ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERDA KAB. BADUNG NO. 1 TAHUN 2008 MENGENAI PENANGGULANGAN HIV / DAN AIDS

2. Bidang Ilmu : Ilmu Hukum

3. Ketua Peneliti :

a. Nama lengkap : Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, SH., MH

b. NIP/NIDN : 0019077901

c. Pangkat/Gol : Penata Muda Tingkat 1 / III c d. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

e. Pengalaman penelitian : (terlampir dalam CV)

f. Program Studi/Jurusan : Ilmu Hukum / Hukum Tata Negara

g. Fakultas : Hukum

h. Alamat Rumah/HP : Jl. Antasura Gg. Cemara No. 1/081999759797 i. E-mail : ariyuliartini@yahoo.com

4. Pembimbing :

a. Nama Lengkap : Dr. I Gede Marhaendra Wija Atmaja, SH., M.Hum b. NIP/NIDN : 195811151986021001/0015115808

c. Pangkat/Gol : Pembina Tk. I / IVb d. Jabatan Fungsional : -

e. Pengalaman Penelitian : (terlampir)

f. Program Studi/Jurusan : Ilmu Hukum / Hukum Tata Negara

g. Fakultas : Hukum

5. Lokasi Penelitian : -

6. Biaya Penelitian : Rp. 9.000.000,- (sembilan juta rupiah) Denpasar, 13 Oktober 2015 Mengetahui,

Ketua Bagian Hukum Tata Negara Ketua Peneliti,

(Dr. I Gede Yusa, SH.,MH) (Ni Made Ari Yuliartini G., SH., MH) NIP. 196107201986091001 NIP. 19790719 200112 2 002

Mengetahui

Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana

(3)

RINGKASAN

Penelitian ini di dalamnya membahas tentang analisis yuridis terhadap Perda Kabupaten Badung No. 1 Tahun 2008 mengenai penanggulangan HIV/dan AIDS, dengan rumusan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah Peraturan Daerah Kabupaten Badung No.1 Tahun 2008 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS sudah memenuhi kriteria dari PerMenKes No.1 Tahun 2013 tentang Penanggulangan AIDS?

2. Hal Urgensi apa sajakah yang dimuat (grand design) dalam Peraturan Daerah Kabupaten Badung terkait Penanggulangan HIV dan AIDS untuk memenuhi kualifikasi sebagai Peraturan Perundang-undangan yang baik untuk menanggulagi HIV dan AIDS di Kabupaten Badung?

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yaitu merupakan penelitian hukum normatif yang mengkaji sumber hukum primer yaitu PERMENKES No.21 Tahun 2013 serta PERDA No.1 Tahun 2008, serta menganalisis sumber hukum sekunder berupa tulisan serta literatur yang terkait dengan permasalahan diatas dan menggunakan sumber hukum tersier untuk melengkapi analisis permasalahan, dan akhirnya menarik suatu kesimpulan.

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

RINGKASAN ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

BAB III METODE PENELITIAN ... 10

BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN ... 13

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

(5)

BAB I PENDAHULUAN

Wujud keseriusan dari Pemerintah pusat terhadap urgensi penanggulangan AIDS dengan diterbitkannya PERMENKES No. 21 Tahun 2013 serta dibentuknya Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) yang bertujuan untuk :

a. Melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan AIDS berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau strategi global pencegahan dan penanggulangan AIDS yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa;

b. Meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap bahaya AIDS dan meningkatkan penceggahan dan/atau penanggulangan AIDS secara lintas sektor, menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi.

Kasus kumulatif HIV/AIDS di Kab Badung dilaporkan 744 terdiri atas 380 HIV dan 384 AIDS dengan 70 kematian. Sedangkan di Kota Denpasar tercatat 1.284. Angka-angka ini hanya sebagian dari kasus yang ada di masyarakat karena tidak ada cara yang konkret untuk mendeteksi kasus HIV/AIDS di masyarakat. Epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es. Kasus yang terdeteksi hanyalah bagian kecil (digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut) dari kasus yang ada di masyarakat (digambarkan sebagai bongkahan es di bawah permukaan air laut). Kondisi riil pertama, di masyarakat Kab Badung dan Kota Denpasar ada penduduk yang sudah mengidap HIV/AIDS tapi tidak terdeteksi. Mereka ini bisa laki-laki atau perempuan. Laki-laki akan menjadi mata rantai penyebaran HIV secara horizontal antar penduduk, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Yang perempuan akan menularkan HIV kepada bayi yang dikandungnya secara vertikal.1

Kabupaten Badung sendiri telah memiliki Perda mengenai penanggulangan HIV/AIDS yaitu Perda No. 1 Tahun 2008 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS. Apabila dicermati secara substantif Perda

1

(6)

tersebut, upaya penanggulangan yang diupayakan sangat minim dan kesannya tidak bersungguh-sungguh dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS, padahal seperti yang kita ketahui, bahwa kasus penyebaran penyakit ini sangat berbahaya terutama Kabupaten Badung yang sangat riskan terkontaminir dengan kasus ini.

Atas dasar tersebutlah kami ingin melakukan penelitian terkait dengan Perda tersebut dalam konteks analisis yuridisnya.

Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 1 Tahun 2008 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS sudah memenuhi kriteria dari PerMenKes No 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan AIDS?

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Peraturan Perundang-undangan Yang Baik

Dalam ilmu perundang-undangan, dikenal tiga dasar agar hukum mempunyai kekuatan berlaku secara baik yaitu mempunyai dasar yuridis, sosiologis dan filosofis. Ketiga dasar tersebut sangat penting untuk mengukuhkan kaidah yang tercantum dalam peraturan perundangan menjadi sah secara hukum (legal validity) dan berlaku efektif karena dapat diterima masyarakat secara wajar dan berlaku untuk jangka waktu yang panjang.2

Menurut Manan, dasar yuridis dimaksud sangat penting dalam pembuatan peraturan perundang-undangan karena akan menunjukkan;3

Pertama, keharusan adanya kewenangan dari pembuat peraturan perundang-undangan. Setiap peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh badan atau pejabat yang berwenang. Kalau tidak, peraturan perundang-undangan itu batal demi hukum (van rechtswegenietig). Dianggap tidak pernah ada dan segala akibatnya batal secara hukum. Misalnya, Peraturan Daerah dibuat oleh DPRD dan Kepala Daerah. Setiap Peraturan Daerah yang tidak merupakan produk bersama DPRD dan Kepala Daerah adalah batal demi hukum.

Kedua, keharusan adanya kesesuaian bentuk atau jenis peraturan perundang-undangan dengan materi yang diatur, terutama kalau diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan tingkat lebih tinggi atau sederajat. Ketidaksesuaian bentuk ini dapat menjadi alasan untuk membatalkan peraturan perundang-undangan tersebut. Misalnya, kalau UUD 1945 atau Undang terdahulu menyatakan bahwa sesuatu diatur dengan Undang-Undang, maka hanya dengan bentuk Undang-Undang hal itu diatur. Kalau hal tersebut diatur dengan bentuk lain misalnya dengan Peraturan Daerah, maka Peraturan Daerah tersebut dapat dibatalkan (vernietigbaar). Hal mana sejalan

2

Hans Kelsen, General Theory of La w and State, Russell and Ruseell, New York. 1973, p. 29.

3

(8)

dengan pendapat W. Zevenbergen bahwa setiap kaidah hukum harus memenuhi syarat-syarat pembentukannya (op de vereischte wijze is not stand gekomen).

Ketiga, keharusan mengikuti tata cara tertentu. Apabila tata cara tersebut tidak diikuti, peraturan perundang-undangan mungkin batal demi hukum atau tidak/belum mempunyai kekuatan hukum mengikat. Peraturan daerah dibuat oleh DPRD dengan persetujuan Kepala Daerah. Kalau ada Peraturan Daerah tanpa (mencantumkan) persetujuan Kepala Daerah, maka batal demi hukum. Kalau Peraturan Daerah disyaratkan untuk dimuat dalam lembaran daerah sebagai syarat mempunyai kekuatan mengikat, maka Peraturan Daerah tersebut hanya mempunyai kekuatan mengikat kalau telah dimuat dalam Lembaran Daerah.

Keempat, keharusan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya. Suatu Undang-Undang tidak boleh mengandung kaidah yang bertentangan dengan UUD. Begitu pula seterusnya sampai pada peraturan perundang-undangan yang tingkat lebih bawah.4

Dasar berlaku secara sosiologis artinya mencerminkan kenyataan hidup dalam masyarakat. Dalam suatu masyarakat industri, hukumnya harus sesuai dengan kenyataan-kenyataan yang ada dalam masyarakat industri tersebut. Kenyataan itu dapat berupa kebutuhan atau tuntutan atau masalah-masalah yang dihadapi seperti masalah-masalah perburuhan, hubungan majikan dan buruh, dan sebagainya. Dasar sosiologis ini diharapkan peraturan perundang-undangan yang dibuat akan diterima secara wajar bahkan spontan. Dengan itu suatu peraturan perundang-undangan mempunyai daya berlaku efektif dan tidak banyak memerlukan pengerahan institusional untuk melaksanakannya. Kenyataan yang hidup dalam masyarakat termasuk pula kecenderungan dan harapan-harapan masyarakat. Tanpa kedua faktor tersebut, peraturan perundang-undangan hanya sekedar merekam keadaan seketika (sekedar moment opname). Keadaan seperti ini akan menyebabkan kelumpuhan peranan hukum. Hukum akan tertinggal dan dinamika masyarakat. Bahkan

4

(9)

peraturan perundang-undangan akan menjadi konservatif karena seolah-olah mengukuhkan kenyataan yang ada. Hal ini bertentangan dengan sisi lain dari peraturan perundang-undangan yang diharapkan mengarahkan perkembangan masyarakat. Bagaimanakah berlakunya peraturan perundang-undangan dengan dasar filosofis? Setiap masyarakat selalu mempunyai “rechtsidee” yaitu apa yang mereka harapkan dari hukum, misalnya untuk menjamin keadilan, ketertiban, kesejahteraan, dan sebagainya. Rechtsidee atau cita hukum tersebut tumbuh dari sistem nilai mereka mengenai baik dan buruk, pandangan mereka mengenai hubungan individual dan kemasyarakatan, tentang kebendaan, tentang kedudukan wanita, tentang dunia gaib dan lain sebagainya. Semuanya itu bersifat filosofis, artinya menyangkut pandangan mengenai inti atau hakekat sesuai. Hukum diharapkan mencerminkan sistem nilai tersebut baik sebagai sarana yang melindungi nilai-nilai maupun sebagai sarana mewujudkannya dalam tingkah laku masyarakat. Nilai-nilai ini ada yang dibiarkan dalam masyarakat sehingga setiap pembentukan hukum atau peraturan perundang-undangan harus dapat menangkapnya setiap kali akan membentuk hukum atau peraturan perundang-undangan. Tetapi ada kalanya sistem nilai tersebut telah terangkum secara sistimatik dalam suatu rangkuman baik berupa teoni-teori filsafat maupun dalam doktrin-doktrin filsafat resmi seperti Pancasila. Dengan demikian, setiap pembentukan hukum atau peraturan perundang-undangan sudah semestinya memperhatikan sungguh-sungguh “rechtsidee” yang terkandung dalam Pancasila.

(10)

Perancangan suatu penaturan perundang-undangan harus memperhatikan secara cermat, keempat unsur (dasar yuridis, sosiologis dan filosofis, dan teknik perancangan) tersebut. Keempat unsur tersebut terbagi dalam dua kelompok utama dan sekaligus sebagai tahapan perancangan peraturan perundang-undangan, yaitu: 1) tahap penyusunan Naskah Akademik; dan 2) tahap perancangan, mencakup aspek-aspek prosedural dan kemahiran penulisan rancangan. Kedua hal tersebut akan dijelaskan tersendiri agar dapat dipahami secara baik.

2. Peraturan yang Memiliki Efektivitas yang Baik Apabila Diterapkan dalam Masyarakat

Kata efektivitas berasal dari kata dasar efektif dalam bahasa Latin “efficere” yang mengandung arti menimbulkan, mencapai hasil. Efektivitas lebih mengarah pada nuansa hasil (hasil guna, doeltreffendheid). Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, efektivitas diartikan sebagai hasil akibat, dalam keadaan berhasil atau sesuatu yang dapat menghasilkan atau membuahkan, mengakibatkan.5 Dengan demikian efektivitas dimaknakan sebagai suatu usaha dilakukan untuk mencapai hasil sebesar-besarnya, dengan menggunakan waktu, energi, serta sumberdaya yang sekecil-kecilnya.6

Para pakar hukum dan sosiologi hukum memberikan pendekatan tentang makna efektivitas sebuah hukum beragam, bergantung pada sudut pandang yang dibidiknya. Soerjono Soekanto berbicara mengenai derajat efektivitas suatu hukum ditentukan antara lain oleh taraf kepatuhan warga masyarakat terhadap hukum, termasuk para penegak hukumnya. Sehingga dikenal suatu asumsi, bahwa: ”Taraf kepatuhan hukum yang tinggi merupakan suatu indikator berfungsinya suatu sistem hukum. Dan berfungsinya hukum merupakan pertanda bahwa hukum tersebut telah mencapai tujuan hukum,

5

WJ.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1975, hlm. 16.

6

(11)

yaitu berusaha untuk mempertahankan dan melindungi masyarakat dalam pergaulan hidup”.7

Dalam kehidupan masyarakat akan selalu terdapat hubungan atau interaksi sosial. Dalam hubungan tersebut, ada suatu aturan sebagai pedoman yang dipatuhi/ditaati yang mengatur hubungan atau pergaulan unsur-unsur sosial yang ada dalam struktur masyarakat dengan bertujuan untuk mencapai kedamaian hidup antar pribadi, yang meliputi ketertiban, keserasian dan ketentraman hidup. Warga masyarakat tidak akan mungkin hidup teratur tanpa hukum, karena norma-norma berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia akan keteraturan dan ketentraman secara tuntas.8

Dalam hubungannya dengan kaedah hukum, dikenal adanya pola interaksi sosial sebagai berikut :9

a. Pola tradisional integrated group : interaksi sosial terjadi apabila warga-warga masyarakat berperilaku atas dasar kaedah-kaedah dan nilai-nilai yang sama sebagaimana diajarkan oleh warga masyarakat lainnya. Interaksi ini tampak (terutama pada masyarakat sederhana) dimana para warga berperilaku menurut adat-istiadatnya. Dalam hal ini karena kaedah hukum yang berlaku sudah melembaga dalam masyarakat, kaedah-kaedah tersebut mempermudah interaksi diantaranya.

b. Pola public: interaksi sosial terjadi apabila warga-warga masyarakat berperilaku atas dasar pengertian-pengertian yang sama yang diperoleh dari komunikasi langsung. Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh penguasa, berlaku bagi seluruh masyarakat dalam wilayah negara.

c. Pola audience: interaksi sosial terjadi apabila warga-warga masyarakat berperilaku atas dasar pengertian-pengertian yang sama yang diajarkan oleh suatu sumber secara individual, yang disebut sebagai “propagandist”. Kaedah-kaedah yang berlaku dalam suatu golongan politik sosial tertentu.

7

Soejono Soekanto, Sosiologi ; Suatu Pengantar, Rajawali Pres, Bandung, 1996, hlm. 62.

8

Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Perihal Kaedah Hukum, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 86-87.

9

(12)

d. Pola crowd: interaksi sosial terjadi apabila warga-warga masyarakat berperilaku atas dasar perasaan yang sama dan keadaan fisik yang sama. Perilaku yang terjadi (misalnya perkelahian pelajar) pada suatu kerumunan dan dalam waktu tertentu. Rahardjo menyatakan dengan tegas bahwa bekerjanya hukum dalam masyarakat tidak serta merta dan terjadi begitu saja, hukum bukanlah hasil karya pabrik, yang begitu keluar langsung dapat bekerja, melainkan memerlukan beberapa langkah yang memungkinkan ketentuan (hukum) tersebut dijalankan atau bekerja.

Dalam teori-teori hukum tentang berlakunya hukum sebagai kaidah biasanya dibedakan menjadi tiga macam hal. Hal berlakunya kaidah hukum biasanya disebut “gelding” (bahasa Belanda) “geltung” (bahasa Jerman). Tentang hal berlakunya kaidah hukum, dikenal tiga dasar agar hukum mempunyai kekuatan berlaku secara baik yaitu mempunyai dasar yuridis, sosiologis dan filosofis. Ketiga dasar tersebut sangat penting untuk mengukuhkan kaidah yang tercantum dalam peraturan perundangan menjadi sah secara hukum (legal validity) dan berlaku efektif karena dapat diterima masyarakat secara wajar dan berlaku untuk jangka waktu yang panjang.10

Lawrence Friedman,11 menyebut tiga aspek dalam (penegakan) hukum yaitu: (1) Content of Law, (2) Structure of Law dan (3) Culture of Law. Dalam mengukur efektifas suatu peraturan, ketiga aspek ini perlu dianalisis secara komprehensif. Ann Seidman, et all,16 mengemukakan teori ROCCIPI untuk mengevaluasi efektivitas suatu peraturan. ROCCIPI terdiri 7 kategori yakni : Rule (Peraturan), Opportunity (Kesempatan), Capacity (Kemampuan),

Communication (Komunikasi), Interest (Kepentingan), Process (Process) dan

Ideology (Ideologi). Dalam mengevaluasi efektivitas Perda penanggulangan HIV dan AIDS, teori ROCCIPI dapat digunakan sebagai berikut :

a. Rule-Peraturan menyangkut apakah pengaturan tentang penanggulangan HIV dan AIDS sudah jelas dan lengkap? Adakah konflik norma dalam pengaturan tersebut?

10

Sucipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm.70.

11

(13)

b. Opportunity-Kesempatan menguraikan lingkungan dan kondisi sosial yang mempengaruhi penularan dan pencegahan HIV. Melalui analisis tentang kesempatan dapat diketahui, apakah Perda tentang pencegahan dan penanggulangan HIV sudah urgen untuk dibuat, ataukah sudah terlambat?

c. Capacity-Kemampuan, menyangkut ketersediaan dan penggunaan sumber

daya yang menjadi penyebab tumbuh-kembangnya HIV atau penyebab berhasil-tidaknya penanggulangan HIV, seperti: dana, obat-obatan dan tenaga kesehatan.

d. Communication-Komunikasi adalah menyangkut sosialisasi tentang

faktor pemicu, faktor penyebab dan/atau faktor penghambat tumbuh-kembang dan penanggulangan HIV, baik sebelum, selama maupun setelah Perda dibentuk.

e. Interest-Kepentingan untuk menguraikan tentang kepentingan dan

manfaat jika membentuk Perda. Suatu peraturan akan didukung dan dipatuhi jika masyarakat berkepentingan dan mendapatkan manfaat. Misalnya, disatu sisi hasil penelitian menyimpulan bahwa pelacuran, baik langsung maupun tidak langsung adalah penyebab tumbuh-kembangnya HIV tetapi solusi yang ditawarkan tidak memperhatikan kepentingan para pelaku peran, seperti pekerjaan dan penghasilan penjaja seks.

f. Process-.Proses menguraikan tentang bagaimana Perda dibuat. Bagaimana

mekanisme kelembagaan dan koordinasi antar instansi yang mendorong atau menghambat penanggulangan HIV.

g. Ideology-Ideologi, dapat menjadi penyebab tumbuh-kembangnya HIV

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten melalui proses penelitian tersebut perlu diadakan analisa dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah.12

1. Pendekatan Masalah

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian hukum normatif yang dibatasi oleh rumusan masalah, obyek yang diteliti dan tradisi keilmuan hukum itu sendiri.13 Pendekatan yang digunakan dalam menjawab permasalahan yang diajukan adalah pendekatan perjanjian Internasional dan perundang-undangan (statue approach), pendekatan historis, pendekatan konsep dan perundang-undangan (comparative approach).14

Sebagaimana dikemukakan oleh Soejono Soekanto bahwa penelitian hukum normatif mencakup :15

1. Penelitian terhadap asas-asas hukum 2. Penelitian terhadap sistematika hukum 3. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum 4. Penelitian sejarah hukum

5. Penelitian perbandingan hukum

Dalam penelitian ini lebih condong kepada penelitian terhadap asas-asas hukum serta sistematika hukum terkait dengan peng implementasiannya.

12

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 1985, Penelitian Hukum Normatif-Suatu Tinjauan Singkat,Rajawali Press, Jakarta, hal. 1.

13

Philipus M Hadjon, Pengkajian Lima Hukum Dogmatik (Normatif) ,Yuridika, Nomor 6, Tahun OX, Fakutas Hukum Unair Surabaya, November-Desember 1994, Hlm.l

14

Philipus M Hadjon, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik (Normatif), Yuridika, Nomor 6, Tahun IX, Fakutas Hukum Unair Surabaya, November-Desember 1994, Hlm. 1

15

(15)

2. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Data yang diperoleh dan diolah dalam penelitian hukum normatif adalah jenis data sekunder yang dalam penelitian ini dijadikan bahan utama.16 Data ini diperoleh dari sumber kepustakaan. Macam data hukum dalam penelitian ini antara lain :

a. Bahan Hukum Primer : yaitu bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari norma atau kaedah dasar, peraturan dasar, peraturan-peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan terhadap HIV dan AIDS yaitu PERMENKES No 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan AIDS serta secara khusus yaitu Perda No.1 Tahun 2008 Kabupaten Badung tentang Perlindungan HIV dan AIDS serta peraturan-peraturan terkait lainnya.

b. Bahan hukum sekunder : yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang ada sehingga dapat dilakukan analisis dan pemahaman yang lebih mendalam, yang terdiri atas:17

1. Penjelasan dari peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai bahan hukum primer;

2. Buku-buku literatur atau bacaan yang menjelaskan Penanggulangan HIV dan AIDS

3. Hasil-hasil penelitian tentang HIV dan AIDS 4. Kasus-kasus yang ada di berbagai laporan.

5. Pendapat ahli yang berkompeten dengan penelitian penulis 6. Artikel atau tulisan dan para ahli

7. Sarana elektronika yang membahas tentang Penanggulangan HIV dan AIDS.

16

Soejono dan H. Abdurahman, op.cit., h.57

17

(16)

c. Bahan hukum tersier : bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan tambahan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang terdapat dalam penelitian yaitu : 18

1. Kamus Bahasa Indonesia 2. Kamus Hukum

3. Kamus Ilmiah Populer

3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum yang dilakukan adalah dengan cara menggali kerangka normatif menggunakan buku-buku yang membahas Penanggulangan HIV dan AIDS.

a. Bahan Hukum Primer didapat dengan cara :

Mempelajari ketentuan-ketentuan mengenai penanggulangan HIV dan AIDS.

b. Bahan Hukum Sekunder didapat dengan cara :

1. Mengutip penjelasan dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan

2. Menelusuni pendapat para ahli hukum dan para ahli yang berkompeten dalam penelitian penulis yang ada di buku-buku pustaka.

3. Melakukan akses di internet atau tulisan artikel yang berkaitan.

4. Metode Analisis Bahan Hukum

Berbagai informasi dan bahan yang diperoleh kemudian akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis isi (content analysis),19 artinya penelitian ml ingin menganalisis secara yuridis substansi peraturan Perundang-Undangan Perda No. I Tahun 2008 Kabupaten Badung Tentang Penanggulangan HIV dan AIDS.

18

Ibid, h. 56

19

(17)

BAD IV PEMBAHASAN

A. Peratnran Daerah Kabupaten Badung No. 1 Tahun 2008 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS belum memenuhi kriteria dari PerMenKes No 21 Tahun 2013 tentang Penanggnlangan AIDS

Penyakit HIV/AIDS di negara berkembang termasuk di Indonesia sangat sulit untuk dikontrol penyebarannya. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah penyakit yang membuat tubuh sulit untuk melawan penyakit menular. HIV (Human Immunodeficiency Virus)

menyebabkan AIDS dengan menginfeksi dan merusak bagian dan pertahanan tubuh (limfosit) yang merupakan jenis sel darah putih dalam sistem kekebalan tubuh (berfungsi untuk melawan infeksi). Penyakit HIV/AIDS dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh seseorang yang terinfeksi virus. Sektor pariwisata memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian suatu negara. Selain itu, jumlah kunjungan wisatawan di daerah pariwisata juga dapat dikatakan memiliki suatu keterkaitan dengan pergerakan penyebaran penyakit HIV/ AIDS.

Dibeberapa kota besar pencegahan dan pengobatan dalam penanggulangan HIV/AIDS pada umumnya masih jauh dari harapan penanggulangan HIV/AIDS, sehingga berdampak pada meningkatnya orang terinfeksi dari tahun ke tahun. Sedangkan kasus HIV/AIDS di Indonesia sudah lebih dari dua dekade akan tetapi jumlah orang terinfeksinya terus meningkat. Kondisi tersebut disebabkan pencegahan dan perawatan di Indonesia belum terintegrasi dengan baik, sebagai contoh belum meratanya kapasitas lembaga-lembaga swadaya masyarakat dalam melakukan pencegahan dan belum terciptanya layanan yang kompherensif dan terintegrasi (IMS,VCT,CD4, ARV).20

20

(18)

Melihat kondisi diatas dapat kita lihat beberapa hal yang harus ditanggulangi bersama (1) status kualitas pencegahan dan pengobatan, (2) status sistem penanggulangan HIV/AIDS, (3) status pengetahuan dan kesadaran masyarakat, (4) status penataan institusi dan peraturan yang berhubungan dengan penanggulangan HIV/AIDS. Kondisi pertama : tentang status kualitas pencegahan dan pengobatan, kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan sebab pencegahan dan perawatan saling berhubungan. Misalnya : pencegahan dampak buruk pada odha yang membutuhkan perawatan Kondisi kedua : tentang status sistem penanggulangan HIV/AIDS, pada beberapa daerah belum terbangun sistem penanggulangan HIV/AIDS. Pada kondisi tersebut pencegahan dan pengobatan pada daerah yang belum memiliki sistem tersebut akan terjadi peningkatan kasus-kasus baru HIV/AIDS di daerah tersebut, hal ini dikarenakan pemerintah daerah tidak dapat memonitoring laju epidemi HIV/AIDS di daerah tersebut. Pada daerah yang sudah mempunyai sistem penanggulangan HIV/AIDS juga masih banyak kekurangan antar institusi terkait, hal ini dikarenakan kurang koordinasi diantara institusi yang berhubungan dengan penanggulangan HIV/AIDS. Kondisi ketiga : tentang status pengetahuan dan kesadaran masyarakat. Masyarakat adalah bagian penting dari strategis dalam penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Karena masyarakat dapat menjadi objek sebagai dampak HIV/AIDS sekaligus dapat menjadi subjek sebagai pelaku penanggulangan HIV/AIDS. Sehubungan dengan peran masyarakat sebagai subjek status pengetahuan dan kesadaran HIV/AIDS pada masyarakat perlu ditingkatkan.21

Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 1 Tahun 2008 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS belum memenuhi kriteria dari PerMenKes No 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan AIDS, ada beberapa hal yang dilakukan segera perubahan perda tersebut dan adanya sinkronisasi dengan Permenkes tentang penganggulangan AIDS, seperti sebagai berikut :

21

(19)

1. Meningkatkan advokasi, sosialisasi, dan pengembangan kapasitas, Meningkatkan kemampuan manajemen dan profesionalisme dalam pengendalian HIV-AIDS dan IMS, Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pengendalian HIV-AIDS dan IMS., Meningkatkan jangkauan pelayanan pada kelompok masyarakat berisiko tinggi, daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan serta bermasalah kesehatan, Mengutamakan program berbasis masyarakat, Meningkatkan jejaring kerja, kemitraan dan kerja sama, Mengupayakan pemenuhan kebutuhan sumber daya, Mengutamakan promotif dan preventif, Memprioritaskan pencapaian sasaran MDG’s, komitmen nasional dan internasional. 2. Aspek Legal Advokasi Sosialisasi dan KIE Pengembangan SDM

Jejaring Kerja dan Pertisipasi Masyarakat Logistik Pengamanan Darah Donor dan Produk Darah Pengendalian IMS Pengurangan Dampak Buruk Pencegahan Penularan HIV dan Ibu ke Anak Kewaspadaan Standar Konseling dan Tes HIV Perawatan, Dukungan dan Pengobatan Kolaborasi TB-HIV Surveilans Epidemiologi & Sisitem Informasi Monitoring dan Evaluasi Sistem Pembiayaan Kegiatan Pengendalian HIV-AIDS & IMS. 3. Pendidikan pencegahan Pencegahan Melalui Transmisi Seksual

(20)

4. Pengembangan SDM & Kewaspadaan Standar Standarisasi kurikulum dan modul program HIV/AIDS dan IMS Pelatihan TOT terkait HIV/AIDS dan IMS untuk Pelatihan Pengurangan Stigma dan Diskriminasi Pelatihan untuk penyedia pelayanan, KDS, Komunitas dan Stakeholder terkait penyusunan pedoman Kewaspadaan Standar, berkoordinasi dengan Direktorat BUK Dasar Semua tindakan medis yang invasif harus menerapkan prinsip kewaspadaan standar.

5. Jejaring Kerja & Partisipasi Masyarakat Melakukan koordinasi bersama KPAN/KPAP/KPAKab/kota Melibatkan masyarakat, LSM, kelompok populasi kunci dalam pelaksanaan program pengendalian HIV- AIDS dan IMS (mis. dalam monitoring ARV, LKB) Melibatkan organisasi profesi dalam pelaksanaan program pengendalian termasuk Dokter Praktek swasta Melibatkan penyedia pelayanan baik pemerintah, swasta, dan organisasi masyarakat lainnya dalam pelayanan IMS dan HIV/AIDS.

6. Logistik Pengalihan seniralisasi pengelolaan ARV menjadi desentralisasi serta terintegrasi dengan “One Gate Policy” Perencanaan kebutuhan obat dan reagen pemeriksaan terkait HIV-AIDS dan IMS Menjamin ketersediaan obat ARV bagi odha yang membutuhkan (100% linil) Penyediaan obat IO dan IMS, serta reagen pemeriksaan HIV dan IMS untuk layanan (sesuai SE Dirjen PPPL maks hanya 40%) Standarisasi dan Penyediaan alat pemeriksa CD4 dan VL beserta reagennya.

(21)

dan rujukan sesuai dengan kemampuan. Kabupaten/Kota melakukan penyelenggaraaan berbagai upaya pengendalian dan penanggulangan HIV dan AIDS; menyelenggarakan penetapan situasi epidemik HIV tingkat kabupaten/kota; menjamin ketersediaan fasyankes primer dan rujukan sesuai dengan kemampuan; menyelenggarakan sistem pencatatan, pelaporan dan evaluasi.

B. Hal urgensi yang dimuat dalam Peraturan Daerah Kabupaten Badung terkait Penanggulangan HIV dan AIDS untuk memenuhi kualifikasi sebagai peraturan Perundang-Undangan yang baik untuk menanggulangi HIV dan AIDS di Kabupaten Badung

Dalam proses pembentukan peraturan hukum, selalu terdapat dilema antara kepentingan masyarakat dan kepentingan perseorangan. Seringkali harus dipertimbangkan kepentingan mana yang dirasakan lebih berat. Dalam sistim Demokrasi, hak asasi seseorang harus diindahkan, namun hak asasi ini tidaklah berarti bersifat mutlak. Pembatasan dari hak asasi seseorang adalah hak asasi orang lain didalam masyarakat itu. Jika ada pertentangan kepentingan, maka hak perorangan harus mengalah terhadap kepentingan masyarakat banyak.

Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan dalam perumusan tindakan strategis yang dapat dilakukan guna meningkatkan penanggulangan HIV/AIDS :

(22)

utama yang harus dilakukan. Secara teknis pemerintah daerah harus menyediakan dan meningkatkan sistem penanggulangan HIV/AIDS tersebut.

Strategi 2 : Menata institusi teknis pemerintah dan membuat peraturan. Instansi yang bertanggung jawab terhadap penyediaan dan peningkatan penanggulangan HIV/AIDS perlu ditingkatkan dengan melibatkan dengan beberapa instansi lainnya dibawah koordinasi kantor walikota. Oleh karena, secara subtansial penyediaan dan peningkatan penanggulangan HIV/AIDS tidak dapat dipisahkan maka peran KPAP, DINKES, dll hendaknya mempunyai komitment yang kuat dalam penanggulangan HIV/AIDS pada masing-masing kota atau kabupaten. Disamping itu peraturan pada tingkat peraturan daerah perlu diadakan sebagai instrumen dalam penanggulangan HIV/AIDS.

Strategi 3 : Meningkatkan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan aspek yang potensial untuk menunjang penanggulangan HIV/AIDS. Oleh karena itu, sangat penting pemerintah melakukan tindakan guna meningkatkan, memperbaiki dan partisipasi kesadaran masyarakat. Tindakan yang dapat dilakukan berupa penyebaran informasi, membuat program yang berhubungan dengan penanggulangan HIV/AIDS, Peningkatan kapasitas bagi lembaga-lembaga swadaya masyarakat (Misalnya : Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang ada di tingkat kelurahan) untuk memberikan informasi yang tepat tentang HIV/AIDS pada warga. Kegiatan seperti ini perlu dilakukan guna mencegah infeksi baru pada masyarakat luas serta menurunkan stigma dan diskriminasi pada odha.

(23)

retribusi atau pajak bagi pihak-pihak yang menyediakan tempat hiburan malam. Namun, semua tindakan tersebut harus dilakukan berdasarkan peraturan resmi pemerintah.

Hal urgensi yang harus dimuat dalam peraturan Daerah Badung mengenai HIV/AIDS di Kabupaten Badung adalah :

1. Penanggulangan HIV dan AIDS secara komprehensif dan berkesinambungan yang terdiri atas promosi kesehatan, pencegahan, diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi terhadap individu, keluarga, dan masyarakat.

2. Pasien Pasien IMS Penawaran tes HIV kepada: Penguatan program TIPK Tes Pasangan odha Ibu hamil (sesuai prevalensi HIV di daerah) TB ulang (re-testing) populasi kunci tiap 6 bulan.

3. Pasien Ibu hamil Inisiasi ARV tanpa melihat jumlah CD4 pada: Odha sero-discordant Pasien ko-infeksi hepatitis ko-infeksi TB  Penyediaan triple fixed dose combination (FDC) Populasi kunci penyederhanaan regimen (1 tab/hari), efek samping kecil, meningkatkan adherence.

4. Membuat kebijakan dan pedoman kerjasama dalam mengimplementasikan dan monev; menjamin ketersediaan obat dan alat kesehatan mengembangkan sistem informasi; dan melakukan kerjasama regional dan global. PROVINSI melakukan koordinasi; menetapkan situasi epidemik HIV tingkat provinsi; menyelenggarakan sistem pencatatan, pelaporan dan evaluasi; menjamin ketersediaan fasyankes primer dan rujukan sesuai dengan kemampuan. KABUPATEN/KOTA melakukan penyelenggaraaan berbagai upaya pengendalian dan penanggulangan HIV dan AIDS; menyelenggarakan penetapan situasi epidemik HIV tingkat kabupaten/kota; menjamin ketersediaan fasyankes primer dan rujukan sesuai dengan kemampuan; menyelenggarakan sistem pencatatan, pelaporan dan evaluasi.

(24)

6. Pemeriksaan diagnosis HIV dilakukan berdasarkan prinsip konfidensialitas, persetujuan, konseling, pencatatan, pelaporan, dan rujukan, Prinsip konfidensial berarti hasul pemeriksaan harus dirahasiakan dan hanya dapat dibuka kepada : yang bersangkutan; tenaga kesehatan yang menangani; keluarga terdekat dalam hal yang bersangkutan tidak cakap; pasangan seksual; dan pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

7. Pemeriksaan Pemeriksaan diagnosis HIV dilakukan melalui KTS atau TIPK Pengecualian diagnosis HIV harus dilakukan dengan persetujuan pasien Keadaan Penugasan tertentu dalam kedinasan tentara/polisi dalam hal: gawat darurat medis untuk tujuan pengobatan pasien yang secara klinis Permintaan pihak telah menunjukkan gejala yang mengarah kepada AIDS yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 8. Rendahnya pengetahuan tentang HI V-AIDS dan IMS Stigma dan

diskriminasi Adanya miss opportunity Tingginya praktek berisiko tertular HIV Terbatasnya akses dan utilisasi terhadap layanan kebutuhan masyarakat Kerjasama lintas sektor/program belum Logistik dan SDM yang memadai Optimalisasi peran dan fungsi KPA optimal.

9. Melakukan upaya Melakukan upaya penurunan stigma dan diskriminasi Melakukan upaya penurunan praktek berisiko peningkatan pengetahuan Peningkatan akses, penurunan miss opportunity kebutuhan masyarakat Penguatan HSS peningkatan cakupan tes HIV dan terapi ARV & CSS Memperkuat peran KPA melalui LKB.

10.TIPK harus dianjurkan sebagai bagian dari standar pelayanan bagi: Setiap orang dewasa, remaja, dan anak-anak yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan tanda, gejala, atau kondisi medis yang mengindikasikan atau patut diduga telah terjadi infeksi HIV terutama pasien dengan riwayat penyakit tuberculosis dan IMS.

(25)

12.Pada wilayah epidemi terkonsentrasi dan meluas, TIPK dilakukan pada semua orang dewasa, remaja dan anak yang memperlihatkan tanda dan gejala yang mengindikasikan infeksi HIV, termasuk tuberkulosis, serta anak dengan riwayat terpapar HIV pada masa perinatal, pada pemerkosaan dan kekerasan seksual lain.

Berikut ini dapat di gambarkan secara garis besar mengenai PerMenKes No 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan AIDS :

Dasar Pertimbangan :

a. Peningkatan kejadian HIV dan AIDS yang bervariasi mulai dari epidemi rendah, epidemi terkonsentrasi dan epidemi meluas, perlu dilakukan upaya penanggulangan HIV dan AIDS secara terpadu, menyeluruh dan berkualitas;

b. Keputusan Menteni Kesehatan Nomor 1285/Menkes/SK/X/2002 tentang Pedoman Penanggulangan HIV/AIDS dan Penyakit Menular Seksual sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuban pelayanan kesehatan, serta kebutuhan hukum;

Ruang Lingkup :

Peraturan Menteri ini meliputi penanggulangan HIV dan AIDS secara komprehensif dan berkesinambungan yang terdiri atas promosi kesehatan, pencegahan, diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi terhadap individu, keluarga, dan masyarakat.

Maksud dan Tujuan :

a. Menurunkan hingga meniadakan infeksi HIV baru;

b. Menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh keadaan yang berkaitan dengan AIDS;

c. Meniadakan diskriminasi terhadap ODHA; d. Mningkatkan kualitas hidup ODHA; dan

(26)

Batang Tubuh :

 BAB I KETENTUAN UMUM  BAB II PRINSIP DAN STRATEGI

 BAB III TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB  BAB IV KEGIATAN PENANGGULANGAN

- Bagian Kesatu : Umum

- Bagian Kedua : Promosi Kesehatan

- Bagian Ketiga : Pencegahan Penularan HIV - Bagian Keempat : Pemeriksaan Diagnosis HIV - Bagian Kelima : Pengobatan dan Perawatan - Bagian Keenam : Rehabilitasi

 BAB V SURVEILANS

 BAB VI MITIGASI DAMPAK

 BAB VII SUMBER DAYA KESEHATAN

- Bagian Kesatu : Fasilitas Pelayanan Kesehatan - Bagian Kedua: Sumber Daya Manusia

- Bagian Ketiga: Ketersediaan Obat dan Perbekalan Kesehatan - Bagian Keempat: Pendanaan

 BAB VIII KERJASAMA

(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Peraturan Daerah Kabupaten Badung No. 1 Tahun 2008 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS belum memenuhi kriteria dari PerMenKes No 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan AIDS, masih banyaknya kelemahan pada Perda Kab Badung akan memberikan pengaruh buruk terhadap upaya pencegahan penyebaran dari pada HIV/ AIDS.

2. Hal urgensi yang dimuat dalam Peraturan Daerah Kabupaten Badung terkait Penanggulangan HIV dan AIDS untuk memenuhi kualifikasi sebagai peraturan Perundang-Undangan yang baik untuk menanggulangi HIV dan AIDS di Kabupaten Badung dapat sekiranya sesegera mungkin untuk mensinkronisasikan serta memuat aturan-aturan yang terdapat didalam PerMenKes No 21 Tahun 2013.

SARAN

1. Kabupaten Badung agar bersungguh-sungguh melakukan upaya preventif terhadap penyebaran HIV/AIDS, mengingat merupakan daerah tujuan pariwisata yang paling banyak dikunjungi oleh tamu lokal maupun mancanegara.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Philipus M Hadjon, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik (Normatif), Yuridika, Nomor 6, Tahun IX, Fakutas hukum Unair Surabaya, November-Desember 1994

Philipus M Hadjon, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik (Normatif), Yuridika, Nomor 6, Tahun IX, Fakutas Hukum Unair Surabaya, November-Desember 1994

Soejono Soekanto, Sosiologi ; Suatu Pengantar, Rajawali Pres, Bandung, 1996 Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Perihal Kaedah Hukum, Alumni,

Bandung

Sucipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000

Soerjono Soekanto, SH, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, CV. Rajawali - Jakarta

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 1985, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Press, Jakarta

S. Soekanto dan Sri Mamudji, 2003. Penelitian Hukum Normatif-Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta :Raja Grafindo Persada

Valerina JL Kriekhoff, Analisis Kontent Dalam Penelitian Hukum Suatu Telaah Awal, Era Hukum No.6 Tahun 2002

Perlindungan Hukum Bagi Penderita HIV/AIDS dan Tenaga Kesehatan

(29)

LAMPIRAN 1 SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI DAN

(30)

LAMPIRAN 2. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA TIM PENELITI SERTA MAHASISWA YANG TERLIBAT

Peneliti Utama :

1. Ni Made An Yuliartini Griadhi, SH., MH. (NIDN. 0019077901) 2. Nyoman Mas Aryani, SH., SE., MH. (NIDN. 0029087904)

Mahasiswa terlibat Penelitian

(31)

LAMPIRAN 3. BIODATA KETUA TIM PENELITI

CURRICULUM VITAE A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap (dengan gelar) Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, SH., MH.

P

2. Jabatan Fungsional Lektor 3. Jabatan Struktural -

4. NIP/NIK/No. Identitas lainnya 19790719 200112 2 002

5. NIDN 0019077901

6. Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar, 9 Juli 1979

7. Alamat Rumah Jalan Antasura Gang Cemara No. 1 Denpasar

8. Nomor Telepon/Faks/HP (0361) 421103/081999759797 9. Alamat Kantor Jalan Pulau Bali No. 1 Denpasar 10. Nomor Telepon/Faks (0361) 222666

11. Alamat e-mail

12. Lulusan yang telah diselesaikan

13. Mata Kuliah yang diampu 1. Hukum dan Hak Asasi Manusia 2. Hukum dan Kebijakan Publik 3. Hukum Perundang-undangan 4. Hukum Peradilan Konstitusi 5. Hukum Pemilihan Umum

B. Riwayat Pendidikan

Program S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi Universitas Udayana

Universitas Udayana

(32)

Tahun Masuk 1997 2001

C. Pengalaman Penelitian dalam 2 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber *) Jml (Juta Rp.) 1. 2012 Penegakan Kebijakan Kota

Denpasar Dalam Penertiban Gepeng

DIPA 2.500.000,-

2. 2013 Efektivitas Ketentuan Pasal 107 ayat 2 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dalam Perlalulintasan di Provinsi Bali

DIPA 7.500.000,-

3. 2013 Pengangkatan Pelaksana Tugas Kepala Daerah Berdasarkan

Undang-Undang No. 32 Tahun

Penelitian Unggulan

(33)

2004 Tentang Pemerintahan Daerah

D. Pengalaman Pengabdian dalam 2 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber *) Jml (Juta Rp.) 1. 2013 Konsultasi Pengaturan

Penduduk Pendatang Dalam

E. Pengalaman Mengajar 2 Tahun Terakhir

(34)

sekarang Konstitusi UNUD

F. Peserta Konfrensi/Seminar/Lokakarya/Simposium dalam 2 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Kegiatan Penyelenggara

1. 2012 Training On Writing Research Proposal

NPT NUFFIC Project IDN 223 bekerjasama dengan Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat FH UNUD

2. 2012 Pelatihan Pemantapan Penyusunan Perangkat

3. 2014 Pelatihan Keterampilan Tutor Bagi Dosen Fakultas Hukum

4. 2014 Lokakarya Bank Proposal Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Hukum UNUD

5. 2014 Traditional Community in a Global World Facing ASEAN Economic Community 2015

Faculty of Law Udayana University, ASEAN Secretariat

(35)

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan penelitian : Hibah Penelitian Dosen Muda

Denpasar, 18 Mei 2015 Pengusul,

(36)

LAMPIRAN 3. BIODATA ANGGOTA TIM PENELITI

ANGGOTA 1 A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap (dengan gelar) Nyoman Mas Aryani, SH., MH. L/P 2. Jabatan Fungsional Asisten Ahli

3. Jabatan Struktural -

4. NIP/NIK/No. Identitas lainnya 19790829 200312 2001

5. NIDN 0029087904

6. Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar, 29 Agustus 1979

7. Alamat Rumah Perum. Green Kori Ubung Kaja Jl. NHU IA/5 8. Nomor Telepon/Faks/HP 08123931328

9. Alamat Kantor Jl. Pulau Bali No. 1 10. Nomor Telepon/Faks 222666

11. Alamat e-mail masaryani_fhunud@yahoo.com 12. Lulusan yang telah diselesaikan S-1 = 14 orang

13. Mata Kuliah yang diampu

1. Hukum Tata Negara

2. Hukum Perundang-Undangan 3. Hukum Kebijakan Publik 4. Hukum dan HAM

5. Perancangan Perat. Peruuan

B. Riwayat Pendidikan

Program S-1 S-2

Nama Perguruan Tinggi Udayana Udayana

Bidang Ilmu Ilmu Hukum Ilmu Hukum

Tahun Masuk 1997 2003

(37)

Judul Skripsi/Thesis/Disertasi Industri Berdasarkan UU No. 31 Tahun 2000

C. Pengalaman Penelitian 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber *) Jml (Juta Rp.) 1. 2010 Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah Pajak Reklame

Pemkot Denpasar

-

2. 2011 Pelaksanaan Otonomi Daerah Dalam Penyelenggaraan

3. 2012 Keterwakilan Perempuan Dalam Pemilu Pasca Putusan

5. 2014 Status Keperdataan Anak di Luar Nikah Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi

DIPA UNUD

(38)

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir No Tahun Judul Pengabdian Kepada

Masyarakat

Pendanaan

Sumber *) Jml (Juta Rp.)

1. 2010 Focus Group Diskusi Rancangan Peraturan Daerah Pajak Reklame

Pemkot Denpasar

-

2. 2010 Diseminasi : Pelaksanaan Otonomi Daerah Dalam

3. 2012 Sosialisasi UUD Tahun 1945 Berbahasa Bali di Desa Dauh Puri Kelod

Dana Bagian

2.000.000

4. 2013 Konsultasi Hukum : Implementasi UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana dalam

5. 2014 Konsultasi Pengaturan Penduduk Pendatang Awig-Awig di Desa Pakraman Abangan Kecamatan Tegallalang Gianyar

Mandiri -

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam 5 Tahun Terakhir

(39)

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya.

Denpasar, 18 Februari 2015

(Nyoman Mas Aryani, SH., MH) NIP. 19790829 100312 2 001

Denpasar, 18 Mei 2015 Pengusul,

(40)

LAMPIRAN 5. SURAT PERNYATAAN PERSONALIA PENELITIAN

SURAT PERNYATAAN PERSONALIA PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini kami :

1. Nama Lengkap : Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, SH., MH. NIP/NIDN : 0019077901

P. S/Fakultas : Ilmu Hukum / Hukum Status dalam Penelitian : Ketua

2. 2. Nama Lengkap : Nyoman Mas Aryani, SH., SE., MH NIP/NIDN : 0029087904

P. S/Fakultas : Ilmu Hukum / Hukum Status dalam Penelitian : Anggota

Menyatakan bahwa kami secara bersama-sama telah menyusun proposal penelitian Hibah Penelitian Dosen Muda yang berjudul “ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERDA KAB BADUNG NO.1 TAHUN 2008 MENGENAI PENANGGULANGAN HIV/ DAN AIDS”

“Dengan jumlah usulan dana sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Apabila proposal ini disetujui maka kami secara bersama-sama akan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penelitian inu sampai tuntas sesuai dengan persyaratan yang dituangkan dalam Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian. Demikian Surat Pernyataan ini kami buat dan ditandatangani bersama sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar, 20 Mei 2015

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Implementasi Undang-undang No.02 Tahun 2008 tentang Partai Politik telah dilakukan secara baik oleh Dewan Pimpinan Wilayah Partai

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi data untuk melihat gambaran kematangan karir pada para mahasiswa yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa

Hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa persepsi kelompok tani terhadap peranan penyuluh pertanian dalam pengembangan Gabungan Kelompok Tani di Kabupaten Sukoharjo sudah

Hal ini dapat direkam secaara terpisah dalam catatan kemajuan persalinan atau pada Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat

Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimana creative intelligence yang terdiri dari

25 Kita harus bersekutu dalam saling melayani dan membantu , bertolong tolongan satu dengan yang lainnyasupaya dunia tahu bahwa kita adalah murid murid Kristus. Bidang yang

This paper reveals that Teaching Practice which is provided for student teachers to gain first-hand experience of working with students in real classroom settings and