• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi merupakan aset yang sangat berharga bagi setiap bangsa karena

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. tinggi merupakan aset yang sangat berharga bagi setiap bangsa karena"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang semakin penting dalam pembangunan nasional. Sumber daya manusia berkualitas tinggi merupakan aset yang sangat berharga bagi setiap bangsa karena menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan maupun keterbelakangan suatu bangsa bukan hanya karena faktor kekayaan alam, luas wilayah atau jumlah penduduk yang dimiliki, melainkan juga terletak pada mutu dan kualitas manusianya, terutama mutu dan kualitas dari generasi muda sebagai penerus pembangunan.

Saat ini bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang juga tengah mengalami perkembangan perekonomian, yaitu dari era pertanian menuju ke era industri dan jasa. Perubahan ini akhirnya menuntut reorganisasi dunia kerja. Semula dunia pekerjaan menggunakan tenaga kerja manusia pada berbagai jenis dan tingkat pekerjaan, namun terdorong dengan adanya alasan ekonomis maka para penguasa lapangan kerja akhirnya lebih banyak menggunakan tenaga mesin dan alat modern, sehingga menyebabkan lapangan pekerjaan yang menggunakan tenaga kerja manusia semakin hari semakin terbatas pada bidang jasa dan pelayanan sosial. Lapangan pekerjaan pada bidang-bidang produksi semakin memperkecil kemungkinan penampungan tenaga kerja manusia.

Saat ini pengangguran adalah masalah yang cukup serius terjadi di Indonesia. Kondisi ini diperparah dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja

(2)

dari beberapa industri besar karena terpengaruh oleh krisis global yang melanda beberapa waktu lalu, sehingga jumlah pengangguran semakin bertambah. Pengangguran merupakan masalah yang kompleks disamping sebagai akibat pengangguran juga merupakan sebab dari masalah lainnya seperti tindak kriminal, kemiskinan, kemerosotan tingkat kesehatan, rendahnya tingkat pendidikan dan lain sebagainya, sehingga upaya untuk mengatasi masalah ini juga harus multi disiplin dan multi pendekatan.

Berdasarkan perkembangan tersebut, tentunya akan membawa konsekuensi terhadap kebutuhan sumber daya manusia yang dibutuhkan. Sumber daya yang dibutuhkan saat ini adalah manusia yang memiliki ketrampilan, menguasai tekhnologi, mudah dilatih dan memiliki jiwa kewirausahaan. Menurut Alma (2001) semakin maju suatu negara, semakin banyak orang terdidik dan banyak pula orang yang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya wirausaha, sebab kemampuan pemerintah sangat terbatas dalam hal anggaran belanja, personalia, dan pengawasan sehingga tidak akan dapat menggarap semua aspek pembangunan, sehingga wirausaha merupakan potensi pembangunan. Menghadapi kenyataan yang ada tentang kebutuhan sumber daya manusia tersebut, maka Perguruan Tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan tinggi yang ikut berperan dalam mencetak generasi muda pengisi pembangunan saat ini, sudah seharusnya mampu menyiapkan sumber daya manusia yang dimaksud.

Hal ini sesuai dengan upaya pemerintah untuk menanggulangi angka pengangguran dapat dikatakan cukup banyak, berbagai upaya telah dilakukan bahkan hampir setiap departemen memiliki program khusus untuk menanggulangi masalah pengangguran, salah satunya adalah melalui Departemen Pendidikan

(3)

Nasional melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal (PNFI). Saat ini Direktorat Pendidikan Non Formal dan Informal gencar melaksanakan program pendidikan kesetaraan dasar dan lanjutan yang terintegrasi dengan pendidikan kecakapan hidup, program tersebut diantaranya adalah program Kewirausahaan Usaha Mandiri untuk Keaksaraan Fungsional, program Kewirausahaan Desa dan Kewirausahaan Perkotaan untuk Kejar paket B dan C dan lain sebagainya. Tujuannya adalah agar warga belajar disamping mendapatkan ijazah pendidikan yang setara dengan pendidikan formal baik untuk tingkat SD, SLTP maupun SLTA, namun juga mendapatkan dukungan keterampilan yang diharapkan dapat dijadikan bekal bagi peserta didik di masyarakat setelah mereka menyelesaikan program pendidikan tersebut.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi menggalakkan pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi diharapkan perguruan tinggi akan menghasilkan karya penelitian yang memiliki kecanggihan teknologi serta bernilai ekonomis, dan lulusan yang mampu berkreasi, berdaya juang serta dapat membuka lapangan kerja baru. Pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi betul-betul menjadi bagian dari proses pendidikan di setiap perguruan tinggi harus ada Pusat Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan. Penyelarasan pendidikan dan dunia kerja bukan hanya untuk menyiapkan lulusan yang siap kerja karena memiliki keterampilan atau keahlian yang dibutuhkan dunia industri. Penyelarasan pendidikan mesti juga melatih lulusan untuk mampu mandiri menjadi wirausaha yang bisa menyediakan lapangan kerja bagi dirinya maupun orang lain.

(4)

Dengan latar belakang untuk mencapai tujuan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi terbentuknya Student Entrepreneur Center (SEC) USU. Beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran dikembangkannya Student Entrepreneur Center (SEC), bahwa Univeritas Sumatera Utara secara nyata ingin mewujudkan bahwa lulusan yang dihasilkannya dengan keilmuan yang dimiliki dapat mampu berwirausaha, sehingga dapat membuat dirinya mandiri dan membantu membuka lapangan pekerjaan pada masyarakat di sekitarnya. USU sebagai Perguruan Tinggi yang memiliki 12 fakultas sudah barang tentu dengan berbagai disiplin kelimuan dan berbagai kompetensi yang dimilikinya ingin menghasilkan lulusan dengan jiwa Entrepreneurship, maka dengan adanya wadah

Student Entrepreneur Center (SEC) sudah mulai mengembangkan kerjasama antara multi disiplin keilmuan tersebut.

Beberapa kelompok mahasiswa di Student Entrepreneur Center (SEC) USU telah mewujudkan kolaborasi keilmuan tersebut, misalnya dalam merintis suatu peluang usaha, mahasiswa Tehnik Kimia ingin menjual produk sabun cair hasil eksperimen keilmuannya, mahasiswa tersebut berkerjasama dengan mahasiswa tehnik arsitektur untuk membantu men-design kemasan sabun cair tersebut, juga bekerjasama dengan mahasiswa ekonomi untuk mendiskusikan cara pemasaran yang efektif. Hal ini semua dapat terlaksana karena ketiga mahasiswa tersebut merupakan peserta pelatihan wirausaha yang secara periodik diadakan oleh Student Entrepreneur Center (SEC). Pada akhirnya mahasiswa-mahasiswa ini membentuk komunitas berdasarkan semangat entrepreneurship.

Adapun tujuan dari Student Entrepreneur Center (SEC) USU (www.bak.usu.ac.id) tersebut yaitu :

(5)

1. Memberikan kontribusi dalam menanggulangi masalah pengangguran di Indonesia.

2. Menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan di dunia perguruan tinggi sebagai pilar ekonomi nasional.

3. Menumbuhkembangkan motivasi mahasiswa dalam menciptakan lapangan pekerjaan.

4. Membuka peluang wirausaha bagi mahasiswa dan alumni USU.

5. Dapat mengimplementasikan teori ke praktek di masyarakat, dan berkolaborasinya berbagai disiplin ilmu dalam berwirausaha.

6. Mahasiswa USU mempunyai semangat wirausaha yang tinggi.

7. Dapat dibinanya kelompok mahasiswa yang berwirausaha dengan membantu mendapatkan tempat praktek dan modal usaha dari mitra USU.

Berdasarkan tujuan tersebut maka dapat diartikan bahwa mahasiswa dibekali dengan berbagai pengetahuan, tekhnologi dan keterampilan khusus yang dapat dijadikan modal atau pendorong untuk menjadi seorang wirausaha. Adapun untuk membentuk manusia yang berjiwa wirausaha dan sekaligus mampu melakukan wirausaha, khususnya pada mahasiswa, maka yang harus tertanam dahulu adalah minat untuk berwirausaha itu sendiri. Sedangkan untuk menumbuhkan minat wirausaha itu sendiri maka pemahaman tentang konsep diri diperlukan.

Peningkatan potensi diri biasanya akan tercapai jika kreatifitas difasilitasi untuk berkembang. Kreativitas bergantung pada kemampuan untuk menggunakan keterampilan yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, mengembangkan keahlian dan bakat seseorang dalam bidang yang spesifik. Orang-orang kreatif

(6)

tidak selalu objektif (tidak melihat yang dikatakan tetapi melihat orang yang mengatakan). Namun, untuk menguji ide-ide yang manual dari orang lain dan mereka tidak membatasi pandangan terhadap dunia luar. Orang-orang yang kreatif sering pula mengesampingkan egonya dan senantiasa berkonsultasi dengan rekannya untuk menguji ide-ide mereka. Selain itu, individu-individu kreatif memiliki motivasi diri, dorongan dan kebutuhan spiritual yang kuat. Salah satu kunci untuk memahami kreativitas adalah dengan mengenali dorongan dari dalam diri dan hasrat untuk mencipta demi penciptaan itu sendirilah yang penting, dan bukan imbalan dari luar. Upaya-upaya kreatif membangkitkan motivasi diri akan kenikmatan, kepuasan, dan tantangan.

Kreatif biasanya selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dalam mengembangkan kreativitas secara kreatif. Manusia kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil risiko (yang selalu diperhitungkan) dari pada yang lain pada umumnya. Artinya dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti, penting, dan disukai, mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan dari orang lain. Merekapun tidak takut untuk membuat kesalahan dalam mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui oleh orang lain. Orang yang inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang dari tradisi. Rasa percaya diri, keuletan, dan ketekunan membuat mereka tidak cepat putus asa dalam melakukan tujuan mereka.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian pada para peserta yang lulus menjadi pemenang Student Entrepreneur Center (SEC) USU tersebut agar dapat mengidentifikasi potensi kreatif mahasiswa peserta Student

(7)

Entrepreneur Center (SEC) USU dengan menggunakan instrumen tes profil potensi kreatif miliknya Rowe (2004) : Membangkitkan Potensi Inovasi dalam diri dan Organisasi Anda, yang telah validitas dan realibilitas melalui analisis statistik mendalam untuk menjamin hasil prediksi akurat yang bisa dijalankan, dengan mengangkat judul skripsi : “PENGUKURAN CREATIVE INTELLIGENCE PADA STUDENT ENTREPRENEURSHIP CENTER (SEC) USU”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimana creative intelligence yang terdiri dari intuitif, inovatif, imajinatif dan inspirasional berpengaruh terhadap minat berwirausaha pada peserta student Entrepreneurship Center (SEC) USU ?”.

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah kesimpulan yang bersifat sementara dari tinjauan teoritis yang mencerminkan hubungan antar variabel yang sedang diteliti. Menurut Sugiyono (2004) kerangka konseptual merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Sedangkan menurut Kuncoro (2003) kerangka konseptual adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dalam hal ini merupakan jaringan antar variabel yang secara logis dijelaskan, dikembangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survey literatur.

(8)

Berdasarkan teori Rowe (2004), kerangka konseptual dapat dibentuk dengan mengklasifikasikan creative intelligence kedalam empat dimensi pengalaman :

1. Intuitif

Tipe ini menggambarkan individu-individu yang banyak akal dan merupakan tipikal manajer, actor serta politikus. Tipe kreatif intuitif ini menekankadan mengandalkan pengalaman pada masalah lalu sebagai penuntun pada pencapaian, kerja keras, dan kemampuan menyelesaikan masalah. Tipe ini berfokus pada hasil, menggunakan akal sehat dan mengandalkan pengalaman pada masa lalu dalam penuntun untuk mengambil keputusan.

2. Inovatif

Tipe ini menggambarkan individu-individu yang selalu ingin tahu dan merupakan tipikal ilmuan, insinyur dan penemu. Tipe inovatif ini menekankan pada daya cipta, eksperimen dan sistematika informasi. Tipe ini berkonsentrasi pada masalah dan data serta mengatasi kompleksitas dengan mudah.

3. Imajinatif

Tipe ini menggambarkan individu-individu yang begitu penuh pemahaman dan merupakan tipikal seniman, musikus, penulis dan pemimpin. Tipe imajinatif ini mampu mengidentifikasi peluang pot ensial. Tipe ini juga bersedia mengambil resiko dengan melanggar tradisi. Selain itu, tipe imajinatif mempunyai pikiran yang terbuka dan sering mengandalkan humor untuk

(9)

menyampaikan gagasannya. Tipe ini juga menggambarkan orang-orang yang artistic, senang menulis, pemimpin dan bisa memvisualisasikan peluang.

4. Inspirasional

Tipe ini menggambarkan individu-individu yang pengkhayal dan merupakan tipikal pendidik, pemimpin dan penulis. Tipe inspirasional ini mempunyai sudut pandang yang positif dan berorientasi pada aksi terhadap kebutuhan masyarakat dan bersedia untuk mengorbankan diri demi tujuannya. Tipe ini juga berfokus untuk memperkenalkan perubahan demi membantu sesamanya.

Sumber : Rowe (2005) dan Zimmerer (2002) diolah Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak dicari kebenarannya melalui riset. Dikatakan jawaban sementara karena hipotesis pada dasarnya merupakan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan dalam perumusan

Intuitif

Inovatif

Imajinatif

Inspirasional

(10)

masalah, sedangkan kebenaran dari hipotesis perlu diuji terlebih dahulu melalui analisis data, Sulisyanto (2006). Sedangkan menurut Ginting & Situmorang (2008) hipotesis adalah kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan kerangka pikiran, berupa proposisi deduksi. Merumuskan hipotesis berarti membentuk proposisi yang sesuai dengan kemungkinan-kemungkinannya serta tingkat-tingkat kebenarannya.

Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

Creative intelligence yang terdiri dari intuitif, inovatif, imajinatif dan inspirasional berpengaruh terhadap minat berwirausaha pada peserta student Entrepreneurship Center (SEC) USU dan salah satu tipe dari Creative intelligence

sangat berpengaruh pada minat mahasiswa berwirausaha”.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengukur dan menganalisis faktor-faktor creative intelligence yang terdiri dari intuitif, inovatif, imajinatif dan inspirasional terhadap minat berwirausaha peserta student Entrepreneurship Center (SEC) USU dan mengetahui faktor mana yang paling dominan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Bagi Objek Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa saran kepada pihak terkait untuk mengetahui apakah faktor-faktor creative intelligence yang terdiri dari intuitif, inovatif, imajinatif dan

(11)

inspirasional berpengaruh terhadap minat berwirausaha peserta

student Entrepreneurship Center (SEC) USU. b. Bagi Penulis

Memperluas wawasan penulis, khususnya pengetahuan di bidang manajemen sumber daya manusia khususnya Creative intelligence, dan menguji kemampuan berfikir penulis, melalui karya ilmiah dan mencoba menerapkan teori-teori yang penulis peroleh di bangku perkuliahan dengan membandingkannya pada kegiatan ekonomi yang terjadi di masyarakat.

c. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya, serta dapat menjadi bahan pembanding dalam melakukan penelitian di masa datang, khususnya penelitian mengenai analisis Creative intelligence di lokasi yang berbeda.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel Independen, Creative intelligence (X) terdiri dari Intuitif (X1), Inovatif (X2), Imajinatif (X3), dan Inspirasional (X4).

b. Variabel dependen (Y) yakni minat berwirausaha.

c. Responden penelitian ialah peserta student Entrepreneurship Center (SEC) USU.

2. Defenisi Operasional Variabel

(12)

a. Variabel bebas adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada variabel lain. Adapun yang menjadi variabel bebas pada penelitian ini adalah:

1. Intuitif (X1) yaitu menggambarkan individu-individu yang banyak akal dan merupakan tipikal manajer, aktor serta politikus. Kreatif intuitif ini mengandalkan pengalaman pada masalah lalu dalam pencapaian, kerja keras, dan kemampuan menyelesaikan masalah. Berfokus pada hasil, menggunakan akal sehat.

2. Inovatif (X2) yaitu menggambarkan individu-individu selalu ingin tahu, tipikal ilmuan, insinyur dan penemu. Inovatif menekankan pada daya cipta, eksperimen dan sistematika informasi. Berkonsentrasi pada masalah dan data.

3. Imajinatif (X3) yaitu menggambarkan individu-individu yang penuh pemahaman dan tipikal seniman, musikus, penulis dan pemimpin. Mampu mengidentifikasi peluang potensial. Bersedia mengambil resiko dengan melanggar tradisi. Mempunyai pikiran yang terbuka dan sering mengandalkan humor untuk menyampaikan gagasannya. Orang-orang yang artistik, senang menulis, pemimpin dan bisa memvisualisasikan peluang.

4. Inspirasional (X4) yaitu menggambarkan individu-individu pengkhayal dan tipikal pendidik, pemimpin dan penulis. Mempunyai sudut pandang yang positif dan berorientasi pada aksi terhadap kebutuhan masyarakat dan bersedia untuk mengorbankan diri demi tujuannya.

b. Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi variabel bebas. Adapun yang menjadi variabel terikat adalah minat berwirausaha (Y).

(13)

Tabel 1.1.

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator Skala

Pengukuran

Intuitif (X1)

banyak akal, tipikal manajer, actor serta politikus, mengandalkan pengalaman pada masalah

lalu dalam pencapaian.

- kerja keras, dan kemampuan

menyelesaikan masalah

Likert Inovatif

(X2)

selalu ingin tahu, tipikal ilmuan, insinyur dan

penemu, daya cipta.

- eksperimen dan sistematika informasi. Fokus pada masalah dan

data. Likert

Imajinatif (X3)

penuh pemahaman dan tipikal seniman, musikus,

penulis dan pemimpin. artistic, senang menulis,

pemimpin dan bisa memvisualisasikan

peluang.

- Mempunyai pikiran yang terbuka dan sering mengandalkan humor untuk menyampaikan gagasannya. Likert Inspirasional (X4)

pengkhayal dan tipikal pendidik, pemimpin dan

penulis.

- . berorientasi pada aksi terhadap kebutuhan masyarakat dan bersedia untuk mengorbankan diri demi tujuannya

Likert

Variabel Definisi Variabel Indikator Skala

Pengukuran

Minat Berwirausaha

(Y)

Merupakan upaya untuk menghubungkan karateristik wirausaha

terhadap minat berwirausaha

- Rasa tanggung jawab - memilih resiko moderat - Percaya diri

- Menghendaki umpan balik segera

- Semangat dan Kerja Keras

- Berorientasi masa depan - Memiliki keterampilan

dan mengorganisir sumber daya

- Menilai prestasi dengan uang

Likert

(14)

3. Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap pendapatan dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan, Sugiyono (2004). Skala likert menggunakan empat tingkatan jawaban dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Instrumen skala likert

No Alternatif Jawaban Skor

1 Sangat Sesuai (SS) 4

2 Cukup Sesuai (CS) 3

3 Kurang Sesuai (KS) 2

4 Tidak Sesuai (TS) 1

4. Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di kampus Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Mei 2010.

5. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, Sugiyono

(15)

(2004). Populasi dalam penelitian ini adalah peserta student entrepreneurship center (SEC) USU yang telah lulus.

b. Sampel

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung dengan rumus Slovin (Ginting & Situmorang, 2008).

Rumus Slovin sebagai berikut : N

n =

1 + N.e²

Dimana : n = jumlah sampel N = ukuran polulasi

e = taraf kesalahan yaitu 10 % atau 0,1

Penulis menggunakan rumus Slovin dalam mengukur sampel dikarenakan sampel bersifat homogen. Pada student entrepreneurship center (SEC) USU terdapat peserta yang lulus sebanyak 156 (seratus lima puluh enam) orang. Penulis menggunakan taraf kesalahan 10 % atau 0,1 untuk memperkecil jumlah sampel karena jumlah anggota sampel yang tepat digunakan dalam penelitian adalah tergantung pada tingkat kesalahan yang dikehendaki.

Penetapan jumlah sampel dengan tingkat signifikan 10% dan tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi sebesar 10% adalah sebagai berikut :

156 n =

1 + (156 x 0,1²) n = 60,9

maka jumlah pengguna yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 61 orang.

(16)

6. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yakni: a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yang terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan memberikan daftar pertanyaan/kuesioner dan wawancara dengan responden.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumentasi dengan mempelajari berbagai tulisan melalui buku, jurnal, majalah, informasi dari tempat penelitian ataupun internet untuk mendukung penelitian ini.

7. Teknik Pengumpulan Data

a. Daftar pertanyaan / kuesioner

Mengumpulkan data dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan pada responden yang dijadikan sampel.

b. Observasi

Melakukan pengamatan langsung pada objek yang diteliti. c. Studi dokumentasi

Mengumpulkan data melalui informasi dari buku-buku, tulisan ilmiah, jurnal ataupun artikel dan internet yang memiliki relevansi dengan penelitian.

d. Wawancara

(17)

8. Metode Analisis Data

Statistik deskriptif yaitu suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan mula-mula disusun, diklasifikasikan dan dianalisis sehingga akan memberikan gambaran yang jelas mengenai perusahaan dan masalah yang sedang diteliti. Jika tujuan penelitian adalah deskriptif yang terbatas pada upaya memberikan suatu gambaran tentang variabel-variabel yang diteliti, teknis, analisis yng sering digunakan adalah statistika dasar yang berkaitan dengan parameter statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi.

Gambar

Tabel 1.2.  Instrumen skala likert

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijabarkan penulis diatas, maka penelitian ini fokus untuk mengkaji mengetahui pengaruh ekuitas merek, kepuasan

Dari urian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh peristiwa yang terjadi pada seseorang (locus of control), pengetahuan

Data pemeriksaan awal gangguan gerak motorik kasar anak ini diolah dengan RapidMiner Studio menggunakan metode Naive Bayes serta menggunakan metode optimasinya yaitu

Selain itu hal ini juga dapat menambah cost (biaya) untuk perekrutan dan penempatan kembali. Pemberhentian atas keinginan karyawan sendiri dengan mengajukan permohonan untuk

Berdasarkan dari uraian latar blakang diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana mengembangkan sistem informasi

1) Untuk memperoleh informasi empiris tentang kemampuan siswa pada tiap tahap keterampilan intelektual pada semua pokok bahasan fisika kelas I menurut GBPP 1994. 2)

Berdasarkan hasil slicing (pemotongan) dan peta penyebaran gas, dapat dilihat bahwa nilai FI rendah yaitu sama atau kurang dari - 1000 ft/s*g/cc (-3.05*10 5 kg/m 2 s)

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk memberikan pelayanan kesehatan pada para anggota POLRI dalam mencegah kejadian penyakit hipertensi