• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

17 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Belajar Mengajar 1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa, kata belajar merupakan kata yang tidak asing, bahkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka, dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Belajar disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik, daripada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran, di dalamnya terdapat peran guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan, sehingga diharapkan dapat mencapai hasil belajar yang optimal.

Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian yang berbeda, antara satu dengan yang lainnya tentang pengertian belajar, namun semuanya mengacu pada prinsip yang sama, yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar, akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya. Slameto (2010:2) mengemukakan bahwa:

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang, untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(2)

perubahan dalam arti belajar. James O.Whittaker (Slameto, 2010:12) merumuskan “Belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”. Cronbach (Slameto, 2010:13) berpendapat bahwa “Learning is show by change in behavior as a result of experience”. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pegalaman. Howard L.Kingskey (Slameto, 2010:13) menyatakan bahwa “Learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training”. Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. W.S.Winkel (Antonius Novan, 2007:6) mengemukakan bahwa:

Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik. Ciri-ciri perubahan dari belajar menurut Syaiful Sagala (2007:53) adalah:

a. Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya.

b. Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual.

c. Belajar merupkan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin dicapai melalui proses belajar.

d. Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan keseluruhan tingkah laku secara integral.

e. Belajar adalah proses interaksi.

(3)

dan diluar individu. Proses belajar yang terjadi dalam diri seseorang, dapat disimpulkan dari hasilnya. Misalnya, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak berilmu menjadi berilmu, dan sebagainya. Salah satu tanda seseorang telah mengalami proses belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya, sebagai akibat interaksi siswa dengan berbagai sumber belajar yang ada disekitarnya. Perubahan tingkah laku meliputi: perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan nilai sikap (afektif).

Sejalan dengan pernyataan para ahli tentang definisi belajar, penulis menarik kesimpulan bahwa belajar dalam penelitian ini, adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkunganya, dalam hal ini siswa yang belajar di sekolah, yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine.

2. Pembelajaran

(4)

guru, dan teman sesama siswa.

Mengajar merupakan proses penyampaian informasi, berupa ilmu pengetahuan dari guru kepada murid dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, unsur proses belajar memegang peranan yang sangat penting dalam proses pengajaran, atau lebih tepatnya proses pembelajaran. Menurut Suherman dkk. dalam Wahyudin (www.docstoc.com, 2010:3), mengemukakan bahwa:

Kendatipun antara kata pengajaran dan pembelajaran bermakna sama, namun esensinya relatif berbeda. Bila dalam pengajaran, guru lebih banyak menyampaikan sejumlah ide atau gagasan-gagasan dan siswa bertindak pasif. Sementara dalam pembelajaran siswa mendapat porsi lebih banyak dibandingkan dengan guru, bahkan mereka harus dominan dan bertindak aktif dalam kegiatan belajar-mengajar.

Berdasarkan pernyataan di atas, jelaslah bahwa siswa hanya akan berhasil dalam belajarnya, setelah siswa itu berusaha dengan sungguh-sungguh mengolah atau mencerna informasi dari guru. Dengan demikian, seorang guru harus dapat mengoptimalkan penggunaan dan pemanfaatan metode pembelajaran yang tepat, dan sesuai dengan karakteristik topik yang akan diajarkan, sehingga proses belajar mengajar menjadi efektif dan efisien.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa. Guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikan, dan materi yang akan dikomunikasikan berisi pesan-pesan berupa ilmu pengetahuan. Pesan-pesan yang disampaikan bisa berubah arah, yaitu antara guru dengan siswa atau sebaliknya, serta antara siswa dengan siswa.

(5)

Proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama, yaitu: kompetensi substansi materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran, dan kompetensi metodologi pembelajaran.

Artinya jika guru menguasai materi pelajaran, maka diharuskan juga menguasai metode pembelajaran sesuai kebutuhan materi ajar. Metode digunakan sebagai strategi yang dapat memudahkan siswa, untuk menguasai materi ajar yang diberikan guru. Menurut Knirk dan Gustafson (Syaiful Sagala, 2007:64) mengatakan bahwa “Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan perancangan pembelajaran”. Hal senada juga diungkapkan Syaiful Sagala (2007:65) bahwa:

Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru, untuk membantu seseorang atau siswa mempelajari suatu kemampuan, dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.

Sejalan dengan pengertian para ahli tentang definisi pembelajaran, maka pengertian pembelajaran dalam penelitian ini, adalah kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu siswa mempelajari suatu kompetensi tertentu, melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar dikelas, agar mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu penguasaan Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine.

(6)

Kegiatan belajar mengajar tidaklah bisa lepas dari komponen-komponen yang harus ada, dalam kegiatan (proses) belajar mengajar. Komponen-komponen tersebut antara lain; tujuan yang hendak dicapai, materi bahan pelajaran, metode dan alat, alat penilaian. Keempat komponen di atas tidaklah dapat berdiri sendiri melainkan saling berhubungan dan saling berpengaruh.

(7)

3. Hasil Belajar

Belajar sangat erat hubungannya dengan prestasi belajar, karena prestasi itu sendiri merupakan hasil dari belajar, biasanya dinyatakan dengan nilai. Prestasi menurut Rudiman (2008:1231) merupakan “Hasil yang telah dicapai”. Hasil belajar merupakan hasil akhir berhasil atau tidaknya seseorang mengikuti kegiatan belajar. Hasil belajar perlu diukur, untuk mengetahui seberapa besar tingkat penguasaan siswa. Hasil belajar siswa dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan mengajar guru, dan belajar siswa. Salah satu nya, yaitu dengan mengadakan evaluasi, yang digunakan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam belajar.

Bloom (Syaiful Sagala, 2007:157) menyatakan bahwa “Hasil belajar digolongkan menjadi tiga domain, yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor”. Domain kognitif berkenaan dengan pengembangan kemampuan otak dan penalaran siswa. Hasil belajar kognitif berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berfikir siswa, seperti kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Domain afektif berkenaan dengan nilai dan sikap. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, kebiasaan belajar, dan motivasi belajar. Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak dari siswa.

(8)

a. Kognitif

Hasil belajar kognitif, mengacu pada hasil belajar yang berkenaan dengan pengembangan kemampuan dan penalaran siswa. Menurut Bloom (Syaiful Sagala, 2007:157) domain kognitif ini mempunyai enam tingkatan yaitu:

1) Pengetahuan (knowledge), adalah kemampuan mengenal dan mengingat materi yang sudah dipelajarinya dari yang sederhana sampai pada hal-hal yang sukar.

2) Pemahaman (comprehention), adalah kemampuan memahami suatu objek atau subjek pembelajaran dengan kata-kata sendiri.

3) Aplikasi (application), adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur yang sudah dipelajari ke dalam suatu situasi kongkrit yang baru.

4) Analisis (analysis), adalah kemampuan mengkaji atau menguraikan sesuatu bahan ke dalam komponen-komponen atau bagian-bagian yang lebih spesifik, serta mampu memahami hubungan antara bagian satu dengan bagian yang lain.

5) Sintesis (synthesis), adalah kemampuan memadukan berbagai konsep atau komponen, sehingga membentuk pola struktur yang baru.

6) Evaluasi (evaluation), adalah kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.

b. Afektif

Hasil belajar afektif, mengacu kepada sikap dan nilai yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Bloom et al. (Syaiful Sagala, 2007:158) mengemukakan lima tingkatan hasil belajar afektif, yaitu:

1) Peneriman (receiving), aspek ini mengacu kepada kepekaan atau kesedian menerima, dan menaruh perhatian terhadap nilai tertentu, seperti kesedian menerima norma-norma disiplin yang berlaku di sekoplah.

2) Pemberian respon (responding), aspek ini mengacu kepada kecenderungan memperlihatkan reaksi terhadap norma tertentu. Ini ditunjukan dengan kesedian dan kerelaan untuk merespon, memperhatikan secara aktif, turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan, serta merasakan kepuasan dalam merespon.

(9)

4) Pengorganisasian (organization), aspek ini mengacu kepada proses membentuk konsep tentang suatu nilai, serta menyusun suatu sistem nilai-nilai dalam dirinya.

5) Pengkarakteristikan (characterization), yaitu pembentukan pola hidup, aspek ini mengacu kepada proses mewujudkan nilai-nilai dalam pribadi, sehingga merupakan watak, dimana norma itu tercermin dalam dirinya. c. Psikomotor

Hasil belajar psikomotor, mengacu pada kemampuan bertindak siswa. Menurut Elizabeth Simpson (Syaiful Sagala, 2007:160) hasil belajar psikomotor terdiri dari tujuh tingkatan, yaitu:

1) Persepsi (perception), aspek ini mengacu pada penggunaan panca indera, untuk memperoleh kesadaran akan suatu objek atau gerakan dan mengalihkanya ke dalam kegiatan atau perbuatan.

2) Kesiapan (setting), aspek ini mengacu pada kesiapan memberi respon secara mental, fisik, maupun perasaan untuk suatu kegiatan.

3) Respon terbimbing (guided response), aspek ini mengacu pada pemberian respon perilaku, terhadap gerakan yang diperlihatkan dan didemonstrasikan sebelumnya.

4) Mekanisme (mechanical response), aspek ini mengacu pada keadaan dimana respon fisik yang telah dipelajari menjadi kebiasaan.

5) Respon kompleks (complex response), aspek ini mengacu pada pemberian respon, atau penampilan perilaku atau gerakan yang cukup rumit dengan terampil dan efisien.

6) Adaptasi (adaptation), aspek ini mengacu pada kemampuan menyesuaikan respon atau gerakan dengan situasi yang baru.

7) Organisasi (organization), aspek ini mengacu pada kemampuan menampilkan pola-pola gerak-gerik yang baru, dalam arti menciptakan perilaku dan gerakan yang baru dilakukan atau inisiatif sendiri.

(10)

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang diperoleh siswa tidak sepenuhnya merupakan hasil dari proses pembelajaran, namun dipengaruhi juga oleh faktor-faktor lain, baik dari dalam diri siswa ataupun pengaruh dari luar siswa. Faktor dalam diri siswa biasa disebut faktor internal, merupakan faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri, sedangkan pengaruh dari luar siswa biasa disebut faktor eksternal, merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang sifatnya di luar diri siswa.

Menurut Slameto (2010:54) hasil belajar dipengaruhi beberapa faktor antara lain:

a. Faktor-faktor internal terdiri dari:

1) Faktor jasmaniah meliputi dari kesehatan dan cacat tubuh.

2) Faktor fisiologis meliputi dari inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

3) Faktor kelelahan meliputi dari kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. b. Faktor-faktor eksternal terdiri dari:

1) Faktor keluarga meliputi dari cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah meliputi dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar, dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat meliputi dari kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

(11)

pengaruh dari luar yang berhubungan langsung dengan siswa dimulai dari kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat.

B. Metode Pembelajaran

Strategi dalam menyampaikan materi perlu dimiliki oleh seorang guru, agar materi yang disampaikan dapat terarah dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Roestiyah (Bahri Djamarah dan Zain, 2006:74),

Guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar.

Adapun menurut Syaiful Sagala (2009:169), “Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasikan kelas pada umumnya atau dalam menyajikan bahan pelajaran pada khususnya”. Peranan metode pembelajaran adalah sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar, dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik, apabila siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang baik adalah metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa.

(12)

belajar sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan, dalam hal ini penguasaan Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine.

1. Metode Pembelajaran Tutor Sebaya

Sekolah memiliki banyak potensi yang dapat ditingkatkan efektifitasnya, untuk menunjang keberhasilan suatu program pembelajaran. Potensi yang ada di sekolah meliputi semua sumber-sumber daya (sumber-sumber belajar) yang dapat mempengaruhi hasil dari proses belajar mengajar. Keberhasilan suatu program pembelajaran tidak disebabkan oleh satu faktor, tetapi disebabkan oleh perpaduan antara berbagai faktor yang saling mendukung.

Salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan dalam proses belajar dan pembelajaran adalah siswa. Sudirman dalam Wahyudin (www.docstoc.com, 2010:4) menyatakan:

Siswa adalah unsur pokok dalam pembelajaran, maka siswalah yang harus menerima dan mencapai berbagai informasi pembelajaran, yang pada akhirnya dapat mengubah tingkah lakunya sesuai dengan yang diharapkan.

Sejalan dengan pernyataan diatas, maka pemanfaatan siswa yang memiliki kemampuan akademis tinggi, atau siswa yang pandai sebagai komunikator atau pembimbing rekan-rekannya dalam pembelajaran selain guru, diharapkan dapat memberikan bantuan belajar bagi siswa yang mengalami kesulitan, dalam memahami bahan pelajaran yang akan dan sedang dipelajarinya.

(13)

istilah tutor sebaya dikenal dengan pembelajaran teman sebaya atau antar siswa. Ini bisa terjadi apabila siswa yang lebih mampu menyelesaikan pekerjaanya sendiri, kemudian membantu siswa lain yang kurang mampu. Ada beberapa ahli yang meneliti masalah ini diantaranya: Edward L.Dejnozken dan David E. Kopel dalam American Education Encyclopedia (Irvan Surya Naziat, 2010:22) menyebutkan pengertian tutor sebaya sebagai berikut:

Tutor sebaya (Peer Learning) adalah sebuah prosedur siswa mengajar siswa lainnya. Tipe pertama adalah pengajar dan pembelajar dalam usia yang sama. Tipe kedua adalah pengajar yang lebih tua usianya dari pembelajar. Tipe yang lain kadang dimunculkan pertukaran usia pengajar.

Dedi Supriadi (Antonious Novan, 2007:18) berpendapat bahwa:

Tutor sebaya dapat diartikan juga seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tutor tersebut diambil dari kelompok siswa yang memiliki prestasi yang lebih tinggi dari siswa-siswa lainnya.

Menurut Ischak dan Warji (Ika Marlita Sari, 2006:26) berpendapat bahwa: Tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya.

Conny Setiawan (Antonious Novan, 2007:19) berpendapat bahwa:

Tutor sebaya adalah siswa yang pandai dapat memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang pandai. Bantuan tersebut dapat dilakukan kepada teman-teman sekelasnya di luar sekolah.

(14)

sehingga anak tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari gurunya yang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri.

Pembelajaran tutor sebaya, dapat dilakukan oleh teman sebaya yang lebih pandai, memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.

Branley (1974: dalam Antonius Novan Novan, 2007:33) menyebutkan bahwa ada tiga tipe dasar dalam penyelenggaraan proses pembelajaran tutor sebaya yaitu:

a. Student to student b. Tutor to group c. Tutor to student a. Tipe Student To Student

(15)

kelompok melainkan dengan bimbingan individu pada masing-masing siswa yang mengalami kesulitan.

Gambar 2.1 Student To Student (Sumber: Antonius Novan, 2007:20) b. Tipe Tutor To Group

(16)

diberikan, dan apakah tutor memanfaatkan waktu dan sarana dengan baik. Hal ini perlu pengamatan dari guru, guru berhak melakukan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran. Guru mengadakan evaluasi di akhir pembelajaran.

Gambar 2.2 Tutor To Group (Sumber: Antonius Novan, 2007:20)

c. Tipe Tutor To Student

Kegiatan pembelajaran dengan mengunakan metode pembelajaran tutor sebaya tipe tutor to student, dimana guru membentuk tim tutor sesuai dengan kebutuhan pada tiap kelasnya, tutor memberikan bimbingan pada rekan-rekannya yang mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran maupun praktek.

(17)

2. Langkah-langkah Pelaksanaan Tutor Sebaya Tipe Tutor To Group

Pembelajaran tutor sebaya dilakukan dengan memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap tinggi, siswa tersebut kemudian memberikan bantuan kepada teman-temannya yang belum memahami materi pelajaran. Tahap-tahap kegiatan pembelajaran di kelas dengan mengunakan pembelajaran tutor sebaya adalah sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

1) Guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan, mengenai Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine, yang dirancang dalam bentuk penggalan-penggalan sub pokok bahasan. Setiap penggalan didalamnya mencakup judul penggalan dan tujuan pembelajaran.

2) Berdasarkan hasil pretes serta keaktifan siswa di dalam kelas, dipilih beberapa orang siswa yang prestasinya lebih tinggi untuk dijadikan tutor. Jumlah tutor yang di tunjuk disesuaikan dengan jumlah kelompok yang dibentuk.

3) Pengelompokan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang yang terdiri atas 5-6 orang. Keanggotaannya heterogen, baik dari segi kemampuan akademis, maupun karakteristik lainnya. Tutor yang telah ditunjuk, di sebar pada masing-masing kelompok yang telah ditentukan. Pembagian kelompok berdasarkan hasil pretes.

(18)

bisa dilakukan di luar jam pembelajaran atau sebelum proses pembelajaran. b. Tahap pelaksanaan

1) Guru membuka pelajaran sambil menginformasikan kepada siswa mengenai metode pembelajaran yang akan dilaksanakan

2) Guru menyajikan kompetensi dan tujuan yang akan dicapai, juga tentang topik materi yang akan dibahas.

3) Guru memberikan penjelasan umum terlebih dahulu mengenai pokok-pokok materi pelajaran, menggunakan media powerpoint.

4) Tutor yang telah ditunjuk, di sebar pada masing-masing kelompok yang telah ditentukan. Tutor menanyai anggota kelompoknya secara bergantian mengenai hal-hal yang belum dimengerti dari pembahasan materi yang telah disampaikan oleh guru. Tutor menyampaikan materi secara sekilas kepada anggotanya. Siswa memperhatikan materi yang disampaikan oleh tutornya dan menulis hal-hal yang penting pada materi yang disampaikan oleh tutornya. Siswa berdiskusi bersama teman-temannya ketika proses pembelajaran bersama tutornya berlangsung, dalam diskusi ini siswa harus berani mengajukan pertanyaan kepada tutor mengenai permasalahan yang belum dimengerti. Siswa berani mengeluarkan pendapat di depan teman sebayanya. Siswa melaksanakan tugas sesuai yang diminta oleh tutor atau guru. Tutor bertanggung jawab membimbing, dan memberikan bantuan kepada kelompoknya, serta menyampaikan permasalahan kepada guru jika ada materi yang belum dipahami.

(19)

kelompok ke kelompok yang lain untuk memberikan bantuan. Guru memonitoring tutor dengan berkunjung dan menanyakan kesulitan yang dihadapi setiap kelompok, pada saat mereka berdiskusi dalam kelompoknya. 6) Secara klasikal guru bersama siswa, mendiskusikan kembali permasalahan

yang dihadapi oleh siswa, setelah melakukan pembelajaran dan diskusi dengan tutor sebaya di dalam kelompoknya.

c. Tahap evaluasi

1) Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru memberikan soal-soal kepada semua siswa untuk mengetahui hasil belajar siswa pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Engine.

(20)

melakukan intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh siswa, serta mengawasi kelancaran pelaksanaan pembelajaran, dengan memberikan pengarahan dan bantuan jika siswa mengalami kesulitan dalam belajar.

Tutor sebaya merupakan bagian dari cooperative learning atau belajar bersama. Pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam cooperative learning. Menurut Lie (2004:41) bahwa “Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender (jenis kelamin), latar belakang agama, sosio-ekonomi, etnik, serta kemampuan akademik”.

Sejalan dengan pengertian diatas, maka dalam penelitian ini, kelompok yang heterogen didasarkan atas kemampuan akademik siswa, sedangkan keaneka ragaman agama, sosio-ekonomi, dan etnik dianggap telah terwakilkan dan terpenuhi. Adapun cara untuk membentuk kelompok yang heterogen adalah sebagai berikut:

a. Nilai akademik atau nilai hasil pretes diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi.

Nilai ≤ KKM = Rendah

KKM ≤ Nilai ≤ Rata-Rata = Sedang Nilai > Rata-Rata = Tinggi

(21)

3. Skema Pembelajaran Tutor Sebaya

Guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan mengenai Kompetensi Dasar

Mengidentifikasi Komponen Engine.

Guru mengelompokan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang yang terdiri dari 5-6 orang. Keanggotaannya heterogen, baik dari segi

kemampuan akademis, maupun karakteristik lainnya. Pembagian kelompok berdasarkan hasil pretes.

Guru memberikan penjelasan umum terlebih dahulu mengenai pokok-pokok materi yang akan disampaikan,

menggunakan media powerpoint.

Berdasarkan hasil pretes serta keaktifan siswa di dalam kelas, dipilih beberapa orang siswa yang prestasinya lebih tinggi untuk dijadikan

tutor. Jumlah tutor yang di tunjuk disesuaikan dengan jumlah kelompok yang dibentuk

Guru mengadakan bimbingan kepada tutor mengenai peran dan tugasnya nya sebagai tutor. Hal ini dapat dilakukan beberapa kali,

sehingga siswa yang berperan sebagai tutor benar-benar mengerti tugasnya dalam pembelajaran tersebut. Pelaksanaan bimbingan ini

bisa dilakukan di luar jam pembelajaran atau sebelum proses pembelajaran

Guru menyajikan kompetensi dan tujuan yang akan dicapai, juga tentang topik materi yang akan dibahas.

Tutor yang telah ditunjuk, di sebar pada masing-masing kelompok yang telah ditentukan.

Pelaksanaan proses pembelajaran

(22)

4. Kriteria Pemilihan Tutor

Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor. Tutor dapat berasal dari siswa yang ditugaskan guru untuk membantu teman-temannya dalam belajar dikelas. Siswa yang dipilih guru adalah teman sekelas dan memiliki kemampuan lebih cepat memahami materi yang diajarkan, selain itu memiliki kemampuan menjelaskan ulang materi kepada

Gambar 2.4 Skema Pembelajaran Tutor Sebaya

Tutor yang telah ditunjuk, di sebar pada masing-masing kelompok yang telah ditentukan. Tutor menanyai anggota kelompoknya secara bergantian mengenai hal-hal

yang belum dimengerti dari pembahasan materi yang telah disampaikan oleh guru. Tutor menyampaikan materi secara sekilas kepada anggotanya. Siswa memperhatikan

materi yang disampaikan oleh tutornya dan menulis hal-hal yang penting pada materi yang disampaikan oleh tutornya. Siswa berdiskusi bersama teman-temannya ketika

proses pembelajaran bersama tutornya berlangsung, dalam diskusi ini siswa harus berani mengajukan pertanyaan kepada tutor mengenai permasalahan yang belum dimengerti. Siswa berani mengeluarkan pendapat di depan teman sebayanya. Siswa melaksanakan tugas sesuai yang diminta oleh tutor atau guru. Tutor bertanggung jawab

membimbing dan memberikan bantuan kepada kelompoknya dan menyampaikan permasalahan kepada guru jika ada materi yang belum dipahami.

Guru mengawasi jalannya proses belajar, guru berpindah-pindah dari satu kelompok ke kelompok yang lain untuk memberikan bantuan.

Guru memonitoring tutor dengan berkunjung dan menanyakan kesulitan yang dihadapi setiap kelompok pada saat mereka berdiskusi.

Secara klasikal guru bersama siswa, mendiskusikan kembali permasalahan yang dihadapi oleh siswa, setelah

melakukan pembelajaran dan diskusi dengan tutor sebaya di dalam kelompoknya.

(23)

teman-temannya. Untuk menentukan seorang tutor, ada beberapa kriteria yang harus dimiliki seorang siswa, yaitu siswa yang dipilih harus memiliki nilai prestasi lebih baik dari teman sekelas atau kelompoknya, dapat memberikan bimbingan dan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar, dan memiliki kesabaran dan kemampuan memotivasi siswa lain dalam belajar.

Pemilihan siswa sebagai tutor ini mengacu kepada beberapa kriteria yang dikemukakan oleh Surya dan Amin (Wahyudin, www.docstoc.com.2010:31):

Dalam memilih tutor diantaranya memiliki kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran, kemampuan membantu orang lain baik secara individu maupun kelompok, prestasi belajar yang tergolong baik, hubungan sosial yang baik dengan teman-temannya, memiliki kemampuan dalam memimpin kegiatan kelompok, disenangi dan diterima oleh teman-temannya terutama kelompok rendah.

Guru dapat menunjuk dan menugaskan siswa yang pandai untuk memberikan penjelasan, juga berbagi pengetahuan yang dia punya, dengan siswa yang kurang pandai. “Karena hanya gurulah yang mengetahui jenis kelemahan siswa, sedangkan tutor hanya membantu melaksanakan perbaikan bukan mendiagnosis” (Djamarah dan Zain, 2006:26). Demikian juga, siswa yang merasa kurang dalam pelajaran, dianjurkan untuk bertanya kepada teman sebayanya yang lebih pandai. Tutor sebaya melibatkan siswa belajar satu sama lain dengan cara berbagi pengetahuan, ide dan pengalaman antara siswa. Hal ini menanamkan bahwa belajar tidak harus dengan guru disekolah, yang mengakibatkan siswa menjadi tergantung dengan guru.

(24)

a. Tutor dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang mendapat pogram perbaikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan bertanya kepadanya.

b. Tutor dapat menerangkan bahan perbaikan yang dibutuhkan oleh siswa yang menerima program perbaikan.

c. Tutor tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sosial kawan. d. Tutor mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan

bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya.

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya

Tugas sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman, dan sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri, karena dengan metode pembelajaran tutor sebaya ini, mereka (para tutor) harus berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru dengan teman sebayanya, mencari perannya sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual dan sosial. Penerapan dari pembelajaran tutor sebaya ini, diharapkan agar siswa yang kurang aktif menjadi aktif, karena tidak perlu merasa canggung dan malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapatnya secara bebas, juga rasa saling menghargai dan mengerti dibina antara siswa yang bekerja sama.

(25)

pelajaran tertentu, sehingga diharapkan dengan meningkatnya kecakapan komunikasi siswa, maka dengan sendirinya siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran yang sedang dipelajarinya karena selain lebih leluasa, bahasa antar sesama teman sebaya lebih mudah dipahami, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan demikian hasil belajar mereka akan dapat meningkat pula.

Menurut Nurita Putrianti dalam (http://psb-psma.org/content/blog/tutor-sebaya) mengemukakan bahwa:

Kelebihan tutor sebaya dalam pendidikan, yaitu dalam penerapan tutor sebaya, anak-anak diajar untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu, anak yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau ketinggalan. Di sini peran guru hanya sebagai fasilitator atau pembimbing saja.

(26)

dilakukan di luar sekolah. Para tutor dilatih berdarkan silabus yang telah ditentukan. Sejalan dengan itu Djamarah dan Zain (2006:26) mengemukakan beberapa manfaat dari kegiatan tutoring, adalah sebagai berikut:

a. Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai perasaan takut atau enggan kepada guru.

b. Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan mempunyai akibat memperkuat konsep yang sedang dibahas. Dengan memberitahukan kepada anak lain, maka seolah-olah ia menelaah setra menghafalkan kembali.

c. Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalan mengemban suatu tugas.

d. Mempererat hubungan antara sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial.

Disamping kelebihan yang diberikan oleh tutor sebaya, kesulitan pun ada dalam pelaksanaan pembelajaran dengan tutor sebaya. Seperti yang dikemukakan oleh Djamarah dan Zain (2006:27) kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan tutoring, dikarenakan:

a. Siswa yang dibantu kadang sering belajar kurang serius, karena hanya berhadapan dengan temannya, sehingga hasilnya kurang memuaskan. b. Ada beberapa anak yang menjadi malu bertanya, karena takut rahasianya

diketahui temannya.

c. Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring sukar dilaksanakan, karena perbedaan kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi program perbaikan.

d. Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor yang tepat bagi seorang atau beberapa siswa yang harus dibimbing.

e. Tidak semua siswa yang pandai atau cepat waktu belajarnya dapat mengerjakannya kembali kepada teman-temannya.

6. Metode Pembelajaran Konvensional

(27)

proses belajar mengajar yaitu komunikasi satu arah. Syaiful Sagala (2007:78) menjelaskan mengenai pendekatan ekspositori sebagai berikut:

Pendekatan ini bertolak dari pandangan, bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru atau pengajar. Hakekat mengajarnya yaitu menyampaikan materi atau ilmu pengetahuan kepada siswa, di mana siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan guru. Guru menyampaikan materi secara lisan (ceramah) dan hanya terjadi komunikasi satu arah yaitu antara guru dan siswa.

Metode pembelajaran konvensional, yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Winarno Surachmad (Suryosubroto, 2002:166) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan ceramah sebagai metode mengajar ialah:

Penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya. Selama berlangsungnya ceramah, guru bisa menggunakan alat-alat pembantu seperti gambar-gambar, agar uraianya menjadi lebih jelas tetapi metode utama dalam perhubungan guru dengan siswa adalah berbicara. Peranan siswa dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti serta mencatat pokok-pokok materi yang disampaikan guru.

(28)

pembelajaran konvensional adalah menanamkan pengetahuan kepada siswa. Siswa dianggap pasif dan sepenuhnya sebagai objek pembelajaran.

Pembelajaran ini lebih bersifat teacher center, karena guru lah yang memegang peranan utama. Berdasarkan karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran seperti ini sudah tidak sesuai lagi, karena salah satu karakteritiknya adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan lingkungan. Hal ini menunjukan bahwa siswa memiliki posisi sentral unruk mengembangkan kompetensinya, dengan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

7. Kelebihan Dan Kelemahan Metode Pembelajaran Konvensional

Beberapa kelemahan metode pembelajaran konvensional, dengan menggunakan ceramah sebagai metode pembelajarannya, menurut Syaiful Bahri Djamarah (www.martiningsih.blogspot.com, 2007) adalah sebagai berikut:

a. Membuat siswa pasif

b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa

c. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya

d. Bila terlalu lama membosankan

e. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)

Suryosubroto, (2002:166) mengatakan beberapa kelemahan metode ceramah yaitu “Guru sukar mengetahui sampai dimana siswa mengerti pembicaraanya dan siswa sering kali memberi pengertian lain dari pembicaraan guru”.

(29)

konvensional ini juga memiliki beberapa keunggulan. Hal tersebut diutarakan oleh Syaiful Bahri Djamarah (www.martiningsih.blogspot.com, 2007) sebagai berikut:

a. Guru mudah menguasai kelas

b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar

d. Mudah dilaksanakan

8. Langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Konvensional

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran konvensional dengan menggunakan ceramah sebagai metode pembelajarannya, menurut Syaiful Sagala (2007:202) adalah sebagai berikut:

a. Tahap pendahuluan

1) Guru membuka pelajaran sambil memberi pengarahan dan motivasi kemudian menjelaskan sekilas materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.

2) Menjelaskan tujuan yang akan dicapai terlebih dahulu kepada siswa, agar siswa mengetahui arah kegiatan dalam belajar.

3) Sebelum memulai membahas materi yang akan disampaikan. Guru bertanya terlebih dahulu seputar materi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

4) Kemukakan pokok-pokok materi yang akan dibahas.

5) Memancing pengalaman siswa, yang cocok dengan materi yang akan dipelajarinya.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Perhatian siswa dari awal sampai akhir pelajaran, harus tetap terpelihara agar tetap fokus nmemperhatikan apa yang disampaikan oleh guru.

2) Menyajikan pelajaran secara sistematis, tidak berbelit-belit dan tidak meloncat-loncat.

3) Kegiatan belajar mengajar diciptakan secara variatif, jangan membiarkan siswa hanya duduk dan mendengarkan, beri kesempatan untuk berfikir dan berbuat. Misalnya pelatihan mengerjakan tugas, mengajukan pertanyaan, berdiskusi, atau melihat peragaan.

4) Memberi ulangan pelajaran kepada responsi. Jawaban yang salah dan benar perlu ditanggapi sebaik-baiknya.

(30)

c. Tahap evaluasi

1) Mengambil kesimpulan dari semua pelajaran yang telah diberikan, dilakukan oleh siswa dibawah bimbingan guru.

2) Memberi kesempatan kepada siswa, untuk menanggapi materi pelajaran yang telah diberikan.

3) Melaksanakan penilaian secara komprehensif untuk mengukur peningkatan siswa.

9. Skema Pembelajaran Konvensional

Persiapan materi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine.

Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai terlebih dahulu kepada siswa, agar siswa mengetahui arah kegiatan dalam belajar.

Guru mengemukakan pokok-pokok materi yang akan dibahas.

Memancing pengalaman siswa, yang cocok dengan materi yang akan dipelajarinya.

Guru harus menjaga perhatian siswa dari awal sampai akhir pelajaran agar tetap fokus nmemperhatikan apa

yang disampaikan oleh guru. Tahap pelaksanaan

pembelajaran.

Guru membuka pelajaran sambil memberi pengarahan dan motivasi kemudian menjelaskan sekilas materi sebelumnya yang

berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.

Sebelum memulai membahas materi yang akan disampaikan. Guru bertanya terlebih dahulu seputar materi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi

(31)

C. Aktivitas Belajar

Proses pembelajaran tidak akan lepas dari aktivitas yang melibatkan antara siswa, guru, dan lingkungan sekitarnya. Aktivitas belajar itu adalah aktivitas berupa fisik maupun mental. Sardiman (2007:101) mengelompokan kegiatan siswa dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut:

1. Visual activities, misalnya: membaca, memperhatikan gambar. Guru menyajikan pelajaran secara sistematis, tidak

berbelit-belit dan tidak meloncat-loncat.

Guru memberikan ulangan pelajaran kepada responsi. Jawaban yang salah atau benar perlu ditanggapi sebaik-baiknya. Kegiatan belajar mengajar diciptakan secara variatif, jangan

membiarkan siswa hanya duduk dan mendengarkan, beri kesempatan untuk berfikir dan berbuat.

Menggunakan media pembelajaran yang variatif sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Mengambil kesimpulan dari semua pelajaran yang telah diberikan, dilakukan oleh siswa dibawah bimbingan guru.

Menutup pelajaran.

Memberi kesempatan kepada siswa, untuk menanggapi materi pelajaran yang telah diberikan.

Guru memberikan tugas individual.

(32)

2. Oral activities, misalnya: bertanya, mengeluarkan pendapat, memberi saran, wawancara, diskusi.

3. Listening activities, misalnya: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, atau pidato.

4. Writing activities, misalnya: menulis cerita atau laporan, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, misalnya: melakukan percobaan, praktik.

7. Mental activities, misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, membuat keputusan.

8. Emotional activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, gugup, tenang, berani.

1. Aktivitas Belajar dengan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya

Aktivitas belajar menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya terdiri dari tiga, yaitu: aktivitas guru, aktivitas tutor, dan aktivitas siswa.

a. Aktivitas Guru

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai metode tutor sebaya, maka guru memiliki aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan agar kegiatan pembelajaran berlangsung dengan baik. Secara garis besar kegiatan guru dalam pembelajaran tutor sebaya adalah sebagai berikut:

1) Guru sebagai pembimbing dan fasilitator, baik bagi tutor ataupun bagi siswa ketika proses pembelajaran berlangsung.

2) Guru menentukan berapa siswa yang akan diangkat menjadi tutor, dengan memperhatikan hasil pretes serta keaktifan siswa di dalam kelas.

(33)

4) Guru membagi siswa dalam satu kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5-6 orang. Keanggotaannya heterogen, baik dari segi kemampuan akademis, maupun karakteristik lainnya. Setiap kelompok terdapat seorang tutor dan pembagian kelompok berdasarkan hasil pretes. 5) Guru mengarahkan seluruh siswa dengan memberi penjelasan umum

mengenai Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine.

6) Secara klasikal guru bersama siswa, mendiskusikan kembali permasalahan yang dihadapi oleh siswa, setelah melakukan pembelajaran dan diskusi dengan tutor sebaya di dalam kelompoknya.

7) Guru mengevaluasi siswa setelah proses pembelajaran dilaksanakan. b. Aktivitas Tutor

Tutor memiliki tugas atau peran yang penting dalam pembelajaran tutor sebaya ini. Tugas/peran tutor dalam pembelajaran ini, berdasarkan atas petunjuk/arahan yang telah diberikan oleh guru. Secara garis besar tugas/peran tutor dalam pembelajaran tutor sebaya adalah sebagai berikut:

1) Tutor mempelajari materi yang akan dibahas pada proses pembelajaran sesuai dengan petunjuk guru dan dengan meminta bantuan dari guru.

2) Tutor menyampaikan materi secara sekilas.

3) Ketika proses pembelajaran berlangsung setiap satu orang tutor bertanggung jawab membantu dan membimbing kelompoknya terhadap materi yang telah dipelajari.

(34)

c. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa yang terbentuk dalam kelompok pada proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran tutor sebaya adalah sebagai berikut:

1) Visual activities, siswa memperhatikan gambar yang ditunjukan oleh tutornya. 2) Oral activities, siswa akan mengeluarkan pendapat atau bertanya pada

tutornya, jika materi pelajaran yang disampaikan belum dipahami, sehingga akan timbul suasana diskusi antar teman sebayanya yang menjadi tutor dan menyimpulkan materi pelajaran.

3) Listening activities, siswa mendengarkan uraian materi yang disampaikan oleh tutornya.

4) Writing activities, siswa menulis/mencatat hal-hal yang penting pada materi yang disampaikan oelh tutornya.

5) Drawing activities, siswa menggambar komponen engine yang ada pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine.

6) Motor activities, siswa melakukan praktik mengidentifikasi komponen engine dengan menunjukan posisi serta fungsi dari masing-masing komponen engine. 7) Mental activities, siswa menanggapi serta mengingat materi yang disampaikan

oleh tutornya.

8) Emotional activities, siswa menaruh minat, bersemangat, selama proses pembelajaran dan berani bertanya dan mengeluarkan pendapat.

2. Aktivitas Belajar dengan Metode Pembelajaran Konvensional

(35)

a. Aktivitas Guru

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai metode pembelajaran konvensional, peran guru dalam proses pembelajaran ini sangat dominan sedangkan siswa hanya sebagai pengikut dari kegiatan yang disampaikan oleh guru. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher center). Secara garis besar aktivitas guru dalam pembelajaran konvensional ini adalah sebagai berikut:

1) Guru memberikan materi pelajaran dengan ceramah kepada siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

2) Guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari. 3) Guru mengadakan evaluasi.

b. Aktivitas Siswa

Aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran konvensional lebih cenderung pasif, karena proses pembelajaran didominasi oleh guru. Walaupun aktivitasnya pasif, bukan berarti siswa tidak melakukan apa-apa atau tidak aktivitas, namun aktivitas yang dilakukan tergantung dari apa yang diperintahkan oleh guru. Secara garis besar aktivitas siswa dalam pembelajaran konvensional ini adalah sebagai berikut:

1) Siswa memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. 2) Siswa mencatat materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

(36)

D. Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine

Berdasarkan Peta Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelompok Program Produktif SMKN 8 Bandung Tahun Ajaran 2009/2010, Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine, merupakan salah satu Kompetensi Dasar pada Standar Kompetensi Melakukan Perbaikan Engine Berikut Komponen-Komponennya, pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor. Susunan program kurikulum SMKN 8 Bandung Tahun Ajaran 2009/2010, untuk Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor terbagi dalam tiga bagian mata pelajaran yaitu mata pelajaran Normatif, Adaptif, dan Produktif. Adapun Standar Kompetensi Melakukan Perbaikan Engine Berikut Komponen-Komponennya termasuk ke dalam mata pelajaran Produktif, dengan pelaksanaannya untuk Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine, dilaksanakan pada semester dua dengan jumlah jam pelajaran, yaitu 108 jam pelajaran. Kriteria Kelulusan Minimum untuk masing-masing Standar Kompetensi pada Tahun Ajaran 2010/2011 yaitu 75. Adapun ruang lingkup pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasi komponen Engine, seperti tabel dibawah ini:

Tabel 2.1 Kompetensi Kejuruan Teknik Sepeda Motor

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Melakukan Perbaikan Engine Berikut

Komponen-Komponennya

1. Mengidentifikasi Komponen Engine 2. Memeriksa Komponen Engine 3. Mendiagnosa Gangguan pada Engine 4. Memperbaiki Engine Berikut

Komponennya

5. Mengganti Komponen Engine

(37)

Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine, membahas mengenai komponen-komponen engine pada sepeda motor, baik 4 tak maupun 2 tak. Dimulai dari kepala silinder beserta komponen-komponennya, mekanisme katup beserta penggeraknya, silinder blok, poros engkol dan torak beserta komponen-komponennya. Tidak hanya pengenalan nama-nama komponen saja, tetapi dalam Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine, juga membahas mengenai cara kerja dan fungsi dari komponen-komponen tersebut.

E. Asumsi

Asumsi atau anggapan dasar merupakan pernyataan yang kebenarannya diterima oleh peneliti, sehingga tidak perlu lagi dibuktikan. Menurut Winarno Surakhmad dalam Arikunto (2002:65) mengemukakan “Asumsi merupakan titik pangkal segala pandangan dalam menghadapi masalah, hal ini terjadi karena asumsi merupakan pemikiran yang tidak diragukan kebenarannya”. Berkenaan dengan maksud tersebut, peneliti kali ini berasumsi:

1. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal yang datang dari individu itu sendiri dan faktor eksternal yang datang dari luar.

2. Setiap siswa memiliki kemampuan kognitif yang berbeda.

3. Setiap siswa memiliki potensi untuk mencapai hasil belajar maksimal.

4. Penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

(38)

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian yang perlu dibuktikan kebenarannya. Siregar (2004:129) mengemukakan bahwa “Hipotesis adalah dugaan (penafsiran) sementara mengenai suatu hal, melalui sekelompok sampel terukur, untuk menjelaskan populasinya, tetapi kebenarannya belum teruji”. Pembuktian dilakukan melalui pengukuran dan analisis tehadap sampel yang diambil dari populasi. Berdasarkan landasan teori dan asumsi yang diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H0 : µ1 ≤ µ2

Peningkatan hasil belajar siswa, yang belajar dengan guru yang menerapkan metode pembelajaran tutor sebaya, tidak lebih baik dibandingkan dengan peningkatan hasil belajar siswa, yang belajar dengan guru yang menerapkan metode pembelajaran konvensional, pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Komponen Engine di SMK Negeri 8 Bandung.

HA : µ1 > µ2

Gambar

Gambar 2.1 Student To Student  (Sumber: Antonius Novan, 2007:20)  b.  Tipe Tutor To Group
Gambar 2.2 Tutor To Group  (Sumber: Antonius Novan, 2007:20)
Gambar 2.4 Skema Pembelajaran Tutor Sebaya
Gambar 2.5 Skema Pembelajaran Konvensional
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis keragaman pada tabel 11 dan 12 pengaruh berat bibit dan pemberian pupuk NPK terhadap berat basah rimpang umur 180 HST berpengaruh nyata terhadap

Maka dibutuhkan sebuah aplikasi pembelajaran berbasis multimedia yang dapat menampilkan berbagai macam contoh peraturan, kesalahan teknik bermain, istilah dan bahasa

Dokumen pelaksanaan anggaran yang selanjutnya disebut sebagai Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) merupakan dokumen yang disusun oleh Pengguna

Oleh karena itu, Islam mewajibkan umatnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara bekerja keras untuk mencapai kesejahteraan ekonomi, mereka juga diperintahkan untuk memilih

b denotes bankruptcies, I banks' total credit supply, y real GDP, rm real yield on government bonds, sx the Unitas stock index deflated by consumption prices, fx the real exchange

Pakaian adat tradisional Jakarta biasa disebut dengan nama Pakaian Adat Betawi yang dipengaruhi dari berbagai corak masyarakat Jakarta yang sangat beragam diantaranya dipengaruhi

a benar karena sesuai dengan ekspresi dan alur komik, b salah karena baju mereka berbeda sehingga menggambarkan kalau Banu dan Dewa berada dalam tim yang berbeda, c salah karena

Dengan demikian penelitian berbasis aksi nyata ini bagian dari dakwah bil- hal , yang secara langsung turut serta dalam membantu masyarakat atau nelayan untuk mengoptimalkan aset