• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING

Bera Tri Handayani, M. Arifuddin, Misbah

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat [email protected]

Abstrak: Rendahnya keterampilan proses sains siswa dikarenakan siswa kurang didorong untuk mengembangkan keterampilan proses menyebabkan perlunya dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan cara meningkatkan keterampilan proses sains siswa melalui model guided discovery learning pada materi fluida statis. Tujuan khusus penelitian adalah mendeskripsikan: (1) keterlaksanaan RPP, (2) keterampilan proses sains, (3) aktivitas siswa, dan (4) hasil belajar. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus, setiap siklusnya terdiri dari: plan, action/observation, dan reflective. Perangkat dan instrumen penelitian yang digunakan adalah RPP, LKS, THB, materi ajar, rubrik penilaian keterampilan proses sains, dan lembar observasi keterampilan guru serta aktivitas siswa. Data diperoleh dari hasil tes, observasi, dan dokumentasi. Temuan penelitian yaitu: (1) keterlaksanaan RPP yaitu 83%

pada siklus I menjadi 90% dengan kategori sangat baik pada siklus II; (2) keterampilan proses sains siswa, yaitu 61% pada proses pembelajaran dan 69% pada akhir siklus I dengan kategori baik menjadi 83% dan 93% pada siklus II dengan kategori sangat baik;

(3) Aktivitas belajar siswa juga meningkat dari 69% dengan kategori aktif pada siklus I menjadi 86,8% dengan kategori sangat aktif pada siklus II; (4) hasil belajar siswa, yaitu 86% (tuntas) pada siklus I menjadi 97% (tuntas) pada siklus II. Diperoleh simpulan bahwa keterampilan proses sains siswa meningkat setelah diterapkan model guided discovery learning.

Kata kunci: Guided discovery learning, keterampilan proses sains, fluida statis, hasil belajar

Abstract: The low science skill process of students is because the students are less support to develop the science process skill. It causes the need of research conduct which aims to describe the way to increase science skill process of the students through the model of guided discovery learning in static fluid subject. The special purpose was to describe: (1) the implementation of RPP, (2) science process skill, (3) students’ activity and (4) learning outcome. This research was class action research which consist of two cycles, each cycle involved: plan, action/observation and reflective. The equipment and instrument of the research which were used were RPP, LKS, THB, teaching material, science process skill assessment and documentation. The findings of this research were:

(1) the implementation of RPP was 70% with good category in I cycle became 90% with very good category in cycle II; (2) the science process skill of the students, 61% on learning process and 69% in the end of cycle I with good category also increased from 69% with active category on cycle I became 86,8% with very active category o cycle II:

(4) the learning outcome was 86% (complete) on cycle I became 97% (complete on cycle II. The conclusion is the science process skill increases after the implementation of guided discovery learning model.

Keywords: Guided discovery learning, science process skill, static fluid, learning outcome.

(2)

PENDAHULUAN

Keterampilan proses sains merupakan salah satu dari keterampilan- keterampilan yang diperlukan oleh seorang siswa untuk dapat mengembangkan potensi dirinya.

Menurut Sartika (2015), keterampilan proses sains (KPS) merupakan metode ilmiah yang dalamnya melatihkan langkah-langkah untuk menemukan sesuatu melalui eksperimen dan percobaan. Menurut Nur (2011) keterampilan proses sains siswa dapat diukur, yang pertama dari pengembangan hipotesis yaitu suatu penjelasan untuk menjawab suatu pertanyaan ilmiah. Kedua pengontrolan variabel, setiap eksperimen melibatkan beberapa variabel yaitu variabel manipulasi, respon, dan kontrol. Ketiga mendefinisikan operasional variabel yaitu pernyataan yang menjelaskan bagaimana suatu variabel tertentu harus dikenali atau diukur. Keempat menganalisis data, yaitu menjelaskan data yang diperoleh dari hasil pengamatan/eksperimen. Kelima membuat kesimpulan, yaitu pernyataan yang mengringkaskan apa yang telah dipelajari dari suatu pengamatan atau eksperimen. Menggunakan model ilmiah dalam mengembangkan sains diperlukan keterampilan proses sains untuk memperoleh pengetahuan baru

atau mengembangkan pengetahuan yang dimiliki siswa. Selain itu menurut Sudrajat, Zainuddin, dan Misbah (2017) dengan melatihkan keterampilan proses sains dapat membantu siswa dalam mencapai keberhasilan belajar secara optimal.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan proses sains dalam mata pelajaran fisika sangatlah penting. Melalui keterampilan proses sains siswa dapat melakukan pengamatan maupun penyelidikan sehingga dapat menemukan suatu konsep/prinsip/teori. Tetapi proses pembelajaran selama ini siswa kurang didorong untuk mengembangkan keterampilan proses, seperti halnya siswa XI IPA 2 SMA PGRI 6 Banjarmasin. Mereka hanya menghafal, menimbun dan mengingat sebuah informasi yang mereka dapat, tanpa harus dituntut untuk memahami apa yang mereka pelajari. Akibatnya, siswa kurang terlatih untuk menemukan sendiri konsep maupun fakta yang mereka pelajari, sehingga berdampak negatif kepada keterampilan prosesnya.

Berdasarkan lembar kerja siswa yang dibagikan ke siswa XI IPA 2 SMA PGRI 6 Banjarmasin, siswa terhadap keterampilan proses sains, dari 38 siswa 97% tidak mampu menjawab merumuskan hipotesis, 100% tidak

(3)

mampu menjawab mengidentifikasi variabel dan mengdefinisikan operasional variabel, 55% tidak mampu menjawab menganalisis data, 26% siswa tidak mampu menjawab memprediksi dan 95% tidak mampu menjawab membuat kesimpulan. Selain itu, dari hasil wawancara bersama guru fisika SMA PGRI 6 Banjarmasin pada bulan November 2016 banyak siswa yang tidak memperhatikan pembelajaran, hal ini menyebabkan nilai siswa di bawah rata-rata. Selain itu untuk keterampilan proses sains, siswa hanya dilatihkan beberapa aspek seperti menyimpulkan dan menganalisis. Kemampuan menyimpulkan maupun menganalisis siswa juga berkategori rendah hal ini didasari dengan lembar kerja siswa yang dibagikan kepada siswa sebagai observasi awal. Dari permasalahan tersebut, perlu adanya tindakan untuk siswa XI IPA 2 PGRI 6 Banjarmasin melalui model guided discovery learning. Menurut Ilmi, dkk (2012) model guided discovery learning adalah model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa, dimana siswa dibimbing untuk menyelidiki dan menemukan sendiri fakta/konsep fisika, sehingga keterampilan dan pengetahuan yang mereka peroleh merupakan temuan sendiri. Hal ini didukung Pratiwi (2016)

dimana model guided discovery learning akan memberikan kesempatan pada anak mengikuti proses, melakukan maupun menemukan sendiri. Selain itu menurut pendapat Mariani (2017) model guided discovery learning tidak akan membuat siswa jenuh dalam proses pembelajaran terutama pelajaran fisika, karena siswa akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang diatas dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah keterlaksanaan RPP pada penerapan model guided discovery learning?, (2) Bagaimana keterampilan proses sains siswa XI IPA 2 SMA PGRI 6 Banjarmasin setelah diterapkan model guided discovery learning pada materi fluida statis?, (3) Bagaimana aktivitas siswa XI IPA 2 SMA PGRI 6 Banjarmasin selama pembelajaran mengunakan model guided discovery learning pada materi fluida statis?, dan (4)Bagaimanakah hasil belajar siswa XI IPA 2 SMA PGRI 6 Banjarmasin setelah diterapkan model guided discovery learning pada materi fluida statis? Adapun tujuan penelitian ini ialah mendeskripsikan cara meningkatkan keterampilan proses sains siswa XI IPA 2 SMA PGRI 6 Banjarmasin melalui model guided discovery learning pada materi fluida statis.

(4)

KAJIAN PUSTAKA

Keterampilan proses sains merupakan keterampilan untuk memperoleh ilmu melalui pengamatan, klasifikasi, interferensi, merumuskan hipotesis, dan melakukan eksperimen (Bundu, 2006). Selain itu menurut Maradona (2013) keterampilan proses sains dapat menjadi salah satu bentuk pembelajaran yang dinilai efektif dalam membantu siswa mengembangkan keterampilannya serta menemukan fakta dan konsep yang diterimanya dalam pembelajaran di kelas. Keterampilan proses sains yang dinilai dalam penelitian ini meliputi menganalisis data, merumuskan hipotesis, menyimpulkan, mengidentifikasi variabel, memprediksi, dan mendefinisikan operasional variabel.

Menurut Rahmi, Zainuddin, dan Suriasa (2013) model guided discovery learning mendorong siswa untuk berfikir sehingga siswa tersebut dapat menemukan prinsip/konsep/teori berdasar bahan yang telah disediakan dan bantuan dari gurunya. Guru bertindak sebagai penunjuk arah, membimbing dan memberi kemudahan bagi siswanya sehingga mereka dapat menggunkan ide, konsep, dan keterampilan yang telah dipelajari untuk menemukan pengetahuan yang baru.

Selain itu menurut Wilcox (Nur, 2008)

dengan model guided discovery learning guru dapat mendorong siswa mendapatkan konsep atupun sendiri sehingga siswa memiliki pengalaman sendiri. Model guided discovery learning dapat dilaksanakan dengan mengembangkan sintaks di atas. Fase pertama, guru memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Kedua, guru akan membagi siswa dalam beberapa kelompok, dan menjelaskan prosedur/langkah-langkah dalam pembelajaran. Pada fase ketiga guru membimbing siswa dalam penemuan (praktikum). Fase keempat guru meminta siswa mempresentasikan hasil pengamatan dan guru membimbing presentasi hasil pengamatan. Pada fase kelima guru membimbing siswa merangkum pembelajaran dan menjawab permasalahan awal.

Menurut Purwanto (2008) perubahan tingkah laku maupun sifat manusia dalam proses pembelajaran merupakan hasil belajar. Selain itu menurut Setiawan, Jamal, dan Salam (2016) Hasil belajar adalah tingkat pencapaian atau ketuntasan belajar siswa terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah tingkat

(5)

pencapaian siswa sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran untuk mencapai ketuntasan siswa terhadap tujuan pembelajaran. Model guided discovery learning akan memotivasi siswa dalam pembelajaran, hal ini didukung oleh Martini (2012) dengan model guided discovery learning siswa akan lebih termotivasi dalam belajar ketika mereka menemukan sendiri daripada mereka hanya mendengarkan penjelasan guru. Pada penelitian ini aspek atau ranah yang dinilai adalah ranah kognitif yaitu berupa hasil belajar siswa.

Menurut Masita, dkk (2012) aktivitas belajar siswa adalah kegiatan siswa selama pembelajaran.. Pada penelitian ini aktivitas yang dinilai adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran yang meliputi membaca, melakukan pengamatan, menggunakan alat, melakukan percobaan, dan mengkomunikasikan serta mengajukan pertanyaan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini ditujukan untuk mengatasi masalah pada kelas XI IPA 2 SMA PGRI 6 Banjarmasin berkaitan dengan rendahnya keterampilan proses sains siswa. Penelitian ini terdiri atas 2 siklus, masing-masing siklus

dilaksanakan 2 kali pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari perancanaan, meliputi: membuat perangkat pembelajaran, instrumen penelitian, dan lembar observasi. Tindakan yaitu pelaksanan fase-fase pembelajaran meliputi: menyampaikan motivasi dan tujuan, serta menampilkan suatu informasi masalah, menjelaskan langkah-langkah penemuan dan mengorganisasikan siswa dalam belajar, membimbing siswa bekerja melakukan kegiatan penyelidikan/hasil kegiatan penemuan, dan membimbing siswa

mempresentasikan hasil

penyelidikan/hasil kegiatan penemuan, serta membimbing siswa menganalisis proses penemuan dengan memberikan umpan balik. Observasi selama melakukan tindakan kelas dilakukan observasi oleh observer (guru mitra dan teman sejawat). Refleksi setelah semua data terkumpul meliputi hasil keterlaksanaan RPP, hasil pengamatan aktivitas siswa, dan tes hasil belajar, akan dilakukan analisis dan refleksi.

Penelitian ini dilakukan di SMA PGRI 6 Banjarmasin beralamat di Jalan Belitung Darat Simp. Anem Komp.Antaluddin RT.29 N0.26 Banjarmasin. Penelitian dimulai bulan Januari sampai dengan Juli 2017 yang dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2017.

(6)

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat hasil belajar, lembar observasi aktivitas siswa, dan keterlaksanaan RPP yang dilakukan guru selama pembelajaran, lembar instrumen untuk keterampilan proses sains, dan dokumentasi berupa foto-foto Adapun analisis data keterampilan proses sains dianalisis menggunakan rumus:

%𝑲𝑷𝑺 =𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉

𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍 × 𝟏𝟎𝟎% (1)

Kriteria pencapaian keterampilan proses sains sebagai berikut:

Tabel 1. Kriteria pencapaian keterampilan proses sains

No. Persentase Kriteria

1 81-100 Sangat baik

2 61-80 Baik

3 41-60 Cukup

4 21-40 Lemah

5 0-20 Sangat lemah

(Avianti&Yonata,2015)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Berdasarkan lembar observasi, persentase keterlaksanaan model guided discovery learning secara keseluruhan selama penelitian terlihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Keterlaksanaan RPP siklus I dan II

Siklus Persentase Keterlaksanaan

I 83%

II 90%

Adapun presentase ketuntasan keterampilan proses sains siswa selama proses pembelajaran dan setiap akhir siklus.

Tabel 3. Persentase ketuntasan

No Keterampilan

Proses Sains Siklus I Proses Produk 1. Merumuskan

hipotesis 51% 65%

2. Identifikasi

variabel 56% 69%

3. Definisi operasional variabel

41% 53%

4. Menganalisis data 66% 69%

5. Menyimpulkan 73% 78%

6. Memprediksi 80% 83%

Rata-Rata 61% 69%

Adapun presentase pada siklus II sebagai berikut.

Tabel 4. Persentase ketuntasan

No Keterampilan

Proses Sains Siklus II Proses Produk 1. Merumuskan

hipotesis

89% 96%

2. Identifikasi variable 88% 92%

3. Definisi operasional

variable 67% 86%

4. Menganalisis data 80% 96%

5. Menyimpulkan 81% 93%

6. Memprediksi 89% 93%

Rata-rata 83% 93%

Aktivitas siswa secara lengkap berdasarkan hasil pengamatan dapat di lihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada siklus I dan II

No Aktivitas siswa Siklus

I Siklus II 1. Melakukan

pengamatan 77.5% 87.5%

2. Menggunakan alat 70.0% 87.5%

3. Melakukan

percobaan 75.0% 87.5%

4. Mengkomunikasikan 73.8% 87.5%

5. Mengajukan

pertanyaan 48.8% 83.8%

(7)

Hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Penilaian ketuntasan hasil belajar

Siklus Persentase Penilaian

I 86%

II 97%

Pembahasan Hasil Penelitian

Pada persentase rata-rata keterlaksanaan RPP pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa 83% dengan reliabilitas sebesar 0,8 dan secara keseluruhan pelaksanaan RPP pada siklus ini dapat dikatakan sangat baik.

Aspek atau keterlaksanaan RPP pada fase 1, fase 2, fase 3, dan fase 4 terlaksana semua dan dapat dikategorikan sangat baik oleh pengamat secara umum. Pada fase 5 semua kegiatan juga terlaksana semua tetapi dikategorikan baik saja secara keseluruhan. Sedangkan pada fase penutup hanya dikategorikan cukup baik, hal ini dikarenakan siswa maupun guru belum terbiasa menggunakan model guided discovery learning, sehingga waktu yang seharusnya cukup melakukan semua fase dengan maksimal menjadi sedikit sehingga pada fase penutup kurang maksimal.

Pada siklus II, peneliti mencoba memperbaiki kekurangan pada pertemuan sebelumnya, sehingga secara umum keterlaksanaan RPP pada siklus II semua kegiatan terlaksana semua dan

dikategorikan dengan sangat baik.

Untuk persentase rata-rata keterlaksanaan RPP pada siklus II adalah 90% dengan reliabilitas sebesar 0,85 Dari hasil analisis menunjukkan bahwa keterlaksanaan RPP mengalami peningkatan dan berkategori sangat baik. Terjadinya peningkatan ini dikarenakan guru sudah bisa mengoptimalkan waktu pelajaran, serta siswa juga sudah terbiasa dengan model guided discovery learning sehingga proses pembelajaran lebih mudah dilakukan. Keterampilan proses sains dapat meningkatkan dengan model guided discovery learning karena dalam pembelajaran guided discovery learning siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Ilmi, dkk (2012) Menurut Ilmi, dkk (2012) model guided discovery learning adalah model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa, dimana siswa dibimbing untuk menyelidiki dan menemukan sendiri fakta/konsep fisika, sehingga keterampilan dan pengetahuan yang mereka peroleh merupakan temuan sendiri.. Selain itu, penelitian yang dilakukan Susanti, dkk (2016) menyimpulkan keterampilan proses sains siswa dapat meningkat dengan model guided discovery learning.

(8)

Diperoleh data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pada proses pebelajaran maupun akhir siklus I, keterampilan proses sains siswa masih rendah merumuskan hipotesis sebesar 51% dan 65%, mengidentifikasi variabel sebesar 56% dan 69%, mendefinisikan operasional variabel sebesar 41% dan 53%, menganalisis data 66% dan 71%, dan menyimpulkan sebesar 73% dan 78%, serta memprediksi 80% dan 83%.

Tabel 4 menunjukkan persentase ketuntasan keterampilan proses sains pada siklus II, pada proses pembelajaran dan perakhir siklus diperoleh merumuskan hipotesis berturut-turut sebesar 89% dan 96%, mengidentifikasi variabel sebesar 88% dan 92%, mendefinisikan operasional variabel sebesar 67% dan 86%, menganalisis data 80% dan 96% menyimpulkan sebesar 81% dan 93%, dan memprediksi sebesar 89% dan 93%. Meningkatnya keterampilan proses sains siswa dikarenakan menggunakan model guided discovery leraning. Setiap langkah-langkah model guided discovery leraning dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

Menurut Rahmi, Zainuddin, dan Suriasa (2013) model guided discovery learning mendorong siswa untuk berfikir sehingga siswa tersebut dapat menemukan prinsip/konsep/teori

berdasar bahan yang telah disediakan dan bantuan dari gurunya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hariani, Zainuddin &

Hartini (2015), Susanti dan Suliyanah (2016), serta Rahmi, Zainuddin, dan Suriasa dkk (2013) bahwa melalui model guided discovery learning dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Peningkatan keterampilan proses sains terjadi karena pembelajaran menggunakan model guided discovery learning, dimana model ini dapat menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan berkembangnya keterampilan proses sains siswa.

Aktivitas siswa mengalami peningkatan. Rendahnya aktivitas siswa disebabkan sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar melalui penerapan model guided discovery learning dan juga siswa masih malu- malu. Pada siklus II terjadi peningkatan dikarenakan siswa sudah terbiasa dengan model guided discovery learning. Terjadinya peningkatan aktvitas siswa pada penelitian ini juga dikarenakan oleh pembelajaran menggunakan model guided discovery learning, menurut Hosnan (2014) model. Selain itu menurut Sahara (2016) dengan model guided discovery learning siswa akan melatih siswa untuk berpikir kreatif dan mendukung siswa lebih aktif.

(9)

Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Setiawati, Zainuddin, dan Suyidno (2013) bahwa aktivitas siswa dapat meningkat melalui penerapan model guided discovery learning dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan Tabel 6 pada siklus I didapatkan ketuntasan secara klasikal sebesar 86%. Dilihat dari hasil yang didapatkan dari 35 siswa yang mengikuti tes hasil belajar atau evaluasi yang dilakukan oleh guru, hanya 30 siswa yang mencapai nilai KKM.

Terdapat 5 siswa lainnya tidak mencapai nilai KKM. Siklus II diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 97%.

Beberapa siswa tidak tuntas secara klasikal pada siklus I maupun siklus II hal ini dikarenakan siswa kurang dalam soal bertaraf analisis. Menurut Wilcox (Nur, 2008) dengan model guided discovery learning guru dapat mendorong siswa mendapatkan konsep atupun sendiri sehingga siswa memiliki pengalaman sendiri. Menurut Karim (2011) dan Sultan (2017) penggunaan guided discovery learning dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa Penelitian yang dilakukan oleh Haryani, dkk (2010) model guided discovery learning juga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik saat pembelajaran., Menutut (Annisa, Zainuddin & Salam, 2017) model guided discovery learning

juga mampu mengasah dan melatihkan keterampilan berpikir siswa, seperti berpikir kreatif.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains siswa XI IPA 2 PGRI 6 Banjarmasin dapat meningkat melalui penerapan model guided discovery learning. Untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa dilakukan dengan cara sebagai berikut:

(1) Guru merancang perangkat dan instrumen pembelajaran yang berorientasi guided discovery learning.

(2) Guru melaksanakan setiap fase model guided discovery learning yang telah dirancang. (3) Guru memperbaiki permasalahan-masalahan yang terjadi selama proses pembelajaran. (4) Guru lebih intensif membimbing siswa dalam kegiatan-kegiatan yang melatihkan keterampilan proses sains. (5) Guru mendorong siswa lebih aktif dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan meminta siswa untuk menanggapinya, serta guru meminta siswa untuk bertanya.

Hal ini didukung oleh temuan sebagai berikut. (1) Keterlaksanaan RPP meningkat setiap siklusnya, yaitu 83%

dan 90% (2) Peningkatan keterampilan proses sains siswa (merumuskan

(10)

hipotesis, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, menganalisis data, menyimpulkan, dan memprediksi) pada siklus I selama proses pembelajaran sebesar 61% dan pada akhir siklus senilai 69% dengan kategori baik, sedangkan selama proses pembelajaran sebesar 83% dan akhir siklus II sebesar 93% dengan kategori sangat baik. (3) Peningkatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran, karena untuk setiap aspek mengalami peningkatan dari siklus I aktivitas siswa dikategorikan aktif menjadi sangat aktif pada siklus II. (4) Peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan model guided discovery learning, sebesar 86% (tuntas), dan 97% (tuntas).

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Y. N., Zainuddin, Z., & Salam, A. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Cahaya Dengan

Model Penemuan

Terbimbing. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 5(1), 75-88.

Avianti, R & Bertha Y. (2015).

Keterampilan proses sains melalui penerapan model pembelajaran kooperatif materi asam basa kelas XI SMAN 8 Surabaya. Jurnal of Chemical Education. 04: 224-231 Bundu, P. (2006). Penilaian

Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran

Sains-SD. Departemen

Pendidikan Nasional, Jakarta Hariani, N., Zainuddin, Z., & Hartini, S.

(2016). Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Melalui Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Untuk Kelas VII B SMP Negeri 27 Banjarmasin Pada Materi Pokok Kalor. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 3(3), 329-341.

Haryani, A. T. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Pada Materi Pokok Kalor Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII A MTs Darul Ulum Beringin Semarang Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi Sarjana. Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang. Tidak Dipublikasikan

Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia, Bogor

Ilmi, A. N. A, Meti I, & Riezky M. P.

(2012). Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Guided Discovery Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi. 04: 44-52

Karim, A. (2011). Penerapan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar. Jurnal Pendidikan. 1: 21-32

(11)

Maradona. (2013). Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI IPA SMA Islam Samarinda Pada Pokok Bahasan Hidrolisis Melalui Metode Eksperimen. Prosiding Seminar Nasional Kimia, Kalimantan Timur. Hlm: 62-70

Mariani, M. (2017). Penerapan Model Penemuan Terbimbing Berbasis LKPD Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Peserta Didik Kelas XII1 Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung. Jurnal Pendidikan Fisika, 2(1), 18-24.

Martini, S., Supardi, Z. I., & Agustini, R. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Penemuan Terbimbing Untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Pada Materi Pokok Suhu dan Kalor. JPPS: Jurnal Penelitian Pendidikan Sains, 1(2), 74-79.

Masita, M, Edwin M, & Muhammad S.

(2012). Peningkatan aktivitas siswa pada pembelajaran matematika melalui pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jurnal Pendidikan Matematika. 01: 21-24

Nur, M. (2011). Modul Keterampilan- keterampilan Proses Sains.

Universitas Negeri Surabaya, Surabaya

Pratiwi, D. (2016). Meningkatkan Keterampilan Proses Sains

Dengan Metode

Guided Discovery Pada Anak Kelompok B Tk Salafiyah Pleret Bantul. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains. 1: 49-58

Purwanto. (2014). Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Rahmi, K., Zainuddin, Z., & Suriasa, S.

(2016). Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Suatu Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 1(1), 1- 15.

Sahara, L., & Sani, R. A. (2016).

Pengaruh Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Dan Aktivitas Siswa Pada Materi Pokok Suhu Dan Kalor Di SMA Negeri 1 Limapuluh. Jurnal INPAFI (Inovasi Pembelajaran Fisika), 4(2).

Sartika, S. B. (2015) Analisis Keterampilan Proses Sains (Kps) Mahasiswa Calon Guru Dalam Menyelesaikan Soal Ipa Terpadu.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, Sidoarjo. Hlm: 28-33 Setiawan, H., Jamal, M. A., & Salam, A.

(2016). Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Fisika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Juai Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 4(1), 27-32.

Setiawati, M., Zainuddin, Z., &

Suyidno, S. (2016).

Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 1(1), 16-28.

Sudrajat, A., Zainuddin, Z., & Misbah, M. (2017). Meningkatkan

(12)

Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X MA Muhammadiyah 2 Al Furqan Melalui Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 1(2), 74-85.

Sultan, A. D. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan

Pendekatan Penemuan

Terbimbing untuk meningkatkan Keterampilan Proses Sains

Siswa. JURNAL PENDIDIKAN FISIKA, 1(3), 202-208.

Susanti, R. L & Suliyanah. (2016).

Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Kalor Di Kelas X SMAN 1 Nganjuk. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF). 05: 64- 68

Gambar

Tabel  1.  Kriteria  pencapaian  keterampilan  proses  sains

Referensi

Dokumen terkait

Untuk membandingkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang telah memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran Guided Discovery Learning berbasis Multiple

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMA melalui model pembelajaran discovery learning dengan.. scientific

Secara teoritis penggunaan model guided discovery learning efektif ditinjau dari pemecahan masalah matematis siswa seperti hal dikemukan oleh Eggen dan Don (2012: 177)

Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Mutoharoh (2011) pada siswa kelas XI SMA Negeri 72 Jakarta Utara yang menunjukkan bahwa model guided discovery learning terbukti efektif

Dalam model pembelajaran Peer Led Guided Inquiry dan Discovery Learning peserta didik sama-sama terlibat langsung dalam proses pembelajaran, peserta didik

Skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Learning dengan Media Kartu Pintar terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X Matematika Ilmu

JMP-DMT 44 2023 | 423 Implementasi Model Pembelajaran Guided Discovery Learning Untuk Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Sari Dianti1, Dini Meldiya Putri2, Liza Nopita Sari3, Elvi

The aim is to develop teaching materials in the form of an e-module guided discovery learning model in the HOTS- based independent learning curriculum.. The steps of the Guided