• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELATIHAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PELATIHAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

ematian ibu, bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesehatan suatu negara.

MDG’s dalam goals 4 dan 5 mengamanatkan bahwa angka kematian balita harus mampu diturunkan menjadi 2/3.

Sehingga di tahun 2015 angka kematian bayi menjadi 17/1000 kelahiran hidup ( KH ), balita 23/1000 kelahiran hidup.

Bank dunia tahun 1993

melaporkan Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) adalah intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut ( ISPA ), diare, campak, malaria, kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut. MTBS yang diperkenalkan WHO dan UNICEF di Indonesia pada tahun 1997.

Sebagaimana diketahui dalam penerapan MTBS, tenaga kesehatan dibekali cara untuk mengenali secara dini dan cepat semua gejala anak sakit, sehingga dapat ditentukan apakah anak sakit ringan, berat dan perlu segera dirujuk. Jika penyakitnya tidak parah, bidan/perawat dapat memberi pengobatan/tindakan sesuai pedoman MTBS.

Dalam modul MTBS, juga diuraikan isi dan cara konseling bagi ibu atau pengasuh anak.

Oleh karena itu sangat diperlukan pengetahuan dan ketrampilan yang memadai untuk mengatasi masalah – masalah tersebut serta dapat menyebarkan pengetahuannya kepada masyarakat, keluarga, ibu.

K

Tim pelatih MTBS

Peserta Pelatihan MTBS

(2)

Terkait dengan hal tersebut diatas maka Dinas Kesehatan Kab Trenggalek akan menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) pada tahun 2014.

Tujuan dari dilaksanakannya pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) secara umum adalah mengajarkan proses manajemen kasus kepada perwat, bidan, dokter dan tenage kesehatan lain yang menangani balita sakit dan bayi muda di fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Pondok bersalin, klinik, balai pengobatan maupun melalui kunjungan rumah

Sedangkan tujuan khusus dilaksanankannya pelatihan ini adalah :

1. Adanya Petugas yang terlatih Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) tingkat desa maupun Puskesmas

2. Menurunkan angka kematian bayi dan balita terutama pada 10 (sepuluh) penyakit terbanyak.

Peserta terdiri dari Dokter sejumlah 5 orang ( berasal dari Puskesmas Pucanganak, Bendungan, Durenan, Dongko dan Baruharjo ) dan Bidan sejumlah 5 orang ( dari Puskesmas Tugu, Pogalan, Kampak, Munjungan dan Suruh ) yang dilaksanakan dalam 10 hari pada bulan Oktober 2014.

Proses manajemen kasus disajikan dalam suatu bagan yang memperlihatkan urutan langkah- langkah dan cara pelaksanaannya. Bagan tersebut menjelaskan langkah-langkah sebagai berikut :

 Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan – 5 tahun

 Menentukan tindakan dan memnberi pengobatan

 Memberi konseling bagi ibu

 Manajemen Terpadu Bayi Muda umur kurang dari 2 bulan

 Memberi pelayanan tindak lanjut

Dalam menangani balita sakit dan bayi muda, peserta akan belajar menurut bagan, termasuk :

 Menilai tanda-tanda dan gejala penyakit, status imunisasi. Status gizi dan pemberian vitamin A

 Membuat klasifikasi

Pelatihan MTBS

(3)

 Menentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi anak dan memutuskan apakah seorang anak perlu dirujuk

 Memberi pengobatan pra rujukan yang penting, seperti dosis pertama antibiotik, vitamin A, dan perawatan anak untuk mencegah turunnya gula darah dengan pemberian air guls, resomal, hangatkan anak untuk mencegah hipotermia serta merujuk anak.

 Melakukan tindakan di fasilitas kesehatan ( kuratif dan preventif ) seperti pemberian oralit, tablet Zinc, vitamin A dan imunisasi

 Mengajari ibu cara memberi obat di rumah ( seperti antibiotil oral atau obat anti malaria ) dan asuhan dasar bayi muda

(4)

PELATIHAN BAYI BERAT LAHIR

RENDAH

esehatan ibu, bayi, balita dan keluarga berencana merupakan salah satu fokus prioritas utama pembangunan kesehatan dari delapan fokus prioritas pada tahun 2020- 2014, dimana angka kematian ibu ( AKI) dan angka kematian bayi ( AKB ) adalah indikator utama dalam RPJMN tahun 2010-2014 yang harus berhasil diupayakan penurunannya, AKI diharapkan menjadi 118/100.000 KH sedangkan target MDG’s 5 yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah 102/100.000 KH. AKB diharapkan target MDG’s 4 turun menjadi 23/1.000 KH.

Untuk mencapai hal tersebut dalam Rencana Strategis Depkes terdapat 4 strategi utama yaitu meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas, meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan, meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan pembiayaan kesehatan masyarakat.

Di Kabupaten Trenggalek AKB (Angka Kematian Bayi) tahun 2011 sebesar 11,9 per 1000 kelahiran hidup;

tahun 2012 sebesar 7,5 /1000 kelahiran hidup sedangkan tahun 2013 sebesar 7,2/1000 kelahiran hidup. Dari data tersebut diketahui bahwa Angka Kematian Bayi dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 di Kabupaten Trenggalek mengalami tren menurun. Sedangkan penyebab kematian bayi dimulai dari urutan terbanyak adalah Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ) yaitu 41,1 %, Kelainan bawaan 19,6 %, Asfiksia 14,3 %, Infeksi 14,3 %, lain – lain 8,9 %, Trauma lahir 1,8 %.

Sehingga intervensi yang tepat untuk menurunkan kematian bayi tersebut adalah Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehatan tentang penatalaksanaan neonatal atau bayi baru lahir mulai dari tingkat desa sampai Rumah Sakit. Terkait dengan hal tersebut diatas maka Dinas Kesehatan

K

Praktek Pemakaian Baju Kanguru Pelatihan BBLR

(5)

Kab Trenggalek menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ) bagi Bidan yang dilaksanakan mulai tanggal 29 sampai dengan 31 Oktober 2014.

Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ) adalah : Bayi yang lahir dengan berat lahir < 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan

Tujuan umum diselenggarakannya Pelatihan Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ) adalah meningkatkan ketrampilan dan kualitas tenaga kesehatan dalam tata laksana Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ) sebagai salah satu intervensi Upaya Penurunan Angka Kematian Bayi dan Balita

Sedangkan tujuan khusus dari Pelatihan Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ) adalah :

 Adanya Petugas yang terlatih Manajemen BBLR tingkat desa maupan Puskesmas

 Peserta yang telah dilatih mampu melaksanakan manajemen BBLR di lapangan dengan baik dan benar sesuai dengan kewenangan dan fasilitas yang dimiliki

Peserta pelatihan adalah Bidan di Desa dengan kasus kematian bayi dengan penyebab kematian BBLR sejumlah 20 orang, dengan materi pelatihan :

 Mengenal Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR )

 Tatalaksana Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ): Saat & Sesudah lahir

 Asuhan Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ) Sehat

 Asuhan Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ) Sakit

 Asuhan pra rujukan pada Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR )

 Asuhan pasca perawatan

 Pemantauan tumbuh kembang

 Pencatatan dan Pelaporan

Tim pelatih BBLR

(6)

Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 29 sampai dengan 31 Oktober 2014, selain pembelajaran secara teori peserta juga diberikan ketrampilan dalam : Menilai Berat Bayi Lahir Rendah ( BBLR ), Resusitasi, Menghangatkan bayi, Menyuntik intra muskular, Konseling pemberian ASI yang benar (Manajemen laktasi)

Karena semua peserta adalah Bidan dan secara umum sudah pernah mendapatkan materi tentang Berat Bayi Lahir Rendah ( BBLR ) maka pendekatan pelatihan yang dipakai adalah

 Adult learning process = Pembelajaran cara dewasa

 PBK = Pelatihan Berbasis Kompetensi

Prinsip Utama Pelatihan Berbasis Kompetensi ( PBK ) :

 Pembelajaran cara dewasa

 Interaktif, relevan dan praktis.

 Peran pelatih lebih kearah memandu terbentuknya pengalaman belajar

 Perilaku panutan yang dapat memfasilitasi pembelajaran keterampilan/ prosedur yang telah distandardisasi.

 Kompetensi.

Evaluasi peserta didasarkan pada sebaik apa peserta mengerjakan keterampilan, bukan pada seberapa banyak mendapatkan bahan ajaran.

 Menggunakan model anatomik dan alat bantu sebanyak mungkin agar peserta bisa praktek ber ulang sebelum praktek ke klien.

Selain itu peserta akan dinilai dengan menggunakan kriteria dalam Tujuan Pembelajaran Evaluasi dalam penyelenggaraan Pelatihan Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ) menggunakan

 Kuesioner - Awal - Tengah

 Evaluasi Kinerja - Keterampilan - Praktek

 Evaluasi Pelatihan

Sedangkan Sasaran Akhir dari Pelatihan Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ) Peserta pelatihan (Bidan) mampu mengelola BBLR di lapangan dengan baik dan benar sesuai dengan kewenangan dan fasilitas yang dimiliki.

Referensi

Dokumen terkait

Makalah disampaikan dalam seminar “Penentuan Hari Jadi Jawa Barat; sebuah Analisis Historis” yang diselenggarakan oleh Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang

Zeolit alam termodifikasi surfaktan HDTMA-Br dikarakterisasi dengan FTIR dan SEM: (1) karakterisasi menggunakan FTIR untuk mengetahui gugus fungsi yang ada

Klik 2x pd daerah grafik Xplot , kmdian masukkan log pd sumbu X, &amp; sumbu Y, &amp; skala warna menggunakan log gamma ray correction... Jendela edit

Suatu komitmen profesional pada dasarnya merupakan persepsi yang berintikan loyalitas, tekad dan harapan seseorang dengan dituntut oleh sistem nilai atau norma yang akan

Harus dinyatakan bahwa nilai ini bergantung pada bentuk kristal (misalnya kisi kubus sederhana atau kubus berpusat muka, dsb.)dan hal ini akan menghasilkan tafsir ganda itu.

Konstipasi, (sembelit) yaitu penyakit susah buang air besar. Penyakit ini disebabkan oleh kebiasaan menunda buang air besar dan kurang mengonsumsi makanan berserat.

Pengujian program pada form lokasi pengukuran terdiri dari pengujian pada proses pengambilan data posisi, pemberian nomor GPS, konversi, penyimpanan data, tampilan peta

pemerintah setempat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lhokseumawe 2011-2031 merencanakan pengembangan pada kawasan waduk Pusong sebagai kawasan lahan basah