• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 7.1 Sketsa Komponen Batubara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Gambar 7.1 Sketsa Komponen Batubara"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VII

ANALISA TOTAL MOISTURE 7.1. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum analisa total moisture adalah untuk mengerti, mampu melaksanakan, menganalisa serta membandingkan cara kerja total moisture batubara dengan metode ASTM dan ISO.

7.2. Dasar Teori

Analisis batubara untuk bahan bakar digolongkan menjadi beberapa analisis, yakni analisis dasar yaitu analisis proksimate (moisture, ash, volatile matter dan fixed carbon), analisis ultimate (karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur dan oksigen), penentuan unsur tertentu dalam batubara dan penentuan khusus untuk batubara bahan bakar (nilai panas, indeks hardgrove, indeks abrasi, suhu leleh ash, analisis ash, kalor dan lain-lain) (Muchjidin, 2006).

Jika batubara dimisalkan sebagai batang atau tabung, maka bagian–bagian komponen batubara adalah sebagai berikut :

Gambar 7.1

Sketsa Komponen Batubara

Substansi batubara selain seperti yang diilustrasikan diatas, batubara juga dapat digolongkan lagi menjadi beberapa golongan substansi seperti :

1. Coal Proximate

Batubara dapat dibagi menjadi 4 bagian dalam proximate, dimana pada bagian organik batubara dibagi lagi menjadi 2 berdasarkan sifat penguapan atau keteruraian dengan pemanasan

(2)

pada suhu tertentu dan waktu tertentu. Bagian organik yang menguap atau terurai ketika batubara dipanaskan tanpa oksigen pada temperatur 900o C digolongkan sebagai volatile matter.

Sedangkan bagian organik batubara yang tetap pada pemanasan tersebut digolongkan sebagai fixed carbon atau karbon tetap.

Volatile matter biasanya berasal dari struktur alifatik carbon yang mudah putus dengan thermal dekomposisi, sedangkan fixed carbon berasal dari gugus rantai carbon yang kuat seperti gugus aromatik.

Semakin tinggi peringkat batubara semakin besar jumlah carbon yang membentuk aromatik, dan semakin tinggi juga fixed carbon dan semakin rendah volatile Matter yang diperoleh. Oleh karena itu peringkat batubara dapat dilihat dengan penurunan volatile matter.

Gambar 7.2 Sketsa Coal Proximate

2. Coal Ultimate

Pada penggolongan batubara ultimate, unsur moisture dan mineral matter tetap, tetapi unsur organiknya dibagi berdasarkan unsur pembentuk organik tersebut. Unsur-unsur pembentuk organik batubara terdiri dari total carbon, baik yang berasal gugus alifatik maupun yang berasal dari gugus aromatic. Kemudian hidrogen (tidak termasuk hidrogen yang berasal dari air atau moisture serta nitrogen, sulfur dan oksigen. Dalam penentuannya oksigen tidak

(3)

secara langsung ditentukan melainkan dengan cara mengurangkan unsur organik yang 100% dikurangi dengan carbon, hidrogen, nitrogen dan sulfur.

Gambar 7.3 Skesta Coal Ultimate

Salah satu tahapan penting dalam rangkaian proses eksploitasi dan produksi batubara adalah memahami benar tipikal batubara dalam hal ini kualitasnya. Mengingat biaya eksploitasi yang mahal, kita harus memperhitungkan aspek ekonomis. Hanya batubara dengan kualitas yang bagus dan seamnya (lapisan) tebal akan menjadi titik target untuk ditambang. Demikian juga dalam rangkaian proses produksi yang pada ujungnya akan berhubungan dengan marketing dimana customer/buyer akan membeli produk batubara dengan parameter kualitas tertentu sesuai dengan kebutuhan. Untuk mengetahui persentasi kandungan zat-zat atau mineral tertentu serta nilai total moisture yang terkandung dalam batubara tersebut agar dapat diketahui kualitasnya, analisa yang biasa dilakukan pada bagian ini adalah : 1. Analisis Proksimate Batubara (Coal Proximate Analysis)

Analisis proksimate batubara bertujuan untuk menentukan kadar moisture (air dalam batubara) kadar moisture ini mengcakup pula nilai free moisture serta total moisture, ash (debu), volatile matters (zat terbang) dan fixed carbon (karbon tertambat).

a. Analisa Kadar Moisture

(4)

Analisa kadar moisture, yaitu mengukur kandungan air dalam batubara saat batubara itu di analisa. Cara mengujinya yaitu dengan menyiapkan sejumlah sample batubara dengan ukuran halus 0.212 mm atau 0.250 mm dipanaskan dengan suhu di atas titik didih air tetapi jangan terlalu tinggi.

Menggunakan oven khusus pada suhu 105ºC - 110ºC.

Ada 2 cara dalam menganalisa kadar air yang terkandung dalam batubara tersebut yang pertama menggunakan gas tekan tujuannya agar uap air yang sudah terbentuk terdorong dari dalam oven dengan cepat. Yang kedua dengan menggunakan gas yang sukar bereaksi seperti gas inert yaitu gas nitrogen. Jadi saat batubara dipanaskan maka dialirkan gas nitrogen pada ruangan oven. Kadar air dihitung dari berat yang hilang setelah dipanaskan.

Gambar 7.4

Sketsa Oven

Moisture

b. Kadar Abu (Ash

Content)

Analisa

kadar abu batubara

adalah proses dimana tujuan akhirnya ingin mendapatkan kadar abu dalam batubara dan ini berbeda dengan kadar air kadar abu

(5)

batubara ini mencerminkan kadar abu pada asal batubara itu di ambil meski mengalami proses preparasi yang sama dengan analisa kadar air.

Cara mengujinya yaitu dengan menyiapkan sejumlah sampel dengan berat tertentu sampel batubara kemudian dipanaskan secara bertahap sampai mencapai temperature 8150C dalam waktu tertentu sampai didapat berat yang konstan.

Kadar abu dapat di hitung dari berat residu setelah pemanasan.

Gambar 7.5

Sketsa Automatik

Proximate c. Volatile Matter

Volatile matters adalah kandungan batubara yang terbebaskan pada temperatur tinggi tanpa keberadaan oksigen (misalnya CxHy, H2, SOx, dan sebagainya). Cara mengujinya yaitu dengan menyiapkan sejumlah sampel dengan berat tertentu, sampel dipijarkan pada suhu 900-950°C tanpa kontak dengan udara dalam waktu tertentu. Zat terbang dihitung dari komponen yang hilang dikurangi kadar airnya.

(6)

Gambar 7.6

Sketsa Volatile Matter Analyzer d. Fixed Carbon

Fixed carbon ialah kadar karbon tetap yang terdapat dalam batubara setelah volatile matters dipisahkan dari batubara.

Kadar fixed carbon ini berbeda dengan kadar karbon (C) hasil analisis ultimate karena sebagian karbon berikatan membentuk senyawa hidrokarbon volatile. Nilai FC tidak didapat melalui analisis tetapi melalui perhitungan berikut ini

e. Total Sulfur

Total sulfur adalah banyaknya kandungan sulfur dalam batubara, baik itu sulfur organik atau sulfur an-organik. Sulfur atau belerang dalam batubara dapat dijumpai dalam wujud mineral pirit, kalsium sulfat, atau belerang organik. Pada saat pembakaran berubah menjadi SO2.

Sejumlah contoh batubara dipanaskan diatas tungku pada suhu 1350°C dan dialirkan gas O2 dengan kederasan 1 liter/menit membentuk gas SO2 yang ditampung pada bejana yang berisikan hidrogen peroksida membentuk asam sulfat, asam sulfat dititar dengan natrium tetraborat dengan Double indikator methylene red ditambah methylene blue dari warna ungu berubah menjadi kehijauan.

(7)

Gambar 7.7

Sketsa

Alat Uji Kadar Sulfur

Analisa proximate ini berguna untuk menentukan rank batubara, rasio pembakaran (fuel ratio) dan dapat digunakan untuk mengkonversi basis analisa untuk parameter uji. Masing- masing parameter dalam proximate memiliki prosedur tersendiri dalam pengujiannya.

(Anonim, 2014)

2. Analisis Ultimate Batubara (Coal Ultimate Analysis)

Analisis ultimate dilakukan untuk menentukan kadar karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen, (N), dan sulfur (S) dalam batubara. Kandungan oksigen merupakan indikator yang paling signifikan dari sifat kimia batubara, yaitu untuk keperluan penerapannya dipembakaran, pencairan dan pengkokasan, serta untuk menentukan peringkat. Kandungan oksigen secara tradisi dihitung sebagai oxygen by different (O diff) yaitu porsi sisa batubara setelah dikurangi C, H, N dan S. Kandungan oksigen diperoleh secara tidak langsung sehingga mengakumulasi semua kesalahan yang terjadi dalam analisis unsur dalam penentuan basis mineral matter atau basis bebas mineral matter.

Analisa ultimate ini sepenuhnya dilakukan oleh alat yang sudah terhubung dengan komputer. Prosedur analisis ultimate ini cukup ringkas; cukup dengan memasukkan sampel batubara ke dalam alat dan hasil analisis akan muncul kemudian pada layar komputer.

(8)

Gambar 7.8

Sketsa Alat Uji Analisa Ultimate

Pada dasarnya air yang terdapat dalam suatu batubara maupun yang terurai dari batubara apabila dipanaskan hingga suhu tertentu, terbagi dalam bentuk-bentuk yang menggambarkan ikatan serta asal muasal air tersebut dalam batubara.

Ada dua bentuk wujud moisture pada batubara yakni air yang terdapat di dalam batubara dalam wujud H2O dan air hasil penguraian zat organik yang ada dalam batubara tersebut. Air yang terdapat dalam batubara dapat dibagi dalam tiga bentuk, yaitu:

1. Inherent moisture

Inherent moisture adalah air yang secara fisik terikat dalam rongga-rongga kapiler serta pori-pori batubara yang relatif kecil, serta mempunyai tekanan uap air yang lebih kecil jika dibandingkan dengan tekanan uap air yang terdapat di permukaan batubara. Inherent moisture disebut juga bed moisture atau in-situ moisture adalah moisture yang terkandung dalam batubara (dalam molekul batubara) di lapisan bawah tanah. Untuk mensimulasi kondisi bawah tanah, yang mempunyai kelembaban relatif 100%, sulit untuk dilakukan, sehingga untuk mengetahui kandungan inherent moisture yang tepat sulit dilakukan. Sebagai pendekatan dibuatlah suatu tes dengan kondisi simulasi yang dapat dilakukan di laboratorium.

Kondisi tersebut yaitu kelembaban relatif 96-97% dan suhu 30oC.

Oleh karena adanya perbedaan kondisi tersebut, maka perbedaan antara hasil analisis dengan inherent moisture yang sebenarnya selalu ada, terutama pada lower rank coal (batubara derajat rendah) yang kandungan moisturenya tinggi.

(9)

2. Adherent moisture

Adherent moisture adalah air yang terdapat di permukaan batubara atau di dalam pori-pori batubara yang relatif besar. Air dalam bentuk ini mudah menguap pada suhu ruang.

3. Air Kristal

Air kristal adalah air yang terikat secara kimiawi di dalam batubara. Bentuk ini akan menguap pada suhu yang sangat tinggi.

Karena air ini terikat pada mineral-mineral yang terkandung dalam batubara, maka suhunya pun akan tergantung pada jenis mineral tersebut. Penguapan pada umumnya terjadi pada 450° C.

Beberapa negara menetapkan standar-standar yang berbeda pula tergantung konsesinya masing-masing.

Moisture pada batubara bukanlah seluruh air yang terdapat dalam pori-pori batubara baik yang besar maupun kecil yang terbentuk dari penguraian batubara selama pemanasan. Moisture dari batubara ialah air yang menguap dari batubara apabila dipanaskan sampai suhu 105° – 110° C. Moisture terdiri dari satu senyawa kimia tunggal, wujudnya dapat berbentuk air dalam batubara, berbentuk senyawa teradsorpsi dan sebagai senyawa yang terikat secara kimia. Sebagian dari moisture merupakan komponen dari zat mineral dan tidak terikat pada batubara.

Berdasarkan pengertian tersebut, serta melihat kembali kepada bentuk-bentuk air yang terdapat dalam batubara, maka hanya air dalam bentuk inherent moisture dan adherent moisture sajalah yang dapat dikategorikan sebagai moisture batubara, sedangkan dua bentuk lainnya yaitu air kristal mineral dan air hasil penguraian zat organik karena oksidasi tidak termasuk air batubara.

Pada dasarnya air yang terdapat di dalam batubara maupun yang dari batubara jika dipanaskan sampai kondisi tertentu terbagi ke dalam bentuk-bentuk yang menggambarkan ikatan serta asal mula air tersebut di dalam batubara. Ada dua bentuk atau wujud moisture pada batubara yaitu air yang terdapat langsung di dalam batubara serta air hasil penguraian zat organik karena adanya oksidasi terhadap batubara tersebut.

(10)

Banyaknya jumlah inherent moisture di dalam suatu batubara dapat digunakan sebagai tolak ukur tinggi rendahnya rank batubara tersebut. Jika semakin tinggi nilai inherent moisture yang terkandung dalam suatu batubara maka semakin rendah pula tingkat rank batubara tersebut. Istilah lalin yang terdapat di permukaan batubara di dalam pori-pori batubara yang relatif besar disebut dengan adherent moisture.

Air dalam bentuk ini mudah menguap dalam suhu ruang.

Adherent moisture adalah moisture yang dianggap terdapat pada permukaan suatu batubara dan pori-pori batubara yang terlihat besar.

Surface moisture adalah istilah yang digunakan oleh International Standard Organization (ISO), British Standard (BS), dan Australian Standard (AS). Sedangkan ASTM atau American Standard for Testing Materials menggunakan istilah free moisture. Nilai adherent moisture diperoleh dari pengurangan nilai total moisture oleh nilai inherent moisture (adherent moisture = total moisture – inherent moisture).

Keberadaan adherent moisture pada batubara dapat terjadi dalam beberapa situasi, antara lain:

1. Bercampurnya air tanah dengan batubara pada saat penambangan maupun pada kondisi asalnya ketika masih di dalam tanah.

2. Air hujan yang membasuhi tumpukan batubara di stockpile.

3. Sisa-sisa air yang tertinggal pada permukaan batubara setelah proses pencucian.

4. Air yang disemprotkan pad stockpile batubara yang bertujuan untuk mengurangi debu batubara tersebut.

Kandungan air yang terdapat dalam batubara secara umum ada dua, yaitu air permukaan (free moisture) dan kandungan air bawaan (inherent moisture).

Kandungan air permukaan terdapat dalam permukaan dan retakan-retakan batubara. Kandungan air bawaan ini penting untuk diketahui, karena dapat digunakan untuk mengidentifikasi peringkat batubara. Makin tinggi kandungan air bawaan dalam batubara, maka makin rendah peringkat batubara tersebut. Biasanya analisa ini untuk

(11)

mengetahui jumlah air bawaan yang terkandung dalam batubara setelah dikering–anginkan dalam kondisi laboratorium.

...(7.1)

Keterangan :

M3 = massa cawan, tutup cawan dan contoh setelah pemanasan (g) M2 = massa cawan, tutup cawan dan contoh sebelum pemanasan (g)

M1 = massa contoh (g)

M ad = moisture dalam contoh yang telah dikeringkan (air-dried) (%) Perhitungan :

...(7.2)

Keterangan :

W1 = massa cawan, tutup cawan dan contoh sebelum pemanasan (g) W2 = massa cawan, tutup cawan dan contoh setelah pemanasan (g)

Analisis proksimat batubara bertujuan untuk menentukan kadar moisture (air dalam batubara). Kadar moisture ini mencakup pula nilai free moisture serta total moisture, ash (debu), volatile matter (zat terbang), dan fixed carbon (karbon tertambat). Metode ini biasa digunaakan untuk menetapkan rank batubara, untuk menunjukkan rasio combustion ke incombustion, sebagai dasar pembelian dan penjualan, dan untuk evaluasi keuntungan ataupun untuk tujuan lain. Dalam pengujian kualitas batubara, analisis batubara didasarkan pada keadaan as received (ar), air dried base (adb), dry base (db), dry ash- free (daf) dan dry mineral matter-free (dmmf).

Adapun parameter-parameter yang terukur dalam analisis proksimat antara lain:

(12)

1. Lengas (moisture)

Bentuk air dalam batubara dapat dibedakan menjadi lengas permukaan (free/surface moisture), lengas tertambat (inherent moisture) dan lengas total (total moisture).

a. Lengas Permukaan

Lengas ini berada pada pernukaan partikel batubara akibat pengaruh dari luar seperti cuaca/iklim (hujan), penyemprotan di stockpile pada saat penambangan atau transportasi tergantung dari kondisi penambangan serta keadaan udara pada saat penyimpanan dan dapat hilang dengan penguapan, misalnya air drying. Lengas ini tidak tergantung pada tipe batubara namun dipengaruhi ukuran partikel, karena kadar lengas meningkat dengan makin besarnya luas permukaan luar batubara. Air yang ditambahkan melalui penyemprotan untuk menekan debu dan mengurangi abu juga termasuk sebagai lengan permukaan. Lengas bebas biasanya akan terlepas ke udara apabila batubara dibiarkan di dalam ruang pada suhu kamar sampai menjadi kesetimbangan dengan kondisi udara di sekitarnya.

b. Lengas tertambat

Lengas ini adalah lengas yang terikat secara kimiawi dan fisika di dalam batubara pada saat pembentukan batubara. Lengas ini hanya berpengaruhnya pada pengangkutan, penanganan, penggerusan, maupun pada pembakaran pembakaran batubara. Pada umumnya kadar lengas terikat semakin tinggi dengan semakin rendahnya peringkat (rank) batubara.

c. Lengas total

Lengas ini adalah banyaknya air yang terkandung dalam batubara seusai dengan kondisi diterima, baik yang terikat secara kimiawi maupun akibat pengaruh kondisi luar seperti iklim, ukuran butiran, maupun proses penambangannya.

2. Abu (ash)

(13)

Komposisi batubara bersifat heterogen, terdiri dari unsur-unsur organik dan senyawa anorganik yang merupakan hasil rombakan batuan batuan yang ada di sekitarnya, bercampur selama proses transportasi, sedimentasi dan proses pembatubaraan. Abu hasil dari pembakaran batubara ini yang dikenal sebagai ash content. Abu merupakan kandungan residu non-combustible yang umumnya terdiri dari senyawa-senyawa silika oksida (SiO2), kalsium oksida (CaO), karbonat dan mineral-mineral lainnya.

Bahan sisa dalam bentuk padatan ini antara lain senyawa SiO2, TiO3, Al2O3, Mn3O4, CaO, Fe2O3, MgO, K2O, Na2O, P2O, SO3, dan oksida unsur lain.

Kadar abu batubara secara sederhana didefinisikan sebagai residu anorganik yang terjadi setelah batubara dibakar sempurna. Kadar abu dalam batubara berpengaruh terhadap nilai kalorinya, makin tinggi kadar abu maka nilai kalornya berkurang. Terjadinya abu dalam batubara dapat sebagai inherent mineral matter atau extraneous mineral matter.

a. Inherent mineral matter

Mineral ini berhubungan dengan tumbuhan asal pembentukan batubara itu sendiri, mineral matter ini tidak dapat dihilangkan atau dicuci dari batubara.

b. Extraneous mineral matter

Berasal dari tanah penutup atau lapisan-lapisan yang terdapat di antara lapisan batubara, biasanya terdiri dari slate (batusabak), sandstone (batupasir), clay (lempung), atau limestone (batugamping). Mineral matter ini dapat dikurangi pada saat pencuciam batubara setelah proses crushing.

Mineral matter atau abu dalam batubara yang terutama terdiri dari senyawa senyawa Si, Al, Fe dan Se sedikit Ti, Mn, Mg, Na, K dalam bentuk silikat oksida, sulfide, sulfat dan fosfat, sedangkan unsur seperti As, Cu, Pb, Ni, Zn dan uranium sangat

(14)

terdapat sedikit sekali yang disebut trace element, makin banyak mineral yang terdapat di dalam suatu batubara maka kadar abu nya juga semakin tinggi.

Hydrogen and Nitrogen in Analysis Samples of Coal and Carbon in Analysis Samples of Coal and Coke. Penggunaan analisis ini sebagai berikut:

a. Nilai karbon dan hidrogen dapat digunakan untuk menentukan jumlah oksigen (udara) yang diperlukan dalam proses pembakaran dan untuk perhitungan efisiensi proses pembakaran.

b. Penentuan karbon dan hidrogen dapat digunakan dalam perhitungan material balance, reaktivitas dan hasil produk yang relevan dengan proses konversi batubara seperti gasifikasi dan pencairan.

(15)

c. Nilai karbon dan nitrogen dapat digunakan dalam perhitungan material balance yang digunakan untuk tujuan perhitungan emisi.

3. Coal Maceral

Pada penggolongan coal maceral, unsur moisture dan mineral matter tetap, akan tetapi unsur organiknya dibagi berdasarkan substansi pembentuk batubara yang terdiri dari 3 golongan atau grup maceral yaitu vitrinite, exinite atau liptinite, dan inertinite. Grup maceral ini didasarkan pada fosil atau bahan pembentuk batubara seperti daun, akar, batang, cutikula, spora dan lain-lain.

Gambar 7.4 Sketsa Coal Maceral

Kebanyakan pengujian yang dilakukan pada batubara bersifat empiris. Hasil yang diperoleh tidak secara absolut mengukur sifat–

sifat intrinsik dari batubara tersebut, tetap dengan melakukan perbandingan terhadap batubara–batubara tertentu yang memiliki peringkat, jenis dan sifat analisa yang mirip atau berdekatan. Hal ini sangat jelas pada analisa proximate, HGI, abrasion index, dan ash fusion temperature. Nilai absolut diperoleh dari hasil analisa ultimatee dan nilai kalori. Hasil analisa dari pengujian parameter tersebut biasanya dilaporkan dalam basis dry ash free (daf), dan pada basis ini hasil tersebut tergantung dari validitas nilai kadar air dan abu yang dilaporkan.

(16)

Berdasarkan pada analisa proksimat, terdapat beberapa perbedaan antara metode International Organization for Standardization (ISO) dengan American Society for Testing and Materials (ASTM). Perbedaan tersebut meliputi :

1. Moisture in the analysis sample

a. Moisture in the analysis sample berdasarkan metode ASTM adalah :

1) Selama analisa, contoh dikeringkan di dalam oven pada suhu 107 °C selama satu jam.

2) Pengeringan contoh analisa dasar (general analysis sample) sampai berat konstan selama preparasi contoh.

Dengan catatan pada preparasi contoh bahwa untuk lignit perlu diperjelas antara penentuan berat konstan dan invalidasi dari hasil analisa dari parameter lainnya yang dapat terpengaruh dengan membiarkan contoh dengan suhu yang meningkat pada waktu tertentu. Suhu dan waktu maksimum yang diperbolehkan adalah 40 °C selama maksimum 14 jam.

3) Contoh dikeringkan dalam udara.

b. Moisture in the analysis sample berdasarkan metode ISO adalah :

1) Selama preparasi contoh, contoh analisa dasar hanya dikeringkan sampai contoh tersebut dialirkan melalui peralatan penggerus dan pembagi. Waktu pengeringan maksimum yang direkomendasikan adalah 6 jam pada 30

°C atau 4 jam pada 40 °C.

2) Selama analisa, contoh dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C sampai berat konstan. Untuk batubara Indonesia dapat tercapai dalam 3 jam.

3) Batubara dikeringkan dalam nitrogen bebas oksigen dan dalam minimum free space oven untuk mengurangi kemungkinan batubara teroksidasi.

(17)

2. Ash in the analysis sample

a. Ash in the analysis sample berdasarkan metode ASTM adalah :

1) Kadar abu (ash) ditentukan pada suhu 750 °C.

2) Jika contoh mengandung mineral-mineral pirit dan karbonat dalam kadar yang signifikan, sulit untuk dapat diperoleh nilai reprodusibilitas antar laboratorium yang memuaskan, kecuali furnace dipanaskan pada kenaikan suhu yang tertentu. Jika prosedur tersebut digunakan dan masih belum dapat memperoleh nilai duplikasi yang baik, maka hasil analisa abu dapat dilaporkan dalam basis sulfur free basis. Pada batubara Indonesia dikarenakan kebanyakan memiliki pH yang rendah, maka kadar mineral karbonatnya sangat kecil atau tidak ada.

3) Tidak ada penentuan rate kenaikan suhu pada furnace sampai mencapai suhu yang dibutuhkan untuk kebanyakan jenis batubara.

b. Ash in the analysis sample berdasarkan metode ISO adalah : 1) Kadar abu (ash) ditentukan pada suhu 815 °C.

2) Furnace harus mencapai suhu 500 °C dlam waktu 45 menit dari keadaan suhu kamar, dan mencapai suhu 815

°C dalam waktu 45 menit.

3. Volatile Matter in the analysis sample

a. Volatile matter in the analysis sampel berdasarkan metode ASTM adalah :

1) Batubara dipanaskan dalam cawan platina pada suhu 950 °C selama 6 menit.

2) Metode juga membahas mengenai penanganan sparkling coal dimana terjadi kehilangan material batubara secara fisik dari contoh, yang disebabkan oleh moisture yang terlepas secara mendadak jika contoh langsung dipanaskan pada suhu 950 °C. Metodenya adalah dengan

(18)

memanaskan batubara secara bertahap pada suhu 600

°C selama 6 menit, kemudian pada suhu 950 °C selama 6 menit.

3) Tidak diterangkan mengenai udara di dalam furnace selama pengujian.

b. Volatile matter in the analysis sampel berdasarkan metode ISO adalah :

1) Batubara dipanaskan pada suhu 900 °C selama 7 menit.

2) Pengujian menggunakan furnace dengan pintu tertutup rapat sehingga udara tidak dapat mengalir ke dalam furnace selama pengujian.

Gambar

Gambar 7.4 Sketsa Coal Maceral

Referensi

Dokumen terkait

Masyarakat sekitar yang kurang tanggap akan kebersihan lingkungan menyebabkan hunian mereka menjadi tidak sehat.. Dengan demikian, dibutuhkan kawasan perkotaan yang sehat dan mampu

Keluarga besar Kimia Fisika kak Reni (thanks buat kepercayaan selama ini dalam penggunaan fasilitas Laboratorium), Rosna S.Si, Arwin S.Si, Tina S.Si, Erwin (makasih buat

136 Mesin pengemas vertikal semi otomatis memiliki beberapa keunggulan yaitu bagian plastik yang merekat lebih lebar sehingga menjamin kemasan tidak bocor sehingga

Pemberian ekstrak etanol daun sirih merah secara oral dengan dosis 1,0 dan 1,5 g/KgBB menekan peningkatan berat badan dengan mekanisme penurunan nafsu makan

Exccess Processing Las Terjadi defect pada mantel Terjadi keropos 20-75% pada mantel Terjadi kesalahan ketika proses pengecoran Material tercanpur dengan bahan non bahan

Makna asosiasi dapat dihubungkan dengan waktu atau peristiwa, makna asosiasi dapatpula dihubungkan dengan tempat atau lokasi, dan makna asosiasi dapat pula dihubungkan

Pada cara palpasi, saat tekanan manset melebihi tekanan sistole, aliran darah berhenti, denyut arteri radialis hilang?. Ketika tekanan manset diturunkan, mulai pada

Stasiun pendorong beroprasi untuk mendorong benda kerja berjumlah 6 yang tersusun 3 baris setiap lantai pada rak stasiun pengangkat agar benda kerja dapat distribusikan ke stasiun