IMPLEMENTASI PROGRAM SAFETY RIDING DI PASAMAN BARAT (Studi Kasus: Remaja Simpang Empat Kec. Pasaman Kab. Pasaman Barat)
Kasih Mesra1 , Rinel Fitlayeni2, Ikhsan Muharma Putra2
1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat
2 Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat kasih.fe55@gmail.com
ABSTRACT
Safety riding is somethink must police to do for make aless traffic accident. West Pasaman is one have high violation traffic accident and every year allways up. Although in west Pasaman have a safety riding programs by traffict police but teenager in Simpang Empat. Still do violation traffic much. Purpose of this research is description implementation safety riding and for know form violation traffic by teenagers. Conclusion this research is implementation of safety ridings program is started to run well. Purpose this program is reduce traffic accident. Form of violation from teenagers is not us helm, not have SIM, unquthorized STNK, not have number plate, and violation traffic light. The form of safety ridings program is sosialisation, seminar, ojek station, via billboard, banner and one of traffic police explain to teenager about safety riding programs in flag ceremony.
Keywords : Implementation, Safety Ridings Program
PENDAHULUAN
Kita melihat bahwa kondisi masyarakat Indonesia pada saat sekarang ini sangat jauh ketertinggalannya dari negara lain terutama dalam hal mematuhi aturan- aturan yang diberlakukan oleh pemerintah. Dalam hal aturan berlalu lintas misalnya, kita melihat bahwa masih banyak masyarakat yang tidak mematuhi aturan dan rambu-rambu lalulintas padahal sebenarnya itu adalah untuk keselamatan kita
bersama terutama untuk diri masyarakat itu sendiri.Meski berbagai aturan sudah dikeluarkan untuk membuat situasi lalu lintas tetap kondusif, pada kenyataannya masih saja banyak pengguna jalan yang tidak mengindahkan aturan lalu lintas di jalan raya (I news tv, Jumat 7 Juli 2017)
Berbagai tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh individu maupun kelompok tersebut yang tidak mematuhi aturan, nilai
dan norma yang sudah diterapkan dalam masyarakat oleh pemerintah.
Adapun aturan yang sudah diterapkan oleh berbagai pihak dan pemerintah akan tetapi penyimpangan itu masih saja tetap terjadi di Indonesia.
Safety riding merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mengurangi angka kecelakaan lalulintas dan dampak dari kecelakaan lalulintas.
Program ini dilaksanakan oleh polisi bagian lalulintas (lantas) terhadap masyarakat dalam menggunakan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat melalui himbauan ke pangkalan ojek, club motor, himbauan di persimpangan jalan, melalui spanduk, baliho- baliho, kampanye program safety riding ini juga dilaksanakan di sekolah-sekolah misalnya kepala unit laka lantas menjadi pembina upacara bendera. Meskipun, sudah diadakan programsafety riding akan tetapi pelanggaran-pelanggaran kecil sampai besar pun masih banyak terjadi jalan raya. Hal itu menyebabkan semakin besarnya
peluang terjadinya kecelakaan di jalan raya sehingga menyebabkan banyaknya korban dari tahun ke tahun, khususnya dikalangan pelajar (Wirawan,Etika Berkendara dan Cerminan Budaya Bangsa, 2008:57).
Data Kamseltibcar Lantas Pasaman Barat pada tahun 2015 dan tahun 2016 yang diambil selama pelaksanaan operasi zebra (tahun 2015 dan 2016) untuk tingkat Pasaman Barat khususnya di Simpang Empat sebagai berikut:
Tabel 1. Data Pelanggaran Lalu Lintas 2015-2016
N o
Kasus Pelanggaran
Tahun 2015 2016 1 Tidak pakai helm 650 704 2 Tidak pakai SIM 1220 1620 3 STNK tidak sah 327 285 4 Tidak memiliki
Plat Nomor
32 22
5 Melanggar lampu lalu lintas
61 38
6 Melanggar rambu atau marka
104 66 7 Surat tidak bawa
SIM
338 155 8 Tidak mematuhi
perintah petugas
8 0
Jumlah 2.740 2.890
Sumber: Baur Tilang Satlantas Pasaman Barat 2017
Tabel 1.1 Data pelanggaran lalulintas tahun 2015-2016 bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh remaja adalah tidak memakai helm, tidak pakai SIM, STNK yang tidak
sah, tidak memiliki plat nomor, melanggar rambu lalu lintas, melanggar rambu atau marka dan tidak melengkapi perlengkapan saat berkendara di jalan raya dan tidak mematuhi perintah petugas. Pada umumnya remaja banyak yang kurang memiliki kesadaran dan kedisiplinan dalam berkendara, meskipun sudah ada program safety riding mereka masih saja melakukan pelanggaran lalu lintas dijalan raya, rata-rata yang banyak melakukan pelanggaran adalah rentang usia 12- 15 dan 16-18 tahun. Seharusnya masyarakat di Pasaman Barat khususnya di daerah Simpang Empat remaja wajib mematuhi aturan lalulintas, memiliki perlengkapan saat mengendarai sepeda motor seperti memiliki surat izin mengemudi (SIM) dan surat tanda nomor kendaraan (STNK), memakai helm, dan lain sebagainya, supaya pelanggaran dan angka kecelakaan lalulintas di Pasaman Barat ini tidak meningkat setiap tahunnya, dan korban jiwa dalam kecelakaan lalulintas tidak bertambah setiap tahunnya. Akan tetapi pada kenyataanya remaja di Simpang
Empat ini tidak mematuhi aturan lalulintas, tidak memiliki surat-surat saat berkendara dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
‘’Implementasi Program Safety Riding di Pasaman Barat’’ (Studi Kasus: Remaja Simpang Empat Kecamatan Pasaman Kabupaten Pasaman Barat).
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena pendekatan ini mempelajari data dilapangan secara alamiah dan mengutamakan metode observasi, wawancara dan dokumen.
Pendekatan kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan lain-lain.
Menurut Bogdan dan Taylor, pendekatan penelitian mengacu pada prosedur-prosedur riset yang menghasilkan data deskriptif berupa ungkapan atau tingkah laku mereka yang terobservasi.Penelitian ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik, artinya tidak
mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari satu kesatuan.Karena hal itu penelitian ini berusaha memahami gejala dari kemasyarakatan dari sudut pandang individu di dalamnya.Gejala-gejala tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan yang masing-masing tidak berdiri sendiri (Moleong, 2013:10).
Sedangkan tipe penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksud untuk memperoleh gambaran mendalam, sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Jauhari, 2010:34).
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
5. Gambaran Umum Lalu Lintas di Simpang Empat
Pada umumnya masyarakat di Pasaman Barat khususnya di daerah Simpang Empat masih belum memahami aturan lalu lintas, mereka masih melakukan pelanggaran lalu lintas seperti tidak memakai helm, kaca spion, tidak memiliki SIM, STNK, dan lain sebagainya. Adapun peraturan tentang lalu lintas Nomor
22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, yang sudah diterapkan oleh pemerintah dan pihak kepolisian Negara Republik Indonesia.
5.1 Program Safety Riding
Safety riding adalah suatu upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas. Adapun pelaksanaan safety riding diberlakukan diseluruh wilayah Indonesia dari sabang sampai merauke, program ini mulai dikeluarkan seiring dengan Undang- Undang Nomor 22 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, program ini sangat berguna bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia, karena dapat menekan angka kecelakaan dan fatalitas dalam berlalu lintas.
Meningkatnya angka kecelakaan di Pasaman Barat khususnya di Simpang Empat karena masyarakat di Simpang Empat tidak mematuhi aturan yang sudah diadakan oleh pihak kepolisian yaitu program safety riding. Adapun program safety riding mereka tetap tidak peduli dengan program ini,mereka tetap saja
melakukan pelanggaran lalu lintas, terutama dikalangan pelajar (remaja) pada umumnya yang banyak melakukan pelanggaran lalu lintas adalah remaja.
5.2. Pelaksanaan Program Safety Riding
Pelaksanaan Safety Riding di Simpang Empat yaitu dengan cara melakukan pengenalan program kepada masyarakat atau pengendara sepeda motor terutama remaja, dan melakukan operasi razia, pemeriksaan kendaraan berdasarkan sprin/surat perintah dari pimpinan atau kepala satuan lalu lintas di Pasaman Barat.
Didalam melaksanakan program safety riding polisi lantas tentunya memeriksa semua kendaraan, baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat, seperti halnya kendaraan roda dua yang sering melakukan pelanggaran, seperti tidak memakai helm, kaca spion, berboncengan lebih dari dua orang, tidak memiliki plat nomor dan lain sebagainya.
5.2.1 Operasi Kepolisian Terpusat ( Operasi Zebra) Operasi kepolisian terpusat atau dikenal dengan operasi zebra operasi ini khusus dilaksanakan untuk daerah Sumatera Barat yang identik dengan sandinya operasi zebra. Yang dikedepankan pada operasi ini adalah fungsi lantas dari kepolisian yang tujuan untuk pencegahan laka lantas dan langgar lantas dengan presentasi 80 % untuk penyuluhan dan pencegahan saja, diibaratkan hanya diberikan peringatan saja.
5.2.2 Operasi Kepolisian Terpusat (Patuh Singgalang)
Operasi patuh singgalang ini, adalah operasi kepolisian terpusat dengan sandi atau namanya didaerah Sumatera Barat operasi patuh singgalang, yang dilaksanakan serentak diseluruh wilayah Indonesia. Operasi ini, dilaksanakan setelah selesainya operasi zebra, setelah selesainya operasi zebra maka dari itu dilanjutkan dengan operasi patuh singgalang. Operasi ini adalah operasi dibagian bidang Lantas.
5.2.3. Operasi Pelayanan Kemanusiaan (Operasi Ketupat)
Operasi Kemanusiaan atau dikenal dengan operasi ketupat pada operasi ini, dilaksanakan di hari lebaran, khusus dilaksanakan untuk daerah Sumbar sama dengan operasi zebra yang dilaksanakan serentak diseluruh Indonesia maka dari itu, diberi nama operasi terpusat yang sama dikendalikan dari mabes polri.
Akan tetapi di masing-masing provinsi ada pula ciri khususnya kalau didaerah Sumatera Barat yang identik dengan operasi operasi Ramadniya singgalang yang dilaksanakan pada tanggal 19 Juni 2017.
5.3 Sosialisasi atau Bentuk Program Safety Riding
Untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas di Pasaman Barat, khususnya di Simpang Empat.
Maka dengan itu, Polri, Polisi lantas Pasaman Barat diberikan sprin (surat perintah) untuk turun kelapangan dalam rangka memberikan sosialisasi program safety riding kepada masyarakat Pasaman Barat khususnya di daerah Simpang
Empat. Dengan rangka
mensosialisasikan program ini, kepada masyarakat sedikit akan menyadari akan pentingnya keselamatan lalu lintas, yang selama ini keselamatan lalu lintas selalu diabaikan oleh masyarakat terutama dalam berkendara di jalan raya.
5.4 Pihak yang terlibat
Dalam pelaksanaan program safety riding banyak melibatkan berbagai institusi, Polisi Resor (Polres) Polisi lalu lintas (Polantas), dinas perhubungan, dan lapisan- lapisan masyarakat seperti ninik mamak, alim ulama, pemuda setempat dan lain sebagainya.
5.5 Kendala Dalam Program Safety Riding
Dalam pelaksanaan program, safety riding ini juga memiliki berbagai kendala-kendala bagi pihak kepolisian terutama polisi lantas Pasaman Barat, terkadang masyarakat pada umumnya banyak yang tidak mau mematuhi aturan lalu lintas .Tujuan program ini adalah untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas terutama di jalan raya.
Kesadaran dalam berlalu lintas pun masih kurang dalam diri masyarakat itu sendiri, terutama kalangan pelajar (remaja) mereka menganggap hal ini adalah hal yang sepele dan tidak wajib untuk mereka patuhi.
5.5.1 Kurangnya Alat Komunikasi, Alat Khusus, dan Alat Utama
Selain dari faktor kurangnya sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program safety riding di Pasaman Barat, ada pula faktor lainnya yakni alat komunikasi, alat komunikasi disini misalnya seperti toa (pengeras suara), yang masih kurang saat pelaksanaan program safety riding ini berlangsung, fungsi alat pengeras suara disini adalah untuk memberikan himbauan kepada masyarakat agar masyarakat mematuhi aturan lalu lintas di jalan raya.
5.5.2 Kurangnya Kesadaran Masyarakat Dalam Keselamatan Jalan
Dalam pelaksanaan program safety riding bukan hanya, sarana dan prasarana saja yang menjadi faktor penghambat program safety riding. Salah satunya adalah
mengenai kurang sadarnya masyarakat tentang keselamatan lalu lintas di jalan raya, misalnya saja masih ada masyarakat terutama kalangan pelajar yang melakukan pelanggaran lalu lintas, sperti tidak memakai helm, tidak memakai kaca spion, menerobos rambu-rambu lalu lintas dan lain sebagainya.
5.5.3 Kurangnya Pengawasan Orang Tua Terhadap Anak di Bawah Umur
Salah satu yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program safety riding adalah dari si pelanggar yakni remaja yang melakukan pelanggaran lalu lintas di jalan raya, ditemukan bahwa yang melakukan pelanggaran lalu lintas dari hasil pelaksanaan operasi zebra adalah remaja yang masih sekolah menengah atas (SMA) bukan hanya anak SMA saja yang melakukan pelanggaran lalu lintas tersebut, akan tetapi ketika ditanya oleh polisi lalu lintas, anak dibawah umur juga sering melakukan pelanggaran lalu lintas di jalan raya.
5.6 Bentuk-Bentuk
Pelanggaran lalu lintas 5.6.1 Tidak Memakai Helm
Pelanggaran yang banyak dilakukan oleh remaja di Simpang Empat adalah tidak memakai helm SNI, mereka memakai helm apabila ada polisi saja. Remaja beranggapan bahwa helm itu tidak penting sama sekali karena hanya dapat merusak penampilan saja. Meskipun, sudah diberikan himbauan oleh kepolisian bahwa pengendara sepeda motor wajib memakai helm SNI, yang gunanya untuk melindungi kepala.
Fungsi helm adalah alat untuk melindungi kepala pada waktu berkendara. Dalam peraturan berlalu lintas, memakai helm pada pengendara sepeda motor di jalan adalah suatu kewajiban yang telah di tetapkan oleh Satlantas Pasaman Barat, dengan sebab agar mengambil langkah berjaga-jaga dengan melindungi kepala dalam berkendara jika terjadi suatu kecelakaan yang mengakibatkan kecederaan di kepala pengendara.
Pada umumnya pengendara di jalan raya masih saja banyak yang
tidak mematuhi aturan lalu lintas, misalnya saja tidak memakai helm, memakai helm bukan suatu kewajiban bagi mereka, terutama remaja di Simpang Empat, bagi mereka memakai helm adalah sesuatu hal yang memalukan, tidak gaul, diejek teman dan lain sebagainya.
5.6.2 Tidak Memiliki SIM
Surat Izin Mengemudi atau SIM adalah bukti registrasi dan identifikasi yang diberikan oleh Polri kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan administrasi, sehat jasmani dan rohani, memahami peraturan lalu lintas, terampil menggunakan sepeda motor, dan tau tata aturan dalam lalu lintas. Setiap pengendara wajib memiliki surat izin mengemudi (SIM) sesuai dengan undang-undang nomor 22 tahun 2009 pasal 77 ayat 1.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang berjudul Implementasi Program Safety Riding di Pasaman Barat (Studi kasus: Remaja Simpang
Empat Kec. Pasaman Kab. Pasaman Barat) maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Program safety riding merupakan sebuah program untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas dan dampak dari kecelakaan lalu lintas. Program ini dilaksanakan diseluruh Indonesia yang mana program ini dikeluarkan seiring dengan dikeluarkannya Undang- undang No 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Pada umumnya masyarakat Pasaman Barat di Simpang Empat khususnya di Simpang Empat banyak yang tidak mematuhi aturan lalu lintas yang sudah di terapkan oleh kepolisian lalu lintas di Pasaman Barat.
Adapun bentuk-bentuk program safety riding di Pasaman Barat melalui himbauan di pangkalan ojek, di radio, dipersimpangan jalan, baliho, famflet, koran, televisi, disekolah-sekolah dan lain sebagainya. Banyaknya pelanggaran lalu lintas dilakukan oleh remaja Simpang Empat salah satunya tidak memakai helm saat berkendara, karena dengan alasan tidak gaul,
merasa jadul, merusak penampilan, dia ejek teman dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Moleong, Lexi J. 2013. Metodologi Penelitia Kualitatif.Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Wirawan. 2008.Etika Berkendara dan Cerminan Budaya Bangsa. Jakarta.
Jauhari, Heri. 2010. Panduan Penulisan Skripsi
danAplikasi.Bandung:
CVPustaka Setia.
Nadilah. (2013) ‘’Persepsi Masyarakat tentang ‘’
Safety Riding Daytime running light’’ (Studi Kualitatif persepsi masyarakat Surabaya tentang safety Riding (Daytime Running Light).