IV-1
BAB IV PERANCANGAN
Pada bab ini dilakukan perancangan model komunitas belajar dengan prinsip psikologis learner-centered sesuai dengan analisis yang telah dilakukan sebelumnya, berikut penjelasannya.
IV.1 Deskripsi Model Komunitas Belajar Learner-Centered
Model komunitas belajar learner-centerd ini dibangun untuk menunjukkan penerapan prinsip psikologis learner-centered pada komunitas belajar. Oleh karena itu, dirancang model komunitas belajar learner-centered berdasarkan analisis pemodelan pada subbab III.3.
Model komunitas belajar learner-centered memberikan panduan bagi perancangan komunitas belajar learner-centered dengan menunjukkan penerapan prinsip psikologis learner-centered pada empat pandangan yang digunakan model referensi komunitas belajar online. Pemodelan task digunakan untuk memperoleh interaktivitas sistem pada komunitas belajar learner- centered.
IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered
Perancangan model komunitas belajar learner-centered menggunakan empat pandangan untuk menghasilkan perancangan organisasi, interaksi, saluran, dan teknologi. Setiap perancangan ini memperlihatkan model komunitas belajar learner-centered dari setiap pandangan.
IV.2.1 Perancangan Organisasi
Pada pandangan komunitas, dilakukan perancangan organisasi dari komunitas belajar learner-centered sebagai perancangan pertama dalam model ini. Pada tahap ini dilakukan perancangan minat bersama, protokol, peran, dan bahasa komunitas belajar learner-centered sebagai berikut:
1. Minat bersama
Merupakan penerapan dari elemen domain pengetahuan. Komunitas belajar adalah wadah untuk melakukan proses belajar kolaborasi dalam suatu domain pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan anggotanya.
Pendekatan pedagogi menggunakan sepuluh format belajar kolaborasi pada Lampiran B.
Sepuluh format belajar kolaborasi ini telah mengikuti prinsip 1 sampai 3 karena sifat belajar yang aktif dan prinsip 6 dan 11 karena konteks belajar yang kolaboratif. Setiap format belajar kolaborasi juga mendukung beberapa prinsip lainnya, yaitu sebagai berikut:
a. Proyek kelompok yang dilakukan untuk belajar bersama, mengembangkan kemampuan kelompok, dan belajar berkolaborasi sehingga mendukung pengalaman nyata bekerja dalam kelompok. Mengikuti prinsip 14 tentang standar dan penilaian karena pengerjaan proyek secara formal memiliki standar dan evaluasi.
b. Debat yang dilakukan untuk belajar dengan bantuan orang lain, belajar dengan menjadi bagian kelompok, dan belajar cara belajar dari orang lain sehingga meningkatkan kolaborasi. Mengikuti prinisp 10 tentang perkembangan pembelajar, prinsip 13 tentang keragaman, dan prinsip 14 tentang standar dan penilaian karena proses debat melihat berbagai sudut pandang dan tahap perkembangan pembelajar.
c. Bantuan komunitas untuk belajar dengan bantuan orang lain. Mengikuti prinsip 10 tentang perkembangan pembelajar karena bantuan diberikan sesuai kemampuan yang dimiliki peserta.
d. Sosialisasi untuk belajar dengan bantuan orang lain. Mengikuti prinsip 13 tentang keragaman pembelajar karena dengan proses sosialisasi maka proses belajar meluas ke berbagai peserta dengan latar berbeda-beda.
e. Mentoring yang dilakukan untuk belajar dengan bantuan orang lain, belajar dengan menjadi bagian kelompok, dan belajar cara belajar dari orang lain sehingga meningkatkan kolaborasi. Mengikuti prinisp 10 tentang perkembangan pembelajar, prinsip 13 tentang keragaman, dan prinsip 14 tentang standar dan penilaian karena proses mentoring mendukung berbagai permasalahan pembelajar dari berbagai tahap perkembangan dan latar belakang.
f. Main peran untuk belajar dengan menjadi bagian dari kelompok, mengembangkan kemampuan kelompok, belajar cara belajar dari orang lain, dan belajar berkolaborasi.
Mengkuti prinsip 10 tentang perkembangan pembelajar, prinsip 13 tentang
keragaman, dan prinsip 14 tentang standar dan penilaian karena main peran melihat berbagai tahap perkembangan dan latar belakang pembelajar
g. Brainstorming yaitu belajar bersama. Mengikuti prinsip 13 tentang keragaman karena brainstorming memanfaatkan berbagai sudut pandang dari banyak peserta.
h. Diskusi termoderasi yang dilakukan untuk belajar dengan bantuan orang lain dan belajar dengan menjadi bagian kelompok. Mengkuti prinsip 13 tentang keragaman dan prinsip 14 tentang standar dan penilaian karena proses diskusi didukung keragaman sudut pandang dan memiliki standar yang difasilitasi oleh moderator.
i. Penilaian yang dilakukan untuk belajar dengan bantuan orang lain, belajar dengan menjadi bagian dari kelompok, mengembangkan kemampuan kelompok, belajar cara belajar dari orang lain, dan belajar berkolaborasi. Mengkuti prinip 4 dan 5 tentang refleksi kognitif dan metakognitif dan prinsip 14 tentang standar dan penilaian jika mendukung berbagai proses berpikir dan strategi metakognitif.
j. Bertanya pada ahli yaitu belajar dengan bantuan orang lain. Mengikuti prinsip 10 tentang perkembangan pembelajar karena peserta mendapatkan jawaban dari berbagai tahap perkembangan belajarnya.
Selanjutnya dibangun organisasi dengan protokol dan peran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan diri dengan belajar kolaborasi.
2. Protokol
Berdasarkan analisis pemodelan pada subbab III.3, maka protokol yang dibangun dalam komunitas belajar learner-centered dapat dibagi sebagai berikut:
a. Komunitas Sosial
Merupakan penerapan dari elemen komunitas orang dan lingkungan belajar.
Melakukan interaksi sosial antar anggota komunitas belajar untuk menumbuhkan komunitas yang saling percaya dan berbagi sehingga juga meningkatkan motivasi dan emosi positif. Mengikuti prinsip 6 tentang konteks belajar, prinsip 7 tentang motivasi dan emosi, prinsip 9 tentang pengaruh motivasi pada usaha, dan prinsip 11 tentang kebutuhan sosial dalam belajar.
b. Komunitas Program Belajar
Merupakan penerapan dari elemen proses belajar kolaborasi dan lingkungan belajar.
Melakukan interaksi belajar sesuai identifikasi proses belajar kolaborasi dengan penerapan prinsip psikologis learner-centered pada subbab III.2. Maka untuk memenuhi interaksi belajar ini dilakukan berbagai pilihan format belajar kolaborasi sehingga melengkapi kebutuhan kriteria prinsip psikologis learner-centered. Interaksi belajar mendukung proses belajar aktif, kolaboratif, refleksi, pelaksanaan tugas yang menarik dan memberikan solusi dari keterbatasan pembelajar, pemanfaatan teknologi untuk belajar, penerapan standar tinggi dan penilaian. Mengikuti prinsip 1 tentang sifat belajar, prinsip 2 tentang tujuan belajar, prinsip 3 tentang pembangunan pengetahuan, prinsip 4 tentang berpikir strategis, prinsip 5 tentang kebutuhan metakognitif, prinsip 6 tentang konteks belajar, prinsip 8 tentang motivasi intrinsik, prinsip 9 tentang pengaruh motivasi pada usaha, prinsip 10 tentang perkembangan pembelajar, prinsip 12 tentang perbedaan individu, prinsip 13 tentang keragaman, dan prinsip 14 tentang standar dan penilaian.
Menggunakan protokol pada kedua jenis komunitas ini maka dapat dihasilkan organisasi komunitas belajar yang mendukung keseluruhan prinsip psikologis learner-centered.
3. Peran
Merupakan penerapan dari elemen anggota dan komunitas orang. Peran-peran pada setiap protokolnya dapat dilihat pada Tabel IV-1.
Tabel IV-1 Peran dalam Komunitas Belajar Learner-Centered Peran Komunitas Belajar Learner-Centered
Komunitas Sosial Anggota Memberi pendapat, barang, file
Menerima pendapat, barang, file
Bersosialisasi
Komunitas Program Belajar Pembelajar Memberikan masukan
Memberikan pengajuan Memberikan saran
Memiliki peran aktif, belajar dalam kolaborasi, belajar dari satu sama lain Belajar kerja sama
Memberikan timbal balik personal Mengisi form evaluasi
Tabel IV-1 Peran dalam Komunitas Belajar Learner-Centered (lanjutan) Peran Komunitas Belajar Learner-Centered
Komunitas Program Belajar Pembelajar Mendiskusikan pengalaman komunitas belajar
Mendiskusikan masukan bagi perkembangan komunitas belajar Narasumber Menyampaikan materi
Fasilitator Mengelola masukan anggota Mengelola format belajar
Memberikan dan mengawasi aturan berinteraksi Mendorong pembelajar untuk berpartisipasi 4. Bahasa
Bahasa yang digunakan untuk komunikasi komunitas belajar learner-centered adalah bahasa utama anggota yang digunakan sesuai peran dan protokol yang ditentukan dan bahasa maupun simbol tertentu yang digunakan pada domain pengetahuan.
Perancangan organisasi komunitas belajar learner-centered dapat dilihat pada Gambar IV-1.
Organisasi Komunitas Belajar Learner- Centered
Minat bersama : Belajar Kolaborasi Protokol : Komunitas sosial dan program belajar
Peran : pembelajar, narasumber, dan fasilitator Bahasa : Bahasa utama anggota dan bahasa dan simbol pada domain pengetahuan
6. konteks belajar 7. motivasi emosi
9. pengaruh motivasi pada usaha 11. pengaruh sosial pada belajar Komunitas Sosial
1. sifat belajar 2. tujuan belajar 3. belajar konstruktivis 4. berpikir strategis
5. kebutuhan metakognitif 6. konteks belajar
8. motivasi intrinsik
9. pengaruh motivasi pada usaha 10. perkembangan pembelajar 12. perbedaan individu
13. keragaman
14. standar dan penilaian Komunitas Program Belajar
Gambar IV-1 Perancangan Organisasi Komunitas Belajar Learner-Centered
IV.2.2 Perancangan Interaksi
Berdasarkan perancangan organisasi komunitas belajar learner-centered pada pandangan komunitas, selanjutnya dapat dirancang interaksi dalam komunitas belajar learner-centered pada pandangan implementasi. Interaksi dalam komunitas belajar learner-centered melibatkan seluruh anggotanya. Pada perancangan ini ditentukan tingkat kebutuhan teknologi pada setiap interaksinya. Interaksi dirancang berdasarkan skenario dari protokol dan peran dalam empat fase.
1. Komunitas Sosial
Melakukan komunikasi di luar proses belajar antar anggota komunitas belajar untuk meningkatkan budaya positif.
2. Komunitas Program Belajar
Pelaksanaan belajar kolaborasi diawali dengan perancangan proses belajar dilakukan dengan memilih format belajar yang digunakan berdasarkan persetujuan bersama. Dan diakhiri dengan melakukan evaluasi terhadap proses belajar yang telah dilakukan.
IV.2.2.1 Komunitas Sosial
Berdasarkan elemen komunitas orang, terdapat penekanan pada prinsip 7 tentang motivasi dan emosi, prinsip 11 tentang kebutuhan sosial dalam belajar, dan prinsip 14 tentang standar dan penilaian. Maka dihasilkan komunitas sosial untuk melakukan kegiatan sosialisasi antar anggota komunitas yang dapat terjadi dalam aktivitas komunitas belajar maupun di luarnya.
Komunitas sosial selain mendukung komunitas program belajar juga merupakan dasar penyusun komunitas belajar. Komunitas belajar yang maju dibangun dari komunitas sosial yang saling percaya, berbagi, motivasi, kreatif, dan membangun. Setiap anggota berkontribusi untuk menumbuhkan budaya ini.
Interaksi sosial terjalin dalam kegiatan komunitas belajar maupun di luar kegiatan komunitas belajar antar individu dalam situasi yang lain. Setiap anggota saling berkomunikasi dan dapat berbagi informasi, barang, ataupun file. Penjelasan aliran kerja yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Fase pengetahuan
Melakukan kegiatan sosialisasi antar anggota maupun sosialisasi dari informasi seperti panduan pada komunitas belajar, jadwal kegiatan, dll.
2. Fase niat
Melakukan penawaran maupun permintaan suatu barang, file, pekerjaan, beasiswa, kegiatan, dll.
3. Fase negosiasi
Mengadakan komitmen suatu transaksi barang atau file maupun menjawab tawaran maupun lamaran pekerjaan, beasiswa, kegiatan, dll.
4. Fase pelaksanaan
Melaksanakan hasil komitmen yang dilakukan antar anggota komunitas belajar.
Implementasi komunitas sosial dalam empat fase ini dapat melalui media komunikasi berbasis komputer maupun langsung. Implementasi melalui media komunikasi berbasis komputer berupa aplikasi jejaring sosial dengan satu peran yaitu anggota. Task yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Anggota
a. Mengelola profil
i. Task<manipulasi, data profil>
ii. Task<manipulasi, data blog>
b. Melakukan sosialisasi
i. Task<berinteraksi, data forum>
ii. Task<mengirim, data pesan>
iii. Task<berinteraksi, data percakapan>
IV.2.2.2 Komunitas Program Belajar
Berdasarkan elemen proses belajar kolaborasi, terdapat penekanan pada prinsip 1 sampai 6 tentang kebutuhan kognitif dan metakognitif, prinsip 7 sampai 9 tentang motivasi pembelajar, prinsip 10 tentang perkembangan pembelajar, prinsip 12 tentang preferensi belajar, prinsip 13
tentang keragaman latar, dan prinsip 14 tentang standar dan penilaian. Maka dihasilkan komunitas program belajar yang melakukan persiapan berikut perancangannya bersama dan diakhiri oleh evaluasi bersama. Jadi jadwal, aktivitas, dan konten dari aktivitas belajar merupakan hasil kerja sama seluruh anggota komunitas program belajar.
Skenario Persiapan Belajar
Pada persiapan komunitas program belajar, setiap anggota berkontribusi membangun proses belajar yang sesuai dengan minat bersama (proses belajar aktif, kolaboratif, dan refleksi pada suatu domain pengetahuan). Mengacu pada analisis organisasi komunitas belajar learner- centered pada subbab III.3.2 maka dilakukan hal-hal berikut:
1. Penilaian awal pada setiap anggota untuk mengidentifikasi pembelajar dari parameter yang berpengaruh untuk menjadi masukan bagi perancangan proses belajar kolaborasi dan lingkungan belajar. Parameter yang digunakan mengacu pada elemen anggota sebagai pembelajar pada penerapan prinsip psikologis learner-centered pada komunitas belajar pada subbab III.2.3, yaitu:
a. Pengetahuan sebelumnya.
b. Status perkembangan dalam aspek fisik, intelektual, emosional, dan sosial.
c. Preferensi belajar.
d. Keragaman latar bahasa, budaya, dan sosial.
2. Mengembangkan lingkungan budaya, teknologi, dan praktik pembelajaran dari proses belajar yang mendukung konteks sosial yang membangun, domain pengetahuan, kemampuan kognitif, dan strategi berpikir dan belajar.
3. Mengembangkan standar belajar dan penilaian formatif yang dilakukan untuk menjaga belajar optimal.
Interaksi yang terjadi pada skenario persiapan belajar dalam empat fase adalah sebagai berikut:
1. Fase pengetahuan
Melakukan pertukaran informasi mengenai kebutuhan setiap anggota.
2. Fase niat
Melakukan penawaran maupun permintaan terhadap kebutuhan belajar, kebutuhan anggota, dll.
3. Fase negosiasi
Melakukan penjadwalan rencana persiapan proses belajar dari penawaran dan permintaan yang dilakukan dan data masukan setiap anggota. Merencanakan jadwal, skenario, peran, aktivitas persiapan belajar.
4. Fase pelaksanaan
Melakukan persiapan belajar pada jadwal yang telah disepakati.
Persiapan belajar dalam keempat fasenya dapat dilakukan secara online melalui media komunikasi berbasis komputer maupun secara langsung tatap muka. Task yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Anggota
a. Mengelola profil
i. Task<manipulasi, data profil>
ii. Task<manipulasi, data blog>
b. Melakukan belajar kolaborasi i. Task<membuat, data task>
ii. Task<melakukan, data task>
c. Melakukan sosialisasi
i. Task<berinteraksi, data forum>
ii. Task<memberi, data pesan>
Skenario Pelaksanaan Belajar
Setelah dilakukan persiapan belajar maka selanjutnya dilaksanakan aktivitas belajar kolaborasi. Dalam interaksi antar pembelajar pada proses belajar kolaborasi, pembelajar berinteraksi dalam format-format belajar kolaborasi yang ditentukan pada persiapan belajar.
Sepuluh format belajar kolaborasi merupakan interaksi antar pembelajar, interaksi antara pembelajar dengan fasilitator, interaksi antara pembelajar dengan pihak luar komunitas belajar, maupun proses mandiri.
Menggunakan berbagai format belajar kolaborasi dengan enam jenis belajar kolaborasi ini pembelajar dapat melakukan belajar dalam konteks sosial dan mendukung faktor motivasi, emosi, dan sosial. Untuk memberikan dukungan terhadap aktivitas refleksi, peningkatan partisipasi pembelajar, dan solusi dari keterbatasan pembelajar diperlukan interaksi dengan dorongan pada kontribusi pembelajar dan bimbingan fasilitator.
Beberapa penerapan proses belajar yang didukung interaksi antara pembelajar dengan fasilitator adalah sebagai berikut:
1. Mentoring, berisi bimbingan bagi pembelajar dengan seorang pembimbing yang diperankan oleh fasilitator untuk memandu pembelajar dalam menyelesaikan tujuan belajar. Adanya proses mentoring dapat menjawab keterbatasan anggota dalam mengikuti proses belajar kolaborasi.
2. Penilaian, penilaian yang dilakukan pada komunitas belajar learner-centered ada penilaian awal, formatif, dan mandiri berfokus pada pengembangan kemampuan diri.
Dalam penilaian awal, fasilitator melakukan penilaian sebagai masukan dari pembelajar untuk persiapan belajar. Dalam penilaian formatif, fasilitator melakukan penilaian untuk menjaga belajar optimal dan menjadi evaluasi untuk mengatur arah dari proses belajar.
3. Fasilitator menjadi pembimbing di seluruh format belajar kolaborasi, untuk mendorong pembelajar berkontribusi dan mengembangkan keahlian berpikir strategis dan strategi metakognitif.
Interaksi yang terjadi pada skenario pelaksanaan belajar dalam empat fase adalah sebagai berikut:
1. Fase pengetahuan
Melakukan pertukaran informasi mengenai konten pengetahuan, proses belajar, dan informasi lainnya yang mendukung belajar seperti panduan interaksi, etika komunitas, dll.
2. Fase niat
Melakukan penawaran maupun permintaan terhadap tujuan belajar, aktivitas belajar, metode belajar, dll.
3. Fase negosiasi
Melakukan persiapan proses belajar dari penawaran dan permintaan yang dilakukan dan data masukan setiap anggota. Merencanakan jadwal, skenario, peran, aktivitas belajar.
4. Fase pelaksanaan
Melakukan proses belajar kolaborasi yang telah disepakati.
Pelaksanaan belajar dalam keempat fasenya dapat dilakukan secara online melalui media komunikasi berbasis komputer maupun secara langsung tatap muka. Task yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Narasumber
a. Melakukan penyampaian materi i. Task<memberi, materi>
2. Peserta
a. Mengelola profil
i. Task<manipulasi, data profil>
ii. Task<manipulasi, data blog>
b. Melakukan belajar kolaborasi i. Task<membuat, data task>
ii. Task<melakukan, data task>
c. Melakukan sosialisasi
i. Task<berinteraksi, data forum>
ii. Task<memberi, data pesan>
iii. Task<melakukan, data percakapan>
3. Pembimbing
a. Memberikan mentoring
i. Task<berinteraksi, data mentoring>
b. Memberi masukan
i. Task<memberi, data pesan>
Skenario Evaluasi Belajar
Secara berkala komunitas belajar learner-centered perlu melakukan evaluasi untuk meningkatkan hasil belajar dan menjamin keutuhan dan konteks komunitas belajar yang dibangun pada awalnya. Evaluasi dilakukan dengan kontribusi sebesar-besarnya setiap anggota komunitas belajar. Evaluasi ini akan mengacu pencapaian dari belajar minat bersama dan penerapan dari prinsip psikologis learner-centered.
Komunitas belajar learner-centered adalah hasil penerapan prinsip-prinsip yang memandu pengembangan model pembelajaran pada model pembelajaran komunitas belajar. Jadi untuk meyakinkan penerapan komunitas belajar learner-centered, diidentifikasi hal-hal yang menjadi kriteria keberhasilan penerapannya menurut prinsip psikologis learner-centered.
Prinsip psikologis learner-centered memandang model pembelajaran dalam empat domain.
Oleh karena itu kriteria keberhasilan juga dilihat melalui empat domain tersebut:
1. Faktor kognitif dan metakognitif
Memandang komunitas belajar learner-centered dari domain kognitif dan metakognitif maka dapat diletakkan objek yang dipantau ada di dalam proses berpikir pembelajar.
Maka untuk menunjukkan dijalankannya prinsip ini dapat dilakukan penilaian terhadap proses berpikir pembelajar dalam aktivitas komunitas belajar learner-centered. Kriteria yang dapat dinilai sebagai berikut:
a. Tingkat keaktifan anggota.
b. Tingkat pemahaman anggota terhadap tujuan belajar pribadi.
c. Tingkat kontribusi pemahaman sebelumnya dari anggota pada proses belajar.
d. Tingkat keragaman alternatif cara berpikir dalam memecahkan beragam masalah.
e. Tingkat pemahaman refleksi dari proses belajar dan penilaian pribadi terhadap pemilihan cara dalam proses belajar.
f. Tingkat dukungan yang dirasakan pembelajar dari konteks budaya, teknologi, dan praktik pembelajaran pada proses belajar.
2. Faktor motivasi dan emosi
Memandang komunitas belajar learner-centered dari domain motivasi dan emosi maka dapat diletakkan objek yang dipantau adalah indikator motivasi dan emosi dari pembelajar, yaitu sebagai berikut:
a. Tingkat usaha yang dilakukan anggota dalam belajar, seberapa besar dan seberapa lama bertahan.
b. Tingkat rasa penasaran, semangat, dan kesenangan anggota pada proses belajar yang dilakukan.
c. Tingkat penggunaan cara-cara berpikir yang bebas, dalam, dan kreatif dalam memecahkan berbagai persoalan belajar.
3. Faktor perkembangan dan sosial
Memandang komunitas belajar learner-centered dari domain perkembangan dan sosial maka dapat diletakkan objek yang dipantau ada pada aktivitas proses belajar dan interaksi sosial yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:
a. Tingkat identifikasi status perkembangan anggota dalam mengkontribusi proses belajar.
b. Tingkat keragaman aktivitas belajar yang dilakukan dalam memecahkan berbagai persoalan belajar.
c. Tingkat keakraban dan rasa percaya antar anggota komunitas belajar.
4. Faktor perbedaan individu yang mempengaruhi belajar
Memandang komunitas belajar learner-centered dari domain perbedaan individu maka dapat diletakkan objek yang dipantau ada pada peran pembelajar pada proses belajar, yaitu sebagai berikut:
a. Tingkat penerapan keragaman preferensi belajar anggota pada proses belajar.
b. Tingkat penerapan keragaman latar anggota pada proses belajar.
c. Tingkat penerapan standar dalam proses belajar.
d. Tingkat penerapan penilaian formatif dalam proses belajar.
e. Tingkat penerapan penilaian mandiri dari anggota dalam proses belajar.
Kriteria-kriteria di atas digunakan untuk meninjau penerapan prinsip psikologis learner- centered pada komunitas belajar secara kualitatif melalui interaksi antar anggota pada evaluasi komunitas belajar learner-centered.
Interaksi yang terjadi pada skenario evaluasi belajar dalam empat fase adalah sebagai berikut:
1. Fase pengetahuan
Melakukan pertukaran informasi mengenai evaluasi belajar.
2. Fase niat
Melakukan penawaran maupun permintaan terhadap evaluasi belajar.
3. Fase negosiasi
Melakukan persiapan evaluasi belajar dari penawaran dan permintaan yang dilakukan dan data hasil belajar setiap anggota. Merencanakan jadwal, skenario, peran, aktivitas evaluasi belajar.
4. Fase pelaksanaan
Melakukan evaluasi belajar yang telah disepakati.
Evaluasi belajar dalam keempat fasenya dapat dilakukan secara online melalui media komunikasi berbasis komputer maupun secara langsung tatap muka. Task yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Peserta
a. Melakukan evaluasi
i. Task<berinteraksi, data forum>
ii. Task<memberi, data pesan>
2. Pembimbing
a. Memberikan mentoring
i. Task<berinteraksi, data mentoring>
b. Memberi masukan
i. Task<memberi, data pesan>
Kesimpulan
Komunitas program belajar dapat diimplementasikan pada tiga skenario, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi belajar. Ketiga skenario ini memiliki task-task yang telah dijabarkan sebelumnya.
IV.2.3 Perancangan Saluran
Perancangan saluran dilakukan untuk memberikan layanan bagi komunitas belajar menggunakan media komunikasi berbasis komputer. Sehingga interaksi yang terjadi dapat diwujudkan melalui saluran media ini maupun secara langsung tatap muka.
Saluran yang dibangun adalah layanan untuk memfasilitasi berjalannya interaksi komunitas belajar learner-centered. Oleh karena itu, dilakukan pendefinisian saluran yang terdapat pada setiap interaksi yang terjadi pada komunitas belajar learner-centered.
1. Saluran media sosialisasi
Saluran media sosialisasi diberikan untuk sarana komunikasi antar anggota komunitas belajar learner-centered. Saluran ini diwujudkan dalam layanan jejaring sosial. Layanan jejaring sosial ini dapat digunakan anggota untuk berkomunikasi dalam berbagai format seperti forum, ruang berbicara, pesan, maupun format lainnya. Saluran media sosialisasi ini penting dalam mewujudkan interaksi dalam komunitas sosial maupun komunitas program belajar.
Saluran ini berfungsi bagi komunitas sosial untuk meningkatkan budaya positif dan bagi komunitas program belajar untuk berkomunikasi dalam belajar dengan berbagai format yang dibutuhkan oleh anggota.
2. Saluran pengelolaan proses belajar
Saluran ini diberikan untuk mendukung pengelolaan data-data proses belajar kolaborasi dalam keempat fasenya dan juga menjadi media kolaborasi bagi proses belajar komunitas.
Saluran ini diwujudkan dalam layanan seperti CMS (Course Management System) yang
mendukung kebutuhan pengelolaan proses belajar learner-centered.
Saluran ini berfungsi bagi komunitas program belajar untuk mewujudkan persiapan, pelaksanaan, maupun evaluasi belajar yang sistematis dan dapat menjalankan berbagai format belajar kolaborasi.
3. Saluran persiapan belajar
Saluran ini diberikan untuk merancang proses belajar yang memenuhi kebutuhan anggotanya. Saluran ini mengelola masukan dari pembelajar mengenai pengetahuan yang telah dikuasai, status perkembangan, preferensi belajar, dan latar bahasa, budaya, dan sosial yang dimiliki setiap anggota. Saluran ini diwujudkan dalam layanan sistem informasi anggota yang berisi data profil, blog, maupun statistik anggota yang bisa menjadi masukan berarti untuk persiapan proses belajar.
Saluran ini berfungsi bagi komunitas program belajar dalam mewujudkan persiapan belajar yang sistematis.
Ketiga saluran ini dapat ditunjukkan dalam tiga fase sebagai berikut:
1. Layanan pengetahuan
Ketiga saluran memberikan sarana bagi pengelolaan profil anggota, kegiatan belajar, maupun konten pengetahuan yang ada.
2. Layanan niat dan negosiasi
Ketiga saluran memberikan sarana bagi proses persiapan belajar, penggunaan masukan pembelajar, dan perancangan tugas belajar.
3. Layanan pelaksanaan
Ketiga saluran memberikan sarana bagi berlangsungnya interaksi yang telah direncanakan dalam komunitas belajar baik dalam pelaksanaan dan evaluasi belajar maupun dalam kegiatan sosialisasi.
IV.2.4 Perancangan Teknologi
Perancangan teknologi dilakukan untuk mengimplementasikan perancangan saluran yang telah didefinisikan. Oleh karena itu teknologi yang diperlukan untuk mengimplementasi saluran-saluran tersebut perlu mendukung komunikasi antar anggota, pengelolaan data dan task yang terpusat, dan memberikan interaksi dengan berbagai format dan dapat dilakukan dengan mudah.
Teknologi yang memenuhi kriteria ini yaitu menggunakan komputer dan media internet.
Berikut ini dijelaskan kebutuhan ketiga saluran :
1. Saluran media sosialisasi membutuhkan fasilitas forum, ruang berbagi file, dan ruang berbicara dengan penyimpanan data terpusat.
2. Saluran pengelolaan proses belajar membutuhkan fasilitas pengelolaan proses belajar dan kolaborasi antar pembelajar dengan penyimpanan data terpusat.
3. Saluran persiapan belajar membutuhkan fasilitas profil anggota, blog, statistik aktivitas, dan penilaian yang mendukung kolaborasi antar anggota dengan penyimpanan data terpusat.
Berdasarkan kebutuhan ketiga saluran maka dapat diimplementasi sebuah aplikasi berarsitektur client-server seperti CMS yang memfasilitasi kebutuhannya. Oleh karena itu, perancangan teknologi yang dihasilkan adalah CMS yang memiliki komponen sebagai berikut:
1. Basis Data Sistem
Basis data dari keseluruhan data pada sistem.
2. Server Aplikasi Web-Based
Server aplikasi dari seluruh proses sistem.
3. Modul CMS:
a. Komunikasi dan Kolaborasi
Modul ini berisi proses forum, ruang berbicara, pengiriman pesan, maupun aplikasi untuk format belajar kolaborasi seperti konferensi video dan desktop sharing.
b. Pengelolaan Anggota
Modul ini berisi proses registrasi peserta, login/logout, profil, blog, dan statistik anggota seperti aplikasi jejaring sosial.
c. Pengelolaan kelas
Modul ini berisi pengelolaan jadwal belajar dan evaluasinya.
d. Pengelolaan konten pengetahuan
Modul ini berisi pengelolaan konten-konten pengetahuan yang tersimpan pada sistem.
4. Komponen antarmuka
Komponen ini berisi antarmuka sistem dengan pengguna.
Berdasarkan komponen tersebut maka dapat ditunjukkan aliran konseptual CMS berdasarkan penggunanya, yaitu:
1. Anggota
Anggota komunitas belajar learner-centered dapat berinteraksi dengan sistem untuk mengelola profil dengan halaman profil dan halaman blog, bersosialisasi dengan forum, pesan, dan percakapan, dan melakukan belajar kolaborasi dengan membuat task dan melakukan task yang ada. Interaksi ini dilakukan pada skenario bersosialisasi dan persiapan belajar.
2. Peserta
Peserta suatu aktivitas yang telah dirancang dalam komunitas belajar learner-centered dapat berinteraksi dengan sistem untuk mengelola profil berkenaan dengan aktivitas yang dilakukan dalam halaman profil dan blog, melakukan belajar kolaborasi yang terdapat dalam aktivitas yang sedang diikuti, melakukan sosialisasi sesama peserta aktivitas dengan forum, pesan, dan percakapan, dan melakukan evaluasi mengenai aktivitas yang sedang diikuti dengan interaksi dalam forum dan pesan. Interaksi ini dilakukan pada skenario pelaksanaan dan evaluasi belajar.
3. Narasumber
Narasumber suatu aktivitas yang telah dirancang dalam komunitas belajar learner- centered dapat berinteraksi dengan sistem untuk menyampaikan materi melalui menu yang disediakan. Interaksi ini dilakukan pada skenario pelaksanaan belajar.
4. Pembimbing
Pembimbing suatu aktivitas yang telah dirancang dalam komunitas belajar learner- centered dapat berinteraksi dengan sistem untuk memberikan mentoring dan memberi masukan dengan pesan. Interaksi ini dilakukan pada skenario pelaksanaan dan evaluasi belajar.
5. Administrator
Administrator adalah sebuah peran pengguna yang bertugas untuk mengelola sistem.
Peran ini dapat mengakses data pengguna lainnya untuk dikelola sehingga sistem dapat
berjalan dengan baik. Interaksi ini dilakukan diluar skenario komunitas belajar learner- centered,untuk kebutuhan pengelolaan CMS.
Berdasarkan lima peran pengguna CMS maka dapat diperoleh model konseputal CMS pada Gambar IV-2.
Gambar IV-2 Model Konseptual CMS
Berdasarkan model konseptual CMS, alur proses yang ada terbagi dalam lima alur berdasarkan pengguna sistem. Kelima alur ini terhubung dengan sistem dan dapat melakukan layanan komunikasi dan pengelolaan data yang terdapat pada server aplikasi yang juga menyimpan basis data sistem. Namun interaksi yang dapat dilakukan berbeda-beda dan antarmuka yang disediakan terbagi menjadi tiga.
1. Alur berdasarkan anggota
Anggota dapat menjalankan skenario bersosialisasi dan persiapan belajar melalui antarmuka pengguna yang memberikan akses secara global di sisi pengguna.
2. Alur berdasarkan peserta
Peserta dapat menjalankan skenario pelaksanaan dan evaluasi belajar melalui antarmuka kelas yang memberikan akses spesifik terhadap suatu aktivitas kelas yang berjalan.
3. Alur berdasarkan narasumber
Narasumber dapat menjalankan skenario pelaksanaan belajar melalui antarmuka kelas yang memberikan akses spesifik terhadap suatu aktivitas kelas yang berjalan.
4. Alur berdasarkan pembimbing
Pembimbing dapat menjalankan skenario pelaksanaan dan evaluasi belajar melalui antarmuka kelas yang memberikan akses spesifik terhadap suatu aktivitas kelas yang berjalan.
5. Alur berdasarkan administrator
Administrator dapat mengelola CMS melalui antarmuka pengelolaan CMS yang memberikan akses secara global di sisi pengelola.
IV.3 Model Komunitas Belajar Learner-Centered
Berdasarkan perancangan sebelumnya maka dihasilkan sebuah model komunitas belajar learner-centered pada Gambar IV-3.
Gambar IV-3 Model Komunitas Belajar Learner-Centered
Model ini menunjukkan elemen-elemen komunitas belajar learner-centered pada pandangan komunitas. Protokol dan peran komunitas belajar learner-centered dapat dikembangkan dalam konsep komunitas sebagai berikut :
1. Komunitas sosial yang berperan untuk menjaga kualitas kepercayaan, rasa memiliki, budaya belajar, motivasi belajar, dan hubungan sosial.
2. Komunitas program belajar dengan peran pembelajar, narasumber, dan fasilitator dan protokol persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi belajar. Berperan untuk menjalankan proses belajar dan menjaga kualitas refleksi, partisipasi, dan perkembangan pembelajar.
Selanjutnya pada pandangan implementasi ditunjukkan skenario yang ada sebagai berikut:
1. Skenario sosial: tukar menukar informasi, barang, dan file.
2. Skenario persiapan belajar: pengelolaan masukan anggota dan persetujuan task belajar.
3. Skenario pelaksanaan belajar: aktivitas task belajar.
4. Skenario evaluasi belajar: aktivitas evaluasi untuk terhadap tujuan komunitas belajar.
Pada lapisan ketiga terdapat pandangan layanan sebagai sarana interaksi pada empat fase yang berfungsi sebagai berikut:
1. Layanan pengetahuan
Pengelolaan profil anggota, kegiatan belajar, dan konten pengetahuan yang ada.
2. Layanan niat dan negosiasi
Interaksi persiapan belajar, penggunaan masukan pembelajar, dan perancangan tugas belajar.
3. Layanan pelaksanaan
Interaksi pelaksanaan belajar, evaluasi belajar, dan kegiatan sosialisasi.
Pada lapisan terbawah terdapat pandangan infrastruktur yang menunjukkan kebutuhan teknologi Course Management System yang berbasis web.