• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tema : Building Mutually Beneficial Cooperation Facing of ASEAN Economic Community (AEC) Subtema : Teaching and Education

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Tema : Building Mutually Beneficial Cooperation Facing of ASEAN Economic Community (AEC) Subtema : Teaching and Education"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

1

MAKALAH ICONLEE (12-13 November 2016)

Tema : Building Mutually Beneficial Cooperation Facing of ASEAN Economic Community (AEC)

Subtema : Teaching and Education

THE APPROACH OF CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) TO ENHANCE THE SKILLS OF WRITING A PERSONAL LETTER (Classroom Action Research in the MI I'anatusshibyan Land Sareal, Bogor)

Siti Mufatiroh

Teacher MI I’anatusshibyan Tanah Sareal, Bogor sitimufa81@gmail.com

dan Dr. Hindun

Lecture UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hindun@uinjkt.ac.id / hindun.smart@gmail.com

Abstract

The purpose of the implementation of the PTK is to know the applicability of the approach of the CTL (Contextual Teaching and Learning) at grade IV MI I'anatusshibyan Land Sareal Bogor City and see its effect on the improvement of the skills of a personal letter writing students.

Research methods design PTK (Classroom Action Research) performed in three cycles.

The subject of this research is the grade IV A MI I'anatusshibyan, the teacher of class IV A, with two principal i.e. the observer and his colleague as a collaborator. Data collection was done through observation, documentation, and test/assignment of writing a personal letter. For an analysis of the data using a descriptive qualitative analysis techniques as a means of analyzing the results of the use of observation approaches CTL when learning to write a personal letter and use quantitative descriptive for knowing the value of the test results to make each student a personal letter so knowable number of its increase.

The results showed that a personal letter writing skills to peers become more interesting so that students can experience learning more meaningful. Students can express opinions and experiences/his aspirations in writing with a more communicative language style. Students more active asked, suggested, responding to the results of the group work with the insiatif himself, and more enthusiastic and concentration when learning takes place. The results of the study and the liveliness of the students has increased in each cycle. The number of students who are on a category completely meet the KKM 70 for cycle I as much as 21 students, with 68% percentage while on cycle II becomes 29 students with percentage of 94% and cycle III experience increased back to 31 students with a percentage of 100%. Researchers concluded that PTK is managed properly.

Keyword: writing skills, Personal Letters, and CTL

(2)

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

2

PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) GUNA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT PRIBADI

(Penelitian Tindakan Kelas di MI I’anatusshibyan Tanah Sareal, Bogor) Siti Mufatiroh

Guru MI I’anatusshibyan Tanah Sareal, Bogor sitimufa81@gmail.com

dan Dr. Hindun

Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hindun@uinjkt.ac.id / hindun.smart@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan Pelaksanaan PTK ini ialah untuk mengetahui penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) pada siswa kelas IV MI I’anatusshibyan Tanah Sareal Kota Bogor dan melihat pengaruhnya terhadap peningkatan keterampilan menulis surat pribadi siswa.

Metode penelitian dengan rancangan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dilakukan dalam tiga siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV A MI I’anatusshibyan, guru kelas IV A, dengan dua observer yaitu kepala sekolah dan teman sejawat sebagai kolaborator.

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi, dan tes/penugasan menulis surat pribadi. Untuk analisis datanya menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif sebagai sarana menganalisis hasil observasi penggunaan pendekatan CTL ketika pembelajaran menulis surat pribadi dan menggunakan deskriptif kuantitatif untuk mengetahui nilai hasil tes membuat surat pribadi setiap siswa sehingga dapat diketahui jumlah peningkatannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan menulis surat pribadi untuk teman sebaya menjadi lebih menarik sehingga siswa dapat mengalami pembelajaran yang lebih bermakna. Siswa dapat mengungkapkan pendapat dan pengalaman/cita-citanya secara tertulis dengan gaya bahasa yang lebih komunikatif. Siswa pun semakin aktif bertanya, mengemukakan pendapat, menanggapi hasil kerja kelompok dengan insiatif sendiri, dan lebih antusias serta konsentrasi ketika pembelajaran berlangsung. Hasil belajar dan keaktifan siswa mengalami peningkatan pada tiap siklus. Jumlah siswa yang berada pada kategori tuntas memenuhi KKM 70 untuk siklus I sebanyak 21 siswa, dengan persentase 68% sedangkan pada siklus II menjadi 29 siswa dengan persentase 94% dan pada siklus III mengalami peningkatan kembali menjadi 31 siswa dengan persentase sebesar 100%. Peneliti menyimpulkan bahwa PTK ini berhasil dengan baik.

Kata Kunci : Keterampilan Menulis, Surat Pribadi, dan CTL.

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menulis merupakan suatu keterampilan yang hanya akan berkembang jika dilatih secara terus-menerus. Memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk berlatih

(3)

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

3

menulis dalam berbagai tujuan misalnya menulis surat pribadi untuk teman sebaya merupakan sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan menulis meningkat.

Sebagaimana tersurat dalam al-Quran Surah al-‘Alaq ayat 1–5 yang artinya, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah, dan Tuhan-mulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Ia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.1 Dari ayat-ayat tersebut bisa diketahui bahwa baca tulis merupakan kunci ilmu. Untuk mendapatkan ilmu harus dilakukan proses belajar sepanjang hayat. Sebagaimana diungkapkan oleh Siti Nur Puji Hastuti, “Belajar ilmu pengetahuan yang canggih supaya bangsa kita tidak ketinggalan bangsa lain”.2

Keterampilan menulis dapat dipadukan atau diintegrasikan dengan keterampilan lainnya dalam setiap proses pembelajaran di kelas. Pengintegrasian itu dapat bersifat internal dan eksternal. Pengintegrasian internal berarti pembelajaran menulis diintegrasikan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain. Menulis dapat pula diintegrasikan secara eksternal dengan mata pelajaran lain di luar mata pelajaran bahasa Indonesia. Rendahnya keterampilan tersebut biasanya terjadi akibat beberapa kemungkinan antara lain: (1.) Motivasi belajar siswa masih rendah. (2.) Siswa belum menerapkan ejaan dan tanda baca yang benar ketika menulis. (3.) Proses pembelajaran kurang mengoptimalkan metode yang bervariasi. (4.) Guru kurang kreatif dalam memilih metode pembelajaran yang tersedia (5.) Media pembelajaran membutuhkan biaya tambahan.

Apabila kondisi siswa tersebut dibiarkan berlarut tentunya dapat membawa dampak negatif dan kurang efektifnya keterampilan menulis siswa sesuai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Maka dari itu peneliti mengadakan kegiatan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan penerapan pendekatan CTL untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini, dibatasi sebagai berikut: keterampilan menulis surat pribadi Siswa kelas IV A, MI I’anatusshibyan, pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016, dan penerapan pendekatan CTL.

C. Rumusan Masalah

“Bagaimanakah pendekatan CTL (contextual teaching and learning) dapat meningkatkan

keterampilan menulis surat pribadi siswa Kelas IV di MI I’anatusshibyan Tanah Sareal, Bogor?”

1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit J-ART, Anggota IKAPI, 2005), h. 598.

2 Siti Nur Puji Hastuti, Pengaruh Globalisasi di Lingkungan, (Demak: CV. Aneka Ilmu), tt. h. 41.

(4)

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

4

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis surat pribadi dengan penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning terhadap hasil belajar dan sikap siswa kelas IV A, MI I’anatusshibyan Tanah Sareal Kota Bogor.

BAB II. LANDASAN TEORETIS A. Hakikat Menulis

Pada dasarnya keterampilan merupakan kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya. Hindun menyatakan, “Menulis merupakan proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan, misalnya memberi tahu, meyakinkan, dan menghibur”.3 Biasanya kegiatan menulis adalah untuk menghasilkan kata- kata yang membentuk kalimat yang saling berkaitan sehingga menjadi sebuah wacana.

Wacana yang dihasilkan dari kegiatan menulis berisi ide, pengetahuan dan pengalaman dari seseorang yang ingin disampaikan kepada orang lain yang ditulis dalam bentuk paragraf- paragraf. Dalam proses mengembangkan paragraf, yakni siswa dilatih untuk mengembangkan sebuah kalimat utama menjadi sebuah paragraf.

Jadi, keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang dalam mengemukakan gagasan, perasaan, dan pikiran-pikirannya kepada orang atau pihak lain dengan menggunakan media tulisan. Seseorang dapat dikatakan terampil apabila mampu melakukan gerakan motorik dengan koordinasi dan kesadaran yang tinggi. Selain itu seseorang tersebut mampu menerapkan ejaan dan tanda baca yang baik dan benar dalam setiap tulisannya sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat sampai kepada pembaca sebagaimana gagasan penulis dengan baik dan benar.

Selanjutnya, Dawud mengungkapkan, “yang dimaksud karangan adalah tuturan anak yang disusun secara sistematis”.4 Tuturan itu dapat berupa tuturan lisan dan tulis. Sama halnya ketika menulis surat pribadi, biasanya anak-anak telah menjadi pencerita lisan yang baik sebelum mereka mampu menulis. Sebagai contoh, anak usia prasekolah atau usia taman kanak- kanak telah mampu, misalnya, menceritakan dirinya, lingkungannya, dan hasil bacaannya.

Dengan demikian, meskipun anak belum dapat menulis, mereka telah mampu menyusun karangan. Bahan karangan itu dapat berasal dari hasil mendengarkan atau membaca.

3 Hindun. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter di Madrasah Ibtidaityah/Sekolah Dasar.

(Depok: Nufa Citra Mandiri, 2013), h. 203.

4Ibid, h. 1..

(5)

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

5

Di samping itu, anak juga telah mampu mewujudkan karangannya dalam berbagai bentuk, misalnya surat pribadi,. Pada saat mengungkapkan mainan yang telah dilihat di rumah teman, misalnya anak telah mampu mendeskripsikan mainan itu kepada ayahnya. Seusai bepergian, anak mampu menarasikan kepergiannya sejak berangkat, di perjalanan, di tempat tujuan, sampai pulang kembali ke rumah. Pada saat anak menginginkan mainan yang menarik hatinya, anak telah mampu merayu orang tuanya dengan berbagai alasan yang dimilikinya.

Berdasarkan paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa bagi anak, menulis merupakan proses menuangkan kemampuan mengarang dalam bentuk tulis.

B. CTL (Contekstual Teaching and Learning)

Dalam proses pembelajaran sebaiknya seorang guru memerhatikan bagaimana cara supaya pembelajaran yang berlangsung bisa bermakna bagi siswa. Dalam hal pembelajaran bermakna menurut Trianto, “Pembelajaran bermakna adalah pemahaman, relevansi, dan penghargaan pribadi siswa bahwa ia berkepentingan terhadap konten yang harus dipelajari”5. Sebagaimana dikemukakan Maifalinda Fatra dan Abdul Razak, “Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan penanaman guru”.6 Adapun Wina Sanjaya mengemukakan, “CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”7.

Dalam hal ini Hindun menyatakan, “CTL merupakan konsep belajar yang membantu dosen/guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya pada kehidupan mereka”8. Senada dengan pendapat tersebut, Nurhadi mengungkapkan bahwa CTL adalah “Konsep belajar yang mendorong guru untuk

5 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Jakarta: Kencana Prenada Group, Cetakan VI, 2013), h.106.

6 Maifalinda Fatra dan Abd.Rozak, Bahan Ajar PLPG Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Cetakan I, 2010), h. 154.

7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, Cetakan VIII, 2011), h. 255.

8 Hindun, op. cit., h. 31.

(6)

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

6

menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa”.9 Selain itu juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka masing-masing.

Selanjutnya Johnson mengutarakan bahwa, “CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka”.10 Dari konsep-konsep tersebut, ada tiga hal yang harus dipahami:

1. CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

2. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan pada kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

3. CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Tiga pilar yang terdapat dalam CTL, yaitu: (1.) CTL mencerminkan prinsip kesaling- bergantungan. (2.) CTL mencerminkan prinsip diferensiasi. (3.) CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri.

Lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL yaitu :

9 Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FIKIP UNS, 2009), h. 14.

10 Ibid, h. 14.

(7)

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

7

1. Dalam CTL, pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting-knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh, yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

2. Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya.

3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.

4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

Beberapa hal yang harus dipahami tentang belajar dalam konteks CTL:

a) Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki. Oleh karena itulah, semakin banyak pengalaman maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang mereka peroleh.

b). Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas. Pengetahuan itu pada dasarnya merupakan organisasi dari semua yang dialami, sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pola-pola perilaku manusia, seperti pola berpikir, pola bertindak, kemampuan memecahkan persoalan termasuk penampilan atau performance seseorang. Semakin pengetahuan seseorang luas dan mendalam, maka akan semakin efektif dalam berpikir.

c). Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya perkembangan intelektual akan tetapi juga mental dan emosi. Belajar secara kontekstual adalah belajar bagaimana anak menghadapi setiap persoalan.

(8)

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

8

d). Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari yang sederhana menuju yang kompleks. Oleh karena itu, belajar tidak dapat sekaligus, akan tetapi sesuai dengan irama kemampuan siswa.

e). Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan. Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang memiliki makna untuk kehidupan anak (real world learning).

Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional:

1. CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktifdalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.

2. Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok, sepertikerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.

3. Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil; sedangkan dalam pembelajaran konvensional, pembelajaran bersifat teoretis dan abstrak.

4. Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman; sedangkan dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan.

5. Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan diri; sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tujuan akhir adalah nilai atau angka.

6. Dalam CTL, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalnya individu tidak melakukan perilaku tertentu karena ia menyadari bahwa perilaku itu merugikan dan tidak bermanfaat; sedangkan dalam pembelajaran konvensional, tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman atau sekedar untuk memperoleh angka atau nilai dari guru.

7. Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu setiap siswa bisa terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya. Dalam pembelajaran konvensional hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki bersifat absolut dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.

(9)

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

9

8. Dalam pembelajaran CTL, siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing; sedangkan dalam pembelajaran konvensional guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.

9. Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bisa terjadi dimana saja dalam konteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan; sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran hanya terjadi didalam kelas.

10. Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek perkembangan siswa, maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara, misalnya dengan evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi, wawancara, dan lain sebagainya; sedangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan pembelajaran biasanya hanya diukur tes.

Beberapa perbedaan pokok di atas, menggambarkan bahwa CTL memang memiliki karakteristik tersendiri, baik dilihat dari asumsi maupun proses pelaksanaan dan pengelolaannya.

Dalam pendekatan CTL tentunya harus memperhatikan asas-asasnya yaitu:

1. Konstruktivisme

Dalam pembelajaran kontruktivisme, pembelajaran dibangun oleh pengetahuan siswa.

Sanjaya mengemukakan, “Konstuktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman”.11 Dalam pembelajaran tentunya siswalah yang membangun pengetahuannya sendiri menyesuaikan dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

2. Inkuiri

Dalam hal ini, “Inquiry artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis”.12 Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: (a.) Merumuskan masalah; (b.) Mengajukan hipotesis; (c.) Mengumpulkan data; (d.) Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan;

dan (e.) Membuat kesimpulan

Penerapan asas ini dalam proses pembelajaran CTL, dimulai dari adanya kesadaran siswa akan masalah yang jelas dan ingin dipecahkan, siswa harus didorong untuk menemukan masalah. Jika masalah telah dipahami dengan batasan-batasan yang jelas, selanjutnya siswa

11 Ibid, h. 264.

12 Ibid, h. 265.

(10)

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

10

dapat mengajukan hipotesis atau jawaban sementara sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan.

3. Bertanya (Questioning)

Menurut Wina Sanjaya, “Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan”.13 Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu;

sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:

a. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran.

b. Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.

c. Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.

d. Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.

e. Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Leo Semenovich Vygotsky, Seorang psikolog Rusia, menyatakan bahwa “pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Suatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain”.14 Kerja sama, saling memberi dan menerima sangat dibutuhkan untuk memecahkan suatu persoalan. Konsep masyarakat belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok; yang sudah tahu memberi tahu pada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalamannya pada orang lain. Inilah hakikat dari masyarakat belajar, masyarakat yang saling membagi. Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Dalam hal tertentu, guru dapat mengundang orang-orang yang dianggap memiliki keahlian khusus untuk membelajarkan siswa. Misalnya dokter untuk memberikan atau membahas masalah kesehatan, para petani, tukang reparasi radio, dan lain-lain. Demikianlah

13Ibid, h. 266.

14Ibid, h. 267.

(11)

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

11

masyarakat belajar. Setiap orang bisa saling terlibat; bisa saling membelajarkan, bertukar informasi dan bertukar pengalaman.

5. Pemodelan (Modelling)

Pemodelan penting untuk kegiatan pembelajaran. Pendapat yang dikemukakan Wina Sanjaya, “Modelling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.”15 Proses modelling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan.

Misalkan siswa yang pernah mendapat nilai bagus dalam menulis surat dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan teman-temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model.

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah “proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.”16 Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk “merenung” atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.

7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)

Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintregasi dengan proses pembelajaran. Dalam penilaian ini Kunandar menyatakan,

“Penilaian hasil belajar siswa mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap siswa terhadap standar yang telah ditetapkan”.17 Penilaian ini dilakukan secara terus- menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.

Langkah-langkah pembelajaran CTL :

15Ibid, h. 268.

16Ibid. h. 268.

17 Kunandar, Penilaian Autentik Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013, Edisi 1, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013), h. 52.

(12)

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

12

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan

keterampilan barunya!

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik!

3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya!

4. Ciptakan ‘masyarakat belajar‘ (belajar dalam kelompok-kelompok).

5. Hadirkan ‘model‘ sebagai contoh pembelajaran!

6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan!

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara!

Pada CTL untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, anak mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan. Untuk itu ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut : (1.) CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. (2.) CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. (3.) Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan. (4.) Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain. Adapun ciri kelas yang menggunakan pendekatan kontekstual yakni (1.) Pengalaman nyata, (2.) Kerja sama, saling menunjang, (3.) Gembira, belajar dengan bergairah, (4.) Pembelajaran terintegrasi, (5) Menggunakan berbagai sumber, (6.) Siswa aktif dan kritis, (7.) Menyenangkan, tidak membosankan, (8.) Sharing dengan teman, dan (9.) Guru kreatif.

BAB III. METODOLOGI

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di MI I’anatusshibyan kelas IV A yang berlokasi di Jl. KH. Ahmad Sya’yani No. 70 Tanah Sareal-Kota Bogor Jawa Barat pada semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa seluruhnya 31 yaitu 18 orang laki- laki dan 13 orang siswa perempuan.

Teknik yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk tes objektif, observasi, tanya jawab langsung, dokumenter dan catatan lapangan. Maka alat pengumpulan data yang dipergunakan adalah tes hasil belajar, tes penilaian sikap/afektif siswa, penilaian keterampilan menulis dari hasil penugasan dan lembar observasi dari proses yang telah berlangsung. Adapun instrumen-instrumen tersebut adalah: (1.) Lembar Rekap Penilaian Hasil

(13)

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

13

Tes Menulis Surat Pribadi Siswa; (2.) Lembar Penilaian Sikap/afektif Siswa dalam Menulis Surat Setiap Siklus (3.) Lembar hasil observasi dengan pembelajaran CTL.

Tabel 3.1

Instrumen Penilaian Hasil Tes Menulis Surat Pribadi Siswa Setiap Siklus

No Nama Siswa

Aspek Penilaian

Jumlah

Skor Nilai Ket.

Isi Pesan

EYD/Tanda Baca

Bagian- bagian Surat 1

2 3

4 dst.

CATATAN : Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 100.

Untuk siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan siklus lanjutan.

Ket. : Kriteria Penilaian 5 = Sangat Baik 4=baik 3= cukup 2 = kurang 1=sangat kurang Tabel 3.2

Instrumen Penilaian Afektif Menulis Surat Pribadi Siswa Setiap Siklus a. N

o . No. Butir yang

dianalisis

Skor Observer I

Skor Observer II

Jumlah Skor

Nilai Rata-rata

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 7

8 8

9 9

10 10

Jumlah Persentase

Keterangan Tiap Nomor Butir:

1. Mengemukakan pengalaman atau cita-cita secara lisan.

2. Menggunakan bahasa yang baik, efektif, dan efisien dalam menulis surat pribadi.

3. Menyebutkan bagian-bagian surat pribadi.

4. Menggunakan ejaan dan tanda baca dengan tepat dalam menulis surat pribadi.

5. Mengemukakan pengalaman atau cita-cita secara tertulis dalam surat pribadi.

6. Menyampaikan berita/ informasi secara tertulis.

(14)

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

14

7. Praktik menuliskan surat pribadi dengan memerhatikan ejaan dan tanda baca yang benar.

8. Menarik kesimpulan.

9. Mandiri dalam melakukan tugas.

10. Menyelesaikan tugas tepat waktu.

Tabel 3.3

Instrumen Hasil Observasi dengan Penerapan Pendekatan CTL No. No. Butir yang

dianalisis

Skor Observer I

Skor Observer II

Jumlah Skor

Nilai Rata-rata

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 7

8 8

9 9

10 10

11 11

12 12

13 13

14 14

15 15

16 16

17 17

18 18

19 19

20 20

21 21

22 22

23 23

24 24

25 25

Jumlah Persentase

Keterangan tiap nomor butir:

1. Pemberian kesempatan bertanya kepada siswa.

2. Siswa belajar dari benda-benda nyata dan lingkungan sekitar.

3. Siswa menceritakan pengalaman atau pengetahuan dalam menulis dan mengirimkan surat.

4. Siswa membangun sendiri pengetahuannya dalam menulis surat pribadi berdasarkan objek yang diamati.

(15)

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

15

5. Guru memberikan kesempatan siswa berpikir setelah siswa diberi pertanyaan tentang materi menulis surat pribadi.

6. Guru memberikan kesempatan siswa untuk dapat mengkomunikasikan pemahaman mereka tentang materi menulis surat pribadi.

7. Siswa merumuskan masalah tentang susunan dan tata tulis dalam menulis surat pribadi.

8. Siswa melakukan simulasi tentang proses pengiriman surat.

9. Siswa menyajikan hasil dalam tulisan atau laporan.

10. Siswa dapat mengkomunikasikan hasil karya (surat pribadi) pada teman sekelas, guru atau pembaca.

11. Guru membentuk kelompok kecil atau besar.

12. Siswa bekerjasama dalam kelompok.

13. Guru menciptakan proses komunikasi dua arah dalam kerja kelompok.

14. Guru memfasilitasi siswa belajar secara kontekstual.

15. Guru mempraktikkan cara penulisan surat pribadi di hadapan siswa.

16. Guru menggunakan media/ model/contoh dalam KBM.

17. Guru melakukan kegiatan demonstrasi simulasi cara mengirimkan surat.

18. Guru memberi kesempatan padasiswa untuk mengungkapkan pendapat mengenai kegiatan pembelajaran menulis surat pribadi.

19. Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran menulis surat pribadi yang dilakukan.

20. Guru melakukan tanya jawab materi menulis surat pribadi secara keseluruhan.

21. Siswa mengungkapkan kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran menulis surat pribadi pada hari itu.

22. Adanya aktivitas bertanya antarasiswa dengan siswa.

23. Terjadinya aktivitas bertanya guru kepada siswa.

24. Terjadinya aktivitas bertanya siswa kepada guru.

25. Tugas menulis surat pribadi kepada teman sebaya.

BAB IV. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, pembelajaran dikembangkan dalam tiga siklus tindakan. Perencanaan yang dibuat disesuaikan dengan satuan program semester yang telah disusun oleh guru mata pelajaran, sehingga pelaksanaan penelitian ini tetap berjalan sesuai alur progam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia sebagaimana mestinya.

Kegiatan menulis surat dalam penelitian ini menjadi kegiatan suplemen yang terintegrasi dalam pembelajaran pokok.

(16)

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

16

Selanjutnya, pada kegiatan refleksi peneliti merefleksi tindakan mulai siklus I, II, dan III. Pada siklus I dinyatakan baik akan tetapi belum memenuhi kriteria keberhasilan yang diharapkan, karena kurang optimalnya rancangan dan penerapannya dalam pembelajaran, guru dan siswa kelas IV A belum terbiasa menggunakan pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan CTL. Pada kegiatan ini siswa diminta melaporkan hasil kerja kelompoknya ke depan kelas, akan tetapi belum ada yang berani tampil dengan inisiatif sendiri tanpa harus disuruh oleh guru. Siswa merasa malu untuk tampil ke depan kelas utuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Refleksi dan analisis tindakan pada siklus I nampaknya indikator keberhasilan siswa masih belum terpenuhi. Keaktifan siswa dalam pembelajaran masih dalam kategori cukup, belum semua siswa terlibat dalam pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa juga kurang maksimal dalam melakukan tanya jawab karena waktu yang disediakan terbatas.

Pada siklus II sudah mulai nampak perkembangan siswa. Guru berusaha memperbaiki setiap langkah pembelajaran pada siklus I yang menyebabkan kurang efektifnya pembelajaran sehingga guru dapat meningkatkan pembelajaran sehingga lebih baik meskipun ada sedikit catatan-catatan kecil saat terjadinya proses pembelajaran di antaranya adalah masalah sebagian kecil siswa masih kurang aktif bekerjasama dalam kelompok.

Pada siklus ke III pembelajaran nampak semakin meningkat. Para siswa nampak semakin antusias dalam pembelajaran dan mulai terbiasa dan semakin terampil menulis surat pribadi sehingga tidak terdapat kesulitan yang berarti ketika proses pembelajaran berlangsung.

Meskipun pada akhir pembelajaran guru terkesan terburu-buru dalam menutup pembelajaran akibat keterbatasan waktu, tetapi hasil belajar siswa sudah nampak mengalami perkembangan cukup baik dibandingkan pada siklus-siklus sebelumnya. Siswa semakin kompak dalam kelompok masing-masing, dan pembelajaran sudah semakin efektif dan efisien.

Tabel 4.1

Peningkatan Hasil Belajar Siswa (Siklus I, II, dan III)

Siklus Nilai Rata-rata Kriteria

I 73.98 Baik

II 81.94 Baik

III 90.75 Amat Baik

Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa pada setiap siklus siswa mengalami peningkatan hasil belajar secara signifikan dan memenuhi kriteria yang diharapkan.

(17)

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

17

Tabel 4.2

Peningkatan Nilai Afektif / Sikap Siswa (Siklus I, II, dan III)

Siklus Nilai Rata-rata Kriteria

I 79.78 Berkembang

II 86.88 Berkembang

III 90.32 Amat Berkembang

Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa pada setiap siklus mengalami peningkatan sikap belajar siswa (nilai afektif) secara signifikan dan memenuhi kriteria yang diharapkan.

Tabel 4.3

Peningkatan Keterampilan Menulis Siswa (Siklus I, II, dan III)

Siklus Nilai Rata-rata Kriteria

I 68.00 Cukup

II 77.20 Baik

III 90.44 Amat Baik

Pada tabel tersebut pun menunjukkan bahwa pada setiap siklus siswa mengalami peningkatan keterampilan dalam menulis surat pribadi secara signifikan dan memenuhi kriteria yang diharapkan.

Tabel 4.4

Persentase Keaktifan Siswa melalui Pendekatan CTL (Siklus I)

Keaktifan Prestasi

Terbimbing % Belum Terbimbing % Rata-rata Kelas

18 58% 13 42% 79.78

Keterangan: Nilai keterampilan yang terkategori terbimbing adalah apabila siswa yang mencapai persentase minimal 75% sebanyak minimal 75% dari seluruh siswa, sehingga pada pembelajaran siklus pertama dinyatakan belum berhasil mencapai kriteria yang diharapkan karena nilai hanya mencapai persentase hanya sebesar 58%.

Tabel 4.5

Persentase Keaktifan Siswa melalui Pendekatan CTL (Siklus II)

Keaktifan Prestasi

Terbimbing % Belum Terbimbing % Rata-rata Kelas

30 97% 1 3% 86.88

(18)

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

18

Keterangan: Nilai keterampilan yang terkategori terbimbing adalah apabila siswa yang mencapai persentase minimal 75% sebanyak minimal 75% dari seluruh siswa, sehingga pada pembelajaran siklus kedua dinyatakan mengalami peningkatan dan berhasil mencapai kriteria yang diharapkan yaitu dengan persentase sebesar 97%.

Tabel 4.6

Persentase Keaktifan Siswa melalui Pendekatan CTL (Siklus III)

Keaktifan Prestasi

Terbimbing % Belum Terbimbing % Rata-rata Kelas

31 100% 0 - 90.32

Keterangan: Nilai keterampilan yang terkategori terbimbing adalah apabila siswa yang mencapai persentase minimal 75% sebanyak minimal 75% dari seluruh siswa, sehingga pada pembelajaran siklus ketiga dinyatakan mengalami peningkatan kembali dan berhasil mencapai kriteria yang diharapkan yaitu dengan persentase sebesar 100%.

BAB V. PENUTUP

Pendekatan CTL dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan menulis surat pribadi siswa kelas IV A, prestasi maupun sikap siswa mengalami peningkatan tiap siklusnya.

Pembelajaran berhasil berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan (aktif, efektif, dan efisien).

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: CV Penerbit J-ART, Anggota IKAPI. 2005.

Fatra, Maifalinda dan Abd.Rozak, Bahan Ajar PLPG Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Cetakan I, 2010.

Hastuti, Siti Nur Puji. Pengaruh Globalisasi di Lingkungan. Demak: CV. Aneka Ilmu. t.t.

Hindun. Pembelajaran Bahasa Indonesia Berkarakter di Madrasah Ibtidaityah/Sekolah Dasar. Depok: Nufa Citra Mandiri, 2013.

Kunandar, Penilaian Autentik Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013. Edisi 1, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media, Cetakan VIII, 2011.

Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FIKIP UNS, 2009.

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Group, Cetakan VI, 2013.

(19)

St Mufa & Hindun, ICONLEE (12-13 November 2016), “The Approach of CTL to Enhance the Skills of Writing a Personal Letter”

19

BIODATA PENULIS

HINDUN, lahir di Jakarta, 15 Desember 1970 dari ibu (almarhumah) yang bernama Hj. Siti Romlah, dan ayah (almarhum) bernama Dasoem. Menikmati masa pendidikan sejak Taman Kanak-Kanak sampai perguruan tinggi. Mulai TK YPM, SDN Guntur 06 Pagi Jakarta, SMP Negeri 33 Jakarta, SPG Negeri 2 Jakarta Selatan, S-1 (IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris Bahasa Indonesia. S-2 (Universitas Negeri Jakarta) prodi Pendidikan Bahasa. Sejak September 2012/2013 melanjutkan studi S-3 di Universitas Negeri Jakarta prodi Pendidikan Bahasa dan meraih gelar doktor pada 2 Maret 2016.

Ibu yang pernah menerima Piagam Penghargaan sebagai Sarjana Terbaik program S-1 Semester Ganjil thn. akademik 1993/1994 ini mulai berkiprah secara formal tahun 1993-1998 menjadi tenaga pengajar (guru Bahasa Indonesia) di MI-RPI (Madrasah Ibtidaiyah Rumah Pendidikan Islam) Jakarta Selatan dan sejak 2006 hingga kini menjadi dosen tetap Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Wanita yang memiliki dua anak dan pernah meraih predikat sebagai siswi terbaik di SPG Negeri 2 Jakarta Selatan (Thn.

Pelajaran 1987/1988) dan menjadi Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (periode 2010-2014) ini beralamat di Jl. Pondok Baru Raya no. 32 Rt 008/011 Kel. Cijantung, Jakarta Timur.

Siti Mufatiroh lahir di KotaTulungaagung, 22 Maret 1981 dikaruniai seorang putra bernama M. Sukma Saktie Kusnandar umur 3,5 tahun. Setelah menikah hingga saat ini tinggal bersama keluarga kecilnya di Jl. Kemang Kiara Gg. Amaliyah RT/RW 005/004 Ds. Kemang Kec. Kemang Kab. Bogor Jawa Barat 16310.

Tahun 1997/1998 – 2000/2001 Mufa melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya yaitu di Madrasah Aliyah al-Ma’arif/MAM Tulungagung Jurusan IPA. Selama di MAM mengisi waktu di luar jam sekolah dengan mengikuti kursus Bahasa Inggris untuk menambah wawasan di bidang bahasa di EEC (English Educational Center) Tulungagung Th 1999. Selama Aliyah pula waktu malam hari dihabiskan dengan mengajar di Madrasah Diniyah di Ponpes Darul Falah bagi anak-anak yang ingin mengkaji ilmu agama, baik anak-anak yang mondok maupun yang pulang-pergi.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meraih gelar sarjana S1, Dianing menulis skripsi dengan judul Gaya Hidup Posmodern Tokoh- Tokoh Dalam Novel Mata Matahari Karya Ana Maryam Sebuah Tinjauan

Lamandau, Sukamara, Kobar, Kotim, Seruyan, Katingan, Gunung Mas, Pulang Pisau, Kapuas, Barsel, Bartim, Barut, Murung Raya, Kota Palangkaraya.. 150.000.000,00 Meningkatnya

semakin tinggi bahan organic tanah maka tanah tersebut akan mempunyai derajat kerut yang kecil (Trijoko,2006)... Besar derajat kerut tanah pada masing-masing jenis

Ditemukan penyakit yang disebabkan oleh virus paling sedikit pada 55 genera anggrek, tetapi ini bukan berarti bahwa terdapat 55 jenis virus yang berbeda, karena virus yang sama

Soewandi (2000: 53)mengutarakan bahwa kalimat-kalimat yang memberi penjelasan lebih lanjut itu disebut sebagai kalimat penjelas, sedangkan ide pokok yang terletak pada

Dengan bimbingan guru siswa membahas tentang berbagai pekerjaan yang menjadi cita-cita antara lain menjadi seorang guru, arsitek, dokter hewan, penyanyi, dan pilot.. Guru

sedangkan perusahaan yang memiliki risiko finansial yang rendah adalah PT. Risiko finansial yang tinggi mengindikasikan bahwa proporsi hutang PT. Barito pada tahun 2012 lebih

Dalam hal ini yang dapat dijadikan sebagai ujung tombak dari jaminan yang lebih mencerminkan terhadap kepuasan pelanggan adalah indikator jaminan yang mempunyai bobot